Anda di halaman 1dari 147

PEDOMAN PENJELASAN INDIKATOR PROGRAM

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2020-2024
M

DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT


TAHUN 20200

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN………................................................................................………
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Tujuan………………………………………………………………………
C. Sasaran…………………………………………………………………….
D. Dasar Hukum ..............................................................................................
BAB II INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN
RENSTRA TAHUN 2020-2024 .....................................................................................
A. Indikator Program Kesmas dalam RPJMN TAHUN 2020-2024......................
B. Indikator Program Kesmas dalam Renstra TAHUN 2020-2024…….. ..............

BAB III INDIKATOR PROGRAM KESMAS TAHUN 2020-2024......................................


A. PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT…………………
1. Indikator Kinerja Program 1
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
2. Indikator Kinerja Program 2
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
3. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 2
4.Indikator Kinerja Program 4
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
B. PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA..........................................................…
1. Indikator 1
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
2. Indikator 2
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
3. Indikator 3
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
4. Indikator 4
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 3
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
5. Indikator 5
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
6. Indikator 6
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
7. Indikator 7
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
8. Indikator 8
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 4
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
9. Indikator 9
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai

C. PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT……


1. Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada Balita
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
2. Prevalensi Wasting (gizi kurang dan gizi buruk) pada Balita
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
3. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 5
i. Pedoman yang Dipakai
4. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
5. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
6. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Definisi Operasional
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
D. PENYEHATAN LINGKUNGAN ….......................................................................
a. Indikator
b. Rumus Perhitungan Indikator
c. Definisi Operasional
d. Pelaksana Kegiatan
e. Tempat Pelaksaaan
f. Waktu Pelaksanaan
g. Pencatatan dan Pelaporan
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
E. PEMBINAAN PROMKES DAN PM …................................................................
a. Indikator
b. Rumus Perhitungan Indikator

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 6
c. Definisi Operasional
d. Pelaksana Kegiatan
e. Tempat Pelaksaaan
f. Waktu Pelaksanaan
g. Pencatatan dan Pelaporan
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
F. PEMBINAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAH RAGA …....................................
a. Indikator
b. Rumus Perhitungan Indikator
c. Definisi Operasional
d. Pelaksana Kegiatan
e. Tempat Pelaksaaan
f. Waktu Pelaksanaan
g. Pencatatan dan Pelaporan
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
G. DUKUNGAN MANAJEMEN …..
a. Indikator
b. Rumus Perhitungan Indikator
c. Definisi Operasional
d. Pelaksana Kegiatan
e. Tempat Pelaksaaan
f. Waktu Pelaksanaan
g. Pencatatan dan Pelaporan
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai

BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN


BAB V PENUTUP

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 7
KATA SAMBUTAN

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024


adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024
telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta indikatornya telah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya manusia yang


berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan
kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan
preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk
mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan
reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan
perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem
kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan


Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan
prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator
pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tengah disusun
juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024.

Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau mengindikasikan


keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan. Setiap
indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu dimonitor capaiannnya.

Saya harap dengan adanya pedoman indikator RPJMN dan Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024 ini, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan program kesehatan
masyarakat dapat berjalan lancar, sesuai dengan definisi operasional dan formula yang telah
ditetapkan serta datanya dilaporkan secara rutin sesuai ketentuan.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 8
Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyusun buku pedoman ini. Semoga
buku ini bermanfaat bagi seluruh pemegang program kesehatan masyarakat di Indonesia dalam
melaksanakan kegiatannya.

Jakarta, Maret 2020

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

dr. Kirana Pritasari, MQIH

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 9
KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020


tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasioal Tahun 2020-2024emab dan
penyusunan dengan disusunnya indikator Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024,
maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun pedoman penjelasan indikator
Program Kesehatan Masyarakat taTAhun 2020-2024. Pedoman penjelasan indikator memuat
indikator, rumus perhitungan, Definisi Operasional, pelaksana kegiatan, tempat pelaksaaan,
waktu pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan, waktu pelaporan dan Pedoman yang dipakai.
Penyusunan pedoman penjelasan indikator berpedoman pada Peraturan Presiden
Nomor 18 tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020-2024. PPedoman penjelasan indikator ini
memberikan informasi detail tentang indikator dan target yang seharusnya dicapai dalam
RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 sehingga dari penanggungjawab program kesmas tingkat
pusat kepada pengelola program kesmas di daerah atas target indikator yang seharusnya
dicapai dalam RPJMN dan Renstra. Pedoman penjelasan indicator ini juga menyertakan
berbagai informasi yang detail dari masing-masing indikator agar mudah dipahami oleh daerah
dan untuk meminimalisir kesalahan pencatatan pelaporan program kesehatan masyarakat.
Pedoman ini memuat informasi tentang indikator, rumus perhitungan, definisi operasional,
pelaksana kegiatan, tempat pelaksaaan, waktu pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan, waktu
pelaporan.n dijalankan.

Peningkatan kualitas pedoman penjelasan indikator ini menjadi perhatian kami,


masukan dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan pedoman di tahun yang akan datang. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi
kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program
di masa mendatang.

Jakarta, Maret Februari 2020


Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat,

dr. Eni Gustina, MPH


NIP 196308201994122003

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 10
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024


adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan arah
dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar
(Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif,
didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam Program Prioritas (PP),
Kegiatan Prioritas (KP), Proyek Prioritas (PP) dan Proyek K/L. Masing-masing memiliki
indikator dan target tahun 2020-2024. Sebagai contoh, indikator PP terkait Program Kesmas,
antara AKI, AKB, AKN, Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting pada balita. Sedangkan
indikator KP terdiri atas Peningkatan Kesehatan Ibu, anak, KB dan Kesehatan Reproduksi yang
dijabarkan kemudian dalam indikator ProP, antara lain Persentase Persalinan di fasilitas
Pelayanan Kesehatan (PF), cakupan Kunjungan Neonatal (KN) dan cakupan kunjungan
antenatal. Masing-masing indikator PP tadi dijabarkan menjadi indikator Proyek KL.

Secara bersamaan, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis (Renstra)


Kemenkes tahun 2020-2024, dimana Direktorat Jenderal Kesehatan Mayarakat mengusulkan
4 (empat) indikator Kinerja Program (IKP) dan 20 (duapuluh) indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Tiap indikator RPJMN dan Renstra 2020-2024 perlu dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi
operasional, cara perhitungan, mekanisme pencatatan dan pelaporan serta petugas yang
ditunjuk untuk melaporkan indikator tersebut.
Oleh sebab itu, untuk memudahkan dan menyamakan persepsi antara pengelola
program Kesmas tingkat pusat dan daerah dalam memahami indikator tersebut, maka
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun buku Pedoman Penjelasan Indikator
Program Kesehatan Masyarakat menurut RPJMN dan RENSTRA Tahun 2020-2024.

B. Tujuan
C. Umum :
Memberikan panduan bagi penanggung jawab program kesehatan masyarakat tingkat
pusat dan daerah dalam menyusun perencanaan untuk pelaksanaan program kesehatan
masyarakat di setiap tingkatan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 12
Khusus:

Dipahaminya definisi operasional, target, cara perhitungan dan mekanisme pencatatan dan
pelaporan dari masing-masing.melakukan pencatatan dan pelaporan indikator program
kesehatan masyarakat pada RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

D. Sasaran
Penanggungjawab program kesehatan masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas

E. Dasar Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standard Pelayanan Minimal;
4. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2020 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2020
5. Peraturan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024
6. Peraturan Presiden RI Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan;
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS)
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 656 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kesehatan
9. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No.5 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/ lembagaPeraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaran Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
10. Tahun 2020-2024
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standard
Pelayanan Minimal Kesehatan Bidang Kesehatann

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 13
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 14
BAB II

INDIKATOR DAN TARGET PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


DALAM RPJMN DAN RENSTRA TAHUN 2020-2024

A. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam pada RPJMN 2020-2024


PP/KP/PRO-P/ INDIKATOR RPJMN TARGET
PROYEK KL 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024
PP: Peningkatan Angka kematian ibu (AKI) (per 230 217 205 194 183
Akses dan Mutu 100.000 kelahiran hidup)
Pelayanan Angka kematian bayi (AKB) (per 20.6 19.5 18.6 17.6 16
Kesehatan 1000 kelahiran hidup)
Angka kematian neonatal (per 12.9 12.2 11.6 11 10
1.000 kelahiran hidup)
Prevalensi stunting (pendek dan 24.1 21.1 18.4 16 14
sangat pendek) pada balita
(persen)
Prevalensi wasting (kurus dan 8.1 7.8 7.5 7.3 7
sangat kurus) pada balita
(%persen)
KP: Peningkatan
kesehatan
ibu,anak,
keluarga
bencana (KB),
dan kesehatan
reproduksi
Pro P: Persentase Cakupan persalinan di 87 89 91 93 95
Penurunan fasilitas pelayanan kesehatan
Kematian Ibu (persen%)
dan Bayi Cakupan kunjungan antenatal 80 85 90 92 95
(persen%)
Cakupan kunjungan neonatal 86 88 90 92 95
(persen%)
Pro- Persentase tingkat putus pakai 25.7 24.5 23.1 21.59 20
P:Peningkatan pemakaian kontrasepsi (Drop 9
KB dan out/DO) (BKKBN)
Kesehatan
Reproduksi
Pelayanan Jumlah Kabupaten/kota yang 120 200 320 470 514
kesehatan usia menyelenggarakan pelayanan
reproduksi kesehatan usia reproduksi
KP: Percepatan Persentase bayi usia kurang dari 40 45 50 55 60

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 15
Perbaikan Gizi 6 bulan mendapat ASI eksklusif
Masyarakat Persentase ibu hamil Kurang 16 14.5 13 11.5 10
Energi Kronik (KEK)
Prevalensi wasting (kurus dan 8,08. 7,.8 7,.52 7,26. 7,00
sangat kurus) pada balita 1 3

PP/KP/PRO-P/ INDIKATOR RPJMN TARGET


PROYEK KL 2020-2024
2020 2021 2022 2023 2024
Pro-P: Persentase Kabupaten/kota yang 5051 70 8090 9010 100
Penurunan melaksanakan surveilans gizi 0
Stunting
Penanggulangan Persentase ibu hamil Kurang 16 14.5 13 11.5 10
Kurang Energi Energi Kronik (KEK)
Kronik (KEK)
pada ibu hamil
Pemantauan Persentase balita yang dipantau 60 70 75 80 85
tumbuh pertumbuhan dan
kembang balita perkembangannya
Suplementasi Jumlah balita yang mendapatkan 90.00 140.00 190.00 240. 290.00
0 0 0 000 0
gizi mikro pada suplementasi gizi mikro
balita
Penanggulangan Persentase ibu hamil Kurang 16 14.5 13 11.5 10
Kurang Energi Energi Kronik (KEK)
Kronik (KEK)
pada ibu hamil
Pemantauan Persentase balita yang dipantau 60 70 75 80 85
tumbuh pertumbuhan dan
kembang balita perkembangannya
Suplementasi Jumlah balita yang mendapatkan 90.0 140.0 190.0 240. 290.0
gizi mikro pada suplementasi gizi mikro 00 00 00 000 00
balita
Pelaksanaan Persentase kabupaten/kota yang 5051 70 8090 9010 100
surveilans dan melaksanakan surveilans gizi 0
intervensi gizi
berkualitas di
kabupaten/kota
KP: Penguatan Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420
Gerakan
Masyarakat
Hidup Sehat

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 16
(Germas)
Pro-P: Persentase desa/kelurahan Stop 40 50 60 70 90
Pengembangan Buang air besar Sembarangan
Lingkungan (SBS)
Sehat Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420
Pembinaan Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420
pelaksanaan
kabupaten/kota
sehat
Pembinaan Persentase desa/kelurahan Stop 40 50 60 70 90
pelaksanaan Buang air besar Sembarangan
Sanitasi Total (SBS)
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
Pengawasan Persentase sarana air minum 60 64 68 72 76
kualitas air yang diawasi/diperiksa kualitas
minum air minumnya sesuai standar

Pro-P: Persentase kabupaten/kota yang 30 35 40 45 50


Penguatan menerapkan kebijakan Germas
Promosi Germas
Persentase Kab/Kota dengan 25 35 50 60 70
minimal 80% Posyandu Aktif

Pembinaan Persentase kabupaten/kota yang 30 35 40 45 50


kabupaten/kota menerapkan kebijakan Germas
dalam
menerapkan
kebijakan
Germas
Pelaksanaan Jumlah kab/kota yang 308 334 360 385 411
kesehatan kerja melaksanakan kesehatan kerja
di tempat kerja
Penyusunan Jumlah pedoman/regulasi/ 3 6 9 12 15
pedoman/regula rekomendasi kebijakan
si/ rekomendasi penerapan Germas
kebijakan
penerapan
Germas
Pembinaan Persentase Kab/kota 51 70 90 100 100
Posyandu aktif melaksanakan pembinaan
posyandu aktif

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 17
Pro-P: Persentase kabupaten/kota yang 30 35 40 45 50
Penguatan menerapkan kebijakan Germas
Promosi Germas
Persentase kab/kota 51 70 90 100 100
melaksanakan pembinaan
posyandu aktif
Pembinaan Persentase kabupaten/kota yang 30 35 40 45 50
kabupaten/kota menerapkan kebijakan Germas
dalam
menerapkan
kebijakan
Germas
Penyusunan Jumlah pedoman/regulasi/ 3 6 9 12 15
pedoman/regula rekomendasi kebijakan
si/ rekomendasi penerapan Germas
kebijakan
penerapan
Germas
Pembinaan Persentase Kab/kota 51 70 90 100 100
Posyandu aktif melaksanakan pembinaan
posyandu aktif
Pelaksanaan Jumlah kab/kota yang 308 334 360 385 411
kesehatan kerja melaksanakan kesehatan kerja
di tempat kerja
Pelayanan Persentase kabupaten/kota yang 45 50 55 60 65
kesehatan menyelenggarakan pelayanan
Lansia kesehatan Lanjut Usia
ProP :
Pembangunan
Fasilitas
Pengolahan
Limbah B3
Medis dan
Limbah B3
Terpadu
Pengelolaan Jumlah Fasyankes yang memiliki 2.60 3.000 4.850 6.250 8.800
limbah medis pengelolaan limbah medis sesuai 0
standar

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 18
B. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra 2020-2024
C.
1. Indikator Kinerja Program
2.
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase persalinan di fasilitas 87% 89% 91% 93% 95%
pelayanan kesehatan (PF)
2 Persentase deDesa/ 40% 50% 60% 70% 900%
kelurahan dengan Stop Buang air
besar Sembarangan (SBS)
3 Persentase Ibu hamil Kurang 16% 14.5% 13% 11.5% 10%
Energi Kronis (KEK)
4 Persentase Kabupaten/ 30% 35% 40% 45% 50%
kota yang menerapkan kebijakan
gerakan masyarakat hidup sehat

3. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)


a. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Jumlah kKabupaten/kota yang 120 kab/ 200 320 470 514
menyelenggarakan pelayanan kota kab/ kab/ kab/ kab/

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 19
kesehatan ibu dan bayi baru lahir kota kota kota kota
2 Jumlah kKabupaten/kota yang 120 kab/ 200 320 470 514
menyelenggarakan pelayanan kota kab/ kab/ kab/ kab/
kesehatan balita dan anak kota kota kota kota
prasekolah
3 Jumlah kKabupaten/kota yang 125 Kab/ 150 200 275 350
menyelenggarakan pelayanan Kota kab/ kab/ kab/ kab/
kesehatan anak usia sekolah dan kota kota kota kota
remaja
4 Jumlah kKabupaten/kota yang 120 kab/ 200 320 470 514
menyelenggarakan pelayanan kota kab/ kab/ kab/ kab/
kesehatan usia reproduksi kota kota kota kota
5 Persentase kKabupaten/kota yang 45% 50% 55% 60% 65%
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lanjut usia

b. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat


No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase KabupatenKab/ 5051% 70% 8090% 90100 100%
Kkota yang melaksanakan %
Surveilans gizi
2 Persentase Puskesmas mampu 10% 20% 30% 45% 60%
tatalaksana gizi buruk pada balita
3 Persentase bayi usia kurang dari 6 40% 45% 50% 55% 60%
bulan mendapat ASI Eksklusif

c. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan


NO. IndikatorINDIKATOR TargetTARGET
o 2020 2021 2022 2023 2024

1 Persentase dDesa/kelurahan dengan 40% 50% 60% 70% 90%


Stop Buang air besar Sembarangan
(SBS)
2 Jumlah kKabupaten/kota sehat (KKS) 110 220 280 380 420

3 Persentase sarana air minum yang 60% 64% 68% 72% 76%
diawasi/diperiksa kualitas air

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 20
minumnya sesuai standar
4 Jumlah fasyankes yang memiliki 2.600 3.000 4.850 6.250 8.800
laksanakan pengelolaan limbah medis
sesuai standar
5 Persentase tempat pengelolaan 38% 44% 50% 56% 62%
pangan (TPP) yang memenuhi syarat
sesuai standar
6 Persentase tempat dan fasilitas 55% 60% 65% 70% 75%
umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar

d. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga


NO.o IndikatorINDIKATOR TargetTARGET
2020 2021 2022 2023 2024
1 Jumlah Kab/Kota yang 308 334 360 385 411
melaksanakan kesehatan kerja
2 Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan 308 334 360 385 411
kesehatan olahraga

e. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


NO. INDIKATOR TARGET
o
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase kaKabupaten/ 30% 35% 40% 45% 50%
kota yang menerapkan kebijakan
gerakan masyarakat hidup sehat
2 Persentase kaKabupaten/kota 51% 70% 90% 100% 100%
melaksanakan pembinaan
posyandu aktif

f. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas


Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat
NoNO. IndikatorINDIKATOR TargetTARGET
2020 2021 2022 2023 2024

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 21
1 Nilai reformasi birokrasi pada 58 59 59 60 60
program pembinaan kesehatan
masyarakat
2 Persentase kinerja RKAKL pada 80% 82,5% 85% 87,5% 90%
program pembinaan kesehatan
masyarakat

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 22
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 23
BAB III
PENJELASAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
PADA RPJMN TAHUN 2020-2024

1. Angka Kematian Ibu (AKI)


a. Definisi Operasional
Kematian ibu adalah kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang
berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus
(termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian
akibat kecelakaan atau kejadian insidentalinsidental.

b. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, abortus, dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian
akibat kecelakaan atau kejadian insidental di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
dibagi 100.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

c. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data


Pelaksanaan pelaporan menggunakan metode survey. Data dapat didapatkan dari Sensus
Penduduk (SP) yang dilakukan 10 tahun sekali dan Survey Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali (diantara 2 Sensus Penduduk).

2. Angka Kematian Ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup)

1. Definisi Operasional
Jumlah kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan
kehamilan (termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola),
dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia
gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian
insidental
2. Rumus Perhitungan Indikator
3.
Jumlah kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan
kehamilan (termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola),
dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia
gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian
insidental dibandingkan 100.000 kelahiran hidup di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
Definisi Operasional

Pelaksana Kegiatan
b. Tempat Pelaksaaan
c. Waktu Pelaksanaan
d. Pencatatan dan Pelaporan
Survei/Riset/Sensus
Sumber Data
Waktu Pelaporan
Pedoman yang Dipakai

3. (Dari b-i harap dilengkapi)


4. Angka Kematian Bayi (AKB)
a. Definisi Operasional
Kematian bayi adalah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu.

b. Rumus Penghitungan Indikator


Angka Kematian Bayi adalah Jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 24
meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di
wilayah tersebut dan pada kurun waktu yang sama dibagi 1.000 kelahiran hidup di
wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

c. Definisi Operasional
Kematian bayi adalah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu

d. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data


Pelaksanaan pelaporan menggunakan metode survey. Data dapat didapatkan dari Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survey
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali ..

5. Angka Kematian Neonatal (AKN)


a. Definisi Operasional
Kematian Neonatal adalah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang meninggal di suatu wilayah
pada kurun waktu tertentu.

b. Rumus Penghitungan Indikator


Angka Kematian Neonatal adalah Jumlah kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada
masa 0-28 hari kehidupannya di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000
kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

c. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data


Pelaksanaan pelaporan menggunakan metode survey. Data bisa didapatkan dari Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survey
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali.

6. Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada Balita


7.
e. Definisi Operasional
f. Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari)
g.
Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun
(0 sampai 59 bulan 29 hari) dengan kategori indeks panjang badan menurut umur
(PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan z-score kurang dari -2 Standar
Deviasi
balita yang memiliki indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB-TB/U)
dengan z-score <-2 Standar Deviasi

Standar Prosedur : SOP Pemantauan pertumbuhan


Standar sarana/Fasilitas : Antropometri kit
Standar tenaga : Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan

h. Rumus Perhitungan Indikator


........................................................................................................................Balita stunting
(pendek dan sangat pendek) dibagi balita yang diukur indeks panjang badan menurut
umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dikali 100%.

i. Balita stunting (pendek dan sangat pendek) dibagi balita yang periksa indeks panjang
atau tinggi badan menurut umur (PB-TB/U) dikali 100%.
j. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan
pengukuran panjang/tinggi badan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 25
k. Tempat Pelaksaaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini

l. Waktu Pelaksanaan
Pemantauan pertumbuhan setiap bulan

m. Pencatatan dan Pelaporan


1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan Pemantauan
Pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
2) Laporan hasil penimbangan dan pengukuran dicatat dan di entry ke dalam ePPGBM
oleh tenaga gizi Puskesmas. Kategori status gizi dapat dihitung secara otomatis oleh
sistem aplikasi tersebut.
3) Validasi dilakukan pada balita yang diketahui bermasalah gizi oleh puskesmas

n. Sumber Data
1) Survei Status Gizi Indonesia (Balitbangkes) setiap tahun
2) Pemantauan pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus

o. Waktu Pelaporan
Setiap tahun

p. Pedoman yang dipakai


1) Permenkes No 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
3) Buku Pegangan Kader Posyandu
4) Pedoman Surveilans Gizi
5) Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi
6) Panduan Sistem Informasi Gizi

8. Prevalensi Wasting (gizi kurang dan gizi burukkurus dan sangat kurus) pada Balita
a. Definisi Operasional
1) Balita wasting (kurus dan sangat kurus) adalah balita gizi kurang dan gizi buruk
(sesuai PMK No.2 Tahun 2020)
2) Balita wasting adalah balitaanak yang berumur 0 sampai 59 bulan 29 hari dengan
kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan
(BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan z-score kurang dari
-2 SD kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dengan z-score kurang dari -2 SD

Standardt Prosedur :
SOP Pemantauan pertumbuhan

Standard sarana/Fasilitas :
Antropometri kit
Standard tenaga :
Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan

b. Rumus Perhitungan Indikator


Balita memiliki indeks BB/PB-TB <-2 Standar Deviasi dibagi seluruh balita yang diukur
indeks BB/PB-TB dikali 100%

c. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan
pengukuran dan penimbangan

d. Tempat Pelaksanaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 26
e. Waktu Pelaksanaan
Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
f. Pencatatan dan Pelaporan
1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
2) Laporan hasil penimbangan dan pengukuran dicatat dan di entry ke dalam ePPGBM
oleh tenaga gizi Puskesmas. Kategori status gizi dapat dihitung secara otomatis oleh
sistem aplikasi tersebut.
3) Validasi dilakukan pada balita yang diketahui bermasalah gizi oleh puskesmas

g. Sumber Data
1) Survei Status Gizi Indonesia (Balitbangkes) setiap tahun
2)
3) Pemantauan Pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus

h. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap tahun

i. Pedoman yang dDipakai


1) Permenkes No 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
3) Buku Pegangan Kader Posyandu
4) Pedoman Surveilans Gizi
5) Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizii
6)
7) Panduan Sistem Informasi Gizi

9. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


10. Cakupan Persalinan di Fasilitas kesehatan
a. Definisi Operasional :
1) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan adalah cakupan persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar
2) Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
adalah Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh penolong
persalinan minimal 2 (dua) orang terdiri dari :
a) Dokter dan bidan atau
b) 2 orang bidan, atau
c) Bidan dan perawat
3) Fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Puskesmas dan Rumah Sakit
sesuai standar persalinan antara lain :
a) Standar persalinan normal mengacu pada Asuhan Persalinan Normal (APN)
b) Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
4) Pada Kurun waktu tertentu adalah kurun waktu pelaporan (1 bulan)
5)

b. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi jumlah sasaran ibu
bersalin yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%

c. Pelaksana Kegiatan:

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 27
Dokter, Bidan, Perawat (mengacu pada SPM)

d. Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit,
tempat praktek mandiri bidan)

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin ke Fasyankes

f. Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dalam kohort
ibu dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas
Pengelola Data Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi komunikasi data
program kesmas (Komdat Kesmas)

g. Waktu pelaporan
Setiap bulan

h. Sumber Data
Laporan rutin

i. Pedoman yang dipakai


1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rujukan

3) PP No. 47 tahun 2016 tentang fasilitas pelayanan kesehatan

11. Cakupan Kunjungan Antenatal


a. Definisi Operasional
1) Kunjungan antenatal adalah jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
antenatal (K4) sesuai standar yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu
2) Antenatal (K4) sesuai standar adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sebanyak 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan :
a) Satu kali pada trimester pertama
b) Satu kali pada trimester kedua
c) Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan antenatal 4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T antara
lain :yaitu:
a) pengukuran berat badan;
b) pengukuran tekanan darah;
c) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
d) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
f) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
g) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;
h) tes laboratorium;
i) tata laksana/penanganan kasus; dan
j) temu wicara (konseling)

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 28
2. Rumus Penghitungan Indikator
Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh ibu hamil yang ada di
wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama dikali 100%

3. Pelaksana Kegiatan
Dokter, Bidan, Perawat (mengacu pada SPM)

4. Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di polindes, poskesdes, fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas,
klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

5. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit
minimal 4 kali dengan ketentuan:

 Satu kali pada trimester pertama


 Satu kali pada trimester kedua
 Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit
6. Pencatatan dan pelaporan
Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil ke dalam kohort ibu dan buku
KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas
Pengelola Data Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi komunikasi data program
kesmas (Komdat Kesmas)

7. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan

8. Pedoman yang dipakai


a. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu
b.
c. Permenkes yang mengatur tentang pelayanan kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir
dan ibu nifas dan kesehatan reproduksi No. 97 Tahun 2014 (dalam proses revisi)

12. Cakupan Kunjungan Neonatal


a. Definisi Operasional
Kunjungan Neonatal adalah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan
pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada
6-48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7, dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28
setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Pelayanan neonatal esensial sesuai standar meliputi :
1) Standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama periode neonatal,
dengan ketentuan :
a) Kunjungan neonatal 1 (KN 1) : 6-48 Jam
b) Kunjungan neonatal 2 (KN 2) : 3-7 hari

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 29
c) Kunjungan neonatal 3 (KN 3) : 8-28 hari
2) Standar kualitas adalah :
Pelayanan neonatal esensial setelah lahir (6 jam-28 hari), meliputi :

a) konseling perawatan bayi baru lahir dan asi Ekslusif


b) memeriksa kesehatan dengan pendekatan MTBM
c) Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasyankes atau belum
nedapatkan injeksi vitamin K1
d) Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <24 jam yang lahir tidak ditolong
oleh tenaga kesehatan
e) Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi

b. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari
ke 3 – hari ke 7, dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir dibandingkan
jumlah seluruh bayi baru lahir usia 0-28 hari di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu, dikali 100%

c. Pelaksana Kegiatan
Dokter, Bidan, Perawat (mengacu pada SPM)

d. Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (puskesmas dan jaringannya, rumah
sakit, tempat praktek mandiri bidan)

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun

f. Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan kunjungan neonatal ke dalam kohort
bayi dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas
Pengelola Data Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi komunikasi data
program kesmas (Komdat Kesmas)

g. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

h. Pedoman yang dipakai


a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial
b. Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial

13. Jumlah Kkabupaten/Kkota yang Mmenyelenggarakan Ppelayanan Kkesehatan Uusia


Rreproduksi
a. Definisi Operasional :
1) Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi
adalah:
a) Minimal 50% puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin)
Persentase puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
calon pengantin (kespro catin) adalah :
Puskesmas yang memberikan pelayanan :

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 30
 konseling / komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi
calon pengantin dan
 skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi
meliputi : (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan IMT,
pemeriksaan Lingkar Lengan Atas / LiLa) dan tanda anemia (pemeriksaan
konjungtiva dan pemeriksaan Hb)
Pelayanan diberikan olehtenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau
perawat dan atau petugas gizi)

b) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB


Pasca Persalinan
Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dengan metoda cara modern (AKDR/ pil/ suntik/ kondom/ MAL/ implan/
vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan.
KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada PUS
setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk
menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan.
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan).
Mempunyai minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu :
i. dokter dan atau
ii. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy
Update (CTU)/ pelatihan keluarga berencana (KB) / orientasi KB Pasca
Persalinan (KBPP)

b. Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan DO:


a) Jumlah puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah
kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria.
b) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen.
Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria.

Rumus perhitungan indikator:

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan


usia reproduksi

Contoh Kasus :
Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan
reproduksi di Provinsi “G” pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jumlah Puskesmas yang


Puskesmas mampu
Kabupaten/ Puskesmas memberikan
dan memberikan Keterangan
Kota pelayanan kespro
pelayanan KBPP
catin
(a) (b) (c) (d) (e)

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 31
1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena
Pusk mampu
dan
memberikan
pelayanan
KBPP belum
100%)

Puskemas A Memberikan ya Memberikan tidak


pelayanan pelayanan KB PP
kespro catin, 20 orang
meliputi
konseling/KIE Mempunyai 1
orang petugas
dan skrining
kesehatan kompeten

Puskesmas B Memberikan tidak Memberikan ya


pelayanan pelayanan KB PP
kespro catin, 30 orang
meliputi
skrining Mempunyai 2
orang petugas
kesehatan,
tetapi tidak kompeten
melakukan
konseling/KIE

Puskesmas C Tidak tidak Memberikan ya


memberikan pelayanan KB PP
pelayanan 50 orang
kespro catin,
meliputi Mempunyai 4
orang petugas
konseling/KIA
dan skrining kompeten
kesehatan

Puskesmas D Memberikan ya Tidak melakukan tidak


pelayanan pelayanan KB PP
kespro catin,
meliputi Mempunyai 2
orang petugas
konseling/KIA
dan skrining kompeten
kesehatan

2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai


kriteria)

1. Kabup 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk


aten C yang
memberikan
pelayanan
kespro catin (<
50%)

2. Kabup 6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai


aten D kriteria)

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 32
Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

c) Jumlah puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon


pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah
kerja dikali 100 persen
d) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen

c. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi / Keluarga
Berencana Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola program kesehatan reproduksi
di Puskesmas, pengelola program Keluarga Berencana di Puskesmas
1)
2)
3)
4)

d. Tempat Pelaksanaan
Puskesmas

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

f. Pencatatan dan pelaporan


Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan usia
reproduksi dan melaporkan melalui laporan program /Sistem Informasi
Puskesmas (SIP) yang selanjutnya dikirim ke Kabupaten/kota untuk dimasukan
dalam aplikasi komunikasi data program kesehatan keluarga (Komdat
Kesga/Komdat Kesmas)

g. Sumber Data
Laporan rutin

h. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bBulan

i. Pedoman yang dipakai


1) Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
2) Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan / Pedoman
Pelayanan KB
3) Angka Kematian Bayi (AKB) (per 1.000 kelahiran hidup)
4)
Definisi operasional
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal dibandingkan
1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Definisi Operasional
Pelaksana Kegiatan
Tempat Pelaksaaan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 33
Waktu Pelaksanaan
Pencatatan dan Pelaporan
Survei/Riset/Sensus
Sumber Data
Waktu Pelaporan
Pedoman yang Dipakai
(Dari b-i harap dilengkapi)
Angka Kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)
Definisi operasional
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah neonatus / bayi baru lahir usia 0-28 hari yang meninggal dibandingkan 1.000
kelahiran hidup di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Definisi Operasional
Pelaksana Kegiatan
Tempat Pelaksaaan
Waktu Pelaksanaan
Pencatatan dan Pelaporan
Survei/Riset/Sensus
Sumber Data
Waktu Pelaporan
Pedoman yang Dipakai
(Dari b-i harap dilengkapi)

Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan (persen)


Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar dibandingkan jumlah
sasaran ibu bersalin yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali
100%
Definisi Operasional
Pelaksana Kegiatan
Tempat Pelaksaaan
Waktu Pelaksanaan
Pencatatan dan Pelaporan
Laporan Komdat Kesga
Sumber Data
Waktu Pelaporan
Pedoman yang Dipakai
(Dari b-i harap dilengkapi)

Cakupan kunjungan antenatal (persen)


Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar
dibandingkan jumlah seluruh ibu hamil yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu, dikali 100%
Definisi Operasional
Pelaksana Kegiatan
Tempat Pelaksaaan
Waktu Pelaksanaan
Pencatatan dan Pelaporan
Komdat Kesga
Sumber Data
Waktu Pelaporan
Pedoman yang Dipakai
(Dari b-i harap dilengkapi)

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia


reproduksi

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 34
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah Kab/Kota Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia
reproduksi
Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi
adalah:
Minimal 50% Puskesmas memberikan pelayanan konseling/Komunikasi, informasi,
edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon pengantin dan skrining kesehatan bagi
calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi dan tanda anemia
Seluruh Puskesmas mampu memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan (kurun
waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan)
Kriteria Definisi Operasional
Puskesmas memberikan pelayanan konseling/komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kesehatan reproduksi calon pengantin dan skrining kesehatan bagi calon pengantin,
minimal pemeriksaan status gizi dan tanda anemia
Pelaksana Kegiatan
Tempat Pelaksaaan
Waktu Pelaksanaan
Pencatatan dan Pelaporan
Sumber Data
Waktu Pelaporan
Pedoman yang Dipakai
(Dari c-i harap dilengkapi)

14. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
a. Definisi Operasional
1) Bayi usia kurang dari 6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai 5
bulan 29 hari
2) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali
obat, vitamin dan mineral
3) Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya
diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral
berdasarkan recall 24 jam

MASUKAN PI : Bbayi umur 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari yang hanya
mendapatkandiberikan ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat,
vitamin dan mineral.
Standardt Prosedur : pemberian ASI eksklusif
Standard sarana/Fasilitas : Alat konseling menyusui
Standar tenaga : Konselor ASI

b. Rumus Penghitungan Indikator


Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi seluruh bayi
usia kurang dari 6 bulan dikali 100%

c. Pelaksana Kegiatan
Tenaga pelaksana gizi dan bidan

d. Tempat Pelaksanaan
Posyandu

e. Waktu Pelaksanaan
Dilaporkan setiap Bulan

Setiap bulan Februari dan Agustus

f. Pencatatan dan pelaporan


1) Menetukan umur anak dalam bulan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 35
2) Mencatat hasil recall 24 jam ASI Eksklusif pada bayi umur 0 sampai 6 bulan
kedalam KMS atau buku bantu setiap bulan.
3) Merekap KMS seluruh balita umur 0 sampai 6 bulan kedalam register posyandu
setiap bulan Februari dan Agustus.
4) Merekap jumlah bayi dan kategori pemberian ASI (ASI Eksklusif/Tidak ASI
Ekskusif) berdasarkan kelompok umur 0 sampai 5 bulan

g. Sumber Data
Laporan Rutin

h. Waktu Pelaporan
Setiap bulan Februari dan Agustus
Dilaporkan setiap Bul
i. Pedoman yang dipakai
1) PP 33 tahun 2012 tentang ASI
2) Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak

15. Persentase Iibu Hhamil Kkurang Eenergi Kkronik (KEK)


a. Definisi Operasional
1) Kehamilan adalah Proses pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
yang dimulai sejak konsepsi sampai persalinan
2) Ibu hamil adalah ibu yang mengalami proses kehamilan
3) Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kondisi sesorang menderita kekurangan energi
protein yang dapat diketahui melalui pengukuran lingkar lengan atas
4) Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan risiko KEK kekurangan energi protein yang
ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm

Standardt Prosedur : Pemeriksaan Kehamilan sesuai standar, Cara pengukuran


LiLA

Standard sarana/Fasilitas : Pita LiLA atau metline LiLA yang menjadi bagian dari
Antropometri Kit
Standar tenaga : Mampu melakukan pengukuran LiLA

b. Rumus Perhitungan Indikator


Ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali 100%.
Standar tenaga : Mampu melakukan pengukura
c. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengukuran LiLA

d. Tempat Pelaksanaan
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan

e. Waktu Pelaksanaan
Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1, K2, K3 atau
K4)

f. Pencatatan dan Pelaporan


1) Tenaga kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan mencatat hasil
pemeriksaan LiLA kedalam kohort ibu
2) Data mengenai identitas dan hasil pengukuran ibu hamil dientry oleh tenaga
kesehatan kedalam sistem informasi ePPGBM.
3) Rekapitulasi di laporkan setiap bulan

g. Sumber Data
Laporan Rutin atau survei status gizi Indonesia (Balitbangkes)

h. Waktu Pelaporan
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 36
Dilaporkan setiap bBulan

i. Pedoman yang dDipakai


1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil Tahun
2015
2) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu
3) Buku KIA
4) Pedoman ANC Terpadu
5) Petunjuk Teknis Surveilans Gizi
6)

16. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi


a. Definisi Operasional
1) Kabupaten atau kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah
provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati atau walikota. Kabupaten dan kota
memiliki wewenang yang sama
2) Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap masalah gizi masyarakat dan indikator pembinaan gizi, melalu tahapan
teknis pengumpulan data (assessment), pengolahan dan analisis dan diseminasi
informasi.
3) Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota yang
minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi
a) Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran
melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal
670% sasaran ibu hamil dan balita
b) Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah
gizi pada seluruh balita gizi buruk
c) Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja Kabupaten/Kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi
dan diupload kedalam sistem setiap triwulan

Standart Prosedur : Pemantauan pertumbuhan dan pemeriksaan kehamilan


Standard sarana/Fasilitas : Alat antropometri, Aplikasi ePPGBM
Standar tenaga
1) Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan (keterampilan penggunaan
alat, penggunaan aplikasi)
2) Mampu melakukan proses asuhan gizi untuk memberikan respon/intervensi
apabila ditemukan balita bermasalah gizi

b. Rumus Perhitungan Indikator


Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh kabupaten/kota
dikali 100%.

c. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan

d. Tempat Pelaksanaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan

e. Waktu Pelaksanaan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 37
Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan analisis
dapat dilakukan setiap bulan. Namun untuk upload rencana kegiatan dilakukan setiap
triwulan.

f. Pencatatan dan Pelaporan


a) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan Pemantauan
Pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
b) Tenaga kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan mencatat hasil
pemeriksaan LiLA kedalam kohort ibu
c) Laporan hasil penimbangan dan pengukuran serta data mengenai identitas dan
hasil pengukuran ibu hamil di entry ke dalam ePPGBM oleh Puskesmas. Kategori
status gizi dapat dihitung secara otomatis oleh sistem aplikasi tersebut.
d) Validasi dilakukan pada balita dengan kategori gizi buruk oleh tenaga kesehatan

g. Waktu Pelaporan
Setiap bulan

h. Sumber data
Laporan rutin

i. Pedoman yang dDipakai


a) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
b) Buku Kader
c) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu
d) Buku KIA
e) Juknis Surveilans Gizi
f) Pedoman Surveilans gizi
g)

17. Persentase Bbalita yang dDipantau Pertumbuhan dDan Perkembangannya


a. Definisi Operasional
Balita (0-59 bulan) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya yaitu balita yang
ditimbang sedikitnya 8 kali dalam satu tahun, diukur panjang badan atau tinggi
badannya sedikitnya 2 kali dalam satu tahun dan dipantau perkembangannya (motoric
kasar, motoric halus, bicara-bahasa, sosialisasi kemandirian) sedikitnya 2 kali dalam satu
tahun. Pemantauan perkembangan menggunakan ceklis Buku KIA atau KPSP (kartu pra
skrining perkembangan) atau instrument baku lainnya.

b. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah balita yang di pantau pertumbuhan dan perkembangan nya dibagi Jumlah
seluruh balita di wilayah Puskesmas X 100%
(sasaran balita dapat menggunakan estimasi pemerintah daerah yang disahkan Kepala
Dinas)
c. Pelaksana Kegiatan
1) Dokter/Bidan/ Perawat/ Ahli Gizi/ Promkes
2) Kader/Guru PAUD
d. Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas /Fasyankes/ Posyandu/ BKB/ Paud/ TK/ RA/ Panti/ LKSA

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 38
f. Pencatatan dan pelaporan
Petugas yang melayani mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan pencatatan di
Puskesmas/ Fasyankes/ Posyandu/ BKB/ Paud/ TK/ RA/ Panti/ LKSA. Hasil pelayanan di
wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan balita. Selanjutnya
Puskesmas melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP) dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi komunikasi data program
kesmas.

g. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

h. Sumber Data
Laporan rutin

i. Standart/Prosedur/Fasilitas /Pedoman yang dipakai


1) Buku KIA
2) Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
3) Permenkes Standar Antropometri

18. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro


a. Definisi Operasional
..............................................................................................................Anak usia 6 - 23 bulan di kab/kota lokus stun
(underweight) berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) dengan z-score kurang
dari -2 SD dan tidak termasuk kategori wasting yang mendapat taburia.

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah balita yang mendapat suplementasi gizi mikro di kabupaten/kota
lokus stunting\

Definisi Operasional Adi kab/kota lokus stunting menurut Umur (BB/U) dengan z-score
kurang dari -2 SD dan tidak termasuk kategori wastingtaburia.

c. .............................................Balita mendapat gizi mikro adalah balita usia 6 – 23 bulan dengan kategori b
kurang (underweight) berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) dengan z-
score kurang dari -2 SD dan tidak termasuk kategori wasting
d. Standart Prosedur :
e. Panduan manajemen pemberian Taburia
f. Standard sarana/Fasilitas :
g. Taburia
h. Standar tenaga :
i. Tenaga gizi puskesmas
j. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizikesehatan atau kader

k. Tempat Pelaksaaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini

l. Waktu Pelaksanaan
Pemberian Ttaburia diberikan kepada balita yang ditemukan dengan berat badan
kurang dari hasil pemantauan pertumbuhan setiap bulan

m. Pencatatan dan Pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 39
1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan Pemantauan
Pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
2) Laporan hasil penimbangan dan pengukuran dicatat dan di entry ke dalam ePPGBM
oleh Puskesmas. Kategori status gizi dapat dihitung secara otomatis oleh sistem
aplikasi tersebut.
3) Validasi dilakukan pada balita yang diketahui bermasalah gizi oleh puskesmas
4) Balita dengan berat badan kurang diberikan taburia

n. Sumber Data
Laporan rutin

o. Waktu Pelaporan
Setiap bulan

p. Pedoman yang dDipakai


1) Permenkes No 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
3) Panduan Manajemen Pemberian Taburia
4) Panduan Praktis bagi Kader tentang Taburia
5)

19. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)


a. Definisi Operasional
Kabupaten/Kota yang ng melaksanakan 4 tatanan yaitu Kabupaten/Kota Sehat
pemukiman, sarana dan prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan
ketahanan pangan, kawasan pendidikan dan kawasan pasar , memiliki SK Tim Pembina,
Memiliki SK forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim
pembina tingkat provinsi.dengan kriteria memiliki SK Tim Pembina KKS, SK Forum
KKS tingkat kab/kota, kecamatan dan desa/kelurahan, serta rencana kerja untuk
mendapatkan swastisaba dan telah diverifikasi oleh Tim Pembina KKS Provinsi.
,

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat.
Contoh Perhitungan :
Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama) terdapat 100
Kabupaten Kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan laporan yang disampaikan
melalui aplikasi, maka capaian program Kabupaten Kota yang menyelenggarakan
Kabupaten/Kota Sehat pada tahun tersebut sebanyak 100 Kabupaten/Kota.

c. Definisi OperaKabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan Kabupaten/Kota Sehat dengan


kriteria memiliki SK Tim Pembina KKS, SK Forum KKS, dan telah diverifikasi oleh Tim Pembina
KKS ProvTujuan

Terciptanya kondisi Kabupaten Kota yang bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni
penduduk.
d. Output
e. Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan Kabupaten/Kota Sehat

f. Pelaksana Kegiatan
1) Penanggungjawab di Tingkat Kabupaten/Kota adalah Ketua Tim Pembina KKS dan
Ketua Forum KKS
2) Penanggungjawab di Tingkat kecamatan adalah Ketua Forum Komunikasi KKS
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 40
3) Penanggungjawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS.

g. Tempat Pelaksaaan
Kabupaten/Kota

h. Waktu Pelaksanaan
Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

i. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas : Bagian data dan informasi Sekretariat KKS
Alat/media : melalui aplikasi

j. Sumber Data
Laporan rutin

k. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

l. Pedoman yang Dipakai


1) Pedoman yang dipakai
a) Permen Bersama Nomor 34 tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat dan
Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi Perpres)
b) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)
c) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

20. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Aair Bbesar Sembarangan (SBS)


a. Definisi Operasional
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air
besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi.
Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam
menerapkan pilar-pilar STBM.
Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah:
1) Semua masyarakat telah Buang Air Besar hanya di jamban yang aman dan layak dan
membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak.
2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban layak dan aman.

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah desa/kelurahan yang sudah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh
desa/kelurahan dikali 100%
Jumlah desa/kelurahan di Indonesia : 80.930

c. Definisi Operasional
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air
besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan
untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar
STBM.
Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah:
4) Semua masyarakat telah Buang Air Besar hanya di jamban yang aman dan layak
dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak.
5) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
6) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban layak dan aman.
d. Pelaksana Kegiatan
Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan dengan kebutuhan
pada tingkatan mana verifikasi dilakukan.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 41
1) DUSUN/RW
a) • Sanitarian Puskesmas
b) • PKK Desa/ Kelurahan
c) • Staff/Aparat Desa/ Kelurahan
d) • Tim dari dusun lain dalam satu desa
e) • Tim STBM Desa
2) DESA/KELURAHAN
a) • Sanitarian Puskesmas
b) • Promkes Puskesmas
c) • UPTD Kecamatan
d) • PKK Kecamatan
e) • Tim dari Desa/ Kelurahan lain dalam 1 (satu) Kecamatan
f) • Tim STBM kecamatan
3) KECAMATAN
a) • Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b) • POKJA Sanitasi/ AMPL
c) • PKK Kabupaten
d) • Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota
Sehat, jika ada)
e) • Tim dari Kecamatan lain
f) • Tim STBM Kabupaten
4) KABUPATEN / KOTA
a) • Dinas Kesehatan Provinsi
b) • Tim STBM Provinsi
c) • POKJA Sanitasi / AMPL Provinsi
d) • Perwakilan dari kabupaten lain
e) • Dinas di Provinsi yang terkait dengan Sarana Air Minum dan Sanitasi
f) • Tim STBM Provinsi
5) PROVINSI
a) • Tim STBM Nasional
b) • Direktorat Kesling Kemenkes
c) • Perwakilan dari Provinsi lain
d) • Mitra/swasta

e. Tempat Pelaksaaan
Desa/Kelurahan

f. Waktu Pelaksanaan
Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

Sepanjang tahun monitoring dengan indikator perubahan adalah sampai dengan KK


sudah berubah perilaku tidak membuang air besar sembarangan dengan informasi
ketersediaan akses sanitasinya.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga lalu di setelah selesai
verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

h. Sumber Data
Laporan rutin E-Monev STBM

i. Waktu Pelaporan
Setiap bulanDilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

j. Standar Prosedur/Standar Sarana/Fasilitas/Pedoman yang dDipakai


1) Standart Prosedur
1) Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang STBM
2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM
3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM
4)
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 42
5) Standard Sarana/Fasilitas
6) SNI 2398:2017 (Tata cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan lanjutan
(sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita)

7) Pedoman wirausaha sanitasi


8)
a) Pedoman pengelolalaan teknologi tepat guna sanitasi dan air minum
9)

21. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya sesuai
Standar
a. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah sarana air minum yang dilakukan pengawasan eksternal oleh Dinas
Kesehatan kab/kota dan KKP dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sarana air
minum yang ada di kali 100%.
b. Definisi Operasional
Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana Pengamanan Air
Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa kualitas air minumnya oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Maksud dari diawasi/diperiksa adalah Petugas kesehatan lingkungan melakukan
pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi lapangan (IKL), dan
uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil pengawasan eksternal
diinput dalam emonev PKAM.

Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 81.921 sarana,
dengan rincian sebagai berikut :
1) PDAM Pemerintah : 411 PDAM (sumber : data perpamsi)
2) PDAM swasta : 17 PDAM
3) KPSPAM Pamsimas : 24.833 sarana (sumber : data KPSPAM Pamsimas)
4) KPSPAM Non Pamsimas : 6.898 sarana
5) Depot air minum : 49.713 Depot (sumber : emonev HSP)
6) KKP (kantor Kesehatan Pelabuhan) : 49
1)

c. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya dalam satu
tahun dibagi dengan jumlah sarana air minum di kali 100%.

d. Pelaksana Kegiatan
Dinas kesehatan kab/kota, Sanitarian, KKP

e. Tempat Pelaksaaan
Sarana air minum dan penyelenggara air minumm

f. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

g. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM

h. Waktu Pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 43
Dilaporkan sampai dengan batas waktu 31 desember tahun pelaksanaan Satu kali
setahun

i. Standar/Prosedur/Fasilitas/Pedoman yang dDipakai


a) Permenkes 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum
b) Permenkes 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air

22.
23. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
24. Rumus Perhitungan Indikator
25. Ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali 100%.
26. Definisi Operasional
27. Kehamilan adalah Proses pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine yang
dimulai sejak konsepsi sampai persalinan
28. Ibu hamil adalah ibu yang mengalami proses kehamilan
29. Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kondisi sesorang menderita kekurangan energi protein
yang dapat diketahui melalui pengukuran lingkar lengan atas
30. Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan risiko KEK yang ditandai dengan ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm
31. Standart Prosedur
32. Pemeriksaan Kehamilan sesuai standar, Cara pengukuran LiLA
33. Standard sarana/Fasilitas
34. Pita LiLA atau metline LiLA yang menjadi bagian dari Antropometri Kit
35. Standar tenaga
36. Mampu melakukan pengukuran LiLA
37. Pelaksana Kegiatan
38. Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengukuran LiLA
39. Tempat Pelaksaaan
40. Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
41. Waktu Pelaksanaan
42. Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1, K2, K3 atau K4)
43. Pencatatan dan Pelaporan
44. Tenaga kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan mencatat hasil pemeriksaan
LiLA kedalam kohort ibu
45. Data mengenai identitas dan hasil pengukuran ibu hamil dientry oleh tenaga kesehatan
kedalam sistem informasi ePPGBM.
46. Rekapitulasi di laporkan setiap bulan
47. Sumber Data
48. Laporan Rutin dan survei status gizi Indonesia (Balitbangkes)
49. Waktu Pelaporan
50. Dilaporkan setiap Bulan
51. Pedoman yang Dipakai
52. Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil Tahun 2015
53. Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu
54. Buku KIA
55. Pedoman ANC Terpadu
56. Petunjuk Teknis Surveilans Gizi
57.
58. JumlahPersentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
a. Rumus Perhitungan Indikator
b. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat dibagi jumlah total Kabupaten/Kota, dikali 100%.
c. Definisi Operasional

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 44
1) Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat dan atau kebijakan
berwawasan kesehatan.Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat sesuai
dengan Inpres No.1 Tahun 2017 (melaksanakan 5 kluster germas) dan atau
kebijakan berwawasan kesehatan adalah Kabupaten/Kota telah memiliki atau
menerbitkan kebijakan Germas dan atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan
Gerakan Masyarakat Hidup ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota)
mencakup 5 klaster germas yaitu:
Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat dan atau kebijakan berwawasan
kesehatan adalah Kabupaten/Kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan
Germas dan atau kebijakan berwawasan kesehatan.

Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup ditetapkan oleh pemerintah daerah


(bupati/walikota) mencakup 5 klaster germas yaitu:

a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik


b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala OPD


berupa Peraturan/Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran yang mendukung salah
satu klaster germas.
Contoh kebijakan:
a) Kebijakan Germas
i. Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
ii. Peraturan Bupati Bantul Nomor: 35 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan
i. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa
Rokok
ii. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kota Banjarmasin
iii. Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 tahun 2015 tentang Kawasan
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)

1) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung kebijakan germas


atau kebijakan berwawasan kesehatan, minimal 3 kali setahun dengan melibatkan
lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) dan atau mitra potensial.
2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung 5 kluster Germas
minimal 3 kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah),
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial
adalah kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas
dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu,
Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama,
tokoh masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal 3 (tiga) kali setahun.

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
dibagi jumlah total Kabupaten/Kota, dikali 100%.

c. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM
(Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia
usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 45
agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Bappeda.

d. Tempat Pelaksanaan
Kabupaten/Kota

e. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

f. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan kegiatan
penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Indikator.

g. Sumber Data
Laporan Rutin

h. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulanan

i. Pedoman yang dDipakai


1) Inpres No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
2) Permen PPN/Bappenas No. 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kegiatan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2020 – 2024.

59. Jumlah pedoman/regulasi/rekomendasi kebijakan penerapan Germas


a. Definisi Operasional
Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Germas bidang kesehatan yang diadopsi oleh
Kementerian/Lembaga sebagai acuan Kementerian/Lembaga dalam menerbitkan
kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya (Inpres no 1 tahun 2017).

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah dokumen Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Germas bidang yang di yang diadopsi
Kementerian Lembaga dalam menerbitkan kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya.

c. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur Kementerian/Lembaga, Lintas Program di
Kementerian Kesehatan yang dimotori oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat.

d. Tempat Pelaksanaan
Pemerintah Pusat

e. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

f. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil monitoring dan evaluasi ke Kementerian/Lembaga

g. Sumber Data
Data monitoring dan evaluasi ke Kementerian/Lembaga

h. Waktu Pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 46
Dilaporkan setiap 3 (tiga) Bulanan

i. Pedoman yang dipakai


1) Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
3) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor
11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat
4) Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kegiatan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2020 – 2024.

60. Persentase Kabupaten/Kota dengan Minimal 80% Posyandu Aktif


a. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang memiliki Posyandu aktif minimal 80% dengan kriteria:
1) Melakukan kegiatan rutin posyandu minimal 10 kali/tahun
Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10 kali/tahun adalah Posyandu
melakukan kegiatan hari buka Posyandu minimal 10 kali/tahun dalam bulan
berbeda
2) Memiliki minimal 5 orang kader
Memiliki minimal 5 orang kader adalah memiliki kader sekurang-kurangnya 5 orang
yang disahkan dengan surat keputusan Kepala Desa/Kelurahan
3) Cakupan minimal 50% sasaran posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi,
Imunisasi dan KB
Cakupan minimal 50% sasaran posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi, Imunisasi
dan KB adalah Sekurang-kurangnya 50% sasaran posyandu mendapatkan layanan
KIA, Gizi, Imunisasi dan KB di Posyandu atau fasilitas kesehatan
4) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan Perkembangan adalah setiap
posyandu memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berupa alat
timbang berat badan dan tinggi badan serta alat ukur perkembangan
5) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan
Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan adalah Posyandu melakukan
sekurang-kurangnya 1 kegiatan pengembangan seperti kesehatan remaja,
kesehatan usia kerja, kesehatan lanjut usia, TOGA, Penanggulangan penyakit atau
kegiatan tambahan kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan
masyarakat

b. Rumus Perhitungan Indikator


...................Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki sekurang-kurangnya 80% Posyandu aktif dibagi
jumlah seluruh Kabupaten/Kota dikali 100%.

c. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh pengelola promkes, pemangku kepentingan terkait dan kader

d. Tempat Pelaksaaan
Dilaksanakan di Posyandu dan Puskesmas /Fasyankes

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan setiap hari buka Posyandu dan setiap ada sasaran Posyandu
yang mendapatkan pelayanan KIA, Gizi, KB dan imunisasi di Puskesmas/Fasyankes

f. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas Puskesmas mengambil pencatatan rutin kader Posyandu yang telah diisi oleh
kader untuk dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kabupaten/kota
melakukan rekapitulasi dan memasukan dalam aplikasi komunikasi data program
kesmas (Komdat Kesmas)

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 47
g. Sumber Data
Pencatatan rutin kader Posyandu dan pelaporan rutin Puskesmas

h. Waktu Pelaporan
Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan setiap bulan
ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri 54 tahun 2007 pelaporan dari
kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali dan pelaporan dari provinsi
ke Pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

i. Pedoman yang dipakai


Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

61. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif


a. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan kriteria:
1) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan Bupati/walikota
Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait
pengembangan Posyandu tingkat Kabupaten/Kota.
2) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun
Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas
perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan.
3) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader
Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas puskesmas dan kader yang berasal
desa/kelurahan di wilayah kabupaten/Kota.
4) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu
Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan Posyandu
sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si Cakep.
5) Posyandu aktif minimal 50%
a) Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun
b) Memiliki minimal 5 orang kader
c) Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, imunisasi, KB dengan cakupan minimal
50%
d) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan
e) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja, lansia, TOGA,
Penanggulangan penyakit)

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pembinaan posyandu aktif sesuai kriteria dibagi
total kabupaten/kota dikali 100%.

c. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh pengelola program promkes, pemangku kepentingan terkait dan
kader

d. Tempat Pelaksaaan
Dilaksanakan di Kabupaten/Kota, Puskesmas/Fasyankes dan Posyandu

e. Waktu Pelaksanaan
Pembinaan dilaksanakan sepanjang tahun sesuai penjadwalan yang disepakatiti oleh
kabupaten/kota

f. Pencatatan dan Pelaporan


Pengelola promkes kabupaten/kota, pemangku kepentingan terkait dan kader sesuai
kewenangan masing-masing melalui system pelaporan yang ada di kabupaten/kota

g. Sumber Data

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 48
Laporan rutin puskesmas dan posyandu serta laporan Pokjanal kabupaten/kota

h. Waktu Pelaporan
Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan setiap bulan
ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri 54 tahun 2007 pelaporan dari
kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali dan pelaporan dari provinsi
ke Pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

i. Pedoman yang dipakai


Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu
a. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan kriteria:
a.Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan Bupati/walikota
b.Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait
pengembangan Posyandu tingkat Kabupaten/Kota.
c.Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun
d.Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas
perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan.
e.Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader
f.Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas puskesmas dan kader yang berasal
desa/kelurahan di wilayah kabupaten/Kota.
g.Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu
h.Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan Posyandu
seperti SIP online, E-PPGBM, Si Cakep dll.
i.Posyandu aktif minimal 50%
b. Rumus Perhitungan Indikator
.........................Jumlah kabupaten/kota yang memiliki posyandu aktif 80% dari total kabupaten/kota
lokus stunting dikali 100%.

c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai

62. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja


a. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah :
1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja.
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah puskesmas yang
melaksanakan:
i. Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/ penggunaan
APD/ pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas)
ii. Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada pekerja puskesmas
iii. Pembentukan/pembinaan POS UKK
2) Tersedianya surat keputusan (SK) atau surat edaran (SE) yang mendukung
pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja.
Adanya SK/SE, pedoman/Juknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang
mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja.
3) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan kesahatan
kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan pelaksanaan
program kesehatan kerja seperti:
a) GP2SP, atau
b) K3 Perkantoran, atau
c) K3 Fasyankes, atau

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 49
a) Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko, penggunaan
APD, APAR, pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas)
b) Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada pekerja puskesmas
c) Pemberdayaan dan pembinaan pekerja terutama pekerja informal (POS UKK)
d) Tersedianya surat keputusan (SK) atau surat edaran (SE) yang mendukung
pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja. Adanya SK/SE, pedoman/Juknis
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan
program kesehatan di tempat kerja.
e) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan
kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi
dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti:
GP2SP
K3 Perkantoran
Pekerja Sehat Produktif
K3 Fasyankes
b. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dalam kurun
waktu 1 tahun

c. Pelaksana Kegiatan
1) Tingkat Puskesmas adalah : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan kerja dan atau
tim kesehatan kerja atau petugas lain di Puskesmas.
2) Tingkat Dinas Kesehatan adalah : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan kerja dan
atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di Dinas Kesehatan.

d. Tempat Pelaksaaan
Dalam Gedung Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan tempat kerja diwilayah kerja
puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan Dinas Kesehatan (OPD,
Perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota).

e. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu dan dilaporkan secara berkala setiap
bulan.sesuai dengan perencanaan kegiatan

f. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dalam buku bantu dan melaporkan
ke pengelola Sisitem Informasi Puskesmas (SIP) untuk Kabupaten/kota memasukan
dalam aplikasi komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas) dan Sistem Informasi
Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO).

g. Waktu Pelaporan
Setiap tiga bulan sekaliDilaporkan setiap Bulan

h. Pedoman yang dDipakai


1) Pedoman Implementasi GP2SP
2) Pedoman Implentasi Pos UKK
3) Pedoman K3 Fasyankes
4) Pedoman K3 RS
5) Pedoman K3 Perkantoran

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga

1) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
2) Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 50
1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan
olahraga.
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah Puskesmas yang
melaskanakan kegiatan :
a) Peregangan minimal 1 kali sehari.
b) Senam bersama minimal setiap 1 minggu sekali, dan
c) Pengukuran kebugaran pada anak sekolah dan jamaah haji
d) Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil, Lansia,
kelompok olahraga masyarkat
2) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja di tingkat kabupaten/kota
Pengukuran kebugaran jasmani pekerja di tingkat kabupaten/kota adalah
kegiatan pengukuran kebugaran jasmani pada pekerja di tingkat
kabupaten/kota yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan,
OPD, Fasyankes, temapat kerja, dan lainnya ditatanan kabupaten/kota.
3) Pelaksana Kegiatan
a) Tingkat Puskesmas : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan kerja dan atau
tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di Puskesmas.
b) Tingkat DInas Kesehatan : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan olahraga
dan atau tim kesehatan olarhaga atau petugas lain yang dituntuk di Dinas
Kesehatan.
4) Tempat Pelaksaaan
Dinas Kesehatan, Puskesmas dan tempat kerja diwilayah kerja Puskesmas.
5) Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu dan dilaporkan secara berkala
setiap bulan.
6) Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dan melaporkan ke
pengelola Sisitem Informasi Puskesmas (SIP) untuk Kabupaten/kota memasukan
dalam aplikasi komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas) dan Sistem
Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO).
7) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan
8) Pedoman yang Dipakai
1) Pedoman Implementasi GP2SP
2) Pedoman Implentasi Pos UKK
3) Pedoman K3 Fasyankes
4) Pedoman K3RS
5) Pedoman K3 Perkantoran

63. Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usiasia


64.
1) Definisi operasional
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lansia adalah meliputi:
a) Seluruh puskesmas membina posyandu lansia di 50% desa di wilayah kerjanya,
adalah seluruh puskesmas melaksanakan pembinaan pada posyandu lansia
sedikitnya di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga posyandu lansia buka minimal 4
kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut

b) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan


pelayanan kesehatan santun lansia yaitu:
1) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas pelayanan
yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan lansia dan geriatri
2) Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia, minimal dengan
mendahulukan lansia di loket, poliklinik, laboratorium dan apotik
3) Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkin, sehingga aman dan
mudah diakses oleh lansia
4) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 51
c) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang bagi
Lansia, adalah kabupaten/ kota telah mulai melaksanakan Program Perawatan
Jangka Panjang bagi Lansia di minimal 10% puskesmas dalam bentuk kegiatan
orientasi Program Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia dan panduan praktis bagi
caregiver informal
APAKAH SUDAH TERTULIS DI PEDOMAN ACUAN??? JIKA YA, TIDAK PERLU
DIPINDAHKAN KESINI.
2) Rumus penghitungan indikator
Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia
(lansia) dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam kurun waktu 1 tahun

3) Pelaksana kegiatan
Kabupaten/Kota (Penanggung jawab Program Kesehatan Lansia Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami pelayanan
kesehatan lansia di Puskesmas, dan kader posyandu lansia)

4) Tempat pelaksanaan
Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

5) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam kurun waktu RPJMN dan RENSTRA (Tahun 2020-
2024)

6) Pencatatan dan Pelaporan


Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di luar gedung
puskesmas (posyandu lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti, dll). Petugas yang
melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan kesehatan lansia dan form
pencatatan pelaporan tingkat Puskesmas, termasuk mengkompilasi hasil kegiatan di
posyandu lansia. Hasil pencatatan Puskesmas dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Untuk laporan pelaksanaan capaian indikator Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan lanjut usia, pencatatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk selanjutnya disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Dinas
Kesehatan Provinsi kemudian melakukan verifikasi dan validasi data, untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam aplikasi komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas)
sebagai laporan di tingkat Pusat.

7) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

8) Sumber Data
Laporan rutin

9) Pedoman yang dipakai


a) Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku Kesehatan Lansia
b) Juknis P3G
c) Peraturan Menteri Kesehatan No.67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas
d) Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia
e) Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan Lanjut Usia
di Posyandu Lansia
f) Buku untuk Kader seri Kesehatan Lanjut Usia
g) Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia
h) Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 52
a. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lansia
dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota dikali 100% dalam kurun waktu 1
tahun
b. Definisi Operasional
Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut
usia adalah:
1) Minimal 50% desa di wilayah kerja Puskesmas memiliki minimal 1
Posyandu Lansia

2) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota merupakan


Puskesmas Santun Lansia

Kriteria Definisi Operasional

1) Seluruh Puskesmas melaksanakan posyandu lansia sedikitnya di 50%


desa/kelurahan di wilayah kerjanya
2) Minimal 50% puskesmas yang ada di kabupaten kota menyelengarakan
pelayanan kesehatan santun lansia dengan kriteria:
 Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas  Petugas terlatih
atau memahami pelayanan kesehatan lansia dan geriatri
 Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan penyediaan
sarana yang aman dan mudah diakses
 Melakukan pelayanan secara pro-aktif  minimal 50% desa mempunyai
Posyandu Lansia
 Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus
hidup
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
Komdat Kesga
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
(Dari c-i harap dilengkapi)

65. Jumlah Fasyankes yang Memiliki laksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
a. Definisi Operasional
a) Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah fasyankes
yang telah melakukan pengurangan, pemilahan, pewadahan, pengangkutan,
penyimpanan dan pengolahan akhir baik secara mandiri dengan fasilitas yang
memenuhi syarat dan atau bekerjasama dengan pihak pengelola limbah (pihak ke-3)
yang memiliki izin.
b) Standar Prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan sesuai
standar mengacu ke Permen KLHK No.P56/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7/2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit dan mempunyai tenaga yang memahami pengelolaan
limbah medis di fasyankes.

b. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan pengelolaan
limbah medis sesuai standar.
Jumlah RS di Indonesia: 2.840
Jumlah Puskesmas : 10.060.

c. Pelaksana Kegiatan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 53
Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan
lainnya di fasyankes.

d. Tempat Pelaksanaan
Rumah Sakit dan Puskesmas

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan setiap hari

f. Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan limbah medis difasyankes
melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E Monev Limbah Medis di fasyankes
(aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir pelaporan dari fasyankes
serta provinsi melakukan approve aplikasi E-monev limbah medis bagi fasyankes yang
akan melakukan pelaporan.

g. Waktu Pelaporan
Setiap tiga bulan sekali

h. Pedoman yang dipakai


a) PermenKLHK No.P56/2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya
dan Beracun di Fasyankes
b) PMK No.7/2019 tentang Standard an Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
c) Permenkes No.1428/2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas
d) Permenkes No. 27/ 2019 tentang Perubahan Kedua atas Permenkes No.46/2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan
Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi
e) E-monev Limbah Fasyankes

Rumus Perhitungan Indikator

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 54
Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan
pengelolaan limbah medis sesuai standar.
 Jumlah RS di Indonesia: 2.840
 Jumlah Puskesmas: 10.060
Denominatornya yaitu seluruh RS (pemerintah & swasta) dan puskesmas yang
terdaftar dan perhitungannya absolut.
j. Definisi Operasional
Fasyankes yang melaksanakan sesuai standar adalah Fasyankes yang
melaksanakan pengelolaan limbah medis yaitu fasyankes yang telah
melaksanakan pengurangan, pemilahan, pewadahan, pengangkutan,
penyimpanan dan pengolahan akhir, baik secara mandiri dan mempunyai fasilitas
pengelolaan limbah medis yang memenuhi syarat dan atau bekerjasama dengan
pihak pengelola limbah medis (pihak ke-3) yang memiliki izin.
Standar Prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan
sesuai standar mengacu ke Permen KLHK No. P56/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan PMK No.7/ 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, dan mempunyai Standard sarana/ Fasilitas dan Standar
tenaga : Bidang KeslingTujuan
Terlaksananya pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit dan Puskesmas sesuai
standar sehingga tidak menimbulkan risiko bagi petugas dan masyarakat dan
menghindarkan dampak bagi lingkungan.
Tujuan: Terlaksananya pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit dan Puskesmas
sesuai standar sehingga tidak menimbulkan risiko bagi petugas dan masyarakat
dan menghindarkan dampak bagi lingkungan.
k. Pelaksana Kegiatan
Pengelolaan limbah meliputi: pengurangan, pemilahan, pewadahan,
pengangkutan dan pengolahan limbah medis.
1) Pengurangan limbah medis di semua bagian di Fasyankes
a) Menghindari penggunaan material yang mengandung B3 apabila terdapat
pilihan yang lain;
b) House keeping yang baik setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap
lingkungan;
c) Pemisahan aliran limbah (waste stream) menurut jenis, kelompok,
dan/atau karakteristik limbah;
d) Menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan
e) Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai
jadwal.
2) Pemilahan dan pewadahan
Pemilahan dilakukan mulai dari sumber oleh penghasil limbah (misal:
perawat). Di setiap sumber/ruangan ditempatkan wadah yang sesuai dengan
limbah yang dihasilkan.
Jenis limbah medis limbah infeksius, imbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
a) Wadah dinamai sesuai kategori/ kelompok limbah dan diberikan kantong
plastik sesuai warna.
b) Jarum suntik bisa disediakan safety box di tempat dilakukan tindakan.
Setelah menyuntik, suntik langsung dimasukan ke dalam safety box tanpa
menutup kembali.
c) Jarum suntik juga bisa menggunakan needle cutter atau needle destroyer
untuk memisahkan siringe dengan spoitnya.
Jenis wadah yang dipakai: drum baja, drum plastic, tangki, tong, wadah
fleksibel.
3) Pengangkutan
a) Pengangkutan Internal
Pengangkutan Internal dilakukan dengan cara:

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 55
 Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau sesuai kebutuhan.
 Setelah limbah diambil dari sumbernya. Harus segera dilakukan
pengantian kantong/wadah.
 Limbah diangkut sebelum penuh (3/4 dari volume limbah)
 Tidak dianjurkan pelakukan pemadatan/ penekanan pada saat
pengumpulan limbah untuk menghindari risiko tertusuk
 Kantong limbah tidak boleh diikat model “telinga kelinci” atau
menggunakan selotipe/sejenisnya.
b) Pengangkutan eksternal
 Pengangkutan dilakukan oleh jasa transporter yang berizin.
 Pengangkutan yang dilakukan oleh penghasil limbah bisa menggunakan
kendaraan roda 3, sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk pengangkutan dilakukan dari penghasil ke Depo atau dari penghasil
ke Perusahan pengolah limbah medis yang berizin yang dikontak unruk
mengolah limbah medis fasyankes tersebut dengan melakukan kerjasama
(MOU secara tripartite antara penghasol, jasa pengangkutan, dan
perusahaan pengolah limbah medis yang berizin).
4) Penyimpanan
Penyimpanan Sementara dilakukan dengan cara antara lain:
a) menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3;
b) menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai kelompok
Limbah B3;
c) penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai
karakteristik Limbah B3; dan pemberian simbol dan label Limbah B3 pada
setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3
d) Untuk limbah dengan karakteristik infeksius; benda tajam; dan patologis;
disimpan di tempat Penyimpanan Limbah B3 sebelum dilakukan
Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan
Limbah B3 paling lama :
 7 hari, pada suhu 3-8OC
 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 0°C (nol derajat celsius), sejak Limbah B3 dihasilkan.
Penyimpanan Limbah B3 sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3,
Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3 paling lama:
 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg
(lima puluh kilogram) per hari atau lebih; atau
 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3
kategori 1,sejak Limbah B3 dihasilkan.
l. Tempat Pelaksaaan
Rumah Sakit dan Puskesmas
m. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan setiap
hari oleh Fasyankes.
n. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melayani mencatatkan dalam pelaporan E Monev Limbah Medis
oleh fasyankes dan kabupaten/kota melalui aplikasi daring (online).
o. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap 3 (enam) bulan sekali
p. Pedoman yang Dipakai
1) PermenLHK No.P56/2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah Bahan
berbahaya dan Beracun di Fasyankes
2) PMK No.7/2019 tentang Standard an Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
3) Permenkes No.1428/2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 56
4) Permenkes No. 27/ 2019 tentang Perubahan Kedua atas Permenkes
No.46/2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek
Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi
5) E-monev Limbah Fasyankes

BAB IV
INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
PADA RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

i.
ii. INDIKATOR KINERJA PROGRAM
1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
a. Definisi Operasional
1) Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kondisi seseorang menderita kekurangan
energi protein yang dapat diketahui melalui pengukuran lingkar lengan atas
2) Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan risiko KEK yang ditandai dengan
ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm

 Standar Prosedur
Pemeriksaan Kehamilan sesuai standar, Cara pengukuran LiLA
 Standar sarana/Fasilitas
Pita LiLA atau metline LiLA yang menjadi bagian dari Antropometri Kit
 Standar tenaga
Mampu melakukan pengukuran LILA

b. Rumus Perhitungan Indikator


Ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali 100%.

c. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengukuran LILA

d. Tempat Pelaksanaan
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan

e. Waktu Pelaksanaan
Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1, K2, K3 atau
K4)

f. Pencatatan dan Pelaporan


1) Tenaga kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan mencatat hasil
pemeriksaan LiLA kedalam kohort ibu
2) Data mengenai identitas dan hasil pengukuran ibu hamil dientry oleh tenaga
kesehatan kedalam sistem informasi ePPGBM.
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 57
3) Rekapitulasi di laporkan setiap bulan

g. Sumber Data
Laporan Rutin dan/atau survei status gizi Indonesia (Balitbangkes)

h. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan

i. Pedoman Rujukan
1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil Tahun
2015
2) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu
3) Buku KIA
4) Pedoman ANC Terpadu
5) Petunjuk Teknis Surveilans Gizi

2. PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


3. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Definisi Operasional
1) Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan adalah cakupan persalinan
di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar
2) Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
adalah Ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh penolong
persalinan minimal 2 (dua) orang terdiri dari :
a) Dokter dan bidan atau
b) 2 orang bidan, atau
c) Bidan dan perawat
3) Fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Puskesmas, jejaring dan
jaringannya danserta Rumah Sakit sesuai standar persalinan antara lain :
a) Standar persalinan normal mengacu pada Asuhan Persalinan Normal (APN)
b) Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
4) Pada Kurun waktu tertentu adalah kurun waktu pelaporan (1 bulan)

b. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi jumlah sasaran ibu
bersalin yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%

c. Pelaksana Kegiatan
Dokter, Bidan, Perawat (mengacu pada SPM)

d. Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit,
tempat praktek mandiri bidan)

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin ke Fasyankes

f. Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dalam kohort
ibu dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas
(SIP). Petugas Pengelola Data Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi
komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas)

g. Waktu Pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 58
Setiap bulan

h. Sumber data
Laporan rutin

i. Pedoman yang dipakai


1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rujukan
3) PP No. 47 tahun 2016 tentang fasilitas pelayanan kesehatan

4. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup


Sehat
a. Definisi Operasional
1) Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat dan atau kebijakan
berwawasan kesehatan yaitu kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan
kebijakan Germas dan atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Gerakan
Masyarakat Hidup ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota)
mencakup 5 klaster germas yaitu:
a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala OPD


berupa Peraturan/Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran yang mendukung
salah satu klaster germas.
Contoh kebijakan:
a) Kebijakan Germas
i. Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
ii. Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat

b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan


i. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 tahun 2019 tentang Kawasan
Tanpa Rokok
ii. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kota Banjarmasin
iii. Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 tahun 2015 tentang Kawasan
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)

2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung Germas minimal 3


kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial
adalah kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster
Germas dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM
(Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial
(dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll).

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat dibagi jumlah total Kabupaten/Kota, dikali 100%.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 59
c. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM
(Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia
usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh
agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Bappeda.

d. Tempat Pelaksaaan
Kabupaten/Kota

e. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

f. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan kegiatan
penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Pencatatan dan Pelaporan
Indikator.

g. Sumber Data
Laporan Rutin

h. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan

i. Pedoman yang Dipakai


1) Inpres No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
2) Permen PPN/Bappenas No. 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

5. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)


a. Definisi Operasional
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air
besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi.
Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat
dalam menerapkan pilar-pilar STBM.
Kriteria Desa/Kelurahan dengan SBS adalah:
1) Semua masyarakat telah Buang Air Besar hanya di jamban yang aman dan layak
dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak.
2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban layak dan aman.

b. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah desa/kelurahan yang telah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh
desa/kelurahan dikali 100%
Jumlah desa/kelurahan di Indonesia : 80.930

c. Pelaksana Kegiatan
Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan dengan
kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan.
1)DUSUN/RW
a) Sanitarian Puskesmas
b) PKK Desa/ Kelurahan
c) Staff/Aparat Desa/ Kelurahan
d) Tim dari dusun lain dalam satu desa

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 60
e) Tim STBM Desa
2)DESA/KELURAHAN
a) Sanitarian Puskesmas
b) Promkes Puskesmas
c) UPTD Kecamatan
d) PKK Kecamatan
e) Tim dari Desa/ Kelurahan lain dalam 1 (satu) Kecamatan
f) Tim STBM kecamatan
3)KECAMATAN
a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b) POKJA Sanitasi/ AMPL
c) PKK Kabupaten
d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,
jika ada)
e) Tim dari Kecamatan lain
f) Tim STBM Kabupaten
4)KABUPATEN / KOTA
a) Dinas Kesehatan Provinsi
b) Tim STBM Provinsi
c) POKJA Sanitasi / AMPL Provinsi
d) Perwakilan dari kabupaten lain
e) Dinas di Provinsi yang terkait dengan Sarana Air Minum dan Sanitasi
f) Tim STBM Provinsi

5)PROVINSI
a) Tim STBM Nasional
b) Direktorat Kesling Kemenkes
c) Perwakilan dari Provinsi lain
d) Mitra/swasta

d. Tempat Pelaksaaan
Desa/Kelurahan

e. Waktu Pelaksanaan
Sepanjang tahun monitoring dengan indikator perubahan adalah sampai dengan KK
sudah berubah perilaku tidak membuang air besar sembarangan dengan informasi
ketersediaan akses sanitasinya.

f. Pencatatan dan Pelaporan


Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga lalu di setelah selesai
verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

g. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

h. Sumber Data
Laporan rutin

i. Pedoman yang dipakai


1) Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang STBM
2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM
3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM
4) SNI 2398:2017 (Tata cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan lanjutan
(sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita)
5) Pedoman wirausaha sanitasi
6) Pedoman pengelolalaan teknologi tepat guna sanitasi dan air minum
7)

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 61
iii. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
1. Pembinaan Gizi Masyarakat
a. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi
1) Definisi Operasional
a) Kabupaten atau kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia
setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati atau walikota. Kabupaten
dan kota memiliki wewenang yang sama
b) Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus
menerus terhadap masalah gizi masyarakat dan indikator pembinaan gizi,
melalu tahapan teknis pengumpulan data (assessment), pengolahan dan
analisis dan diseminasi informasi.
c) Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota
yang minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan
data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi
i. Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran
melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai
minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita
ii. Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah
gizi pada seluruh balita gizi buruk
iii. Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja Kabupaten/Kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi
dan diupload kedalam sistem setiap triwulan

 Standar Prosedur
Pemantauan pertumbuhan dan pemeriksaan kehamilan
 Standar sarana/Fasilitas
Alat antropometri, Aplikasi ePPGBM
 Standar tenaga
1) Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan (keterampilan
penggunaan alat, penggunaan aplikasi)
2) Mampu melakukan proses asuhan gizi untuk memberikan
respon/intervensi apabila ditemukan balita bermasalah gizi

2) Rumus Perhitungan Indikator


Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh
kabupaten/kota dikali 100%.

3) Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan

4) Tempat Pelaksanaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan

5) Waktu Pelaksanaan
Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan
analisis dapat dilakukan setiap bulan. Namun untuk upload rencana kegiatan
dilakukan setiap triwulan.

6) Pencatatan dan Pelaporan


a) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan pPemantauan
pPertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di
wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak
usia dini.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 62
b) Tenaga kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan mencatat hasil
pemeriksaan LiLA kedalam kohort ibu
c) Laporan hasil penimbangan dan pengukuran serta data mengenai identitas
dan hasil pengukuran ibu hamil di entry ke dalam ePPGBM oleh Puskesmas.
Kategori status gizi dapat dihitung secara otomatis oleh sistem aplikasi
tersebut.
d) Validasi dilakukan pada balita dengan kategori gizi buruk oleh tenaga
kesehatan

7) Waktu Pelaporan
Setiap bulan

8) Sumber Data
Laporan rutin

9) Pedoman Rujukan
a) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
b) Buku Kader
c) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu
d) Buku KIA
e) Juknis Surveilans Gizi
f) Pedoman Surveilans gizi

b. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita


1) Definisi Operasional
a) Puskesmas adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah
provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati atau walikota. Kabupaten dan
kota memiliki wewenang yang sama
b) Balita Gizi buruk adalah balita usia 0-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk
atau indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari -3 SD atau
Lingkar Lengan Atas <11,5cm bagi balita 6 – 59 bulan
c) Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita adalah
puskesmas dengan kriteria:
i. Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat,
dan tenaga gizi
ii. Memiliki SOPPO tatalaksana gizi buruk pada balita

Standard Prosedur : SOPPO tatalaksana gizi burukStandard sarana/Fasilitas


Mineral mix

 Formula 100
 Formula 75
 Theurapetic Feeding Center (TFC) bagi kabupaten dengan persentase
wasting >15%
 Standar tenaga : Tim asuhan gizi terlatih

2) Rumus Perhitungan Indikator


Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dibagi jumlah seluruh puskesmas dikali
100%

3) Pelaksana Kegiatan
Pelaksanaan dilakukan oleh Tim asuhan gizi di puskesmas dengan supervisi oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

4) Tempat Pelaksanaan
Puskesmas atau TFC

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 63
5) Waktu Pelaksanaan
Tatalaksana gizi buruk dilakukan setiap waktu

6) Pencatatan dan Pelaporan


a) Pelatihan tatalaksana gizi buruk pada tim asuhan gizi
b) Identifikasi puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk setiap bulan
c) Rekapitulasi di laporkan setiap bulan

7) Waktu Pelaporan
Setiap bulan

8) Sumber Data
Laporan rutin

9) Pedoman Rujukan
a) Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita
b) Modul Pelatihan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita

c. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif


1) Definisi Operasional
a) Bayi usia kurang dari 6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai
5 bulan 29 hari
b) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau cairan lain
kecuali obat, vitamin dan mineral
c) Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang
hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin
dan mineral berdasarkan recall 24 jam

MASUKAN PI : Bbayi umur 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari yang hanya
mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan
mineral.

Standardt Prosedur : pemberian ASI eksklusif


Standard sarana/Fasilitas : Alat konseling menyusui
Standar tenaga : Konselor ASI

2) Rumus Penghitungan Indikator


Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi seluruh bayi usia
kurang dari 6 bulan dikali 100%

3) Pelaksana Kegiatan
Tenaga pelaksana gizi dan bidan

4) Tempat Pelaksanaan
Posyandu
Posyandu, bagaimana dengan puskesmas???

5) Waktu Pelaksanaan
Dilaporkan setiap bulan Setiap bulan Februari dan Agustus

6) Pencatatan dan pelaporan


a) Menetukan umur anak dalam bulan
b) Mencatat hasil recall 24 jam ASI Eksklusif pada bayi umur 0 sampai 6 bulan
kedalam KMS atau buku bantu setiap bulan.
c) Merekap KMS seluruh balita umur 0 sampai 6 bulan kedalam register
posyandu setiap bulan Februari dan Agustus.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 64
d) Merekap jumlah bayi dan kategori pemberian ASI (ASI Eksklusif/Tidak ASI
Ekskusif) berdasarkan kelompok umur 0 sampai 5 bulan

7) Waktu Pelaporan
Setiap bulan Februari dan Agustus

8) Sumber Data
Laporan Rutin
Setiap bulan Februari dan Agustus
Dilaporkan setiap Bulan

9) Pedoman yang dipakai


a) PP 33 tahun 2012 tentang ASI
b) Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
Indikator Kinerja Program 1

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga


a. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir
1) Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir adalah :
a) Seluruh Puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal di 50%
desa/kelurahan
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil Dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan,, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi
baru lahir, mitos / kepercayaan / adat istiadat setempat, penyakit menular
seksual dan akte kelahiran.

b) Cakupan K4 minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan


pelayanan antenatal sebanyak 4 kali pada kurun waktu tertentu
Iibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan pelayanan antenatal sebanyak
4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan :
a) Satu kali pada trimester pertama
b) Satu kali pada trimester kedua
c) Dua kali pada trimester ketiga
pelayanan antenatal 4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T antara
lain :
1) pengukuran berat badan dan tinggi badan;

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 65
2) pengukuran tekanan darah;
3) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
4) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
6) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
7) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;
8) tes laboratorium;
9) tata laksana/penanganan kasus; dan
10) temu wicara (konseling)

c) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan


kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu
Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah puskemas yang memiliki
fasilitas atau kemampuan untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar serta termasuk dalam Puskemas yang harus siap 24
jam sehari dan 7 hari seminggu dengan kriteria menolong persalinan, dapat
dijangkau dengan waktu tempuh paling lama 2 jam ke fasyankes rujukan (Rumah
Sakit) dengan transportasi umum setempat dan minimal terdiri dari 1 dokter, 1
bidan dan 1 orang perawat yang tinggal di sekitar lokasi Puskesmas.

d) Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit mampu melakukan


penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal
Rumah Sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah Rumah Sakit yang memiliki
kemampuan serta fasilitas penanganan kasus rujukan komplikasi dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin nifas dan bayi baru
lahir dengan komplikasi baik yang dating sendiri atau atas rujukan dari
puskesmas dan puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah puskemas yang memiliki
fasilitas atau kemampuan untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar

e) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali


setiap 3 bulan
Audit Maternal Perinatal (AMP) merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri
sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal oleh tim AMP dengan maksud
mencegah kesakitan dan ke matian dimasa yang akan datang.

2) Rumus Penghitungan Indikator


Rumus perhitungan DO
a) Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil di minimal 50%
desa/kelurahan di wilayahnya pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah seluruh
puskesmas yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100.
Jika hasilnya 100% maka memenuhi kriteria.
b) Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sebanyak 4x sesuai
standar di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah seluruh ibu

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 66
hamil yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100. Jika
cakupan minimal 85% maka memenuhi kriteria.
c) Jumlah puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu dibagi
jumlah seluruh puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan
pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu yang
sama x 100. Jika hasilnya 100%, maka memenuhi kriteria
d) Apabila Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit mampu melakukan
penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal komprehensif dalam 24 jam sehari
dan 7 hari seminggu, masuk dihitung memenuhi kriteria
e) Apabila Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan kajian Audit
Maternal Perinatal minimal 1 kali setiap 3 bulan, masuk dihitung memenuhi
kriteria

Rumus perhitungan indikatorDefinisi Operasional :

1. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahirKabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir adalah :
f) Seluruh Puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal di 50%
desa/kelurahan
g) Cakupan K4 minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan
pelayanan antenatal sebanyak 4 kali pada kurun waktu tertentu
h) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu
i) Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit mampu melakukan penanganan
kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
j) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap 3
bulan

2. Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil Dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan,, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru
lahir, mitos / kepercayaan / adat istiadat setempat, penyakit menular seksual dan
akte kelahiran.Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah puskemas yang memiliki fasilitas atau
kemampuan untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar
serta termasuk dalam Puskemas yang harus siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu dengan
kriteria menolong persalinan, dapat dijangkau dengan waktu tempuh paling lama 2 jam ke
fasyankes rujukan (Rumah Sakit) dengan transportasi umum setempat dan minimal terdiri
dari 1 dokter, 1 bidan dan 1 orang perawat yang tinggal di sekitar lokasi Puskesmas.
Rumah Sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal adalah Rumah Sakit yang memiliki kemampuan serta fasilitas penanganan kasus rujukan
komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu untuk
memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik
yang dating sendiri atau atas rujukan dari puskesmas dan puskesmas dengan tempat tidur mampu
memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah puskemas yang memiliki
fasilitas atau kemampuan untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 67
Audit Maternal Perinatal (AMP) merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan
kematian ibu dan perinatal oleh tim AMP dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian di masa
yang akan datang.

3) Pelaksana Kegiatan:
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas, jejaring dan jaringannya, klinik
dan rumah sakit (dokter, bidan, perawat), dan Kader pada Pelaksanaan Kelas Bumil
4) Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas, rumah sakit dan di masyarakat/ desa (Pelaksanaan
Kelas Bumil)

5) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku

6) Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan bersalin dalam kohort
ibu, dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas
(SIP). Petugas Pengelola Data Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi
komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas)

7) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan

8) Pedoman yang dipakai


a) Permenkes 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
b) Permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
c) Pedoman Audit Maternal Perinatal tahun 2015
d) Pedoman penyelenggaraan Puskesmas PONED
e) Pedoman penyelenggaraan PONEK 24 Jam Rumah Sakit tahun 2012

B. Rumus Penghitungan Indikator


1. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil di minimal 50%
desa/kelurahan di wilayahnya pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah seluruh
puskesmas yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100
2. Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sebanyak 4x sesuai
standar di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah seluruh ibu
hamil yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100
3. Jumlah puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu dibagi
jumlah seluruh puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu yang sama x 100
4. Apabila Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit mampu melakukan
penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal komprehensif dalam 24 jam sehari dan 7
hari seminggu, masuk dihitung memenuhi kriteria
5. Apabila Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan Audit Maternal
Perinatal minimal 1 kali setiap 3 bulan, masuk dihitung memenuhi kriteria

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 68
C. Definisi Operasional :
3. Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir adalah :
k) Seluruh Puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal di 50%
desa/kelurahan
l) Cakupan K4 minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan
pelayanan antenatal sebanyak 4 kali pada kurun waktu tertentu
m) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu
n) Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit mampu melakukan
penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal
o) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali
setiap 3 bulan

4. Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan
antara 4 minggu sampai dengan 36 minggu ( menjelang persalinan ) dengan jumlah
peserta maksimal 10 orang. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan,
merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan
tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos
/ kepercayaan / adat istiadat setempat, penyakit menular seksual dan akte
kelahiran.
5. ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan pelayanan antenatal sebanyak 4
kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan :
d) Satu kali pada trimester pertama
e) Satu kali pada trimester kedua
f) Dua kali pada trimester ketiga
pelayanan antenatal 4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T antara
lain :
11) pengukuran berat badan;
12) pengukuran tekanan darah;
13) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
14) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
15) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
16) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
17) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;
18) tes laboratorium;
19) tata laksana/penanganan kasus; dan
20) temu wicara (konseling)
6. Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah puskemas yang memiliki fasilitas
atau kemampuan untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar serta termasuk dalam Puskemas yang harus siap 24 jam sehari dan
7 hari seminggu dengan kriteria menolong persalinan, dapat dijangkau dengan
waktu tempuh paling lama 2 jam ke fasyankes rujukan (Rumah Sakit) dengan
transportasi umum setempat dan minimal terdiri dari 1 dokter, 1 bidan dan 1
orang perawat yang tinggal di sekitar lokasi Puskesmas.
7. Rumah Sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah Rumah Sakit yang memiliki
kemampuan serta fasilitas penanganan kasus rujukan komplikasi dan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 69
kegawatdaruratan maternal dan neonatal siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin nifas dan bayi baru
lahir dengan komplikasi baik yang dating sendiri atau atas rujukan dari puskesmas
dan puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah puskemas yang memiliki fasilitas
atau kemampuan untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar
8. Audit Maternal Perinatal (AMP) merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri
sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal oleh tim AMP dengan maksud
mencegah kesakitan dan kematian di masa yang akan datang.

D. Pelaksana Kegiatan:
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit (dokter,
bidan, perawat), bidan dan Kader pada Pelaksanaan Kelas Bumil

E. Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas, rumah sakit dan di masyarakat/ desa (Pelaksanaan Kelas
Bumil)

F. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin ke Puskesmas dan Rumah Sakit

G. Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan bersalin dalam kohort ibu
dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas Pengelola
Data Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi komunikasi data program kesmas
(Komdat Kesmas)

H. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan

I. Pedoman yang dipakai


1) Permenkes 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
2) Permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
3) Pedoman Audit Maternal Perinatal tahun 2015
4) Pedoman penyelenggaraan Puskesmas PONED
5) Pedoman penyelenggaraan PONEK 24 Jam Rumah Sakit tahun 2012

a. Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita


1) Jumlah kab/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita
2) Definisi Operasional
a) Seluruh puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya 50% desa/
kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendampingi kelompok ibu/keluarga yang
memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan materi kesehatan anak dalam
Buku KIA
b) Seluruh Puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS yaitu menggunakan
algoritma MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk melayani kunjungan bayi
muda dan balita sakit
c) Seluruh Puskesmas melaksanakan SDIDTK yaitu menindaklanjuti rujukan balita
dengan kemungkinan gangguan perkembangan sebagaimana Pedoman
Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar (Stimulasi/
Intervensi/Rujukan).

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 70
3) Rumus Penghitungan Indikator
Jumlah Kabupaten/ kota yang seluruh Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan
kelas ibu balita sedikitnya di 50% desa/ kelurahan, dan melaksanakan pendekatan
MTBS pada kunjungan balita sakit, dan melaksanakan SDIDTK untuk
menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan perkembangan.

4) Pelaksana Kegiatan
Dokter/Bidan/ Perawat/ Ahli Gizi/ Promkes yang terlatih MTBS /terkalakarya MTBS
dan terlatih/terorientasi SDIDTK

5) Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas /Fasyankes/ Posyandu/ BKB/ Paud/ TK/ RA/ Panti/ LKSA

6) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

7) Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan pencatatan
di Puskesmas/ Faskes.
Pencatatan hasil pelayanan di Puskesmas meliputi catatan individual berupa
Formulir MTBS dan Formulir DDTK, serta catatan kegiatan Puskesmas /Fasyankes/
Posyandu/ BKB/ Paud/ TK/ RA/ Panti/ LKSA. Hasil pelayanan di wilayah kerja
Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan balita. Selanjutnya Puskesmas
melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP) dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi komunikasi data program kesmas
(Komdat Kesmas)

8) Sumber Data
Laporan rutin

9) Waktu Pelaporan
Setiap bulan

10) Pedoman yang dipakai


a) Buku KIA
b) Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit
c) Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
d) Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu

b. Persentase Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia


sekolah dan remaja

1) Definisi Operasional
Kriteria Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia sekolah
dan remaja adalah:
a) Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR)
i. Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
adalah puskesmas yang memiliki menyelenggarakan layanan konseling bagi
anak usia sekolah dan remaja (6 – 18 tahun), dan membina minimal 1
(satu) posyandu remaja di wilayah kerja puskesmas.
ii. Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara anak usia sekolah dan
remaja dengan tenaga kesehatan secara individu atau kelompok untuk
memahami masalah kesehatan remaja yang sedang dialami.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 71
iii. Pembinaan posyandu remaja yang dimaksud adalah menghadirkan
petugas di posyandu remaja untuk melakukan pendampingan kader remaja
dalam penyelenggaraan posyandu remaja.
iv. Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat memperoleh pelayanan
kesehatan bagi remaja (10 - 18 tahun).
v. Penyelenggaraan posyandu remaja meliputi 3 hal yaitu pemberian KIE,
pelayanan kesehatan, dan layanan konseling.
 Pemberian KIE yang diberikan antara lain terkait kesehatan reproduksi,
pendidikan keterampilan hidup sehat, gizi, pencegahan kekerasan,
pencegahan PTM dan PM dalam bentuk penyuluhan, permainan, dan
metode interaktif lainnya.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan antara lain skrining kesehatan
(contoh: pemeriksaan tanda vital, pengukuran status gizi/ antropometri,
skrining anemia, dll), pemberian tablet tambah darah pada remaja putri,
layanan rujukannya, dll.
 Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara remaja dengan tenaga
kesehatan/ kader remaja secara individu atau kelompok untuk
memahami masalah kesehatan remaja yang sedang dialami

b) Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI,


SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah kerja
Puskesmas.
c)
vi. Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah
puskesmas yang memiliki menyelenggarakan layanan konseling bagi anak usia sekolah
dan remaja (6 – 18 tahun), dan membina minimal 1 (satu) posyandu remaja di wilayah
kerja puskesmas.
Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara anak usia sekolah dan remaja dengan
tenaga kesehatan secara individu atau kelompok untuk memahami masalah kesehatan
remaja yang sedang dialami.
Pembinaan posyandu remaja yang dimaksud adalah menghadirkan petugas di
posyandu remaja untuk melakukan pendampingan kader remaja dalam
penyelenggaraan posyandu remaja.
Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan bagi remaja (10 - 18 tahun).
Penyelenggaraan posyandu remaja meliputi 3 hal yaitu pemberian KIE, pelayanan
kesehatan, dan layanan konseling.
Pemberian KIE yang diberikan antara lain terkait kesehatan reproduksi, pendidikan
keterampilan hidup sehat, gizi, pencegahan kekerasan, pencegahan PTM dan PM dalam
bentuk penyuluhan, permainan, dan metode interaktif lainnya.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan antara lain skrining kesehatan (contoh:
pemeriksaan tanda vital, pengukuran status gizi/ antropometri, skrining anemia, dll),
pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, layanan rujukannya, dll.
Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara remaja dengan tenaga kesehatan/
kader remaja secara individu atau kelompok untuk memahami masalah kesehatan
remaja yang sedang dialami
d)
i. Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah
kerja Puskesmas.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 72
ii. Pembinaan sekolah/madrasah yang dimaksud adalah melakukan fasilitasi
kegiatan UKS/M yang diimplementasikan dalam sekolah/madrasah
meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sehat.
iii.
iv. Kegiatan pendidikan kesehatan antara lain: Literasi kesehatan (contoh:
membaca dan mendiskusikan materi kesehatan menggunakan buku rapor
kesehatanku atau buku kesehatan lainnya) , Pembiasaan perilaku hidup
bersih dan sehat (contoh: cuci tangan dan gosok gigi bersama, dll),
Pendidikan gizi (contoh: sarapan bersama, dll), dan optimalisasi aktifitas
fisik (contoh: peregangan diantara jam pelajaran, dll).
v.
vi. Kegiatan pelayanan kesehatan antara lain: Penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala (100% peserta didik), Pemberian Tablet Tambah
Darah (remaja putri tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA), pemberian obat
cacing dan imunisasi (bagi tingkat SD/MI).,
vii.
viii. Kegiatan pembinaan lingkungan sehat antara lain: pembinaan sanitasi
sekolah (contoh: kebersihan toilet, lingkungan sekolah, saluran air, dll),
pembinaan kantin (contoh: kebersihan kantin, keamanan pangan, dan
menu bergizi, dll), pengelolaan sampah (contoh: pemiilahan sampah, dll).
ix.
x. Kabupaten kota menentukan Proporsi setiap jenjang pendidikan (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA) yang dibina setiap Puskesmas.
xi.
xii. Jika dalam satu wilayah kerja Puskesmas tidak terdapat 1 (satu) jenjang
pendidikan atau lebih maka pembinaan yang dilakukan hanya jenjang
pendidikan yang ada di wilayah puskesmas dengan total minimal 20%
sekolah/madrasah.

2) Rumus Penghitungan Indikator


Cara perhitungan kriteria indikator
a) Jumlah Puskesmas yang mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) dibagi 40% Jumlah seluruh Puskesmas di kab/kota dalam kurun waktu 1
tahun dikali 100
b) Jumlah Puskesmas yang membina minimal 20% sekolah/madrasah yang ada di
wilayah Puskesmas dalam 1 tahun dibagi jumlah seluruh Puskesmas di
kabupaten/Kota dalam kurun waktu 1 tahun dikali 100

Rumus perhitungan indikator

Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia


sekolah dan remaja sesuai seluruh kriteria dalam kurun waktu 1 tahun

Definisi Operasional
3) Pelaksana Kegiatan
a) Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota),
b) Tenaga kesehatan di Puskesmas (dokter/perawat/tenaga
gizi/promkes/kesling,dll)

4) Tempat Pelaksanaan
a) Puskesmas di wilayah kabupaten/kota

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 73
b) Sekolah/Madrasah tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di wilayah
kabupaten/kota
c) Posyandu Remaja di wilayah kabupaten/kota

5) Waktu Pelaksanaan
a) Puskesmas mampu laksana PKPR:
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas dan posyandu
remaja dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun yaitu pada saat remaja
berkunjung ke Puskesmas dan pelaksanaan posyandu remaja.
b) Puskesmas membina sekolah/madrasah:
Pembinaan sekolah/madrasah dilakukan dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun
ajaran baru.

6) Pencatatan dan pelaporan


a) Puskesmas mampu laksana PKPR :
 Hasil layanan konseling anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas dicatat
pada formulir pasien remaja. Selanjutnya hasil layanan konseling dilaporkan
dalam register PKPR.
 Hasil pembinaan posyandu remaja dicatat pada formulir remaja/buku
kesehatan rapor kesehatanku (bagi yang bersekolah)/ formulir lainnya.
Selanjutnya hasil pembinaan posyandu dilaporkan dalam laporan bulanan
PKPR.

b) Pembinaan kegiatan di sekolah/madrasah


 Hasil pembinaan sekolah/madrasah dicatat dalam laporan kegiatan sesuai dengan
jenis kegiatannya:
 Pembinaan kegiatan pendidikan kesehatan: laporan kegiatan
 Pembinaan kegiatan pelayanan kesehatan: buku rapor kesehatanku atau formulir
penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dan formulir pelayanan lainnya.
 Pembinaan kegiatan pembinaan lingkungan sehat: laporan kegiatan/ buku rapor
kesehatan lingkungan/ buku kantin sehat/ formulir lainnya.
 Hasil pencatatan kegiatan pembinaan kegiatan sekolah/madrasah dilaporkan dalam
bentuk laporan kegiatan dan rekapitulasi penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala. Pelaporan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala disampaikan
secara berjenjang sampai dengan tingkat pusat.

7) Waktu Pelaporan
Dilaporkan 6 bulan sekali (per enam bulan)

8) Pedoman yang dipakai


a) Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
b) Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
c) Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN PKPR)
d) Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
e) Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja
f) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Model Sekolah/Madrasah Sehat
g) Buku Pegangan Kader Posyandu Remaja
h) Buku KIE Kader Kesehatan Remaja
i) Buku Pemantauan Kesehatan Remaja
j) Buku Rapor Kesehatanku

c. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia


Reproduksi

1) Definisi Operasional
Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi adalah:

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 74
a) Minimal 50% puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi calon pengantin (kespro catin).
Puskesmas memberikan pelayanan :
i. konseling / komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon
pengantin dan
ii. skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi
meliputi : (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan IMT,
pemeriksaan Lingkar Lengan Atas / LiLa) dan tanda anemia (pemeriksaan
konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau
perawat dan atau petugas gizi)

b) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan melakukan pelayanan KB


Pasca Persalinan
Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dengan metoda cara modern (AKDR/ pil/ suntik/ kondom/ MAL/ implan/
vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan.
KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada PUS
setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk
menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan.
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan).
Mempunyai minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu :
i. dokter dan atau
ii. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update
(CTU)/ pelatihan keluarga berencana (KB) / orientasi KB Pasca Persalinan
(KBPP)

2) Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan kriteria:


a) Jumlah puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah
kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria.
b) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen.
Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria.

Rumus perhitungan indikator:

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

Contoh Kasus :
Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G”
pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Kabupaten/ Jumlah Puskesmas yang Puskesmas mampu Keterangan


Kota Puskesmas memberikan dan memberikan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 75
pelayanan kespro
pelayanan KBPP
catin
(a) (b) (c) (d) (e)

1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena


Pusk mampu
dan
memberikan
pelayanan
KBPP belum
100%)

Puskemas A Memberikan ya Memberikan tidak


pelayanan pelayanan KB PP
kespro catin, 20 orang
meliputi
konseling/KIE Mempunyai 1
orang petugas
dan skrining
kesehatan kompeten

Puskesmas B Memberikan tidak Memberikan ya


pelayanan pelayanan KB PP
kespro catin, 30 orang
meliputi
skrining Mempunyai 2
orang petugas
kesehatan,
tetapi tidak kompeten
melakukan
konseling/KIE

Puskesmas C Tidak tidak Memberikan ya


memberikan pelayanan KB PP
pelayanan 50 orang
kespro catin,
meliputi Mempunyai 4
orang petugas
konseling/KIA
dan skrining kompeten
kesehatan

Puskesmas D Memberikan ya Tidak melakukan tidak


pelayanan pelayanan KB PP
kespro catin,
meliputi Mempunyai 2
orang petugas
konseling/KIA
dan skrining kompeten
kesehatan

2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai


kriteria)

3. Kabup 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk


aten C yang
memberikan
pelayanan
kespro catin (<
50%)

4. Kabup 6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 76
aten D kriteria)

Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

3) Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi / Keluarga
Berencana Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola program kesehatan
reproduksi Puskesmas, pengelola program Keluarga Berencana Puskesmas

4) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

5) Tempat Pelaksanaan
Puskesmas

6) Pencatatan dan pelaporan


Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan usia
reproduksi dan melaporkan melalui laporan program /Sistem Informasi Puskesmas
(SIP) yang selanjutnya dikirim ke Kabupaten/kota untuk dimasukan dalam aplikasi
komunikasi data program kesehatan keluarga (Komdat Kesga/Komdat Kesmas)

7) Sumber Data
Laporan rutin

8) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

9) Pedoman yang dipakai


a) Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
b) Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan / Pedoman
Pelayanan KB

d. Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lansia


1) Definisi operasional
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lansia adalah
meliputi:
a) Seluruh puskesmas membina posyandu lansia di 50% desa di wilayah kerjanya,
adalah seluruh puskesmas melaksanakan pembinaan pada posyandu lansia
sedikitnya di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga posyandu lansia buka
minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut

b) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan


pelayanan kesehatan santun lansia yaitu:
i. Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas
pelayanan yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan lansia dan
geriatri
ii. Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia, minimal dengan
mendahulukan lansia di loket, poliklinik, laboratorium dan apotik
iii. Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkin, sehingga aman dan
mudah diakses oleh lansia
iv. Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus
hidup

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 77
c) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang bagi
Lansia, adalah kabupaten/ kota telah mulai melaksanakan Program Perawatan
Jangka Panjang bagi Lansia di minimal 10% puskesmas dalam bentuk kegiatan
orientasi Program Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia dan panduan praktis
bagi caregiver informal

2) Rumus penghitungan indikator


Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia
(lansia) dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam kurun waktu 1
tahun

3) Pelaksana kegiatan
Kabupaten/Kota (Penanggung jawab Program Kesehatan Lansia Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami pelayanan
kesehatan lansia di Puskesmas, dan kader posyandu lansia)

4) Tempat pelaksanaan
Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

5) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

6) Pencatatan dan Pelaporan


Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di luar
gedung puskesmas (posyandu lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti, dll).
Petugas yang melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan
kesehatan lansia dan form pencatatan pelaporan tingkat Puskesmas, termasuk
mengkompilasi hasil kegiatan di posyandu lansia. Hasil pencatatan Puskesmas
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Untuk laporan pelaksanaan capaian indikator Kabupaten/Kota yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia, pencatatan dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk selanjutnya disampaikan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi kemudian melakukan verifikasi dan
validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam aplikasi komunikasi data
program kesmas (Komdat Kesmas) sebagai laporan di tingkat Pusat.

7) Sumber Data
Laporan rutin

8) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

9) Pedoman yang dipakai


a) Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku Kesehatan
Lansia
b) Juknis P3G
c) Peraturan Menteri Kesehatan No.67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas
d) Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia
e) Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan Lanjut
Usia di Posyandu Lansia
f) Buku untuk Kader seri Kesehatan Lanjut Usia
g) Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 78
h) Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut
Usia

e. Persentase Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak


usia sekolah dan remaja

2) Definisi Operasional
3) Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi
adalah:
c) Minimal 50% puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi calon pengantin (kespro catin)
puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro
catin) adalah :
Puskesmas yang memberikan pelayanan :
 konseling / komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon
pengantin dan
 skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi
meliputi : (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan IMT,
pemeriksaan Lingkar Lengan Atas / LiLa) dan tanda anemia (pemeriksaan
konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

d) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB


Pasca Persalinan
Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dengan
metoda cara modern (AKDR/ pil/ suntik/ kondom/ MAL/ implan/ vasektomi)
dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan.
KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada PUS
setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk
menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan.
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai
minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu :
iii. dokter dan atau
iv. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update
(CTU)/ pelatihan keluarga berencana (KB) / orientasi KB Pasca Persalinan (KBPP)

j. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

Contoh Kasus :
Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi
“G” pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Ka J Puskes Puskesm K
ma as
Ko s ma
ya mp
ng u
me dan
m me
be mb
rik erik
an an
pel pel
ay aya

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 79
an
an
ke nan
spr KBP
o P
ca
tin
(a) ( (c) (d) (

1. 4 2 (50%) 2 (50%) Ti

Pu M Me

Me

Pu M Me

Me

Pu Tid Me

Me

Pu M Tid

Me

2. 5 3 5 Y

5. 8 3 8 Ti
Ka

6. 6 4 6 Y
Ka

Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

e) Jumlah puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin


(kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100
persen
f) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dibagi
dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 80
k. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi / Keluarga Berencana
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola program kesehatan reproduksi Puskesmas,
pengelola program Keluarga Berencana Puskesmas

l. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

m. Pencatatan dan pelaporan


Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan usia
reproduksi dan melaporkan melalui laporan program /Sistem Informasi Puskesmas
(SIP) yang selanjutnya dikirim ke Kabupaten/kota untuk dimasukan dalam aplikasi
komunikasi data program kesehatan keluarga (Komdat Kesga/Komdat Kesmas)

n. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

o. Pedoman yang dipakai


5) Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
6) Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan / Pedoman
Pelayanan KB

66. Persentase Balita yang dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya


a. Definisi Operasional
Balita (0-59 bulan) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya yaitu balita yang
ditimbang sedikitnya 8 kali dalam satu tahun, diukur panjang badan atau tinggi badannya
sedikitnya 2 kali dalam satu tahun dan dipantau perkembangannya (motoric kasar, motoric
halus, bicara-bahasa, sosialisasi kemandirian) sedikitnya 2 kali dalam satu tahun.
Pemantauan perkembangan menggunakan ceklis Buku KIA atau KPSP (kartu pra skrining
perkembangan) atau instrument baku lainnya

b. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah balita yang di pantau pertumbuhan dan perkembangan nya dibagi Jumlah seluruh
balita di wilayah Puskesmas X 100%
(sasaran balita dapat menggunakan estimasi pemerintah daerah yang disahkan Kepala
Dinas)
c. Pelaksana Kegiatan
3) Dokter/Bidan/ Perawat/ Ahli Gizi/ Promkes
4) Kader/Guru PAUD
d. Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas /Fasyankes/ Posyandu/ BKB/ Paud/ TK/ RA/ Panti/ LKSA

e. Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

f. Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan pencatatan di
Puskesmas/ Fasyankes/ Posyandu/ BKB/ Paud/ TK/ RA/ Panti/ LKSA. Hasil pelayanan di
wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan balita. Selanjutnya
Puskesmas melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP) dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi komunikasi data program kesmas.

g. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

h. Sumber Data

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 81
i.Pedoman yang dipakai
4) Buku KIA
5) Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
6) Permenkes Standar Antropometri
Persentase Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah
dan remaja

1) Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja sesuai kriteria dalam kurun waktu 1 tahun

2) Definisi Operasional
2. Kriteria Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia sekolah dan
remaja adalah:
e) Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR)
f) Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah kerja
Puskesmas.

3. Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah puskesmas
yang memiliki tenaga terlatih atau terorientasi PKPR, menyelenggarakan layanan
konseling bagi anak usia sekolah dan remaja (6 – 18 tahun), dan membina minimal 1
(satu) posyandu remaja di wilayah kerja puskesmas.
g) Tenaga terlatih / teriorientasi PKPR adalah tenaga kesehatan yang telah
mendapatkan peningkatan kapasitas terkait pelayanan kesehatan usia
sekolah dan remaja, dapat berupa pelatihan, orientasi, pembekalan,
kalakarya, dan lainnya.
h) Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara anak usia sekolah dan
remaja dengan tenaga kesehatan secara individu atau kelompok untuk
memahami masalah kesehatan remaja yang sedang dialami.
i) Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan bagi
remaja (10 - 18 tahun).
j) Penyelenggaraan posyandu remaja meliputi 3 hal yaitu pemberian KIE,
pelayanan kesehatan, dan layanan konseling.
 Pemberian KIE yang diberikan antara lain terkait kesehatan reproduksi,
pendidikan keterampilan hidup sehat, gizi, pencegahan kekerasan, pencegahan
PTM dan PM dalam bentuk penyuluhan, permainan, dan metode interaktif
lainnya.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan antara lain skrining kesehatan (contoh:
pemeriksaan tanda vital, pengukuran status gizi/ antropometri, skrining anemia,
dll), pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, layanan rujukannya, dll.
 Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara remaja dengan tenaga
kesehatan/ kader remaja secara individu atau kelompok untuk memahami
masalah kesehatan remaja yang sedang dialami
Pembinaan posyandu remaja yang dimaksud adalah menghadirkan petugas di
posyandu remaja untuk melakukan pendampingan kader remaja dalam
penyelenggaraan posyandu remaja.

4. Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs,


SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 82
 Pembinaan sekolah/madrasah yang dimaksud adalah melakukan pembinaan kegiatan
UKS/M yang diimplementasikan dalam sekolah/ madrasah meliputi pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat.
 Kegiatan pendidikan kesehatan antara lain: Literasi kesehatan (contoh: membaca
dan mendiskusikan materi kesehatan menggunakan buku rapor kesehatanku atau
buku kesehatan lainnya) , Pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (contoh: cuci
tangan dan gosok gigi bersama, dll), Pendidikan gizi (contoh: sarapan bersama, dll),
dan optimalisasi aktifitas fisik (contoh: peregangan diantara jam pelajaran, dll).
 Kegiatan pelayanan kesehatan antara lain: Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala (100% peserta didik), Pemberian Tablet Tambah Darah (remaja putri tingkat
SMP/MTs dan SMA/SMK/MA), pemberian obat cacing dan imunisasi (bagi tingkat
SD/MI),
 Kegiatan pembinaan lingkungan sehat antara lain: pembinaan sanitasi sekolah
(contoh: kebersihan toilet, lingkungan sekolah, saluran air, dll), pembinaan kantin
(contoh: kebersihan kantin, keamanan pangan, dan menu bergizi, dll), pengelolaan
sampah (contoh: pemiilahan sampah, dll).
 Kabupaten kota menentukan Proporsi setiap jenjang pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA) yang dibina setiap Puskesmas.
 Jika dalam satu wilayah kerja Puskesmas tidak terdapat 1 (satu) jenjang pendidikan
atau lebih maka pembinaan yang dilakukan hanya jenjang pendidikan yang ada di
wilayah puskesmas dengan total minimal 20% sekolah/madrasah.

5. Cara perhitungan kriteria indikator:


 Jumlah Puskesmas yang mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
dibagi 40% Jumlah seluruh Puskesmas di kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun dikali
100
 Jumlah Puskesmas yang membina minimal 20% sekolah/madrasah yang ada di
wilayah Puskesmas dalam 1 tahun dibagi jumlah seluruh Puskesmas di
kabupaten/Kota dalam kurun waktu 1 tahun dikali 100

3) Pelaksana Kegiatan
1. Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota),
2. Tenaga kesehatan di Puskesmas (dokter/perawat/tenaga gizi/promkes/kesling,dll)

4) Tempat Pelaksanaan
1. Puskesmas di wilayah kabupaten/kota
2. Sekolah/Madrasah tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di wilayah
kabupaten/kota
3. Posyandu Remaja di wilayah kabupaten/kota

5) Waktu Pelaksanaan
1. Puskesmas mampu laksana PKPR:
 Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas dan posyandu
remaja dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun yaitu pada saat remaja berkunjung ke
Puskesmas dan pelaksanaan posyandu remaja.
2. Puskesmas membina sekolah/madrasah:
 Pembinaan sekolah/madrasah dilakukan dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun ajaran
baru.

6) Pencatatan dan pelaporan


1. Puskesmas mampu laksana PKPR :
 Hasil layanan konseling anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas dicatat pada
formulir pasien remaja. Selanjutnya hasil layanan konseling dilaporkan dalam register
PKPR.
 Hasil pembinaan posyandu remaja dicatat pada formulir remaja/buku kesehatan
rapor kesehatanku (bagi yang bersekolah)/ formulir lainnya. Selanjutnya hasil
pembinaan posyandu dilaporkan dalam laporan bulanan PKPR.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 83
2. Pembinaan kegiatan di sekolah/madrasah
 Hasil pembinaan sekolah/madrasah dicatat dalam laporan kegiatan sesuai dengan
jenis kegiatannya:
 Pembinaan kegiatan pendidikan kesehatan: laporan kegiatan
 Pembinaan kegiatan pelayanan kesehatan: buku rapor kesehatanku atau formulir
penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dan formulir pelayanan lainnya.
 Pembinaan kegiatan pembinaan lingkungan sehat: laporan kegiatan/ buku rapor
kesehatan lingkungan/ buku kantin sehat/ formulir lainnya.
 Hasil pencatatan kegiatan pembinaan kegiatan sekolah/madrasah dilaporkan dalam
bentuk laporan kegiatan dan rekapitulasi penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala. Pelaporan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala disampaikan
secara berjenjang sampai dengan tingkat pusat.

7) Waktu Pelaporan
Dilakukan satu tahun sekali (per tahun)

8) Pedoman yang dipakai


- Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
- Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
- Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN PKPR)
- Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
- Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja
- Petunjuk Teknis Pelaksanaan Model Sekolah/Madrasah Sehat
- Buku Pegangan Kader Posyandu Remaja
- Buku KIE Kader Kesehatan Remaja
- Buku Pemantauan Kesehatan Remaja
- Buku Rapor Kesehatanku

j. Indikator
k. Rumus Perhitungan Indikator
l. Definisi Operasional
m. Pelaksana Kegiatan
n. Tempat Pelaksaaan
o. Waktu Pelaksanaan
p. Pencatatan dan Pelaporan
q. Waktu Pelaporan
r. Pedoman yang Dipakai
s.
t. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)
u. Rumus Perhitungan Indikator
v. Jumlah desa/kelurahan yang sudah terverifikasi SBS dibagi jumlah
seluruh desa/kelurahan dikali 100%
w. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia : 80.930
x. Definisi Operasional
y. Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan
praktek buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses
verifikasi. Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan
perilaku di masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.
z. Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan)
adalah:
aa. Semua masyarakat telah Buang Air Besar hanya di jamban yang aman
dan layak dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang
aman dan layak.
bb. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
cc. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban layak dan aman.
dd. Pelaksana Kegiatan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 84
ee. Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan
dengan kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan.
ff. DUSUN/RW
gg. • Sanitarian Puskesmas
hh. • PKK Desa/ Kelurahan
ii. • Staff/Aparat Desa/ Kelurahan
jj. • Tim dari dusun lain dalam satu desa
kk. • Tim STBM Desa
ll. DESA/KELURAHAN
mm. • Sanitarian Puskesmas
nn. • Promkes Puskesmas
oo. • UPTD Kecamatan
pp. • PKK Kecamatan
qq. • Tim dari Desa/ Kelurahan lain dalam 1 (satu) Kecamatan
rr. • Tim STBM kecamatan
ss. KECAMATAN
tt. • Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
uu. • POKJA Sanitasi/ AMPL
vv. • PKK Kabupaten
ww. • Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum
Kabupaten Kota Sehat, jika ada)
xx. • Tim dari Kecamatan lain
yy. • Tim STBM Kabupaten
zz. KABUPATEN / KOTA
aaa. • Dinas Kesehatan Provinsi
bbb. • Tim STBM Provinsi
ccc. • POKJA Sanitasi / AMPL Provinsi
ddd. • Perwakilan dari kabupaten lain
eee. • Dinas di Provinsi yang terkait dengan Sarana Air Minum
dan Sanitasi
fff. • Tim STBM Provinsi
ggg. PROVINSI
hhh. • Tim STBM Nasional
iii. • Direktorat Kesling Kemenkes
jjj. • Perwakilan dari Provinsi lain
kkk. • Mitra/swasta
lll. Tempat Pelaksaaan
mmm. Desa/Kelurahan
nnn. Waktu Pelaksanaan
ooo. Sepanjang tahun monitoring dengan indikator perubahan adalah
sampai dengan KK sudah berubah perilaku tidak membuang air besar
sembarangan dengan informasi ketersediaan akses sanitasinya.
ppp. Pencatatan dan Pelaporan
qqq. Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga lalu
di setelah selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam
e-monev STBM.
rrr. Sumber Data
sss.E-Monev STBM
ttt. Waktu Pelaporan
uuu. Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi
vvv. Standar Prosedur/Standar Sarana/Fasilitas/Pedoman yang Dipakai
www. Standart Prosedur
xxx. Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang STBM
yyy. Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM
zzz.Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM
aaaa. Standard Sarana/Fasilitas

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 85
bbbb. SNI 2398:2017 (Tata cara perencanaan tangki septik dengan
pengolahan lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter,
kolam sanita)
cccc. Pedoman wirausaha sanitasi
dddd. Pedoman pengelolalaan teknologi tepat guna sanitasi dan air
minum
eeee.
ffff.Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
gggg. Rumus Perhitungan Indikator
hhhh. Ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali
100%.
iiii. Definisi Operasional
jjjj. Kehamilan adalah Proses pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterine yang dimulai sejak konsepsi sampai persalinan
kkkk. Ibu hamil adalah ibu yang mengalami proses kehamilan
llll. Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kondisi sesorang menderita
kekurangan energi protein yang dapat diketahui melalui pengukuran
lingkar lengan atas
mmmm. Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan risiko KEK yang
ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm
nnnn. Standart Prosedur
oooo. Pemeriksaan Kehamilan sesuai standar, Cara pengukuran LiLA
pppp. Standard sarana/Fasilitas
qqqq. Pita LiLA atau metline LiLA yang menjadi bagian dari Antropometri
Kit
rrrr. Standar tenaga
ssss. Mampu melakukan pengukuran LiLA
tttt. Pelaksana Kegiatan
uuuu. Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan
pengukuran LiLA
vvvv. Tempat Pelaksaaan
wwww. Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
xxxx. Waktu Pelaksanaan
yyyy. Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan
(K1, K2, K3 atau K4)
zzzz. Pencatatan dan Pelaporan
aaaaa. Tenaga kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan
mencatat hasil pemeriksaan LiLA kedalam kohort ibu
bbbbb. Data mengenai identitas dan hasil pengukuran ibu hamil dientry
oleh tenaga kesehatan kedalam sistem informasi ePPGBM.
ccccc. Rekapitulasi di laporkan setiap bulan
ddddd. Sumber Data
eeeee. Laporan Rutin dan survei status gizi Indonesia (Balitbangkes)
fffff. Waktu Pelaporan
ggggg. Dilaporkan setiap Bulan
hhhhh. Pedoman yang Dipakai
iiiii. Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil
Tahun 2015
jjjjj.Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu
kkkkk. Buku KIA
lllll. Pedoman ANC Terpadu
mmmmm. Petunjuk Teknis Surveilans Gizi
nnnnn.
ooooo. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
ppppp. Rumus Perhitungan Indikator

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 86
qqqqq. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan kebijakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat dibagi jumlah total Kabupaten/Kota, dikali
100%.
rrrrr. Definisi Operasional
sssss. Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat dan atau
kebijakan berwawasan kesehatan.
ttttt. Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat dan atau
kebijakan berwawasan kesehatan adalah Kabupaten/Kota telah
memiliki atau menerbitkan kebijakan Germas dan atau kebijakan
berwawasan kesehatan.
uuuuu. Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup ditetapkan oleh pemerintah
daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster germas yaitu:
vvvvv. Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
wwwww. Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
xxxxx. Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
yyyyy. Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
zzzzz. Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan
aaaaaa. Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh
Bupati/Walikota/Kepala OPD berupa Peraturan/Surat
Keputusan/Instruksi/Surat Edaran yang mendukung salah satu klaster
germas.
bbbbbb. Contoh kebijakan:
cccccc. Kebijakan Germas
dddddd. Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018
tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
eeeeee.Peraturan Bupati Bantul Nomor: 35 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
ffffff. Kebijakan Berwawasan Kesehatan
gggggg. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 tahun 2019 tentang
Kawasan Tanpa Rokok
hhhhhh. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014
tentang Ruang Terbuka Hijau Kota Banjarmasin
iiiiii. Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 tahun 2015 tentang
Kawasan Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)
jjjjjj. Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung
kebijakan germas atau kebijakan berwawasan kesehatan, minimal 3
kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah),
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra
potensial.
kkkkkk. Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung
Germas minimal 3 kali setahun dengan melibatkan lintas sektor,
pendidikan (sekolah), Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) dan atau mitra potensial adalah kegiatan yang mengajak
masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas dan melibatkan
unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu,
Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial
(dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll)
dan dilakukan minimal 3 (tiga) kali setahun.
llllll. Pelaksana Kegiatan
mmmmmm. Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD),
pendidikan (sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos
Lansia, dll) dan atau mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, tokoh agama,
tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Bappeda.
nnnnnn. Tempat Pelaksaaan
oooooo. Kabupaten/Kota

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 87
pppppp. Waktu Pelaksanaan
qqqqqq. Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun
rrrrrr. Pencatatan dan Pelaporan
ssssss. Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan
pelaksaaan kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi
Pencatatan dan Pelaporan Indikator.
tttttt. Sumber Data
uuuuuu. Laporan Rutin
vvvvvv. Waktu Pelaporan
wwwwww. Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulanan
xxxxxx. Pedoman yang Dipakai
yyyyyy. Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kegiatan Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2020 – 2024.
zzzzzz.
aaaaaaa. PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA
bbbbbbb. Angka Kematian Ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup)
ccccccc.Rumus Perhitungan Indikator
ddddddd. Jumlah kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses
yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik),
persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun
waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia
gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat
kecelakaan atau kejadian insidental dibandingkan 100.000 kelahiran
hidup di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.
eeeeeee. Definisi Operasional
fffffff. Pelaksana Kegiatan
ggggggg. Tempat Pelaksaaan
hhhhhhh. Waktu Pelaksanaan
iiiiiii. Pencatatan dan Pelaporan
jjjjjjj. Survei/Riset/Sensus
kkkkkkk. Sumber Data
lllllll. Waktu Pelaporan
mmmmmmm. Pedoman yang Dipakai
nnnnnnn. (Dari b-i harap dilengkapi)
ooooooo. Angka Kematian Bayi (AKB) (per 1.000 kelahiran hidup)
ppppppp. Rumus Perhitungan Indikator
qqqqqqq. Jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang
meninggal dibandingkan 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu
rrrrrrr. Definisi Operasional
sssssss. Pelaksana Kegiatan
ttttttt. Tempat Pelaksaaan
uuuuuuu. Waktu Pelaksanaan
vvvvvvv. Pencatatan dan Pelaporan
wwwwwww. Survei/Riset/Sensus
xxxxxxx. Sumber Data
yyyyyyy. Waktu Pelaporan
zzzzzzz. Pedoman yang Dipakai
aaaaaaaa. (Dari b-i harap dilengkapi)
bbbbbbbb. Angka Kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)
cccccccc. Rumus Perhitungan Indikator
dddddddd. Jumlah neonatus / bayi baru lahir usia 0-28 hari yang
meninggal dibandingkan 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu
eeeeeeee. Definisi Operasional
ffffffff. Pelaksana Kegiatan
gggggggg. Tempat Pelaksaaan
hhhhhhhh. Waktu Pelaksanaan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 88
iiiiiiii. Pencatatan dan Pelaporan
jjjjjjjj. Survei/Riset/Sensus
kkkkkkkk. Sumber Data
llllllll. Waktu Pelaporan
mmmmmmmm. Pedoman yang Dipakai
nnnnnnnn. (Dari b-i harap dilengkapi)
oooooooo.
pppppppp. Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan (persen)
qqqqqqqq. Rumus Perhitungan Indikator
rrrrrrrr. Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar
dibandingkan jumlah sasaran ibu bersalin yang ada di suatu wilayah
pada kurun waktu tertentu, dikali 100%
ssssssss. Definisi Operasional
tttttttt. Pelaksana Kegiatan
uuuuuuuu. Tempat Pelaksaaan
vvvvvvvv. Waktu Pelaksanaan
wwwwwwww. Pencatatan dan Pelaporan
xxxxxxxx. Laporan Komdat Kesga
yyyyyyyy. Sumber Data
zzzzzzzz. Waktu Pelaporan
aaaaaaaaa. Pedoman yang Dipakai
bbbbbbbbb. (Dari b-i harap dilengkapi)
ccccccccc.
ddddddddd. Cakupan kunjungan antenatal (persen)
eeeeeeeee. Rumus Perhitungan Indikator
fffffffff. Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai
standar dibandingkan jumlah seluruh ibu hamil yang ada di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%
ggggggggg. Definisi Operasional
hhhhhhhhh. Pelaksana Kegiatan
iiiiiiiii. Tempat Pelaksaaan
jjjjjjjjj. Waktu Pelaksanaan
kkkkkkkkk. Pencatatan dan Pelaporan
lllllllll. Komdat Kesga
mmmmmmmmm. Sumber Data
nnnnnnnnn. Waktu Pelaporan
ooooooooo. Pedoman yang Dipakai
ppppppppp. (Dari b-i harap dilengkapi)
qqqqqqqqq.
rrrrrrrrr. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan usia reproduksi
sssssssss. Rumus Perhitungan Indikator
ttttttttt. Jumlah Kab/Kota Kab/Kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi
uuuuuuuuu. Definisi Operasional
vvvvvvvvv. Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi adalah:
wwwwwwwww. Minimal 50% Puskesmas memberikan pelayanan
konseling/Komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi
calon pengantin dan skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal
pemeriksaan status gizi dan tanda anemia
xxxxxxxxx. Seluruh Puskesmas mampu memberikan pelayanan KB
Pasca Persalinan (kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan)
yyyyyyyyy. Kriteria Definisi Operasional
zzzzzzzzz. Puskesmas memberikan pelayanan konseling/komunikasi,
informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon pengantin dan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 89
skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status
gizi dan tanda anemia
aaaaaaaaaa. Pelaksana Kegiatan
bbbbbbbbbb. Tempat Pelaksaaan
cccccccccc. Waktu Pelaksanaan
dddddddddd. Pencatatan dan Pelaporan
eeeeeeeeee. Sumber Data
ffffffffff.Waktu Pelaporan
gggggggggg. Pedoman yang Dipakai
hhhhhhhhhh. (Dari c-i harap dilengkapi)
iiiiiiiiii.
jjjjjjjjjj. Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lansia
kkkkkkkkkk. Rumus Perhitungan Indikator
llllllllll. Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lansia dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota dikali 100%
dalam kurun waktu 1 tahun
mmmmmmmmmm. Definisi Operasional
nnnnnnnnnn. Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan lanjut usia adalah:
oooooooooo. Minimal 50% desa di wilayah kerja Puskesmas memiliki
minimal 1 Posyandu Lansia
pppppppppp. Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota
merupakan Puskesmas Santun Lansia
qqqqqqqqqq. Kriteria Definisi Operasional
rrrrrrrrrr. Seluruh Puskesmas melaksanakan posyandu lansia
sedikitnya di 50% desa/kelurahan di wilayah kerjanya
ssssssssss. Minimal 50% puskesmas yang ada di kabupaten kota
menyelengarakan pelayanan kesehatan santun lansia dengan kriteria:
tttttttttt. Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas 
Petugas terlatih atau memahami pelayanan kesehatan lansia dan
geriatri
uuuuuuuuuu. Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan
penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses
vvvvvvvvvv. Melakukan pelayanan secara pro-aktif  minimal 50%
desa mempunyai Posyandu Lansia
wwwwwwwwww. Melakukan koordinasi dengan lintas program
dengan pendekatan siklus hidup
xxxxxxxxxx. Pelaksana Kegiatan
yyyyyyyyyy. Tempat Pelaksaaan
zzzzzzzzzz. Waktu Pelaksanaan
aaaaaaaaaaa. Pencatatan dan Pelaporan
bbbbbbbbbbb. Komdat Kesga
ccccccccccc. Sumber Data
ddddddddddd. Waktu Pelaporan
eeeeeeeeeee. Pedoman yang Dipakai
fffffffffff. (Dari c-i harap dilengkapi)
ggggggggggg.
hhhhhhhhhhh. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
1) Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah Kabupaten/Kota yang memenuhi DO/kriteria kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2) Definisi Operasional
DO/Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir adalah:
1) Seluruh Puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal di 50%
desa/kelurahan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 90
2) Cakupan K4 minimal 85%

3) Kab/kota mempunyai manual rujukan kegawat daruratan maternal neonatal”

4) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap 3


bulan

Kriteria Definisi Operasional

1) Seluruh Puskesmas di suatu kabupaten/kota yang menyelenggarakan kelas ibu


hamil minimal di 50% desa/kelurahan di wilayah kerja puskesmas tersebut pada
kurun waktu tertentu
2) Supaya di masukkan pelayanan ANC (10 T)
3) Kab/kota mempunyai manual rujukan kegawat daruratan maternal neonatal
4) ………………………………………………………………………………..
3) Pelaksana Kegiatan
4) Tempat Pelaksaaan
5) Waktu Pelaksanaan
6) Pencatatan dan Pelaporan
Komdat Kesga
7) Sumber Data
8) Waktu Pelaporan
9) Pedoman yang Dipakai
(Dari c-i harap dilengkapi)

j. Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita


1) Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah Kabupaten/Kota yang memenuhi DO/kriteria kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita
2) Definisi Operasional
DO/Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita
adalah:
1. Seluruh Puskemas melaksanakan SDIDTK bagi minimal 70 % balita sedikitnya 2
kali setahun

2. Seluruh Puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS pada kunjungan balita sakit

3. Seluruh Puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya di 50%


desa/kelurahan

3) Pelaksana Kegiatan
4) Tempat Pelaksaaan
5) Waktu Pelaksanaan
6) Pencatatan dan Pelaporan
Komdat Kesga
7) Sumber Data
8) Waktu Pelaporan
9) Pedoman yang Dipakai
(Dari c-i harap dilengkapi)

k. Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah


dan remaja
a. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah Kabupaten / Kota yang memenuhi kriteria kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
b. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja adalah:
1) Minimal 40% Puskesmas di kabupaten kota mampu laksana Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 91
• Memiliki tenaga terlatih/terorientasi PKPR

• Memiliki pedoman PKPR

• Menyelenggarakan layanan konseling kepada remaja

2) Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs,


SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M
3) Setiap Puskesmas mampu laksana PKPR membina minimal 1 (satu) Posyandu
Remaja di wilayah kerjanya
Kriteria definisi operasional:

1) Puskesmas mampu laksana PKPR adalah Puskesmas yang memiliki tenaga


terlatih/terorientasi PKPR, memiliki pedoman PKPR, dan menyelenggarakan
layanan konseling bagi remaja
2) Seluruh puskesmas melakukan pembinaan minimal 20% sekolah/madrasah dari
seluruh sekolah/madrasah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
3) Di Kabupaten/Kota setiap Puskesmas mampu laksana PKPR membina minimal 1
(Satu) posyandu remaja di wilayah kerjanya dengan cara: 1) Menghadirkan
petugas di posyandu remaja; 2) Membimbing kader dalam penyelenggaraan
posyandu remaja
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
Komdat Kesga
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
(Dari c-i harap dilengkapi)

2. Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya


a. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya dibagi seluruh
balita dikali 100%
b. Definisi Operasional
Persentase balita (0-59 bulan) yang ditimbang sedikitnya 8 kali setahun, diukur
panjang badan atau tinggi badannya sedikitnya 2 kali setahun dan dipantau
perkembangan sedikitnya 2 kali setahun
c. Pelaksana Kegiatan
d. Tempat Pelaksaaan
e. Waktu Pelaksanaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
Buku KIA terisi KMS, kurva pertumbuhan, dan ceklis pemantauan perkembangan
g. Sumber Data
h. Waktu Pelaporan
i. Pedoman yang Dipakai
(Dari c-i harap dilengkapi)

B. PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT


2. Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada Balita
1. Rumus Perhitungan Indikator
3. Balita stunting (pendek dan sangat pendek) dibagi balita yang periksa indeks panjang atau
tinggi badan menurut umur (PB-TB/U) dikali 100%.
1. Definisi Operasional
2. Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari)
3. Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah balita yang memiliki indeks
panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB-TB/U) dengan z-score <-2
Standar Deviasi

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 92
4. Standar Prosedur
5. SOP Pemantauan pertumbuhan
6. Standar sarana/Fasilitas
7. Antropometri kit
8. Standar tenaga
9. Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan
1. Pelaksana Kegiatan
10. Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran
panjang/tinggi badan
1. Tempat Pelaksaaan
11. Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini
1. Waktu Pelaksanaan
12. Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
1. Pencatatan dan Pelaporan
13. Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan Pemantauan
Pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
14. Laporan hasil penimbangan dan pengukuran dicatat dan di entry ke dalam
ePPGBM oleh tenaga gizi Puskesmas. Kategori status gizi dapat dihitung secara
otomatis oleh sistem aplikasi tersebut.
15. Validasi dilakukan pada balita yang diketahui bermasalah gizi oleh puskesmas
1. Sumber Data
16. Survei Status Gizi Indonesia (Balitbangkes) setiap tahun
17. Pemantauan pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus
1. Waktu Pelaporan
18. Dilaporkan setiap tahun
1. Pedoman yang Dipakai
i. Permenkes No 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
ii. Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
iii. Buku Pegangan Kader Posyandu
iv. Pedoman Surveilans Gizi
v. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi
vi. Panduan Sistem Informasi Gizi
19.
20. Prevalensi Wasting (gizi kurang dan gizi buruk) pada Balita
1. Rumus Perhitungan Indikator
21. Balita memiliki indeks BB/PB-TB <-2 Standar Deviasi dibagi seluruh balita yang diukur indeks
BB/PB-TB dikali 100%
1. Definisi Operasional
22. Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari)
23. Balita wasting adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan z-score kurang dari -2 SD
24. Standart Prosedur
25. SOP Pemantauan pertumbuhan
26. Standard sarana/Fasilitas
27. Antropometri kit
28. Standar tenaga
29. Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan
1. Pelaksana Kegiatan
30. Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran
dan penimbangan
1. Tempat Pelaksaaan
31. Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini
1. Waktu Pelaksanaan
32. Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
1. Pencatatan dan Pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 93
33. Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan Pemantauan
Pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
34. Laporan hasil penimbangan dan pengukuran dicatat dan di entry ke dalam
ePPGBM oleh tenaga gizi Puskesmas. Kategori status gizi dapat dihitung secara
otomatis oleh sistem aplikasi tersebut.
35. Validasi dilakukan pada balita yang diketahui bermasalah gizi oleh puskesmas
1. Sumber Data
36. Survei Status Gizi Indonesia (Balitbangkes) setiap tahun
37. Pemantauan Pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus
1. Waktu Pelaporan
38. Dilaporkan setiap tahun
1. Pedoman yang Dipakai
i. Permenkes No 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
ii. Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
iii. Buku Pegangan Kader Posyandu
iv. Pedoman Surveilans Gizi
v. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi
vi. Panduan Sistem Informasi Gizi
39.
40. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro
1. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah balita yang mendapat suplementasi gizi mikro di kabupaten/kota lokus
stunting
2. Definisi Operasional
Balita mendapat gizi mikro adalah balita usia 6 – 23 bulan dengan kategori berat
badan kurang (underweight) berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
dengan z-score kurang dari -2 SD dan tidak termasuk kategori wasting
 Standart Prosedur
Panduan manajemen pemberian Taburia
 Standard sarana/Fasilitas
Taburia
 Standar tenaga
Tenaga gizi puskesmas
3. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader
4. Tempat Pelaksaaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini
5. Waktu Pelaksanaan
Pemberian taburia pada balita yang ditemukan dengan berat badan kurang dari hasil
pemantauan pertumbuhan setiap bulan
6. Pencatatan dan Pelaporan
1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan Pemantauan
Pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
2) Laporan hasil penimbangan dan pengukuran dicatat dan di entry ke dalam
ePPGBM oleh Puskesmas. Kategori status gizi dapat dihitung secara otomatis oleh
sistem aplikasi tersebut.
3) Validasi dilakukan pada balita yang diketahui bermasalah gizi oleh puskesmas
4) Balita dengan berat badan kurang diberikan taburia
7. Sumber Data
Laporan rutin
8. Waktu Pelaporan
Setiap bulan
9. Pedoman yang Dipakai
1) Permenkes No 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
3) Panduan Manajemen Pemberian Taburia

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 94
4) Panduan Praktis bagi Kader tentang Taburia

41. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi


1. Rumus Perhitungan Indikator
Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh kabupaten/kota
dikali 100%.
2. Definisi Operasional
4) Kabupaten atau kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah
provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati atau walikota. Kabupaten dan kota
memiliki wewenang yang sama
5) Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap masalah gizi masyarakat dan indikator pembinaan gizi, melalu tahapan
teknis pengumpulan data (assessment), pengolahan dan analisis dan diseminasi
informasi.
6) Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota yang
minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi
iv. Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran
melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal
70% sasaran ibu hamil dan balita
v. Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi
pada seluruh balita gizi buruk
vi. Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja Kabupaten/Kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan
diupload kedalam sistem setiap triwulan
 Standart Prosedur
Pemantauan pertumbuhan dan pemeriksaan kehamilan
 Standard sarana/Fasilitas
Alat antropometri, Aplikasi ePPGBM
 Standar tenaga
3) Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan (keterampilan penggunaan alat,
penggunaan aplikasi)
4) Mampu melakukan proses asuhan gizi untuk memberikan respon/intervensi
apabila ditemukan balita bermasalah gizi
3. Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan
4. Tempat Pelaksaaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan
5. Waktu Pelaksanaan
Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan analisis
dapat dilakukan setiap bulan. Namun untuk upload rencana kegiatan dilakukan setiap
triwulan.
6. Pencatatan dan Pelaporan
e) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada saat kegiatan Pemantauan
Pertumbuhan setiap bulan yang dilakukan pada seluruh sasaran balita di wilayah
kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini.
f) Tenaga kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan mencatat hasil
pemeriksaan LiLA kedalam kohort ibu
g) Laporan hasil penimbangan dan pengukuran serta data mengenai identitas dan
hasil pengukuran ibu hamil di entry ke dalam ePPGBM oleh Puskesmas. Kategori
status gizi dapat dihitung secara otomatis oleh sistem aplikasi tersebut.
h) Validasi dilakukan pada balita dengan kategori gizi buruk oleh tenaga kesehatan
7. Waktu Pelaporan
Laporan rutin
8. Pedoman yang Dipakai
g) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 95
h) Buku Kader
i) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu
j) Buku KIA
k) Juknis Surveilans Gizi
l) Pedoman Surveilans gizi

42. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita


1. Rumus Perhitungan Indikator
Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dibagi jumlah seluruh puskesmas dikali
100%
2. Definisi Operasional
d) Puskesmas adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi,
yang dipimpin oleh seorang bupati atau walikota. Kabupaten dan kota memiliki
wewenang yang sama
e) Balita Gizi buruk adalah balita usia 0-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk atau
indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari -3 SD atau Lingkar Lengan
Atas <11,5cm bagi balita 6 – 59 bulan
f) Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita adalah
puskesmas dengan kriteria:
iii. Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan
tenaga gizi
iv. Memiliki SOP tatalaksana gizi buruk pada balita
 Standart Prosedur
SOP tatalaksana gizi buruk
 Standard sarana/Fasilitas
- Mineral mix
- Formula 100
- Formula 75
- TFC (Theurapetic Feeding Center) bagi kabupaten dengan persentase wasting
>15%
 Standar tenaga
5) Tim asuhan gizi terlatih
3. Pelaksana Kegiatan
Pelaksanaan dilakukan oleh Tim asuhan gizi di puskesmas dengan supervisi oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Tempat Pelaksaaan
Puskesmas atau TFC
5. Waktu Pelaksanaan
Tatalaksana gizi buruk dilakukan setiap waktu
6. Pencatatan dan Pelaporan
d) Pelatihan tatalaksana gizi buruk pada tim asuhan gizi
e) Identifikasi puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk setiap bulan
f) Rekapitulasi di laporkan setiap bulan
7. Sumber Data
Laporan rutin
8. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan
9. Pedoman yang Dipakai
c) Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita
d) Modul Pelatihan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita

3. Penyehatan Lingkungan
a. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)
1) Definisi Operasional
Kabupaten/Kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana dan
prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan, kawasan
pendidikan dan kawasan pasar , memiliki SK Tim Pembina, Memiliki SK forum dan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 96
rencana kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim pembina tingkat
provinsi.

Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan Kabupaten/Kota Sehat dengan


kriteria memiliki SK Tim Pembina KKS, SK Forum KKS tingkat kab/kota, kecamatan
dan desa/kelurahan, serta rencana kerja untuk mendapatkan swastisaba dan telah
diverifikasi oleh Tim Pembina KKS Provinsi.

2) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan Kabupaten/Kota
Sehat.

Contoh Perhitungan :
Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama) terdapat 100
Kabupaten Kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan laporan yang disampaikan
melalui aplikasi, maka capaian program Kabupaten Kota yang menyelenggarakan
Kabupaten/Kota Sehat pada tahun tersebut sebanyak 100 Kabupaten/Kota.

3) Tujuan

Terciptanya kondisi Kabupaten Kota yang bersih, aman, nyaman dan sehat

untuk dihuni penduduk.

4) Pelaksana Kegiatan
a) Penanggungjawab di Tingkat Kabupaten/Kota adalah Ketua Tim Pembina KKS
dan Ketua Forum KKS
b) Penanggungjawab di Tingkat kecamatan adalah Ketua Forum Komunikasi KKS
c) Penanggungjawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS.

5) Tempat Pelaksaaan
Kabupaten/Kota

6) Waktu Pelaksanaan
Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

7) Pencatatan dan Pelaporan


a) Petugas : Bagian data dan informasi Sekretariat KKS
b) Alat/media : melalui aplikasi

8) Sumber Data
Laporan rutin

9) Waktu Pelaporan
Dilaporkan Ssetiap bulan

10) Pedoman yang Dipakai


a) Permen Bersama Nomor 34 tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat dan
Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi Perpres)
b) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)
c) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)
f. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)
1) Definisi Operasional
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan Kabupaten/Kota Sehat
dengan kriteria memiliki SK Tim Pembina KKS, SK Forum KKS, dan telah

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 97
diverifikasi oleh Tim Pembina KKS Provinsi.

2) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat.
Contoh Perhitungan :
Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama)
terdapat 100 Kabupaten Kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan
laporan yang disampaikan melalui aplikasi, maka capaian program Kabupaten
Kota yang menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat pada tahun tersebut
sebanyak 100 Kabupaten/Kota.

3) Definisi Operasional
4) Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan Kabupaten/Kota Sehat
dengan kriteria memiliki SK Tim Pembina KKS, SK Forum KKS, dan telah diverifikasi
oleh Tim Pembina KKS Provinsi.
5) Tujuan
Terciptanya kondisi Kabupaten Kota yang bersih, aman, nyaman dan sehat
untuk dihuni penduduk.

6) Output
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan Kabupaten/Kota Sehat

7) Pelaksan a Kegiatan
a) Penanggungjawab di Tingkat Kabupaten/Kota adalah Ketua Tim Pembina
KKS dan Ketua Forum KKS
b) Penanggungjawab di Tingkat kecamatan adalah Ketua Forum Komunikasi
KKS
c) Penanggungjawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS.

8) Tempat Pelaksaaan
Kabupaten/Kota

9) Waktu Pelaksanaan
Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

10) Pencatatan dan Pelaporan


Petugas : Bagian data dan informasi Sekretariat KKS
Alat/media : melalui aplikasi

11) Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

12) Pedoman Standar/Prosedur/Fasilitas/Pedoman yang dDipakai


2) Contoh Perhitungan :
Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama)
terdapat 100 Kabupaten Kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan
laporan yang disampaikan melalui aplikasi, maka capaian program
Kabupaten Kota yang menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat pada
tahun tersebut sebanyak 100 Kabupaten/Kota.
3) Pedoman yang dipakai
a) Permen Bersama Nomor 34 tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat dan
Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi
Perpres)
b) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 98
c) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

b. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)


1) Definisi Operasional
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air
besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi.
Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat
dalam menerapkan pilar-pilar STBM.
Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah:
c) Semua masyarakat telah Buang Air Besar hanya di jamban yang aman dan layak
dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak.
d) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
e) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban layak dan aman.

2) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah desa/kelurahan yang telahsudah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh
desa/kelurahan dikali 100%
Jumlah desa/kelurahan di Indonesia : 80.930

3) Pelaksana Kegiatan
Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan dengan
kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan.
a) DUSUN/RW
i. Sanitarian Puskesmas
ii. PKK Desa/ Kelurahan
iii. Staff/Aparat Desa/ Kelurahan
iv. Tim dari dusun lain dalam satu desa
v. Tim STBM Desa
b) DESA/KELURAHAN
i. Sanitarian Puskesmas
ii. Promkes Puskesmas
iii. UPTD Kecamatan
iv. PKK Kecamatan
v. Tim dari Desa/ Kelurahan lain dalam 1 (satu) Kecamatan
vi. Tim STBM kecamatan
vii.
c) KECAMATAN
i. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
ii. POKJA Sanitasi/ AMPL
iii. PKK Kabupaten
iv. Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota
Sehat, jika ada)
v. Tim dari Kecamatan lain
vi. Tim STBM Kabupaten
d) KABUPATEN / KOTA
i. Dinas Kesehatan Provinsi
ii. Tim STBM Provinsi
iii. POKJA Sanitasi / AMPL Provinsi
iv. Perwakilan dari kabupaten lain
v. Dinas di Provinsi yang terkait dengan Sarana Air Minum dan Sanitasi
vi. Tim STBM Provinsi
e) PROVINSI
i. Tim STBM Nasional
ii. Direktorat Kesling Kemenkes
iii. Perwakilan dari Provinsi lain
iv. Mitra/swasta

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 99
4) Tempat Pelaksaaan
Desa/Kelurahan

5) Waktu Pelaksanaan
Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

6) Pencatatan dan Pelaporan


Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga lalu di setelah selesai
verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

7) Sumber Data
........................................................E-Monev STBMLaporan rutin

8) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi
9) Pedoman yang dipakai
a) Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang STBM
b) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM
c) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM
d) SNI 2398:2017 (Tata cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan
lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita)
e) Pedoman wirausaha sanitasi
f) Pedoman pengelolalaan teknologi tepat guna sanitasi dan air minum

c. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya


sesuai Standar
13) DefiDefinisi Operasional
Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana
Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa kualitas
air minumnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Maksud dari diawasi/diperiksa adalah Petugas kesehatan lingkungan melakukan


pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi lapangan (IKL),
dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil pengawasan
eksternal diinput dalam emonev PKAM.

Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 81.921 sarana,
dengan rincian sebagai berikut :
a)PDAM Pemerintah : 411 PDAM (sumber : data perpamsi)
b)PDAM swasta : 17 PDAM
c)KPSPAM Pamsimas : 24.833 sarana (sumber : data KPSPAM Pamsimas)
d)KPSPAM Non Pamsimas : 6.898 sarana
e)Depot air minum : 49.713 Depot (sumber : emonev HSP)
f)KKP (kantor Kesehatan Pelabuhan) : 49

14) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah sarana air minum yang dilakukan pengawasan eksternal oleh Dinas
Kesehatan kab/kota dan KKPdiawasi/diperiksa kualitas air minumnya dalam satu tahun
dibagi dengan jumlahseluruh sarana air minum yang ada di kali 100%.

15) Pelaksana Kegiatan


Dinas kesehatan kab/kota, Sanitarian, KKP

16) Tempat Pelaksaaan


Sarana air minum dan penyelenggara air minum

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 100
17) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

18) Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM

19) Waktu Pelaporan


Dilaporkan sampai dengan batas waktu 31 desember tahun pelaksanaanSatu
tahun sekali

20) Sumber data


Laporan rutin

21) Pedoman yang dipakai


a) Permenkes 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum
b) Permenkes 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
g. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya
sesuai Standar.
11) Definisi Operasional
Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana
Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa
kualitas air minumnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Maksud dari
diawasi/diperiksa adalah Petugas kesehatan lingkungan melakukan
pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi lapangan
(IKL), dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil
pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM.
Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 108.827
sarana, dengan rincian sebagai berikut :
a) PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum
Seluruh Indonesia (Perpamsi) : 402 PDAM (sumber : data perpamsi)
b) Sarana air minum komunal : 27.000 sarana (sumber : data KPSPAM
Pamsimas)
c) Depot air minum : 51.000 Depot (sumber : emonev HSP)
d) Kelompok pengguna Air minum : 30.180 ( 10.060 puskesmas @ 3)
e) Kantor kesehatan pelabuhan : 245 (49 KKP @ 5 Terminal air)

12) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah sarana air minum yang dilakukan pengawasan eksternal oleh Dinas
Kesehatan kab/kota dan KKP dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sarana
air minum yang ada di kali 100%.

13).................................................................Definisi Operasional
Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana
Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa
kualitas air minumnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Maksud dari
diawasi/diperiksa adalah Petugas kesehatan lingkungan melakukan
pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi lapangan
(IKL), dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil
pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM.
Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 108.827
sarana, dengan rincian sebagai berikut :
d. PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum
Seluruh Indonesia (Perpamsi) : 402 PDAM (sumber : data perpamsi)
e. Sarana air minum komunal : 27.000 sarana (sumber : data KPSPAM
Pamsimas)
f. Depot air minum : 51.000 Depot (sumber : emonev HSP)
g. Kelompok pengguna Air minum : 30.180 ( 10.060 puskesmas @ 3)
h. Kantor kesehatan pelabuhan : 245 (49 KKP @ 5 Terminal air)

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 101
1) Pelaksana Kegiatan
Dinas kesehatan kab/kota, Sanitarian, KKP

2) Tempat Pelaksaaan
Sarana air minum dan penyelenggara air minum

3) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

4) Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM
5) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan

6) Standar/Prosedur/Fasilitas/Pedoman yang dDipakai


a) Permenkes 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum
b) Permenkes 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air

h. Jumlah Fasyankes yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai


Standar
7) Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan
pengelolaan limbah medis sesuai standar.
i. Jumlah RS di Indonesia: 2.840
j. Jumlah Puskesmas: 10.060
Denominatornya yaitu seluruh RS (pemerintah & swasta) dan puskesmas yang
terdaftar dan perhitungannya absolut.
1) Definisi Operasional
Fasyankes yang melaksanakan sesuai standar adalah Fasyankes yang
melaksanakan pengelolaan limbah medis yaitu fasyankes yang telah
melaksanakan pengurangan, pemilahan, pewadahan, pengangkutan,
penyimpanan dan pengolahan akhir, baik secara mandiri dan mempunyai fasilitas
pengelolaan limbah medis yang memenuhi syarat dan atau bekerjasama dengan
pihak pengelola limbah medis (pihak ke-3) yang memiliki izin.
Standar Prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan
sesuai standar mengacu ke Permen KLHK No. P56/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan PMK No.7/ 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, dan mempunyai Standard sarana/ Fasilitas dan Standar
tenaga : Bidang KeslingTujuan
Terlaksananya pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit dan Puskesmas sesuai
standar sehingga tidak menimbulkan risiko bagi petugas dan masyarakat dan
menghindarkan dampak bagi lingkungan.
Tujuan: Terlaksananya pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit dan Puskesmas
sesuai standar sehingga tidak menimbulkan risiko bagi petugas dan masyarakat
dan menghindarkan dampak bagi lingkungan.
2) Pelaksana Kegiatan
Pengelolaan limbah meliputi: pengurangan, pemilahan, pewadahan,
pengangkutan dan pengolahan limbah medis.
j. Pengurangan limbah medis di semua bagian di Fasyankes
f) Menghindari penggunaan material yang mengandung B3 apabila terdapat
pilihan yang lain;
g) House keeping yang baik setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap
lingkungan;
h) Pemisahan aliran limbah (waste stream) menurut jenis, kelompok,
dan/atau karakteristik limbah;
i) Menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 102
j) Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai
jadwal.
k. Pemilahan dan pewadahan
Pemilahan dilakukan mulai dari sumber oleh penghasil limbah (misal:
perawat). Di setiap sumber/ruangan ditempatkan wadah yang sesuai dengan
limbah yang dihasilkan.
Jenis limbah medis limbah infeksius, imbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
d) Wadah dinamai sesuai kategori/ kelompok limbah dan diberikan kantong
plastik sesuai warna.
e) Jarum suntik bisa disediakan safety box di tempat dilakukan tindakan.
Setelah menyuntik, suntik langsung dimasukan ke dalam safety box tanpa
menutup kembali.
f) Jarum suntik juga bisa menggunakan needle cutter atau needle destroyer
untuk memisahkan siringe dengan spoitnya.
Jenis wadah yang dipakai: drum baja, drum plastic, tangki, tong, wadah
fleksibel.
l. Pengangkutan
c) Pengangkutan Internal
Pengangkutan Internal dilakukan dengan cara:
 Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau sesuai kebutuhan.
 Setelah limbah diambil dari sumbernya. Harus segera dilakukan
pengantian kantong/wadah.
 Limbah diangkut sebelum penuh (3/4 dari volume limbah)
 Tidak dianjurkan pelakukan pemadatan/ penekanan pada saat
pengumpulan limbah untuk menghindari risiko tertusuk
 Kantong limbah tidak boleh diikat model “telinga kelinci” atau
menggunakan selotipe/sejenisnya.
d) Pengangkutan eksternal
 Pengangkutan dilakukan oleh jasa transporter yang berizin.
 Pengangkutan yang dilakukan oleh penghasil limbah bisa menggunakan
kendaraan roda 3, sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk pengangkutan dilakukan dari penghasil ke Depo atau dari penghasil
ke Perusahan pengolah limbah medis yang berizin yang dikontak unruk
mengolah limbah medis fasyankes tersebut dengan melakukan kerjasama
(MOU secara tripartite antara penghasol, jasa pengangkutan, dan
perusahaan pengolah limbah medis yang berizin).
m. Penyimpanan
Penyimpanan Sementara dilakukan dengan cara antara lain:
e) menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3;
f) menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai kelompok
Limbah B3;
g) penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai
karakteristik Limbah B3; dan pemberian simbol dan label Limbah B3 pada
setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3
h) Untuk limbah dengan karakteristik infeksius; benda tajam; dan patologis;
disimpan di tempat Penyimpanan Limbah B3 sebelum dilakukan
Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan
Limbah B3 paling lama :
 7 hari, pada suhu 3-8OC
 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 0°C (nol derajat celsius), sejak Limbah B3 dihasilkan.
Penyimpanan Limbah B3 sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3,
Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3 paling lama:
 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg
(lima puluh kilogram) per hari atau lebih; atau

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 103
 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3
kategori 1,sejak Limbah B3 dihasilkan.
3) Tempat Pelaksaaan
Rumah Sakit dan Puskesmas
4) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan setiap
hari oleh Fasyankes.
5) Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melayani mencatatkan dalam pelaporan E Monev Limbah Medis
oleh fasyankes dan kabupaten/kota melalui aplikasi daring (online).
6) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap 3 (enam) bulan sekali
7) Pedoman yang Dipakai
6) PermenlLHK No.P56/2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah Bahan
berbahaya dan Beracun di Fasyankes
7) PMK No.7/2019 tentang Standard an Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
8) Permenkes No.1428/2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas
9) Permenkes No. 27/ 2019 tentang Perubahan Kedua atas Permenkes
No.46/2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek
Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi
10) E-monev Limbah Fasyankes

d. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar


1) Definisi Operasional
a) Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah
fasyankes yang telah melakukan pengurangan, pemilahan, pewadahan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan akhir baik secara mandiri
dengan fasilitas yang memenuhi syarat dan atau bekerjasama dengan pihak
pengelola limbah (pihak ke-3) yang memiliki izin.
b) Standar Prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan
sesuai standar mengacu ke Permen KLHK No.P56/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
7/2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan mempunyai tenaga
yang memahami pengelolaan limbah medis di fasyankes.

2) Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan
pengelolaan limbah medis sesuai standar.
Jumlah RS di Indonesia: 2.840
Jumlah Puskesmas : 10.060.

3) Pelaksana Kegiatan
Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan
lainnya di fasyankes.

4) Tempat Pelaksanaan
Rumah Sakit dan Puskesmas

5) Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan setiap
hari

6) Pencatatan dan pelaporan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 104
Petugas yang bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan limbah medis
difasyankes melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E Monev Limbah
Medis di fasyankes (aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir
pelaporan dari fasyankes serta provinsi melakukan approve aplikasi E-monev
limbah medis bagi fasyankes yang akan melakukan pelaporan.

7) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap tiga bulan sekali

8) Sumber Data
Laporan rutin

9) Pedoman yang dipakai


a) PermenKLHK No.P56/2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah Bahan
berbahaya dan Beracun di Fasyankes
b) PMK No.7/2019 tentang Standard an Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah
Sakit
c) Permenkes No.1428/2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas
d) Permenkes No. 27/ 2019 tentang Perubahan Kedua atas Permenkes No.46/2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter
dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi
e) E-monev Limbah Fasyankes

e. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU) yang Dilakukan Pengawasan sesuai
Standar
1) Definisi Operasional
a) Tempat dan fFasilitas umum (TFU) yang dDilakukan pPengawasan sesuai
b) sStandar adalah Tempat dan Fasilitas Umum (pasar, puskesmas, sekolah)
yang dilakukan pengawasan oleh kabupaten/kota dengan cara melakukan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan minimal 1 kali dalam kurun waktu setahun.
c)
d) Tempat dan fasilitas umum (TFU) adalah lokasi, sarana, dan prasarana antara
lain: fasilitas kesehatan; fasilitas pendidikan; tempat ibadah; hotel; rumah
makan dan usaha lain yang sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat,
laut, udara, dan kereta api; stasiun dan terminal; pasar dan pusat
perbelanjaan;pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara; dan
tempat dan fasilitas umum lainnya.
e) TFU yang dimaksud dalam hal ini prioritas terdiri sekolah (SD/MI dan
SMP/MTs), puskesmas dan pasar yang terdaftar di Kemendikbud, Kementerian
Perdagangan dan Pusdatin Kemenkes, Kementerian Agama.
f) Pengawasan sesuai standar yang dimaksud adalah kunjungan untuk
mengetahui faktor risiko kesehatan lingkungan dengan inspeksi kesehatan
lingkungan (IKL) melalui pengamatan fisik media lingkungan dengan
menggunakan instrumen IKL, pengukuran media lingkungan dan analisis risiko
kesehatan lingkungan serta rekomendasi perbaikan.
g) Sekolah yang dimaksud adalah sekolah yang dimiliki oleh pemerintah dan
swasta yang terdiri dari SD dan SMP / sederajat yang terdaftar di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.
h) Puskesmas yang dimaksud adalah yang berada di wilayah kerjanya.
i) Pasar adalah pasar rakyat yang telah dilakukan revitalisasi dan terdaftar di
Kementerian Perdagangan.

Tempat dan Fasilitas umum (TFU) yang Dilakukan Pengawasan sesuai

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 105
Standar adalah Tempat dan Fasilitas Umum yang dilakukan pengawasan oleh
kabupaten/kota dengan cara melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan minimal 1 kali
dalam kurun waktu setahun.

2) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah TFU yang dilaporkan hasil(Sekolah, Pasar, Puskesmas) yang dilakukan
pengawasannya oleh Kab/Kota berdasarkan inspeksi kesehatan lingkungan
minimal 1 kali dalam setahun dibagi jumlah seluruh TFU (Sekolah, Pasar,
Puskesmas) yang terdaftarTFU dikali 100 %.
a) Jumlah Sekolah (SD/MI dan SMP/MTs) : 230.729
b) Jumlah Puskesmas : 10.060
c) Jumlah Pasar : 1.578

3) Denominator: jumlah tempat dan fasilitas umum (sekolah, puskesmas dan


pasar) yang terdaftar di Kemendikbud, Kementerian perdagangan dan Pusdatin
Kemenkes.  sebaiknya masuk dalam DO
4) Definisi Operasional
5) Tempat dan fasilitas umum (TFU) adalah lokasi, sarana, dan prasarana antara
lain: fasilitas kesehatan; fasilitas pendidikan; tempat ibadah; hotel; rumah
makan dan usaha lain yang sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat,
laut, udara, dan kereta api; stasiun dan terminal; pasar dan pusat
perbelanjaan;pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara; dan
tempat dan fasilitas umum lainnya.
6) TFU yang dimaksud dalam hal ini prioritas terdiri sekolah (SD/MI dan SMP/MTs),
puskesmas dan pasar yang terdaftar pada masing-masing instansi.
7) Pengawasan sesuai standar yang dimaksud adalah kunjungan untuk megetahui
faktor resiko kesehatan lingkungan dengan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL)
melalui Pengamatan Fisik Media Lingkungan dengan menggunakan instrumen
IKL, Pengukuran Media lingkungan.
8) Sekolah yang dimaksud adalah sekolah yang dimiliki oleh pemerintah dan
swasta yang terdiri dari SD dan SMP / sederajat yang terdaftar di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
9) Puskesmas yang dimaksud adalah yang berada di wilayah kerjanya.
10) Pasar adalah pasar rakyat yang telah dilakukan revitalisasi dan terdaftar di
Kementerian Perdagangan.
11) Pelaksana Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan kabupaten dan
Puskesmas (sanitarian atau tenaga lain yang terlatih).

12) Tempat Pelaksaaan


Sekolah, Puskesmas dan Pasar

13) Waktu Pelaksanaan


Pembinaan dan pengawasan minimal dilaksanakan satu kali dalam setahun.

14) Pencatatan dan Pelaporan


Petugas melakukan pencatatan dan melaporkan melalui pelaporan manual dan
aplikasi (E-monev: E-SATU)

15) Waktu Pelaporan


Hasil pembinaan dan pengawasan dilaporkan setiap triwulan.

16) Sumber data


Laporan rutin

17) Pedoman yang dDipakai

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 106
a) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Pasar Sehat
b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas
c) Petunjuk teknis Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar, Sekolah dan
Puskesmas.
d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas.
e) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1428 tahun 2006 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Puskesmas
f) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1429 tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah

f. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang Memenuhi Syarat sesuai Standar
1) Definisi Operasional

a) TPP yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPP yang dilaksanakan


pengawasan melalui inspeksi Kesehatan Lin gkungan dan memenuhi syarat
sesuai standar
b) TPP: Rumah Makan/Restoran/Jasaboga/Sentra Pangan Jajanan, Depot Air
Minum.

Syaratnya apa aja?????

Standar Prosedur : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul


Standar Sarana/Fasilitas : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul

Standar Tenaga : Sanitarian Puskesmas

2) Rumus Perhitungan Indikator Rumus Perhitungan Indikator


2).
Jumlah TPP yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi
Kesehatan Lingkungan sesuai standar dalam kurun waktu 1 tahun dibanding
jumlah TPP dikali 100%.
Jumlah TPP yang terdaftar di Kab/kota berdasarkan E Monev TPM 143.950.

1).......
3) Definisi Operasional
4) TPP yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPP yang dilaksanaan pengawasan
melalui inspeksi Kesehatan Lin gkungan dan memenuhi syarat sesuai standar
5) TPP: Rumah Makan/Restoran/Jasaboga/Sentra Pangan Jajanan, Depot Air
Minum.
6) Standar Prosedur : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul
7) Standar Sarana/Fasilitas : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul
8) Standar Tenaga : Sanitarian Puskesmas
9) Pelaksana Kegiatan
a) Sanitarian Puskesmas dan KKP melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan di
TPP (RM/Restoran, Jasaboga, Kantin, Depot, sentra makanan jajanan/makanan
jajanan).
b) Dinkes Kab/kota dan KKP melaksanakan kegiatan investigasi KLB Kercunan
Pangan, Pemberian sertifikat laik hygiene sanitasi untuk jasaboga, rumah
makan/restoran, gerakan stikerisasi hygiene sanitasi bagi kantin dan makanan
jajanan, melaksanakan pelatihan hygiene sanitasi pangan, implementasi pilar 3
STBM, melaksanakan lomba kantin dan terminal.

10) Tempat Pelaksanaan


RM/restoran, jasaboga, depot air minum, kantin, sentra makanan jajanan/makanan
jajanan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 107
11) Waktu Pelaksanaan
Pembinaan dan pengawasan minimal dilaksanakan minmail setahun dua kali

12) Pencatatan dan Pelaporan


Sanitarian melaksanakan pencatatan dan pelaporan dengan menginput data ke dalam E-
Monev HSP dan germas PAS

13) Sumber Data


Laporan rutin

14) Waktu Pelaporan


15)

Setiap selesai melakukan IKL

16) Pedoman yang dDipakai


a) Permenkes nomor 1096/2011 tentang Higiene sanitasi jasa boga
b) Permenkes nomor 1098/2003 tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi
Rumah Makan/restoran
c) Permenkes nomor 942/2003 tentang Higiene Sanitasi Makanan Jajanan
d) Permenkes nomor 43/2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum
e) Permenkes nomor 2/2011 tentang KLB Keracunan Pangan
f) Pedoman Higiene Sanitasi Depot Air Minum
g) Modul Pelatihan Keamanan Pangan
h) Modul Pelatihan Investigasi Keracunan Pangan

4. PEMBINAAN PROMKES DAN PM Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat

1) Definisi Operasional
a) Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat sesuai dengan Inpres
No.1 Tahun 2017 (melaksanakan 5 kluster germas) dan atau kebijakan
berwawasan kesehatan adalah Kabupaten/Kota telah memiliki atau
menerbitkan kebijakan Germas dan atau kebijakan berwawasan kesehatan.
Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup ditetapkan oleh pemerintah daerah
(bupati/walikota) mencakup 5 klaster germas yaitu:
i. Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
ii. Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
iii. Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
iv. Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
v. Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan

Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala OPD


berupa Peraturan/Surat Keputusan/Instruksi/Surat Edaran yang mendukung
salah satu klaster germas.
Contoh kebijakan:
i. Kebijakan Germas
 Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
 Peraturan Bupati Bantul Nomor: 35 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat

ii. Kebijakan Berwawasan Kesehatan


 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 tahun 2019 tentang Kawasan
Tanpa Rokok

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 108
 Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kota Banjarmasin
 Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 tahun 2015 tentang Kawasan
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)

a) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung Germas minimal 3


kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah
kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas
dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM
(Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial
(dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal
3 (tiga) kali setahun.

2) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dibagi jumlah total Kabupaten/Kota, dikali 100%.

3) Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah),
UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial
(dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bappeda.

4) Tempat Pelaksanaan
Kabupaten/Kota

5) Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

6) Pencatatan dan Pelaporan


Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan kegiatan
penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Pencatatan dan Pelaporan
Indikator.

7) Sumber Data
Laporan Rutin

8) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap tiga bulan

9) Pedoman yang dipakai


18) Inpres No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
19) Permen PPN/Bappenas No. 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

b. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif


1) Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan kriteria:

a) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan Bupati/walikota


Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait
pengembangan Posyandu tingkat Kabupaten/Kota.

b) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 109
Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas
perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan.

c) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader


Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas puskesmas dan kader yang
berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/Kota.

d) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu


Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan
Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si
Cakep.

e) Posyandu aktif minimal 50%


i. Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun
ii. Memiliki minimal 5 orang kader
iii. Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, imunisasi, KB dengan cakupan
minimal 50%
iv. Memiliki alat pemantauan pertumbuhan
v. Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja, lansia,
TOGA, Penanggulangan penyakit)

2) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pembinaan posyandu aktif dibagi total
kabupaten/kota dikali 100%.

3) Pelaksana Kegiatan
Dilaksanakan oleh pengelola program promkes, pemangku kepentingan terkait
dan kader

4) Tempat Pelaksaaan
Dilaksanakan di Kabupaten/Kota, Puskesmas/Fasyankes dan Posyandu

5) Waktu Pelaksanaan
Pembinaan dilaksanakan sepanjang tahun sesuai penjadwalan yang disepakatiti
oleh kabupaten/kota

6) Pencatatan dan Pelaporan


.....................................................Pengelola promkes kabupaten/kota, pemangku kepentingan terka
sesuai kewenangan masing-masing melalui system pelaporan yang ada di
kabupaten/kota

7) Sumber Data
Laporan rutin puskesmas dan posyandu serta laporan Pokjanal kabupaten/kota

8) Waktu Pelaporan
Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan setiap
bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri 54 tahun 2007
pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali dan
pelaporan dari provinsi ke Pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

9) Pedoman yang dipakai


Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu
43. Persentase Kabupaten/Kota dengan Minimal 80% Posyandu Aktif
1) Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kabupaten/kota yang posyandu aktifnya 80% dibagi jumlah
kabupaten/kota (514).

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 110
2) Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang memiliki Posyandu aktif minimal 80% dengan kriteria:
6) Melakukan kegiatan rutin posyandu minimal 10 kali/tahun
7) Memiliki minimal 5 orang kader
Kader disahkan dengan surat keputusan Kepala Desa/Kelurahan
8) Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, Imunisasi, KB dengan cakupan
minimal 50%.
Kader Posyandu melakukan penggerakan kepada sasaran untuk kegiatan KIA,
Gizi, Imunisasi dan KB baik di Posyandu maupun di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan cakupan 50%.
9) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan
Setiap posyandu memiliki alat pemantauan pertumbuhan berupa alat ukur
berat badan dan tinggi badan yang dibeli dengan menggunakan APBDes.
10)Mengembangka kegiatan tambahan kegiatan kesehatan (remaja, usia kerja,
lansia, TOGA, penanggulangan penyakit)
3) Pelaksana Kegiatan
4) Tempat Pelaksaaan
5) Waktu Pelaksanaan
6) Pencatatan dan Pelaporan
7) Sumber Data
8) Waktu Pelaporan
9) Pedoman yang Dipakai

44. Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif


1. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki posyandu aktif 80% dari total
kabupaten/kota lokus stunting dikali 100%.
2. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan kriteria:
6) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan Bupati/walikota
Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait
pengembangan Posyandu tingkat Kabupaten/Kota.
7) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun
Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas
perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan.
8) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader
Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas puskesmas dan kader yang
berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/Kota.
9) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu
Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan
Posyandu seperti SIP online, E-PPGBM, Si Cakep dll.
10)............................................................Posyandu aktif minimal 50%
3. Pelaksana Kegiatan
4. Tempat Pelaksaaan
5. Waktu Pelaksanaan
6. Pencatatan dan Pelaporan
7. Sumber Data
8. Waktu Pelaporan
9. Pedoman yang Dipakai

45. Tersusunnya Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Germas Kementerian Lembaga

Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah dokumen Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Germas bidang yang di yang diadopsi Kementerian


Lembaga.

Definisi Operasional

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 111
Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Germas bidang kesehatan yang diadopsi oleh Kementerian/Lembag
sebagai acuan Kementerian/Lembaga dalam menerbitkan kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya.
(Inpres no 1 tahun 2017).

Pelaksana Kegiatan

Tempat Pelaksaaan

Waktu Pelaksanaan

Pencatatan dan Pelaporan

Sumber Data

Waktu Pelaporan

Pedoman yang Dipakai

Indikator 4

Rumus Perhitungan Indikator

Definisi Operasional

Pelaksana Kegiatan

Tempat Pelaksaaan

Waktu Pelaksanaan

Pencatatan dan Pelaporan

Sumber Data

Waktu Pelaporan

Pedoman yang Dipakai

Indikator 5

Rumus Perhitungan Indikator

Definisi Operasional

Pelaksana Kegiatan

Tempat Pelaksaaan

Waktu Pelaksanaan

Pencatatan dan Pelaporan

Sumber Data

Waktu Pelaporan

Pedoman yang Dipakai

5. Pembinaan Kesehatan Kerja dDan Olah Raga


a. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja
1) Definisi Operasional
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 112
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah :
a) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja.
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah puskesmas yang
melaksanakan:
i. Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/
penggunaan APD/ pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas)
ii. Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada pekerja puskesmas
iii. Pembentukan/pembinaan POS UKK
b) Tersedianya surat keputusan (SK) atau surat edaran (SE) yang mendukung
pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja.
Adanya SK/SE, pedoman/Juknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja.
c) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan
kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi
dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti GP2SP, atau K3
Perkantoran, atau K3 Fasyankes.

2) Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dalam
kurun waktu 1 tahun

3) Pelaksana Kegiatan
a) Tingkat Puskesmas adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim kesehatan
kerja atau petugas lain di Puskesmas.
b) Tingkat Dinas Kesehatan adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim
kesehatan kerja atau petugas lain di Dinas Kesehatan.

4) Tempat Pelaksaaan
Dalam Gedung Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan tempat kerja diwilayah kerja
puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan Dinas Kesehatan
(OPD, Perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota).

5) Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan
kegiatan

6) Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dalam buku bantu dan
memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan
Olahraga (SITKO).

7) Waktu Pelaporan
Setiap bulan

8) Pedoman yang dipakai


a) Pedoman Implementasi GP2SP
b) Pedoman Implentasi Pos UKK
c) Pedoman K3 Fasyankes
d) Pedoman K3RS
e) Pedoman K3 Perkantoran

b. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga


9) Definisi Operasional

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 113
e) Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah kab/kota yang
minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan olahraga
yaitu melaksanakan kegiatan :
i. Pengukuran kebugaran ASN /anak sekolah / jamaah haji
ii. Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil, Lansia,
kelompok olahraga masyarakat
f) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja tingkat kab/kota

10).........................................................Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga

11).........................................................................Pelaksana Kegiatan
c) Tingkat Puskesmas : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan olahraga atau
tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di Puskesmas.
d) Tingkat Dinas Kesehatan : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan olahraga
atau tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di Dinas
Kesehatan.

12).........................................................................Tempat Pelaksaaan
Dinas Kesehatan, Puskesmas dan tempat kerja diwilayah kerja Puskesmas.

13)............................................................................. Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan
kegiatan.

14)..............................................................Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatat dalam buku bantu dan memasukan
dalam aplikasi SITKO (Sistem Informasi Kesehatan Kerja dan Olahraga).

15)............................................................................Waktu Pelaporan
Setiap bulan

16)...................................................................................Sumber Data
Laporan rutin

17)...................................................................Pedoman yang dipakai


a) Pedoman pembinaan kebugaran jasmani jamaah haji
b) Pedoman pembinaaan kesehatan olahraga anak sekolah

2...Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja


9) Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja
dalam kurun waktu 1 tahun
10) Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah :
46. Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan
kesehatan kerja.
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah puskesmas yang
melaksanakan:
iv. Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko,
penggunaan APD, APAR, pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas)
v. Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada pekerja puskesmas
vi. Pemberdayaan dan pembinaan pekerja terutama pekerja informal
(POS UKK)
47. Tersedianya surat keputusan (SK) atau surat edaran (SE) yang
mendukung pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja.
Adanya SK/SE, pedoman/Juknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 114
48. Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan
kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi
dan pelaksanaan program kesehatan kerja seperti:
d) GP2SP
e) K3 Perkantoran
f) Pekerja Sehat Produktif
g) K3 Fasyankes
11) Pelaksana Kegiatan
3) Tingkat Puskesmas : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan kerja
dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di Puskesmas.
4) Tingkat Dinas Kesehatan : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan
kerja dan atau tim kesehatan kerja atau petugas lain di Dinas Kesehatan.
12) Tempat Pelaksaaan
Dalam Gedung Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan tempat kerja diwilayah
kerja puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan Dinas
Kesehatan (OPD, Perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota).
13) Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu dan dilaporkan secara berkala
setiap bulan.
14) Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dan melaporkan ke
pengelola Sisitem Informasi Puskesmas (SIP) untuk Kabupaten/kota memasukan
dalam aplikasi komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas) dan Sistem
Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO).
15) Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan
16) Pedoman yang Dipakai
6) Pedoman Implementasi GP2SP
7) Pedoman Implentasi Pos UKK
8) Pedoman K3 Fasyankes
9) Pedoman K3RS
10) Pedoman K3 Perkantoran

3.Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga


1)................................................Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan
olahraga
2)...............................................................Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah
3) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan
kesehatan olahraga.
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah Puskesmas
yang melaskanakan kegiatan :
g) Peregangan minimal 1 kali sehari.
h) Senam bersama minimal setiap 1 minggu sekali, dan
i) Pengukuran kebugaran pada anak sekolah dan jamaah haji
j) Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil,
Lansia, kelompok olahraga masyarkat
4) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja di tingkat kabupaten/kota
Pengukuran kebugaran jasmani pekerja di tingkat kabupaten/kota
adalah kegiatan pengukuran kebugaran jasmani pada pekerja di tingkat
kabupaten/kota yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan,
OPD, Fasyankes, temapat kerja, dan lainnya ditatanan kabupaten/kota.
3).................................................................Pelaksana Kegiatan
e) Tingkat Puskesmas : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan kerja
dan atau tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di
Puskesmas.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 115
f) Tingkat DInas Kesehatan : Dilaksanakan oleh pengelola kesehatan
olahraga dan atau tim kesehatan olarhaga atau petugas lain yang dituntuk di
Dinas Kesehatan.
4)................................................................Tempat Pelaksaaan
Dinas Kesehatan, Puskesmas dan tempat kerja diwilayah kerja Puskesmas.
5)................................................................Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu dan dilaporkan secara berkala
setiap bulan.
6).....................................................Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dan melaporkan ke
pengelola Sisitem Informasi Puskesmas (SIP) untuk Kabupaten/kota memasukan
dalam aplikasi komunikasi data program kesmas (Komdat Kesmas) dan Sistem
Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO).
7)....................................................................Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap Bulan
8)..........................................................Pedoman yang Dipakai
6) Pedoman Implementasi GP2SP
7) Pedoman Implentasi Pos UKK
8) Pedoman K3 Fasyankes
9) Pedoman K3RS
10) Pedoman K3 Perkantoran

6. Dukungan Manajemen dDan Pelaksanaan Tugas


7. Teknis Lainnya Pada Program Kesehatan Masyarakat…..
a. Nilai Reformasi Birokrasi pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
1) Definisi Operasional
Hasil penilaian dari Kementerian PAN dan RB terkait pelaksanaan 8 area
perubahan pada Reformasi Birokrasi di Ditjen Kesmas

2) Rumus Perhitungan Indikator


Berdasarkan hasil penilaian Kementerian PAN dan RB

Definisi Operasional
Hasil penilaian dari Kementerian PAN dan RB terkait pelaksanaan 8 area
perubahan pada Reformasi Birokrasi di Ditjen Kesmas
3) Pelaksana Kegiatan
Setditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI

4) Tempat Pelaksaaan
Kementerian Kesehatan

5) Waktu Pelaksanaan
Satu tahun

6) Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelapora sesuai dengan komponen penilaian reformasi birokrasi

7) Sumber Data
Hasil penilaian Kementerian PAN dan RB

8) Waktu Pelaporan
Setiap triwulan

9) Pedoman/standard yang dDipakai


Permenpan dan RB No. 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi
Birokrasi Instansi Pemerintah

b. Persentase Kinerja RKAKL pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 116
1) Definisi Operasional
Persentase kinerja RKA-K/L Program pembinaan Kesehatan Masyarakat yang
efektif dan efisien adalah hasil penilaian kinerja RKA KL dengan mengngunakan
tools aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan

2) Rumus Perhitungan Indikator


Berdasarkan hasil penilaian kinerja dari SMART DJA Kementerian Keuangan untuk
masing masing Satker

Definisi Operasional

Persentase kinerja RKA-K/L Program pembinaan Kesehatan Masyarakat yang efektif dan
efisien adalah hasil penilaian kinerja RKA KL dengan menngunakan tools aplikasi SMART
DJA Kementerian Keuangan

3) Pelaksana Kegiatan
4)
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

5) Tempat Pelaksaaan
6)
20)
1)
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

2) Waktu Pelaksanaan
3)
4)
Satu tahun

5)
21) Pencatatan dan Pelaporan
1)
Petugas penanggungjawab laporan masing-masing satker lingkup Esselon II
Ditjen Kesmas melakukan input realisasi kegiatan dan keuangan ke dalam
sistem aplikasi SMART DJA

2) Sumber Data
SMART DJALaporan rutin

3) Waktu Pelaporan
4)
Setiap bulan

5) Pedoman yang dDipakai


-

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 117
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 118
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pendahuluan
Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat (KOMDAT KESMAS),
berfungsi untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan data terkait
Indikator Program Kesehatan Masyarakt terkait RENSTRA dan RPJMN di lingkungan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menjadi lebih memudahkan, up to date dan
informatif bagi pengambil keputusan. Selain itu juga hasil dari kegiatan ini dapat
dimanfaatkan oleh pengelola program di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota ,
Puskesmas, Petugas Kesehatan lingkup Program Kesehatan Masyarakat, dan Masyarakat
Secara Umum.
Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat dapat diakses melalui
alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id. Aplikasi ini dikembangkan dengan
menggabungkan aplikasi -aplikasi yang saat ini sudah digunakakan antara lain :
1. Program Gizi menggunakan aplikasi sigizi terpadu untuk program gizi dengan alamat
www.sigiziterpadu,kemkes.go.id
2. Program Kesehatan Keluarga menggunakan aplikasi komunikasi data program
kesehatan masyarakat dengan alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id
3. Program Kesehatan Lingkungan menggunakan aplikasi program kesehatan lingkungan
dengan alamat www.kesling.kesmas.kemkes.go.id
4. Program Kesehatan Kerja dan Olahraga menggunakan aplikasi program kesehatan kerja
dan olahraga dengan alamat www.sitko-kesjaor.id
5. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menggunakan aplikasi
program kesehatan masyarakat dengan alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id

Gambar 1. Model Integrasi Pelaporan melalui Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan
Masyarakat

Dari Gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk Program Gizi Masyarakat,
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga menggunakan aplikasi yang ada di unit
masing-masing sedangkan user (petugas) Pusat, Provinsi melakukan verifikasi atas data yang
sudah di masukan dalam aplikasi tersebut. Sedangkan untuk Program Kesehatan Keluarga,
Promsi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat user (petugas) Pusat dan Provinsi
melakukan verifikasi dari data yang sudah dimasukan oleh Kabupaten/kota sedangkan user
(petugas) kabupaten/kota melakukan entry (input) data dalam Aplikasi Komdat Kesmas.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 119
Gambar 2. Proses Aplikasi Komdat Kesmas

B. Pencatatan
Pencatatan menggunakan aplikasi komunikasi data program kesehatan masyarakat
yang dilakukan setiap bulan pada tanggal 1 sampai dengan 10 bulan berikutnya (Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota) sedangkan untuk melakukan veirifikasi atau persetujuan data
pada tanggal 10 s/d 15 bulan berikutnya (Dinas kesehatan Provinsi dan pengelola Program
tingkat Pusat).
Petunjuk Penggunaan Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat.
1. User (Pengguna) Kabupaten/Kota

Gambar 3. Tampilan halaman login

Buka www.komdatkesmas.kemkes.go.id dengan menggunakan browser mozilla firefox,


Googlechrome atau browser lainnya setelah itu akan tampil halaman seperti pada gambar
diatas, sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya, user harus login terlebih dahulu
sesuai username dan password yang telah diberikan sebelumnya.

B. Program Kesehatan Keluarga


Untuk program kesehatan keluarga peugas Kabupaten/Kota melakukan update data
indikator dalam aplikasi komunikasi data program kesehatan masyarakat. Adapun data
yang dimasukan adalah data cakupan setiap bulan.
untuk data sasaran akan diisi secara otomatis sesuai dengan Penduduk Sasaran Program
Kesehatan Tahun 2020 yang ditetapkan Kementerian Kesehatan kecuali ada Keputusan
lain.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 120
Gambar 4. Tampilan menu input data indikator kinerja

Setelah memilih indikator buka tab form inputan indikator dan pilih unit kerja sesuai
program masing-masing untuk data sasaran akan ditarik dari data sasaran dari pusat,
pengguna kabupaten/kota memasukan jumlah data indikator kegiatan setelah dimasukan
klik tombol save.

Gambar 5. Tabel hasil input data indikator kinerja


Pada menu ini pengguna dapat melihat hasil yang sudah dimasukan dengan memilih Unit
Kerja, pilih bulan, tahun dan klik cari maka akan muncul data yang sudah dimasukan.

Gambar 6 Tabel Upload Dokumen


Pada menu ini pengguna dapat melakukan upload untuk data dukung sesuai dengan
indikatornya, menu ini digunakan untuk indikator indikator yang memerlukan data dukung
berupa dokumen seperti SK, Surat Edaran, Foto hasil kegiatan dan sebagainya.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 121
C. Program Gizi Masyarakat

Untuk Program Gizi masyarkat petugas kabupaten melakukan entry data pada Sigizi
http://sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id/login_sisfo/, Untuk data sasaran dan capaian indikator
perbulan Program Gizi akan dilakukan penarikan otomatis melalui Application Programing Interface
(API) ditingkat pusat pada aplikasi Komdat Kesmas Petugas Kabupaten/Kota memastikan bahwa
data yang ada dalam sigizi terpadu sesuai dengan data yang ada dalam Komdat Kesmas.

Gambar 7. Indikator Program Gizi dalam Aplikasi Komdat Kesmas

D. Program Kesehatan Kerja dan Olah Raga


Untuk Pogram Kesehatan kerja dan olahraga sementara melakukan entry dalam aplikasi
Komdat Kesmas sampai dengan aplikasi Sistem Informasi Kehatan Kerja dan Olahrga
(SITKO) menyediakan fasilitas application programming interface (API) , apabila dalam
aplikasi SITKO sudah tersedia maka akan dilakuakn penarikan otomatis petugas
Kab/Kota bertugas memastikan data indikator yang ada dalam Komdat Kesmas Sesuai
dengan data indikator yang ada dalm SITKO,

Gambar 8. Indikator Program Kesehatan Kerja dan Olahrga

E. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


Untuk Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masayrakat petugas
Kabupaten/Kota Adapun data yang dimasukan adalah data cakupan dan data sasaran
untuk setiap bulan.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 122
Gambar 9. Indikator Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Setelah memilih indikator buka tab form inputan indikator dan pilih unit kerja sesuai
program masing-masing untuk data sasaran akan ditarik dari data sasaran dari pusat,
pengguna kabupaten.kota memasukan jumlah data indikator kegiatan setelah dimasukan
klik tombol save.

Gambar 10. Tabel hasil input data indikator kinerja


Pada menu ini pengguna dapat melihat hasil yang sudah dimasukan dengan memilih Unit
Kerja, pilih bulan, tahun dan klik cari maka akan muncul data yang sudah dimasukan.

Gambar 11. Tabel Upload Dokumen


Pada menu ini pengguna dapat melakukan upload untuk data dukung sesuai dengan
indikatornya, menu ini digunakan untuk indikator indikator yang memerlukan data dukung
berupa dokumen seperti SK, Surat Edaran, Foto hasil kegiatan dan sebagainya.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 123
F. Program Kesehatan Lingkungan
Untuk Program Gizi masyarkat petugas kabupaten melakukan entry data pada aplikasi
kesehatan lingkungan www.kesling.kesmas.kemkes.go.id, Untuk data sasaran dan capaian
indikator perbulan Program Kesehatan Lingkungan akan dilakukan penarikan otomatis melalui
Application Programing Interface (API) ditingkat pusat pada aplikasi Komdat Kesmas Petugas
Kabupaten/Kota memastikan bahwa data yang ada dalam sigizi terpadu sesuai dengan data
yang ada dalam Komdat Kesmas.

. Gambar 12. Indikator Kesehatan Lingkungan

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 124
Gambar 13 Menu menu yang dapat dilihat oleh pengguna Kabupaten/Kota

Pada menu ini pengguna kabupaten/kota dapat melihat dashboard, monitoring RPJMN dan
RENSTRA serta laporan rekap dengan membandingkan capaian dengan kabupaten/kota
lain.

Gambar 14. Menu Dashboard dan Laporan


Pada menu ini pengguna melihat tampilan kabupaten/kota dapat melihat dashboard,
monitoring RPJMN dan RENSTRA serta laporan rekap dengan membandingkan capaian
dengan kabupaten/kota lain.

2. User (Pengguna) Provinsi

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 125
Gambar 15 Tampilan halaman login

Buka www.komdatkesmas.kemkes.go.id dengan menggunakan browser mozilla firefox,


googlechrome atau browser lainnya setelah itu akan tampil halaman seperti pada gambar
diatas, sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya, user harus login terlebih dahulu
sesuai username dan password yang telah diberikan sebelumnya.

Gambar 16. Halaman Update Indikator

Halaman ini berfungsi bagi petugas Provinsi untuk melakukan update indikator apabila ada
Kabupaten/Kota belum melakukan input atau terdapat kendala terkait jaringan internet
maka petugas Provinsi dapat melakukan entry data prosesnya sama seperti petugas
Kabupaten/Kota.
Disamping itu petugas provinsi juga memiliki tugas untuk melakukan verifikasi setiap bulan
antara tanggal 10 sampai dengan 15 bulan berikutnya seperti pada gambar berikut.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 126
Gambar 17. Halaman Update verifikasi Indikator setiap bulan

Gambar 18. Menu menu yang dapat dilihat oleh pengguna Provinsi

Pada menu ini pengguna kabupaten/kota dapat melihat dashboard, monitoring RPJMN dan
RENSTRA serta laporan rekap dengan membandingkan capaian dengan kabupaten/kota
lain.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 127
Gambar 19. Menu Dashboard dan Laporan
Pada menu ini pengguna melihat tampilan kabupaten/kota dapat melihat dashboard,
monitoring RPJMN dan RENSTRA serta laporan rekap dengan membandingkan capaian
dengan Provinsi lain, disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah meningatkan
petugas Kabupaten/Kota untuk melakukan entry data secara rutin untuk masing-masing
program.

3. User (Pengguna) Direktorat

Gambar 20. Tampilan halaman login

Buka www.komdatkesmas.kemkes.go.id dengan menggunakan browser mozilla firefox,


google chrome atau browser lainnya setelah itu akan tampil halaman seperti pada gambar
diatas, sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya, user harus login terlebih dahulu
sesuai username dan password yang telah diberikan sebelumnya.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 128
Gambar 21 Halaman untuk melihat hasil data dan persetujuan dan verifikasi
Pada menu ini pengguna Direktorat dapat melakukan verifikasi dan syncronisze dari data
yang sudah ada untuk masing-masing indikator. Disamping itu Petugas Direktorat bertugas
memantau dan mengingatkan Petugas Provinsi untuk melakukan verifikasi data secara rutin
dan mengingatkan petugas kabupaten/Kota melkukan entry data (penginputan) sesuai
tugas masing-masing pengelola program.

C. Pelaporan
Hasil pencatatan dalam aplikasi komunikasi data program kesehatan masyarakat secara
berjenjang sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil pencatatan capaian bulanan per
triwulan maksimal tanggal 10, kepada dinas kesehatan provinsi.
2. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan rekapan hasil pencatatan capaian bulanan setiap
kabupaten/kota per triwulan maksimal tanggal 15, kepada Sekretariat Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan ditembuskan ke pengelola program di tingkat
pusat.
3. Laporan hasil capaian triwulan yang ditanda tangani minimal oleh Kepala Bidang Kesmas
diupload melalui aplikasi komunikasi data program kesehatan masyarakat.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 129
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
D. Pendahuluan
Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat (KOMDAT KESMAS),
berfungsi untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan data terkait
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan Indikator Kegiatan Progam (IKP) di lingkungan Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan pengelolaan laporan
data terkait IKK dan IKP di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menjadi
lebih memudahkan, up to date dan informatif bagi pengambil keputusan. Selain itu juga hasil
dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan oleh pengelola program di tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota , Puskesmas, Petugas Kesehatan lingkup Program Kesehatan Masyarakat,
dan Masyarakat Secara Umum.
Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat dapat diakses melalui
alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id. Aplikasi ini dikembangkan dengan
menggabungkan aplikasi -aplikasi yang saat ini sudah digunakakan antara lain :
6. Program Gizi menggunakan aplikasi sigizi terpadu untuk program gizi dengan alamat
www.sigiziterpadu,kemkes.go.id
7. Program Kesehatan Keluarga menggunakan aplikasi komunikasi data program
kesehatan masyarakat dengan alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id
8. Program Kesehatan Lingkungan menggunakan aplikasi program kesehatan lingkungan
dengan alamat www.kesling.kesmas.kemkes.go.id
9. Program Kesehatan Kerja dan Olahraga menggunakan aplikasi program kesehatan kerja
dan olahraga dengan alamat www.sitko-kesjaor.id
10. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menggunakan aplikasi
program kesehatan masyarakat dengan alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 130
Gambar 1. Model Integrasi Pelaporan melalui Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan
Masyarakat
Dari Gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk Program Gizi Masyarakat,
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga menggunakan aplikasi yang ada di unit
masing-masing sedangkan user (petugas) Pusat, Provinsi melakukan verifikasi atas data yang
sudah di masukan dalam aplikasi tersebut. Sedangkan untuk Program Kesehatan Keluarga,
Promsi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat user (petugas) Pusat dan Provinsi
melakukan verifikasi dari data yang sudah dimasukan oleh Kabupaten/kota sedangkan user
(petugas) kabupaten/kota melakukan entry (input) data dalam Aplikasi Komdat Kesmas.

E. Pencatatan
Pencatatan menggunakan aplikasi komunikasi data program kesehatan masyarakat
yang dilakukan setiap bulan pada tanggal 1 sampai dengan 10 bulan berikutnya (Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota) sedangkan untuk melakukan veirifikasi atau persetujuan data
pada tanggal 10 s/d 15 bulan berikutnya (Dinas kesehatan Provinsi dan pengelola Program
tingkat Pusat).

Petunjuk Penggunaan Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat.


4. User (Pengguna) Kabupaten/Kota

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 131
Gambar 2. Tampilan halaman login
Buka www.komdatkesmas.kemkes.go.id dengan menggunakan browser mozilla firefox,
googlechrome atau browser lainnya setelah itu akan tampil halaman seperti pada gambar
diatas, sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya, user harus login terlebih dahulu
sesuai username dan password yang telah diberikan sebelumnya.

Gambar 3. Tampilan indikator kinerja


Setelah berhasil login (masuk) pengguna Kabupaten/Kota dapat memilih 3 menu utama 1.
Indikator Kinerja 2. Inputan 3. Pilih Unit Kerja, 4. Data sasaran 5. Masukan jumlah data
indikator, 6. Save

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 132
Gambar 4. Tampilan menu input data indikator kinerja
Setelah memilih indikator buka tab form inputan indikator dan pilih unit kerja sesuai
program masing-masing untuk data sasaran akan ditarik dari data sasaran dari pusat,
pengguna kabupaten.kota memasukan jumlah data indikator kegiatan setelah dimasukan
klik tombol save.

Gambar 5. Tabel hasil input data indikator kinerja


Pada menu ini pengguna dapat melihat hasil yang sudah dimasukan dengan memilih Unit
Kerja, pilih bulan, tahun dan klik cari maka akan muncul data yang sudah dimasukan.

Gambar 6. Menu menu yang dapat dilihat oleh pengguna Kabupaten/Kota

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 133
Pada menu ini pengguna kabupaten/kota dapat melihat dashboard, monitoring IKK dan IKP
serta laporan rekap dengan membandingkan capaian dengan kabupaten/kota lain.

Gambar 7. Dashboard yang dapat dilihat oleh pengguna Kabupaten/Kota

Gambar 8. Monitoring yang dapat dilihat oleh pengguna Kabupaten/Kota

5. User (Pengguna) Provinsi

Gambar 9. Tampilan halaman login


Buka www.komdatkesmas.kemkes.go.id dengan menggunakan browser mozilla firefox,
googlechrome atau browser lainnya setelah itu akan tampil halaman seperti pada gambar

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 134
diatas, sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya, user harus login terlebih dahulu
sesuai username dan password yang telah diberikan sebelumnya.

Gambar 10. Tampilan halaman untuk synchronize dan verify


Pada menu ini pengguna dapat melakukan syncronize untuk indikator kesehatan
lingkungan, gizi Masyarakat, kesehatan kerja dan olahraga sedangkan untuk kesehata
keluarga, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat pengguna melakukan
verifikasi atas data yang dimasukan oleh kabupaten/kota.

Gambar 11. Rekapitulasi dari data yang sudah dimasukan


Pada menu ini pengguna dapat melihat data yang sudah dilakukan synchronize dan
verifikasi oleh pengguna provinsi.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 135
Gambar 12.
Upload

dokumen untuk data dukung


Pada menu ini pengguna dapat melakukan upload dokumen sebagai data dukung dari
indikator jika diperlukan.

Gambar 13. Menu menu yang dapat dilihat oleh pengguna Provinsi
Pada menu ini pengguna kabupaten/kota dapat melihat dashboard, monitoring IKK dan IKP
serta laporan rekap dengan membandingkan capaian dengan kabupaten/kota lain.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 136
Gambar 14. Dashboard yang dapat dilihat oleh pengguna Provinsi

Gambar 15. Monitoring yang dapat dilihat oleh pengguna Provinsi

6. User (Pengguna) Direktorat

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 137
Gambar 16. Tampilan halaman login
Buka www.komdatkesmas.kemkes.go.id dengan menggunakan browser mozilla firefox,
google chrome atau browser lainnya setelah itu akan tampil halaman seperti pada gambar
diatas, sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya, user harus login terlebih dahulu
sesuai username dan password yang telah diberikan sebelumnya.

Gambar 17. Tampilan halaman untuk persetujuan


Pada menu ini pengguna Direktorat dapat melakukan verifikasi dan syncronisze dari data
yang sudah ada untuk masing-masing indikator.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 138
Gambar 18. Tampilan halaman untuk melihat hasil persetujuan
Pada halaman ini Direktorat dpat melihat hasil data yang sudah disetujui oleh Direktorat.

Gambar 19. Tampilan halaman untuk upload dokumen


Pada halaman ini Direktorat dapat melakukan upload dari dokumen jika diperlukan sebagai
data dukung indikator.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 139
4. Pengguna (User) Administrator

Gambar 20. Tampilan halaman login


Buka www.komdatkesmas.kemkes.go.id dengan menggunakan browser mozilla firefox,
google chrome atau browser lainnya setelah itu akan tampil halaman seperti pada gambar
diatas, sebelum melanjutkan ke halaman selanjutnya, user harus login terlebih dahulu
sesuai username dan password yang telah diberikan sebelumnya.
Gambar 21. Halaman untuk memasukan atau memperbaharui nama sasaran

Pada halaman ini pengguna (administrator) dapat melakukan perubahan nama sasaran
sesuai dengan kebutuhan masing-masing program.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 140
Gambar 22. Halaman untuk memasukan atau memperbaharui data sasaran
Pada halaman ini pengguna (administrator) dapat melakukan perubahan data sasaran
sesuai dengan yang ditetapkan oleh masing-masing program pusat.

Gambar 23. Halaman untuk memasukan atau memperbaharui data unit kerja
Pada halaman ini pengguna (administrator) dapat melakukan perubahan unit kerja jika ada
perubahan unit kerja.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 141
Gambar 24. Halaman untuk memasukan atau memperbaharui data indikator
Pada halaman ini pengguna (administrator) dapat melakukan perubahan data indikator jika
ada perubahan.

Gambar 25. Halaman untuk memasukan atau memperbaharui indikator kegiatan


Pada halaman ini pengguna (administrator) dapat melakukan perubahan indikator kegiatan
jika ada perubahan.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 142
Gambar 26 Halaman untuk melihat hasil data
Pada halaman ini pengguna (administrator) dapat melihat hasil data yang sudah dimasukan
oleh pengguna provinsi.

Gambar 27. Halaman untuk melihat menu-menu yang ada dalam aplikasi komunikasi data
Pada halaman ini pengguna (administrator) dapat melihat menu-menu yang ada dalam
aplikasi komunikasi data.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 143
Gambar 28. Halaman untuk melihat Dasboard dalam aplikasi komunikasi data
Pada halaman ini pengguna dapat melihat dashboard yang ada dalam aplikasi komunikasi
data program kesehatan masyarakat.

Gambar 29. Halaman untuk melihat halaman monitoring dalam aplikasi komunikasi data
Pada halaman ini pengguna dapat melihat monitoring yang ada dalam aplikasi komunikasi
data program kesehatan masyarakat sesuai dengan periode waktu tertentu.

F. Pelaporan
Hasil pencatatan dalam aplikasi komunikasi data program kesehatan masyarakat secara
berjenjang sebagai berikut :
4. Dinas Kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil pencatatan capaian bulanan per
triwulan maksimal tanggal 10, kepada dinas kesehatan provinsi.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 144
5. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan rekapan hasil pencatatan capaian bulanan setiap
kabupaten/kota per triwulan maksimal tanggal 15, kepada Sekretariat Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan ditembuskan ke pengelola program di tingkat
pusat.
6. Laporan hasil capaian triwulan yang ditanda tangani minimal oleh Kepala Bidang Kesmas
diupload melalui aplikasi komunikasi data program kesehatan masyarakat.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 145
BAB V VI
PENUTUP

Pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat harus dilakukan dengan baik,
benar dan rutin sesuai dengan ketentuan. Pencatatan dan pelaporan merupakan bukti
pelaksanaan program kesehatan masyarakat yang merupakan tanggung jawab tidak hanya
puskesmas dan dinas kesehatan tetapi juga Kementerian Kesehatan.

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat telah membuat aplikasi Komunikasi Data


Kesehatan Masyarakat dengan harapan kebutuhan data dan informasi program kesehatan
masyarakat bisa didapatkan satu pintu dan digunakan bersama untuk meningkatkan integrasi
antar kegiatan.

Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 146
Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 147

Anda mungkin juga menyukai