Kelompok 6 :
Fadhilah Mutiara Salsabila Hasibuan (2041221029)
Inggil Aziez Nur Achmad (2041221091)
Evan Dean Nathanael Rorong (2041221099)
Chella Yuanhar Trizulvia (2041221119)
10E.1 Instrumentation
1. Atomisasi
Atomisasi adalah proses mengubah analit dalam bentuk padat, cair, atau larutan
menjadi atom gas bebas menggunakan alat atomizer. Atomizer terdiri dari Nebulizer
(sistem pengabut), spray chamber, dan burner (sistem pembakar).
a. Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan
ukuran partikel 15-20 µm) dengan cara menarik larutan melalui kapiler dengan
pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, lalu disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel
yang halus kemudian beersama aliran campuran bahan bakar, masuk ke dalam nyala.
Sedangkan partikel yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.
b. Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas oksidan,
bahan bakar, dan aerosol sebelum memasuki burner.
c. Burner merupakan sistem tempat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam
unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.
2. Atomisasi Api
Energi panas dalam atau atomisasi api disediakan oleh pembakaran campuran bahan
bakar oksidan. Contoh bahan bakar oksidan seperti pada tabel 10.9.
Tabel 10.9 Bahan Bakar dan Okidan yang digunakan dalam Atomisasi Api
FUEL OXYDANT TEMPERATURE RANGE (C°)
Natural Gas Udara 1700-1900
Hidrogen Udara 2000-2100
Asetilen Udara 2100-2400
Asetilen Dinitrogen Oksida 2600-2800
Asetilen Oksigen 3050-3150
Biasanya, bahan bakar dan oksidan dicampur dalam perbandingan stoikiometri. Desain
yang paling umum untuk pembakaran adalah seperti gambar 10.38.
Gambar 10.38 Atomisasi api dilengkapi dengan ruang semprot dan pembakar
slot. sisipan menunjukkan perakitan nebulizer.
Pembakaran ini menyediakan jalur panjang untuk pemantauan absorbansi dan nyala api
yang stabil. Pembakaran dipasang pada panggung yang dapat disesuaikan yang bergerak
secara horizontal dan vertikal. Penyesuaian horizontal diperlukan untuk memastikan nyala
api sejajar dengan jalur optik instrumen. Sedangkan penyesuaian vertikal diperlukan untuk
mengatur ketinggian di dalam api di mana proses absorbansi terjadi. Penyesuaian ini sangat
penting untuk mempengaruhi konsentrasi atom bebas dalam nyala api.
Peningkatan waktu tinggal mengakibatkan efisiensi atomisasi yang lebih besar, dengan
demikian produk atom bebas meningkat. Sebaliknya, waktu tinggal yang lebih lama dapat
menyebabkan terbentuknya oksida logam yang menyerap panjang gelombang yang
berbeda dari atom bebasnya. Sehingga atom bebas terus meningkat dengan ketinggian
seperti pada gambar 10.39.
Cara paling umum untuk memasukkan sampel ke dalam alat penyemprot api adalah
aspirasi terus-menerus, di mana sampel terus melewati pembakaran. Aspirasi kontinyu
biasanya membutuhkan 2 sampai 5 ml sampel. Microsampling api menyediakan sarana
untuk memasukkan sampel dengan volume tetap dan berguna saat volume sampel terbatas
atau ketika matriks sampel tidak cocok dengan alat penyemprot api. Misalnya aspirasi
sampel yang terus-menerus mengandung padatan terlarut dengan konsentrasi tinggi seperti
air laut dapat mengakibatkan penumpukan endapan padat di kepala pembakar. Endapan ini
menghalangi sebagian api dan menurunkan absorbansi. Mikro sampling api dilakukan
dengan menggunakan mikropipet untuk menempatkan 50 sampai 250 mikroliter sampel
dalam corong yang terhubung ke nebulizer.
3. Atomisasi Elektrotermal
Atomisasi juga bisa menggunakan alat penyemprot elektrotermal yang juga dikenal
sebagai tungku grafit. Terdiri dari tabung grafit silindris dengan panjang sekitar 1 sampai
3 cm dan diameter 3 sampai 8 mm seperti pada gambar 10.40.
Tabung grafit memungkinkan aliran gas inert yang terus-menerus. Tabung ini dapat
melindungi oksidasi dan menghilangkan produk gas yang dihasilkan selama atomisasi.
Catu daya digunakan untuk mengalirkan arus melalui tabung grafit dan menghasilkan
panas resistif. Sampel antara 5 dan 50 mikro liter disuntikkan ke dalam tabung grafit
melalui lubang berdiameter kecil yang terletak di bagian atas lambung. Atomisasi dicapai
dalam tiga tahapan yakni pada tahap pertama sampel dikeringkan dengan menggunakan
arus yang dinaikkan suhunya hingga 110 °C. pada tahap kedua yang disebut pengabuan
suhu dinaikkan menjadi 350-1200 °C . Pada suhu ini setiap bahan organik dalam sampel
diubah menjadi CO2 dan H2O. Pada tahap akhir sampel diatomisasi dengan dengan cepat
dan menaikkan suhu hingga 3000°C. Hasilnya adalah puncak absorbansi sementara yang
tinggi atau luasnya sebanding dengan jumlah absolut analit yang disuntikkan ke dalam
tabung grafit. Ketiga tahapan tersebut selesai dalam waktu kurang lebih 45 sampai 90 detik
dengan sebagian besar waktu ini digunakan untuk pengeringan dan pengabuan sampel.
Ketika identitas matriks tidak diketahui, atau api tidak bisa disesuaikan untuk
mengeliminasi interferensi, maka metode lain harus digunakan untuk mengatasi
interferensi background.
*background correction: koreksi absorbansi bersih dari yang disebabkan matriks sampel
Formasi ini dapat diminimalisir dengan meningkatkan temperatur api, bisa dengan
mengganti rasio fuel-oxidant atau mengganti dengan kombinasi fuel dan oksidan
yang berbeda. Cara lainnya yaitu dengan menambahkan releasing agent atau protecting
agent pada larutan yang mengandung analit. Releasing agent merupakan spesies yang
lebih bereaksi dengan interferent dibandingkan dengan analit, protecting agent bereaksi
dengan analit untuk membentuk kompleks volatil yang stabil.
2. Interferensi ionisasi
Terjadi ketika energi termal api atau electrothermal atomizer cukup untuk ionisasi
analit
𝑀 ↔ 𝑀+ + 𝑒 −
Variasi dari konsentrasi spesies yang mudah terionisasi dapat memberikan efek yang
signifikan pada absorbansi sampel. Interferensi ini dapat diminimalisir dengan
menggunakan ionization suppressor, yang merupakan spesies yang lebih mudah
terionisasi dibandingkan analit.
Standarisasi Metode:
Kurva kalibrasi absorpsi atom seringkali nonlinier karena keterbatasan instrumen. Kurva
kalibrasi nonlinier dapat dipasangkan menggunakan persamaan kuadratik dan kubik, tetapi hasil
yang lebih akurat dapat diperoleh menggunakan metode lain. Standar eksternal lebih disukai,
tetapi interferences matriks dapat menjadi masalah. Metode penambahan standar sering
digunakan dalam kasus-kasus ini, tetapi memerlukan hubungan linear antara absorbsi dan
konsentrasi.
10E.3 Evaluation
A. Skala Operasi
Skala Operasi Spektroskopi penyerapan atom sangat cocok untuk analisis jejak dan analit
ultratras, terutama ketika menggunakan atomisasi elektrotermal. Penyerapan atom dapat
diterapkan pada analit minor dan mayor dengan cara mengencerkan sampel.
B. Akurasi
Akurasi 0,5-5% dapat dimungkinkan ketika gangguan spektral dan kimia diminimalkan.
Dengan kurva kalibrasi nonlinier, akurasi yang lebih tinggi diperoleh dengan
menggunakan sepasang standar yang absorbansinya erat dengan absorbansi sampel, dan
dengan asumsi bahwa perubahan absorbansi linier di atas kisaran konsentrasi limited.
C. Presisi
Presisi adalah tingkat ketepatan antara informasi yang diminta oleh pengguna dengan
jawaban yang diberikan oleh sistem. Untuk absorbansi lebih besar dari 0,1-0,2, standar
deviasi relatif untuk penyerapan atom adalah 0,3-1% untuk atomisasi api, dan 1-5% untuk
atomisasi elektrotermal.
D. Sensitivitas
Sensitivitas analisis penyerapan atom dengan atomisasi api sangat dipengaruhi oleh
komposisi nyala api dan posisi dalam nyala api dari mana penyerapan dipantau. Dengan
atomisasi elektrotermal, sensitivitas dipengaruhi oleh tahap pengeringan dan tahap
pengabuan yang mendahului atomisasi, serta matriks sampel. Sensitivitas dapat
ditingkatkan dengan menambahkan alkohol, ester, atau keton dengan berat molekul yang
rendah ke dalam larutan atau dengan menggunakan pelarut organik. Dan sensitivitas
dapat dikuranngi dengan adanya gangguan kimia.
E. Selektivitas
Selektivitas merupakan tingkatan dimana suatu metode analisis bebas dari interferensi
dan matriks yang terkandung dalam sampel. Lebar garis penyerapan yang sempit,
menunjukkan penyerapan atom provide selektivitas yang sangat baik.
F. Waktu, Biaya, dan Peralatan
Dalam penggunaan atomisasi api waktu analisis yang dibutuhkan terhitung cepat, dengan
throughput sampel 250-350 penentuan per jam. Sedangkan atomisasi elektrotermal
membutuhkan lebih banyak waktu per analisis, dengan throughput sampel maksimum 20-
30 penentuan per jam. Biaya yang dibutuhkan untuk instrumen baru berkisar dari
$10.000-$50.000 untuk atomisasi api dan $18.000-$70.000 untuk atomisasi elektrotermal.
Masa pakai analit dalam keadaan tereksitasi A* terbilang pendek, biasanya 10−5–10−9
detik untuk keadaan tereksitasi elektronik dan 10−15detik untuk keadaan tereksitasi getaran.
Relaksasi terjadi melalui tumbukan antara A* dan spesies lain dalam sampel, melalui reaksi
fotokimia dan melalui emisi foton. Pada proses pertama, yang disebut penonaktifan vibrasi, atau
relaksasi nonradiasi, kelebihan energi dilepaskan sebagai panas; dengan demikian
Relaksasi dengan reaksi fotokimia dapat melibatkan reaksi dekomposisi yang dipisah oleh A*
Pada kedua kasus tersebut, kelebihan energi digunakan dalam reaksi kimia atau dilepaskan
sebagai panas.
Dalam mekanisme ketiga kelebihan energi dilepaskan sebagai foton elektromagnetik
radiasi. Pelepasan foton setelah eksitasi termal disebut emisi, dan setelah penyerapan foton
disebut fotoluminesensi. Dalam chemiluminescence dan bioluminescence, masing-masing hasil
eksitasi dari reaksi kimia atau biokimia.