Anda di halaman 1dari 29

MINI RISET

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 PENDIDIKAN IPA -
FMIPA

“MINI RISET FILSAFAT PENDIDIKAN”


Skor Nilai:

Disusun Oleh:

1. Qory Agnes Pandiangan (Nim. 4213151007)

2. Chikita Sembiring (Nim. 4213351011)

3. Ifanta Tarigan (Nim. 4213151025)

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : May Sari Lubis, S.Pd., M,Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021


NOVEMBER 2021
EXECUTIVE SUMMMARY
Pengertian Pendidikan Filsafat pendidikan adalah aktivitas berpikir yang mengatur,
menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Filsafat pendidikan juga diartikan
sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan, merumuskan kaidah-kaidah,
norma-norma dan/atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh
manusia dalam hidup dan kehidupannya. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas
dengan memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum.
Belajar filsafat pada umumnya menjadikan manusia lebih bijaksana. Bijaksana artinya
memahami pemikiran yang ada dari sisi mana pemikiran itu disimpulkan. Memahami dan
menerima sesuatu yang ada dari sisi mana keadaan itu ada. Plato merasakan bahwa
berpikir dan memikir sesuatu itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat
diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga. Oleh karena itu dengan
banyaknya sumber informasi tentang filsafat dapat memudahkan kita untuk memperoleh
ilmu yang akan membawa kita menjadi bijaksana.
Tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya
(memanusiakan manusia). Kriteria manusia yang menjadi tujuan pendidikan menurut
orang-orang Yunani dengan menentukan tiga syarat untuk disebut manusia, yaitu memiliki
kemampuan dalam mengendalikan diri, cinta tanah air dan berpengetahuan. Kedua,
tentang hakikat pendidikan adalah “menolong”. Mengapa menolong, bukan untuk
mencetak atau mewujudkan. Karena pendidikan hakikatnya adalah menolong manusia
menjadi manusia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas “Mini Riset”. Tugas ini ditulis
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Filsafat Pendidikan”.
Tugas mini riset ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua khususnya dalam hal Kepemimpinan. penulis menyadari bahwa
tugas mini riset ini jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, penulis mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan
pemahaman penulis masih terbatas.
Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun guna menyempurnakan tugas ini. penulis berharap semoga mini riset ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis khususnya. Atas perhatiannya sekalian
penulis ucapkan terimakasih

Medan, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................
B. Identifikasi Masalah................................................................................................
C. Batasan Masalah....................................................................................................
D. Rumusan Masalah..................................................................................................
E. Tujuan Survey.........................................................................................................
F. Manfaat Survey Manfaat Survey............................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Berlandaskan Pancasila ....................................
1. Definisi Filsafat Pendidikan Pancasila ...................................................................
2. Pandangan Filsafat Pendidikan tentang Pendidikan .............................................
3. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia .................................................
4. Hakikat Filsafat .......................................................................................................
B. Konsep dan Nilai-Nilai Filsafat Pendidikan
1. Nilai-nilai Pendidikan berdasarkan Pancasila ........................................................
2. Pendidikan Karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila ..........................................
3. Tujuan Pembangunan Karakter Bangsa ...............................................................
BAB III. METODE SURVEY
A. Tempat dan Waktu Survey ...................................................................................
B. Subject Survey ......................................................................................................
C. Teknik Pengambilan Data ....................................................................................
D. Instrumen Survey ..................................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Hasil Survey .........................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(Undang-undang Nomor 20 tahun 2003)

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas, jelaslah bahwa pendidikan
mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi harus diselenggarakan secara
sistematis untuk mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan
karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan
berakhlak serta berinteraksi dengan masyarakat.

Lembaga pendidikan sebagai tempat pembentukan karakter peserta didik dituntut untuk
meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaannya. Tuntutan tersebut didasarkan pada
perilaku siswa contohnya, meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan
anak-anak dan remaja, kebiasaan menyontek, tawuran dan sebagainya.

Oleh karena itu lembaga pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta
didik disamping keluarga dan masyarakat.

Untuk mencegah semakin parahnya krisis akhlak pada generasi muda, pendidikan
karakter perlu diberikan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran, tidak
dibebankan pada mata pelajaran tertentu seperti selama ini terjadi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka permasalahan


yang dihadapi. Dalam hal ini, yang menjadi identifikasi masalahnya adalah rendahnya
karakter siswa.

C. Batasan Masalah
Pembatasan Masalah Untuk mempermudah dalam memahami ruang lingkup
permasalahan
dalam penelitian ini maka penulis membatasi masalah berdasarkan identifikasi masalah
diatas maka permasalahan ini dibatasi untuk beberapa video tentang sikap dan karakter
siswa disekolah.

D. RUMUSAN MASALAH

1. Aliran filsafat yang mendasari dan berhubungan dengan pendidikan karakter?


2. Bagaimana pandangan filsafat pancasila dalam pendidikan berkarakter?
3. Peran Filsafat dalam Membangun Manusia Berkarakter?
4. Bagaimana peran guru dalam Pendidikan Karakter di Sekolah?

E. Tujuan survey

1. Untuk Mengetahui Aliran filsafat yang mendasari dan berhubungan dengan


pendidikan karakter.
2. Untuk Mengetahui pandangan filsafat pancasila dalam pendidikan berkarakter?
3. Untuk Mengetahui Peran Filsafat dalam Membangun Manusia Berkarakter?
4. Untuk Mengetahui peran guru dalam Pendidikan Karakter di Sekolah?

F. Manfaat
1. Agar mahasiswa memahami definisi dari filsafat pendidikan.
2. Agar mahasiswa memahami pendidikan karakter.
3. Agar mahasiswa mengetahui dasar dan hubungan filsafat dengan pendidikan
karakter.
4. Agar mahasiswa bisa berpikiran berfilsafat dalam pendidikan berkarakter.
5. Agar mahasiswa mengetahui peran filsafat dalam membangun manusia
berkarakter.
6. Agar mahasiswa memahami peran guru dalam pendidikan berkarakter disekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Berlandaskan Pancasila

1. Definisi Filsafat Pendidikan Pancasila

Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bernegara. Pada prinsipnya, Pancasila sebagai filsafat ialah perluasan
keunggulan dari awal sebagai dasar dan ideologi yang telah merambah ke dalam Produk
filsafat (filsafah).

Pancasila sebagai suatu produk filsafat berarti digunakan sebagai suatu pandangan hidup
dalam prakteknya. Hal ini berarti filsafat Pancasila memiliki fungsi dan peran sebagai
pedoman dan pegangan sikap, tingkah laku dan juga perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat juga berarti bahwa Pancasila memuat pandangan, nilai dan
pemikiran yang dapat menjadi isi dan subtansi dari pembentukan ideologi Pancasila.
Alasan untuk pernyataan ini adalah bahwa Pancasila memang memiliki sistem nilai yang
berasal dari penggalian dan pengejawantahan dari nilai kebudaya Indonesia yang
mendasar sepanjang sejarah, yang berasal dari unsur budaya eksternal yang sesuai untuk
menyatu dengan budaya bangsa Indonesia.

2. Pandangan Filsafat Pendidikan tentang Pendidikan

Filsafat mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis sehingga


menjadikan manusia berkembang, maka hal semacam ini telah dituangkan dalam sistem
pendidikan, agar dapat terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran
ini dituangkan dalam bentuk kurikulum. Dengan kurikulum itu sistem pengajarannya dapat
terarah, lebih dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan
diberikan peserta didik.

Untuk merealisasikan pandangan filsafat tentang pendidikan terdapat beberapa unsur


yang akan menjadi tonggak untuk pengembangan pendidikan lebih lanjut, yaitu antara
lain:
Dasar dan Tujuan Pendidikan

Dasar pendidikan yaitu suatu aktifitas untuk mengembangkan dalam bidang pendidikan
dan pengembangan kepribadian, tentunya pendidikan memerlukan landasan kerja untuk
memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga dapat berfungsi
sebagai semua sumber peraturan yang akan dicitakan sebagai pegangan hidup dan
pegangan langkah pelaksanaan dan langkah jalur yang menentukan. Tujuan pendidikan
dapat diuraikan menjadi 4 macam, yaitu sebagai berikut:

Tujuan Pendidikan Nasional

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang


bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas No.
20 Tahun 2003).

Tujuan Institusional

Adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuan yang harus dimiliki
oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.

Tujuan Kurikuler

Adalah perumusan pola perilaku dan pola kemampuan serta keterampilan yang harus
dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.

Tujuan Instruksional

Adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh peserta didik
sesudah ia menyelesaikan kegiatan instruksional yang bersangkutan.

Pendidik dan Peserta didik

Pendidik merupakan individu yang manpu melaksanakan tindakan mendidik dalam satu
situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan peserta didik adalah
anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik ditinjau dari segi fisik maupun segi
perkembangan mental. Setiap anak memiliki pembawaan yang berlainan. Karena itu
pendidik wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan masing-masing anak
didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan keadaan pembawaan
masing-masing.

Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Hubungan kurikulum dengan pandangan filsafat adalah dalam bentuk kurikulum yang
dilaksanakan. Adapun salah satu tugas pokok dari filsafat adalah memberikan arah dari
tujuan pendidikan. Suatu tujuan pendidikan yang hendak dicapai itu haruslah
direncanakan (diprogramkan) dalam apa yang disebut kurikulum.

Sistem Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan
memilih isi (materi), Srategi kegiatan dan tekdik penilaian yang sesuai. Sistem pendidikan
merupakan suatu alat, pendidikan merupakan suatu aplikasi dari kebudayaan, yang
posisinya itu tidak netral melainkan selalu bergantung pada siapa dan bertujuan apa
pendidikan itu dilaksanakan.

3. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia

Penyelenggaraan pendidikan dasar di Indonesia yang telah dimulai semenjak masa


penjajahan, dilanjutkan lagi oleh rezim Orde Lama. Namun pelaksanaannya belum
menjadi prioritas utama dalam program pembangunan pada masa itu, yang lebih
mementingkan pembangunan politik bangsa dan negara. Begitu juga pada masa
pemerintahan Orde Baru, meskipun pemerintah mengakui akan pentingnya arti pendidikan
dasar dengan mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun pada tahun 1994,
akan tetapi kebijakan-kebijakan yang diambil tidak menunjukkan kesadaran pentingnya
pendidikan. Pemerintah cenderung menganggap pendidikan sebagai komoditas yang
prioritasnya lebih rendah dari pembangunan jalan atau bendungan air, bukan sebagai
investasi utama bangsa. Pada era reformasi pendidikan kembali menjadi pusat perhatian
masyarakat karena semakin rendahnya kualitas pendidikan Indonesia yang berakibat
pada ikut rendahnya kualitas SDM bangsa Indonesia jika dibandingkan dengan negara-
negara lain, baik di Asia Tenggara maupun di dunia. Hal ini dilakukan dengan
meangamandemen sebagian besar pasal yang mengatur tentang pendidikan di dalam
UUD 1945. Pasal 31 UUD 1945 paska amandemen merupakan cermin dari seriusnya
pemerintah dalam menyikapi pendidikan nasional. Dalam ketentuan pasal 31, ditentukan
bahwa pendidikan dasar merupakan suatu kewajiban bagi seluruh elemen bangsa, baik
pemerintah maupun warganegara. Di satu sisi setiap warganegara usia pendidikan dasar
(7-15 tahun) wajib mengikutinya, dan di sisi lain pemerintah wajib membiayainya (wajib
Belajar). Mengenai anggaran pun porsi untuk sector pendidikan ditingkatkan menjadi 20 %
dari APBN dan APBD. Selain itu dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28C
menyebutkan secara jelas bahwa setiap orang diberikan kebebasan untuk mendapat
pendidikan serta memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan. Hal ini selanjutnya
dijabarkan lagi oleh peraturan-peraturan lain di bawah UUD 1945 sebagai peraturan
pelaksananya. Peraturan-peraturan tersebut antara lain, UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, UU 24/2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta peraturan
pelaksana lainnya, selain itu masih terdapat peraturan-peraturan lain yang telah ada
sebelum amandemen UUD 1945, yaitu UU 23/1999 tentang Hak Asasi Manusia, serta PP
28/1990 tentang Pendidikan Dasar. Hingga saat ini pelaksanaan pendidikan dasar di
Indonesia belum sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam UUD 1945. Tidak
semua warganegara Indonesia dapat menikmati pendidikan dasar yang menjadi haknya,
termasuk juga mereka yang putus sekolah. Alasan mereka pun sebagian besar mengenai
tidak terjangkaunya biaya pendidikan dasar yang semakin tinggi. Selain itu banyak juga
masyarakat yang mengganggap bahwa pelaksanaan pendidikan dasar belum menjadi
suatu keharusan, namun lebih menjadi kewajiban pemerintah untuk
menyelenggarakannya. Kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar
pun hingga saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. UU 20/2003 yang mengatur
mengenai Sistem Pendidikan Nasional mangandung unsur-unsur privatisasi. Privatisasi
dalam dunia pendidikan ini dikhawatirkan akan berubah menjadi komersialisasi
pendidikan, sehingga pendidikan, termasuk pendidikan dasar akan semakin sulit untuk
dijangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Selain itu, pendidikan dasar bebas
biaya yang telah tercantum dalam pasal 31 ayat (2) juga belum terlaksana, karena
pembiayaan pendidikan dasar saat ini masih banyak ditanggung oleh orang tua siswa. Hal
ini juga tidak terlepas dari kecilnya anggaran untuk pendidikan (di luar gaji pendidik dan
biaya pendidikan kedinasan) dari APBN maupun APBD yang hingga saat ini masih
dibawah 20%, hal ini jelas tidak sesuai dengan amanat pasal 31 ayat 4 WD 1945 dan
pasal 49 UU No. 20/2003. Hal ini membuat dunia pendidikan Indonesia semakin terpuruk,
yang mengakibatkan sulitnya menghasilkan SDM-SDM yang berkualitas dan berkompeten
yang mampu bersaing di dunia internasional. Karena jika dibandingkan dengan negara-
negara tetangga kita seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, system
pendidikan dan kualitas SDM kita jauh ketinggalan. Namun otonomi daerah memberikan
peluang bagi desentralisasi penyelenggaraan pendidikan, meskipun desentralisasi
pendidikan bukanlah merupakan suatu yang mudah dilaksanakan namun demikian sejalan
dengan arus demokratisasi di dalam kehidupan manusia, maka desentralisasi pendidikan
akan memberikan efek terhadap kurikulum, efisiensi administrasi, pandapatan dan biaya
pendidikan, pemerataan. Desentralisasi pendidikan ini dilaksanakan oleh lembaga-
lembaga pendidikan yang ada di daerah, yaitu Dinas Pendidikan Nasional Provinsi untuk
tingkat Provinsi dan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten/Kota untuk tingkat
Kabupaten/Kota. Dalam masalah pendanaan, penyelenggaraan pendidikan dalam rangka
pendidikan bersumber pada APBN dan APBD masing¬-masing daerah. Selain itu sebagai
bagian dari Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-
BBM), pemerintah pusat membuat program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
dananya bersumber dari APBN ini, dimaksudkan untuk membantu kegiatan opersional
sekolah dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 tahun. BOS dihitung berdasarkan
jumlah siswa, sehingga sekolah yang jumlah siswanya lebih banyak akan menerima BOS
yang lebih besar. Sedangkan untuk tingkat daerah, terdapat Program Pemberian Subsidi
Biaya Minimal Pendidikan (PPSBMP) yang dananya berasal dari APBD Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Namun banyak pihak yang menilai bahwa pada dasarnya
program hanya merupakan kebijakan pemerintah yang berfungsi untuk mereduksi
kepanikan massa akibat pencabutan subsidi bahan bakar minyak.

4. Hakikat Filsafat
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi
dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi
berikut:

1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara


kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;

2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang


mengalami perubahan yang semakin pesat.

3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;

4. Pendidikan berlangsung seumur hidup; Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan


prinsip-prinsip ilmu.

Selain itu hakekat pendidikan juga mengarah pada asas-asas seperti:

1. Asas/pendekatan manusiawi/humanistik serta meliputi keseluruhan aspek/potensi anak


didik serta utuh dan bulat (aspek fisik-nonfisik: emosi intelektual; kognitif-afektif
psikomotor), sedangkan pendekatan humanistik adalah pendekatan dimana anak didik
dihargai sebagai insan manusia yang potensial (mempunyai kemampuan kelebihan
kekurangannya), dengan penuh kasih sayang-hangat-kekeluargaanterbuka-objektif dan
penuh kejujuran serta dalam suasana kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun
juga.

2. Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan


kebebasan yang leluasa, terbuka, melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam,
baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.

3. Asas kodrat alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu
dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi
keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.

B. KONSEP DAN NILAI-NILAI FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Nilai-nilai Pendidikan berdasarkan Pancasila


Pelaksanaan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pendidikan Berkarakter Sebagai warga dalam
pendidikan, baik guru, keluarga maupun masyarakat harus memahami nilai-nilai Pancasila
sehingga mampu menerapkan dalam praktek belajar kepada anak didiknya. Jika dilihat
dari ulasan tadi, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pemahaman Pancasila
saja warga pendidikan telah susah, terlebih lagi dalam pelaksanaannya, tentu para
pendidik tidak mengetahui apa yang akan diberikan kepada anak didiknya. Di bawah ini
beberapa point yang harus dilakukan oleh pendidik dalam melaksanakan nilai-nilai
Pancasila.

a. Harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut.

b. Menjadikan Pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan setelah Al-


Qur’an dan sunnah.

c. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik


dengan baik.

2. Pendidikan Karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila

Nilai-nilai yang dapat diambil dari Pancasila untuk menguatkan pendidikan karakter
adalah:

1. Pada sila ke-1 ada nilai toleransi beragama dalam pendidikan karakter peserta didik
2. Pada sila ke-2 yaitu nilai memahami dan menghargai sesama manusia sehingga
membentuk karakter yang beradab
3. Pada sila ke-3 dapat memahami nilai persatuan dan cinta tanah air sehingga
pendidikan selalu mengutamakan keragaman budaya di Indonesia
4. Pada sila ke-4 menjadi nilai penting untuk memahami kehidupan demokrasi yang
sesuai dengan hati nurani, serta adanya keharusan taat pada hukum sehingga
menjadi pribadi yang disiplin
5. Pada sila ke-5 mengandung nilai memperjuangkan kepentingan bersama dalam
kehidupan bersosialisasi, sehingga keadilan sosial selalu ada dalam kehidupan
sehari-hari

3. Tujuan Pembangunan Karakter Bangsa


Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter
warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berKetuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter bangsa adalah kualitas
perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran,
pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir,
olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan
untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan
ideologi, konstitusi, Haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan
nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis,
berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkanPancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
BAB III
METODE SURVEY
A. Tempat dan Waktu Survey
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 november 2021.
B. Subject Survey
Yang menjadi subject penelitian ini adalah beberapa siswa yang terdapat dalam video
yang kami teliti.
C. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengmbilan data yang kami gunakan adalah dokumentasi.
D. Instrumen Survey
1. Alat yang kami gunakan: laptop
2. Panitia pelaksana: 3 orang panitia penilai
3. pelaksanaan tes:
a. Menonton video tentang permasalahan karakter anak di sekolah
b. Membuat analisis dari video yang kami tonton.
c. Membuat pembahasan tentang video tersebut
d. Merangkum dan mengolah data yang sudah didapat kemudian diserahkan kepada
dosen yang bersangkutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Hasil Survey
Dari video pertama dikisahkan oleh beberapa anak SMP. Dalam video tersebut siswa-
siswi SMP tersebut sedang ujian. Lalu, ada seorang anak laki-laki yang lupa membawa
pencilnya, saat dia ingin meminjam ke teman sekelasnya dia mengingat bahawa dia
pernah jahil pada mereka, dia sering mengganggu mereka dan merusak buku mereka,
sehingga dia tidak berani meminjam pencil mereka.
Kemudia ada seorang siswi memberikan dia pencil, dia pun berpikir kenapa dia masih
mau memberi pencil padahal dia sudah menggangu dia. Setelah selesai ujian dia pun
meminta maaf pada teman sekelasnya dan mereka pun berteman baik.
Kita pasti akan memerlukan orang lain dalam melakukan aktivitas keseharian kita, jadi kita
harus berbuat baik sama semua orang, supaya di kala kita memerlukan sesuatu kita tidak
canggung untuk melakukannya.
Dari video kedua kita ketahui bahwa ada seorang siswa SMA yang diganggu teman-
temannya, dia dikurung dikamar mandi dan dia juga sering di ejek-ejek oleh teman
sekelasnya. Tidak hanya pada siswi terssebut mereka juga mengganggu guru mereka
saat sedang mengajar di depan, mereka melempar kertas kepeda guru tersebut.
B. Pembahasan
1. Aliran filsafat yang mendasari dan berhubungan dengan pendidikan karakter
A. Progresivisme
Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus selalu maju (progress) bertindak
konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri
selalu menginginkan perubahan-perubahan. Menurut Imam Barnadib, Progresivisme
menghendaki pendidikan yang progresif (maju), semua itu dilakukan oleh pendidikan
agar manusia dapat mengalami kemajuan (Progress), sehingga orang akan bertindak
dengan intelegensinya sesuai dengan tuntutan dan lingkungan.
Aliran Progresivisme didirikan pada tahun 1918, muncul dan berkembang pada
permulaan abad XX di Amerika Serikat. Aliran Progresivisme lahir sebagai pembaharu
dalam dunia filsafat pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijakan-kebijakan
konvensional yang diwarisi dari abad XIX. Pencetus aliran filsafat Progresivisme yang
populer adalah Jhon Dewey. Aliran filsafat Progresivisme bermuara pada aliran filsafat
pragmativisme yang diperkenalkan oleh William James dan Jhon dewey yang menitik
beratkan pada manfaat praktis.
B. Konstruktivisme
Salah satu tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor konstruktivisme adalah Jean
Piaget. Dia adalah seorang psikolog kelahiran Nauchatel Swiss pada tanggal 9
agustus 1896 di Swiss. Ayahnya, Athur Piaget, adalah seorang Profesor sastra abad
pertengahan. Tahun 1918 Jean Piaget mengambil program Doktor dalam bidang ilmu
pengetahuan alam di Universitas Neuchatel. Pada tahun 1921 Jean Piaget menjadi
guru besar dalam Psikologi dan Filsafat Ilmu. Tahun 1955 mendirikan International
Center of Genetic Epistimology, yaitu studi tentang bagaimana seorang anak
memperoleh dan memodifikasi ide-ide abstrak seperti ruang, waktu, gaya dan lainnya.
Teori ini yang sangat dikenal dengan teori perkembangan mental. Selama hidupnya
Jean Piaget telah menulis lebih dari 60 buku dan ratusan artikel. Piaget meninggal di
Janewa Swiss pada tanggal 16 September 1980. Konstruktivisme yang dikembangkan
Jean Piaget dalam bidang pendidikan dikenal dengan nama kontruktivisme kognitif
atau personal contructivisme. Jean Piaget menyakini bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Aliran konstruktivisme adalah satu aliran filsafat yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah kontruksi (bentukan). Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
kenyataan (realitas), pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif
melalui kegiatan seseorang. Seseorang dapat membentuk skema, kategori, konsep
dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Proses pembentukan
ini berjalan terus menerus dan setiap kali akan mengadakan reorganisasi karena
adanya suatu pemahaman yang baru.
C. Humanistik
Aliran humanistik muncul pada pertengahan abad 20 sebagai reaksi teori
psikodinamika dan behavioristik. Teori psikodinamika yang dipelopori oleh Sigmund
Freud yang berupaya menjelakan hakekat dan perkembangan tingkah laku
kepribadian. Model psikodinamika yang diajukan Freud disebut dengan Teori
Psikoanalisis (analytic theory).
Menurut teori ini tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi di
dalam pikiran yang sering tanpa disadari oleh individu. Freud menyakini bahwa tingkah
laku manusia lebih ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologi yang tidak
disadarinya.
Tingkah laku manusia lebih ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis, naluri
irasional (terutama naluri menyerang dan naluri sex) yang sudah ada sejak awal setiap
individu. Sedangkan behavioristik merupakan aliran dalam pemahaman tingkah laku
manusia yang dikembangkan oleh Jhon B. Watson. Perspektif behavioristik berfokus
pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingah laku manusia. Asumsi dasar
mengenai tingkah laku manusia menurut teori ini, bahwa tingkah laku manusia
sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan juga bisa
dikendalikan.
2. Pandangan filsafat pancasila dalam pendidikan berkarakter

Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter


warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter bangsa adalah kualitas
perilaku kolektif kebangsaan yang khasbaik yang tecermin dalam kesadaran,
pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir,
olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan
untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan
ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan
nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis,
berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkanPancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai
ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan
bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak
memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.
2. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan
derajat,hak, dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena;
terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan.
3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan
Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam
sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan
keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan
masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan
musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Membangun Karakter dalam filsafat pancasila adalah Suatu proses atau Usaha yang
dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan,
ahlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan
tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Ciri-Ciri Karakter Bangsa Indonesia :
a. Adanya saling menghormati & saling menghargai diantara sesame.
b. Adanya rasa kebersamaan & tolong menolong.
c. Adanya rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa.
d. Adanya rasa perduli dlm kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara.
e.   Adanya moral, ahlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama.
f. Adanya perilaku dlm sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati & saling
menguntungkan.
g. Adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai-nilai
agama, nilai-nilai hukum dan nilai-nilai budaya.
h. Sikap dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebangsaan.
Nilai-Nilai Karakter :
a. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai mahluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa.
b. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka dan
bersatu.
c. Cinta akan Tanah Air dan Bangsa.
d. Demokrasi dan Kedaulatan Rakyat.
e. Kesetiakawanan Sosial.
f. Masyarakat adil makmur.
Pelaksanaan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pendidikan Berkarakter
Sebagai warga dalam pendidikan, baik itu guru, keluarga maupun masyarakat harus
memahami nilai-nilai pancasila sehingga mampu menerapkan dalam praktek belajar
kepada anak didiknya.
Jika dilihat dari ulasan point F tadi, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
pemahaman pancasila saja warga pendidikan telah susah, terlebih lagi dalam
pelaksanaannya, tentu para pendidik tidak mengetahui apa yang akan diberikan kepada
anak didiknya. Dibawah ini beberapa point yang harus dilakukan oleh pendidik dalam
melaksanakan nilai-nilai pancasila.
a. Harus memahami nilai-nilai pancasila tersebut.
b. Menjadikan pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan setelah alquran
dan sunnah.
c. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik
dengan baik.
Dengan melaksanakan tiga point diatas, diharapkan cita-cita bangsa yang ingin
melaksanakan pendidikan berkarakter sesuai falsafah pancasila akan terwujud. Karena
bagaimanapun juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang
setiap waktu, sehingga tidak mungkin rasanya menghambat perkembangan itu, sehingga
satu-satunya jalan dalam menerapkan pendidikan berkarakter adalah dengan
melaksanakan point-point diatas.
3. Peran Filsafat dalam Membangun Manusia Berkarakter
Seperti yang kita tahu bahwa, filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi,
tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Kelompok mencoba
mengangkat unsur pembentukan manusia.
Unsur lain yang menurut kelompok dapat membantu membentuk karakter manusia
sehingga manusia dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan
kata lain, agama mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan
yang baik bagi penganutnya.
Dalam mata ‘pisau’ filsafat ketiga unsur pembentuk manusia untuk hidup secara lebih baik
bisa dilihat dan dijelaskan secara lebih dalam pokok-pokok berikut.
1. Manusia mengetahui dirinya dan dunianya
Telah dikatakan sebelumnya (pada bagian pendahuluan) bahwa pengetahuan merupakan
salah satu unsur yang penting dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk
hidup secara lebih baik dan lebih sempurna. Manusia adalah makluk yang sadar dan
mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga manusia juga mempunyai
pengetahuan akan dunia sebagai tempat dirinya bereksistensi. Dunia yang dimaksudkan
di sini adalah dunia yang mampu memberikan manusia kemudahan dan tantangan dalam
hidup. Dunia di mana manusia bereksistensi dapat memberikan kepada manusia sesuatu
yang berguna bagi pembentukan dan pengembangan dirinya.
Pengetahuan merupakan kekayaan dan kesempurnaan bagi makhluk yang memilikinya.
Manusia dapat mengetahui segala-galanya, maka ia menguasai makhluk lain yang
penguasaannya terhadap pengetahuan kurang. Dalam lingkungan manusia sendiri
seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik bila dibandingkan dengan yang tidak
tahu apa-apa. Pengetahuan menjadikan manusia berhubungan dengan dunia dan dengan
orang lain, dan itu membentuk manusia itu sendiri.
Namun, pengetahuan manusia begitu kompleks. Pengetahuan manusia menjadi kompleks
karena dilaksanakan oleh suatu makhluk yang bersifat daging dan jiwa sekaligus, maka
pengetahuan manusia merupakan sekaligus inderawi dan intelektif. Pengetahuan
dikatakan inderawi lahir atau luar bila pengetahuan itu mencapai secara langsung, melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba, kenyataan yang
mengelilingi manusia. Sementara, pengetahuan itu dikatakan inderawi batin ketika
pengetahuan itu memperlihatkan kepada manusia, dengan ingatan dan khayalan, baik
apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar
jangkauan manusia. Pengetahuan intelektif merupakan watak kodrati pengetahuan
manusia yang lebih tinggi.
Lalu, bagaimana pengetahuan yang dimiliki manusia tentang dirinya dan dunianya dapat
membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik? Manusia mengetahui dirinya berarti
mengenal dengan baik kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Sementara,
manusia mengetahui dunianya berarti manusia mengenal secara baik apa yang ada atau
terkandung dalam dunianya itu, baik potensi yang dapat memudahkan manusia itu sendiri
maupun tantangan yang diperhadapkan kepadanya. Kekurangan manusia dapat diatasi
dengan apa yang ada dalam dunianya. Tentu saja melalui suatu relasi, baik relasi dengan
orang lain maupun relasi dengan alam. Pengetahuan dan pengenalan atas diri dan
dunianya membantu manusia untuk mengarahkan dirinya kepada hidup yang lebih baik.
Salah satu cara manusia mengetahui dirinya dan lingkungannya adalah melalui
pendidikan. Dan pendidikan di sini tentu saja pendidikan yang diharuskan untuk seni yang
baik, yang khas hanya untuk manusia, dan yang membedakannya dari semua binatang.
Jadi, melalui pengetahuanlah manusia mempunyai hubungan dengan dirinya, dunia dan
orang lain. Melalui pengetahuan benda-benda dimanisfestasikan dan orang-orang dikenal,
dan bahwa tiap orang menghadiri dirnya. Melalui pengetahuan pula manusia bisa berada
lebih tinggi, dan dapat membentuk hidupnya secara lebih baik. Dengan pengetahuan
manusia dapat melalukan sesuatu atau membentuk kembali sesuatu yang rusak menjadi
baik berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pengetahuan manusia dapat
mengenal dirinya, orang lain dan dunia di sekitarnya, sehingga ia mampu menempatkan
dirinya dalam dunianya itu (dapat beradaptasi dengan dunianya).
2. Manusia dalam hidup komunitas
Secara umum komunitas dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan atau persekutuan
manusia yang bersifat permanen demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan.
Dan umumnya tujuan yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan
keprihatinan timbal balik satu dengan yang lain. Jadi, secara tidak langsung hidup
komunitas dapat dimengerti sebagai suatu kehidupan dimana terdapat individu-individu
manusia yang membentuk suatu persekutuan guna mancapai suatu tujuan bersama. Dan
tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai tertentu yang diinginkan bersama.
Misalnya, nilai kebaikan, keindahan, kerja sama dan sebagainya. Selanjutnya, dalam
mencapai tujuan bersama itu setiap individu (anggota persekutuan) saling berinteraksi
atau bekerjasama satu dengan yang lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
Akan tetapi serentak pula tak dapat disangkal bahwa melalui kehidupan komunitas
kepribadian manusia dapat dibentuk melalui proses sosialisai dan internalisasi. Artinya,
melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan kepada setiap
individu (anggota persekutuan). Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan oleh pegangan dalam
diri setiap individu.
Dalam hubungan dengan pembentukan karakter manusia untuk hidup secara lebih baik,
maka pertanyaan yang patut dikemukakan adalah apakah kehidupan komunitas dapat
membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik atau lebih bijaksana dan kritis?
Menjawab pertanyaan di atas maka dapat dikatakan bahwa kehidupan komunitas dapat
membentuk hidup manusia secara lebih baik. Dapat dikatakan demikian karena pada
dasarnya kodrat manusia adalah makhluk sosial. Itu berarti manusia selalu berada
bersama dengan sesamanya atau orang lain. Ia tidak berada sendirian, melainkan selalu
berada bersama dengan orang lain. Manusia selalu berada dengan orang lain dan
membentuk suatu persekutuan yang disebut sebagai komunitas. Mereka membentuk
hidup besama karena ada nilai yang ingin dicapai secara bersama. Nilai yang ingin dicapai
adalah membentuk hidup secara lebih baik. Nilai hidup secara lebih baik itu dicapai lewat
interaksi atau kerja sama setiap individu dalam komunitas. Selanjutnya, setelah mencapai
nilai yang diinginkan itu (membentuk hidup secara lebih baik), kemudian disosialisasikan
kepada individu (anggota komunitas) dan selanjutnya individu menjadikan nilai tersebut
menjadi pegangan dalam dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui
kehidupan komunitas dapat membentuk hidup manusia secara lebih baik, lewat nilai yang
ditemukan dalam kehidupan komunitas itu. Nilai itulah yang membentuk manusia menjadi
lebih baik, lebih bijaksana dan kritis dalam hidup.
3. Agama membantu manusia hidup lebih baik
Arti budaya telah diangkat kembali oleh reneisans dengan karakter naturalistik, yaitu
budaya dipahami sebagai pembentukan manusia dalam dunianya, yakni sebagai
pembentukan yang memperkenankan manusia hidup atas cara yang lebih bijaksana dan
lebih sempurna dalam dunia yang adalah dunianya. Dalam konteks ini, agama mendapat
tempat dan peranan penting. Agama dimengerti sebagai unsur integral dari budaya,
terutama karena mengajarkan bagaimana hidup dengan baik, hidup dengan bijaksana dan
nilai-nilai universal lainnya. Dalam agama terkandung ajaran-ajaran kebijaksanaan (dalam
arti tertentu filsafat dipahami sebagai kebijaksanaan) yang dapat mengarahkan manusia
kepada hidup yang lebih baik. Dengan demikian, hidup yang lebih baik dalam perspektif
filsafat budaya adalah pembentukan kebijaksanaan secara internal dalam diri manusia
melalui ajaran-ajaran agama.
Manusia tidak dapat dilepaskan dari agama dalam kehidupannya. Maksudnya adalah
bahwa agama menjadi sarana di mana manusia dapat memenuhi keinginannya untuk
dapat hidup dengan lebih bijaksana. Dengan kata lain agama membantu manusia untuk
dapat hidup lebih baik. Melalui agama manusia dapat menjadi bijaksana untuk mencapai
realisasi dirinya yang lengkap sehingga menjadi suatu microcosmos yang sempurna
dalam macrocosmos.
Setiap agama umumnya mengajarkan kepada para penganut atau pengikutnnya untuk
hidup sebagai orang yang saleh, baik di hadapan manusia maupun di hadapan yang ilahi.
Dengan demikian agama dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik.
Agama membentuk manusia untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana dengan
menanamkan nilai-nilai universal dalam diri manusia itu.
Kemudian daripada itu pengetahuan merupakan salah satu unsur yang penting dalam
hubungan dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik dan lebih
sempurna. Manusia adalah makluk yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya.
Selain itu juga manusia juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai tempat dirinya
bereksistensi. Dunia yang dimaksudkan di sini adalah dunia yang mampu memberikan
manusia kemudahan dan tantangan dalam hidup. Dunia di mana manusia bereksistensi
dapat memberikan kepada manusia sesuatu yang berguna bagi pembentukan dan
pengembangan dirinya. Pengetahuan merupakan kekayaan dan kesempurnaan bagi
makhluk yang memilikinya. Manusia dapat mengetahui segala-galanya, maka ia menguasai
makhluk lain yang penguasaannya terhadap pengetahuan kurang. Dalam lingkungan
manusia sendiri seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik bila dibandingkan
dengan yang tidak tahu apa-apa. Pengetahuan menjadikan manusia berhubungan dengan
dunia dan dengan orang lain, dan itu membentuk manusia itu sendiri.
Namun, pengetahuan manusia begitu kompleks. Pengetahuan manusia menjadi kompleks
karena dilaksanakan oleh suatu makhluk yang bersifat daging dan jiwa sekaligus, maka
pengetahuan manusia merupakan sekaligus inderawi dan intelektif. Pengetahuan
dikatakan inderawi lahir atau luar bila pengetahuan itu mencapai secara langsung, melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba, kenyataan yang mengelilingi
manusia. Sementara, pengetahuan itu dikatakan inderawi batin ketika pengetahuan itu
memperlihatkan kepada manusia, dengan ingatan dan khayalan, baik apa yang tidak ada
lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan manusia.
Pengetahuan intelektif merupakan watak kodrati pengetahuan manusia yang lebih tinggi.
Lalu bagaimana pengetahuan yang dimiliki manusia tentang dirinya dan dunianya dapat
membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik? Manusia mengetahui dirinya berarti
mengenal dengan baik kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Sementara,
manusia mengetahui duninya berarti menusia mengenal secara baik apa yang ada atau
terkandung dalam dunianya itu, baik potensi yang dapat memudahkan manusia itu sendiri
maupun tantangan yang diperhadapkan kepadanya. Kekurangan manusia dapat diatasi
dengan apa yang ada dalam dunianya. Tentu saja melalui suatu relasi, baik relasi dengan
orang lain maupun relasi dengan alam. Pengetahuan dan pengenalan atas diri dan
dunianya membantu manusia untuk mengarahkan dirinya kepada hidup yang lebih baik.
Salah satu cara manusia mengetahui dirinya dan lingkungannya adalah melalui pendidikan.
Dan pendidikan di sini tentu saja pendidikan yang diharuskan untuk seni yang baik, yang
khas hanya untuk manusia, dan yang membedakannya dari semua binatang.
Unesco telah merumuskan empat pilar pendidikan (learning to know, learning to do,
learning to be and learning to live together) untuk era memasuki abad ke-21. Ini dikaitkan
dengan pembangunan manusia yang berkarakter lewat jalur filsafat. Kondisi kekinian yang
semakin tidak terarah. Filsafat adalah pengunci bagi kegamangan yang sedang melanda
indeks pembangunan manusia yang berkarakter saat ini. Ditengah semakin banyak
manusia yang sedang jatuh dalam gelimang ketidaktahuan dan hanya menganggap ilmu
filsafat sebagai kaji teoritis dan hanya memandangnya sebagai tolok ukur belajar, maka
ada hal yang perlu digali lagi sebagai manusia. Manusia yang memiliki karakter sejadinya
harus membubuhi pikirannya dengan berbagai macam ilmu yang berakar dari filsafat.
Pengkajiannya adalah menuju kebenaran yang hakiki, absolut dan bermanfaat di masa
yang akan datang. Manusia yang belajar dengan filsafat maka terbentuk dengan karakter
masing-masing. Integritas dari seorang manusia yang belajar filsafat selalu mengakomodir
transfer keilmuannya pada titik pengembangan. Etika seorang ilmuwan yang menawarkan
ilmu pengetahuan sebagai hasil dari filsafat pada setiap dunia yang terus berkembang.
Dari sinilah manusia merumuskan filsafat sebagai pembentuk karakter dalam
kehidupannya. Filsafat secara garis besar hadir dalam segala bentuk ilmu pengetahuan.
Manusia yang terus belajar akan mengakar dengan karakter yang sduah sedemikian rupa
diolah filsafat. Output jadian yang dimiliki dalam bentuk ilmu sebenarnya merupakan bukti
maujud filsafat itu sendiri. Seiring perjalanan manusia tersebut mulai mengasah karakter
yang dimilikinya. Seorang ilmuwan fisika pasti akan menjadi pengukur yang handal dalam
bidangnya, seorang ilmuwan bahasa pasti mampu mengakomodir perbendaharaannya, dll
sebagai penguasa minat studi/ilmu lain. Maka manusia dianggap sebagai penguasa hati
nurani mereka untuk menumbuhkan karakter dan berpengaruh pula pada lingkungannya.
Semestinya manusia menjadi penyongsong pembangunan dengan pondasi karakter yang
kuat. Pondasi kebangsaan yang sudah tertanam dalam bagian ilmu masing-masing.
Manusia menjadi sosok paling dominan, terhadap kaumnya yang klasik dan memiliki
kompetensi bawaan sebagai pencari ilmu. Prinsip keilmuan dari manusia itulah yang akan
menjadikannya berkarakter, setelah bertemu muka dengan filsafat. Selain itu, filsafat juga
menelaah bagian etika keseluruhan dari manusia tersebut. Apakah manusia tersebut
masih masuk dalam insan yang selalu belajar? Mengerjakan kebenaran dan
meninggalkan kesalahan. Institusi yang sedang dibangun filsafat dalam dunia global saat
ini seharusnya bisa diartikan sebagai tingkat ukur kebenaran yang dibangun oleh dunia itu
sendiri. Manusia yang berkarakter cukup mudah dibangun asalkan filsafat masuk dalam
kategori yang sudah diporsikan sebagai pangkal dari pembangunan tersebut.
Bicara karakter maka definisi sederhananya adalah suatu kebiasaan yang menjadi
pengarah dari tindakan tindakan kita yang endingnya jika kita bisa mengetahui kebiasaan
kebiasaan seseorang kita juga bisa mengetahui sikap seseorang tersebut pada suatu
situasi atau kondisi yang terjadi atau dengan kata lain karakter adalah rangkaian tindakan
yang terjadi secara spontan karena sudah tertanam dalam pikiran dan disebut dengan
kebiasaan. Domain terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran kita. Apa yang
kita pelajari,apa yang kita alami,apa yang kita lakukan,apa yang kita kembangkan dan
semua yang terjadi dalam perjalanan kehidupan kita semuanya terekam dalam memori
otak.
Lantas kembali terulang pertanyaan, apakah kita sudah memahami benar karakter yang
tersirat dalam setiap ilmu yang kita pelajari? Manusia yang memiliki norma dan aturan
yang berkembang dalam kehidupannya adalah salah satu contoh pembangunan manusia
yang berkarakter. Lebih jelas lagi, ketika manusia tersebut sadar bahwa ilmu yang
dipelajari adalah untuk mengangkat marwah dirinya dan negeri ini. Belajar ilmu
pengetahuan adalah belajar dari buah, dimana buah tersebut sebenarnya memiliki pohon
besar yang mampu berbuah tanpa mesti menungggu musim panen. Pohon tersebut
adalah pohon filsafat. Mengkaji filsafat dalam membangun manusia yang berkarakter
secara sempurna sangat diharapkan. Apalagi negeri ini sudah begitu bobrok sehingga kita
butuh sebuah karakter yang kuat. Karakter anti korupsi yang sebenarnya bisa
disandingkan dengan beberapa karakter lainnya. Filsafat ada dalam setiap gerak langkah
kita, ilmu adalah jalannya. Maka manusia yang menguasai filsafat adalah manusia yang
berkarakter.
4. Peran guru dalam Pendidikan Karakter di Sekolah

Jika pendidikan karakter diselenggarakan di sekolah maka guru akan menjadi pioner dan
sekaligus koordinator program tersebut. Hal itu karena guru yang memang secara khusus
memiliki tugas untuk membantu siswa mengembangkan kepedulian sosial dan masalah-
masalah. kesehatan mental, dengan demikian guru harus sangat akrab dengan program
pendidikan karakter.

Guru sekolah harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa, guru


bidang studi, orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan
pelaksanaan programnya. Mulai dari program pelayanan dasar yang berupa rancangan
kurikulum bimbingan yang berisi materi tentang pendidikan karakter, seperti kerja
sama, keberagaman, kejujuran, menangani kecemasan, membantu orang lain,
persahabatan, cara belajar, menejemen konflik, pencegahan penggunaan narkotika, dan
sebagainya. Program perencanaan individual berupa kemampuan untuk membuat
pilihan, pembuatan keputusan, dan seterusnya. Program pelayanan responsif yang antara
lain berupa kegiatan konseling individu, konseling kelompok.

Demikianlah mengenai pendidikan karakter, begitu pentingnya pendidikan karakter di


negeri ini, untuk itu bagi para guru, Guru, dosen maupun orang tua hendaknya senantiasa
menanamkan karakter pada anak didiknya. Khusus bagi Guru sekolah di Indonesia baik
secara langsung maupun tidak langsung berkewajiban menyelenggarakan program
pelayanan yang bernuansa nilai nilai pendidikan berkarakter.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan
atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu
filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan
gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan
yang ada dalam suatu masyarakat tertentu filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi
untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi
ilmu pendidikan atau paedagogik.
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Ketika ketiga hal tersebut dapat berjalan beriringan, maka akan
terbentuk karakter seseorang yang bisa baik atau buruk.
B. Saran
Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dipahami serta
dipraktekkan secara menyeluruh. Pembentukan karakter yang pada umumnya terjadi
pada masa anak-anak, mendorong para orangtua untuk bersikap serius dalam masalah
ini. Orangtua harus memberikan pendidikan yang baik dalam rangka membentuk karakter
anak. Sehingga diharapkan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki karakter kuat
dalam rangka memajukan bangsa dan negara.
Hal yang sama juga harus dilakukan para pendidik baik di sekolah (guru), di Perguruan
Tinggi, atau dimanapun berada, yang merupakan orangtua kedua bagi anak. Budaya yang
baik di lingkngan tempat belajar harus dibangun dan diaplikasikan oleh semua pihak, agar
tercipta manusia-manusia yang berkarakter di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/pendidikan-karakter-berbasis-pancasila/
https://diandametinambunan.wordpress.com/2016/12/31/pandangan-filsafat-tentang-
pendidikan/
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/filsafat-pancasila/
https://ppkn.co.id/pengertian-filsafat-pancasila/
link video
https://youtu.be/UWpsjbgsQk0
https://youtu.be/WBll-9E63B8

Anda mungkin juga menyukai