Anda di halaman 1dari 9

TEORI DISPOSISI GORDON W.

ALLPORT DALAM

PROSPEK PENDIDIKAN ISLAM

Anis Watul Hasanah

Nim : 200620026

Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran

Universitas Malikussaleh

Jl. Medan Banda-Aceh, Reuleut

anis.200620026@mhs.unimal.ac.id

ABSTRACT

Gordon W. Allport's Theory of Disposition in the Prospects of Islamic Education.

This study aims to determine the disposition theory of Gordon W. Allport in Islamic
education. The method used in this research is qualitative with a library research approach
by examining primary data relating to the theory taken and also reviewing secondary data as
supporting data. The results of this study indicate that Gordon W. Allport's disposition theory
in Islamic education is related to morals and character education.

Keywords: Disposition, Nature, Allport, Morals, Character.

ABSTRAK
Teori Disposisi Gordon W. Allport dalam Prospek Pendidikan Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teori disposisi Gordon W. Allport dalam
pendidikan Islam. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan studi pustaka (library research) dengan mengkaji data-data primer yang berkaitan
dengan teori yang diambil dan juga mengkaji data sekunder sebagai data-data pendukung.
Hasil penelitian ini menunjukkam bahwa teori disposisi Gordon W. Allport dalam pendidikan
Islam yaitu hal-hal yang berkaitan dengan akhlak dan pendidikan karakter.
Kata Kunci : Disposisi, Sifat, Allport, Akhlak, Karakter.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Psikologi kepribadian adalah upaya yang mencakup sistematis untuk
mengungkapkan dan menjelaskan pola teratur dalam pikiran, perasaan, dan perilaku
nyata seseorang yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Manfaat psikologi
kepribadian dalam pendidikan untuk memperoleh informasi mengenai tingkah laku
manusia dan mendorong individu-individu agar bisa hidup secara penuh dan
maksimal. (Khorina & Rohman, 2018)
Banyak sekali tokoh-tokoh yang membahas teori kepribadian, diantaranya
Alfred Adler, Skinner, Cattel, Allport, Dollard dan Miller, serta masih banyak tokoh
lainnya. Kepribadian menurut Cattel sebagai suatu struktur dari sifat-sifat (trait) yag
kompleks, terdiferensiasi dan sebagai besar tergantung pada salah satu gugus dari
sifat-sifat ini yang disebut sebagai sifat-sifat dinamik. Teori Cattel ini berangkat dari
teori disposisi Gordon W. Allport. (Yudha 2019)
Selaras dengan teori kepribadian Cattel yang mana memang berangkat dari
teori disposisi Allport. Allport memandang bahwa kepribadian berangkat dari sifat-
sifat (trait). Teori disposisinya yang membahas sifat khas atau yang juga dikenal
dengan trait psychology kendati demikian tidak hanya sampai disitu teori disposisi
juga terbagi menjadi dua bagian yaitu disposisi umum dan disposisi personal di dalam
disposisi personal terbagi kedalam tiga bagian yaitu diposisi kardinal, disposisi
sentral, dan disposisi sekunder, menurut Allport disposisi-disposisi itu terjadi juga
tidak jauh berdasarkan dorongan lingkungan. Teori disposisi ini juga dikenal dengan
trait psychology. Trait disebut sebagai sifat, Jadi ada ciri-ciri atau sifat-sifat individual
pada aspek psikisnya, yang biasa membedakan dirinya dengan orang lain. (Kartono
2005)
Menurut Allport, disposisi personal (sifat khas). Terbentuk secara konsisten
melalui dorongan dari lingkungan, sehingga keluarga merupakan ajang pertama
dimana sifat-sifat kepribadian anak bertumbuh dan terbentuk. Seseorang akan menjadi
warga masyarakat yang baik sangat tergantung pada sifat-sifat yang tumbuh dalam
kehidupan keluarga dimana anak dibesarkan. (Fatmawati 2019)

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana teori disposisi dalam pandangan pendidikan Islam?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian diperlukan supaya suatu kegiatan mempunyai arah tertentu dengan
apa yang diharapkan ini bertujuan untuk mengetahui teori disposisi Gordon W.
Allport dalam prospek pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Gordon W. Allport


Gordon Williard Allport, dilahirkan pada 11 November 1897 di Montezuma,
Indiana dan juga besar di Clevlend, Ohio. Kemudian pada tahun 1967, Allport
meninggal dunia karena sakit kanker paru-paru yang dialaminya. (Feist et al.,
2011)

2.2. Pokok-Pokok Teori Gordon W. Allport


1. Definisi Kepribadian
Allport mendefinisikan kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
tentang sistem psikofis yang menentukan penyesuainya yang unik terhadap
lingkungannya.
2. Watak (karakter)
Allport berpandangan bahwa watak dan kepribadian satu dan sama, tetapi dari
segi berlainan jika ada orang yang hendak memberi penilaian, maka istilah yang
digunakan adalah watak. Namun, jika ingin menggambarkan seseorang apa
adanya tanpa nilai maka disebut sebagai kepribadian. (Aqib & Amrullah, 2017)
3. Temperamen
Allport mendefinisikan “tempramen adalah gejala karaktersitik daripada sifat
emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya karena rangsangan emosi,
kekuatan serta kecepatannya berinteraksi, kualitas kekuatan dan suasana hatinya,
segala cara daripada fluktuasi dan intensitat suasana hati; gejala ini terkandung
kepada faktor konsitusional, karena itu berasal dari keturunan. (Sujanto 2014)

2.3. Teori Disposisi (Sifat/Trait)


Menurut pendapat Allport “sifat adalah sistem neuropsikis yang
digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi
bermacam-macam perangsang secara sama, memulai dan membimbing tingkah
laku adaptif dan ekspresif secara sama”.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa kecenderungan tidak hanya terikat
kepada sejumlah kecil perangsang atau reaksi melainkan seluruh pribadi manusia.
Pernyataan “neuropsikis” menekankan bahwa sifat benar-benar dimiliki oleh
setiap individu walaupun demikian tidak dapat disimpulkan secara langsung,
melainkan harus diamati dari tingkah lakunya. (Hasyim 2020)
Menurut Allport sifat memiliki beberapa karakteristik :
a. Benar-benar dimiliki oleh setiap individu dan bukan hanya sebuah sebutan
ataupun claim
b. Menjadi sebab dari sebuah perilaku yang biasanya terjadi
c. Dapat diidentifikasi oleh indera (empiris)
d. Saling berkorelasi
e. Berubah sesuai situasi. (Assegaf 2019)
Allport juga berpendapat bahwa trait dapat terbagi dua, yaitu common trait
(sifat umum) dan disposition personal (sifat individual). common trait adalah sifat
yang dimiliki banyak orang sedangkan disposition personal adalah sifat unik yang
dimiliki oleh seseorang sehingga menjadi karakter mereka atau sifat yang mudah
dikenali, konkret dan konsisten pada seseorang yang menggambarkan karakter asli
seseorang sehingga menjadi atribut untuk orang tersebut. (Kuntjojo 2009)
Allport membagi disposition personal kedalam tiga tingkatan yaitu :
1) Sifat utama (disposition cardinal/cardinal trait)
Sifat yang berperan besar dalam kehidupan dan trait yang kuat. (Szchultz et
al., 2005)
Contohnya adalah sifat otoriter, sadistic dan lain sebagainya yang cenderung
sangat luar biasa khas. (Pervin et al., 2010)
2) Sifat sentral (disposition central)
Sifat ini lebih mudah ditandai karena memiliki kecenderungan-kecenderungan
individu yang khas atau mencakup situasi yang lebih besar daripada sifat
utama. Contohnya kejujuran, kelembutan, kepedulian, posesif, ambisius, baik
hati, sennag berkompetisi, agresif dan lain sebgainya.
3) Sifat sekunder (disposition secondary/secondary trait)
Sifat ini lebih terbatas, lebih terpusat pada respon-respon yang didasarnya dan
perangsang-perangsang yang dicocokinya. Secondary trait yaitu sifat yang
jarang sekali kelihatan namun akan terlihat dalam kondisi tertentu. Atau
dengan kata lain sifat ini berfungsi lebih terbatas. (Ibid 2009)

2.4. Teori Disposisi Gordon W. Allport dalam Pendidikan Islam


Teori disposisi dalam pendidikan Islam merupakan pengetahuan ilmiah
mengenai sifat yang menjadi kepribadian dan watak (karakter seseorang). Sifat
yaitu satu ciri khas individu yang relatif menetap, terus menerus, dan konsekuen
yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. Sifat berbentuk totalitas di dalam
tubuh inidividu. Hal tersebut dikategorikan kedalam tiga bagian yaitu :
1. Diferensasi adalah perbedaan mengenai tugas-tugas dan pekerjaan dari
masing-masing bagian tubuh. Misalnya, fungsi jasmani, seperti fungsi jantung,
lambung, darah, dan sebagainya, serta fungsi kejiwaan, seperti intelegensi,
kemauan, perasaan, dan sebagainya.
2. Regulasi adalah dorongan untuk mengadakan perbaikan sesudah terjadi suatu
gangguan di dalam organisme manusia.
3. Integrasi adalah proses yang membuat keseluruhan jasmani dan rohani
manusia yang menjadi satu kesatuan yang harmonis, karena terjadi satu sistem
pengaturan yang rapi. (Mujib 2017)
Sekumpulan sifat-sifat yang sama berperan sebagai penentu ciri khas
seseorang atau dikenal dengan tipe. Tipe kepribadian dalam Islam dapat
digolongkan menjadi tiga bagian yaitu :
1. Tipe ammarah adalah kepribadian yang cenderung melakukan perbuatan
rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat
dan sumber kejelekan dan perbuatan tercela. Sifat-sifat yang dihasilkan
dari tipe kepribadian ammarah adalah, syirik, kufur, riya’, sihir, dan
sebagainya.
2. Tipe lawwamah adalah kepribadian yang mencela perbuatan buruknya
setelah mempereloh cahaya qalbu. Ia bangkit untuk memperbaiki
kebimbangannya dan kadang-kadang tumbuh pebuatan yang buruk yang
disebabkan oleh watak gelap (zhulmaniyyah) namun kemudian diingatkan
oleh nur ilahi, sehingga ia bertaubat dan memohon ampun.
3. Tipe muthmainnah adalah kepribadian yang tenang setelah diberi
kesempurnaan nur qalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela
dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Sifat-sifat yang dihasilkan dari tipe
muthaminnah adalah memiliki harga diri, rendah hati, demawan, berani,
waspada, memaafkan, lembut hati, dan lain sebagainya.
Di dalam Islam berbicara mengenai kepribadian tidak bisa dipisahkan
dengan sifat, perilaku unik individu atau karakter (akhlak). Akhlak dapat
terbentuk melalui pengalaman langsung dan pengetahuan yang kemudian
membentuk watak dan sifat seseorang. Hal tersebut sesuai dengan faktor
pembentukan disposition personal Allport atau secara sederhananya adalah
tergantung dari stimulus yang diberikan. (Mujib & Ibid, 2017)
Akhlak secara terminology berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Secara Bahasa akhlak memiliki makna yang sama dengan karakter. Dalam
terminology psikologi, karakter dapat diartikan sebagai watak, perangai, sifat
dasar yang khas, atau satu sifat kualitas yang tetap terus menerus dan kekal
yang dapat dijadikan ciri dalam mengindentifikasi pribadi seseorang. (Mujib
2017)
Akhlak dapat diartikan sebagai disposisi batin karena akhlak mencakup
kondisi batiniah (ha’iah) dalam jiwa (nafs) yang suci (rasikhah), dari kondisi
tersebut tumbuh suatu aktifitas yang tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan terlebih dahulu. Hal tersebut senada dengan pendapat al-Ghazali
mengenai akhlak, menurut al-Ghazali akhlak adalah gambaran dari keadaan di
dalam jiwa yang tertanam kukuh menyandar padanya dengan gampang dan
mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi. (Sodiq 2018)
Dalam pembentukan akhlak struktur kepribadian menjadi sesuatu yang
sangat ditentukan karena menjadi pondasi dalam menggambarkan totalitas
manusia. (Mujib 2017) Menurut Khyar al-Din al-Zarkali pembentukan
struktur kepribadian manusia dikarenakan tiga elemen yaitu terdiri dari :
1. Jasad (fisik) : apa dan bagaimana organisme dan sifat-sifat uniknya?
Didalam Islam lebih dikenal dengan al-jasad. Al-jasad memiliki beberapa
karakteristik, seperti bentuk, rupa, kualitas, bergerak, diam, tumbuh
berkembang, serta jasad yang terdiri dari berbagai organ, dan bersifat
material yang sebenarnya substansinya mati. Kehidupannya adalah karena
di motori oleh substansi lain, yaitu nafs dan ruh.
2. Jiwa (psikis) : apa dan bagaimana hakikat dan sifat-sifat uniknya?
Didalam Islam lebih dikenal dengan al-ruh. Al-ruh adalah substansi psikis
manusia yang menjadi esensi kehidupan. Sebagai substansi yang esensial
ruh membutuhkan jasad untuk aktualisasi diri manusia. Ruh adalah aspek
psikis manusia yang bersifat spritual dan transendental. Bersifat spritual
karena ruh merupakan sifat dasar manusia yang berasal dari ruh Allah. Al-
ruh atau spritual adalah sisi jiwa yang memiliki daya untuk menarik dan
mendorong sifat lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat Tuhan dalam
dirinya. Potensi-potensi itulah yang kemudian melekat kepada psikis
manusia sehingga memerlukan aktualisasi. Dimensi al-ruh merupakan
daya potensialitas internal dalam diri manusia yang akan terwujud secara
aktual. (Mujib & Ibid, 2017)
3. Jasad dan jiwa (psikofisik) : berupa akhlak dan perbuatan gerakan dan
sebagainya. (Mujib 2017)
Didalam Islam lebih dikenal dengan al nafs. Nafs dapat diarikan sebagai
jiwa atau diri. Nafs juga dapat mendorong manusia untuk melakukan
perbuatan baik dan buruk. Setiap komponen yang ada memiliki daya-daya
laten yang dapat menggerakan tingkah laku manusia. Aktualisasi nafs
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya faktor usia,
pengalaman, pendidikan, pengetahuan, lingkungan dan sebagainya. Nafs
sebagai elemen dasar psikis manusia mengandung arti sebagai satu
dimensi yang memiliki fungsi dasar dalam susunan organisasi jiwa
manusia. (Mujib & Ibid, 2017)

2.5. Metode Penelitian


1. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini berjudul “Teori Disposisi Gordon W. Allport
dalam Prospek Pendidikan Islam”. Waktu penelitian ini dilakukan sejak
disetujui nya judul karya tulis ilmiah pada tanggal 3 Mei 2021.

2. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian


Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (Library Research),
studi kepustakaan ialah kegiatan mengumpulkan data dengan berbagai macam
material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, majalah, koran, buku-
buku, jurnal dan lain sebagainya.
Dalam melakukan penelitian kepustakaan ini, penulis menghimpun
informasi-informasi yang ada untuk ditarik suatu kesimpulan sehingga
menjadi suatu landasan teori dalam pemecahan suatu masalah, kegiatan
menghimpun informasi-informsi tersebut penulis lakukan ditempat yang
mendukung.

3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat
diperoleh, sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah literatur-literatur yang membahas secara langsung
objek permasalahan dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder sebagai data pendukung, seperti buku-buku, jurnaljurnal,
koran, majalah, internet dan lain sebagainya yang berkaitan dan relevan
dengan penelitian ini juga mendukung data primer.

4. Teknik Analisis Data


Dalam mendapatkan penelitian kualitatif digunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam yang dilakukan secara terus
menerus hingga datanya terpenuhi.
Peneliatian yang dilakukan pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
kajian pustaka maka adapun teknik analisis data yang digunakan analisis isi,
dengan demikian dapat membandingkan antara buku yang satu dengan yang
lainnya. Adapun teknik analisis data kualitatif yang penulis lakukan.
1. Penulis mengumpulkan dan mencari data-data yang berhubungan dengan
disposisi personal dalam persepektif pendidikan Islam
2. Penulis membaca dan mengkaji sumber data
3. Selanjutnya penulis menelaah data-data yang dikumpulkan
4. Yang terakhir penulis mampu menarik kesimpulan dan kemudian menyusun
laporan
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Teori disposisi Gordon W.Allport adalah salah satu rujukan dari banyaknya
teori-teori kepribadian yang menjadi rujukan untuk memahami dan menambah
wawasan terkait disposisi (sifat) yang dimiliki oleh setiap individu. Disposisi adalah
bangunan dasar dari sebuah kepribadian dan karakter, untuk itu sifat sangat berperan
dengan segala sesuatunya baik dalam intensi (keinginan pada masa depan) seperti
ambisi, cita-cita, dan rencana-rencana seseorang. Dikarenakan sifat adalah cerminan
tingkahlaku. Dalam perspektif pendidikan Islam teori disposisi termasuk kedalam
akhlak (karakter), karena akhlak adalah disposisi batin individu. Teori disposisi
Allport terhadap pembentukan sifat individual (khas) tidak bertentangan dengan nilai-
nilai agama.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib Zainal dan Ahmad Amrullah, Ensiklopedia Pendidikan dan Psikologi,


(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2017)

Assegaf, Ulum. KepribadianMenurut Gordon WilliardAllport,


https://www.academia.edu/, diakses pada tanggal 07 Mei 2021.

Duane, Szchultzdan Szhultz Sydney Allen, The Theories of Personality. USA:


Thomson Learning, 2005.

Fatmawati. “ Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Islam Bagi


Remaja”. https://www.neliti.com/id/, diakses pada tanggal 05 Mei 2021.

Feist, J dan Gregory J Feist, Teori Kepribadian edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika,
2011.

Hasyim Fuad, Makalah Perbedaan Kepribadian https://www.academia.edu/, diakses


pada tanggal 05 Mei 2021.

Kartono, Kartini. Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju, 2005.

Khorina, NelladanAnas Rohman. Psikologi Kepribadian dalam Pendidikan Madrasah.


Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Volume 6, No. 1 Juni
2018.

Kuntjojo, Diktat Pendidikan Bimbingan Konseling, Universitas Nusantara PGRI


Kediri, 2009.

Mujib, Abdul. IlmuPendidikan Islam. Jakarta: PenerbitKencana, 2017.

Mujib, Abdul. Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam Edisi Kedua. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2017.

Pervin A. Lawrence, Daniel Cervone dan Olivier p. Jhon, Psikologi Kepribadian


Teori Penelitian Edisi Kesembilan, (Jakarta: Kencana, 2010).

Purnama Yudha, “Trait Approach”, 2013, http://pranamayudha.wordpress, diakes


pada tanggal 04 Mei 2021.

Sodiq,Akhmad. Prophetic Character Building. Jakarta: Penerbit Kencana, 2018.

Sujanto, Agusdkk. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak diakses pada tanggal 04 mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai