Anda di halaman 1dari 12

Keiko berjalan mengikuti Jonatan tanpa berkata apapun.

Dia hanya melihat Jonatan dengan


perasaan yang dia sendiri tidak tahu bagaimana mengatasinya.

Dengan kondisinya yang seperti ini, sangat egois jika Keiko berharap hidup disamping Jonatan
selamanya. Masih berapa lama lagi dia bisa mengingat kenangan-kenangan indah ini. Kenapa disaat
dia baru saja merasakan kebahagian, kini harus ku lepas lagi. Air mata Keiko tiba-tiba jatuh tanpa
terkendali.

Jonatan tiba-tiba menghentika langkahnya, karena Keiko tidak bersuara sejak tadi. Sekilas Jonatan
melihat air mata Keiko. Keiko yang menyadari langsung dnegan cepat menghapus air matanya.

“ Apa kamu baik-baik saja?” tanya Jonatan cemas.

‘’Emmm, aku baik-baik saja,’’ jawab Keiko sambal tersenyum kepada Jonatan. Keiko mempercepat
Langkah kaki nya. dan meninggalkan Jonatan yang masih terpaku diam dengan menatap Keiko.

****

Satu minggu kemudian

“Berapa lama waktu yang aku miliki sebelum penyakit ini menggerogoti ingatanku?’’ tanya Keiko
kepada dr Haffa.

“Bukannya ini pertanyaan untuk seseorang yang kritis dan tidak bisa hidup lagi?’’ jawab dr Haffa
kepada Keiko. Keiko menatap dr Haffa dnegan tatapan serius dan tidak ingin bercanda. dr Haffa
mengerti tatapan Keiko yang sedang tidak ingin bercanda.

“Kei, bukankan kamu juga seorang dokter? Lalu bagaimana perasaanmu Ketika pasienmu bertanya
seperti itu? Seolah hidupnya hanya akan berakhir besok?” jawab dr Haffa mencoba mencairkan
suasana.

‘’Kamu disini adalah pasienku, bukan lagi seorang dokter bedah. Dan aku tidak ingin menghancurkan
harapanmu begitu saja. Penyakit ini masih dalam uji coba untuk obatnya, dan aku percaya dalam
waktu dekat ini, obat itu akan berhasil dibuat’’ucap dr Haffa mencoba menenangkan Keiko.

‘’Sebentar lagi, apa kamu piker aku anak kecil yang bisa dibodohi begitu saja.’’ Ucap Keiko dengan
datar. ‘’Justru karena aku seorang dokter, aku tahu apa yang akan aku hadapi dan apa yang harus
aku lakukan. Jadi katakana saja, seberapa cepat penyakit ini akan mempengaruhiku.

“Kei, Alzaimer tidak secepat itu berkembang. Masih cukup banyak waktu. Di Jerman kita sedang
mengembangkan obat untuk penyakit ini. Apa kamu ingin bergabung kesana? Aku akan
merekomendasikan dirimu kepada profesorku,”tawar Haffa.

Keiko berfikir sejenak, rasanya berat jika harus pergi jauh kesana. Namun dia juga tidak ingin
berdiam diri, menunggu penyakit ini menggerogoti ingatannya.

“Kapan aku harus kesana?”tanya Keiko dengan sedikit ragu.

“Jika profesorku menyetujui nya, dan semua administrasi beres, 2 minggu lagi kamu bisa
berangkat,”jawab Haffa.

“Dua minggu lagi?”Keiko sedikit terkejut mendnegar waktu yang begitu singkat. Yang ada di
pikirannya sekarang hanyalah Jonatan. Apa yang harus dia katakan, baru saja setelah sekian lama
akhirnya mereka bisa Bersama. Kini harus berpisah lagi.
“Baiklah, aku akan menyelesaikan urusanku disni secepatnya,”ucap Keiko dengan berat.

“Aku akan mengabarimu lusa,”ucap Haffa.

“Hemm, aku pulang dulu,”pamit Keiko sambal berjalan keluar ruangan Haffa tanpa ekspresi.

Haffa hanya memandang punggung Keiko yang perlahan menghilang dari pandangannya. Haffa
cukup mengenal Keiko saat masih kuliah dulu. Karena kepintaran Keiko, sempat membuat Haffa
yang saat itu 2 tingkat di atas Keiko menjadi penasaran dan tertarik dengannya. Siapa yang sangka,
mahasiswa kedokteran kita yang pintar harus berakhir dengan penyakit seperti ini. Dia hanya
berharap penelitian obat ini di jerman bisa berhasil sebelum Keiko benar-benar dimasa kritis.

Keiko menghubungi rasya di perjalanan, dan memintanya untuk keluar di depan caffe rumah sakit.
Rasya bergegas menemui Keiko dan meminta temannya untuk menggantikannya sebentar.

Keiko duduk di sudut ruangan sambal meminum secangkir cappocino kesukaannya. Dia menatap
keluar kea rah rumah sakit yang berdiri megah di depannya. Tempat kerja nya yang baru saja
menjadi bagian dari hidupnya. Dalam hati Keiko tertawa meratapi takdir yang tidak pernah
bersahabat dengannya sejak dulu. Keiko menatap gelas cappocino yang ada di depannya dan
meminumnya.

“Mungkin aku tidak akan mengingatmu lagi,”ucap Keiko tersenyum melihat cappocino yang ada di
tangannya. Keiko melihat ke arah pintu masuk caffe dan melihat sahabat nya berlari
menghampirinya. Keiko spontan merekam moment itu di handphone yang ada di depannya.

“Apa yang kamu lakukan,”tanya Rasya yang sedikit terngeha-engah.

“Sedang mengabadikan moment sahabat terbaikku yang sedang berlari menemuiku,”ucap Keiko
dengan senyum.

“Kei, apa yang kamu pikirkan,”tegur Rasya yang tidak menyukai ucapan sahabatnya itu sambil
mengambil minuman yang ada di tangan Keiko.

Keiko hanya tertawa melihat kelakuan sahabat nya yang sudah menikah itu tidak berubah dari dulu.

“Apa yang di katakana Kak Haffa?”tanya Rasya.

“2 minggu lagi aku akan ke jerman,”ucap Keiko tanpa ekspresi. Rasya yang saat itu sedang mau
meminum cappocino milik Keiko, langsung menaruh gelasnya Kembali. Dia tahu ucapan Keiko tidak
sedang dalam bercanda atau ucapan biasa. Rasya menunggu Keiko bercerita lengkap kepadanya.

“Kak Haffa bilang, di Jerman sedang ada penelitian tentang obat penyakit ini, dia berharap aku bisa
berpartisipasi dalam penelitian ini,”ucap Keiko datar.

“Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?”tanya Rasya yang melihat keraguan di mata Keiko.

“Emm setidaknya disana aku bisa berusaha menemukan obat untuk diriku sendiri, dari pada aku
diam dan menunggu ingatanku hilang satu per satu,”ucap Keiko dengan senyuman ketir.

“Lalu Jonathan?”tanya Rasya sedikit ragu.

“Dia tidak boleh tahu tentang kondisi Sya, kami baru saja Bersatu setelah sekian lama. Menurutku
jika dia membenciku, dia bisa memulai kehidupannya yang baru.”ucap Keiko.

“Lalu bagaimana caranya dia bisa membencimu? Apa kamu yakin dia bisa membencimu?”tanya
Rasya.
“Dia bisa, dia bisa melakukannya dulu, sekarang pun bisa.”ucap Keiko dengan berat.

“Kenapa kamu tidak membiarkan Jonatan tahu Kei, dia bisa menjadi penyemangatmu untuk
menghadapi penyakit ini. Kamu tidak bisa hidup sendirian seperti dulu dengan kondisi mu seperti
ini,”ucap Rasya mencoba membujuk Keiko.

“Untuk apa Sya, untuk membuat dia menderita karena melihatku seperti ini? Bagaimana aku bisa
membuat orang lain tetap disisiku sedangkan nantinya aku tidak bisa mengingatnya,”ucap Keiko
dengan air mata yang tiba-tiba jatuh tanpa tertahan. Keiko mencoba menahan emosinya agar dia
tidak menangis. Rasya langsung menghampiri Keiko dan memeluknya.

“Menangislah jika kamu ingin menangis, jangan kamu tahan lagi,”ucap Rasya.

Mendengar ucapa Rasya, Keiko tanpa bisa menahan meluapkan semua tangisannya. Dia benar-benar
tidak bisa menahannya lagi. Ingin rasanya dia melompat ke sungai dan tidak ingin berjuang lagi. Dia
benar-benar sudah merasa Lelah untuk selalu berjuang dalam hidupnya.
39 salam perpisahan

Keiko keluar dari ruang HRD setelah menyerahkan surat pengunduran diri. Dia tahu apa yang dia
lakukan sekarang, sudah tidak bisa lagi menjadi pilihannya. Berjalan tanpa focus sehingga menabrak
Jonatan yang sedari menunggunya di depan pintu bagian bedah. Keiko masih berjalan melewati
Jonatan tanpa menyadari keberadaan Jonatan. Jonatan yang dilewati begitu saja merasa tidak
terima, yang kemudian langsung menarik tangan Keiko dan menariknya dalam pelukannya.

Keiko langsung terkejut dengan Tindakan Jonatan, dan spontan melepas pelukan Jonatan karena
tidak ingin diketahui yang lain.

“ Apa yang kamu lakukan?’’ gerutu Keiko sambil membelalakkan mata nya kepada Jonatan.

‘’ Aku hanya memelukmu,’’ jawab Jonatan.

‘’ Apa kamu sadar ini dimana?’’ tanya Keiko dengan kesal.

“ Tentu saja aku sadar, kamu yang sedari tidak saat, bahkan melewatiku begitu saja tanpa
melihatku,’’ protes Jonatan.

Keiko melihat sekitar dan menyadari memang dirinya yang salah.

“ Maaf,’’ ucap Keiko.

‘’ No problem,’’ jawab Jonatan dengan senyum.

‘’Apa yang kamu fikirkan hingga kamu tidak melihatku sama sekali?” tanya Jonatan dengan
penasaran.

‘’ Tidak ada, hanya memikirkan pasienku,’’ jawab Keiko dengan senyum yang coba dia paksakan.
Jonatan memberikan sebotol minuman untuk Keiko, dan memintanya untuk tetap bersemangat
Ketika bertemu dengan pasien. Obrolan terus mengalir, seperti senior yang sedang memberi petuah
kepada juniornya. Saat hendak memasuki kamar VIP, Keiko tiba-tiba berhenti.

“Ayuks kita kencan pekan ini,”ajak Keiko dengan senyum. Jonatan terkejut mendengar ajakan Keiko.
Pasalnya ini pertama kalinya Keiko berinisiatif untuk mengajakkan pergi kencan. Selama ini Keiko
selalu mencoba menghindar dan menolak karena takut ketahuan.

“Hemm,”jawab Jonatan tanpa ragu dan penuh kebahagian. Dalam pikirannya Keiko mungkin pelan-
pelan sudah ingin terbuka dan mau mempublikasikan hubungan mereka.

***

Tok tok tok…

Keiko mengetuk pintu ruangan bapak hermawan dengan pelan. Hermawan yang sedang duduk di
meja kerja nya tersadar dan mempersilahkan Keiko masuk dan menyuruhnya menunggu sebentar.

Keiko duduk dan memainkan handphone nya sambil menunggu Bapak Hermawan.

“Kei, terlepas dari masa lalu kita, aku sudah menyukaimu sejak dua. Seorang gadis pintar dan tidak
pernah menyerah dengan keadaan. Walaupun kamu tidak menyukai uluran tanganku, namun aku
juga tidak menyesal menyuruh Jai untuk membantu mu dulu. Aku cukup bangga melihatmu bisa
menjadi seorang dokter bedah dan membuat rumah sakitku ini berkenal karena ada kamu. Tapi aku
tidak mengerti, dengan kemampuanmu sekarang, kenapa kamu ingin mengundurkan diri?”tanya
Hermawan sedikit basa-basi. “Apa karena hubungamu dengan Jonatan?”tegas Hermawan.
Keiko terkejut karena Bapak Hermawan sudah mengetahui hubungannya dengan Jonatan yang baru
beberapa saat ini.

“Kamu jangan terkejut, Jo tidak memberitahuku, semua informasi kalian aku dapat dari orang-
orangku. Termasuk tentang penyakitmu,”ucap Hermawan yang membuat Keiko tambah terkejut.

Keiko hanya tersenyum miris mendengar ucapan bapak Hermawan.

“Semua sudah bapak ketahui, tanpa aku harus memberi tahu alasannya, lalu untuk apa bapak
memanggilku? Sedangkan bapak mempunyai kewenangan untuk menyetujui nya tanpa harus
memanggilku.”jawab Keiko dengan sedikit tertekan.

“Jika kamu berniat untuk pergi, maka jangan pernah Kembali, ataupun meninggalkna jejak yang bisa
membuat Jonatan menemukanmu.”ucap Hermawan sambil menyeruput cangkir.

Keiko menundukkan wajahnya dengan senyuman terpaksa. Harusnya dia tahu, dan sudah sangat
menyadari bahwa ucapan itu akan terlontar dari mulut seornag Hermawan.

“Bapak tidak usah khawatir, akan ku pastikan Jonatan tidak akan bisa menemukanku,”ucap Keiko
sambil berdiri dan berpamitan pergi.

Keiko berjalan ke luar ruangan dan berjalan menuju atap. Dia hanya ingin melepaskan rasa penat
dan kacaunya hatinya sekarang.

Awan terlihat mendung, dan angin berhembus dengan kencang. Keiko menatap ke langit bebas, rasa
marah, sedih dan ketidakadilan bercampur dalam hati nya.

“Kenapa kamu selalu seperti ini kepadaku, kenapa sekali pun kamu tidak pernah membuatku
merasakan Bahagia, apa segitu tidak pantasnya aku, sehingga setiap kali aku baru merasakan
kebahagian, kamu selalu merebutnya dariku, Kamu benar-benar tidak adil kepadaku. Aku sudah
bersusah payah dan berjuang untuk terus hidup dan bertahan dengan semua ini. Tapi apa? Kamu
menghancurkan semua nya. aku benar-benar membencimu, aku tidak akan mempercayaimu lagi.
”Hardik Keiko menyalahkan tuhan nya.

Suara petir menyambar dengan kerasnya setelah hardikan Keiko, hujan perlahan turun dengan deras
nya dan membuat Keiko basah. Keiko duduk terjungkuk sambil memegangi kaki nya. Air mata nya
kini bercampur dengan derasnya air hujan yang membasahi tubuh Keiko. Kerasnya suara gemuruh
mengalahkan suara tangisan Keiko yang lenyap tertelan suara hujan.

Hampir 30 menit Keiko terguyur hujan dan Rasya yang khawatir sudah kebingungan mencari
keberadaan Keiko. Rasya naik ke atap dan ingin tahu apakah Keiko di sana. Melihat Keiko terguyur
hujan, Rasya langsung berlari menghampiri nya. Rasya mengajaknya untuk pulang dan
membersihkan diri. Lewat tangga darurat Keiko dan Rasya berjalan. Rasya memegangi tubuh Keiko
yang mulai lemas karena dingin. Rasya membawa Keiko ke rumah mereka yang lama, dan
membantu Keiko membersihkan diri. Keiko hanya menuruti semua ucapan Rasya tanpa
memberontak.

Setelah Keiko bersih, Rasya menyiapkan the hanyat dan memberikannya kepada Keiko. Keiko masih
dnegan ekspresi putus asa nya. Rasya memeluk Keiko dan tangisan mereka pun pecah.

“Apa yang harus ku lakukan Sya? Haruskan aku mati saja?”ucap Keiko dengan nada datar tanpa
bernyawa. Rasya tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu, dan berusaha memberikan minuman
hangat kepada Keiko. Keiko menundukkan kepalanya sambil memegang kakinya.
“Kamu ingat saat kita kuliah dulu, awal awal datang ke sini, kita hanya mahasiswa penerima
beasiswa yang selalu di pandang sebelah mata. Kita selalu bekerja sampingan untuk mendapatkan
penghasilan tambahan. 24 jam kita berjuang tanpa menyerah sedikitpun, karena kamu selalu bilang,
kita pasti bisa dan akan menjadi dokter yang hebat. Keiko yang aku kenal, tidak pernah menyerah
dengan keadaan, Keiko yang aku kenal selalu berjuang hingga titik darah terakhir, lalu kemana Keiko
yang aku kenal itu?”ucap Rasya sambil menahan tangis nya.

“kenangan-kenangan itu, akankah ku bisa mengingatnya lagi?”tanya Keiko memandang Rasya.

“Bisa, dan kamu harus bisa, kita akan menciptakan memeori digital yang tidak akan hilang, dan
Ketika kamu melupakannya, aku akan menunjukkannya kepadamu, agar kamu ingat lagi. Dan
kalaupun kamu lupa lagi, aku akan membantu mu mengingatnya lagi, aku akan menjagamu hingga
kamu sembuh,”ucap Rasya dengan menangis.

“Apa kau mau meninggalkan Robby untuk menjagaku?”tanya Keiko

“Iya, aku akan bercerai dengan Robby, dan kita akan pergi ke jerman Bersama. Aku akan merawatmu
disana, kita akan melakukan penelitian itu Bersama-sama, sampai kamu sembuh.”ucap Rasya tanpa
ragu.

“Dasar bodoh, kanapa kamu mau mengorbankan hidupmu dan kebahagianmu untuk ku,”ucap Keiko
dengan senyum. Dia tahu sahabatnya itu selalu bersungguh-sungguh saat berkata. Keiko merasa
tersentuh dengan ketulusan sahabatnya itu.

Mereka pun saling berpelukan dan manangis Bersama. Robbi yang mendengar ucapan mereka di
balik pintu tersenyum dan hanya berdiam diri di depan pintu.
Menghilang

Drrrttttt…Drrrttttt…Drrrttttt…

“Hallo,”ucap Robbi yang tertidur di mobil nya.

“Masuklah dan temani Rasya, aku titipkan dia kepadamu, jaga dia dan jangan pernah menyakitinya,”
ucap Keiko yang telah berada di dalam bus. Mendengar ucapan Keiko Robbi mengocok mata nya dan
memaksakan diri untuk segera sadar.

“Apa kau akan pergi?”tanya Robbi.

“Emmm, sampaikan maafku kepada Jonatan, bantu dia untuk melupakanku.”ucap Keiko dengan
menahan air mata nya.

“Emmm, ku harap kau akan Kembali suatu saat nanti,”ucap Robbi.

Keiko menutup telponnya dan melihat pemandangan matahari terbit. Dia menikmati setiap menit
yang akan dia lalui. Entah kemana dia akan pergi, dia hanya ingin menghilang tanpa seorang pun
tahu.

Robbi sudah berada di samping Rasya yang masih tertidur dengan wajah bengkak nya. Robbi
membelai rambut Rasya dan tanpa sengaja membangunkannya.

“Robbi,”Rasya terkejut Ketika melihat suami nya yang kini berada di sampingnya. Dia melihat
sekeliling dan mencari Keiko di setiap ujung ruangan.

“Keiko,”Rasya menatap Robbi dengan genangan air mata yang tanpa dia sadari tertumpah begitu
saja.

Dia tahu sahabatnya telah pergi meninggalkannya. Seoalah-olah dia tahu Keiko akan pergi selama
nya.

“Robbi maafkan aku, aku harus meninggalkanmu, aku akan mencari Keiko dan tinggal Bersama
nya,”ucap Rasya dengan tangis.

Robbi terdiam dan memberikan surat yang di tinggalkan keiko di kaca mobilnya untuk Rasya.

Rasya menerima surat itu, dan membacanya. Dia menangis tanpa henti setelah menerima surat itu.
Robbi memeluk istrinya itu dengan dekapan hangat. Dia sangat mengerti perasaan istrinya ity.
Selama ini Keiko yang menjadi teman, penyemangat dan penjaga nya. Yang Robbi tahu, Keiko pergi
dan dia harus bisa menggantikan posisi Keiko di kehidupan Rasya.

**

Jonatan mencari Keiko di setiap sudut ruangan. Biarpun terlihat tidak resmi, bahkan hanya main-
main, namun bagi Jonatan pernikahan kemarin sudah sah. Keiko adalah istrinya sekarang. Dan dia
kehilangan Keiko di saat ekhidupan baru nya di mulai. Jonatan merasa sangat marah dan frustasi.

Jonatan mencari Keiko ke rumah lama Keiko Bersama Rasya dulu. Yang dia lihat hanya Rasya dan
Robbi. Rasya terlihat putus asa, dengan robbi yang setia menemaninya. Jonatan menghampiri Rasya.

“Sya, kata kan kepadaku, Kemana Keiko pergi?”tanya Jonatan dengan nada memohon.

Rasya menatap Jonatan dengan rasa benci nya. Seolah menyalahkan Jonatan atas kejadian yang
menimpa sahabatnya itu.
“Pergi kamu dari sini, harusnya aku sudah melarang Keiko Bersama mu dulu. Seandainya kami tidak
bertemu dengan kalian, aku akan bisa Bersama Keiko terus.”ucap Rasya menatap Jonatan dengan
amarah.

‘aku tidak peduli apa yang terjadi kepadamu, yang ingin ku tahu hanyalah keberadaan Keiko,”ucap
Jonatan dengan Manahan amarahnya. Robbi menarik Jonatan keluar dari rumah itu.

“Pergilah Jo, Keiko sudah tidak ada disini, dan tidak akan ada gunanya kamu di sini.”ucap Robbi
meminta Jonatan pergi.

"Katakan padaku Rob, kamu tahukan apa yang terjadi kepada Keiko? Kenapa dia pergi begitu saja
tanpa pamit,”tanya Jonatan dengan mencengkram kerah Robbi.

“Bukankan selama ini kamu Bersama Keiko? Bukankah kamu bilang kamu orang yang paling
mencintai Keiko, lalu kenapa kamu bertanya hal ini kepadaku?”ucap Robbi sedikit marah sambil
melepas cengkraman Jonatan.

Jonatan terjatuh lemas mendengar ucapan Robbi, ucapan Robbi benar-benar menjadi tamparan
untuk Jonatan.
2 tahun kemudian

Waktu terus berjalan tanpa henti, dan tanpa ujung. Tanpa kabar dan jejak. Keiko menghilang begitu
saja tanpa kabar. Rasya pun juga tidak bisa menemukan Keiko. Jonathan menjadi orang yang
berbeda dari sebelumnya, lebih dingin dan bahkan tidak memperdulikan dirinya sama sekali.
Pekerjaan dia lakukan tanpa mengenal waktu, operasi bedah setiap saat bahkan di tengah malam
pun dia lakukan, sehingga keluhan di dokter residen bermunculan karena harus bekerja mengikuti
ritme Jonathan sebagai dokter utama.

“Ohh tidak lagi, keadaan pasien ini juga tidak begitu mendesak untuk dilakukan operasi, kenapa
harus sekarang,”gerutu salah satu dokter residen yang sering menjadi asisten dalam operasi Jonatan.

“berdoalah agar penyiksaan ini segera berhenti,”ucap salah satu rekannya sambil menepuk bahunya.
“ayuks segera persiapan,”

“Andai dr Keiko masih ada disini, mungkin tidak akan seperti ini,”ucap salah satu perawat.

Jonatan mendengar ucapan perawat itu tanpa senyaja dan membuat perawat itu langsung menutup
mulutnya. Jonatan hanya terdiam dengan hati yang sakit karena terlalu merindukan istrinya itu.

Kegilaan kerja Jonatan yang menangani operasi terus menerus membuat rating rumah sakitnya naik,
dan menjadi terkenal. Namun seperti neraka untuk dokter residen lain. Tidak ada dokter residen
yang mau masuk di bagian bedah karena ritme kerja Jonatan yang tidak mengenal waktu. Ayah
Jonatan merasa bangga dengan kerja keras anaknya yang bisa membuat rumah sakitnya terkenal
dan naik menjadi posisi nomor 1 rumah sakit terbaik di kota ini. Namun dalam hatinya dia tahu
dibalik keberhasilan rumah sakit ini, hati Jonatan semakin mengeras seperti batu.

Ketika waktu Jonatan sedikit luang dia hanya akan berusaha mencari keberadaan Keiko. Bahkan
menggunakan seluruh kekuatan keluarga hermawan untuk mencarinya, namun tidak ada hasil. Jejak
Keiko hanya terdengar terakhir setelah seminggu kepergiannya di rumah ibu angkatnya, namun
setelah itu tidak ada jejak sama sekali. Jonatan merasa sangat frustasi dengan kenyataan itu.

Robbi yang selama ini menjadi sahabat baik Jonatan juga tidak bisa berbuat apa-apa. Rasya juga
tidak memiliki kabar apapun tentang Keiko setelah hari itu.

“Jo, akhir pekan Haffa mengundang kita untuk makan malam perpisahan,”ajak Robbi.

“Ucapkan maaf kepadanya karena aku tidak bisa datang,”jawab Jonatan dingin sambil menatap wine
yang ada ditangannya.

“No, jika kamu tidak datang, bilang sendiri ke Haffa,”ucap Robbi seolah tidak peduli. Karena dia tahu
Jonatan akan mengatakan itu. Sejak hilangnya Keiko, Jonatan tidak pernah lagi mau berkumpul
dengan teman-temannya. Hanya focus bekerja dan juga mencari keberadaan Keiko.

“Aku akan menunggumu di caffe besok akhir pekan Bersama Haffa, ku harap kau akan datang, atau
kau akan menyesal seumur hidupmu,”ucap Robbi memperingati dan beranjak pergi.

Jonatan tidak menghiraukan ucapan Robbi dan masih terdiam dan menatap wine di tangannya.

***

Beberapa hari sebelumnya

Robby datang ke kantor Haffa setelah selesai seminar Bersama Haffa di rumah sakit tempat Haffa
bekerja. Robby dan Haffa teman satu Angkatan dan sama-sama mengambil bidang psikiatri.
Mereka mengobrol lama dan Haffa menjelaskan proyek Haffa di Jerman sebelum dia pergi. Sebelum
benar-benar pergi ke Jerman, Haffa sudah beberapa kali pergi ke Jerman untuk melakukan observasi
dan bertemu dengan profesornya disana. Proyek sudah berjalan cukup lama, namun belum ada
perubahan selama ini. Baru satu tahun terakhir ini ada perubahan signifikan untuk pengembangan
obat alzaimer.

Untuk itu Haffa memutuskan untuk bergabung dalam proyek itu secara langsung.

Mendengr hal itu Robbi sangat senang dan bangga kepada Haffa. Tanpa disadari Robbi menatap foto
yang ada di meja Haffa. Ada 5 orang, ada Haffa, 2 lelaki bule dan 2 wanita. Robbi melihat dengan
jelas foto itu dan melihat Keiko dalam foto itu.

“Bro, siapa ini?”tanya Robbi

“Keiko. Itu adik kelas kita saat kuliah dulu, apa kamu ingat?”ucap Haffa sambil menyajikan air minum
ke Robbi.

“Kenapa dia ada difoto ini?”Tanya robbi dengan penasaran.

Haffa menceritakan semua kepada Robby, bahkan proyek pengembangan yang bisa berkembang ini
karena Keiko secara langsung menjadi obyek penelian ini. Keiko yang memiliki basic seorang dokter
dengan teliti menguraikan apa yang dia rasakan dan mencatat setiap gejala yang dia alami sebagai
penderita alzaimer.

“Jadi Keiko sekarang ada disana?”tanya Robbi.

“Heem, di ada disana,”jawab Haffa santai, karena Haffa tidak tahu apa yang sedang terjadi.

“Bro aku pulang dulu, kita akan bertemu lagi saat malam perpisahanmu nanti, bye.”ucap Robbi buru
buru. Dia ingin mencari istrinya yang kini sedang cuti karena melahirkan.

30 menit kemudian, Robbi sampai dirumahnya. Melihat Rasya sedang menggendong putri cantiknya.

“Hai cantik apa kamu hari ini membuat ibumu tidak tidur lagi?” ucap Robbi sambil menatap putri
kecilnya itu. Rasya tersenyum mendengar pertanyaan Robbi.

“Tidak ayah, hari ini Jessy sangat penurut dan baik,”jawab Rasya mewakili putrinya.

“Baiklah, ayah mau mandi dulu, dan ayah punya kabar baik untuk mama mu,”ucap Robby bernajak
pergi setelah mengecup kening Rasya.

Rasya sudah menidurkan Jessy dan menyiapkan makanan untuk Robbi. Robby yang sudah selasai
membersihkan diri, meminta Rasya untuk duduk.

“Aku punya kabar baik untukmu,”ucap Robby. Rasya pun duduk seperti yang di inginkan Robby.

“Hari ini aku bertemu Haffa di seminar, dan Haffa akan pergi ke jerman minggu depan,”ucap Robby
dengan serius.”Dan kamu tahu, aku melihat Keiko tempat kerja Haffa di Jerman.”ucap Robby. Rasya
menatap Robby dengan perasaan Bahagia. Dia benar-benar pergi kesana tanpa berpamitan
denganku,”” ucap Rasya dengan tangisan Bahagia. Akhirnya dia menemukan Keiko. Robby memeluk
istrinya yang sedang menangis.

“Paling tidak kita sekarang tahu, keadaan Keiko baik-baik saja disana.”ucap Robby menenangkan.
***

Acara perpisahan Haffa berjalan dengan lancer, semua teman-teman Haffa datang termasuk Robbi.
Namun Jonatan tidak hadir dalam acara itu. Jonatan terkurung dalam dunia nya sendiri sejak
kepergian Keiko. Dia sama sekali sudah menjadi orang lain, dan tidak memikirkan orang lain.

Jonatan hanya mengirim pesan kepada Haffa, dan mengucapkan selamat tinggal dan sukses.
Mendapati pesan dari Jonatan, Haffa pun menelphone nya..

“Bro, kenapa kamu tidak datang dan hanya mengirimku pesan seperti ini,”ucap Haffa dengan nada
sedikit kesal.

“Maaf, aku sedang tidak enak badan.”jawab Jonatan memberi alasan.

“oke lah, aku akan berangkat besok pagi, kalua kau sedang libur, mainlah ke Jerman. aku akan
menyambutmu disana dengan terbuka.” Ucap Haffa.

“Oke, jika aku kesana aku akan menghubungi mu, take care,”ucap Jonatan mengakhiri
percakapannya dengan Haffa.

Dalam pikirannya dia hanya focus mencari Keiko, mengalihkan perhatiannya agar dia bisa bernafas.
Ketika dia sendiri ada rasa sakit yang mendalam dihatinya, rasa sakit yang entah karena marah atau
karena kerinduannya kepada Keiko. Sampai sekarang Jonatan tidak tahu kenapa Keiko pergi begitu
saja, bahkan setelah janji pernikahan mereka ucapkan saat itu. Jonatan yakin ada sesuatu yang
membuat Keiko meninggalkannya, namun dia tidak tahu ap aitu, dan itu membuatnya frustasi
selama ini.
Pusat Penelitian Psikologi Jerman

Anda mungkin juga menyukai