Anda di halaman 1dari 3

Hak dan Kewajiban Konsumen (Penerima Pelayanan Kesehatan)

Dalam berbagai kesempatan diskusi dengan kelompok konsumen, pertanyaan yang sering muncul
adalah apa saja hak-hak konsumen dalam pelayanan kesehatan, bagaimana sebaiknya pelayanan yang
berkualitas?

Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa istilah konsumen dalam pelayanan kesehatan mencakup
pengertian mereka yang menerima pelayanan jasa maupun obat-obatan dari petugas kesehatan
(paramedis, bidan, dokter), yang secara khusus disebut klien, pasien. Sedangkan yang dimaksud
pelayanan yang berkualitas biasanya mengacu pada pengertian Quality of Care atau standar pelayanan
yang berkualitas, yakni pelayanan yang menghormati hak-hak konsumen.

Setiap konsumen memiliki hak yang dilindungi undang-undang. Sebagai pasien, konsumen berhak:

1. Mendapatkan informasi yang dapat dipahaminya mengenai penyakit yang diderita, cara
pengobatan, prosedur perawatan, efek samping pengobatan, kelebihan maupun kekurangan
pengobatan, biaya, pendapat dari petugas kesehatan lainnya, hal-hal dirahasiakan, catatan medis
petugas kesehatan, dan izin persetujuan pasien bila ingin akan dioperasi.

2. Memperoleh rasa aman dari semua proses pelayanan, dan jaminan keamanan/keselamatannya.

3. Mendapatkan ganti rugi apabila terjadi malpraktek yang dilakukan petugas kesehatan. Contoh
aktual adalah bayi yang dilahirkan cacat (tanpa tangan) di RSUD Bayu Asih Purwakarta (Kompas, 26 Juni
1997). Orang tua bayi itu menuduh pihak RS, dalam hal ini bidan, karena kecerobohan dalam
pelayanannya, telah menyebabkan anak mereka cacat seumur hidup. Kasus ini kemudian dibawa ke
pengadilan dengan tuntutan 1 milyar rupiah, meskipun akhirnya ditempuh jalan damai dengan ganti rugi
25 juta rupiah.

4. Memilih tempat pelayanan yang diinginkannya, membatalkan persetujuan sewaktu-waktu, dan


jika dianggap perlu, ia menolak suatu metode pengobatan atau tindakan medis tertentu.

Sebagai pasien, konsumen memiliki kewajiban, yaitu:

1. Mengetahui sejarah atau riwayat pengobatannya;

2. Menepati janji dengan petugas kesehatan;

3. Bersedia bekerja sama dan mematuhi perawatan yang diberikan;

4. Memberitahu petugas kesehatan jika ia menerima perawatan dari dokter yang lain;

5. Jika menggunakan jasa asuransi, ia berkewajiban mengetahui apa yang dapat atau tidak dapat
diatasi oleh perusahaan asuransi.
Kebanyakan konsumen juga petugas kesehatan tidak mengetahui hak-hak dan kewajiban konsumen.
Hanya sebagian kecil konsumen menyadari hak-haknya, tetapi tidak merasa percaya diri untuk
mengemukakannya di tempat pemeriksaan. Sebaliknya, petugas kesehatan yang mengerti hak-hak
konsumen tidak mau peduli. Banyak alasan yang seringkali dikemukakan, misalnya keterbatasan petugas
dan fasilitas tidak memadai, yang tidak seimbang dengan banyaknya pasien yang berkunjung setiap hari
kerja. Bahkan petugas kesehatan menyadari bahwa masyarakat tidak mengerti cara hidup sehat, tidak
disiplin, dan seterusnya. Padahal masyarakat tidak pernah belajar di sekolah kesehatan.

Dari persoalan ini sebenarnya tuntutan akan pelayanan kesehatan yang memuaskan (berkualitas)
semakin kompleks. Namun harus diyakini bahwa ukuran kepuasan tidak bisa bertolak dari kepentingan
individu saja karena kepuasan individual tidak ada batasnya. Ukuran standar yang bisa dijadikan
pedoman adalah kebutuhan orang banyak yang selama ini sudah dibakukan, misalnya oleh IPPF
(International Planned Parenthood Federation), organisasi KB dunia, yang merumuskan 10 hak-hak klien
KB antara lain: hak atas informasi, menentukan pilihan, mendapatkan pelayanan kapan dan di mana saja
(akses), hak atas keamanan, kenyamanan, kerahasiaan, hak mengajukan protes (berpendapat), dan
kemudian ditambahkan oleh YLKI dan PKBI; hak ganti rugi. Oleh sebab itu, proses pencapaian pelayanan
yang memuaskan tidak bisa tidak melibatkan orang banyak. Konsumen dan pengelola pelayanan
kesehatan bisa bersama-sama merumuskan standar pelayanan yang berkualitas (quality of care), di
tingkat desa sekalipun.

HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA BPJS

A. Apa Hak Peserta ?


1. Menentukan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) yang diinginkan pada saat
mendaftar.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Mendapatkan kartu identitas peserta sebagai identitas peserta JKN-KIS untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.
4. Mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
5. Menyampaikan pengaduan, kritik dan saran baik secara lisan maupun tertulis kepada BPJS
Kesehatan.

B. Apa Kewajiban Peserta ?


1. Mendaftarkan diri dan anggota keluarganya sebagai peserta JKN-KIS kepada BPJS
Kesehatan.
2. Membayar iuran secara rutin setiap bulan sebelum tanggal 10 (sepuluh).
3. Memberikan data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar.
4. Melaporkan perubahan data dirinya dan anggota keluarganya, antara lain perubahan
golongan, pangkat atau besaran gaji, pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran, pindah
alamat/ domisili dan pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama serta perubahan alamat email
dan nomor handphone
5. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak
berhak.
6. Mentaati prosedur dan ketentuan untuk memperoleh manfaat pelayanan kesehatan yang
telah ditetapkan.

C. Apa Kewajiban Pemberi Kerja ?


1. Mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta JKN-KIS kepada BPJS Kesehatan.
2. Menghitung dan memungut iuran yang menjadi kewajiban pekerjanya melalui pemotongan
gaji/ upah pekerja.
3. Membayar dan menyetorkan iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS Kesehatan
secara rutin setiap bulan sebelum tanggal 10 (sepuluh).
4. Bertanggung jawab atas Pekerja yang membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan, dalam hal Pemberi kerja belum mendaftarkan
dan membayar Iuran bagi Pekerjanya kepada BPJS Kesehatan.
5. Memberikan data mengenai diri, pekerja dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar
kepada BPJS Kesehatan meliputi:
a. Data pekerja berikut anggota keluarganya yang didaftarkan sesuai dengan data pekerja yang
dipekerjakan dengan mencantumkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) KTP Elektronik;
b. Data upah yaitu gaji pokok dan tunjangan Tetap yang dilaporkan sesuai dengan upah yang
diterima pekerja.
6. Melaporkan perubahan data badan usaha atau badan hukum, meliputi: alamat perusahaan,
kepengurusan perusahaan, jenis badan usaha, jumlah pekerja, data pekerja dan keluarganya
serta perubahan besarnya upah setiap pekerja, selambatnya 7 (tujuh) hari setelah terjadi
perubahan.

Anda mungkin juga menyukai