Anda di halaman 1dari 25

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

DESKRIPSI AIESEC

A. Sejarah Singkat AIESEC

Penelitian ini menggunakan para peserta program Global Citizen AIESEC

sebagai objek penelitiannya. Data mengenai AIESEC sendiri sebagian besar

diperoleh melalui www.aiesec.net dan beberapa literatur lain. Sejarah AIESEC

sebenarnya dilatarbelakangi ketika perang dunia ke-dua yang terjadi pada tahun

akhir 1930-an hingga tahun 1945 menjadi sebuah catatan yang kelam dalam

sejarah kehidupan manusia di dunia. Perang tersebut mengakibatkan rusaknya

stabilitas perdamaian dunia dan menimbulkan dampak yang negatif dalam setiap

aspek kehidupan, masyarakat internasional mulai dari ekonomi, sosial hingga

budaya.

Dampak dari akibat perang yang terjadi tersebut pada akhirnya menimbulkan

sebuah gagasan baru untuuk melakukan perubahan bagi dunia ini. Akibat dari

keprihatinan akan perang dunia ke-dua, muncullah pergerakan-pergerakan,

konferensi-konferensi dan juga lahir organisasi-organisasi berskala internasional

yang hampir kesemuanya memiliki keinginan dan tujuan yang sama yaitu

melakukan perubahan untuk dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.

Pergerakan-pergerakan yang lahir dengan dilatarbelakangi oleh adanya

perang dunia ke-dua tersebut ternyata tidak hanya bertahan pada saat pasca perang

terjadi, akan tetapi terus berjalan hingga saat ini dengan inti tujuan yang sama,

yaitu keinginan untuk menciptakan dunia yang lebih baik.


commit to user

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Pergerakan tersebut seperti misalnya Konferensi Asia-Afrika, yaitu sebuah

konferensi yang digagas oleh para pemimpin negara-negara di Asia dan Afrika

yang menginginkan dihapusnya segala bentuk penjajahan dan kehidupan yang

lebih baik bagi bangsa Asia dan Afrika yang pada saat masa perang dunia ke-dua

mayoritas menjadi jajahan bangsa Eropa dan Amerika, serta pendirian

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terus ada hingga saat ini dan memiliki

pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan bangsa-bangsa internasional

Akan tetapi, pada saat itu, pergerakan-pergerakan semacam itu tidak hanya

dilakukan oleh para pemimpin-pemimpin negara-negara di dunia, tetapi juga

dilakukan oleh kalangan pelajar. Salah satu organisasi di kalangan pelajar dalam

tingkat internasional yang lahir dengan dilatarbelakangi oleh perang dunia ke-dua

adalah AIESEC (Association Internationale des Etudiants en Sciences

Economiques et Commerciales).

Sebenarnya gagasan mengenai pembentukan sebuah organisasi kepemudaan

ini sudah muncul sejak akhir tahun 1930-an atau lebih tepatnya tahun 1938. Pada

sekitar tahun 1930-an, ketika dunia baru saja bangkit dari Great Depression atau

depresi besar di bidang ekonomi dan segala saluran perdagangan dan komunikasi

runtuh pada saat itu, organisasi para pemuda pelajar di wilayah Skandinavia dan

sekolah ekonomi dan perdagangan Eropa lainnya mulai untuk bekerja sama.

Pada mulanya, kerjasama ini bergerak dalam bentuk pertemuan dimana para

pesertanya akan saling bertukar informasi tentang program-program yang

ditawarkan di sekolah-sekolah di negara lain. Secara berangsur-angsur, kerjasama

awal ini berkembang menjadi pertukaran pelajar.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Di akhir tahun 1930-an, Stockholm School of Economics mengatur

penyebarluasan hubungan internasional dan para mahasiswa memiliki

kemampuan untuk berpartisipasi dalam program pelatihan/magang di beberapa

negara di Eropa dan juga Maroko. Perjalanan ini bagaimanapun juga

diselenggarakan atas dasar inisiatif dari para pesertanya sendiri, dengan didukung

oleh Kementerian Hubungan Luar Negeri Swedia. Tidak ada organisasi atau

universitas apapun yang terkait. Sayangnya, dengan dimulainya perang pada tahun

1939, kegiatan ini pun berhenti.

Dengan adanya halangan berupa dimulainya perang dunia ke-dua,

perkumpulan mahasiswa di seluruh Eropa memulai lagi kerjasama di antara

mereka dengan keinginan untuk memfasilitasi pertukaran informasi mengenai

industri dan ekonomi, dan pertukaran lulusan untuk program magang di negara

lain.

Pada bulan September 1946, para mahasiswa dari sembilan universitas di

enam negara bertemu di Liège, Belgia untuk membentuk sebuah bentuk kerjasama

baru di antara sebanyak mungkin negara. Dari pertemuan ini, muncullah

Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et

Commerciales (AIESEC), dengan misi utama yaitu membangun hubungan di

antara organisasi-organisasi mahasiswa, dan diharapkan juga mampu untuk

mengembangkan kesempatan pertukaran melalui study tour atau perjalanan

rekreasi. Kongres di Liège ini kemudian dianggap menjadi kongres pertama dalam

sejarah AIESEC.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

Sebenarnya pada tahun 1944, negara-negara netral anggota Skandinavia

diketahui masih tetap menjalankan pertukaran pelajar. Di Stockholm, ibu kota

Swedia, tiga orang pelajar dari tiga negara yang berbeda yaitu Jaroslav Zich

(Ceko), Jean Choplin (Prancis), dan Stanislas Callens (Belgia) mendirikan AIESE.

Organisasi inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya AIESEC.

AIESEC secara resmi didirikan pada tahun 1948. Pada waktu itu misi

organisasi ini adalah ―untuk mengembangkan pemahaman dari sebuah bangsa

dengan mengembangkan pemahaman individu-individunya, merubah dunia dari

seseorang dalam satu waktu‖. Setahun setelah AIESEC resmi launching,

organisasi ini menggelar International Congress (IC) pertama pada bulan Maret

1949.

Jaroslav Zich asal Ceko akhirnya terpilih sebagai Presiden pertama, dan

sebuah komite eksekutif juga dipilih, yang terdiri dari Bertil Hedberg dari

Stockholm Students Association, Stanislas Callens dari Gand di Belgia, Boddez

dari Nancy (Perancis), Piccard dari Jenewa (Swiss), Staubly dari St Gallen

(Swiss), dan Teubner dari Tilburg (Belanda). Diputuskan juga bahwa markas

besar organisasi akan bertempat di negara tempat asal presiden terpilih di masa

itu, Praha.

Pondasi untuk AIESEC secara formal juga ditetapkan, dan filosofi dasar

dikemukakan dalam bentuk yang jelas. Fokus dari organisasi ini adalah

―membangun hubungan persahabatan di antara para anggotanya‖, dan arti penting

untuk mencapai objektivitas ini adalah melalui pertukaran pelajar. Kemudian,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

perwakilan dari Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Belanda, Norwegia, dan

Swedia menandatangani dokumen pendirian.

Pada masa awal berdirinya, AIESEC berfokus pada langkah-langkah yang

harus diambil untuk mengembalikan stabilitas Eropa dalam berbagai bidang.

Salah satu hal yang harus segera dilakukan adalah adanya perbaikan di bidang

pendidikan, khusunya di bidang pemahaman serta kerja sama hubungan

internasional. Berangkat dari titik inilah, aktivitas berupa pertukaran pelajar dirasa

semakin perlu untuk dilakukan untuk semakin menumbuhkan rasa damai melalui

kerukunan dan kerjasama antarnegara.

Sejak awal masa berdirinya, AIESEC berfokus pada program pertukaran

pelajar. AIESEC fokus kepada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

pertukaran pelajar seperti kunjungan studi (study tour), kegiatan magang

(internship), maupun pertukaran informasi mengenai kegiatan pelajar antarnegara.

Megingat pentingnya prosedur pemberangkatan maupun penerimaan pertukaran

pelajar ini, pada tahun 1952 di Kongres Kopenhagen AIESEC mengesahkan

peraturan mengenai prosedur dan kontrak yang seragam mengenai pertukaran

pelajar.

AIESEC mengelompokkan kunjungan studi menjadi dua macam. Pertama,

pertukaran pelajar antara dua sekolah yang berbeda negara. Pertukaran ini

memiliki prosedur yang lebih sederhana dan lebih mudah dari segi

pelaksanaannya dibandingkan dengan jenis kunjungan studi jenis kedua, yaitu

kunjungan studi internasional. Pada kunjungan studi internasional, beberapa

pelajar dari negara yang berbeda-beda berkumpul kemudian pergi bersama-sama


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

ke sebuah ataupun beberapa negara sekaligus. Kunjungan studi internasional

semacam ini pertama kali dilakukan pada tahun 1951 oleh perwakilan pelajar dari

enam negara. Mereka bersama-sama mengunjungi Finlandia, Norwegia, Swedia,

dan Denmark. Di negara Skandinavia tersebut, mereka mempelajari kehidupan

sosial dan ekonomi Skandinavia melalui kuliah, mengunjungi institusi akademis

maupun industri, juga sesekali mendatangi pub setempat untuk bergaul.

Program pertukaran pelajar AIESEC yang semakin berkembang dari tahun ke

tahun membuat organisasi ini mantap untuk mulai mengembangkan kegiatan lain

yang juga bermanfaat bagi masyarakat. Ide yang digagas adalah AIESEC perlu

meningkatkan wawasan keilmuan masyarakat, khususnya pelajar, melalui forum-

forum studi formal yang lebih sistematis berdasarkan isu-isu yang sedang hangat.

Berdasarkan gagasan ini, AIESEC mengadakan seminar-seminar yang juga

bermanfaat untuk membangun hubungan antarnegara. Seminar AIESEC yang

pertama diadakan di Hald, Denmark pada tanggal 11 hingga 19 September 1955.

Pada tahun 1950-an AIESEC mulai melakukan ekspansi ke beberapa negara

lain. Di tahun 1955, AIESEC memulai ekspansinya ke wilayah Timur Tengah –

ini adalah kehadiran pertama negara non-Eropa di AIESEC – dan juga Yunani.

Ekspansi ini memberikan dampak yang positif bagi AIESEC sendiri dan juga

kegiatan pertukaran pelajar sebagai program utamanya. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya jumlah partisipan untuk kegiatan pertukaran pelajar. Di tahun ini

AIESEC untuk pertama kalinya mencapai angka seribu untuk pengalaman

pertukaran internasional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Pada dekade 60-an perkembangan AIESEC bergerak dengan sangat pesat,

terutama untuk program pertukaran pelajarnya. Hal ini dibuktikan dengan

meningkatnya jumlah partisipan untuk program pertukaran pelajar hingga

mencapai 22%. Maka dari itu, pada tahun 1960-an, AIESEC mengenalkan tiga

alternatif program pertukaran pelajar yang dimilikinya, yaitu Summer School

Training Programme (SSTP), regular traineeship, dan juga long-term

traineeship.

SSTP adalah sebuah konsep pertukaran pelajar yang lebih modern dengan

berupaya memberi pengalaman berharga bagi pesertanya. SSTP hanya memilih

beberapa pelajar yang berkualitas untuk kemudian diberi pelatihan dan pendidikan

mengenai topik tertentu melalui sebuah ―project‖. Setiap minggunya, selain untuk

keperluan magang, para pelajar tersebut harus dapat meluangkan waktu untuk

berkumpul bersama dalam sebuah forum kajian ilmu atau Focus Group

Discussion (FGD). Nantinya, di akhir periode para peserta harus membuat laporan

mengenai project yang telah dilakukan. Pada akhir tahun 1969, 22 SSTP telah

berhasil dilaksanakan di 11 negara.

Sementara itu, regular traineeship adalah pertukaran pelajar dengan sistem

magang di sebuah perusahaan dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan. Untuk

long-term traineeship, peserta pertukaran pelajar juga melakukan aktivitas

magang namun dalam jangka waktu yang lebih lama, yaitu minimal tiga bulan.

Dua program terakhir ini rupanya tidak hanya mampu memberikan

keuntungan bagi para mahasiswa, akan tetapi juga mampu memberikan

keuntungan bagi perusahaan yang bekerjasama dengan AIESEC untuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

memberikan kesempatan magang untuk para mahasiswa. Regular traineeship

memberi manfaat bagi perusahaan multinasional yang memang memiliki

keinginan untuk melatih para pelajar melalui program magang di beberapa

cabangnya. Di sisi lain, long-term traineeship bermanfaat bagi perusahaan yang

memang membutuhkan tenaga bantuan profesional melalui program magang yang

lebih intensif.

Pada tahun 1960, AIESEC yang tengah berkembang dengan sangat pesat

merasa perlunya perubahan untuk memperbaiki kinerja mereka. Perubahan ini

dimulai dengan perubahan structural menjadi kearah yang lebih baik. Terdapat

perubahan struktural secara fundamental dari Presiding Country Committee atau

markas besar organisasi berada di negara asal Presiden yang menjabat saat itu,

menjadi International AIESEC Secretariat dengan seorang Sekretaris Jenderal di

kantor pusat.

Perkembangan AIESEC yang pesat pada dekade 60-an juga diimbangi

dengan meningkatnya perhatian AIESEC pada forum-forum internasional. Seperti

misalnya pada tahun 1966, AIESEC meghelat sebuah forum dengan bertajuk

―Education for International Business‖ di Lausanne, Swiss. Pada 1967, sebuah

program bernama Student Traineeship Exchange System (STRES) mulai

dikembangkan untuk menciptakan standar informasi mengenai alur pertukaran

pelajar. Puncaknya di akhir tahun 1960-an, AIESEC menyelenggarakan sebuah

konferensi internasional yang paling sukses pada saat itu yang diselenggarakan

mulai dari tanggal 17 hingga 21 November 1969 di Turin, Italia. Konferensi

tersebut diberi nama International Transfer of Management Skill (ITOMS)—


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

sebuah konferensi yang berawal dari ide pada konferensi regional di Jepang, Swis,

Amerika Serikat, dan Ghana. Lebih dari 200 delegasi dari 40 negara hadir dalam

konferensi tersebut. Konferensi ini menjadi bukti bahwa AIESEC adalah sebuah

organisasi agen perubahan internasional, khususnya bagi para pemuda, sekaligus

merupakan jembatan bagi dunia akademis dan komunitas bisnis.

Memasuki dekade 70-an, krisis ekonomi kembali melanda dunia. Hal tersebut

mau tidak mau turut mempengaruhi kinerja AIESEC. Pada awal-awal tahun 1970-

an, program pertukaran pelajar yang menjadi produk utama AIESEC mengalami

penurunan yang cukup signifikan dari segi peminat.

Turunnya minat dan jumlah pertukaran pelajar ini membuat AIESEC fokus

untuk memperbaiki kualitas dari program ini. Salah satu upaya AIESEC dalam hal

tersebut adalah adanya peraturan baru bahwa semua pertukaran pelajar AIESEC

dijalankan sedikitnya enam minggu. Peraturan ini disahkan pada AIESEC

International Congress 1974. Selain itu, AIESEC juga memperketat sistem seleksi

setelah Local Committee Survey pada tahun 1978 melaporkan banyaknya keluhan

mengenai peserta pertukaran pelajar yang tidak cakap.

Selain meningkatkan kualitas pertukaran pelajarnya, AIESEC juga

menginginkan peningkatan mutu dan kualitas para anggotanya. Inisiatif tersebut

dituangkan dalam Internasional Theme Programme (ITP) yang menjadi bagian

resmi dari AIESEC. Konkritnya, AIESEC mengadakan Management Education in

80‟s (1976-1978) dan International Trade (1978-1980). Berikutnya, berbagai

project untuk pembinaan anggota AIESEC juga dilaksanakan secara independen

baik di level lokal, regional, maupun internasional sebagai upaya untuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

peningkatan kualitas yang lebih baik dan mampu memberikan perubahan positif

kepada dunia.

Memasuki era tahun 1980an, AIESEC semakin dikenal baik di kalangan

pelajar maupun di kalangan organisasi, perusahaan, maupun lembaga-lembaga

lainnya. Hal ini kemudian berimbas pada semakin meningkatnya minat para

calon peserta pertukaran pelajar dan kebutuhan organisasi/perusahaan akan tenaga

magang. Akhirnya, pada dekade ini AIESEC memutuskan untuk mulai

memberlakukan ―year-round exchange‖, yaitu pertukaran pelajar yang terus

menerus ada sepanjang tahun—tidak lagi dibatasi pada season tertentu.

Akan tetapi pada akhir tahun 1980-an, jumlah pertukaran pelajar AIESEC

kembali mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini diakibatkan oleh

beberapa factor baik dari internal maupun eksternal. Dari sisi internal, ada

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penurunan jumlah

pertukaran pelajar ini, termasuk dengan tidak siapnya AIESEC dalam menghadapi

perkembangannya yang cepat dan pesat. Dari segi eksternal, munculnya Perang

Dingin di akhir dekade 80-an turut berpengaruh terhadap turunnya minat

pertukaran pelajar tersebut. Namun begitu, jumlah pertukaran pelajar yang terjadi

di tahun 1989 menjadi angka tertinggi yang mampu dicapai AIESEC dalam

sejarahnya berdiri.

Selanjutnya, AIESEC menghadapi tantangan dimana sebagai sebuah

organisasi kepemudaan internasional tidak hanya sekedar mengenai jumlah

pertukaran pelajar, tetapi juga sangat memperhatikan seberapa besar relevansi

organisasi ini dalam membangun dunia yang lebih baik. Kontribusi AIESEC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

terhadap dunia pada saat itu dianggap ‗hanya‘ sebatas mengirim dan melakukan

program pertukaran pelajar dan hal tersebut dianggap tidak cukup bila

dibandingkan dengan tujuan utama AIESEC yaitu memberi dampak positif

langsung ke masyarakat dunia.

Menjawab tantangan tersebut, AIESEC kemudian menginisiasi AIESEC

Global Seminar Series (AGSS) pada tahun 1988, tujuannya adalah untuk memberi

edukasi kepada pemuda dan megumpulkan opini-opini mengenai pembangunan

berkelanjutan agar mereka yang mengikuti rangkaian seminar tersebut bisa

berkontribusi kepada masyarakat dan nantinya bisa menjadi seorang pemimpin.

Seperti ITOMS, AGSS pada akhirnya bermuara pada kegiatan World Theme

Conference (WTC).

Selain mengadakan seminar internasional tersebut, pada tahun 1990-an

AIESEC kemudian melakukan perubahan besar, dengan tidak hanya berfokus

pada kegiatan pertukaran pelajar. Program pertukaran pelajar terus dijalankan,

namun di sisi lain AIESEC memberi perhatian lebih untuk berkontribusi melalui

forum-forum internasional di luar AIESEC. Pada tahun 1992, AIESEC mendapat

undangan dari PBB dalam sebuah pertemuan internasional penting di kala itu

yang bernama UN Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil. Tiga tahun kemudian,

AIESEC kembali mengambil peran dalam World Summit for Social Development

di Kopenhagen, Denmark dan tahun berikutnya di forum World Habitat II

Meeting di Istanbul, Turki. Tiga pertemuan penting di kancah internasional

tersebut menandai bahwa AIESEC mulai berhasil membuka diri terhadap

lingkungan eksternal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Selain perubahan-perubahan yang dilakukan dalam menjalankan program

pertukaran pelajar, AIESEC juga melakukan sejumlah penyesuain pada sistem

teknologi informasi yang berlaku. Hal ini juga diakibatkan oleh semakin majunya

teknologi yang ada, yang juga dapat memudahkan proses kerja AIESEC itu

sendiri. Berkat kemajuan teknologi dan penggunaan internet pada saat itu, proses

kerja AIESEC jadi lebih terkomputerisasi dan terorganisir, seperti misalnya

proses penerimaan data menggunakan File Type Protocol (FTP), kemampuan

untuk melaksanakan rapat online melalui Internet Relay Chat (IRC), dan

dibukanya website www.aiesec.org yang bisa diakses hingga 70 negara pada masa

itu. Akibatnya, sebuah LC (entitas lokal) bisa memangkas pengeluaran untuk

keperluan komunikasi mengingat biasanya dilakukan melalui surat-menyurat,

telepon, atau fax.

Memasuki dekade serta milenium baru di tahun 2000-an, AIESEC

menghadapi masalah yang sama dengan yang terjadi pada dekade 1970, yaitu

turunnya angka pertukaran pelajar. Mengatasi masalah tersebut, AIESEC kembali

fokus pada pengembangan kualitas para anggotanya. Namun, kali ini AIESEC

Experience benar-benar diberi perhatian utama oleh organisasi ini. AIESEC

sebagai unique platform dari proses belajar (learning), pertukaran pelajar

(exchange), dan pengalaman kepemimpinan (leadership experience) disusun

dalam lima tahap yang mulai diperkenalkan kepada para anggota pada 2001. Baru

pada tahun 2005, hal tersebut diluncurkan secara resmi pada International

Congress di Agra, India.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

AIESEC kemudian mengenalkan strategi organisasi dan strategi produk yang

baru demi mencapai visinya di tahun 2010. Strategi organisasi dan strategi produk

AIESEC dibuat sebagai produk kepemimpinan, di mana produk tersebut ada

dalam AIESEC Experience. AIESEC Experience membantu pengembangan diri

para anggota AIESEC dengan memberi kontribusi lebih dan hasil yang nyata bagi

lingkungan sekitar. Semakin banyak member yang terlibat dalam kegiatan-

kegiatan AIESEC ataupun peserta pertukaran pelajar AIESEC, maka akan

semakin terasah pula jiwa kepemimpinan mereka melalui AIESEC Experience.

Pada tahun 2004, agar AIESEC bisa lebih fokus dalam mengimplementasikan

AIESEC Experience, organisasi ini membagi wilayah di seluruh dunia menjadi

lima Growth Networks. Pembagian ini berdasarkan tren sosial ekonomi yang

terjadi di negara tersebut dan kesempatan-kesempatan yang mungkin terjadi

antarnegara. Kelima Growth Networks tersebut adalah Western and North

America (WENA), Central and Eastern Europe (CEE), Asia Pacific (AP), Africa,

dan Ibroamerica Growth Network (IGN—Amerika Latin, Amerika Serikat,

Spanyol, dan Portugal). Pada tahun 2006, Middle East and North Africa (MENA)

dimasukkan dalam daftar Growth Networks.

Melalui Growth Networks, negara-negara yang tergabung dalam AIESEC

dapat menerapkan program dan kegiatan yang sesuai dengan kesempatan dan

kecenderungan situasi sosial politik masing-masing. Program-program yang

dijalankan oleh masing-masing negara tersebut dirancang agar dapat memberi

fasilitas pertukaran pelajar dan kesempatan mengembangkan jiwa kepimpinan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

Tidak lupa, segala aktvitas program disesuaikan dengan tema yang relevan serta

isu yang sedang berkembang di tingkat lokal, regional, dan dunia global.

Selain Growth Networks tersebut, AIESEC juga memperkenalkan Issue-

Based AIESEC Experience (IBXPs), yaitu sebuah cara untuk meyakinkan para

pemuda yang memiliki passion terhadap isu-isu tertentu, untuk tidak hanya

mengembangkan jiwa kepemimpinan, tapi juga mendalami sebuah isu sesuai

dengan bidangnya dengan sasaran utamanya adalah para peserta pertukaran

pelajar AIESEC. Selain itu, IBXPs juga diberikan kepada member AIESEC

melalui konsep T-Leadership - seseorang yang memiliki kompetensi untuk

memimpin sebuah perubahan positif, memiliki minat yang kuat dan pengetahuan

pada sebuah isu penting di mana dunia sedang membutuhkan sosok dengan jiwa

kepemimpinan yang tinggi di bidang tersebut.

Selain itu, AIESEC juga mengenalkan AIESEC Learning Networks (LNs)

yang merupakan bagian dari IBXPs. AIESEC LNs diberi nama berdasarkan topik,

yaitu Finance, Education, HIV/AIDS, Corporate Responsibility, dan

Entreupreneurship. Melalui AIESEC, seorang member dapat memiliki

kesempatan untuk memimpin sebuah tim dan melakukan international internship

-sementara institusi yang bersangkutan mendapatkan manfaat melalui partnership

dengan AIESEC intern.

Pada dekade 2000, dengan rata-rata lebih dari 1600 pertukaran pelajar

diselenggarakan setiap tahunnya di lebih dari 40 negara dan enam benua telah

memberi bukti bahwa AIESEC memberi jaringan para agen perubahan yang

memiliki passion pada topik-topik tersebut. Hasilnya, pada tahun 2007, AIESEC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

sukses meraih performa terbaiknya dalam hal exchange experience yang diberikan

kepada para anggota.

Di saat yang bersamaan, AIESEC juga semakin melebarkan sayapnya ke

seluruh penjuru dunia. Hal ini bisa terlihat dari semakin banyaknya jumlah

expansion maupun LC yang tergabung dalam AIESEC. Melihat hal ini, AIESEC

menyadari urgensi untuk segera membentuk manajemen komunikasi dan

informasi yang dapat menjangkau seluruh member. Dengan berbagai

perkembangan dan perubahan, AIESEC kemudian mengagas penggunaan

www.myaiesec.net, yang menjadi sebuah evolusi dalam sistem berbasis

komunitas yang dikenal dengan user-centric system, atau sistem yang dirancang

khusus sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Akhirnya, www.myaiesec.net resmi

diluncurkan pada 10 Desember 2007.

Situs www.myaiesec.net merupakan sebuah sistem komunikasi dan informasi

yang berbasis teknologi web 2.0 terbaru. Dengan www.myaiesec.net, seluruh

member, rekanan, dan alumni dapat berinteraksi satu sama lain dan berpartisipasi

dalam jaringan global AIESEC. Melalui www.myaiesec.net pula, masing-masing

pengguna dapat menjadi kontributor untuk meningkatkan kualitas AIESEC

Experience.

Www.myaiesec.net adalah pembuktian bahwa AIESEC senantiasa

mengedepankan penggunaan teknologi dalam mengelola jaringan keanggotaan

yang sangat luas. Fitur baru yang terdapat dalam situs ini antara lain: adalah

adanya kapabilitas menghubungkan antarpengguna dengan cepat, mampu

mengelola baik Leadership maupun Exchange Experience, dapat merekam jejak


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

pengembangan kompetensi member secara personal dalam mengimplementasikan

AIESEC Experience, interaksi dan komunikasi yang lebih baik dengan rekanan

AIESEC, jangkauan yang lebih luas untuk statistik maupun laporan-laporan lain,

dan adanya multiple content generation features untuk saling berbagi informasi.

Www.myaiesec.net telah menjadi instrumen yang sangat penting bagi

AIESEC. Melalui situs ini, seluruh orang yang terkait dengan AIESEC bisa saling

terhubung. Di saat yang sama, www.aiesec.org juga terus dikembangkan dengan

tampilam dan menu yang lebih interaktif. Sampai hari ini, www.aiesec.org masih

dijadikan acuan utama bagi mereka yang mencari informasi mengenai AIESEC

secara umum, baik untuk non-member, member, alumni, dan institusi. Lebih dari

itu, www.myaiesec.net dan www.aiesec.org bukan hanya sekedar situs website,

namun juga pembuktian bahwa sebuah organisasi kepemudaan internasional

bernama AIESEC terus tumbuh dari hari ke hari dan lebih dari enam dekade,

semangatnya belum pernah mati.

Hingga hari ini, AIESEC mengalami perkembangan yang pesat. Tercatat

bahwa AIESEC memiliki lebih dari 70.000 member aktif di 2400 perwakilan

universitas di 126 negara dan teritori. Ada lebih dari 6000 kesempatan yang

tersedia di AIESEC dengan pengalaman lebih dari 6500 program magang dan

juga lebih dari 21.000 pengalaman sukarelawan. Dan hingga saat ini sudah

terdapat lebih dari satu juta orang yang menjadi alumni AIESEC.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

B. Standing Position, Tujuan, dan Lingkup AIESEC

Standing position, tujuan, serta lingkup AIESEC adalah sebagai berikut:

1. Standing Position

AIESEC adalah jaringan kepemudaan global yang memberi pengaruh kepada

dunia melalui pengalaman pengembangan jiwa kepemimpinan.

2. Tujuan

Perdamaian dan pemenuhan potensi umat manusia.

3. Lingkup

AIESEC adalah organisasi global, non-politik, independen, dan tidak-untuk-

memperoleh-laba yang dijalankan oleh pelajar dan wisudawan baru dari institusi

atau pendidikan tinggi. Anggota kami tertarik pada isu dunia, kepemimpinan, dan

manajemen. AIESEC tidak membedakan ras, warna kulit, gender, orientasi

seksual, kepercayaan, kebangsaan, etnis, maupun identitas sosial.

C. Nilai-nilai AIESEC

Nilai-nilai AIESEC adalah nilai-nilai yang ditanamkan kepada seluruh

member dalam menjalankan organisasi. Nilai-nilai tersebut yaitu:

1. Striving for Excellence (Berjuang untuk memberikan yang terbaik)

AIESEC bertujuan untuk memberikan kualitas terbaik dari seluruh rencana,

program, kegiatan, dan segala yang dilakukan. Melalui kreativitas dan inovasi,

AIESEC terus berusaha untuk berkembang menjadi semakin baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

2. Enjoying Participation (Menikmati partisipasi)

AIESEC membangun lingkungan yang dinamis, yag dibentuk dari keaktifan

dan semangat berpartisipasi masing-masing individu. Semua member dan orang-

orang yang terlibat menikmati berada dalam AIESEC.

3. Living Diversity (Hidup dalam perbedaan)

AIESEC belajar dari keanekaragaman cara hidup dan opini dalam

lingkungannya yang multikultur. AIESEC menghargai dan mendorong setiap

individu tanpa terkecuali untuk berkontribusi dalam organisasi ini.

4. Activating Leadership

AIESEC membangun kepemimpinan dengan memberi contoh dan

menginsipirasi para calon pemimpin melalui aktivitas-aktivitas organisasi.

AIESEC bertanggung jawab penuh dalam mengembangkan jiwa kepemimpinan

para member-nya.

5. Demonstrating Integrity

AIESEC konsisten dan transparan dalam keputusan dan tindakan yang

diambil. AIESEC selalu mengupayakan untuk memenuhi komitmennya dan

melakukan segala sesuatu sesuai dengan idealisme organisasi.

6. Acting Sustainably

AIESEC bertindak sesuai dengan jalan yang dapat membangun baik

organisasi maupun masyarakat luas secara berkelanjutan. Segala keputusan yang

diambil oleh AIESEC haruslah bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

D. Struktur Organisasi AIESEC Internasional

Gambar 2.1 Struktur Organisasi AIESEC Internasional

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

E. Logo AIESEC

Gambar 2.2 Logo AIESEC

Logo AIESEC adalah tulisan AIESEC berwarna putih dengan latar belakang

warna biru. Menyambung dengan latar belakang, dari tulisan AIESEC, terdapat

ilustrasi orang berjalan. Pada ilustrasi tersebut, mula-mula orang berjalan biasa

dengan kepala tertunduk, dan langkah pendek. Kemudian, gambar selanjutnya

adalah seseorang yang membawa tas, kepala tidak lagi tertunduk melainkan

menatap percaya diri ke depan dan akhirnya terus berjalan dengan langkah yang

lebar.

Biru, merupakan warna ciri khas AIESEC. Sedangkan, ilustrasi orang

berjalan tersebut menggambarkan bahwa dengan AIESEC, seseorang bisa

mengembangkan dirinya dari yang „biasa-biasa saja‟ menjadi seseorang yang

berintegritas dan profesional. Melalui AIESEC, karakter seseorang dibentuk.

AIESEC membantu seseorang untuk mengembangkan jiwa kepemimpinannya.

Dengan ilustrasi itu pula, digambarkan bahwa seseorang yang pertama masuk di

AIESEC masih dengan karakter aslinya kemudian berproses sehingga selepas dari

AIESEC, seseorang semakin mantap dan percaya diri menatap masa depan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

F. Maskot AIESEC

Gambar 2.3 M askot AIESEC

Maskot AIESEC adalah ilustrasi sosok manusia dengan kepala berlidah api

yang dinamai Eddie. Eddie merupakan representasi seorang pemuda dan lidah api

melambangkan semangat yang dimiliki oleh masing-masing member AIESEC.

Eddie yang berwarna biru muda dan tidak disertai tambahan ilustrasi apa pun

adalah maskot AIESEC secara umum, sedangkan Eddie yang berwarna lain atau

memiliki tambahan ilustrasi adalah maskot suatu acara, departemen, atau LC

tertentu.

G. Negara-negara Anggota AIESEC

No. Negara No. Negara No. Negara

1. Afganistan 44. Ghana 87. Peru

2. Albania 45. Yunani 88. Filipina

3. Aljazair 46. Guatemala 89. Polandia

4. Argentina 47. Hong Kong 90. Portugal


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

5. Armenia 48. Hungaria 91. Puertoriko

6. Australia 49. Islandia 92. Qatar

7. Austria 50. India 93. Rumania

8. Azerbaijan 51. Indonesia 94. Rusia

9 Bahrain 52. Iran 95. Rwanda

10 Barbados 53. Irlandia 96. Senegal

11. Belarusia 54. Italia 97. Serbia

12. Belgia 55. Jepang 98. Sisilia

13. Benin 56. Yordania 99. Singapura

14. Bolivia 57. Kazakhstan 100. Slowakia

15. Bosnia 58. Kenya 101. Slovenia

Herzegovina

16. Boswana 59. Kuwait 102. Afrika Selatan

17. Brazil 60. Kirgistan 103. Korea Selatan

18. Brunei 61. Laos 104. Spanyol

Darussalam

19. Bulgaria 62. Latvia 105. Sri Lanka

20. Burkina Faso 63. Luksemburg 106. Swedia

21. Kamboja 64. Makedonia 107. Swiss

22. Kamerun 65. Malawi 108. Taiwan

23. Kanada 66. Malaysia 109. Tajikistan

24. Cape Verde 67. Malta 110. Tanzania

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

25. Cili 68. Maurisius 111. Thailand

26. Cina 69. Meksiko 113. Togo

27. Kolombia 70. Moldova 113. Tunisia

28. Kosta Rika 71. Mongolia 114. Turki

29. Pantai Gading 72. Montenegro 115. Uganda

30. Kroasia 73. Maroko 116. Ukraina

31. Republik Ceko 74. Mozambik 117. Uni Emirat Arab

32. Denmark 75. Myanmar 118. Britania Raya

33. Republik 76. Namibia 119. Amerika Serikat

Dominika

34. Ekuador 77. Nepal 120. Uruguay

35. Mesir 78. Belanda 121. Venezuela

36. El Salvador 79. Selandia Baru 122. Vietnam

37. Estonia 80. Nikaragua 123. Libanon

38. Ethiopia 81. Nigeria 124. Liberia

39. Finlandia 82. Norwegia 125. Liechtenstein

40. Perancis 83. Oman 126. Lituania

41. Gabon 84. Pakistan 127. Guatemala

42. Georgia 85. Panama

43. Jerman 86. Paraguay

Tabel 2.1 Negara-negara Anggota AIESEC Internasional

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

H. Program Global Citizen AIESEC

Program Global Citizen AIESEC adalah salah satu dari tiga program utama

AIESEC, yaitu Global Talent dan Global Leader. Sebelumnya, program ini lebih

dikenal dengan nama Global Youth Ambassador Programme. Program ini

memberikan kesempatan kepada para pemuda untuk mengembangkan diri dan

jiwa kewirausahaan dan tanggungjawab kepemimpinan melalui bekerja sosial di

luar negeri, dengan jangka waktu program selama enam hingga dua belas minggu.

Program ini tidak menjanjikan keuntungan ataupun gaji bagi para pesertanya,

walaupun dalam beberapa kesempatan peserta akan mendapatkan gaji dari tempat

ia bekerja, akan tetapi program ini menjanjikan sebuah pengalaman yang akan

membantu pesertanya dalam mengembangkan pengalaman untuk mempertajam

kualitas mereka di masa mendatang.

Terhitung pada tahun 2014, sudah terdapat 21.000 lebih sukarelawan yang

tergabung dalam program ini, dengan 3000 lebih partner yang bekerja sama sudah

terdapat 200.000 lebih pengalaman bekerja yang dilakukan.

Dari data yang diambil pada tahun 2013, pengalaman yang paling popular

dilakukan dalam program Global Citizen ini antara lain:

1. Penyediaan pendidikan (Providing Education)

Yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan dan kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan terutama untuk komunitas-komunitas menengah ke

bawah yang tidak atau belum mendapatkan pendidikan yang layak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

2. Mengembangkan literasi (Improving Literacy)

Kegiatan ini dilakukan untuk menyadarkan akan pentingnya seseorang untuk

mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang layak yang diawali dengan

gerakan permberantasan buta huruf di komunitas-komunitas tertentu.

3. Pemberantasan Kemiskinan (Eradicating Poverty)

Merupakan kegiatan yang akan membantu pengembangan kemampuan dan

juga merencanakan pembangunan kapasitas untuk membantu sebuah

komunitas untuk tumbuh dan keluar dari kemiskinan.

4. Keberlangsungan Hidup (Sustainable Living)

Kegiatan yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup umat manusia di

dunia. Kegiatan ini biasanya berkaitan dengan perubahan iklim dan mengatasi

serta mengurangi dampaknya terhadap bumi.

5. Sanitasi dan Kesehatan (Health & Sanitation)

Kegiatan yang dilakukan adalah bekerjasama dengan komunitas-komunitas

lokal untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan sanitasi untuk mengurangi

dampak penyakit serta peningkatan produksi pangan.

6. Hak Asasi Manusia (Human Rights)

Yaitu kegiatan yang memberikan fasilitas dan kemampuan berbisnis kepada

komunitas-komunitas di seluruh dunia dengan maksud untuk membantu

kesetaraan dan pemahaman yang lebih baik.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai