UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
BAB I
MENGHITUNG POPULASI
Tahap pengamatan ini dengan membagi lokasi yang menjadi tempat pengamatan
menggunakan plot. Plot yang digunakan untuk pengamatan dengan menggunakan
ukuran 5 x 5 meter. Metode ini dapat memperkirakan jumlah spesies dalam area
pengamatan yang telah ditandai, karena luas area pengamatan yang relatif kecil
sehingga tidak kesulitan dalam memperkirakan jumlah populasi spesies.
1. Pohon Coklat 5
(Theobroma cacao)
2. Pohon buah kokosan 5
atau langsat
(Lansium domesticum)
3. Matao 3
(Pometia pinnata)
4. Benalu 4
(Loranthus)
5. Semak cemara 5
(Psychotria nervosa)
6. Tanaman Paku 3
(Christella dentata)
7. Piper retrofractum 2
8. Kawakawa 6
(Piper excelsum)
9. Daun Garut 7
(Maranta arundinacea)
10. Rengas Tembaga 3
(Gluta renghas L.)
15. C 13
(Psychotria viridis)
Total 88
Dari data table diatas terlihat populasi yang dominan adalah Kasup, Emprit-
empritan ijo, Kamo-kamoro dan Dari data table diatas terlihat populasi yang
dominan adalah Kasup, Emprit-empritan ijo, Kamo-kamoro (Cyrtococcum
patens) dengan transek 5x5 meter dengan jumlah tak terhingga. Dominansi adalah
proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total
habitat. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat 1 spesies tergolong tinggi
dibandingkan spesies lain yaitu Kasup, Emprit-empritan ijo, Kamo-kamoro
(Cyrtococcum patens) sedangkan dominansi yang rendah adalah Piper retrofractum,
Tanaman Paku, Matao,dan rengas tembaga. Hal ini dikarenakan dan tumbuhan
lainnya tidak memiliki luas bidang dasar (tajuk atau percabangan batangnya).
Jenis Kasup, Emprit-emprit ijo, Kamo-kamoro (Cyrtococcum patens) menguasai
ruang tumbuh persatuan luas (tajuk/percabangan) yang memiliki diameter besar
dan menempati ruang tumbuh yang baik. dengan transek 5x5 meter dengan
jumlah. Dominansi adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa
terdapat 1 spesies tergolong tinggi dibandingkan spesies lain yaitu Kasup, Emprit-
emprit ijo, Kamo-kamoro (Cyrtococcum patens) sedangkan dominansi yang rendah
adalah Piper retrofractum, Tanaman Paku, Matao,dan rengas tembaga. Hal ini
dikarenakan dan tumbuhan lainnya tidak memiliki luas bidang dasar (tajuk atau
percabangan batangnya). Jenis Kasup, Emprit-emprit ijo, Kamo-kamoro
(Cyrtococcum patens) menguasai ruang tumbuh persatuan luas
(tajuk/percabangan) yang memiliki diameter besar dan menempati ruang tumbuh
yang baik.
BAB III
RUMPANG
3.1 Rumpang
Hutan memiliki fase perkembangan vegetasi, yang terdiri dari beberapa
fase yaitu: 1) fase rumpang (pada saat terjadinya rumpang), 2) fase
perkembangan (proses pertumbuhan dan perkembangan vegetasi yang
menjadi rumpang), dan 3) Fase tua (vegetasi mencapai klimaks dan
kemungkinan mendekati asalnya dan strukturnya berlapis) dimana setiap saat
dapat terjadi rumpang yang baru. Fase satu dengan lainnya saling terkait,
berkesinambungan dan merupakan suatu proses yang dinamis (Panjaitan,
dkk., 2013:109).
Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan
organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat),
makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-
tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. Interaksi kompetisi
tumbuhan mempengaruhi beberapa aspek yaitu kesintasan, pertumbuhan,
reproduksi. Kesintasan adalah ketika tumbuhan yang sama jenis atau berbeda
jenis saling berkompetisi maka dapat menyebabkan menurunnya daya tahan
hidup dari tiap-tiap individu tanaman tersebut, semakin banyak tumbuhan
yang berkompetisi dalam rumpang maka akan semakin turun pula daya tahan
hidup dari masing-masing tumbuhan tersebut. Lalu pertumbuhan, apabila
tumbuhan tersebut tumbuh saling berdekatan satu sama lain maka ada
kemungkinan dimana salah satu atau semua tumbuhan di dekat rumpang
tersebut memiliki struktur morfologi yang kurang sempurna atau cacat seperti
kerdil. Selanjutnya reproduksi yakni dimana suatu tumbuhan yang
berkompetisi dalam suatu rumpang akan melibatkan reproduksi dengan
mengurangi kesempatan saingannya untuk memperoleh sumber makanan.
Sagala (1998) mengemukakan bahwa faktor tempat tumbuh memiliki
unsur yang cukup banyak dimana saling mempengaruhi antara satu dengan
lainnya. Selanjutnya disebutkan secara praktis di lapangan faktor tempat
tumbuh dibagi ke dalam 3 kelompok. Pertama, faktor tempat tumbuh yang
berada di atas tanah yakni : 1) pohon naungan atas, 2) pohon naungan
samping, 3) ukuran gap/rumpang, 4) intensitas cahaya, 5) lamanya
penyinaran, 6) temperatur udara, dan 7) kelembaban udara.
Kedua, faktor tempat tumbuh yang berada dipermukaan tanah yakni : 1)
jenis gulma, 2) kerapatan gulma, 3) serasah, 4) kelerengan, 5)
mikroorganisme, 6) fauna. Ketiga, faktor tempat tumbuh yang berada di
dalam tanah yaitu : 1) ketebalan tanah, 2) kegemburan tanah, 3) kandungan
unsur hara, 4) pH tanah, 5) bahan organik, 6) mikoriza, 7) suhu tanah, 8) jenis
tanah, 9) rhizobium.
Rumpang (gap) berperan penting terhadap dinamika vegetasi yang ada
pada rumpang tersebut. Tersedianya rumpang (celah) yang terbuka pada
tegakan hutan, cahaya matahari dapat mencapai lantai hutan dan menciptakan
kondisi temperatur yang mampu merangsang mikroorganisme pengurai
seresah semakin aktif yang akan melepaskan unsur hara yang terkandung di
seresah (batang mati, daun-daunan dan ranting). Keadaan ini memberikan
keuntungan bagi pertumbuhan dan perkembangan anakan sebagai material
tegakan yang ada di dalam rumpang, sehingga perkembangan dan
pertumbuhannya relatif lebih cepat dibandingkan pada lokasi di bawah tajuk
(Jordan, 1985).
EXPERIENCE
4.1 Pengalaman
Kuliah lapangan di taman nasional bukit barisan selatan adalah hal yang tidak
akan pernah saya lupakan dalam hidup saya. Pasalnya, banyak kenangan yang
saya dapatkan, dimulai dengan jalan menuju resort yang amat jauh dan
melelahkan, tidur dihomestay milik warga sekitar, menyusuri hutan, melihat
bunga rafflesia arnoldi dan amorphopalus tumbuh disana, mengetahui ekosistem
badak yang ada disana sampai pengalaman berharga seperti terkena banyak
hisapan lintah/pacet. Selama disana, saya sekelompok berjumlah 8 orang dan tidur
di homestay milik ibu samson, disana juga menjadi tempat menyiapkan konsumsi
selama kami mengadakan kuliah lapangan, Ketika akan makan dan materi saya
sekelompok harus berjalan menuju resort yang jaraknya luamyan jauh, hal yang
tidak dapat dilupakan keitka harus menghadiri materi tentang badak pada malam
hari di resort, pak samson sebenernya memberikan kami penerangan untuk
dijalan, tetapi kami menolak karena tidak ingin merepotkan tuan rumah dengan
alasan memakai penerangan dari ponsel masing-masing saja. Ternyata, sepanjang
perjalanan yang kami liat hanya hitam gelap gulita dan sedikit mencekam yang
akhirnya membuat kami menyesal karena menolak penerangan dari pak Samson.
Sepulangnya dari resort materi malam saya dan teman-teman memutuskan untuk
menyeduh pop mie yang kami bawa masing-masing untuk menghangatkan badan
dan mengganjal lapar.Saat itu pintu dan semua jendela sudah ditutup rapat-rapat
oleh tuan rumah,lalu ada salah satu teman yang membaca chat grup whatsapp,
memberitahukan apabila kita harus menjaga sikap ketika berkunjung di tempat
yang bukan wilayah kita lalu kami langsung bergegas membersihkan diri lalu
tidur. Jujur, saya kesulitan untuk tidur saat itu, karena mendengar suara anjing
menggonggong terus menerus sampai tengah malam,namun akhirnya saya
berhasil memejamkan mata walau hanya sebentar. Keesokan harinya, kami
berangkat menuju rhino camp di TNBBS untuk melaksanakan kuliah lapangan,
pada hari itu juga kami sudah tidak menginap lagi di homestay, kami
meninggalkan homestay dan berpamitan dengan tuan rumah. Di rhino camp
ternyata banyak kejadian-kejadian yang saat itu mungkin menyebalkan bagi saya,
namun sekarang menjadi kenangan yang tidak akan pernah saya lupakan seperti
digigit pacet, jalan naik turun bukit yang terjal, hingga terpleset di sungai.
Pengalaman yang tak pernah saya lupakan tidur dirumah warga dengan nuansa
pedesaan yang sangat kental, tak ada sinyal, banyak nyamuk dan hewan liar serta
hari-hari hujan yang membuat tanah disana becek juga sangat mengesankan bagi
saya. Jarang-jarang saya mendapatkan pengalaman yang pada akhirnya menjadi
pembelajaran bagi saya,. Bahwa, hidup ini harus selalu mensyukuri segala nikmat
yang sudah diberikan Tuhan YME kepada saya, ternyata selama ini saya telah
hidup jauh lebih baik dibandingkan dengan warga yang tinggal dikawasan
TNBBS serta anak-anak yang menempuh perjalanan jauh ketika berangkat
menuju sekolah dengan jalan yang tidak bagus pula.
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo, S., Rachman, E., & Uji, T. 2006. Kerusakan morfologi tumbuhan
koleksi Kebun Raya Purwodadi oleh benalu (Loranthaceae dan Viscaceae). Berita
Biologi, 8(2), 129-139.
Maesaroh, D., Mutakin, J., & Tustiyani, I. 2021. Pengaruh penambahan molases
dan dedak sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram
coklat (Pleurotus cystidiosus). Jurnal Pertanian, 121(1), 29-33.