Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KETERKAITAN PKN DENGAN IPS DAN MATA PELAJARAN LAINNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah PKn MI/SD

Dosen Pembimbing :

Shulthon Mas’ud ,S.Ag, M.Pd.i.

Disusun Oleh Kelompok 10 :

Elok Maulidah Sofiyah (06030721072)


Annisa Fifilyana P. M. (06040721087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS


TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT kami mampu menyelesaikan makalah “Keterkaitan
PKn dengan IPS dan mata pelajaran lainnya” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
umatnya ke jalan yang benar dan yang di ridloi.

Tujuan dari adanya penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
PKn MI/SD. Kami menyadari dalam proses pembuatan makalah ini terdapat kekurangan,
hambatan serta rintangan, tetapi berkat bantuan berbagai pihak, tugas ini dapat teratasi. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah PKn MI/SD Bapak
Shulton Mas’ud S.Ag, M.Pd.i yang telah memberikan dukungan dan bimbingan sehingga makalah
ini dapat disusun dengan baik. Kami mengharapkan kritik dan saran atas kekurangan yang ada
dalam penyusunan makalah ini.

Demikian, semoga apa yang kami bahas dalam makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
pengetahuan. Selain itu, kami juga memohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan
baik itu berupa tulisan maupun pemaparan materi, dan lain sebagainya.

Sidoarjo, 15 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN……..........................................................................................4

A.Latar Belakang ...............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan…........................................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................................

A. Karakteristik PKn serta mata pelajaran lainnya di MI/SD..........................6

B. Keterkaitan PKn dengan IPS...........................................................................8

C. Hubungan bidang studi PKn dengan mata pelajaran lainnya..........................9

D. Hubungan Kebiasaan belajar dengan prestasi belajar PKN..........................11

BAB III : PENUTUP........................................................................................................

A.Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….16

B. Saran………………………………………………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS dan mata pelajaran lain


memiliki keterkaitan. Dengan memahami hal tersebut, maka para guru SD dapat lebih
memperluas wawasan siswa siswa SD tentang karakteristik,keterkaitan kedua mata
pelajaran tersebut atau bahkan hubungannya dengan mata pelajaran lainnya. Hal itu
dimungkinkan karena Pendidikan Kewarganegaraan dan IPS berasal dari satu rumpun yaitu
mengenai ilmu-ilmu sosial. Agar memahami keterkaitan antara Pendidikan
Kewarganegaraan dengan mata pelajaran lainnya maka perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai karakteristik dan keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS dan mata
pelajaran lainnya . Kemudian, setelah mengetahui kedua hal tersebut, maka diperlukan juga
pengetahuan tentang model pembelajaran yang tepat agar guru dapat menghubungkan
antara bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan dengan Mata Pelajaran lainnya dengan
tepat sehingga siswa mudah dalam mempelajari konsep-konsep yang ada di berbagai mata
pelajaran.

Sejak diberlakukannya kurikulum sekolah tahun 1975, Pendidikan


menjadi mata kuliah yang berdiri sendiri yang tujuan umumnya adalah membentuk warga
negara yang baik. Kemudian dalam perkembangannya. Kemudian dalam perkembangannya
menjadi PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang sekarang dikenal dengan Pendidikan
Kewarganegaraan. Kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN) didasarkan UU RI no 2 tahun 1989. PKn merupakan mata pelajaran yang sangat
cepat perubahannya dikarenakan PKn rentan terhadap perubahan politik. Namun secara
umum isi (hafalan), pendekatan (politis dan kekuasaan), dan penyampaiannya (satu
arah/verbal) tidak banyak berubah.1

B. Rumusan Masalah
1
A D I Raharjo, “Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Ips Dan Mata Pelajaran Lainnya,”
Journal of Primary Education (2019).

4
1. Bagaimana karakteristik PKn serta mata pelajaran IPS dan mata pelajaran lainnya di
MI/SD ?

2. Bagaimana keterkaitan PKn dengan IPS?

3. Bagaiamana cara mengetahui hubungan bidang studi pkn dengan mata pelajaran lain
nya?

4. Bagaimana hubungan Kebiasaan belajar dengan prestasi belajar PKN

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui karakteristik PKn serta mata pelajaran IPS dan mata pelajaran
lainnya

2. Untuk mengetahui keterkaitan PKn dengan IPS

3. Untuk mengetahui hubungan bidang studi PKn dengan mata pelajaran lainnya

4.Untuk mengetahui hubungan Kebiasaan belajar dengan prestasi belajar PKN

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. Karakteristik PKn serta mata pelajaran IPS dan mata pelajaran lainnya

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan


pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia,
dan suku bangsa untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasi oleh pancasila dan UUD 1945. Tujuan pendidikan
kewarganegaraan secara umum adalah
a) Memberikan pengertian, pengetahuan, dan pemahaman tentang pancasila.
b) Membentuk pola fikir yang sesuai dengan pancasila.
c) Menanamkan nilai-nilai moral pancasila ke peserta didik.
d) Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga
masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-
nilai moral pancasila untuk menghadapi arus globalisasi.
e) Memberi motivasi agar berperilaku sesuai dengan nilai, moral, dan norma
pancasila.
f) Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menuntut lahirnya warga
negara dan warga masyarakat yang Pancasila, yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mengetahui hak dan kewajibannya,
menyadari pentingnya melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang didasari
oleh ksadaran dan tanggungjawabnya sebagai warga negara, tidak
mencemari air dan tidak merusak lingkungan. Hal tersebut berhubungan
dengan landasan konsep yang mendasari Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan insan sosial politik yang
terorganisasi dengan tujuan agar manusia Indonesia memiliki kemauan dan
kemampuan untuk sadar dan patuh terhadap hukum (melek hukum) ,sadar
dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (melek
politik),memahami dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional ,cinta
bangsa dan tanah air. Karakteristik Bidang Studi Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu sebagai suatu bidang kajian ilmiah dan program
pendidikan di sekolah yang dapat diterima sedangkan karakteristik mata
pelajaran ips yaitu menuntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti melakukan proses

6
penyelidikan, melakukan pemecahan masalah dan sebagainya2 sebagai
wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang
dilaksanakan melalui :
1. Civic intelligence atau kecerdasan dan daya nalar warga
2. Civic responsibility atau kesadaran hak dan kewajiban sebagai warga
negara
3. Civic participation atau kemampuan berpatisipasi baik indiividu,
maupun sosial

Ada 3 kompetensi yang hendak diwujudkan melalui mata pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan diantara nya :

1. Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan


Tentang pemerintahan, konstitusi, dan hubungan luar negeri
2. Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan
Tentang sikap dan pemecahan masalah
3. Kompetensi untuk menguasai karakter kewarganegaraan Tentang
penerapan nilai budi pekerti, demokrasi, ham, dan nasionalisme
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara3

B. Keterkaitan PKn dengan IPS


Keterkaitan PKn dengan IPS sangat kuat. Hal ini dikarenakan sebelum
menjadi Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang menurut Kurikulum tahun
1994 diberi nama Bidang Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (sebagai
upaya mewujudkan pesan UU sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989
khususnya Pasal 39 Ayat (2) dan (3)), Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan
adalah bagian dari bidang studi IPS. Bidang studi IPS mencakup aspek Geografi,
Ekonomi, dan Sejarah, Pancasila serta UUD 1945 yang menyangkut warga negara
serta pemerintahan. Kemudian terjadi pemisahan menjadi bidang studi IPS yang
mencakup aspek Geografi, Ekonomi, dan Sejarah.

2
https://pgsd.binus.ac.id/2018/01/08/karakteristik-ips-di-sekolah-dasar/
3
Raharjo, “Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Ips Dan Mata Pelajaran Lainnya.”

7
1. Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: (1) Meningkatkan pemahaman konsep yang
dipelajarinya secara lebih bermakna; (2) Mengembangkan keterampilan menemukan,
mengolah, dan memanfaatkan informasi; (3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan
baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; (4) Menumbuhkembangkan
keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat
orang lain; (5) Meningkatkan minat dalam belajar; dan (6) Memilih kegiatan yang sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.

2. Karakteristik Pembelajaran Terpadu


Menurut Depdikbud (1996:3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai
beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
a) Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu
diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan
bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.
b) Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-
konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini
akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan
belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
c) Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan
konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami
dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan
yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa
melalui eksperimen. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa
bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.
d) Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik,
mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk
terus-menerus belajar. Dengan demikaian, pembelajaran terpadu bukan hanya sekedar
merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait.
Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama
dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui
pengembangan tema tersebut.

C. Hubungan bidang studi PKn dengan mata pelajaran lainnya

8
Pendidikan kewarganegaraan (PKN) merupakan program pendidikan yang memiliki
misi untuk mengembangkan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya dan keyakinan
bangsa indonesia yang memungkinkan dapat diwujudkan dalam perilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisipliner terutama
disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan PKn jelas
batang keilmuannya (body of knowledge).
Dalam paradigma PKn sekarang dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin
Saripuddin Winataputra, ada tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian berikut ini.
1) Komponen pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berupa materi pelajaran PKn
yang harus dicapai peserta didik.
2) Komponen keterampilan kewarganegaraan (civic skills) berupa kemampuan bersifat
partisipatoris dan kemampuan intelektual.
3) Komponen watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions) seperti bertanggung
jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai dan martabat kemanusiaan; rasa
hormat terhadap peraturan (hukum); mau mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi
untuk mencapai kebaikan publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.

Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap ilmu sosial lainnya


1) Hubungan PKn dengan ilmu politik
Pendidikan kewarganegaraan merupakan praktik dari ilmu kewarganegaraan, sedangkan
ilmu kewarganegaraan adalah bagian dari ilmu politik. Seperti yang dikemukakan oleh
checter van yakni bagian dari ilmu poltik akan membahas tentang hak dan kewajiban warga
negara terdapat di civics/ilmu kewarganegaraan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan mengandung praktik-praktik yang diturunkan ilmu politik. Sesuai dengan
tujuan PKn yaitu menjadikan warganegara yang baik. Maka kita harus memahami teori
tentang demokrasi politik yang meliputi konstitusi, parpol pemilu dan semuan hal itu
merupakan adopsi dari ilmu politik. Dengan memahami teori ilmu politik maka warga negara
mempunyai pengetahuan tentang kenegaraan melalui praktis dari pendidikan
kewarganegaraan maka warga negara dapat melaksanakan kewajibannya dan mengetahui hak
yang harus diterimanya sebagai warga negaa yang baik.
2) Pendidikan kewarganegaraan dengan sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu tentang masyarakat. Yang mana yang dibahas tidak hanya
keteraturan dalam msyarakat tetapi juga penyimpangan sosial. Salah satu penyebab terjadi
penyimpangan sosial yaitu kekurangpahaman masyarakat terhadap hak dan kewajibannya
sebagai warga negara. Contoh kasus keterkaitan sosiologi dengan pendidikan
kewarganegaraan, dalam sebuah desa mempunyai kendala dalam aksesbilitas. Seperti kurang
memadainya jalan raya untuk masyarakat desa untuk keluar dari desa dalam rangka
memenuhi kebutuhan, seperti berjualan, melanjutkan pendidikan, dan membeli kebutuhan
rumah tangga yang tidak disediakan desa. Namun hal tersebut terkendala sehingga
menimbulkan ketergangguan pola kehidupan masyarakat, terjadinya konflik antar masyarakat
dan meresahkan kondisi desa. Bagi masyarakat yang paham dengan haknya sebagai
warganegara maka mereka akan menuntutnya sesuai prosedur tanpa harus meresahkan
kampungnya sendiri. Kemudan jika mereka memahami tentang kewajiban sebagai warga
negara maka mereka akan berusaha memenuhi kewajibannya seperti pajak supaya pemerintah
dapat membangun sarana umum seperti yang diinginkan dan mengelola sumberdaya ala

9
dengan baik. Jadi pendidikan kewarganegaraan dapat menjad solusi permasalahan di
masyarakat. Sama-sama mengkaji masyarakat / warga negara.
3) Pendidikan kewarganegaraan dengan ilmu sejarah
Dalam mempelajari sejarah terdapat latar belakang mempelajari pendidikan
kewarganegaraan, proses dan alasannya pendidikan kewarganegaraan dipelajari. Kemudian
dengan pada ilmu sejarah dapat diketahui mengapa perlunya pendidikan yang bertujuan
menjadikan warga negara yang baik. Semua itu didasari oleh sejarah/peristiwa yang terjadi
diwaktu yang lalu. Dengan mempelajari sejarah kita dapat mengetahui kekurangan apa yang
akan terdapat pada era dulu dan diperbaiki pada masa sekarang sehingga terdapat perbaikan-
perbaikan dari waktu ke waktu. Dengan mempelajari sejarah dapat ditemukan hal positif
yang dapat dipertahankan untuk tercapanya tujuan PKn saat ini atau kedepannya.

D. Hubungan Kebiasaan belajar dengan prestasi belajar PKN

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib setiap jenjang
persekolahan dan materinya perlu dipahami dengan baik, namun kenyataannya masih ada
siswa yang kurang senang dan bahkan tidak berminat untuk belajar PKn karena bagi mereka
pelajaran ini sangat membosankan. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut
dituntut peran serta semua pihak yang terkait dalam lingkunagan pendidikan tersebut yakni
guru dan siswa (Sainudin, 2015).

PKn adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan afektif untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral bangsa dan memfokuskan pada pembentukan
warganegara dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter.

PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar isi. Di dalam
Permendiknas No. 22 Tahum 2006 tentang standar isi tertulis bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya
untuk warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.

Setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang ingin di capai termasuk mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Susanto (2014: 233-234) tujuan pembelajaran PKn
adalah “agar siswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun,

10
jujur, dan demokratis secara ikhlas sebagai warga negara yang terdidik dan bertanggung
jawab. 4

Tujuan pembelajaran PKn adalah “agar siswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan
kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis secara ikhlas sebagai warga negara yang
terdidik dan bertanggung jawab. Agar peserta didik menguasai dan memahami berbagai
masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat
mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila,
serta agar siswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai kejuangan, cinta
Tanah Air, serta berkorban bagi nusa dan bangsa.”

Pentingnya pendidikan kewarganegaraan diajarkan di sekolah dasar ialah sebagai


pemberian pemahaman dan kesadaran jiwa setiap anak didik dalam mengisi kemerdekaan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang strategis dan penting, yaitu
dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku keseharian, sehingga diharapkan
setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.

Teknik pembelajaran PKn siswa kelas tinggi kurang baik, seperti malas membaca buku dan
membuat catatan, , tidak mengerjakan tugas dengan baik, dan tidak memiliki jadwal belajar
yang pasti di rumah. Selain itu, siswa belum memahami kebiasaan-kebiasaan belajar yang
baik untuk membuat prestasi belajar tinggi. Selain itu, siswa belum memahami kebiasaan –
kebiasaan belajar yang baik untuk membuat prestasi belajar yang tinggi. Pada saat
pembelajaran beberapa siswa tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi
pelajaran PKn disebabkan siswa bosan dan jenuh dengan cara guru menerangkan kepada
siswa tersebut sehingga siswa lebih memilih mengobrol dan bermain dengan teman
sebangku dari pada memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Selain itu,
sebagian siswa sudah fokus dan memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi.
Mengingat paparan di atas, diketahui informasi bahwa kurang baiknya kebiasaan belajar
PKn beberapa siswa kelas tinggi tampak sejalan dengan rendahnya atau kurang baiknya

4
Yuzarion. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Peserta Didik . Jurnal Ilmu Pendidikan,
Volume 2 Nomor 1, Juni 2017: 107-117

11
prestasi belajar PKn siswanya.Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada hubungan
antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa 5pada mata pelajaran PKn yang
mempengaruhi nilai para siswa.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa masih ada sebagian siswa yang belum mencapai
ketuntasan dalam belajar PKn. Banyak faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa
dalam ranah kognitif tinggi dan juga ada yang masih rendah di sekolah, salah satu faktor
yang menarik perhatian adalah hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa.
Oleh karena itu, kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
prestasi siswa yang berakibat siswa mencapai hasil yang maksimal.

Berkaitan dengan prestasi belajar, Masidjo (2007: 13) mengungkapkan bahwa kegiatan
pengukuran prestasi belajar peserta didik dari suatu mata pelajaran dilakukan antara lain
melalui ulangan, ujian, tugas dan sebagainya. Biasanya ditunjukkan dalam nilai rapor atau
nilai-nilai test sumatif. Prestasi belajar erat kaitannya dengan hasil belajar, namun kedua
istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Wahyono (2015: 1) menyatakan bahwa hasil
belajar mempunyai cakupan makna yang lebih luas dari prestasi belajar.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan proses belajar dalam waktu
tertentu. Prestasi belajar biasanya ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih
baik dan dapat menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari
(Toshiana, 2012). Hal tersebut serupa dengan pendapat Bloom (2007) yang mengatakan
prestasi belajar terjadi apabila ada perubahan tingkat kemampuan seseorang yang meliputi
kemajuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan, perubahan sikap dan ketrampilan dari apa
yang telah dipelajari di sekolah (Leo ,2014).

Prestasi belajar seringkali dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diketahui setelah
dilakukan pengukuran dengan tes. Sedangkan hasil belajar tidak hanya dilihat dari nilai atau
skor saja, melainkan mencakup penilaian secara kualitatif (sikap, tingkah laku, karakter,
dsb). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah angka yang
mencerminkan hasil belajar yang telah diukur

5
Prasetyo ,Arif. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan: usaha konkret untuk memperkuat
multikulturalisme di Indonesia .

12
Menurut Hamalik (2004:45) prestasi belajar adalah prestasi belajar yang berupa adanya
perubahan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.
Setelah siswa melalui proses belajar, terdapat perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang salah satunya dapat dilakukan berdasarkan kebiasaan setiap hari
dilakukannya. Seseorang yang sudah menjalani kebiasaan belajar yang baik dan dilakukan
dengan berulang ulang akan menciptakan pola belajar yang baik.

Minat belajar siswa pada bidang pelajaran PKn ini perlu mendapat perhatian khusus karena
minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Berkaitan
dengan prestasi belajar yang merupakan hasil atau bukti usaha yang telah diberikan oleh
guru setelah seorang siswa mengikuti pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang
mencerminkan hasil belajar.

Wasliman (dalam Susanto 2014: 12) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa,
yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat
dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik diri
dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Lebih spesifik, difokuskan perhatian salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi
belajar, yaitu kebiasaan belajar, Djaali (2009: 127) menegaskan bahwa hasil belajar
mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar. Berdasarkan pendapat – pendapat
ahli semakin tinggi kebiasaan belajar, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Selain
itu, menurut Djali (2009:128) yang menyatakan bahwa kebiasaan belajar juga dapat
diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima
pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan
kegiatan.

Jika seseorang melaksanakan kebiasaan belajar seperti pada teori Djali, maka secara
otomatis akan menjadi suatu pembiasaan. Pembiasaan merupakan suatu 6proses
pembentukan sikap yang dilakukan secara menetap melalui pengalaman berulang – ulang
6
Masidjo, I. 2007. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Kanisius. Yogyakarta.

13
sampai tahap kemandirian. Orang yang memiliki pembiasaan yang baik, maka mereka akan
siap untuk menerima pelajaran sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kebiasaan belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar
PKn. Kebiasaan belajar yang dilakukan siswa mulai dari perencanaan dan kedisiplinan belajar
serta strategi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan dengan
teori yang dikemukakan oleh Slameto (2003:82) menguraikan kebiasaan belajar akan
mempengaruhi belajar, diantaranya (1) pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, (2)
membaca dan membuat catatan, (3) mengulangi bahan pelajaran, (4) konsentrasi, (5)
mengerjakan tugas.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada


pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku

14
bangsa untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
dilandasi oleh pancasila dan UUD 1945.

Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai


tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: (1) Meningkatkan
pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna; (2) Mengembangkan
keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi; (3)
Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan
dalam kehidupan; (4) Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama,
toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain; (5) Meningkatkan minat
dalam belajar; dan (6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Hubungan bidang studi PKn dengan mata pelajaran lainnya Pendidikan


kewarganegaraan (PKN) merupakan program pendidikan yang memiliki misi untuk
mengembangkan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya dan keyakinan bangsa
indonesia yang memungkinkan dapat diwujudkan dalam perilaku dalam kehidupan sehari-
hari.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib setiap jenjang
persekolahan dan materinya perlu dipahami dengan baik, namun kenyataannya masih ada
siswa yang kurang senang dan bahkan tidak berminat untuk belajar PKn karena bagi mereka
pelajaran ini sangat membosankan.

PKn adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan afektif untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral bangsa dan memfokuskan pada pembentukan
warganegara dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter.

Tujuan pembelajaran PKn adalah “agar siswa dapat memahami dan melaksanakan hak
dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis secara ikhlas sebagai warga negara yang
terdidik dan bertanggung jawab.

Agar peserta didik menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran
kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, serta agar siswa memiliki sikap

15
dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai kejuangan, cinta Tanah Air, serta berkorban
bagi nusa dan bangsa.” Pentingnya pendidikan kewarganegaraan diajarkan di sekolah dasar
ialah sebagai pemberian pemahaman dan kesadaran jiwa setiap anak didik dalam mengisi
kemerdekaan.

B.Saran
Kami sangat menyadari bahwa, didalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan-kesalahan baik dari segi isi materi maupun dari segi sistematika penulisannya.
Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun. Agar
nantinya kami dapat lebih sempurna dalam menyusun makalah selanjutnya, sehingga
nantinya makalah yang kami susun dapat menjadi manfaat bagi semua orang yang
membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo, A D I. “Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Ips Dan Mata Pelajaran


Lainnya.” Journal of Primary Education (2019).

https://pgsd.binus.ac.id/2018/01/08/karakteristik-ips-di-sekolah-dasar/

Raharjo, “Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Ips Dan Mata Pelajaran Lainnya.”

Yuzarion. 2017. "Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Peserta Didik" . Jurnal Ilmu Pendidikan,
Volume 2 Nomor 1, Juni 2017: 107-117

Prasetyo ,Arif. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan: usaha konkret untuk memperkuat


multikulturalisme di Indonesia .

Masidjo, I. 2007. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Kanisius. Yogyakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai