Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN B.J.

HABIBIE

Disusun Oleh kelompok 7:

Michael Vanety 07031382025227


Melrisa Daryanis Mahdila 07031382025211
Tsaabitah Rihhadatul Aisy 07031382025237
Putri Damaiyanti 07031382025208
Nurul Umita 07031382025200

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan, karunia-Nya, dan anugerah akal, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kepemimpinan B.J. Habibie”. Adapun yang
melatarbelakangi penulisan makalah ini guna menyelesaikan dan mendapat penilaian atas
tugas kelompok yang diberikan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Hidayatul Ilham,
S.IP., M.I.Kom. selaku dosen mata kuliah kepemimpinan semester 6 ini yang telah sabar dan
perhatian dalam memberikan pengarahan dalam kegiatan belajar mengajar dan membantu
proses penyelesaian makalah kami dan kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kami dan teman-teman
kami yang lain, kami menyadari mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifat nya membangun kualitas makalah ini dan untuk dijadikan pembelajaran yang lebih baik
di masa mendatang.

Palembang, Februari

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Manfaat dan Tujuan..................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Sifat dan Kepribadian B.J. Habibie.........................................................................................6
2.2. Gaya kepemimpinan BJ. Habibie...........................................................................................7
2.3. Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan BJ. Habibie..............................................9
2.4 Penvebab Turunnya Habibie..................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang pemimpin tentunya memiliki cara tersendiri dalam memimpin suatu negara,
suatu negara membutuhkan sosok pemimpin yang cerdas dan juga bijaksana, menurut Fiedler
(1967) kepemimpinan diartikan sebagai “seseorang yang berada dalam kelompok yang
berugas sebagai pengaruh dan orang yg mengkoordinasikan kegiatan kelompok yang relevan,
serta menjadi penanggung jawab utama”. Dapat disimpulkan pemimpin adalah orang yang
memiliki wewenang dalam memerintah suatu negara agar negara tersebut menjadi sejahtera
dan berperan sebagai penanggung jawab utama atas apa yang terjadi terhadap bawahannya.

Indonesia adalah suku kepulauan dengan tradisi budaya, sukubangsa, etnis dan bahasa
yang berbeda. Artinya, Indonesia membutuhkan kelompok kepemimpinan yang kuat yang
dapat mengenali berbagai jenis perbedaan yang ada di dalam negeri. Fokus pada BJ. Habibie,
presiden ketiga Republik Indonesia. BJ Habibie adalah ahli terkemuka dalam konstruksi
Pesawat dan ahli teknis terkemuka. Namun selama perjalanan, BJ Habibie harus kembali
fokus pada bidang utamanya politik. Insinyur yang brilian, BJ Habibie, seperti anak tk yang
baru memulai semester baru, "benci" belajar politik dari Nol. Hal itu terjadi saat BJ Habibie
menjadi presiden pada 1997, menggantikan Presiden Soeharto yang meninggal pada 21 Maret
1998. Ketika BJ Habibie menjadi presiden, ia hidup dalam masa transisi dan reformasi.
Meski penduduk sangat mengkhawatirkan keebebasan.

Dalam Makalah ini, kami mencoba mencantumkan berbagai tokoh yang tidak hanya
mewakili pandangan politik presiden, tetapi juga pandangan kemanusiaan dari sosok tersebut,
karena tidak dapat di pungkiri bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap kebijakan atau tindakan yang di ambilnya. Kami juga ingin
memperjelas bahwa seorang presiden adalah seseorang yang tidak dapat melarikan diri dari
masalah dan kekhawatiran dengan mengucapkan sepatah kata pun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sifat dan kepribadian B.J. Habibie?
2. Bagaimana Gaya kepemimpinan B.J. Habibie?
3. Apa saja Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan B.J. Habibie?
4. Apakah Penyebab Turunnya B.J. Habibie?

1.3 Manfaat dan Tujuan

A. Manfaat
Mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang bagaimana sifat dan kepribadian presiden
RI ke-3 B.J. Habibie serta gaya kepemimpinan dan kebijakan-kebijakannya.

B. Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami sifat dan gaya kepemimpinan seorang B.J Habibie, apa
saja kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan B.J. Habibie, dan bagaimana penyebab
turunnya B.J. Habibie.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat dan Kepribadian B.J. Habibie


Tidak dipermasalahkan lagi bahwa BJ Habibie memang seorang idealis yang dengan
keras kepala tidak mau beranjak dari citranya mengenal Indonesia modern dan cara
mencapainya. la seorang romantikus yang dengan penuh gairah menyambut semua taji tangan
dalam hidupnya. la tahu bagaimana rasanya bersendiri dalam menuju perjalanan yang benar.
Nasionalismenya terwujud dalam sajak, karangan dan perbuatannya. Habibie adalah ilmuwan
yang cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak tahu, selalu ingin mendalami segala sesuatu
sampai ke akar-akarnya, dan selalu bingung menghadapi omong kosong. la seorang
pemimpin yang mampu membakar semangat ribuan orang muda di dalam dan diluar badan
organisasi yang dipimpinnya. Bahwa BJ Habibie juga sorang pekerja keras, orang polos yang
tidak tahan pada keruwetan yang dibuat-buat, suka menolong orang lain, tahu membayar
hutang budi, taat pada agama, suami dan ayah penuh kasih sayang, dan nasionalis dalam arti
cinta tanah air.

B.J Habibie seorang yang perfeksionis yang heran melihat orang yang tidak berusaha
mencapai yang sesempurna mungkin dan dengan tabiat yang details selalu memperhatikan
sampai yang kecil-kecil. la juga seorang manajer yang baik, yang tahu menentukan sasaran
strategis maupun menentukan untung rugi tindakan-tindakan operasional yang mendetail. BJ
Habibie memang sook yang sangat temperamental. la cepat emosi, cepat marah, apalagi kalau
diajak berdebat. Salah satu penyebab Habibie sering ngotot dalam berdebat dan bertindak
emosional adalah persepsinya sebagai "orang pintar". Seseorang yang selalu berusaha
memberi motivasi pada anak buahnya, yang jika perlu tampil kedepan menunjukkan jalan,
dan yang pada saat-saat tepat memberikan peluang pada prakarsa anak buah dan hanya
mengikuti saja perkembangan keadaan. Habibie sangat terbuka dalam berbicara tetapi tidak
pandai dalam mendengar, akrab dalam bergaul, tetapi tidak jarang eksplosif. Sangat detailis,
suka uji coba tapi tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Habibie
digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang sendiri dalam
berwacana dan alergi terhadap kritik
2.2. Gaya kepemimpinan BJ. Habibie
Sebenarnya gaya kepemimpinan Presiden B.J. Habibie adalah gaya kepemimpinan
Dedikatif-Fasilitatif, yang merupakan bagian dari Kepemimpinan Demokratik. Pada era
pemerintahan dibawah pimpinan B.J Habibie, adanya kebebasan pers yang terbuka lebar
sehingga menghasilkan demokratisasi yang lebih besar. Saat itu pula peraturan-peraturan
perundang-undangan banyak diciptakan. Keadaan ekonomi berkembang dengan pesat
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Gaya komunikasinya penuh spontanitas,
menyala-nyala, cepat bereaksi, tanpa mau memikirkan risikonya. Apabila sedang dalam
situasi penuh emosional B.J Habibie cenderung bertindak atau mengambil keputusan dengan
cepat. Seolah ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya. Bertindak cepat,
rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan tensinya. Karakteristik ini diilustrasikan dengan
kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. B.J Habibie digambarkan sebagai pribadi yang
terbuka namun terlepas dari Tragedi Timor Timur B.J Habibie tepat dalam membuat
keputusan untuk kesejahteraan rakyat, ia membatalkan mimpi besarnya untuk menciptakan
pabrik pesawat demi kepentingan hidup dan perekonomian masyarakat, faktor utama bagi
hubungan kerjasama menurut seorang BJ. Habibie adalah adanya rasa kepercayaan.
Berdasarkan uraian diatas gaya kepemimpinan BJ Habibie identik dengan gaya
kepemimpinan yang Demokratis. Dalam gaya kepemimpinan yang demokratis umumnya
melihat peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen
organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Dibawah naungan pemerintahannya saat
itu, berbagai peraturan dan undang-undang yang dibuatnya sangat demokratis. Pertumbuhan
ekonomi saat itu berlangsung sangat pesat, daripada beberapa tahun sebelumnya. Habibie
menerapkan sistem terbuka dalam berbicara, tapi sayangnya tidak lihai dalam mendengarkan.
Dia juga mudah akrab dalam pergaulan, namun terkadang juga sangat eksplosif. Presiden
ketiga ini dikenal sangat detailis, senang melakukan ujicoba, sayangnya cenderung tidak
tekun saat merampungkan sebuah pekerjaan. Kepemimpinan BJ Habibie sebagai presiden RI
kala itu memiliki berbagai visi misi untuk meneruskan agenda reformasi hal ini juga
menunjukkan bahwa B.J Habibie memiliki gaya kepemimpinan kharismatik.

Adapun kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan demokrasi:

- Kelebihan
1. Memberikan kebebasan yang besar kepada kelompok untuk mengadakan kontrol terhadap
supervisor.

2. Merasa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan.

3. Produktivitas lebih tinggi

4. Pemimpin dan bawahan dapat saling mengenal dan dapat saling mengisi.

5. Keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya ras ikut memiliki, serta
terbinanya moral yang tinggi.

- Kekurangan

1. Banyak membutuhkan komunikasi dan koordinasi.

2. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.

3. Memberikan persyaratan tingkat "skill" (kepandaian) yang relatif tinggi bagi pemimpin.

4. Dibutuhkan adanya toleransi yg besar kepada kedua belah pihak karena jika tidak dapat
menimbulkan kesalahpahaman.

Dalam kepemimpinannya menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ.Habibie mempunyai


tiga landasan prilaku:

a) Sandaran kekuatan rohani

Salah satu hal yang menonjol dari B.J Habibie adalah sifat keberagamaannya yang kental.
BJ Habibie meyakini apa pun yang terjadi adalah kehendak Tuhan, walaupun kadang-
kadang bertentangan dengan kehendak manusia.

b) Kekuasaan adalah amanah

Salah satu yang mendasari prilaku kepemimpinan BJ Habibie adalah perahamannya


tentang "kekuasaan". Menurut B.J Habibie kekuasaan bukanlah tujuan, melainkan sarana
perjuangan atau pengabdian kepada bangsa dan negara. Kekuasaan adalah amanah yang
harus ditunaikan dengan baik, demi kepentingan rakyat dalam arti yang sebenarnya.

c) Inner dialog
Terbawa dari kebiasaanya sebagai seorang insinyur, yang harus memperhitungkan dengan
terperinci segala sesuatunya. BJ Habibie melontarkan pertanyaan kepada dirinya sendiri
mengenai hal-hal mendasar yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

2.3. Kebijakan-Kebijakan pada masa Pemerintahan BJ. Habibie


Pada Selasa, 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia saat itu, BJ Habibie, melantik
Kabinet pertama yang dikenal dengan Kabinet Reformasi Pembangunan. Ada 16 menteri
dan profesional kesehatan jiwa dari ABRI, Golkar, PPP dan PDI. Di bidang ekonomi,
Pemerintahan Habibie telah bekerja keras untuk meningkatkan. Beberapa hal yang
dilakukan pemerintahan Habibie antara lain:

1. Bidang Ekonomi

Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ.Habibie


melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan


unit Pengelola Aset Negara

b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah

d) Membuat lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri

e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF

f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
yang Tidak Schat

g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2. Bidang Politik

a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak


bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik

b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mochtar
Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independent d) Membentuk tiga
undang-undang yang demokratis yaitu :

(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik

(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu

(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR

2.4 Penvebab Turunnya Habibie


Tidak ada gading yang tidak tidak retak, begitu juga halnya pada diri BJ.Habibie. Ada
beberapa kepribadian dan sikap/kebijakan BJ.Habibie terutama di masa pemerintahannya
yang kontroversial dan dianggap kurang bagus. Ketika dipilih menjadi Presiden RI untuk
menggantikan posisi Soeharto, banyak orang berharap agar BJ.Habibie dapat bertindak tegas
kepada Pak Harto yang diduga melakukan KKN. Tetapi, selama menjadi Presiden RI, BJ
Habibie tidak pernah melakukan pemeriksaan kepada Soeharto. Presiden Habibie dianggap
memasang badan melindungi Soeharto. Hal lain yang menjadi catatan hitam Pak Habibie
adalah penangangan kasus Bank Bali. Presiden BJ Habibie dianggap kurang serius
menangani kasus yang melibatkan orang-orang yang dekat dengan Habibie. Mereka yang
disebut-sebut terlibat dalam skandal Bank Bali diantaranya adalah Timmy Habibie (adik
kandung Habibie), AA Baramuli (Ketua DPA), Setya Novanto (Wa.Bendara Golkar) dan
Tanri Abeng. Dikalangan pengusaha, terlibat konglomerat hitam Djoko Tjandra yang selama
ini dekat dengan petinggi Golkar. Turunnya BJ. Habibie juga dikarenakan lepasnya timor-
timor dari NKRI. BJ.Habibie dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan
kesepakatan MPR mengenai masalah Timor-Timur.

Pemerintah dianggap tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR/MPR sebelum


menawarkan opsi kedua kepada masyarakat Timor-Timur. Dalam jajak pendapat terdapat dua
opsi yang ditawarkan di Indonesia di bawah Presiden B.J. Habibie, yaitu: otonomi luas bagi
Timor-Timur dan kemerdekaan bagi Timor-Timur. Akhirnya tanggal 30 Agustus 1999
pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung aman dan dimenangkan oleh
kelompok Pro Kemerdekaan yang berarti Timor-Timur lepas dari wilayah NKRI. Masalah itu
tidak berhenti dengan lepasnya Timor-Timur, setelah itu muncul tuntutan dari dunia
internasional mengenai masalah pelanggaran HAM yang meminta pertanggungjawaban
militer Indonesia sebagai penanggungjawab keamanan pasca jajak pendapat.

Hal ini mencoreng Indonesia di dunia internasional. Selain kasus pelanggaran HAM
di Timor-Timur tersebut, terjadi kasus yang sama seperti di Aceh melalui Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) dan Irian Jaya lewat Organisasi Papua Merdeka (OPM), dengan kelompok
separatisnya yang menuntut kemerdekaan dari wilayah Republik Indonesia. Pada tanggal 1-
21 Oktober 1999, MPR mengadakan Sidang Umum. Dalam suasana Sidang Umum MPR
yang digelar dibawah pimpinan Ketua MPR Amien Rais, tanggal 14 Oktober 1999 Presiden
Habibie menyampaikan pidato pertanggung jawabannya di depan sidang dan terjadi
penolakan terhadap pertanggungjawaban presiden sebagai Mandataris MPR lewat Fraksi
PDI-Perjuangan, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia
dan Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa. Pada umumnya, masalah-masalah yang dipersoalkan
oleh Fraksi-fraksi tersebut adalah masalah Timor-Timur, KKN termasukan pengusutan
kekayaan Socharto, dan masalah HAM.

Sementara itu, di luar Gedung DPR/MPR yang sedang bersidang, mahasiswa dan
rakyat yang anti Habibie bentrok dengan aparat keamanan. Mereka menolak
pertanggungjawaban Habibie, karena Habibie dianggap sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Rezim Orba. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien
Rais menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan, "dengan demikian pertanggung jawaban
Presiden B.J. Habibie ditolak". Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa
dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden. Habibie juga iklas terhadap penolakan
pertanggung jawabannya oleh MPR.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gaya kepemimpinan B.J Habibie identik dengan gaya kepemimpinan yang demokratis.
Pada gaya kepemimpinan demokratis biasanya sudah lumrah pemimpin berperan sebagai
koordinator dan integrator berbagai organisasi agar menjadi sosok totaliter. Salah satu
Penyebab Turunnya BJ. Habibie juga dikarenakan lepasnya timor-timor dari NKRI. Konteks
yang terjadi pada Habibie dapat dimengerti melalui sudut pandang yang berbeda, karena jalan
pemikiran Habibie, dilalui dengan cara yang berbeda. Sehingga kita harus melihat dari
kacamata sama dengan yang ada pada latar belakang Habibie. Corak dari gaya kepemimpinan
Habibie tidak diasari atas politik kepentingan. Seperti yang terlihat, keberhasilan Habibie
dalam menyelesaikan krisis negaranya bukan karena usahanya sendiri. Namun, Habibie
menganggap menjadikan dirinya model (role model) untuk mempercepat transisi dari tatanan
rezim baru ke reformasi masalah. Pekerjaannya sebagai pejabat pemerintah membuat Habibie
berpandangan jauh ke depan. Habibie bisa melihat bagaimana kota itu akan tumbuh di masa
depan dan melindungi dirinya dari masalah yang pasti akan muncul. Alhasil, Pak Habibie
akan mampu membangun kembali Indonesia di bawah kepemimpinan baru meski masa
jabatannya hanya satu tahun.

3.2 Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Sebab jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin, dan pengikut mengikuti. Jika
pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu Saputro, I. B. (2019). Gaya Kepemimpinan Bacharuddin Jusuf Habibie Untuk


Membawa Indonesia Menuju Perubahan.
MI, E. (2019, September 13). Kepemimpinan Habibie. Media Indonesia.
Rani, A. M. (2015). Gaya Kepemimpinan Bacharuddin Jusuf Habibie Pasca Orde Baru Tahun
1998-1999. Jom Fisip Volume 2 No.2 .

Anda mungkin juga menyukai