Anda di halaman 1dari 136

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMODELAN KEBUTUHAN LISTRIK, PERANCANGAN TEKNIS


DAN ANALISIS EKONOMI UNTUK RENCANA REVITALISASI
TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN DI BUNGIN TECHNO
VILLAGE DAN DESA PANTAI BAKTI, KECAMATAN
MUARAGEMBONG, KABUPATEN BEKASI

TESIS

ADRIAN WASISTOADI BUDIARTO


2006608333

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM ENERGI
SALEMBA
DESEMBER 2021
UNIVERSITAS INDONESIA

PEMODELAN KEBUTUHAN LISTRIK, PERANCANGAN TEKNIS


DAN ANALISIS EKONOMI UNTUK RENCANA REVITALISASI
TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN DI BUNGIN TECHNO
VILLAGE DAN DESA PANTAI BAKTI, KECAMATAN
MUARAGEMBONG, KABUPATEN BEKASI

TESIS
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik

ADRIAN WASISTOADI BUDIARTO


2006608333

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM ENERGI
SALEMBA
DESEMBER 2021
UNIVERSITAS INDONESIA

ELECTRICITY DEMAND MODELLING, TECHNICAL


PLANNING AND ECONOMICAL ANALYSIS OF RENEWABLE
ENERGY TECHNOLOGY REVITALIZATION PLAN IN BUNGIN
TECHNO VILLAGE AND PANTAI BAKTI VILLAGE,
MUARAGEMBONG DISTRICT, BEKASI

THESIS
Submitted as a partial fulfilment of the requirement for the degree of Master of
Engineering

ADRIAN WASISTOADI BUDIARTO


2006608333

FACULTY OF ENGINEERING
ENERGY SYSTEM ENGINEERING MAJOR
SALEMBA
DECEMBER 2021
ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya sendiri,


Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Telah saya nyatakan dan benar.

Nama : Adrian Wasistoadi Budiarto


NPM : 2006608333

Tanda Tangan :

Tanggal : 24 Desember 2021

Universitas Indonesia
iii

STATEMENT OF ORIGINALITY

I hereby declare that this thesis is the result of my own individual work,
and all the sources quoted or referred have been stated correctly.

Name : Adrian Wasistoadi Budiarto


Student ID : 2006608333

Signature :

Date : December 24th , 2021

Universitas Indonesia
iv

LEMBAR PENGESAHAN

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 24 Desember 2021

Universitas Indonesia
v

STATEMENT OF LEGITIMATION

Stated in : Depok
Date : December 24th, 2021

Universitas Indonesia
vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Adrian Wasistoadi Budiarto
NPM : 2006608333
Program Studi : Teknik Sistem Energi
Departemen : Teknik Sistem Energi
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pemodelan Kebutuhan Listrik, Perancangan Teknis dan Analisis Ekonomi Untuk


Rencana Revitalisasi Teknologi Energi Terbarukan di Bungin Techno Village dan
Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi”

Bersama dengan perangkat lainnya. Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini,
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 24 Desember 2021

Universitas Indonesia
vii

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
berkatNya, penyusunan tesis ini dapat dijalankan tanpa kurang suatu apapun dan
diselesaikan tepat waktu. Tesis ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan
gelar Magister Teknik Program Studi Teknik Sistem Energi di Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Dalam penyusunan tesis ini, saya dibantu oleh beberapa pihak dan
orang dalam bentuk materi, bimbingan, doa, harapan, dan dukungan. Maka dari itu, saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng sebagai dosen pembimbing yang senantiasa
bersedia untuk membimbing dan memberikan saran dalam penyusunan tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA; Dr. Ir. Bambang Priyono, M.T dan Dr. Armand Omar
Moeis, S.T, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik, feedback, dan
saran yang membangun untuk tesis ini.
3. Papa, Mama, Dik Alex, Dik Andre dan keluarga yang tak henti-hentinya memberikan
doa, dukungan, dan cinta kepada saya.
4. Fairuz Tsania dan Deborah Sotya Larasati, selaku sahabat saya sejak masa kuliah S1
dan masih berlangsung hingga saat ini.
5. Teman-teman masa kuliah S1 basis Bekasi, yaitu Farras Ammar, Jodi Noor, Rizky
Rizacky, Muhammad Luthfi, Dhavin Ariza, dan Radhitya Abiyoga yang telah
menjadi rekan berolahraga di saat kesibukan kuliah.
6. Ihsan Ramadhan, Ainayya Salsabila, Abdurrahman Munif, dan Paras Ayu sebagai
sahabat dan rekan workout mingguan, juga teman bermain sejak kuliah S1.
7. Mas Pandu Herdiansyah, Mas Hermawan Febriansyah, Mas Singgih Adi, dan Mbak
Risa Riani sebagai rekan kelompok tugas mata kuliah Teknologi Energi yang
menjadi teman-teman dekat selama kuliah S2.
8. Pak Reza Fathurrahman, rekan saya di TSE UI 2020 dan teman seperbimbingan tesis
yang telah memberikan sharing kepada saya mengenai penulisan publikasi ilmiah
dan presentasi di konferensi.
9. Rekan-rekan TSE UI 2020 yang juga dibimbing oleh Prof. Adi Surjosatyo dalam
penulisan tesisnya masing-masing: Mas Agung, Mas Amrianto, Mas Resky, Mas
Santoso, Mas Try Bagus, dan Pak Mawan.

Universitas Indonesia
viii

10. Kang Dedi, Pak Basir, Pak Satibi, dan Mas Richard yang telah membantu saya dalam
memperoleh data-data dan informasi mengenai Pantai Muara Bungin dan Desa
Pantai Bakti Muaragembong.
11. Bang Gabroni Sagala dan Mbak Sulistyawati, selaku atasan dan rekan kerja di PT.
Gasd Geosby yang telah membantu selama saya bekerja ketika berkuliah S2.
12. Kak Atica Chairunnisa, sebagai sosok kakak dan teman bertukar cerita selama masa
kuliah S1 saya hingga saat ini.
13. Cantika Rahmalia Putri, Virly Aswirta, Arma Oktaviani, Kintari Faza, Safirra Tista,
Rafly Muhammad Fajar, Dicky Alamsyah, Jafar Waliyudin, Jaffar Gibrani, Visionta,
Deborah Sotya Larasati dan Benedicta Vanessa, selaku sahabat dan teman dekat saya
sejak awal masa perkuliahan S1 hingga saat ini.
14. Kak Inas Sharfina Rahmah, Alya Hafidza dan Benna Febrysha Azzahra, selaku
kakak dan saudara asuh saya selama berkuliah S1 di DTS UI.
15. Teuku Rizki Reynaldy, Primetta Tatiana, Klemens Ryan, Gabby Jesica Abigail, dan
Putri Amelia sebagai adik asuh kesayangan saya ketika berkuliah S1 di DTS UI.
16. Rizkia Afra dan Rachelya Olivya Kartika, juga merupakan adik kesayangan ketika
kuliah S1 di DTS UI yang selalu memberikan dukungan dan doa.
17. Seluruh rekan-rekan TSE UI 2020 yang telah memberikan pengalaman dan
kenangan berkuliah bersama-sama walaupun hanya secara daring.
18. Seluruh pihak yang telah membantu dalam bentuk apapun, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu namanya di sini.
Saya menyadari bahwa penyusunan tesis ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
saya memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam tesis yang telah saya
susun ini. Harapannya, penyusunan tesis ini mendapatkan saran, kritik, dan masukan yang
membangun agar menjadi lebih baik, sehingga tesis ini dapat menjadi bermanfaat bagi
pembaca dan pihak lain yang membutuhkannya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberkati kita semua.

Depok, 24 Desember 2021

Penulis

Universitas Indonesia
ix

ABSTRAK
Nama : Adrian Wasistoadi Budiarto
Program Studi : Teknik Sistem Energi
Judul : Pemodelan Kebutuhan Listrik, Perancangan Teknis dan Analisis
Ekonomi Untuk Rencana Revitalisasi Teknologi Energi Terbarukan
di Bungin Techno Village dan Desa Pantai Bakti, Kecamatan
Muaragembong, Kabupaten Bekasi
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng.

Pada tahun 2020, kontribusi energi baru terbarukan pada bauran energi Indonesia
baru mencapai 14,71%. Angka tersebut masih jauh untuk mencapai target bauran energi
baru terbarukan nasional sebesar 23% di tahun 2025 dan 31% di tahun 2050 yang
tercantum pada RUEN. Untuk menggencarkan usaha dalam mencapai target tersebut,
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan potensi energi baru terbarukan
yang dimiliki oleh daerah-daerah di Indonesia, terutama di daerah pesisir seperti Pantai
Muara Bungin di Desa Pantai Bakti, Bekasi. Daerah tersebut memiliki rerata kecepatan
angin sebesar 3,26-5,41 m/s dan radiasi matahari sekitar 5 – 5,4 kWh/m2/hari. Potensi
tersebut sudah dimanfaatkan dengan dipasangnya 3 turbin angin The Sky Dancer TSD-
500 dan dua buah panel surya monokristalin dengan total kapasitas sebesar 1800 Watt
peak sejak 2014, membuat Pantai Muara Bungin dikenal dengan nama Bungin Techno
Village. Sayangnya, turbin angin tersebut telah dibongkar akibat usang pada Oktober
2021 dan panel surya terpasang sudah jarang dioperasikan dan dirawat. Agar dapat
mempertahankan eksistensi Bungin Techno Village dalam memanfaatkan potensi energi
baru terbarukan di daerahnya, rencana revitalisasi atau peningkatan fungsi kerja dari
teknologi dimaksud dapat dilakukan.
Rencana ini akan menghasilkan pembangkit listrik teknologi energi terbarukan
yang dapat melayani Desa Pantai Bakti. Hasil proyeksi yang dilakukan oleh LEAP
menunjukkan bahwa kebutuhan energi listrik Desa Pantai Bakti hingga 2031 akan
mencapai 1.965,1 kWh/hari. Pembangkit listrik tenaga EBT yang direncakan akan
menanggung beban listrik sebesar 1.021,85 kWh/hari atau 51,6% dari total kebutuhan
listrik desa. Dihasilkan sebuah PLTS yang terdiri dari 104 unit panel surya
Monocrystalline Maysun 500 Wp Peak Power dengan lifetime 25 tahun, sebuah PLTB
yang terdiri dari 24 unit turbin angin berkapasitas 2000 W/220 V dengan lifetime 20
tahun, dan sebuah PLTSa yang terdiri dari mesin gasifikasi TG30 dan genset diesel
Caterpillar berkapasitas 200 kVa/160 kW dengan lifetime 20 tahun. Besar biaya
keseluruhan hingga akhir masa operasi untuk PLTS, PLTB, dan PLTSa yang
direncanakan di Desa Pantai Bakti masing-masing senilai Rp1.519.049.423;
Rp3.238.231.499; dan Rp859.733.884. Adapun investasi pembangunan ketiga
pembangkit dapat dikatakan layak dilakukan, dikarenakan nilai NPV dan ROR dari
masing-masing pembangkit menunjukkan angka positif atau lebih dari nol.

Kata Kunci: energi baru terbarukan, Bungin Techno Village, PLTS, PLTB, PLTSa,
proyeksi kebutuhan listrik, rencana revitalisasi, perencanaan teknis, analisis
ekonomi.

Universitas Indonesia
x

ABSTRACT
Name : Adrian Wasistoadi Budiarto
Study Major : Energy System Engineering
Title : Electricity Demand Modelling, Technical Planning and Economical
Analysis of Renewable Energy Technology Revitalization Plan in
Bungin Techno Village and Pantai Bakti Village, Muaragembong
District, Bekasi
Advisor : Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng.

In 2020, renewable energy sources contribution in Indonesia’s energy


production mix had only reached 14,71%. The percentage was still far from Indonesia’s
renewable energy mix target of 23% in 2025 and 31% in 2050 according to their own
national energy plan. To enhance their progress in reaching those targets, one way that
can be done is to benefit promising renewable energy potential in many areas, including
coastal area such as Muara Bungin Beach located in Pantai Bakti Village, Bekasi. The
village mentioned before have an average of 3,26-5,41 m/s wind speed and solar radiation
of 5-5,4 kWh/m2/day. To utilize the area’s potential, three units of The Sky Dancer TSD-
500 wind turbine and two monocrystalline solar panels with a total capacity of 1800 Watt
peak have been installed in that area since 2014, making Muara Bungin Village mostly
known as Bungin Techno Village to public. Sadly, the wind turbines have been removed
recently in October 2021 due to poor physical condition, and the solar panels rarely being
used and maintenanced. A revitalization plan can be done to keep Bungin Techno
Village’s existance in utilizing their renewable energy potential alive.
The revitalization plan will create huge project, which is to install renewable
energy power plants that can serve Desa Pantai Bakti’s electricity demand. A modelling
result by LEAP shows that Desa Pantai Bakti’s electricity demand will reach 1.965,1
kWh/day in 2031. The planned renewable energy power plants will handle electricity load
of 1.021,85 kWh/day or 51,6% from the village’s total electricity demand. A solar power
plant consisting 104 units of Monocrystalline Maysun Solar Cell 500 Wp Peak Power
with a lifetime of 25 years, a wind power plant consisting 24 units of 2000 W/220 V
capacity wind turbines with a lifetime of 20 years, and a waste-to-energy power plant
consisting a TG30 gasification machine and a 200 kVa/160 kW capacity diesel genset
Caterpillar with a lifetime of 20 years. The total cost for lifetime operation of the planned
solar, wind, and waste-to-energy power plant is estimated to be around Rp1.519.049.423;
Rp3.238.231.499; and Rp859.733.884 respectively. The investment for the renewable
energy technology revitalization plan can be considered economically worthy, judging by
the NPV and ROR of every single planned power plants showing positive values or
greater than zero.

Key words: renewable energy, Bungin Techno Village, solar power plant, wind power
plant, waste-to-energy power plant, electricity demand modelling,
revitalization plan, technical planning, economical analysis.

Universitas Indonesia
xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………...ii


STATEMENT OF ORIGINALITY................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iv
STATEMENT OF LEGITIMATION ............................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................................... ix
ABSTRACT ...................................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xv
BAB 1: PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 5
1.3 TUJUAN PENELITIAN ........................................................................................... 6
1.4 MANFAAT PENELITIAN ....................................................................................... 6
1.5 BATASAN PENELITIAN ........................................................................................ 7
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................................... 7
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 9
2.1 ENERGI ............................................................................................................... 9
2.2 ENERGI LISTRIK ................................................................................................ 11
2.3 ENERGI BARU TERBARUKAN ............................................................................ 12
2.4 TEKNOLOGI ENERGI BARU TERBARUKAN ......................................................... 14
2.4.1 Energi Surya ................................................................................................. 14
2.4.2 Energi Hidro ................................................................................................. 16
2.4.3 Energi Angin ................................................................................................ 17
2.4.4 Energi Panas Bumi ....................................................................................... 19
2.4.5 Energi Biomassa........................................................................................... 20
2.5 ENERGI BARU TERBARUKAN DI INDONESIA ...................................................... 23
2.6 REVITALISASI ................................................................................................... 26
2.7 PEMODELAN ENERGI......................................................................................... 26
2.8 STANDARD OPERATING PROCEDURE ................................................................ 29
2.9 DESA PANTAI BAKTI, KECAMATAN MUARA GEMBONG ................................... 29
2.10 BUNGIN TECHNO VILLAGE ............................................................................... 32
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 35
3.1 KERANGKA PENELITIAN ................................................................................... 35
3.2 PENDEKATAN PENELITIAN ................................................................................ 37

Universitas Indonesia
xii

3.3 WAKTU PENELITIAN ......................................................................................... 38


3.4 LANGKAH PENELITIAN...................................................................................... 40
3.4.1 Pengumpulan Data ....................................................................................... 40
3.4.2 Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Pantai Bakti ............................................ 42
3.4.3 Perencanaan Pengembangan Teknologi Energi Terbarukan ........................ 47
3.4.4 Analisis Ekonomi dari Teknologi EBT Hasil Perencanaan Pengembangan 53
3.4.5 SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan ......................................................... 55
BAB 4: PEMBAHASAN .............................................................................................. 56
4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA ............................................................................ 56
4.1.1 Jumlah Penduduk dari Tahun 2011-2020..................................................... 56
4.1.2 Data Kebutuhan Listrik Desa dan Pantai ..................................................... 56
4.1.3 Data Jumlah Rumah Warga.......................................................................... 57
4.1.4 Data Jumlah Fasilitas Desa .......................................................................... 57
4.2 HASIL PROYEKSI KEBUTUHAN DAN PENGUNAAN LISTRIK DESA ...................... 57
4.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Hingga 2031............................................ 57
4.2.2 Proyeksi Kebutuhan dan Penggunaan Listrik Desa ..................................... 60
4.2.3 Hasil Proyeksi Kebutuhan Lisrik Desa ........................................................ 63
4.3 PERHITUNGAN RANCANGAN TEKNOLOGI EBT DESA ....................................... 66
4.3.2 PLTS/Panel Surya ........................................................................................ 68
4.3.3 PLTB/Turbin Angin ..................................................................................... 71
4.3.4 PLTSa ........................................................................................................... 77
4.4 ANALISIS BIAYA TEKNOLOGI EBT TERANCANG .............................................. 82
4.4.1 Biaya PLTS/Panel Surya .............................................................................. 82
4.4.2 Biaya PLTB/Turbin Angin ........................................................................... 87
4.4.3 PLTSa ........................................................................................................... 92
4.5 TATA LETAK DAN DESAIN TEKNOLOGI............................................................. 98
4.6 SOP PEMELIHARAAN DAN PENGOPERASIAN ................................................... 103
4.6.1 PLTS........................................................................................................... 103
4.6.2 PLTB .......................................................................................................... 105
4.6.3 PLTSa ......................................................................................................... 107
BAB 5: PENUTUP ...................................................................................................... 111
5.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 111
5.2 SARAN ............................................................................................................ 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 113

Universitas Indonesia
xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh sebuah panel surya PV di Singapura yang terpasang di atap
bangunan .................................................................................................................. 15
Gambar 2.2 Skema turbin dan bendungan hidroelektrik ......................................... 17
Gambar 2.3 Contoh sebuah turbin angin blade kecil berbasis passive upwind ....... 18
Gambar 2.4 Contoh Diagram Alir Operasi dari PLTP Kamojang, Kabupaten
Bandung ........................................................................................................... ……20
Gambar 2.5 Skema pembangkit listrik tenaga biomassa bersumber sampah di
Pakistan dengan metode pembakaran langsung....................................................... 21
Gambar 2.6 Teknologi gasifikasi berbahan bakar sampah, Gasifier TG30............. 22
Gambar 2.7 Kapasitas terpasang energi terbarukan Indonesia tahun 2008-2019 .... 24
Gambar 2.8 Proyeksi bauran energi primer di Indonesia berdasarkan target bauran
menurut RUEN tahun 2025 hingga 2050 ................................................................ 25
Gambar 2.9 Contoh Hasil Pemodelan Permintaan Energi Suatu Sektor di LEAP
Berdasarkan Sumber Energi Dikonsumsi ................................................................ 28
Gambar 2.10 Peta Administratif Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muaragembong .. 30
Gambar 2.11 Makna dari Logo Bungin Techno Village .......................................... 32
Gambar 2.12 Tampak Turbin Angin dan Panel Surya Monokristalin di Techno
Village ...................................................................................................................... 33
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Dari Awal hingga Selesai .……….………...36
Gambar 3.2 Langkah pengisian parameter tahun awal dan akhir simulasi proyeksi di
LEAP ....................................................................................................................... 45
Gambar 3.3 Langkah pembuatan file structure di LEAP ........................................ 45
Gambar 3.4 Langkah pengisian data Key Assumptions di LEAP ............................ 46
Gambar 3.5 Langkah pengisian persamaan pada Demand di LEAP ....................... 46
Gambar 3.6 Langkah pengubahan skenario proyeksi menjadi BaU di LEAP......... 46
Gambar 3.7 Langkah pemasukan persentase pertumbuhan rumah dan bangunan desa
di LEAP ................................................................................................................... 47
Gambar 4.1 Hasil proyeksi jumlah penduduk Desa Pantai Bakti ketiga metode .... 58
Gambar 4.2 Hasil proyeksi kebutuhan listrik Desa Pantai Bakti 2021-2031 .......... 65
Gambar 4.3 Estimasi Beban Load Tiap Jam Harian PLT EBT Rencana di Bungin
Techno Village ......................................................................................................... 67
Gambar 4.4 Diagram Frekuensi Distribusi Kecepatan Angin Kecamatan
Muaragembong ........................................................................................................ 72
Gambar 4.5 Grafik Jumlah Keluarga Berdasarkan Tempat Membuang Sampah di
Desa Pantai Bakti Tahun 2020................................................................................. 77
Gambar 4.6 Penampakan area Desa Pantai Bakti di Google Earth Pro…………....99
Gambar 4.7 Penampakan lokasi rencana PLTS dan PLTB di Google Earth Pro .... 99
Gambar 4.8 Penampakan lokasi rencana PLTSa di Google Earth Pro .................. 100
Gambar 4.9 Ilustrasi satu unit panel surya Mono-Si 500 Wp dalam AutoCAD (satuan
meter). .................................................................................................................... 100

Universitas Indonesia
xiv

Gambar 4.10 Ilustrasi pemasangan array, baterai, controller, dan inverter PLTS
rencana dalam AutoCAD ....................................................................................... 101
Gambar 4.11 Ilustrasi pemasangan array, baterai, controller, dan inverter PLTS
rencana dalam AutoCAD secara keseluruhan ....................................................... 101
Gambar 4.12 Ilustrasi detail satu unit turbin angin 2000 W / 220 V di PLTB rencana
menggunakan AutoCAD........................................................................................ 102
Gambar 4.13 Ilustrasi jarak pemasangan turbin angin PLTB rencana dalam
AutoCAD (satuan meter) ....................................................................................... 102
Gambar 4.14 Ilustrasi denah PLTSa rencana dalam AutoCAD …….....................103

Universitas Indonesia
xv

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Berbagai bentuk energi beserta deskripsinya ............................................... 10
Tabel 2.2 Komponen pada panel surya ........................................................................ 15
Tabel 2.3 Komponen pada turbin angin dalam menghasilkan listrik ........................... 18
Tabel 2.4 Potensi energi baru terbarukan dan persentase pemanfaatannya dalam
bentuk kapasitas terpasang di Indonesia ....................................................................... 24
Tabel 2.5 Jumlah fasilitas desa di Desa Pantai Bakti per tahun 2020 .......................... 31
Tabel 2.6 Energi kinetik dan listrik dihasilkan oleh turbin angin TSD-500 di Bungin
periode November 2014 s/d November 2015 ............................................................... 33
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanan Penulisan Tesis .............................................................. 38
Tabel 3.2 Standar jumlah timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah 51
Tabel 4.1 Total jumlah penduduk Desa Pantai Bakti 2011-2020 ................................. 56
Tabel 4.2 Jumlah bangunan fasilitas desa di Desa Pantai Bakti ................................... 57
Tabel 4.3 Hasil proyeksi jumlah penduduk Desa Pantai Bakti ketiga metode ............. 57
Tabel 4.4 Nilai STDEV, R, dan CV dari hasil proyeksi ketiga metode ....................... 59
Tabel 4.5 Hasil proyeksi jumlah penduduk Desa Pantai Bakti metode regresi linier .. 59
Tabel 4.6 Persentase kepemilikan jenis aset rumah di pedesaan Jawa Barat
terpencil/ekonomi menengah ke bawah ....................................................................... 60
Tabel 4.7 Hasil estimasi kebutuhan daya listrik Desa Pantai Bakti 2021 .................... 61
Tabel 4.8 Hasil estimasi penggunaan daya listrik per jam Desa Pantai Bakti 2021..... 62
Tabel 4.9 Hasil proyeksi kebutuhan listrik Desa Pantai Bakti 2021-2031 ................... 64
Tabel 4.10 Estimasi profil penggunaan listrik Desa Pantai Bakti tahun 2031 ............. 65
Tabel 4.11 Estimasi profil beban produksi listrik untuk pembangkit listrik EBT di
Desa Pantai Bakti tahun 2031....................................................................................... 66
Tabel 4.12 Estimasi Beban Load Tiap Jam Harian PLT EBT Rencana di Bungin
Techno Village .............................................................................................................. 67
Tabel 4.13 Perkiraan rugi pemakaian panel surya ........................................................ 68
Tabel 4.14 Perkiraan kebutuhan jumlah komponen untuk perencanaan PLTS ............ 70
Tabel 4.15 Spesifikasi PV Maysun Solar 500 W ......................................................... 71
Tabel 4.16 Frekuensi Distribusi Kecepatan Angin Kecamatan Muaragembong ......... 72
Tabel 4.17 Spesifikasi Turbin Angin Kapasitas 2 kW ................................................. 73
Tabel 4.18 Perhitungan total energi yang dapat dihasilkan turbin angin 2 kW............ 74
Tabel 4.19 Kebutuhan komponen untuk perancangan PLTB Desa Pantai Bakti ......... 76
Tabel 4.20 Hasil perhitungan timbulan sampah di Desa Pantai Bakti ......................... 79
Tabel 4.21 Kebutuhan komponen untuk perancangan PLTSa Desa Pantai Bakti........ 81
Tabel 4.22 Hasil perhitungan biaya awal perencanaan PLTS di Desa Pantai Bakti .... 82
Tabel 4.23 Net Present Value pembangunan PLTS di Desa Pantai Bakti ................... 85
Tabel 4.24 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan PLTS di Desa Pantai Bakti . 87
Tabel 4.25 Hasil perhitungan biaya awal perencanaan PLTB di Desa Pantai Bakti .... 88
Tabel 4.26 Net Present Value pembangunan PLTB di Desa Pantai Bakti ................... 90
Tabel 4.27 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan PLTB Desa Pantai Bakti ..... 92
Tabel 4.28 Hasil perhitungan biaya awal perencanaan PLTSa Desa Pantai Bakti....... 92

Universitas Indonesia
xvi

Tabel 4.29 Net Present Value pembangunan PLTSa di Desa Pantai Bakti .................. 95
Tabel 4.30 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan PLTSa Desa Pantai Bakti.... 97
Tabel 4.31 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan seluruh pembangkit EBT
revitalisasi di Desa Pantai Bakti ................................................................................... 97
Tabel 4.32 Hasil perhitungan kebutuhan luas lahan revitalisasi pembangkit EBT di
Desa Pantai Bakti ......................................................................................................... 98
Tabel 4.33 SOP O & M PLTS rancangan di Desa Pantai Bakti ................................. 104
Tabel 4.34 Kategori Klasifikasi Kecepatan Angin ..................................................... 105
Tabel 4.35 SOP O & M PLTB rancangan di Desa Pantai Bakti ................................ 106
Tabel 4.36 Daily timeline operasi PLTSa rancangan di Desa Pantai Bakti ............... 107
Tabel 4.37 SOP O & M PLTSa rancangan di Desa Pantai Bakti ............................... 108

Universitas Indonesia
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik menjadi salah satu jenis energi yang umum digunakan oleh seluruh
masyarakat di berbagai belahan dunia. Energi yang dibangkitkan pertama kali oleh
Thomas Alfa Edison di tahun 1878 dalam sebuah bohlam lampu menyala ini memenuhi
hampir setiap kebutuhan sehari-hari manusia, seperti penerangan, alat-alat elektronik,
penggerak mesin, dan masih banyak lagi. Secara harafiah, energi listrik dihasilkan oleh
generator atau mesin pembangkit listrik. Pembangkitan listrik pada saat ini
membutuhkan sumber yang berasal dari dua jenis, sumber energi non-terbarukan seperti
minyak fosil atau batu bara, dan energi baru terbarukan seperti air dan angin (Shanefield,
2001). Setelah dibangkitkan, energi listrik akan disalurkan menuju pengguna, umumnya
perumahan, bangunan komersial atau perindustrian melalui sebuah jaringan transmisi
listrik. Energi listrik dapat dikonversikan menjadi energi gerak, energi cahaya ataupun
energi panas dalam efisiensi yang tinggi (Smith C. , 2001).
Indonesia merupakan salah satu negara yang besar di dunia, dalam segi populasi
maupun area. Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia perihal populasi, dengan
jumlah penduduk pada tahun 2020 sebanyak 270.203.917 jiwa, dan menduduki peringkat
ke-14 di dunia perihal luas daerah sebesar 1.904.569 km2 (BPS RI, 2021). Sebagai salah
satu negara yang padat dengan daerah yang luas serta beberapa faktor yang mendukung,
pertumbuhan dan kondisi ekonomi di Indonesia dapat dikatakan cukup mentereng.
Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk dalam keanggotaan
negara G20, dimana ekonomi di Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan tersebut
dan tergolong negara industrial terbaru. Hingga 2021, ekonomi Indonesia masuk
peringkat 16 dunia menurut total pendapatan GDP yang diestimasikan sebesar US$1,159
triliun. Sektor ekonomi terbesar di Indonesia adalah layanan jasa sebesar 43,4% dari total
GDP, diikuti oleh sektor industri sebesar 39,7% dan agrikultural sebesar 12,8% (Statista,
2020).
Karena perekonomian dan domestiknya yang masif, tidak heran bahwa
Indonesia memiliki kebutuhan energi yang sangat besar pula. Kebutuhan energi tersebut
dikuasai oleh sektor perindustrian, domestik, transportasi, dan bangunan komersial.
Sektor transportasi baru-baru ini menjadi salah satu sektor pengguna energi terbesar

Universitas Indonesia
2

akibat sektor perekonomian layanan jasa yang sedang marak, terutama di masa pandemi
COVID-19. Energi listrik menguasai sekitar 50% dari jumlah konsumsi maupun
kebutuhan energi di Indonesia. Jumlah konsumsi dan produksi energi listrik di Indonesia
masing-masing sebesar 213,6 TWh dan 235,4 TWh di 2020 (Index Mundi, 2020). Jumlah
energi yang diproduksi dalam jumlah yang banyak pula tersebut dihasilkan oleh
pembangkit listrik yang bersumber dari batubara, minyak bumi, gas, dan energi baru
terbarukan. Di 2020, sekitar 49,67% energi yang dihasilkan di Indonesia bersumber dari
batubara, diikuti oleh gas dan minyak bumi sebesar 35,64%, serta dari energi baru
terbarukan yang hanya sekitar 14,71% (Statista, 2020).
Energi baru terbarukan di Indonesia menjadi salah satu sektor yang sedang
berjalan perkembangannya, meskipun tidak begitu cepat. Sebagai salah satu anggota
negara yang hadir dalam Kesepakatan Paris tahun 2015, Indonesia memiliki komitmen
untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41%
dengan bantuan negara lain atau internasional hingga 2030 (Dirjen EBTKE, 2020).
Penurunan emisi gas rumah kaca dalam persentase tersebut diperkirakan sebesar 314-398
juta ton CO2. Untuk menurunkan jumlah emisi gas rumah kaca yang besar tersebut dapat
direalisasikan dengan langkah yang besar, yaitu penggunaan sumber energi baru
terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan beremisi rendah dibandingkan sumber
energi non-terbarukan seperti bahan bakar fosil. Meskipun begitu, perkembangan energi
baru terbarukan di Indonesia dapat dikatakan berjalan lambat. Pada tahun 2019, total
kapasitas terpasang energi baru terbarukan di Indonesia baru mencapai 10,3 GW.
Padahal, potensi energi baru terbarukan di Indonesia dapat mencapai 443 GW (IESR,
2017). Dari potensi tersebut, jenis energi surya dan angin menjadi dua jenis energi baru
terbarukan dengan potensi kapasitas terpasang terbesar di Indonesia, masing-masing
sebesar 207 GW dan 60 GW. Adapun, pemanfaatan kedua jenis energi tersebut masih
sangat kecil di Indonesia hingga saat ini, dimana energi surya baru terpasang kapasitasnya
sebesar 198 MW atau 0,04% dari total potensinya dan energi angin baru terpasang sebesar
147 MW atau 0,01% dari total potensinya (ADB, 2020). Angka tersebut cukup
mengkhawatirkan bagi Indonesia dalam mencapai target persentase energi baru
terbarukan sebesar 23% di tahun 2025 dan 31% di tahun 2050 pada bauran energi nasional
menurut Kebijakan Energi Nasional yang tertera pada PP RI nomor 79 tahun 2014. Target
bauran energi baru terbarukan tersebut ditetapkan guna memenuhi komitmen Indonesia

Universitas Indonesia
3

di Kesepakatan Paris tahun 2015. Maka dari itu, tidak ada pilihan lain selain
menggencarkan penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia dimulai dari saat ini,
terutama pemanfaatan energi surya dan angin yang masih kecil sekali kapasitas
terpasangnya guna mencapai target bauran energi nasional di tahun 2025 dan 2050.
Potensi dari energi surya dan angin umumnya berasal dari daerah yang terpencil,
seperti pesisir. Di pesisir atau pantai pada umumnya tidak terdapat gedung-gedung tinggi
atau bangunan-bangunan yang padat dan banyak, sehingga sinar matahari dapat
menghampiri tempat tersebut dengan iradiasi yang tinggi serta angin dapat berhembus
kencang tanpa penghalang. Salah satu lokasi dengan potensi energi angin yang
menjanjikan adalah di Pantai Muara Bungin, Desa Pantai Bakti, Kecamatan
Muaragembong, Kabupaten Bekasi, dengan kecepatan angin yang dapat mencapai 12 m/s
dengan rerata kecepatan angin tahunan sebesar 3,26 – 5,41 m/s (Alimuddin & Aryanti,
2020). Pada awalnya, pantai tersebut sangatlah terpencil, memiliki akses yang sulit serta
pasokan listrik yang sangat minim. Ketika sedang mengalami cuaca yang buruk, desa dan
pantai tersebut sebagian besar akan mengalami mati listrik hingga satu minggu. Tahun
2014, sebuah kelompok akademisi dari Universitas Indonesia yang dipimpin oleh guru
besar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik UI, yaitu Professor Adi Surjosatyo
bersama tiga mahasiswa, yakni Hafif Dafiqurrohman, Agung Hartansyah, dan Steven Lee
merintis proyek yang bertujuan mengatasi permasalahan kelistrikan dan meningkatkan
taraf hidup para nelayan di pantai tersebut. Didirikanlah sebuah turbin angin produksi
Jepang, yaitu The Sky Dancer TSD-500 yang dapat membangkitkan listrik puncak sebesar
500 Watt ketika digerakkan oleh angin dengan kecepatan hingga 12 m/s (Cahyono &
Tjahyono, 2018). Hingga saat ini, telah dipasang 3 buah turbin angin The Sky Dancer
yang dilaporkan dapat menghasilkan energi listrik sebesar 1 kWh per hari untuk setiap
turbinnya, desalinasi air bertenaga surya kapasitas 80 L/hari, dan dua buah panel surya
berjenis PV terapung dan PV monokristalin dengan total kapasitas sebesar 1800 Watt
peak (Sofianita, Surjosatyo, & Siregar, 2019). Pemasangan panel surya tersebut juga
dimaksudkan untuk memanfaatkan penyinaran matahari atau solar radiation GHI yang
cukup tinggi di Kecamatan Muara Gembong sebesar 5 – 5,4 kWh/m2/hari (IEA, 2019).
Selain mengatasi masalah kelistrikan dari pantai tersebut, hal ini juga meningkatkan
antusias masyarakat terhadap teknologi energi baru terbarukan, serta mendorong daerah-

Universitas Indonesia
4

daerah lainnya yang memiliki potensi tinggi dapat mengimplementasikan teknologi


tersebut.
Teknologi energi baru terbarukan tersebut setidaknya dapat membantu
masyarakat sekitar Pantai Bungin dalam mengatasi kebutuhan listrik, terutama bagi
nelayan dan pengusaha pasar ikan untuk mengeringkan dan menyimpan ikan pada
pendingin. Tujuan lain dari proyek yang dicanangkan Professor Adi Surjosatyo dan
timnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, terutama nelayan untuk
menambah pundi-pundi pendapatan dan perkembangan ekonomi di daerah tersebut
(REGEN, 2017). Selain potensi energi baru terbarukan, Pantai Bungin juga memiliki
potensi dalam dijadikan objek pariwisata. Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi telah
membentuk sebuah kelompok yang disebut dengan Kelompok Sadar Pariwisata atau lebih
umum disebut Pokdarwis. Pokdarwis khusus untuk Pantai Bungin beranggotakan warga-
warga di Desa Pantai Bakti dan sekitar pantai tersebut, yang bertugas merencanakan dan
mengelola Pantai Bungin sebagai objek pariwisata. Berdasarkan informasi dari
Pokdarwis tersebut, Pantai Bungin cukup ramai didatangi oleh para pengunjung,
setidaknya terdapat hampir mencapai 100 pengunjung yang datang ke pantai tersebut
terutama di akhir pekan. Pokdarwis di Pantai Bungin telah berencana akan
mengembangkan daerah pantai tersebut menjadi objek pariwisata yang lebih menarik,
mengundang lebih banyak pengunjung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Desa Pantai Bakti. Hal ini juga tentunya akan menambah kebutuhan listrik di Pantai
Bungin. Namun sayang, pada bulan Oktober 2021, tiga turbin angin The Sky Dancer 500
yang sudah terpasang cukup lama di desa tersebut harus dibongkar karena usang,
kepatahan sudu dan tiang yang sudah berkarat. Panel surya dan teknologi desalinasi masih
tetap terpasang, namun pengoperasiannya tidak begitu maksimal dan sering tidak
digunakan.
Pembongkaran ini sangat disayangkan, mengingat potensi energi terbarukan
Desa Pantai Bakti yang cukup besar, terutama radiasi sinar matahari dan kecepatan
anginnya, serta eksistensi Bungin Techno Village yang sudah berdiri cukup lama sejak
2014. Disebutkan sebelumnya bahwa Pantai Bungin dalam waktu dekat atau lama akan
dikembangkan oleh Pokdarwis. Ditambah lagi, jumlah penduduk di sekitar Pantai Muara
Bungin dan Desa Pantai Bakti akan meningkat, serta penambahan jumlah rumah atau
bangunan komersial seiring berkembangnya pula pantai tersebut sebagai objek pariwisata

Universitas Indonesia
5

yang menargetkan lebih banyak pengunjung yang berdatangan, menjadi faktor lainnya
yang juga akan menambahkan kebutuhan listrik di daerah tersebut. Sehingga, revitalisasi
atau pembangunan kembali energi baru terbarukan yang sudah diimplementasikan di desa
tersebut sejak 2014 dapat menjadi solusi untuk menanggung kebutuhan listrik, serta
menjaga eksistensi teknologi energi terbarukan di desa tersebut agar kelak menjadi
inspirasi bagi daerah-daerah pesisir lainnya untuk memulai memanfaatkan energi baru
terbarukan. Penulisan ini akan dimulai dengan memprediksi atau proyeksi kebutuhan
listrik di Desa Pantai Bakti dan Pantai Muara Bungin. Proyeksi yang diperoleh akan
menentukan teknologi energi baru terbarukan apa saja yang dapat direncanakan
berdasarkan potensi sumber energi baru terbarukan pada daerah tersebut. Setelah itu, akan
dilakukan analisis ekonomi terkait pembiayaan revitalisasi teknologi energi baru
terbarukan yang telah ditentukan, serta membahas Standar Operasional Prosedur atau
SOP dalam mengoperasikan dan memelihara teknologi yang telah direncanakan, guna
menjaga kondisi teknologi tersebut agar tetap baik dan terawat. Sebagai tambahan,
teknologi revitalisasi yang telah selesai direncanakan akan ditentukan letaknya
berdasarkan lokasi eksisting disertakan dengan gambar desain sederhana teknologi
tersebut menggunakan aplikasi AutoCAD. Rentang waktu yang dipakai dalam proyeksi
adalah untuk 10 tahun kedepan, yakni hingga tahun 2031. Penulisan ini meliputi
pemanfaatan sumber daya EBT yang melimpah serta menjadikan Desa Pantai Bakti
sebuah daerah yang sustainable dalam hal menggunakan sumber daya tersebut sebagai
opsi lain dalam membangkitkan listrik, sehingga penulisan ini menjadi wujud dukungan
dua poin Sustainable Development Goals atau SDG, yakni poin ke-7: Affordable and
Clean Energy dan poin ke-11: Sustainable Cities and Communities.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penulisan ini berdasarkan
latar belakang yang telah dituliskan di atas adalah:
1. Bagaimana hasil proyeksi jumlah kebutuhan energi listrik baik untuk domestik
maupun komersial pariwisata di Pantai Muara Bungin dan Desa Pantai Bakti
hingga 2031?

Universitas Indonesia
6

2. Bagaimana hasil perencanaan revitalisasi teknologi energi baru terbarukan di


Pantai Muara Bungin dan Desa Pantai Bakti berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan
energi listrik yang telah dilakukan?
3. Bagaimana hasil analisis ekonomi terkait biaya rencana revitalisasi
pengembangan teknologi energi baru terbarukan di daerah tersebut?
4. Bagaimana tata letak teknologi di lokasi eksisting, beserta dengan gambar desain
sederhana dari teknologi yang telah direncanakan menggunakan AutoCAD?
5. Bagaimana SOP yang dapat direncanakan untuk pengoperasian dan pemeliharaan
teknologi energi terbarukan hasil revitalisasi yang lebih baik?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memproyeksikan jumlah kebutuhan energi listrik baik untuk domestik maupun
komersial di Pantai Muara Bungin dan Desa Pantai Bakti hingga 2031
2. Membuat perencanaan revitalisasi teknologi energi baru terbarukan di Pantai
Muara Bungin dan Desa Pantai Bakti berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan energi
listrik yang telah dilakukan
3. Melakukan analisis ekonomi terkait biaya rencana revitalisasi teknologi energi
baru terbarukan di daerah tersebut
4. Menentukan tata letak di lokasi eksisting, beserta menyajikan gambar desain
sederhana dari teknologi menggunakan aplikasi AutoCAD.
5. Merancang SOP terkait pengoperasian dan pemeliharaan teknologi energi
terbarukan yang telah direvitalisasi di Desa Pantai Bakti.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pembaca ataupun pihak
yakni:
1. Bagi penulis, sebagai pengerjaan tugas akhir yang menjadi salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar akademis terkait, serta dapat
dimanfaatkan penulis sebagai penambahan wawasan terkait topik
penelitian/perancangan yang diangkat pada penulisan ini.

Universitas Indonesia
7

2. Bagi pihak pengembang baik Pokdarwis dan Pemerintahan Desa Pantai Bakti,
akademisi, perusahaan teknis, investor maupun calon pendana sebagai referensi
dalam melakukan pengembangan fungsi kerja (baik produksi energi maupun
kapasitasnya) teknologi energi terbarukan di daerah tersebut, baik informasi
teknis maupun ekonomis, serta mempertahankan eksistensi Bungin Techno
Village. Kedepannya, daerah-daerah lain selain Pantai Muara Bungin dan Desa
Pantai Bakti dapat terdorong untuk ikut serta memanfaatkan potensi energi baru
terbarukan, terutama energi surya dan bayu di daerah masing-masing.

1.5 Batasan Penelitian


Adapun penelitian ini dilakukan dengan menetapkan batasan-batasan tertentu,
yakni:
1. Objek penelitian dan perancangan ini adalah Bungin Techno Village dan Desa
Pantai Bakti, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi.
2. Proyeksi kebutuhan energi listrik menggunakan aplikasi LEAP untuk rentang
waktu 10 tahun kedepan, yakni hingga 2031.
3. Teknologi energi terbarukan yang akan dipertimbangkan dalam perencanaan
adalah teknologi yang disesuaian dengan kondisi dan potensi di daerah objek.
4. Analisis biaya dan ekonomi akan merujuk pada standar baik nasional maupun
internasional, maupun sumber literarur lainnya.
5. Penentuan tata letak menggunakan aplikasi Google Earth Pro, dan gambar desain
sederhana dari teknologi menggunakan aplikasi AutoCAD.
6. SOP yang dibentuk untuk pengoperasian dan pemeliharaan teknologi energi
terbarukan hasil rekonstruksi di Desa Pantai Bakti mengacu pada sumber literatur.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan,
dan sistematika penulisan dari penelitian ini.

Universitas Indonesia
8

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisikan penjelasan terkait studi literatur, landasan teori dan prinsip
dasar yang berkaitan dengan penelitian ini, termasuk gambaran umum objek studi.
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan penjelasan terkait tahapan-tahapan dalam melakukan
penelitian ini, dimulai dari pengambilan data, proyeksi, perencanaan, dan analisis
ekonomi.
BAB 4: PEMBAHASAN
Bab ini berisikan proyeksi penduduk dan kebutuhan energi, perancangan dan
penentuan teknologi energi terbarukan yang akan digunakan berdasarkan hasil proyeksi,
perkiraan biaya yang diperlukan dari rencana teknologi energi terbarukan yang sudah
ditentukan, penentuan tata letak dan pemaparan hasil gambar desain sederhana dari
teknologi dengan menggunakan aplikasi AutoCAD, pembahasan SOP pengoperasian dan
pemeliharaan teknologi energi terbarukan terevitalisasi.
BAB 5: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari keseluruhan penulisan ini, serta beberapa saran
yang dapat diberikan apabila nantinya akan ada pihak yang ingin mengembangkan atau
menyempurnakan penulisan ini.

Universitas Indonesia
9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi
Energi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu sistem dalam melakukan
suatu kerja (USDE, 2014). Sebuah sistem itu sendiri melakukan suatu usaha atau kerja
jika telah memberikan gaya terhadap suatu sistem lainnya, sehingga sistem tersebut
mengalami pergerakan dengan jarak tertentu. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa
energi berpindah dari satu sistem ke yang lainnya melalui interaksi fundamental.
Pada akhir abad ke-17, Gottfried Leibniz menemukan istilah energi dalam
bentuk gaya hidup. yang dijelaskan sebagai perkalian massa suatu objek dengan perkalian
kuadrat dari kecepatan objek tersebut, dimana gaya hidup tersebut dapat mengalami
halangan atau perlambatan yang diakibatkan oleh friksi atau gesekan. Rumus ini menjadi
lebih dikenal sebagai energi kinteik. Pada tahun 1807, istilah energi untuk menjelaskan
arti gaya hidup tersebut baru digunakan dan diperkenalkan oleh Thomas Young (Smith
C. , 1998). Setelah itu, perkembangan teori energi mulai meningkat. Pada 1845, James
Prescott Joule menemukan suatu hubungan berkaitan antara kerja mekanik dengan
pembangkitan panas. Joule menemukan kaitan tersebut melalui sebuah eksperimen yang
disebut dengan Aparatus Joule, dimana sebuah beban diikat pada sebuah tali dan
dinaikkan, menyebabkan rotasi atau perputaran pada pedal penggerak tali yang
menyebabkan terjadinya pertukaran panas. Hingga saat ini, satuan internasional untuk
energi dinyatakan dalam Joule, yang setara dengan energi yang dibutuhkan untuk
memberikan gaya kepada beban satu Newton untuk bergerak dengan jarak satu meter.
Satuan energi lainnya yang cukup populer adalah kalori, BTU, kilowatt-jam, dan lainnya.
Sedangkan, satuan umum untuk energi per satuan waktu adalah Watt.
Salah satu sifat energi yang umum adalah kekal (USDE, 2014). Perubahan
jumlah energi dalam suatu sistem selalu setara dengan perbedaan antara jumlah energi
yang dimasukkan dengan jumlah energi yang dikeluarkan dari sistem. Bentuk dari energi
dapat berupa energi cahaya, energi listrik, energi elastis, energi kimiawi dan lain
sebagainya. Energi itu sendiri dikategorikan menjad energi kinetik dan potensial, dimana
kinetik terdiri dari seluruh energi yang berhubungan dengan gerakan dan potensial terdiri
dari seluruh energi yang dimiliki suatu objek atau sistem akibat dari interaksi gaya dengan
objek atau sistem lainnya.

Universitas Indonesia
10

Sumber utama dalam pembangkitan energi berasal dari kekayaan alam yang
meliputi batubara, minyak, gas alam, uranium, dan biomassa (USDE, 2014). Sumber
pembangkitan energi terbagi menjadi dua jenis, yakni non-terbarukan dan terbarukan.
Seluruh contoh sumber energi non-terbarukan atau yang tidak dapat diperbarui telah
disebutkan sebelumnya terkecuali biomassa. Sedangkan contoh sumber energi terbarukan
adalah energi surya, angin, hidro, dan panas bumi. Energi memiliki kegunaan yang
beragam dan sangat penting bagi beberapa sektor penting seperti industri, transportasi,
pengembangan domestik dan agrikultur. Adapun ketersediaan sumber energi yang telah
disebutkan bergantung pada beberapa faktor seperti persebarannya di alam, teknologi
pengolahnya, kebijakan sosial dan ekonomi serta status sosial dan ekonomi (USDE,
2014).
Tabel 2.1 Berbagai bentuk energi beserta deskripsinya.
JENIS BENTUK DESKRIPSI
ENERGI
Mekanik Kumpulan dari energi kinetik rotasi, translasi makroskopik dan
potensial
Listrik Energi potensial yang berasal dari atau tersimpan dari komponen
elektrik
Magnetik Energi potensial yang berasal atau tersimpan dari komponen
magnetik
Gravitasi Energi potensial dari daya tarik bumi atau gravitasi
Kimiawi Energi potensial yang berasal dari ikatan atau reaksi kimiawi
Ion Energi potensial yang mengikat elektron dengan atom atau
molekul terkait
Nuklir Energi potensial yang mengikat nukleon dengan atom nukleus
Kromodinamik Energi potensial yang mengikat kuark-kuark untuk membentuk
hadron
Elastis Energi potensial sebuah benda atau komponen yang terdeformasi
mendapatkan gaya untuk kembali ke bentuknya yang semula
Ombak mekanik Campuran energi potensial dan kinetik pada materi elastis akibat
ombak deformasi
Ombak suara Energi kinetik dan potensial dari suara

Universitas Indonesia
11

JENIS BENTUK DESKRIPSI


ENERGI
Radiasi Energi potensial yang disimpan di penyimpanan komponen
radiasi elektromagnetik, termasuk cahaya
Termal Energi kinetik berasal dari pergerakan mikroskopik partikel
Sumber: (Alekseev, 1986)

2.2 Energi Listrik


Listrik merupakan suatu fenomena fisika berkaitan dengan suatu materi atau
perantara yang memiliki muatan atau ion elektrik. Keberadaaan ion elektrik baik
bermuatan positif atau negatif dapat menghasilkan suatu medan elektrik. Listrik
berhubungan erat dengan magnetisme, dimana keduanya menjadi bagian dalam fenomena
elektromagentik.
Pada tahun 1600, seorang peneliti dari Inggris, William Gilbert melakukan
penelitian yang dalam mengenai lisrik dan magnet, memunculkan efek Iodestone yang
menghasilkan listrik statis dari gosokan batu ambar (Stewart, 2001). Ia menamai listrik
statis yang muncul tersebut dengan sebutan elektrik, yang berasal dari kata bahasa Latin
“elektrikus”, bermakna dari atau seperti batu ambar (Baigrie, 2007). Kemudian, pada
abad ke-18, Benjamin Franklin melakukan penelitian mengenai listrik yang cukup
menggemparkan. Ia mengaitkan sebuah kunci logam ke bagian bawah tali layang-layang
dan menerbangkannya ke langit yang mendung. Langit mendung berpotensi akan
terjadinya petir atau kilat menyambar, dan ketika kunci dan layangan tersebut sampai ke
bawah kembali, kunci tersebut menghasilkan sebuah percikan listrik. Hal tersebut
membuktikan bahwa petir adalah bentuk listrik yang alami (Srodes, 2002). Setelah itu,
berbagai macam penemuan terkait listrik mulai bermunculan, seperti bioelektromagnetik
yang ditemukan oleh Luigi Galvani pada tahun 1791, baterai Voltaik yang terbuat dari
lapisan-lapisan zink dan tembaga oleh Alessandro Volta pada tahun 1800, fenomena
elektromagentik oleh Hans Christian Orsted dan Andre-Marie Ampere pada tahun 1819,
mesin elektrik oleh Michael Faraday pada tahun 1821, dan Georg Ohm yang menghitung
atau melakukan kalkulasi sirkuit elektrik pada 1827 (Guarnieri, 2014). Puncak dari
berbagai macam penemuan terkait listrik elektrik dicapai oleh penemuan bohlam lampu
oleh Thomas Alfa Edison di tahun 1878, dan diikuti oleh penemu-penemu lainnya seperti

Universitas Indonesia
12

Nikola Tesla dan Alexander Graham Bell yang menemukan peralatan dan teknologi
bertenaga listrik yang membantu kegiatan sehari-hari masayarakat pada umumnya.
Berbagai macam peralatan dan teknologi elektronik membutuhkan listrik
sebagai bahan bakar agar dapat beroperasi dengan baik. Energi listrik tersebut diperoleh
dengan pembangkitan listrik. Energi listrik yang tersedia secara alami begitu sedikit
sehingga perlu diolah dari sumber baku menjadi energi listrik yang siap digunakan.
Energi listrik diproduksi di sebuah pembangkit listrik leh mesin pembangkit atau
generator-generator elektromekanik, yang umumnya dikendalikan oleh mesin-mesin
panas berbahan bakar sumber non-terbarukan ataupun terbarukan.
Prinsip awal pembangkitan listrik ditemukan pada dekade 1820an oleh Michael
Faraday yang sebelumnya disebut menjadi pencetus mesin elektrik. Energi listrik
dibangkitkan dengan mengandalkan gerakan sebuah kabel atau disk Faraday diantara
kutub-kutub magnet. Pembangkitan listrik secara komersial dimulai pada tahun 1873
dengan penggabungan turbin hidraulik dan dinamo. Pembangkitan listrik secara mekanik
tersebut menjadi awal mulanya revolusi industri kedua, padahal sebelumnya energi listrik
dihasilkan dengan mengandalkan reaksi kimiawi dari baterai. Pembangkitan listrik di
pembangkit-pembangkit listrik pusat mulai diberlakukan di tahun 1882, dimana sebuah
mesin panas mengendalikan sebuah dinamo pada pembangkit listrik Pearl Street yang
memproduksi aliran listrik tipe DC untuk memenuhi kebutuhan listrik di kota New York.
Pembangkit listrik di Pearl Street ini mendorong kota-kota lainnya di seluruh dunia untuk
membangun pembangkit listrik bertenaga hidro dan batubara, dan mulai
menggunakannya tidak hanya untuk domestik, namun untuk bangunan komersial dan
transportasi. Hingga saat ini, sumber energi untuk pembangkitan listrik bervariasi, mulai
dari sumber non-terbarukan seperti batubara dan minyak bumi hingga sumber terbarukan
seperti angin, surya, hidro, dan panas bumi.

2.3 Energi Baru Terbarukan


Energi baru terbarukan atau EBT merupakan jenis energi yang bersumber dari
sumber atau materi yang dapat terbarui. EBT memiliki sumber yang ketersediannya akan
terus kembali terisi secara konstan, termasuk sumber yang bebas karbon seperti cahaya
matahari, angin, hujan ataupun ombak laut. Energi jenis ini sangat berlawanan dengan

Universitas Indonesia
13

energi yang bersumber dari bahan bakar fosil, yang ketersediannya jarang sekali dapat
terisi kembali dan telah diprediksi akan habis dalam kurun waktu 10-13 tahun kedepan.
Penggunaan energi baru terbarukan sesungguhnya telah ada beberapa ribu tahun
lalu, yaitu penggunaan biomassa seperti kayu dan dahan pohon sebagai bahan bakar api.
Tenaga angin dipakai sebagai penggerak kapal layar oleh bangsa Persia melalui sungai
Nil sekitar 7000 tahun yang lalu. Beberapa masa kemudian, bangsa Romawi
memanfaatkan panas bumi sebagai penghangat pada pemandian air panas yang cukup
populer di kalangan masyarakat bangsa tersebut. Setelah itu, energi terbarukan tradisional
digunakan oleh masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani atau peternak, yakni
tenaga pekerja manusia, tenaga hewan (kuda, kerbau), tenaga air melalui kincir air, tenaga
angin melalui kincir angin untuk penghancur padi, dan biomassa melalui pembakaran
kayu hutan. Penggunaan energi terbarukan tradisional ini mulai disaingkan dengan
penemuan dan perkembangan awal batubara di pertengahan abad ke-19, serta penemuan
sumber minyak bumi secara besar-besaran di abad ke-20.
Sumber-sumber energi baru terbarukan tersedia di banyak daerah, terutama yang
memiliki area geografi yang cukup luas. Transisi cepat menuju penggunaan energi baru
terbarukan akan meningkatkan efisiensi energi, diversifikasi sumber-sumber energi baru,
serta menjamin sekuritas energi dan keuntungan yang menjanjikan secara ekonomis.
Penggunaan energi baru terbarukan akan mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan,
terutama pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pembangkit-
pembangkit listrik bersumber bahan bakar fosil. Pengurangan emisi penyebab polusi
udara akan meningkatkan kesehatan masyarakat, dan membantu pemerintahan dalam
menekan biaya kesehatan hingga ratusan juta US Dollar, khususnya di negeri Amerika
Serikat (Jacobson, 2015). Energi baru terbarukan, terutama yang bersumber dari sinar
matahari, angin dan hidro dapat menyediakan dan memenuhi kebutuhan energi umat
manusia bahkan hingga 1 juta tahun ke depan (Schroder & Smith, 2008).
Pada tahun 2017, sumber energi baru terbarukan berkontribusi sekitar 19,3%
dari total konsumsi energi global dan 24,5% dari total pembangkitan listrik. Dari
persentase tersebut, sekiar 8,9% dari biomassa tradisional; 4,2% dari energi panas (panas
bumi atau panas matahari); 3,9% dari hidroelektrik dan 2,2% sisanya berasal dari listrik
yang dibangkitkan dari tenaga angin dan sinar matahari (REN21, 2017). Perkembangan
EBT secara global didukung oleh banyak negara, dapat dilihat dari total investasi masif

Universitas Indonesia
14

sebesar US$279,8 miliar, dan 45% dari dana tersebut berasal dari China serta 15% dari
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Perkembangan EBT juga memberikan sekitar
10,5 juta lapangan pekerjaan tersedia di perusahaan-perusahaan energi baru terbarukan.
Pada tahun 2020, setidaknya sekitar 66% atau dua pertiga dari pembangunan
pembangkitan energi listrik merupakan sumber energi baru terbarukan, dan di beberapa
negara, harga pembangkitan dan jual listrik yang dibangkitkan dari panel surya dan turbin
angin di lautan sangat murah (IEA, 2020).

2.4 Teknologi Energi Baru Terbarukan


Energi baru terbarukan belakangan ini memberikan jumlah produksi energi yang
cukup besar, terutama dalam empat sektor berikut: pembangkitan listrik, pendingin atau
penghangat air dan udara, transportasi, dan penyediaan energi mandiri di daerah-daerah
terpencil. Adapun pembangkitan energi listrik bersumberkan energi baru terbarukan
menggunakan teknologi-teknologi terkait berdasarkan dengan jenis EBT yang akan
dijadikan sumber produksi energinya, seperti contoh PLTB menggunakan turbin angin
dan PLTS menggunakan panel surya.

2.4.1 Energi Surya


Energi surya, radiasi cahaya dan panas yang bersumber dari cahaya matahari
dikumpulkan melalui teknologi-teknologi seperti pemanasan surya, PV, tenaga surya
terkonsentrasi/CSP, PV konsentrator/CPV, dan fotosintesis artifisial (Philibert, 2011).
Teknologi energi surya dikategorikan menjadi surya pasif atau surya aktif, dimana kedua
kategori ini didasarkan dari cara teknologi surya menangkap, mengubah, dan
menyalurkan energi surya. Teknologi surya pasif meliputi tindakan mengatur posisi
bangunan ke tempat dimana iradiasi matahari tinggi, memilih material dengan massa
termal yang sesuai atau properti dispersi cahaya yang memadai. Teknologi surya aktif
meliputi pengumpulan cahaya matahari untuk pemanasan dan konversi cahaya matahari
menjadi energi surya menggunakan PV atau CSP.
Sistem PV mengubah cahaya matahari menjadi arus listrik DC dengan
memanfaatkan efek fotoelektrik. Sedangkan sistem CSP menggunakan lensa atau cermin
dan sistem lacak untuk mengerucutkan area luas penyinaran matahari menjadi satu jalur
pencahayaan. Pembangkitan energi surya dengan sistem PV mengandalkan modul-modul

Universitas Indonesia
15

solar yang terdiri dari sel-sel surya, serta materi-materi semikonduktor (Jacobson, 2009).
Kabel-kabel modul, array, dan sub-sub medan dihubungkan dengan kabel-kabel surya
yang terbuat dari tembaga. Di dalam modul, terdapat dua jenis lapisan semikonduktor,
yakni bagian P dan bagian N, atau sering disebut dengan P-N junction. Di tengah-tengah
semikonduktor terdapat sebuah medan, dimana ion positif dari P dan ion elektron negatif
dari N akan saling bersentuhan, membentuk sebuah medan listrik yang akan
menghasilkan suatu arus listrik.

Gambar 2.1 Contoh sebuah panel surya PV di Singapura yang terpasang di atap
bangunan.
Sumber: (Kannan & Leong, 2005)

Tabel 2.2 Komponen pada panel surya.


Jenis Komponen Fungsi Komponen
Substrat Material yang menopang seluruh
komponen panel surya, berbahan logam
seperti aluminium atau molybdenum
yang juga berfungsi sebagai tempat
masuknya cahaya matahari.
Material Bagian inti dari panel surya dengan
semikonduktor karakteristik lapisan tipis, berguna
untuk menyerap cahaya matahari dan
tempat bertemunya elektron positif dan

Universitas Indonesia
16

Jenis Komponen Fungsi Komponen


negatif untuk menghasilkan energi dari
cahaya matahri yang diserap.
Lapisan antireflektif Membelokkan cahaya matahari kearah
semikonduktor untuk meminimalisir
jumlah cahaya matahari yang terpantul
kembali.
Enkapsulasi Melindungi seluruh bagian dari panel
surya dari air hujan atau debu kotoran.
Sumber: (PT Surya Utama Putra, 2021)

2.4.2 Energi Hidro


Energi hidro mengandalkan air yang jatuh atau mengalir dengan cepat untuk
menghasilkan listrik atau menggerakan mesin. Gerakan air menghasilkan energi kinetik
yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik atau energi mekanik. (Egre & Milewski,
2002). Sumber energi hidro seperti laut dan sungai menyimpan energi dalam jumlah yang
sangat besar. Hal ini dikarenakan air memiliki densitas 800 kali lebih besar dibandingkan
dengan udara.
Air yang terbendung oleh dinding bendungan akan mengalir masuk ke penstock
melalui pintu intake. Air akan mencapai turbin, dimana turbin yang terletak diujung
penstock akan bergerak dari kekuatan aliran air yang mengalir keluar menuju sungai.
Turbin yang bergerak tersebut terhubung dengan generator, yang akan mengonversikan
energi gerak akibat aliran air menjadi listrik dan menyalurkannya ke saluran tegangan
tinggi terdekat (EIA, 2021). Adapun energi hidro dapat dijadikan sumber untuk
menghasilkan tenaga hidro dan hidroelektrik.
• Konvensional: kebanyakan energi atau tenaga hidroelektrik datang dari air yang
dibendung, lalu dialirkan melewati turbin air yang terhubungkan dengan mesin
pembangkit. Jumlah tenaga hidro dan listrik yang diperoleh bergantung pada debit
aliran air, serta perbedaan ketinggian antara air terbendung dengan aliran air
keluar dari turbin air.

Universitas Indonesia
17

Gambar 2.2 Skema turbin dan bendungan hidroelektrik.


Sumber: (EIA, 2021)

• Pompa penyimpanan: menghasilkan energi listrik dengan cara memindahkan air


dari satu reservoir ke tempat penyimpanan lainnya dalam ketinggian yang
berbeda-beda. Ketika permintaan listrik sedang rendah, kapasitas pembangkitan
yang berlebihan digunakan sebagai tenaga untuk memompa air kembali ke tempat
penyimpanan yang lebih tinggi. Air akan dialirkan jatuh ke reservoir terendah
ketika permintaan listrik sedang tinggi. Air tersebut dijatuhka melalui sebuah
turbin yang telah dihubungkan dengan mesin pembangkit.
• Run of the river: hanya mengandalkan aliran air sungai yang datang dari hulu, dan
tidak dapat menyimpan energi berlebihan. Pemilihan sungai menjadi penting agar
dipilih sungai yang memiliki debit besar dan konstan.
• Pasang surut: mengandalkan arus pasang surut yang terjadi di perairan laut dan
pantai. Energi kinetik yang bersumber dari gerakan arus pasang surut dapat
menggerakan sebuah turbin berbentuk roda untuk dimanfaatkan energinya untuk
membangkitkan listrik.

2.4.3 Energi Angin


Energi angin yang digunakan untuk membangkitkan listrik diperoleh dengan
menggunakan turbin angin. Turbin angin tersebut dapat berbentuk vertikal maupun
horizontal, dengan tinggi yang dapat mencapai 80 meter. Terdapat sebuah baling-baling
umumnya memiliki panjang 15 meter yang akan berputar ketika sedang ada kecepatan

Universitas Indonesia
18

angin. Baling-baling terhubung dengan dua komponen, yakni rotor dan mesin pembangkit
(Goudarzi, 2012). Rotor inilah yang membuat baling-baling dapat berputar ketika
terhembuskan angin, yang akan memunculkan energi kinetik rotasi. Energi kinetik
tersebut akan dikonversi menjadi energi listrik oleh mesin pembangkit. Energi listrik yang
telah terbentuk disalurkan ke teknologi penyimpanan dibawah turbin angin, dan akan
disalurkan melalui jaringan transmisi.

Gambar 2.3 Contoh sebuah turbin angin blade kecil berbasis passive upwind.
Sumber: (Woofenden, 2012)

Tabel 2.3 Komponen pada turbin angin dalam menghasilkan listrik.


Jenis komponen Fungsi komponen
Gearbox Mengubah putaran kecepatan rendah pada kincir
turbin angin menjadi putaran berkecepatan
tinggi.
Generator Mengubah putaran dari turbin angin menjadi
energi listrik dengan menerapkan prinsip medan
elektromagnetik, dimana poros pada generator
dipasang dengan materi bersifat ferromagnetik.
Tiang penyangga Sebagai penopang dan struktur utama dari blade,
poros, gearbox dan generator
Rotor blade Menerima energi kinetik dari angin dalam
bentuk gerakan berputar.
Sumber: (INAMEQ, 2021)

Universitas Indonesia
19

2.4.4 Energi Panas Bumi


Di dalam kerak bumi, terdapat simpanan lahar yang menyebabkan suhu di kerak
bumi tersebut sangat tinggi. Selain itu, dapat diperkirakan bahwa terjadinya pembusukan
radioaktif beberapa mineral yang terdapat pada kerak bumi tersebut. Sumber panas bumi
ini berada pada setidaknya 6,400 kilometer di bawah permukaan bumi, tepatnya di bagian
luar inti bumi dengan suhu yang tinggi sekitar 5000oF. Karena suhu yang tinggi tersebut,
bebatuan di sekitar lapisan meleleh dan lelehan ini yang disebut dengan magma. Magma
inilah yang menyebabkan banyak bebatuan meleleh dan cadangan air di dalam kerak
bumi menjadi sangat panas. Panas inilah yang menjadi sumber energi panas bumi.
Untuk mendapatkan titik injeksi dari panas bumi tidaklah mudah. Ketika titik
tersebut didapatkan, maka panas bumi diinjeksikan baik dari cadangan air panas maupun
uap yang terbentuk di kerak bumi menuju pembangkit listrik tenaga panas bumi. Dalam
PLTP, setidaknya terdapat empat komponen teknologi utama dalam mengolah panas
bumi menjadi energi yang siap dikonversi generator menjadi energi listrik (Adiprana,
Purnomo, & Setiono, 2014).
• Steam Receiving Header, berfungsi sebagai jalur masuk uap yang berasal dari
sumur produksi. Teknologi ini berfungsi untuk membantu unit bertahan atas
fluktuasi tekanan dari uap yang masuk.
• Demister, terdiri dari kisi-kisi baja untuk menyingkirkan konten air pada uap dari
steam receiving header. Terdapat bagian dari demister yang membentuk kerucut,
yang akan menangkap sisa-sisa kelembapan dari uap dan menghasilkan uap
kering yang siap ditujukan ke turbin berdasarkan turbulensi dan perbedaan
tekanan antara kecepatan tinggi uap dan bentuk demister.
• Turbin, terdapat beberapa baling yang akan berputar ketika dialirkan uap panas
bumi yang telah melewati demister.
• Generator, mengubah energi putaran turbin menjadi energi listrik.

Universitas Indonesia
20

Gambar 2.4 Contoh Diagram Alir Operasi dari PLTP Kamojang, Kabupaten
Bandung.
Sumber: (Adiprana, Purnomo, & Setiono, 2014)

2.4.5 Energi Biomassa


Biomassa merupakan materi biologis yang berasal dari makhluk hidup atau
organisme yang hidup, biasanya dikaitkan dengan materi tanaman yang disebut biomassa
lignoselulosik. Biomassa dapat secara langsung digunakan dalam pembakaran untuk
menghasilkan panas. Kayu merupakan bahan yang umum digunakan sebagai sumber
pembangkitan energi berbasis biomassa. Tidak hanya kayu, terdapat beberapa tumbuhan
atau hasil panen seperti jagung, rerumputan, kelapa sawit dan bambu yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembangkitan energi biomassa. Limbah juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi biomassa, seperti sampah kayu, sampah peternakan
atau persawahan, limbah padat, dan limbah organik lainnya. Beberapa metode seperti
termal, kimiawi, dan biokimiawi dapat diterapkan untuk menkonversi biomassa menjadi
energi atau bahan bakar.
• Konversi termal, melakukan beberapa proses konversi menjadi energi atau bahan
bakar berkualitas dengan mengandalkan panas. Contoh proses yang
mengandalkan termal adalah torefaksi, pirolisis, dan gasifikasi.

Universitas Indonesia
21

• Konversi kimiawi, mengolah bahan baku biomassa secara kimiawi, seperti contoh
sintesis Fischer-Tropsch yang juga digunakan dalam pengolahan batubara.
• Konversi biokimiawi, menghancurkan atau mengupas molekul-molekul dari
biomassa yang telah dikomposisikan dengan mengandalkan mikroorganisme.
Beberapa contoh dari proses yang menggunakan metode biokimiawi adalah
digesti anaerobik, fermentasi, dan pengomposan.

Gambar 2.5 Skema pembangkit listrik tenaga biomassa bersumber sampah di


Pakistan dengan metode pembakaran langsung.
Sumber: (Siddiqi, Naseer, Wahab, & Kamangar, 2019)

Pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa menjadi pembangkit biomassa


yang digadang-gadangkan dapat mengatasi masalah persampahan yang menjadi perhatian
utama banyak negara pada saat ini. Di Indonesia sendiri terdapat 15,65 MW total
kapasitas terpasang PLTSa di tahun 2019 (Dirjen EBTKE, 2020). PLTSa umumnya
menggunakan metode biomassa secara konversi termal, dengan gasifikasi menjadi salah
satu metode yang dapat menghasilkan energi listrik dengan efisiensi yang cukup tinggi.
Sampah yang telah dikumpulkan pada umumnya akan dipilah antara sampah berjenis
organik dengan anorganik. Sampah organik yang masih memiliki ukuran cukup besar
akan dicacah atau diperhalus, lalu akan dibentuk dalam pelet-pelet kecil. Pelet ini
kemudian akan dimasukkan ke dalam mesin gasifikasi. Pelet ini memiliki kadar organik
dan daya bakar yang lebih baik (Putra, 2021). Gas sintetis yang kaya akan gas metana,

Universitas Indonesia
22

yang tercipta dalam proses gasifikasi akan terhubung ke generator untuk menghasilkan
energi listrik.
Adapun pada saat ini PLTSa mulai banyak menggunakan metode pembangkitan
secara gasifikasi modern. Gasifikasi merupakan proses dimana bahan pembakar
(umumnya sampah) dikonversikan menjadi syn-gas, dimana gas tersebut terdiri dari
hydrogen dan karbondioksida. Syn-gas ini dapat secara langsung digunakan untuk
menggerakan turbin. Pembakaran untuk pembentukan gas tersebut dilakukan melalui
reaktor gasifier dengan suhu pembakaran berkisar 500 – 1200oC. Proses gasifikasi dengan
bahan pembakaran sampah yang telah dipeletkan terdiri dari pengeringan, pirolisis,
pembakaran dan reduksi (Siregar, 2019).
• Pengeringan untuk mengubah kandungan air pada biomassa menjadi uap tanpa
menghancurkan komposisi kimiawi dari biomassa tersebut.
• Pirolisis adalah tahap dekomposisi hemiselulosa di suhu 200 – 500oC. Pelet
sampah yang merupakan biomassa kering setelah itu akan mengalami
pengarangan dengan suhu hingga 900oC untuk menghasilkan arang, tar, dan gas
CO, H2, H2O dan CH4.
• Pembakaran dimana arang akan terbakar untuk dimanfaatkan dalam reduksi gas-
gas yang dihasilkan sebelumnya dengan suhu hingga 1200oC.
• Reduksi merupakan proses akhir dari gas-gas yang tereduksi: H2, CH4, CO untuk
dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau penggerak turbin generator. Reduksi
dilakukan dengan suhu sekitar 400-900oC.

Gambar 2.6 Teknologi gasifikasi berbahan bakar sampah, Gasifier TG30.


Sumber: (Sharief, 2020)

Universitas Indonesia
23

2.5 Energi Baru Terbarukan di Indonesia


Pada saat ini, jenis energi baru terbarukan di Indonesia meliputi energi
angin/bayu, biomassa, surya, sampah, panas bumi dan air. Kapasitas terpasang dari
pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan di Indonesia adalah sebesar 10,3 GW
per tahun 2019 (Dirjen EBTKE, 2020). Sebagai negara yang luas akan perairannya baik
sungai, danau, ataupun lautnya, kapasitas energi air di Indonesia terpasang di tahun yang
sama adalah sebesar 5,98 GW atau 58% dari seluruh total kapasitas terpasang energi baru
terbarukan di negara tersebut. Jenis energi baru terbarukan yang baru saja mulai
berkembang adalah energi angin/bayu, surya, dan sampah, dimana kapasitas
terpasangnya masih berada di kisaran 15 hingga 155 MW.
Kiprah Indonesia dalam mulai menggunakan energi baru terbarukan sebagai
sumber energi yang nantinya akan menjadi sumber utama berawal dalam amanat UU RI
nomor 30 tahun 2007 mengenai Kebijakan Energi Nasional atau KEN. UU tersebut
menekankan bahwa diperlukan diversifikasi energi dalam pemenuhan energi baru
terbarukan, salah satunya adalah pengembangan EBT, mengingat bahwa sumber energi
non-terbarukan seperti bahan bakar fosil dan batubara suatu saat akan habis. Selain itu,
sumber energi non-terbarukan yang dimaksud telah berkontribusi besar dalam perusakan
alam melalui emisi yang dihasilkannya, menyebabkan semakin meningkatnya suhu
global. Indonesia turut serta dalam persetujuan Kesepakatan Paris tahun 2015 dan
berkomitmen penuh untuk menjaga kenaikan temperatur global sebesar 1,5oC dan tidak
melebihi angka 2oC (IESR, 2017). Penjagaan suhu tersebut dapat direalisasikan dengan
mengurangi emisi gas rumah kaca atau gas penyebab pemanasan global sebesar 29%
dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan mancanegara atau internasional, yang
tertera pada Undang-undang nomor 16 tahun 2016 mengenai ratifikasi pengurangan emisi
GRK di tahun 2030 (Dirjen EBTKE, 2020). Apabila undang-undang tersebut
dilaksanakan sepenuhnya, maka diperkirakan emisi GRK dapat menurun hingga 314-398
juta ton CO2. Salah satu cara untuk mereduksi emisi tersebut adalah dengan
menggencarkan pengembangan pembangkitan listrik dan energi lainnya dengan sumber
energi baru terbarukan.

Universitas Indonesia
24

Gambar 2.7 Kapasitas terpasang energi terbarukan di Indonesia tahun 2008-2019.


Sumber: (Dirjen EBTKE, 2020)

Hal tersebut seharusnya cukup mudah bagi Indonesia, dikarenakan potensi


energi baru terbarukan yang cukup menjanjikan, bahkan menjadi salah satu negara di
dunia dengan potensi tertinggi. Potensi tersebut diperkirakan mencapai 443 GW kapasitas
terpasang (IESR, 2017). Energi surya dan air menjadi dua jenis energi baru terbarukan
dengan potensi terbesar di Indonesia, masing-masing sebesar 207 GW dan 75 GW.
Namun kenyataannya, jumlah porsi potensi yang sudah dimanfaatkan masih sangat kecil,
bahkan belum ada satupun jenis energi baru terbarukan di Indonesia yang mencapai angka
10% pemanfaatan dari potensi yang ada. Energi surya sebagai jenis energi baru
terbarukan dengan potensi yang tertinggi baru termanfaatkan sekitar 0,04%. Energi air
merupakan sumber energi terbarukan yang memiliki persentase pemanfaatan atau rasio
kapasitas terpasang terhadap potensi tertinggi, yakni sebesar 6,4%.
Tabel 2.4 Potensi energi baru terbarukan dan persentase pemanfaatannya dalam
bentuk kapasitas terpasang di Indonesia.

Sumber: (IESR, 2017)

Universitas Indonesia
25

Gambar 2.8 Proyeksi bauran energi primer di Indonesia berdasarkan target


bauran menurut RUEN tahun 2025 hingga 2050.
Sumber: (Tampubolon, 2020)

Pemanfaatan yang masih sangat rendah tersebut meninggalkan pekerjaan rumah yang
cukup menantang untuk Indonesia. Target penerapan energi baru terbarukan untuk
Indonesia sesungguhnya tidak terlalu tinggi, namun dikarenakan kondisi pemanfaatan
yang masih sangat kecil dan lambat menyebabkan target tersebut terasa cukup berat untuk
direalisasikan dengan waktu yang dapat dikatakan cukup singkat. Peraturan Pemerintah
nomor 79 tahun 2014 mengenai KEN menyebutkan bahwa target bauran energi baru
terbarukan di Indonesia pada tahun 2025 dan 2050 harus sedikitnya mencapai masing-
masing sebesar 23% dan 31%. Adapun target tersebut telah diproyeksikan oleh IESR
dengan KESDM dalam Rencana Umum Energi Nasional atau RUEN Indonesia yang
merincikan target bauran setiap tahunnya. Dari penetapan bauran energi baru terbarukan
yang telah ditetapkan hingga tahun 2050, penurunan kontribusi energi berbahan bakar
fosil masih dibilang belum terlalu besar. Pada tahun 2020, energi fosil masih
mendominasi sebesar 87% dan berdasarkan proyeksi dari target RUEN tahun 2050 di
Gambar 2.7, bauran energi fosil tersebut hanya turun menjadi 69% (Tampubolon, 2020).
Penurunan tersebut mungkin akan memenuhi janji Kesepakatan Paris dan UU nomor
16/2016 dimana target penurunan emisi setidaknya mencapai 29% secara mandiri pada
2030, namun tidak bisa dihiraukan bahwa akan terus terjadi pemanasan global dan emisi

Universitas Indonesia
26

gas rumah kaca yang dihasilkan hingga tahun 2050 bahkan seterusnya selama bauran
energi bahan bakar fosil masih mendominasi.

2.6 Revitalisasi
Istilah revitalisasi cukup populer terdengar belakangan ini, terutama di saat
pembangunan di berbagai negara sedang gencar dilaksanakan. Pada umumnya kata
revitalisasi digunakan untuk mendeskripsikan sebuah perubahan atau pengembangan dari
suatu perencanaan terkait tata kota maupun pembangunan suatu wilayah, namun juga
dapat diartikulasikan atau dikaitkan dengan hal-hal lain seperti kebugaran ataupun
kondisi material (Wilczkiewicz & Wilkosz, 2015).
Makna revitalisasi sering digunakan dalam berbagai disiplin ilmu seperti
arsitektur, ekonomi, maupun studi sosial. Pemakaian kata revitalisasi yang bervariasi
disebabkan oleh hasil dari pengumpulan beberapa pengalaman atau kebiasaan serta
perkembangan dari kesadaran sosial masyarakat terkait perkembangan lingkungan
sekitar. Dalam teknologi, revitalisasi dapat bermaksud banyak namun bertujuan agar
teknologi tersebut dapat mengalami peningkatan kinerja dan fungsi, seperti contoh
penambahan jumlah alat, penggantian jenis alat dengan yang lebih canggih dan terbaru,
dan lainnya.

2.7 Pemodelan Energi


Pemodelan energi atau pemodelan sistem energi didefinisikan sebagai sebuah
proses pembuatan model-model berbasis komputasi mengenai sistem-sistem energi yang
masing-masing memiliki kondisi yang telah ditetapkan atau dicari secara komputasi,
dimana sistem-sistem tersebut nantinya akan diberlakukan analisis lebih lanjut. Dalam
pemodelan, beberapa metode diterapkan dimulai dari sisi ekonomis hingga sisi teknisnya
(Lai, Locatelli, Pim, Wu, & Lai, 2020). Pemodelan energi biasanya disertakan optimisasi
secara matematis untuk mendapatkan suatu sistem energi dengan biaya seminim-
minimnya. Model dapat dibuat untuk skala internasional, nasional, kawasan, hingga
kelompok atau golongan sendiri tertentu. Pemodelan energi sering dijadikan
pertimbangan bagi pemerintahan dalam membuat kebijakan terkait energi.
Pemodelan energi itu sendiri terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
kefokusannya, yakni model sektor listrik dan model sistem energi.

Universitas Indonesia
27

• Model-model sektor listrik digunakan untuk memodelkan suatu sistem energi


listrik. Pemodelan ini dapat dilakukan untuk skala nasional ataupun regional.
Pemodelan ini menggunakan model-model berbasis teknik, mengacu pada
teknologi-teknologi yang diikutsertakan dalam sistem energi listrik. Pemodelan
ini juga dapat digunakan untuk mempelajari tren strategis di dalam pasar listrik.
• Model-model energi sistem meliputi energi-energi lain selain produksi energi
listrik, seperti panas dan gas. Pemodelan ini dapat dilakukan untuk skala nasional
hingga internasional. Pemodelan top-down dilakukan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor ekonomis, dan pemodelan secara bottom-up lebih memerhatikan sisi
teknis atau operasional. Suatu pembangkit akan dikarakterisasikan berdasarkan
kurva efisiensi, kapasitas, biaya investasi dan biaya operasional, bahkan juga
faktor eksternal seperti cuaca dan suhu (Bruckner, Morrison, Handley, &
Patterson, 2003).

Beberapa aplikasi model atau pemodelan energi berskala besar yang umum digunakan
oleh pihak-pihak terkait termasuk pemerintahan sektor energi adalah berikut:
• LEAP atau Low Emissions Analysis Platform merupakan sebuah alat aplikasi
untuk melakukan analisis kebijakan energi, rencana penekanan dan
pengurangan polusi udara dan asesmen mitigasi perubahan iklim. LEAP
dikembangkan oleh SEI US Center, yang dapat digunakan untuk skala negara,
negara bagian maupun regional (SEI, 2012). LEAP digunakan untuk simulasi
sistem energi dengan jangka waktu 20-50 tahun kedepan. Hasil simulasi dan
perhitungan ditampilkan dalam interval tahunan.
• MAPS atau General Electric’s Multi Area Production Simulation merupakan
simulasi pemodelan produksi untuk merencanakan dan memprediksi dampak
ekonomi dari pembelian atau biaya-biaya terkait fasilitas komponen
pembangkitan dan transmisi energi listrik dalam pasar listrik.
• MARKAL merupakan aplikasi pemodelan sistem energi terintegrasi yang
digunakan untuk menganalisis isu energi, ekonomi, dan lingkungan dalam
skala global, nasional hingga kawasan dalam beberapa waktu kedepan atau
beberapa dekade kedepannya. Aplikasi ini umumnya dipakai untuk kalkulasi
dampak-dampak dari kebijakan terkait pengembangan teknologi dan deplesi

Universitas Indonesia
28

persediaan sumber daya alam untuk energi. Meskipun begitu, MARKAL


diganti dengan aplikasi yang mirip namun lebih terkembangkan, yakni
TIMES. Kedua-duamya juga dikembangkan oleh ETSAP dan IEA dari
Amerka Serikat. TIMES dapat memodelkan dua pendekatan sistem yang
berbeda, yakni sisi ekonomis dan teknis dalam satu pemodelan energi. TIMES
melakukan pemodelan energi dengan metode bottom-up, yang menggunakan
pemrograman linier untuk menghasilkan model sistem energi yang rendah
biaya, namun teroptimisasi secara teknis dalam jangka panjang.
• NEMS atau National Energy Modelling System merupakan pemodelan
kebijakan pemerintah terkait energi yang sering digunakan di Amerika
Serikat. Aplikasi ini dapat melakukan pemodelan dengan pemrograman linier
atau non linier, dan digunakan dalam melakukan pemodelan dari sisi
permintaan untuk mendapatkan model-model teknologi energi yang
disesuaikan dengan permintaan konsumen di domestik maupun bangunan
komersial (Wilkerson, Cullenward, Davidian, & Weyant, 2013).

Gambar 2.9 Contoh Hasil Pemodelan Permintaan Energi Suatu Sektor di LEAP
Berdasarkan Sumber Energi Dikonsumsi.
Sumber: (Winarno, 2005)

Universitas Indonesia
29

2.8 Standard Operating Procedure


Prosedur Operasi Standar merupakan suatu alur kerja atau cara mengoperasikan
atau melakukan suatu kegiatan kerja yang tersusun berdasarkan standar yang berlaku.
SOP menyangkut langkah atau tahap-tahap dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja
yang baik dan sesuai. Pada umumnya, SOP lebih dikenal sebagai istilah yang umum di
perusahaan-perusahaan. Adapun kegunaan SOP dalam suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan atau menjaga kualitas dan kinerja karyawan, meningkatkan keuntungan,
serta mengembangkan perusahaan secara keseluruhan (Ekotama, 2018).
Penyusunan SOP dapat menggunakan bentuk atau format yang berbeda-beda,
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan. Umumnya, SOP disusun dalam bentuk narasi,
bagan alir, gambar, dan video:
• Narasi dapat berbentuk sederhana yang dikhususkan untuk jenis kegiatan kerja
yang memiliki proses pendek dan tidak memerlukan keputusan, ataupun
berbentuk hierarki.
• Bagan alir digunakan untuk aktivitas kerja yang memiliki proses panjang dan
melibatkan pengembalian keputusan.
• Gambar digunakan untuk proses kerja dengan langkah-langkah yang panjang,
bentuk ini memudahkan karyawan karena disajikan dalam bentuk contoh visual
seperti contoh gambar orang yang sedang melakukan salah satu langkah kerja.
• Video merupakan bentuk SOP yang lebih rumit dibentuk, namun dapat dimengerti
dengan mudah oleh karyawan atau pekerja karena disajikan dalam bentuk teknis
visual.

2.9 Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong


Desa Pantai Bakti merupakan salah satu desa di dalam Kecamatan
Muaragembong, Kabupaten Bekasi. Desa ini terletak di bagian utara Ibukota Kabupaten
Bekasi dengan luas daerah sebesar 3442 hektar, dengan rincian sawah dan ladang seluas
441 hektar, tambak empang seluas 2961 hektar, perumahan seluas 97 hektar, dan
pemakaman seluas 2 hektar (Pemerintah Desa Pantai Bakti, 2021). Desa Pantai Bakti
terdiri dari 3 buah dusun yang dibawahi oleh 6 Rukun Warga dan 19 Rukun Tetangga.
Adapun Desa Pantai Bakti memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut:
• Berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara

Universitas Indonesia
30

• Berbatasan dengan Anak Sungai Citarum dan Kabupaten Karawang di sebelah


timur
• Berbatasan dengan Sungai Citarum dan Desa Pantai Mekar di sebelah selatan
• Berbatasan dengan Desa Pantai Bahagia di sebelah barat.
Desa ini berada di daerah dengan ketinggian tanah sekitar 500-600 meter diatas
permukaan laut dengan suhu 22-35oC. Ketinggian tanah yang rendah dan suhu yang
cukup dingin di desa tersebut dikarenakan berbatasan langsung dengan Pantai Muara
Bungin, Pantai Beting dan Laut Jawa. Desa ini mengalami iklim kemarau dan penghujan,
sama dengan daerah yang lainnya.

Gambar 2.10 Peta Administratif Desa Pantai Bakti, Kecamatan


Muaragembong.
Sumber: (Pemerintah Desa Pantai Bakti, 2020)

Pada awalnya, desa ini bernama Desa Suka Jaya. Desa ini berubah nama menjadi
Desa Pantai Bakti pada tahun 1967. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Universitas Indonesia
31

no. 53 tahun 1981 mengenai Pembentukan Kecamatan Muaragembong yang dikeluarkan


pada 24 Desember 1981, Desa Pantai Bakti berada di bawah Kecamatan Muaragembong,
bersama-sama dengan Desa Pantai Sederhana. Desa Pantai Bakti memiliki beberapa jenis
lembaga yang menunjang kesejahteraan dan kemajuan desa, yakni:
• Badan Permusyawaratan Desa sebagai lembaga perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD terdiri dari ketua RW dan RT,
pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh masyarakat. Bersama
Kepala Desa, BPD menetapkan peraturan desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
• Karang Taruna, membantu melaksanakan kerja bakti dan kerja lainnya dalam
membangun desa.
• Pokdarwis, merupakan Kelompok Sadar Wisata yang dibentuk ole kepala desa
dan Dinas Pariwisata. Pokdarwis beranggotakan warga desa yang sukarela bekerja
untuk menjaga dan mengembangkan Pantai Muara Bungin sebagai objek
pariwisata yang butuh dilestarikan.

Berikut dibawah ini adalah rincian jumlah fasilitas desa yang dimiliki oleh Desa Pantai
Bakti hingga tahun 2020:
Tabel 2.5 Jumlah fasilitas desa di Desa Pantai Bakti per tahun 2020.
Jenis Bangunan Fasilitas Desa Jumlah
Sekolah Dasar/MI 8
Sekolah Menengah Pertama 1
Sekolah Menengah Kejuruan 1
Sarana Kesehatan 1
Toko Kelontong 25
Warung Kedai Makanan 15
Masjid/Musholla 9
Lampu Jalanan 40
Sumber: (BPS Kabupaten Bekasi, 2020)

Universitas Indonesia
32

2.10 Bungin Techno Village


Kampung Bungin yang letaknya di dalam Desa Pantai Bakti, tepatnya di
sepanjang jalan samping Sungai Citarum hingga Pantai Muara Bungin pada awalnya
terisolasi, belum merasakan listrik dari PLN, serta akses jalan yang sangat rumit. Adapun
tim turbin angin dari UI yang dipimpin oleh Professor Adi Surjosatyo datang pertama kali
ke Bungin tahun 2013. Tim ini melihat potensi Bungin, baik angin maupun surya, serta
banyaknya nelayan yang memiliki komoditas perikanan laut yang cukup besar karena
dapat memasok pasar-pasar ikan di Kabupaten Bekasi. Dari sinilah, Bungin Techno
Village diusulkan oleh Professor Adi Surjosatyo bersama mahasiswanya: Agung
Hartansyah, Hafif Dafiqurrohman, dan Steven Lee sebagai bentuk community
empowerment pada 2014. Seiring berjalan waktu, Bungin Techno Village mendapatkan
dukungan berupa dana dari CEGs UI, TREC UI, dan Climate Change Fund dari
BAPPENAS (REGEN, 2017).

Gambar 2.11 Makna dari Logo Bungin Techno Village.


Sumber: REGEN, 2017.

Universitas Indonesia
33

Gambar 2.12 Tampak Turbin Angin dan Panel Surya Monokristalin di Bungin
Techno Village per April 2021.

Tim Bungin berhasil mengimplementasikan sistem pembangkit skala mikro


turbin angin 500 Wp pada 2014. Pada 2017 hingga saat ini, turbin angin tersebut
ditingkatkan kapasitasnya menjadi 1500 Wp, 2 buah PV monokristalin 1800 Wp dan
desalinasi air bertenaga surya 80 L/hari. Cita-cita Bungin Techno Village agar terus
berkembang dan menjadi desa DC off-grid pertama di Indonesia. Direncanakan pula
sebuah pengimplementasian hybrid sel surya dan gasifikasi biomassa untuk pengeringan
produk ikan. Mata pencaharian warga yang tinggal di Desa Pantai Bakti dan Bungin
Techno Village mayoritas adalah nelayan (REGEN, 2017). Sehingga, teknologi-teknologi
yang telah diimplementasikan di Bungin Techno Village sangat membantu masyarakat
sekitar Pantai Bungin dan sebagian Desa Pantai Bakti.
Tabel 2.6 Energi kinetik dan listrik dihasilkan oleh turbin angin TSD-500 di Bungin
periode November 2014 s/d November 2015.
Rentang Kecepatan Energi Kinetik Energi Listrik
Angin Angin Dihasilkan
m/s kWh
3,0 – 4,0 70 13,3
4,0 – 5,0 150 28,5
5,0 – 6,0 202 38,38

Universitas Indonesia
34

Rentang Kecepatan Energi Kinetik Energi Listrik


Angin Angin Dihasilkan
6,0 – 7,0 220 41,8
7,0 – 8,0 185 35,15
8,0 – 9,0 90 17,1
9,0 – 10,0 45 8,55
10,0 – 11,0 20 3,8
11,0 – 12,0 5 0,95
Sumber: (Warits & Surjosatyo, 2016)

Energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin TSD-500 yang dipasang di
Kampung Bungin dapat dibilang cukup besar. Pada rentang waktu bulan November 2014
hingga November 2015, potensi total energi angin di Kampung Bungin dapat mencapai
1,05 MWh (Warits & Surjosatyo, 2016). Di rentang waktu yang sama, TSD-500
terpasang di Kampung Bungin tercatat menghasilkan produksi listrik sebesar 207,38 kWh
atau 19,76% dari total potensi angin tersedia. Adapun potensi total energi angin yang
tersedia tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan oleh TSD-500. Selain efisiensi sistem
maksimalnya yang hanya sebesar 21%, kecepatan cut in dan cut off atau kecepatan angin
operasi dari TSD-500 berada di 3 – 12 m/s.
Namun sayangnya, pada bulan Agustus – Oktober 2021 ketiga turbin angin TSD-
500 yang telah terpasang sejak 2014 dan 2017 dibongkar akibat kondisinya yang sudah
usang seperti sudu yang patah dan tiang turbin yang telah berkarat banyak. Sedangkan
panel surya dan teknologi desalinasi air yang juga telah terpasang sejak 2017 masih tetap
terpasang walaupun sudah jarang dirawat dan dioperasikan.

Universitas Indonesia
35

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk memperoleh rencana
pengembangan teknologi energi baru terbarukan di Pantai Muara Bungin, Desa Pantai
Bakti, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi beserta dengan analisis ekonomi
terkait biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pengembangan dan sumber
pendanaan untuk menutupi biaya tersebut. Adapun hal pertama yang dilakukan adalah
untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk proyeksi kebutuhan listrik Desa
Pantai Bakti, yaitu data populasi desa, data penggunaan listrik desa, dan data operasional
teknologi energi desa. Data populasi desa digunakan untuk melakukan proyeksi
penduduk. Untuk memproyeksikan kebutuhan listrik desa, keempat data yang dibutuhkan
akan digunakan. Proyeksi dilakukan untuk jangka waktu 10 tahun kedepan, yakni sampai
dengan tahun 2031. Hasil proyeksi kebutuhan energi listrik desa akan dijadikan
pertimbangan untuk menentukan perancangan pengembangan teknologi EBT untuk
menghasilkan listrik yang dapat menutupi kebutuhan energi listrik desa yang telah
diproyeksikan. Pengembangan akan ditentukan berdasarkan potensi-potensi yang ada di
desa dan pantai tersebut. Potensi opsi teknologi energi terbarukan yang mungkin di
daerah pesisir dapat berupa energi angin, surya, dan laut. Teknologi yang telah
direncanakan kemudian akan diperhitungkan biayanya baik komponen, pembangunan,
serta operasi dan pemeliharaannya. Selain biaya yang sudah disebutkan, komponen biaya
lainnya yang akan diikutsertakan adalah LCOE, NPV, ROR, dan Payback Period guna
mengecek kelayakan ekonomis dari proyek ini. Kemudian, tata letak teknologi yang telah
dirancang akan ditentukan berdasarkan kondisi lokasi eksisting, disertakan beberapa
gambar desain sederhana dari teknologi tersebut menggunakan aplikasi AutoCAD.
Penulisan ini juga menyertakan SOP mengenai cara pengoperasian dan pemeliharaan
teknologi energi terbarukan terancang yang sesuai di Desa Pantai Bakti.

Universitas Indonesia
36

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Dari Awal hingga Selesa

Universitas Indonesia
37

3.2 Pendekatan Penelitian


Pendekatan studi kasus dan studi literatur termasuk dalam jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan jenis metode penelitian yang umumnya
menjelaskan deskripsi dari data yang didapatkan dari suatu eksperimen, yang sering
disebut sebagai metode penelitian naturalistik (Sugiyono, 2014). Pendekatan kualitatif
terbagi menjadi 5 jenis, yakni etnografi, fenomenologi, naratif, teori Grounded, dan studi
kasus. Studi kasus merupakan metode penelitian yang melakukan pengumpulan berbagai
macam informasi yang diolah menjadi sebuah solusi akan sebuah masalah. Studi kasus
dapat dijelaskan sebagai pemahaman sebuah objek penelitian secara integratif dan
komprehensif agar memperoleh suatu solusi dari masalah yang dihadapi oleh objek
tersebut (Rahardjo & Gudnanto, 2011). Sedangkan penelitian literatur atau dapat disebut
dengan penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang didasarkan atas karya tertulis,
termasuk penelitian baik yang sudah maupun belum terpublikasi. Penelusuran pustaka
dapat menjadi langkah awal dalam menyusun kerangka penelitian dan memanfaatkan
sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian (Zed, 2014). Studi
literatur tidak perlu melakukan tindakan turun ke lapangan, cukup mengumpulkan data-
data yang dibutuhkan dalam penelitian seperti sumber pustaka maupun dokumen.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini termasuk dalam pendekatan
studi kasus, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah rencana
pengembangan teknologi EBT di Desa Pantai Bakti dan Pantai Muara Bakti, guna
memenuhi kebutuhan listrik masyarakatnya hingga 10 tahun kedepan secara mandiri.
Penelitian ini juga menganut pendekatan studi literatur, dikarenakan membutuhkan data
dan informasi untuk melakukan proyeksi kebutuhan listrik Desa Pantai Bakti dan Pantai
Muara Bakti seperti data populasi dan kebutuhan listrik desa tersebut. Adapun
perencanaan pengembangan teknologi EBT akan mengandalkan beberapa literatur seperti
jurnal dan buku untuk melaksanakan perancangan atau perhitungan terkait. Sumber
literatur tersebut juga akan digunakan dalam melakukan analisis ekonomi dari
perencanaan pengembangan teknologi EBT yang sudah dibuat.

Universitas Indonesia
38

3.3 Waktu Penelitian


Penulis menyusun jadwal yang menjabarkan kegiatan-kegiatan berkaitan dengan penyusunan penulisan tesis ini dan waktu
pelaksanaannya. Penjabaran jadwal yang dimaksud tertuang pada tabel dibawah berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanan Penulisan Tesis.

2021
KEGIATAN
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur
Penyusunan
Pendahuluan
(Latar
Belakang &
Tujuan
Penelitian)
Penyusunan
Teori Dasar
Penentuan
Metodologi
Penelitian
Penyelesaian
Penulisan Dari
Awal hingga
Metodologi
Pelaksanaan
Ujian Pra Tesis

Universitas Indonesia
39

2021
KEGIATAN
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perbaikan dari
Ujian Pra Tesis
Pengumpulan
Data dan
Observasi
Proyeksi
Kebutuhan
Energi Listrik
Perancangan
Kebutuhan
Teknologi
Energi
Penghitungan
Perkiraan
Biaya dari
Teknologi
Energi
Terancang
Penentuan Tata
Letak, Gambar
Desain dan
SOP
Perkiraan
Sidang Tesis
Perbaikan dan
Pengumpulan
Tesis

Universitas Indonesia
40

3.4 Langkah Penelitian


3.4.1 Pengumpulan Data
Dibutuhkan beberapa data untuk melakukan proyeksi-proyeksi. Data yang
dikumpulkan merupakan data sekunder, yakni data yang tidak diperoleh melalui
eksperimen atau pengukuran secara langsung, namun langsung diperoleh dari sumber
tertentu.

3.4.1.1 Data Populasi Desa Pantai Bakti


Data jumlah penduduk Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muaragembong
digunakan untuk melakukan proyeksi jumlah penduduk desa tersebut untuk 10 tahun ke
depan. Hasil proyeksi akan dipakai untuk menentukan proyeksi jumlah kebutuhan listrik
dalam jangka waktu ke depan yang sama, menggunakan aplikasi LEAP. Data ini
diperkirakan dapat diperoleh langsung dari situs atau pihak Pemerintahan Kecamatan
Muaragembong atau Desa Pantai Bakti. Untuk kebutuhan proyeksi penduduk, dibutuhkan
setidaknya data jumlah penduduk Desa Pantai Bakti dari 5 tahun ke belakang atau lebih
baik apabila mendapatkan data untuk 10 tahun ke belakang. Apabila tidak didapat data
yang sesuai secara langsung, dapat melakukan perhitungan jumlah penduduk dengan
memanfaatkan kepadatan penduduk Kecamatan Muaragembong dan luas daerah Desa
Pantai Bakti menggunakan rumus berikut:
Jumlah Penduduk = Kepadatan Penduduk KM × Luas DPB (3.1)

Keterangan:
• KM = Kecamatan Muaragembong
• DPB = Desa Pantai Bakti

Data kepadatan penduduk Kecamatan Muaragembong dan luas area Desa Pantai Bakti
dapat diperoleh dari Data Statistik Kabupaten Bekasi.

3.4.1.2 Data Penggunaan Listrik Desa


Data penggunan listrik desa yang dimaksud adalah jumlah listrik yang
dikonsumsi beserta dengan penggunaan listrik untuk jenis atau sektor apa saja, yang
diperlukan sebagai infomasi basis untuk melakukan proyeksi kebutuhan listrik di aplikasi

Universitas Indonesia
41

LEAP. Data dapat diperoleh secara langsung dari situs PLN atau Pemerintahan
Kecamatan Muaragembong dan Desa Pantai Bakti. Jika data yang diperoleh tidak sesuai,
maka akan dilakukan perhitungan menggunakan asumsi. Untuk perhitungan, data yang
diperlukan adalah data jumlah penduduk desa atau rumah warga, asumsi jumlah alat
elektronik dan fasilitas rumah yang memerlukan energi listrik, serta daya dari setiap jenis
alat yang menggunakan listrik.

3.4.1.3 Data Jumlah Rumah Warga


Data ini diperlukan apabila tidak diperoleh data kebutuhan atau penggunaan
listrik desa akibat keterbatasan data yang dimiliki oleh pemerintahan desa atau sumber
literatur lainnya. Umumnya, jumlah rumah warga atau rumah tangga diperoleh dari data
Badan Pusat Statistik Kecamatan atau Kabupaten. Untuk memprediksi jumlah rumah
warga apabila data tersebut tetap tidak dapat diperoleh atau muncul, dapat menggunakan
rumus berikut:
Total Populasi
Jumlah RT = (3.2)
Jumlah Jiwa per RT

Data total populasi dan jumlah jiwa per RT umumnya dapat diperoleh di data Badan Pusat
Statistik Kecamatan atau Kabupaten.

3.4.1.4 Data Jumlah Fasilitas Desa


Fasilitas desa yang dimaksud adalah gedung sekolah (SD, SMP), sarana
Kesehatan, toko, warung atau restoran kecil, masjid/musholla, WC umum pantai dan kios
pantai. Jumlah jenis fasilitas desa yang telah disebutkan diperlukan untuk memprediksi
kebutuhan listrik desa apabila tidak diperoleh data kebutuhan listrik riil dari pemerintahan
desa ataupun sumber literatur.

3.4.1.5 Data Operasional Teknologi Energi Desa Pantai Bakti Terdahulu


Data yang dimaksud adalah data operasional dari PV monokristalin dan turbin
angin TSD-500 yang dipasang dan beroperasi Pantai Bungin, seperti kapasitas dan jumlah
produksi listrik yang dibangkitkan selama ini, meskipun pada saat ini teknologi-teknologi
tersebut telah dibongkar dan sudah tidak beroperasi lagi. Data tersebut dapat diperoleh

Universitas Indonesia
42

secara langsung dari Pokdarwis yang melakukan pemantauan dan pengoperasian


teknologi tersebut. Jika tidak didapatkan secara langsung, maka akan dicari informasi
terkait spesifikasi teknologi tersebut dari literatur atau katalog.

3.4.2 Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Pantai Bakti

3.4.2.1 Proyeksi Penduduk


Proyeksi penduduk dilakukan untuk rentang waktu 10 tahun ke depan, tepatnya
hingga tahun 2031. Proyeksi ini memerlukan data jumlah penduduk di Desa Pantai Bakti
setidaknya 5 tahun ke belakang atau lebih, agar bisa mendapatkan hasil proyeksi yang
akurat. Nantinya, proyeksi ini digunakan dalam melakukan proyeksi kebutuhan listrik
desa tersebut untuk rentang waktu ke depan yang sama, yakni dalam bentuk persentase
pertumbuhan penduduk dalam aplikasi LEAP. Proyeksi penduduk akan dilakukan dengan
3 jenis metode yaitu aritmatik, geometrik, dan regresi linier.
a. Metode Aritmatik
Metode ini merupakan teknik proyeksi yang paling sederhana. Metode ini
umumnya digunakan pada suatu daerah yang pertumbuhan penduduknya konstan,
atau tingkat pertumbuhannya rendah. Metode ini akan menghasilkan proyeksi
pertumbuhan penduduk dalam grafik yang berbentuk linear. Adapun metode ini
memiliki rumus-rumus sebagai berikut:
Pn = P0 + K a (Tn + T0 ) (3.3)
(Pn − P0 )
Ka = (3.4)
(Tn − T0 )

Keterangan:
𝑃𝑛 = jumlah penduduk tahun n, satuan jiwa.
𝑃0 = jumlah penduduk tahun ke-0 atau tahun awal perencanaan, satuan jiwa.
𝐾𝑎 = konstanta pertumbuhan populasi penduduk
𝑇𝑛 = tahun ke-n
𝑇0 = tahun dasar atau awal perencanaan

Universitas Indonesia
43

b. Metode Geometri
Metode ini mengandalkan persentase pertumbuhan penduduk setiap tahunnya
dalam memproyeksikan jumlah penduduk untuk beberapa tahun ke depan.
Umumnya metode ini untuk memperkirakan proyeksi penduduk di daerah yang
berkembang pesat pada jumlah penduduknya. Metode ini akan menghasilkan
proyeksi penduduk dengan grafik berbentuk parabola. Rumus-rumus yang
digunakan pada metode ini adalah sebagai berikut:
Pn = P0 (1 + r)n (3.5)
Pn 1
r = ( )N − 1 (3.6)
P0

Dimana,
𝑃𝑛 = jumlah penduduk tahun n, satuan jiwa.
𝑃0 = jumlah penduduk tahun ke-0 atau tahun awal perencanaan, satuan jiwa.
𝑛 = jangka waktu atau tahun
𝑟 = kenaikan rata-rata jumlah penduduk per tahunnya
𝑁 = selisih tahun n dengan tahun 0

c. Metode Regresi Linier


Regresi Linier memberikan penyimpangan minimum dari data-data penduduk
pada masa lalu, dimana karakteristik perkembangan penduduk di masa tersebut
masih relevan untuk digunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk di masa
depan. Rumus-rumus yang dipakai dalam metode ini adalah:
P = a + bx (3.7)
∑ P ∑ x 2 − ∑ x ∑ Px
a= (3.8)
N ∑ x 2 − (∑ x)2
N ∑ Px − ∑ x ∑ P
b= (3.9)
N ∑ x 2 − (∑ x)2

Dimana,
𝑎&𝑏 = konstanta
𝑃 = jumlah penduduk yang dicari
𝑥 = nilai yang diambil dari variabel bebas

Universitas Indonesia
44

𝑁 = jumlah data yang dimiliki


Perhitungan proyeksi dengan ketiga metode diatas akan dilakukan pada
Microsoft Excel agar lebih mudah dan cepat. Setelah dibuatkan grafik pada ketiga metode
proyeksi, akan muncul nilai koefisien korelasi determinasi atau R. Nilai R mendekati 1
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel x dan y (dalam kasus ini x adalah tahun
dan y adalah jumlah penduduk hasil proyeksi di tahun tersebut) sangat kuat atau memiliki
korelasi (Spiegel & Stephens, 2007). Maka dari itu, hasil proyeksi suatu metode dengan
nilai R terbesar atau mendekati nilai 1 akan digunakan. Selain koefisien korelasi, standar
deviasi setiap metode juga akan dihitung sebagai tambahan bahan pertimbangan dalam
menentukan metode proyeksi yang tepat. Semakin kecil nilai standar deviasi, semakin
menunjukkan bahwa data memiliki korelasi atau kesamaan.

3.4.2.2 Proyeksi Kebutuhan Listrik


Proyeksi kebutuhan listrik dari Desa Pantai Bakti dan Pantai Bungin akan
dilakukan dengan aplikasi model LEAP. LEAP merupakan sebuah aplikasi komputer
yang digunakan untuk melakukan analisa dan evaluasi kebijakan energi, serta juga dapat
membuat perencanaan energi yang dilakukan dengan pemodelan, didukung oleh 4 jenis
modul, yaitu asumsi kunci, permintaan, transformasi, dan sumber (Winarno, 2005).
Modul permintaan digunakan untuk melakukan penghitungan energi. Dalam LEAP,
permintaan dilakukan dengan perkalian antara aktifitas pemakaian energi dan intensitas
pemakaian energi dari kegiatan yang ditinjau. Untuk pemodelan di penulisan ini, akan
dilakukan pemodelan permintaan energi untuk sektor rumah tangga atau domestik
(seluruh penduduk di Desa Pantai Bakti) serta komersial khusus untuk kebutuhan listrik
objek pariwisata di Pantai Bungin. Proyeksi kebutuhan ini akan mengacu pada pedoman
LEAP yang dibuat oleh Winarno (2005). Proyeksi ini akan menggunakan tahun 2020
sebagai tahun basis dan 2031 sebagai tahun akhir.
Jenis permintaan yang akan digunakan adalah demand rumah tangga. Langkah-
langkah dalam melakukan proyeksi kebutuhan energi listrik di Desa Pantai Bakti adalah
sebagai berikut:
a. Membuat proyek baru dengan menekan tombol New Area. Setelah itu, melakukan
pengaturan Parameter Dasar yang meliputi: Scope, Years, and Default.
• Scope: opsi yang dipilih adalah Transformation & Resources

Universitas Indonesia
45

• Years: memilih tahun awal yakni 2021 dan tahun akhir yakni 2031
dikarenakan proyeksi ini untuk 10 tahun kedepan.

Gambar 3.2 Langkah pengisian parameter tahun awal dan akhir simulasi
proyeksi di LEAP.

b. Menyusun file structure yang terdapat di bagian kiri. Pilih file kategori Key
Assumptions. File kategori transformation, resources, dan non energy dapat
diabaikan atau dihapus. Dibawah Key Assumptions, tambahkan dua kategori baru,
yaitu Intensitas Energi dan Jumlah. Setelah itu memilih file kategori Demand,
membuat dua sub kategori baru dengan jenis Technology with Energy Intensity
dengan nama masing-masing Kebutuhan Listrik Rumah Tangga dan Kebutuhan
Listrik Fasilitas Desa.

Gambar 3.3 Langkah pembuatan file structure di LEAP.

Universitas Indonesia
46

c. Mengisi data pada sub kategori file Key Assumptions: Pada kategori Intensitas
Energi, masukkan data konsumsi energi harian per rumah warga dan per unit
fasilitas desa dengan satuan kWh/rumah dan kWh/unit tahun 2020. Sedankgan pada
kategori Jumlah, masukkan jumlah rumah warga dan unit fasilitas desa.

Gambar 3.4 Langkah pengisian data Key Assumptions di LEAP.

d. Mengisi data pada sub kategori file Demand: Pada Kebutuhan Listrik Rumah
Tangga dan Kebutuhan Listrik Fasilitas Desa, dimasukkan dua persamaan berikut
pada menu Final Energy Intensity:
- Kebutuhan Listrik Rumah Tangga= Key\Intensitas Energi\Intensitas Energi
Rumah Tangga*Key\Jumlah\Rumah Tangga
- Kebutuhan Listrik Fasilitas Desa= Key\Intensitas Energi\Intensitas Energi
Fasilitas Desa*Key\Jumlah\Fasilitas Desa

Gambar 3.5 Langkah pengisian persamaan pada Demand di LEAP.

e. Mengubah skenario: Skenario diubah menjadi BaU atau Business as Usual, dimana
skenario ini umum dipakai dalam proyeksi kebutuhan listrik di LEAP.

Gambar 3.6 Langkah pengubahan skenario proyeksi menjadi BaU di LEAP.

Universitas Indonesia
47

f. Memasukkan angka pertumbuhan rumah: Dimasukkan angka pertumbuhan untuk


rumah warga dan unit fasilitas desa masing-masing pada file kategori Pertumbuhan
di Jumlah.

Gambar 3.7 Langkah pemasukan persentase pertumbuhan rumah dan bangunan


desa di LEAP.

g. Menghitung hasil: Mendapatkan hasil Proyeksi Kebutuhan Listrik dengan menekan


Results di deretan menu bagian kiri.

3.4.3 Perencanaan Pengembangan Teknologi Energi Terbarukan


Proyeksi kebutuhan listrik untuk sektor domestik dan komersial pariwisata di
Desa Pantai Bakti dan Pantai Bungin dari aplikasi LEAP akan dipakai sebagai
pertimbangan perencanaan pengembangan dari teknologi EBT yang ada di desa tersebut.
Setidaknya, terdapat 3 jenis teknologi energi terbarukan yang dapat dipasang di Desa
Pantai Bakti berdasarkan potensi yang dimiliki di daerahnya, yaitu: panel surya, turbin
angin, dan pembangkit listrik bersumber sampah.

3.4.3.1 Panel Surya


Dalam menentukan dimensi dan kapasitas dari panel surya yang akan dirancang
sebagai PLTS di Desa Pantai Bakti, terdapat beberapa data yang diperlukan seperti
kebutuhan energi harian, potensi radiasi matahari di objek lokasi, dan studi literatur
mengenai pertimbangan rugi-rugi PLTS: modul panel surya, inverter, perkabelan, dan
baterai (Sofianita R. , 2019). Perhitungan kapasitas dari PLTS nantinya akan terbagi
menjadi 3 bagian: kapasitas modul panel surya, kapasitas baterai, dan kapasitas inverter.
a. Kebutuhan energi modul panel surya fotovoltaik (TEM = Total Energi Modul)
Energi Malam Energi Siang
TEM (kWh) = + (3.10)
100% − % rugi malam 100% − % rugi siang

Universitas Indonesia
48

b. Kapasitas total PLTS


TEM
CPV = × 1000 W⁄m2 (3.11)
Radiasi Matahari

Radiasi Matahari dalam satuan kWh/m2/hari.

c. Kapasitas baterai
N × Ed
Cbaterai = (3.12)
Vs × μ

Dimana N adalah kemampuan sistem dalam pemenuhan daya di hari dimana


sinar matahari tidak optimal, Ed sebagai konsumsi energi harian, Vs sebagai
tegangan baterai dan µ sebagai efisiensi baterai.

d. Kapasitas Inverter
Cinverter = Peak Load × FO (3.13)

Peak load merupakan jumlah pemakaian energi di jam puncak dalam satu hari,
dan Fo adalah koefisien over-supply.

e. Menghitung kebutuhan jumlah modul PV


CPV
nPV = (3.14)
CPV per unit

Cpv per unit merupakan kapasitas satu unit jenis modul PV yang dipilih.

f. Menghitung kebutuhan jumlah inverter PLTS


Cinverter
ninverter = (3.15)
Cinverter per unit

Cinverter per unit merupakan kapasitas satu unit jenis inverter PV yang dipilih.

Universitas Indonesia
49

g. Menghitung kebutuhan jumlah controller PLTS


nPV
ncontroller = (3.16)
nPV per array

h. Menghitung kebutuhan luas lahan untuk PLTS


APLTS = nPV × APV per unit (3.17)

Apv per unit merupakan luas permukaan satu unit jenis modul PV yang dipilih.

3.4.3.2 Turbin Angin


PLTB yang akan dirancang memerlukan perhitungan dimensi dan jenis turbin
yang akan digunakan, kapasitas inverter dan baterai. Langkah-langkah dalam melakukan
perhitungan rancangan turbin angin dalam PLTB di Desa Pantai Bakti adalah sebagai
berikut (Sofianita R. , 2019):
a. Penghitungan daya yang akan dihasilkan turbin angin
1
P= × ρ × A × v 3 × Cp (3.18)
2

Dimana P sebagai daya yang dihasilkan, 𝜌 sebagai massa jenis angin, A sebagai
luas lingkaran putaran turbin, v sebagai kecepatan angin dan Cp sebagai koefisien
performa.

b. Penentuan kapasitas energi PLTB


Kebutuhan Energi
CBayu = (3.19)
100% − % rugi efisiensi

Rugi efisiensi merujuk pada (Ramadhani B. , 2018).

c. Menghitung jumlah turbin angin dibutuhkan


Cbayu
nturbin = (3.20)
Pharian bayu

Universitas Indonesia
50

d. Menghitung kapasitas inverter


Penghitungan kapasitas inverter untuk turbin angin disamakan dengan rumus
inverter untuk panel surya sebelumnya.
Cinverter = Peak Load × FO (3.21)

e. Menghitung kapasitas baterai


Rumus kapasitas baterai mirip dengan baterai untuk panel surya sebelumnya.
N × Ed
Cbaterai = (3.22)
Vs × μ

f. Menentukan kebutuhan jumlah inverter PLTB


Cinverter
ninverter = (3.23)
Cinverter per unit

g. Menentukan kebutuhan jumlah controller PLTB


Jumlah controller disamakan dengan jumlah unit turbin angin, dengan kata lain satu
unit turbin angin mendapatkan satu unit controller.

h. Menghitung kebutuhan luas lahan PLTB


Jarak antar satu turbin angin dengan yang lainnya secara vertikal (depan/belakang)
adalah 10 kali diameter sudu turbinnya, dan secara horizontal atau samping
menyamping adalah 5 kali diameter sudu turbinnya (Schwanz & Henke, 2012).
PPLTB = (npanjang − 1) × (5 × dsudu ) (3.24)
LPLTB = (nlebar − 1) × (10 × dsudu ) (3.25)
APLTB = PPLTB × LPLTB (3.26)

3.4.3.3 PLT Sampah


Jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk, terutama yang dihasilkan oleh
pengunjung di Pantai Bungin dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi energi. Adapun
untuk jumlah sampah domestik yang dapat dihasilkan oleh penduduk dilakukan dengan
melakukan proyeksi dengan acuan standar yang berlaku.

Universitas Indonesia
51

a. Menghitung jumlah timbulan sampah dihasilkan dengan proyeksi


Timbulan sampah merupakan sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah
(BSN RI, 1995). Perhitungan timbulan sampah diatur dalam SNI 19-3983-1995 mengenai
metode pengambilan dan pengukuran timbulan dan komposisi sampah, dan SNI 19-3983-
1995 mengenai spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di
Indonesia. Dalam kedua standar tersebut dijelaskan persamaan dan langkah untuk
menghitunng timbulan sampah beserta conth perhitungan dan spesifikasi standar jumlah
timbulan sampah berdasarkan jenis kota menurut jumlah penduduknya. Menurut SNI 19-
3983-1995, sumber sampah berasal dari perumahan dan non-perumahan. Sumber
perumahan terdiri dari 3 jenis, yaitu rumah permanen, rumah semi permanen, dan rumah
non-permanen. Untuk sumber non-perumahan, komponen fasilitas yang termasuk adalah
kantor, toko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel, restoran, industri, rumah sakit,
dan fasilitas-fasilitas lainnya. Standar jumlah timbulan sampah berdasarkan komponen
sumber sampah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Standar jumlah timbulan sampah berdasarkan komponen sumber
sampah.
Komponen Sumber Satuan Volume (liter) Berat (kg)
Sampah
Rumah permanen Per orang/hari 2,25 – 2,50 0,350 - 0,400
Rumah semi permanen Per orang/hari 2,00 – 2,25 0,300 – 0,350
Rumah non permanen Per orang/hari 1,75 – 2,00 0,250 – 0,300
Kantor Per pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,025 – 0,100
Toko/ruko Per petugas/hari 2,50 – 3,00 0,150 – 0,350
Sekolah Per murid/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,020
Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,020 – 0,100
Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,050
Jalan lokal Per meter/hari 0,05 – 0,1 0,005 – 0,025
Pasar Per m2/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3
Sumber: (BSN RI, 1995)

Universitas Indonesia
52

Merujuk tabel diatas, untuk Desa Pantai Bakti maka digunakan angka paling
kecil dari standar khusus untuk kota kecil/desa. Untuk menghitung timbulan sampah
berdasarkan SNI, maka digunakanlah rumus berikut:
Timbulan Sampah = Jumlah Jenis Sumber × Standar (3.27)

Timbulan sampah akan diperoleh dengan satuan volume. Setelah itu, didapatkan total
sampah harian di Desa Pantai Bakti dengan menjumlahkan hasil proyeksi total timbulan
sampah desa dengan sampah yang dihasilkan pengunjung di pantai. Total sampah harian
ini akan digunakan dalam menentukan kapasitas dari PLT Sampah.

b. Menghitung total sampah organik


Adapun jenis sampah yang dapat digunakan untuk dikonversikan menjadi energi
listrik adalah jenis sampah organik, seperti contoh sisa makanan, ranting dan dedaunan
yang sudah mati. Diasumsikan pada umumnya komposisi sampah yang dihasilkan
domestik adalah 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik (Thohiroh & Mardiati,
2017).
TS Organik = Timbulan Sampah × 70% (3.28)

c. Menghitung potensi gas LFG


Gas LFG merupakan gas yang dihasilkan oleh mikroba penyebab fermentasi
pada bahan organik dalam suatu keadaan anaerobik yang biasanya terjadi di tempat
pembuangan akhir atau TPA, dimana proses ini dapat menghasilkan gas metana dan
karbondioksida (Abdelwaheb, 2012). Adapun kadar metana pada sejumlah gas LFG
cukup tinggi, yakni sekitar 60%. Maka dari itu, rumus perhitungan jumlah gas metana
yang dihasilkan adalah:
Gas Metana = TS Organik × 60% (3.29)

d. Konversi gas metana ke potensi energi listrik


Diketahui 1 m3 gas metana setara dengan 11,17 kWh listrik (Rajagukguk, 2020).
Sehingga, rumus konversi gas metana menjadi potensi energi listrik adalah:
Energi Listrik = Gas Metana × 11,17 kWh/m3 (3.30)

Universitas Indonesia
53

e. Energi listrik netto


Ketika terkonversi dari pemadatan sampah, perubahan menjadi gas metana
hingga dikonversikan menjadi energi listrik, terjadi beberapa rugi atau kehilangan dari
setiap komponen PLT Sampah. Rugi tersebut mengacu pada efisiensi kerja dari setiap
komponen pembangkit. Sehingga, persamaan untuk mendapatkan jumlah energi listrik
netto yang dihasilkan adalah:
Energi listrik netto = Energi Listrik × ρ (3.31)

Dimana ῤ adalah efisiensi kerja seluruh komponen PLT Sampah.

f. Dimensi komponen PLT Sampah


Dimensi PLTSa yang dimaksud seperti kapasitas, tinggi, luas, dan lebar dari
komponen-komponen PLTSa yakni burning chamber, turbin dan generator. Dimensi
tersebut ditentukan berdasarkan jenis komponen yang dipilih. Setiap jenis komponen
memiliki spesifikasi yang berbeda-beda, ditentukan berdasarkan jumlah sampah yang
dimasukkan dan jumlah energi listrik dihasilkan yang diinginkan.

3.4.3.4 Desain Rancangan dan Perkiraan Kebutuhan Tempat/Lahan


Seusai seluruh teknologi energi dirancang dan diperhitungkan, Langkah
selanjutnya adalah menentukan total luas yang diperlukan untuk menempatkan teknologi
yang telah dirancang. Luas yang dibutuhkan akan mengacu pada ukuran atau dimensi
jenis teknologi energi terbarukan yang telah dipilih atau dirancang. Untuk penentuan
kebutuhan luas, akan diberlakukan pemantauan lokasi dengan menggunakan aplikasi
Google Earth Pro. Desain dari teknologi yang telah dirancang dan diperhitungkan akan
dilakukan dengan menggunakan aplikasi AutoCAD.

3.4.4 Analisis Ekonomi dari Teknologi EBT Hasil Perencanaan Pengembangan


Perencanaan pengembangan dari teknologi EBT yang terdapat di Desa Pantai
Bakti memerlukan biaya apabila nantinya akan dilaksanakan. Analisis ekonomi pada
bagian ini akan meliputi biaya CAPEX, instalasi, operasional, perawatan dan LCOE dari
masing-masing jenis teknologi EBT yang telah direncanakan.

Universitas Indonesia
54

a. Biaya investasi awal meliputi seluruh komponen dari teknologi energi terbarukan
yang akan dipasang, termasuk biaya konstruksi pemasangannya yang akan
diasumsikan sebesar 20-25% dari total biaya komponen bergantung dari jenis
pembangkit.
b. Biaya Operational and Maintenance atau O & M per tahunnya akan diasumsikan
sebesar 4% dari total investasi. Dimana nantinya akan dihitung total O & M selama
umur teknologi energi terbarukan tersebut dapat bertahan dengan persamaan
berikut:
(1 + i)n − 1
O&M=T [ ] (3.32)
i(1 + i)n

Dimana T sebagai biaya O&M per tahunnya, n adalah umur teknologi dan i adalah
tingkat acuan suku bunga.
c. Biaya siklus hidup merupakan biaya total yang dihabiskan seumur hidup teknologi
energi terbarukan, yang merupakan jumlah dari biaya investasi awal ditambahan
dengan biaya O&M.
d. Biaya energi atau LCOE ditentukan dengan persamaan berikut:
LCC
LCOE = (3.33)
Produksi Energi Seumur Hidup

LCOE yang didapatkan akan digunakan sebagai salah satu data dalam
menghitung tiga komponen biaya lainnya, yaitu Net Present Value, Rate of Return,
dan Payback Period. Ketiga komponen biaya ini digunakan untuk menentukan
kelayakan ekonomi dari revitalisasi teknologi energi baru terbarukan di Desa Pantai
Bakti.
e. Net Present Value
NPV merupakan penambahan seluruh arus kas dari awal investasi hingga masa
depan bergantung pada tahun yang ditargetkan, melakukan diskon pada arus kas
merujuk pada tingkat diskon yang ditetapkan lalu dikurangi dengan harga investasi
awal. Apabila hingga tahun yang ditargetkan, nilai NPV menunjukkan angka positif
(NPV lebih dari 0), maka dapat dipastikan suatu investasi aman untuk diterima atau
akan memberikan keuntungan.

Universitas Indonesia
55

n Rt
NPV = ∑ ( )− A (3.34)
0 (1 + i)t
Dimana:
• NPV = net present value
• Rt = arus kas pada tahun t
• i = tingkat diskon atau discount rate
• t = waktu arus kas tertentu
• A = total investasi keseluruhan
• n = tahun akhir

f. Rate of return
ROR adalah pembagian laba atau rugi dengan biaya atau investasi awal. ROR
juga menjadi ukuran efisiensi investasi, dimana apabila di tahun yang ditargetkan,
ROR menunjukkan angka positif, maka dapat dipastikan bahwa investasi aman
untuk dilakukan atau memberikan keuntungan (ROR melebihi angka nilai 0).
Vf − Vi
ROR = × 100% (3.35)
Vi
Dimana:
• Vf = nilai keuntungan atau pemasukan total
• Vi = nilai investasi

g. Payback Period
PP merupakan lama waktu sebuah investasi akan tertutup oleh pendapatan.
Total Investasi
PP = (3.36)
Pendapatan Annual

3.4.5 SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan


Ketika teknologi yang dirancang telah dipasang dan siap untuk dioperasikan,
diperlukan sebuah Standar Operasional Prosedur sebagai acuan bagi penanggung jawab
di Desa Pantai Bakti dalam mengoperasikan dan memelihara teknologi yang sudah
tersedia. SOP yang dimaksud akan mengacu pada beberapa standar dan studi literatur.

Universitas Indonesia
56

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Didapatkan data-data yang diperlukan sebagai informasi dasar untuk proyeksi,
perhitungan, dan perancangan sebagai berikut:
4.1.1 Jumlah Penduduk dari Tahun 2011-2020
Data jumlah penduduk dibawah ini didapatkan dari data Pemerintah Desa Pantai
Bakti, Kecamatan Muaragembong dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi.
Pertumbuhan penduduk selama rentang 10 tahun ini berkisar antara 0,4 – 27,18% per
tahunnya; dengan rata-rata pertumbuhan penduduk secara keseluruhan adalah 1,86% per
tahun. Bahkan sempat terjadi penurunan penduduk drastik sebesar 20,58% di tahun 2015
akibat beberapa warga berpindah ke desa lain di Kecamatan Muaragembong. Dapat
dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk di Desa Pantai Bakti cukup normal. Pada tahun
2020, total penduduk di Desa Pantai Bakti sebanyak 6.855 jiwa, dengan total rumah
tangga sebanyak 1.595 unit.
Tabel 4.1 Total jumlah penduduk Desa Pantai Bakti 2011-2020.
Jenis Kelamin Total Jumlah
TAHUN
Laki-laki Perempuan Penduduk Rumah
2011 3.138 3.013 6.151 1.434
2012 - - 6.177 -
2013 - - 7.856 -
2014 - - 8.182 1.886
2015 3.316 3.182 6.498 1.886
2016 3.399 3.392 6.791 -
2017 3.539 3.411 6.950 1.686
2018 3.570 3.578 7.148 1.663
2019 - - 7.031 1.635
2020 3.434 3.421 6.855 1.595
Sumber: (BPS Kabupaten Bekasi, 2020)

4.1.2 Data Kebutuhan Listrik Desa dan Pantai


Data kebutuhan atau penggunaan listrik di Desa Pantai Bakti dan Pantai Muara
Bungin tidak ditemukan, baik dari Pemerintah Desa, Kecamatan, maupun sumber
literatur lainnya. Maka dari itu, penulis akan menggunakan asumsi dalam
memproyeksikan kebutuhan dan penggunaan listrik di Desa Pantai Bakti pada tahun
2021, sebagai data awal untuk proyeksi kebutuhan listrik 10 tahun kedepan menggunakan

Universitas Indonesia
57

LEAP. Asumsi akan didukung oleh data riil yang diperoleh seperti data jumlah rumah
warga dan fasilitas desa.

4.1.3 Data Jumlah Rumah Warga


Jumlah rumah warga atau rumah tangga telah disajikan pada Tabel 4.1. Data
terbaru terkait jumlah rumah tangga adalah di tahun 2020 yakni sebanyak 1.595 rumah.

4.1.4 Data Jumlah Fasilitas Desa


Berikut adalah jumlah fasilitas desa di Desa pantai Bakti per tahun 2020,
meliputi SD/MI, SMP, SMK, sarana kesehatan, toko/warung, dan masjid:
Tabel 4.2 Jumlah bangunan fasilitas desa di Desa Pantai Bakti.
Jenis Bangunan Fasilitas Desa Jumlah
Sekolah Dasar/MI 8
Sekolah Menengah Pertama 1
Sekolah Menengah Kejuruan 1
Sarana Kesehatan 1
Toko Kelontong 25
Warung Kedai Makanan 15
Masjid/Musholla 9
Lampu Jalanan 40
Sumber: (BPS Kabupaten Bekasi, 2020)

4.2 Hasil Proyeksi Kebutuhan dan Pengunaan Listrik Desa


4.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Hingga 2031
Dengan menggunakan data jumlah penduduk desa dari tahun 2011-2020,
diberlakukan proyeksi penduduk tersebut untuk 10 tahun ke depan dengan menggunakan
3 metode proyeksi, yaitu aritmatik, geometrik, dan regresi linier. Berikut adalah hasil
proyeksi yang dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel:
Tabel 4.3 Hasil proyeksi jumlah penduduk Desa Pantai Bakti ketiga metode.
Hasil Proyeksi Penduduk
TAHUN
Aritmatik Geometrik Regresi Linier
2021 6,925 6,938 7,143
2022 6,996 7,022 7,175

Universitas Indonesia
58

Hasil Proyeksi Penduduk


TAHUN
Aritmatik Geometrik Regresi Linier
2023 7,066 7,107 7,208
2024 7,137 7,193 7,241
2025 7,207 7,280 7,273
2026 7,277 7,369 7,306
2027 7,348 7,458 7,338
2028 7,418 7,548 7,371
2029 7,489 7,640 7,403
2030 7,559 7,732 7,436
2031 7,629 7,826 7,468

Gambar 4.1 Hasil proyeksi jumlah penduduk Desa Pantai Bakti ketiga metode.

Setelah dilakukan proyeksi, ketiga metode menghasilkan 3 parameter proyeksi


yakni Standar Deviasi, Nilai Korelasi, dan Faktor Variasi (STDEV, R, dan CV). Semakin
kecil nilai STDEV dan CV, maka semakin akurat suatu data atau proyeksi yang dilakukan
(Spiegel & Stephens, 2007). Untuk korelasi, semakin tinggi nilainya menunjukkan bahwa
suatu data atau proyeksi lebih akurat. Berikut dibawah ini adalah nilai STDEV, R dan CV
dari hasil proyeksi ketiga metode:

Universitas Indonesia
59

Tabel 4.4 Nilai STDEV, R, dan CV dari hasil proyeksi ketiga metode.

Nilai
METODE
STDEV R CV
Aritmatik 712.23 0.3003 10.238
Geometrik 236.82 0.1444 3.645
Regresi Linier 98.55 0.1505 1.415

Berdasarkan tabel diatas, metode Aritmatik memiliki nilai R tertinggi dari


ketiganya, dengan nilai 0,3003. Namun, jika melihat nilai STDEV dan CV, metode
Regresi Linier memiliki nilai jauh lebih rendah dibandingkan dengan kedua metode
lainnya, masing-masing dengan nilai 98,55 dan 1,415. Nilai R ketiga metode yang rendah
diakibatkan oleh terjadinya penurunan besar jumlah penduduk Desa Pantai Bakti di tahun
2016 sebesar 20,58%. Nilai STDEV dan CV terendah merupakan nilai yang mendekati
korelasi atau akurat. Sehingga, proyeksi penduduk dengan metode regresi linier yang
akan digunakan selanjutnya. Hasil proyeksi jumlah penduduk di Desa Pantai Bakti
dengan menggunakan metode regresi linier adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil proyeksi jumlah penduduk Desa Pantai Bakti metode regresi linier.

%
PROYEKSI JUMLAH
TAHUN TUMBUH
PENDUDUK
PENDUDUK

2021 7,143 -
2022 7,175 0.46
2023 7,208 0.45
2024 7,241 0.45
2025 7,273 0.45
2026 7,306 0.45
2027 7,338 0.45
2028 7,371 0.44
2029 7,403 0.44
2030 7,436 0.44
2031 7,468 0.44
RERATA % 0.45

Dari hasil proyeksi jumlah penduduk yang didapat, setiap tahunnya hingga 2031 dihitung
persentase pertumbuhan penduduknya, kemudian dirata-ratakan. Rata-rata pertumbuhan
penduduk di Desa Pantai Bakti pada 2031 adalah 0,45% per tahunnya. Persentase inilah

Universitas Indonesia
60

yang nantinya akan dipakai dalam profil pertumbuhan penduduk ketika dilakukan
proyeksi kebutuhan energi listrik menggunakan aplikasi LEAP.

4.2.2 Proyeksi Kebutuhan dan Penggunaan Listrik Desa


Beberapa asumsi yang digunakan terkait jumlah alat elektronik dan pemakai
energi listrik lainnya di rumah maupun fasilitas desa sebagai berikut (Ramadhani A. ,
2011):
• Satu rumah terdapat 4 buah lampu LED @10 watt menyala selama 12 jam sehari,
1 buah Televisi 20 inci @70 watt menyala selama 4 jam sehari, 1 kulkas sederhana
dua pintu @90 watt menyala 24 jam sehari, dan kebutuhan listrik lainnya dengan
total daya 20 watt selama 2 jam sehari.
• 1 sekolah SD/SMP terdapat 10 buah lampu @10 watt menyala selama 3 jam
sehari.
• 1 sarana kesehatan memiliki 6 buah lampu @10 watt menyala selama 12 jam
sehari, 1 buah televisi 20 inci @70 watt menyala selama 6 jam sehari, 1 alat
penunjang kesehatan @400 watt menyala selama 15 jam sehari, dan 1 buah pompa
air @200 watt menyala selama 8 jam sehari.
• 1 toko/warung memiliki 2 buah lampu @10 watt menyala selama 3 jam sehari dan
1 kulkas dua pintu @90 watt menyala selama 24 jam sehari.
• 1 masjid/musholla memiliki 4 buah lampu @10 watt menyala selama 15 jam
sehari, 1 buah pompa air @200 watt menyala selama 5 jam sehari, dan 1 set
speaker @70 watt menyala selama 5 jam sehari.
• 1 lampu jalanan @20 watt menyala selama 12 jam sehari.
Adapun perlu diketahui bahwa tidak setiap rumah warga memiliki fasilitas-fasilitas
elektronik seperti televisi, kulkas, dan kipas angin. Untuk menentukan persentase rumah
warga yang memiliki fasilitas elektronik yang telah disebutkan, akan mengacu pada data
Pusdalibang Bappeda Jawa Barat sebagai berikut:
Tabel 4.6 Persentase kepemilikan jenis aset rumah di pedesaan Jawa Barat
terpencil/ekonomi menengah ke bawah.
Jenis Aset % KK memliki aset
Televisi (minimal TV 28,3
tabung 20 inci)

Universitas Indonesia
61

Jenis Aset % KK memliki aset


Kulkas (setidaknya 24
kulkas satu pintu)
Sumber: (Pusdalibang Bappeda Jawa Barat, 2017)

Sehingga, diasumsikan dari total rumah warga Desa Pantai Bakti sebanyak 1.595 rumah,
terdapat 447 rumah memiliki televisi dan 382 rumah memiliki kulkas.
Tabel 4.7 Hasil estimasi kebutuhan daya listrik Desa Pantai Bakti 2021.
Daya
Jenis Jumlah Total Lama
per Total Harian
Kebutuhan Unit Daya Penggunaan
Unit
Listrik
Watt Unit Watt Jam/Hari Watt-Hour/Hari kWh/Hari
RUMAH/DOMESTIK: 1595 unit (447 rumah memiliki TV, 382 rumah memiliki kulkas)
Lampu 10 6,540 65,400 12 784,800 785
Kulkas 90 382 34,380 24 825,120 825
TV 70 447 31,290 4 125,160 125
Lain-lain 20 1,663 33,260 2 66,520 67
Toko/Warung: 40 unit
Lampu 10 80 800 3 2,400 2.4
Kulkas 90 20 1,800 24 43,200 43
Sekolah SD/SMP/SMK: 10 unit
Lampu 10 100 1,000 3 3,000 3
Sarana Kesehatan: 1 unit
Lampu 10 6 60 15 900 0.9
Televisi 70 1 70 6 420 0.4
Alat Kesehatan 400 1 400 15 6,000 6
Pompa Air 200 1 200 8 1,600 1.6
Masjid/Musholla: 9 unit
Lampu 10 36 360 12 4,320 4.3
Pompa Air 200 9 1,800 5 9,000 9
Speaker 70 9 630 5 3,150 3.2
Lampu Jalanan: 40 unit
Lampu 20 40 800 12 9,600 9.6
TOTAL ENERGI 1,885,190 1,885

Berdasarkan tabel diatas, total kebutuhan daya listrik Desa Pantai Bakti tahun 2021
diestimasikan sebesar 1.885 kWh/hari atau 1,89 MWh/hari. Konsumsi energi listrik untuk
sektor rumah tangga adalah 1.802 kWh/hari dengan total rumah 1.595 unit, maka setiap
rumahnya mengonsumsi listrik sebesar 1,12 kWh/rumah setiap hari. Sedangkan, untuk
sektor publik yakni fasilitas-fasiltas desa mengonsumsi listrik total 84 kWh/hari dengan

Universitas Indonesia
62

total unit fasilitas desa (toko/warung, sekolah, masjid, sarana kesehatan, lampu jalanan)
keseluruhan adalah 100 unit, maka setiap unit fasilitas desa setidaknya mengonsumsi
listrik sebesar 0,84 kWh/unit. Dari data estimasi diatas, akan dibentuk jumlah load listrik
untuk setiap jamnya guna mendapatkan peak load yang nantinya akan berguna dalam
perhitungan perancangan panel surya dan turbin angin. Berikut dibawah ini adalah jumlah
penggunaan listrik Desa Pantai Bakti setiap jamnya:
Tabel 4.8 Hasil estimasi penggunaan daya listrik per jam Desa Pantai Bakti 2021.
Jenis Pemakaian Listrik Desa (kWh)
Total
JAM Load
Lampu Pompa Alat Lampu Lain-
Kulkas TV Speaker
LED Air Kesehatan Jalanan lain
kWh
00.00-01.00 65.4 34.38 0.8 100.58
01.00-02.00 65.4 34.38 0.8 100.58
02.00-03.00 65.4 34.38 0.8 100.58
03.00-04.00 65.4 34.38 0.8 100.58
04.00-05.00 65.4 34.38 1.8 0.63 0.8 103.01
05.00-06.00 65.4 34.38 0.8 100.58
06.00-07.00 0.6 34.38 0.4 35.38
07.00-08.00 0.6 34.38 0.4 35.38
08.00-09.00 0.6 34.38 0.2 0.4 35.58
09.00-10.00 0.6 34.38 0.2 0.4 35.58
10.00-11.00 0.6 34.38 0.2 0.4 35.58
11.00-12.00 0.6 34.38 0.2 0.4 35.58
12.00-13.00 0.6 34.38 2 0.4 0.63 33.26 71.27
13.00-14.00 0.6 34.38 0.2 0.4 35.58
14.00-15.00 0.6 34.38 0.2 0.4 35.58
15.00-16.00 0.6 34.38 0.07 2 0.4 0.63 38.08
16.00-17.00 0.6 34.38 0.07 0.4 35.45
17.00-18.00 0.6 34.38 31.36 0.4 66.74
18.00-19.00 66 34.38 31.36 1.8 0.4 0.63 0.8 135.37
19.00-20.00 66 34.38 31.36 1.8 0.4 0.63 0.8 135.37
20.00-21.00 66 34.38 31.36 0.4 0.8 132.94
21.00-22.00 65.4 34.38 0.8 33.26 133.84
22.00-23.00 65.4 34.38 0.8 100.58
23.00-00.00 65.4 34.38 0.8 100.58
TOTAL
LOAD 794 825 126 11 6 3 10 67 1,840

TOTAL LOAD SIANG HARI (06.00-18.00) 495.78

TOTAL LOAD MALAM HARI (18.00-06.00) 1,344.59

Universitas Indonesia
63

Peak load terjadi pada jam 18.00-19.00 dengan besar penggunaan listrik di Desa Pantai
Bakti sebesar 135,37 kWh atau 7% dari total penggunaan listrik harian. Pada siang hari,
penggunaan listrik di desa tersebut diestimasikan sebesar 495,78 kWh atau 27,7% dari
total penggunaan listrik harian. Sedangkan di malam hari, penggunaan listrik di desa
tersebut diestimasikan sebesar 1.344,59 kWh atau 72,3% dari total penggunaan listrik
harian.

4.2.3 Hasil Proyeksi Kebutuhan Lisrik Desa


Proyeksi kebutuhan listrik desa dilakukan dengan menggunakan software
LEAP. Langkah-langkah dalam melakukan proyeksi tersebut mengikuti prosedur yang
telah disebutkan di subbab 3.4.2.2. Adapun beberapa asumsi atau data yang diinput dalam
proyeksi menggunakan LEAP adalah sebagai berikut:
• Base year yang dimasukkan adalah 2020, maka tahun pertama skenario adalah
tahun setelahnya, yaitu 2021. Monetary year yang diinput adalah tahun 2020,
namun asumsi ini tidak dibutuhkan dalam proyeksi kali ini.
• Jumlah rumah yang dimasukkan adalah 1.595 rumah dan jumlah fasilitas desa
sebanyak 100 unit di tahun 2020.
• Persentase pertumbuhan penduduk sebesar 0,45% digunakan untuk
pertumbuhan jumlah rumah dan unit fasilitas desa.
• Activity Level yang dimasukkan adalah 100% untuk rumah tangga dan unit
fasilitas desa.
• Intensitas listrik yang dimasukkan adalah 1,12 kWh/rumah untuk rumah tangga
dan 0,84 kWh/hari untuk unit fasilitas desa.

Setelah memasukkan asumsi dasar di Settings, Langkah selanjutnya adalah masuk ke


menu Analysis. Di kiri, terdapat file structure proyek, dimana dibawahnya terdapat file
kategori utama Key Assumptions, Demand, Transforation, Resources, dan Non Energy.
File kategori transformation, resources, dan non energy dapat diabaikan. Dibawah Key
Assumptions, tambahkan dua kategori baru, yaitu Intensitas Energi dan Jumlah. Pada
kategori Intensitas Energi, masukkan data konsumsi energi harian per rumah warga dan
per unit fasilitas desa dengan satuan kWh/rumah dan kWh/unit tahun 2020. Sedangkan
pada kategori Jumlah, masukkan jumlah rumah warga dan unit fasilitas desa. Kemudian,

Universitas Indonesia
64

klik kategori utama Demand, membuat dua sub kategori baru dengan jenis Technology
with Energy Intensity dengan nama masing-masing Kebutuhan Listrik Rumah Tangga
dan Kebutuhan Listrik Fasilitas Desa. Di sub kategori ini, dimasukkan dua persamaan
berikut pada menu Final Energy Intensity:
• Kebutuhan Listrik Rumah Tangga= Key\Intensitas Energi\Intensitas Energi
Rumah Tangga*Key\Jumlah\Rumah Tangga
• Kebutuhan Listrik Fasilitas Desa= Key\Intensitas Energi\Intensitas Energi
Fasilitas Desa*Key\Jumlah\Fasilitas Desa

Pilih skenario jenis Business as Usual atau BaU, lalu pada skenario tersebut dimasukkan
angka pertumbuhan untuk rumah warga dan unit fasilitas desa masing-masing pada file
kategori Jumlah sebesar 0,45%. Kemudian, menekan menu Results.
Hasil proyeksi yang disajikan oleh LEAP adalah grafik yang menunjukkan
proyeksi bertambahnya jumlah pemakaian listrik di Desa Pantai Bakti per harinya.
Didapatkan bahwa pada tahun 2031, kebutuhan listrik harian penduduk Desa Pantai Bakti
diestimasikan sebesar 1.965,1 kWh/hari.
Tabel 4.9 Hasil proyeksi kebutuhan listrik Desa Pantai Bakti 2021-2031.
Fasilitas
Rumah Proyeksi Demand Total Desa
TAHUN Desa
unit kWh/hari
2020 1,595 100 1,786.40 84.00 1,870.40
2021 1,602 100 1,794.44 84.38 1,878.82
2022 1,609 101 1,802.51 84.76 1,887.27
2023 1,617 101 1,810.63 85.14 1,895.76
2024 1,624 102 1,818.77 85.52 1,904.30
2025 1,631 102 1,826.96 85.91 1,912.86
2026 1,639 103 1,835.18 86.29 1,921.47
2027 1,646 103 1,843.44 86.68 1,930.12
2028 1,653 104 1,851.73 87.07 1,938.80
2029 1,661 104 1,860.07 87.46 1,947.53
2030 1,668 105 1,868.44 87.86 1,956.29
2031 1,676 105 1,876.84 88.25 1,965.10

Universitas Indonesia
65

Gambar 4.2 Hasil proyeksi kebutuhan listrik Desa Pantai Bakti 2021-2031.

Di tahun 2031 akan diestimasikan besar peak load, energi di siang hari dan
energi di malam hari, dengan cara menggunakan persentase masing-masing komponen
yang ingin dicari pada tahun 2021. Diasumsikan peak load sebesar 7% dari total
kebutuhan listrik harian, jumlah energi di siang hari dan malam hari masing-masing
sebesar 27,7% dan 72,3% dari total kebutuhan listrik harian.
Tabel 4.10 Estimasi profil penggunaan listrik Desa Pantai Bakti tahun 2031.
Jenis Profil Jumlah Satuan
Kebutuhan Listrik 1,965.10 kWh/hari
Peak Load 137.56 kWh
Konsumsi Energi Malam Hari 1,420.76 kWh
Konsumsi Energi Siang Hari 544.33 kWh

Tidak seluruh beban kebutuhan listrik di Desa Pantai Bakti akan ditanggung oleh
teknologi EBT yang akan dirancang. RUPTL PLN 2021-2030 telah menargetkan bahwa
di tahun 2030, porsi pembangkitan energi listrik bersumber energi baru terbarukan akan
mencapai 51,6%. Maka, profil beban tanggungan listrik untuk pembangkit listrik EBT di
Desa Pantai Bakti di tahun 2031 adalah berikut:

Universitas Indonesia
66

Tabel 4.11 Estimasi profil beban produksi listrik untuk pembangkit listrik EBT di Desa
Pantai Bakti tahun 2031.
Jenis Profil Jumlah Satuan
Kebutuhan Listrik 1,021.85 kWh/hari
Peak Load 71.53 kWh
Konsumsi Energi Malam Hari 738.80 kWh
Konsumsi Energi Siang Hari 283.05 kWh

4.3 Perhitungan Rancangan Teknologi EBT Desa


Terdapat 3 jenis pembangkit listrik energi baru terbarukan yang akan dirancang,
yaitu PLTS, PLTB, dan PLTSa. Total beban yang ditanggung oleh energi baru terbarukan
adalah 1.021,85 kWh/hari. Persentase tanggungan beban yang dialokasikan ke setiap
jenis pembangkit listrik adalah sebagai berikut:
• PLTS Panel Surya menanggung 20% atau 204,2 kWh/hari, serta peak load sebesar
14,3 kWh/hari (56,61 kWh di siang hari dan 147,76 kWh di malam hari)
• PLTB Turbin Angin menanggung 66,5% atau 682 kWh/hari
• PLTSa menanggung 13,5% atau 135,65 kWh/hari

Pembagian tanggungan beban pembangkitan listrik diatas menjadi acuan dalam


menentukan tanggungan beban masing-masing pembangkit listrik EBT di jam-jam
tertentu dalam satu hari. Hal ini diperlukan mengingat ada kendala, seperti contoh PLTS
yang tidak akan beroperasi di malam hari. Ketika malam hari, maka porsi penanggungan
pembangkit lain seperti PLTB dan PLTSa akan dinaikkan untuk menanggung
kekosongan dari PLTS tersebut. Penentuan tanggungan beban setiap pembangkit di jam
tertentu akan mengacu pada beberapa asumsi berikut:
• PLTS tidak dapat membangkitkan listrik di malam hari: jam 18.00 s/d 06.00.
Maka di rentang waktu tersebut, PLTB akan menanggung 85% dari total beban
dan PLTSa sebesar 15%.
• Pada daylight, PLTS akan menerima cahaya matahari. Beban PLTS akan
ditingkatkan sebesar 65% dari total beban pada jam 06.00 s/d 18.00. Sedangkan
PLTB dan PLTSa masing-masing menanggung 25% dan 10%, diasumsikan di
siang hari kecepatan angin tidak terlalu tinggi.

Universitas Indonesia
67

Gambar 4.3 Estimasi Beban Load Tiap Jam Harian PLT EBT Rencana di
Bungin Techno Village.

Tabel 4.12 Estimasi Beban Load Tiap Jam Harian PLT EBT Rencana di Bungin Techno
Village.
Beban Load (kWh)
Rentang Waktu
PLTS PLTB PLTSa TOTAL
00.00-01.00 0 46.66 8.23 54.90
01.00-02.00 0 46.66 8.23 54.90
02.00-03.00 0 46.66 8.23 54.90
03.00-04.00 0 46.66 8.23 54.90
04.00-05.00 0 47.73 8.42 56.15
05.00-06.00 0 46.66 8.23 54.90
06.00-07.00 13.82 5.31 2.13 21.26
07.00-08.00 13.82 5.31 2.13 21.26
08.00-09.00 13.88 5.34 2.14 21.36
09.00-10.00 13.88 5.34 2.14 21.36
10.00-11.00 13.88 5.34 2.14 21.36
11.00-12.00 13.88 5.34 2.14 21.36
12.00-13.00 25.85 9.94 3.98 39.78
13.00-14.00 13.88 5.34 2.14 21.36
14.00-15.00 13.88 5.34 2.14 21.36
15.00-16.00 14.72 5.66 2.26 22.65

Universitas Indonesia
68

Beban Load (kWh)


Rentang Waktu
PLTS PLTB PLTSa TOTAL
16.00-17.00 13.84 5.32 2.13 21.29
17.00-18.00 24.33 9.36 3.74 37.44
18.00-19.00 0 61.92 10.93 72.85
19.00-20.00 0 61.92 10.93 72.85
20.00-21.00 0 60.86 10.74 71.60
21.00-22.00 0 61.25 10.81 72.06
22.00-23.00 0 46.66 8.23 54.90
23.00-00.00 0 46.66 8.23 54.90
TOTAL 204.2 682 135.65 1021.85

4.3.2 PLTS/Panel Surya


a. Menghitung total energi masuk modul panel surya fotovoltaik
Diasumsikan beberapa jenis rugi-rugi yang kemungkinan dialami oleh panel surya
ketika beroperasi sebagai berikut:
Tabel 4.13 Perkiraan rugi pemakaian panel surya.
% Rugi
Jenis Rugi
Siang Hari Malam Hari
Rugi PV Modul 12.4 12.4
Rugi Inverter 2 2
Rugi Perkabelan 2 1
Rugi Baterai - 11
TOTAL 15.4 26.4
Sumber: (Ramadhani B. , 2018)

Maka total energi masuk ke modul panel surya PV yang dibutuhkan adalah:
Energi Malam Energi Siang
TEM (kWh) = +
100% − % rugi malam 100% − % rugi siang

147,76 kWh 56,61 kWh


TEM (kWh) = + = 276,17 kWh
100% − 26,4% 100% − 15,4%

Universitas Indonesia
69

b. Kapasitas modul fotovoltaik


Diketahui potensi radiasi matahari GHI di Kecamatan Muaragembong adalah 5-5,4
kWh/m2/hari (IEA, 2019). Diambil angka radiasi matahari 5,4 kWh/m2/hari dalam
perhitungan dibawah berikut ini:
TEM
CPV = × 1000 W⁄m2
Radiasi Matahari
276,17 kWh
CPV = × 1000 W⁄m2 = 51,14 kW
5,4 kWh⁄m2 ⁄hari

c. Kapasitas baterai
Diasumsikan jenis baterai yang akan dipakai adalah 1000 Ah 2 V dengan efisiensi
baterai 85%, tegangan kerja system sebesar 48 VDC, N sebesar 1 serta untuk
menanggung beban listrik 204,2 kWh/hari, kapasitas baterai yang diperlukan adalah
berikut:
N × Ed 1 x 204200
Cbaterai = = = 5004,9 Ah
Vs × μ 48 x 0,85

Rangkaian baterai yang disusun dengan tegangan baterai 2 V beroperasi pada


tegangan kerja sistem 48 VDC:
• Baterai hubung seri: 48 VDC / 2 V = 24 buah
• Baterai terhubung paralel: 5004,9 Ah / 1000 Ah = 5 unit
Maka jumlah baterai yang dibutuhkan adalah: 24 x 5 = 120 buah.

d. Kapasitas Inverter
Diasumsikan Fo atau koefisien over-supply sebesar 1,2 serta didapatkan peak load
yang ditanggung PLTS adalah 14,3 kWh.
Cinverter = Peak Load × Fo = 14,3 kW × 1,2 = 17,17 kW ~ 18 kW

e. Kebutuhan jumlah panel surya dan inverter


Panel surya yang digunakan adalah panel surya Monocrystalline Maysun Solar
berkapasitas 500 Wp. Sehingga, jumlah panel surya yang dibutuhkan adalah:
51,14 kW
nPV = = 102,28 buah ~ 104 buah
0,5 kWp

Universitas Indonesia
70

Untuk inverter, akan digunakan Inverter Solar On Grid 2 kW Kenika EAN-2000.


Jumlah Inverter yang dibutuhkan adalah:
18 kW
ninverter = = 9 unit
2 kW

f. Kebutuhan lahan PLTS


Panel surya yang digunakan adalah panel surya Monocrystalline Maysun Solar
berkapasitas 500 Wp. Panel ini memiliki dimensi panjang 2,19 meter; lebar 1,1 m
dan tebal 40 mm. Lahan yang dibutuhkan untuk PLTS adalah:
APLTS = 104 unit × 2,19 m × 1,1 m = 250,52 m2 = 0,025 ha

g. Kebutuhan Controller
Controller digunakan untuk mengatur keseimbangan produksi listrik yang
dihasilkan oleh panel surya. Terdapat 104 unit panel surya masing-masing
berkapasitas 500 Wp yang akan dipasang. Panel surya akan dibagi menjadi 4 Array,
masing-masing Array memiliki 26 panel surya dengan susunan 2 seri dan 13
paralel. Controller yang akan digunakan adalah Solar Charge Controller MPPT
Schneider 60 A 150 V.
nPV 104
ncontroller = = = 4 unit
Panel surya per Array 26

Sehingga, total komponen yang diperlukan untuk perencanaan PLTS adalah


berikut:
Tabel 4.14 Perkiraan kebutuhan jumlah komponen untuk perencanaan PLTS.
Komponen Spesifikasi Jumlah Unit
Module Monocrystalline 500 Wp Peak Power dengan 104
Maysun Solar Cell jangkauan tenaga maksimum
490 – 520 Watt; panjang 2,19
meter; lebar 1,1 m dan tebal 40
mm. Lifetime: 25 tahun.
Inverter Solar On Grid 2 Maximum Capacity 2000 Watt 9
kW Kenika EAN-2000

Universitas Indonesia
71

Komponen Spesifikasi Jumlah Unit


KIJO Battery OPZV 85% efficiency; system 48 VDC; 120
Tubular Gel 2V 1000 Ah dimensi baterai 211 x 233 x 678
mm
Solar Charge Controller 60 A, 150 V 4
MPPT Schneider

Tabel 4.15 Spesifikasi PV Maysun Solar 500 W.


Jenis Spesifikasi Besaran Satuan
Jumlah sel 150 (5 x 30) buah
Berat 26,5 kg
Open circuit voltage 51,7 Volt
Short circuit current 12,28 Ampere
Dimensi (Panjang x Lebar x 2190 x 1100 x 40 mm
Tebal)
Tipe sel MonoCrystalline -
Tegangan Maksimum 1500 VDC
Voltage/Current ketika 42,8/11,69 V/A
Pmax
Sumber: (Lampu Panel Surya, 2021)

4.3.3 PLTB/Turbin Angin


Berikut adalah catatan kecepatan angin di Kecamatan Muaragembong, Bekasi dari tahun
2012-2020 dengan probabilitas atau frekuensi distribusi kecepatan angin (Alimuddin &
Aryanti, 2020):

Universitas Indonesia
72

Gambar 4.4 Diagram Frekuensi Distribusi Kecepatan Angin Kecamatan


Muaragembong.
Sumber: (Alimuddin & Aryanti, 2020)

Tabel 4.16 Frekuensi Distribusi Kecepatan Angin Kecamatan Muaragembong.

KECEPATAN FREKUENSI
ANGIN DISTRIBUSI

m/s %
0.5 - 2.1 0.61
2.1 - 3.6 9.19
3.6 - 5.7 59.33
5.7 - 8.8 27.75
8.8 - 11.1 2.36
> 11.1 0.73
Sumber: (Alimuddin & Aryanti, 2020)

Kecepatan angin yang terjadi di Kecamatan Muaragembong bervariasi antara 0,5 hingga
11,1 m/s, namun terkadang dapat mencapai 12 m/s. Kecepatan angin yang sering terjadi
berkisar antara 3,6 – 5,7 m/s dengan frekuensi distribusi sebesar 59,3%. Dalam setahun,
kecepatan angin paling kencang terjadi di bulan Januari dengan kecepatan angin rerata
bulan tersebut sebesar 5,78%. Sedangkan kecepatan angin terendah didapat pada bulan
November dengan rerata 4,75 m/s (Alimuddin & Aryanti, 2020). Seluruh pengukuran
kecepatan angin diatas dikur pada ketinggian 10 meter. Rata-rata kecepatan angin di

Universitas Indonesia
73

Kecamatan Muaragembong sebesar 5,41 m/s. Pada bulan Januari, April, Oktober,
November, dan Desember, angin di Kecamatan Muaragembong berhembus dari arah
Utara.
Untuk perencanaan ini akan menggunakan turbin angin berkapasitas 2 kW,
dengan rincian spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.17 Spesifikasi Turbin Angin Kapasitas 2 kW.
Jenis Spesifikasi Besaran Satuan
Tipe Sistem 2/240 kW/V
Daya maksumum 2000 W
Tegangan maksimum 220 V
Kecepatan Angin Cut In 3,5 < V angin < 25 m/s
Kecepatan Angin Cut Off V angin < 3,5 dan V m/s
angin < 25
Kecepatan rotasi 375 rpm
Tinggi menara 10 meter
Jumlah Blade 3 buah
Panjang blade 3 meter
Berat blade 2,45 kilogram
Bahan blade Fiber Reinforced -
Pengarah Turbin Plat Ekor -
Sumber: (Anggraini, 2016)

a. Perhitungan daya yang akan dihasilkan turbin angin


Data kecepatan angin yang disajikan sebelumnya akan digunakan dalam melakukan
perhitungan kemungkinan jumlah energi yang dihasilkan dari turbin angin berkapasitas 2
kW. Perhitungan tersebut menggunakan persamaan 3.18. Cp maksimum adalah 0,59;
dimana koefisien ini didapat dari seorang fisikawan bernama Albert Betz pada tahun 1919
(Bird, 2007). Untuk perancangan ini, dipilih Cp sebesar 0,4 atau 40% efisiensi.
Kecepatan yang dimasukkan adalah kecepatan yang didata pada Tabel 4.15.
Adapun kecepatan 0,5-2,1 m/s dam 2,1-3,5 m/s tidak diikutsertakan dalam perhitungan,
dikarenakan minimum kecepatan angin cut-in pada turbin angin adalah 3,6 m/s. Untuk

Universitas Indonesia
74

perhitungan contoh, diambil kecepatan angin 3,6-5,7 m/s. Dari rentang tersebut, diambil
nilai tengah yakni 4,7 m/s. Diasumsikan massa jenis angin sebesar 1,225 kg/m3, maka:
1 m
𝑃= × 1,225 kg⁄m3 × 3,14 x (3 m)2 × (4,7 )3 × 0,4
2 s
P = 719 Watt

Diketahui probabilitas kecepatan angin 3,6-5,7 m/s adalah 59,33%. Maka, lama jam
terjadinya kecepatan angin tersebut selama setahun adalah: 59,33% x 8760 jam/tahun =
5.197 jam. Sehingga, energi yang dihasilkan oleh turbin angin 2 kW ketika kecepatan
angin berada di rentang 3,6-5,7 m/s adalah:
jam
P = 719 Watt × 5.197 = 3,736,864 Wh/tahun
tahun
P = 10,24 kWh/hari

Berikut adalah total energi listrik yang dapat dihasilkan oleh satu unit turbin angin 2 kW
selama satu hari seusai seluruh probabilitas kecepatan angin dihitung:
Tabel 4.18 Perhitungan total energi yang dapat dihasilkan turbin angin 2 kW.
Daya di
KECEPATAN FREKUENSI Nilai Jam per Daya Daya
ANGIN DISTRIBUSI
Turbin 2
Tengah Tahun Tahunan Harian
kW / 220 V
m/s % m/s Watt
Hour Wh/tahun Wh/hari
0.5 - 2.1 0.61 1.3
2.1 - 3.6 9.19 2.9
3.6 - 5.7 59.33 4.7 719 5,197 3,736,864 10,238
5.7 - 8.8 27.75 7.3 2,693 2,431 6,546,414 17,935
8.8 - 11.1 2.36 10 6,924 207 1,431,440 3,922
> 11.1 0.73 12 11,964 64 765,074 2,096
TOTAL ENERGI YANG DIHASILKAN 34,191

Dengan kecepatan angin di Desa Pantai Bakti, turbin angin 2 kW dapat menghasilkan
energi listrik sebesar 34,2 kWh/hari.

b. Penentuan kapasitas total PLTB


Total rugi efisiensi yang dialami oleh turbin angin di PLTB adalah 17%
(Ramadhani B. , 2018).
682 kWh
CBayu = = 821,68 kWh
100% − 17%

Universitas Indonesia
75

c. Menghitung jumlah turbin angin yang dibutuhkan


Diketahui satu turbin angin kapasitas 2 kW dapat menghasilkan energi sebanyak
34,2 kWh/hari.
Cbayu 821,68 kWh
nturbin = = = 24 unit
Pharian bayu 34,2 kWh

d. Menghitung inverter
Peak load yang ditanggung oleh PLTB adalah 42,15 kWh. Fo diasumsikan sebesar
1,2.
Cinverter = 42,15 kW × 1,2 = 50,58 ~ 52 kW

e. Jumlah inverter yang dibutuhkan


Jenis inverter yang digunakan adalah Inverter wind Turbine Grid Tie SUN-2000W
3 phase MPPT. Sehingga, jumlah inverter yang diperlukan adalah:
52 kW
ninverter = = 26 unit
2 kW

f. Kapasitas baterai
Diasumsikan jenis baterai yang akan dipakai adalah 1000 Ah 2 V dengan efisiensi
baterai 85%, tegangan kerja system sebesar 48 VDC, N sebesar 1 serta untuk
menanggung beban listrik 682 kWh/hari, kapasitas baterai yang diperlukan adalah
berikut:
N × Ed 1 × 682000
Cbaterai = = = 11715 Ah
Vs × μ 48 × 0,85

Rangkaian baterai yang disusun dengan tegangan baterai 2 V beroperasi pada


tegangan kerja sistem 48 VDC:
• Baterai hubung seri: 48 VDC / 2 V = 24 buah
• Baterai terhubung paralel: 11715 Ah / 1000 Ah = 11,71 ~ 12 unit
Maka jumlah baterai yang dibutuhkan adalah: 24 x 12 = 288 buah.

Universitas Indonesia
76

g. Kebutuhan controller
Controller yang digunakan adalah MPPT Controller Wind Turbine 2 kW Buck
Function. Setiap turbin angin memiliki satu buah controller, sehingga jumlah
controller yang digunakan adalah 24 unit.

h. Kebutuhan lahan
Jarak antar satu turbin angin dengan yang lainnya secara vertikal (depan/belakang)
adalah 10 kali diameter turbinnya, dan secara horizontal atau samping menyamping
adalah 5 kali diameter turbinnya (Schwanz & Henke, 2012). 24 unit turbin angin
akan dipasang dengan susunan 12 x 2: 12 unit memanjang dan 2 unit melebar.
Adapun diameter setiap turbin adalah 6 meter. Maka jarak antar masing-masing
turbin angin adalah: 5 x 6 meter = 30 meter untuk barisan memanjang dan 10 x 6
meter = 60 meter untuk barisan melebar/ke belakang.
Panjang Lahan = (12 − 1) × 30 meter = 330 meter
Lebar Lahan = (2 − 1) × 60 meter = 60 meter
Luas Area = 330 meter x 60 meter = 19800 m2 = 1,98 ha

Tabel 4.19 Kebutuhan komponen untuk perancangan PLTB Desa Pantai Bakti.
Komponen Spesifikasi Jumlah Unit
Turbin Angin 2000 watt / Tinggi 10 m, panjang blade 3 m. 24
220 V
Inverter Wind Turbine Capacity 2000 Watt, 3 fase 26
Grid SUN-2000 W MPPT
KIJO Battery OPZV 85% efficiency; system 48 VDC; 288
Tubular Gel 2V 1000 Ah dimensi baterai 211 x 233 x 678
mm
MPPT Controller Wind Kapasitas 1 kW Buck Function, 24
Turbine 24 V

Universitas Indonesia
77

4.3.4 PLTSa
Usulan pembangunan sebuah pembangkit listrik tenaga sampah pada penulisan
ini bertujuan untuk mengurangi kebiasaan kurang baik dari sebagian besar warga Desa
Pantai Bakti dalam mengelola sampahnya masing-masing. Pada tahun 2020, setidaknya
sekitar 73,72% dari total keluarga di Desa Pantai Bakti membuang atau menghilangkan
sampahnya dengan cara dibakar (Pemerintah Desa Pantai Bakti, 2020). Tentunya
membakar sampah sembarangan dapat menyebabkan pencemaran udara terhadap
lingkungan sekitar, dan dapat menyebabkan gangguan dan penyakit pernapasan kepada
warga sekitar yang dekat dengan tempat pembakaran sampah. Hanya sekitar 17,62%
keluarga membuang sampah di TPS, dan sisanya membuang sampah ke sungai, jurang,
dan dikubur di tanah. Dengan dibangunnya sebuah pembangkit listrik tenaga sampah,
maka dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan warga dalam membakar
sampahnya secara sembarangan.

Gambar 4.5 Grafik Jumlah Keluarga Berdasarkan Tempat Membuang Sampah


di Desa Pantai Bakti Tahun 2020.
Sumber: (Pemerintah Desa Pantai Bakti, 2020)

Dikarenakan keterbatasan dalam memperoleh data timbulan sampah yang


dihasilkan oleh warga di desa Pantai Bakti, maka langkah pertama dalam melakukan
perhitungan perancangan PLT Sampah adalah dengan menghitung potensi timbulan
sampah berdasarkan standar.

Universitas Indonesia
78

a. Menghitung potensi timbulan sampah dihasilkan


Terdapatnya setidaknya 4 sumber sampah di Desa Pantai Bakti, yakni sampah dari
rumah tangga, toko, sekolah, dan sawah.
• Sampah rumah tangga di Desa Pantau Bakti diklasifikasikan sebagai sumber
sampah rumah permanan menurut SNI 19-3964-1994. Standar timbulan sampah
yang dihasilkan dari sumber rumah permanen adalah 2,25-2,5 liter/orang/hari.
Diasumsikan setiap rumah warga terdapat 4 orang penghuni, diproyeksikan
jumlah rumah di Desa Pantai Bakti sebanyak 1.676 rumah di 2031, dan diambil
angka tertinggi dari rentang standar sebesar 2,5 liter/orang/hari, maka timbulan
sampah yang dihasilkan adalah:
TSRT = 1.676 rumah × 4 orang⁄rumah × 2,5 L⁄orang⁄hari
TSRT = 16.760 L = 16,76 m3 /hari

• Sampah toko/warung memiliki standar sebesar 2,5-3 liter/petugas/hari. Terdapat


40 warung/toko di Desa Pantai Bakti, dengan mengasumsikan setiap
toko/warung memiliki 2 orang petugas. Diambil angka standar sebesar 3
liter/petugas/hari, maka jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh
toko/warung adalah:
TStoko = 40 toko × 2 petugas⁄tugas × 3 L⁄petugas⁄hari
TStoko = 240 L = 0,24 m3 /hari

• Sampah sekolah memiliki standar sebesar 0,1-0,15 liter/murid/hari. Adapun


menurut sumber data, terdapat 27,8% penduduk Desa Pantai Bakti yang berada
di kisaran usia pelajar SD, SMP, dan SMK atau 6-18 tahun (Pemerintah Desa
Pantai Bakti, 2020). Sehingga pada tahun 2031, jumlah penduduk yang
diproyeksikan sebesar 7.468 jiwa, jumlah pelajar atau murid sekolah di Desa
Pantai Bakti diperkirakan sebanyak 2.091 jiwa.
TStoko = 2091 murid × 0,15 L⁄murid⁄hari
TStoko = 313,65 L = 0,313 m3 /hari

• Limbah sawah: Desa Pantai Bakti memiliki luas sawah padi sebesar 222,75 ha
(Pemerintah Desa Pantai Bakti, 2020). Sawah padi pada umumnya menghasilkan

Universitas Indonesia
79

panen berupa padi yang siap digiling menjadi beras, serta jerami padi yang kering.
Jerami padi kering ini pada umumnya merupakan limbah sawah yang jumlahnya
dapat mencapai 68% dari total panen padi keseluruhan (Azis, Liman, & Widodo,
2014). Diketahui jumlah produksi panen sawah padi di Kecamatan
Muaragembong sebesar 6,11 ton/ha (BPS Kabupaten Bekasi, 2021). Total
produksi panen sawah di Desa Pantai Bakti diestimasikan sebagai berikut:
Panen Sawah = 227,75 ha × 6,11 ton⁄ha⁄tahun = 1391,55 ton/tahun

Limbah panen sawah yang diproduksi oleh Desa Pantai Bakti diasumsikan
sebagai berikut:
Limbah Sawah = Panen Sawah × 68%
Limbah Sawah = 1391,55 ton⁄tahun × 68% = 946,2 ton/tahun
Limbah Sawah = 946.200 kg⁄tahun = 2.592 kg/hari

Diketahui standar 1 kg timbulan sampah setara dengan 6,4 L sampah (BSN RI,
1995). Maka, jumlah timbulan limbah sampah per harinya di Desa Pantai Bakti
diestimasikan sebesar:
Limbah Sawah = 2.592 kg⁄hari × 6,4 L⁄kg = 16.582 L/hari
Limbah Sawah = 16,58 m3 ⁄hari

Sehingga, diestimasikan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh Desa Pantai Bakti
adalah:
Tabel 4.20 Hasil perhitungan timbulan sampah di Desa Pantai Bakti.
Sumber Sampah Timbulan sampah
(m3/hari)
Rumah tangga 16,76
Toko/warung 0,24
Sekolah 0,313
Sawah 16,58
TOTAL 33,89

Universitas Indonesia
80

b. Menghitung timbulan sampah organik


Diasumsikan pada umumnya komposisi sampah yang dihasilkan oleh perkotaan
atau pedesaan adalah 70% sampah organik (Sharief, 2020).
TS Organik = Timbulan Sampah × 70%
m3 m3
TS Organik = 33,89 × 70% = 23,72
hari hari

c. Menghitung potensi gas metana LFG


Adapun kadar metana pada sejumlah gas LFG cukup tinggi, yakni sekitar 60%
(Thohiroh & Mardiati, 2017). Maka dari itu, rumus perhitungan jumlah gas metana
yang dihasilkan adalah:
Gas Metana = TS Organik × 60%
m3 m3
Gas Metana = 23,72 × 60% = 14,23
hari hari

d. Konversi gas metana ke potensi energi listrik


Diketahui 1 m3 gas metana setara dengan 11,17 kWh listrik (Rajagukguk, 2020).
Sehingga, rumus konversi gas metana menjadi potensi energi listrik adalah:
Energi Listrik = Gas Metana × 11,17 kWh/m3
kWh
Energi Listrik = 14,23 m3 ⁄hari × 11,17 = 159 kWh/hari
m3

e. Hasil energi listrik netto


Diasumsikan kinerja dari seluruh komponen PLTSa memiliki efisiensi sebesar 85%
(Sharief, 2020) dari gas metana terkonversi menjadi energi listrik, maka:
kWh
Energi listrik netto = 159 × 0,85 = 135,15 kWh/hari
hari

f. Penentuan komponen PLTSa


PLTSa dalam perancangan ini akan membutuhkan 6 komponen: 2 rumah kecil (satu untuk
pemilahan sampah dan satu untuk rumah gasifikasi), kendaraan pengangkut sampah,
mesin cetak pelet sampah, mesin pencacah sampah organik, gasifier kecil dan generator.
Pengolahan sampah menjadi energi listrik akan dilakukan melalui gasifikasi. Gasifikasi

Universitas Indonesia
81

mampu menghasilkan energi listrik dari sampah dengan efisiensi hingga 90% (Putra,
2021).
• Penentuan luas gudang pemilahan sampah akan mengacu pada jumlah sampah
yang akan dikelola setiap harinya, yakni sebesar 33,89 m3. Maka, luas gudang
ditetapkan sebesar 35 m2. Rumah untuk peletakkan genset dan gasifier akan
disamakan dengan dimensi gudang sampah. Sehingga, dibutuhkan 2 bangunan
kecil dengan luas 35 m2 (7 m x 5 m) dan tinggi bangunan 2 meter (3 meter khusus
untuk ruang gasifier) berdinding bata ringan dan beratap Spandex.
• Kendaraan yang dipilih sebagai pengangkut sampah di Desa Pantai Bakti
sebaiknya berjenis sepeda motor, dikarenakan akses jalannya yang terlalu kecil.
Kendaraan yang dipakai adalah motor Viar Roda Tiga 150 L yang memiliki bak
berdaya angkut 600 kg. Diasumsikan setiap motor akan melakukan 2 kali
perjalanan mengantar sampah dari sumber ke PLTSa setiap harinya, maka dengan
jumlah timbulan sampah 2.592 kg/hari dibutuhkan 2 unit motor.
• Sebuah mesin pencacah organik MPO 500 HD elektrik berkapasitas kerja 500-
700 kg/hari. Diasumsikan mesin ini bekerja selama 3-5 jam per harinya.
• Sebuah mesin cetak pelet sampah dengan kapasitas cetak pelet 300 kg/jam.
Diasumsikan kerja mesin ini selama 8 jam per harinya.
• Gasifier Kecil merk TG30 sebagai mesin gasifikasi sebanyak satu unit
• Generator Diesel yang dapat menanggung beban listrik sebesar 135,15 kW per
harinya, maka kapasitas genset yang dipilih adalah 200 KVa 160 kW.

Tabel 4.21 Kebutuhan komponen untuk perancangan PLTSa Desa Pantai Bakti.
Komponen Spesifikasi Jumlah Unit
Bangunan kecil (gudang Masing-masing bangunan 2
pemilahan sampah dan memiliki luas 35 m2; panjang 7
rumah gasifier) m, lebar 5 m, dan tinggi 2 m (3 m
khusus untuk ruang gasifier).
Berdinding bata ringan dan
beratap Spandex.
Motor Tiga Roda Viar Daya angkut 600 kg 2
New Karya 150 L

Universitas Indonesia
82

Komponen Spesifikasi Jumlah Unit


Mesin Pencacah Organik Kapasitas kerja: 500-700 kg/jam; 1
MPO 500 HD Dimensi: 1150 x 680 x 1400 mm
Mesin Cetak Pelet Kapasitas cetak pelet sebesar 300 1
Sampah TOSS kg/jam; Dimensi 1080 x 950 x
1250 mm
Gasifier kecil TG30 Dimensi total: panjang 1500 mm; 1
lebar 1000 mm dan tinggi 2500
mm
200 kVa 160 kW Diesel Dimensi 220 x 113 x 195 cm 1
Generator Set

4.4 Analisis Biaya Teknologi EBT Terancang


Analisis biaya yang akan dibahas untuk setiap jenis pembangkit listrik adalah
biaya awal, perhitungan O & M, biaya seumur hidup, total kemungkinan penjualan listrik,
LCOE, NPV, ROR, dan Payback Period.

4.4.1 Biaya PLTS/Panel Surya

4.4.1.1 Biaya Total Seumur Hidup


Biaya investasi awal pada PLTS meliputi komponen-komponen teknologi yang
diperlukan (panel surya, inverter, baterai, dan controller) dan BOS. Biaya Balance of
System pada pemasangan panel surya berada di rentang 10-50% (Fox, 2011). Biaya BOS
meliputi perkabelan dan pemasangan dari panel surya itu sendiri. Pada perhitungan kali
ini tingkat BOS yang diambil adalah sebesar 20% dari total komponen keseluruhan.
Tabel 4.22 Hasil perhitungan biaya awal perencanaan PLTS di Desa Pantai Bakti.

Jumlah
Harga Satuan Total Biaya
Komponen Dibutuhkan SUMBER
Rp / unit Unit Rp
Module (Lampu Panel
Monocrystalline 2,500,000 104 260,000,000 Surya, 2021)
Maysun Solar - 500 Wp
Inverter Solar On Grid (GPS, 2021)
2 kW Kenika EAN- 5,250,000 9 47,250,000
2000

Universitas Indonesia
83

Jumlah
Harga Satuan Total Biaya
Komponen Dibutuhkan SUMBER
Rp / unit Unit Rp
KIJO Battery OPZV (Lampu Panel
Tubular Gel 2V 1000 5,000,000 120 600,000,000 Surya, 2021)
Ah
Solar Charge (Solution Tech,
Controller MPPT 11,200,000 4 44,800,000 2021)
Schneider
TOTAL KOMPONEN 952,050,000
BOS: Pemasangan (Fox, 2011)
190,410,000 1 190,410,000
Perkabelan Dll 20%
TOTAL BIAYA INVESTASI AWAL 1,142,460,000

Total biaya komponen untuk PLTS ditaksir sebesar Rp952.050.000,-. Apabila BOS yang
ditentukan sebesar 20% dari total biaya komponen, maka besar BOS untuk PLTS adalah
sebesar Rp190.410.000,-. Total biaya awal adalah penjumlahan total biaya komponen
dengan total biaya BOS. Sehingga, total biaya investasi awal untuk pemasangan PLTS di
Desa Pantai Bakti adalah sebesar Rp1.142.460.000,-.

4.4.1.2 Biaya O & M


Biaya pengoperasian dan pemeliharaan dari sebuah PLTS diestimasikan sebesar
1-2% dari total biaya investasi awal (Fox, 2011). Diambil angka biaya O & M sebesar
2%. Sehingga besar biaya O & M untuk PLTS yang direncanakan adalah:
O & M PLTS = 2% × Rp1.142.460.000 = Rp22.849.200

Umur PLTS dapat beroperasi hingga 25 tahun. Adapun tingkat acuan suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia per Oktober 2021 adalah sebesar 3,5% (BPS RI, 2021).
Sehingga, besar biaya O & M untuk PLTS selama umur beroperasi adalah:
(1 + i)n − 1
O&M= T [ ]
i(1 + i)n
(1 + 3,5%)25 − 1
O & M = Rp22.849.200 [ ] = Rp376.589.423
3,5%(1 + 3,5%)25

Universitas Indonesia
84

4.4.1.3 Biaya Seumur Hidup


Biaya seumur hidup dari PLTS untuk 25 tahun merupakan penjumlahan dari
total biaya investasi awal dan biaya O & M seumur hidup, yakni sebesar:
Rp1.142.460.000 + Rp376.589.423 = Rp1.519.049.423.

4.4.1.4 LCOE
Nilai atau besar Levelized Cost of Energy dari PLTS dihitung dengan
membagikan total biaya PLTS seumur hidup dengan total energi yang akan dihasilkan
oleh PLTS tersebut selama masa hidupnya. Diketahui besar energi yang akan dihasilkan
oleh PLTS setiap harinya dapat mencapai 204,2 kWh/hari.
Energi 𝐿𝑖𝑓𝑒𝑡𝑖𝑚𝑒 = 204,2 kWh⁄hari × 365 hr⁄thn × 25 thn
Energi 𝐿𝑖𝑓𝑒𝑡𝑖𝑚𝑒 = 2.326.875 kWh

Sehingga, besar LCOE dari PLTS yang akan direncanakan beroperasi di Desa Pantai
Bakti adalah sebagai berikut:
Rp1.519.049.423
LCOEPLTS = = Rp652,83/kWh
2.326.875 kWh

4.4.1.5 Estimasi Keuntungan Penjualan Listrik


Harga penjualan listrik yang dihasilkan oleh PLTS akan mengacu pada draft
Peraturan Presiden mengenai peraturan baru harga penjualan energi listrik dari sumber
EBT. PP tersebut rencananya akan keluar di sekitar akhir 2021 atau awal 2022. Untuk
PLTS dengan kapasitas dibawah 10 MWp, nilai jual energi listriknya dapat mencapai
10,15 sen US per kWh sebagai harga patokan tertinggi (KESDM, 2021). Jika
dikonversikan dengan kurs 1 USD = Rp14.230 per Oktober 2021, maka 10,15 sen
US/kWh setara dengan Rp1.444/kWh.
PLTS yang direncanakan di Desa Pantai Bakti dapat menghasilkan energi
sebanyak 204,2 kWh/hari atau 2.326.875 kWh seumur hidupnya. Sehingga, keuntungan
yang dapat diraup dalam penjualan energi PLTS seumur hidupnya selama 25 tahun
adalah:
Harga Jual Lifetime = 2.326.875 kWh × Rp1.444/kWh
Harga Jual Lifetime = Rp3.360.810.271

Universitas Indonesia
85

Harga Jual Tahunan = Rp134.432.410

4.4.1.6 Net Present Value


Diketahui estimasi keuntungan atau penjualan listrik dari PLTS per tahunnya adalah
sebesar Rp134.432.410; serta tingkat acuan suku bunga yang digunakan adalah 3,5%.
Perhitungan dibawah ini adalah contoh pencarian nilai Present Value dari keuntungan
PLTS pada tahun ke-5 beroperasi.
Rp134.432.410
NPV Year 5 = ( ) = Rp113.188.483
(1 + 3,5%)5

Setiap tahunnya mulai dari tahun pertama hingga tahun ke-25, keuntungan PLTS tiap
tahunnya atau Cash In Flow diperhitungan nilai Present Value, kemudian dijumlahkan.
Hasil penjumlahan keseluruhan Present Value keuntungan PLTS selama 25 tahun
dikurangkan dengan total investasi atau biaya PLTS selama masa hidupnya. Apabila
hasilnya menunjukkan angka positif atau lebih dari nol, maka dapat diasumsikan investasi
PLTS dapat memberikan keuntungan.
Tabel 4.23 Net Present Value pembangunan PLTS di Desa Pantai Bakti.
Nilai (Rp)
TAHUN
CIF PV
1 134,432,411 129,886,387
2 134,432,411 125,494,094
3 134,432,411 121,250,332
4 134,432,411 117,150,080
5 134,432,411 113,188,483
6 134,432,411 109,360,853
7 134,432,411 105,662,660
8 134,432,411 102,089,526
9 134,432,411 98,637,224
10 134,432,411 95,301,665
11 134,432,411 92,078,904
12 134,432,411 88,965,124
13 134,432,411 85,956,642
14 134,432,411 83,049,895
15 134,432,411 80,241,445
16 134,432,411 77,527,966
17 134,432,411 74,906,247
18 134,432,411 72,373,186
19 134,432,411 69,925,783
20 134,432,411 67,561,143

Universitas Indonesia
86

Nilai (Rp)
TAHUN
CIF PV
21 134,432,411 65,276,467
22 134,432,411 63,069,050
23 134,432,411 60,936,281
24 134,432,411 58,875,633
25 134,432,411 56,884,670
PV Total 2,215,649,742
Total Investasi 1,519,049,423
NPV 696,600,318

n Rt
NPV = ∑ ( ) − A = Rp2.215.649.742 − Rp1.519.049.423
0 (1 + i)t
NPV = Rp696.600.318 > 0

Net Present Value dari PLTS sebesar Rp696.600.318. Dengan nilai melebihi angka 0,
maka dapat dikatakan bahwa investasi pembangunan dan pengoperasian PLTS di Desa
Pantai Bakti layak dilakukan karena berpotensi memberikan keuntungan.

4.4.1.7 Rate of Return


Rate of Return atau Return of Investment dihitung untuk mengetahui kapan
jumlah investasi akan tertutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari investasi. Diketahui
estimasi keuntungan atau penjualan listrik dari PLTS selama 25 tahun adalah sebesar
Rp3.360.810.271; total investasi keseluruhan dari PLTS sebesar Rp1.519.049.423 dan
masa operasi PLTS selama 25 tahun.
Rp3.360.810.271 − Rp1.519.049.423
ROR = = 1,21 > 0
Rp1.519.049.423

Di akhir masa operasi PLTS, nilai ROR yang didapat sebesar 1,21; yang berarti
menunjukkan bahwa investasi pembangunan PLTS akan menghasilkan keuntungan
sebesar 121% dari total investasi keseluruhan, atau memberikan keuntungan dua kali lipat
lebih sedikit dari total investasi. Sehingga, investasi untuk pembangunan PLTS di Desa
Pantai Bakti layak dilakukan.

Universitas Indonesia
87

4.4.1.8 Payback Period


Diketahui total keuntungan tahunan PLTS sebesar Rp134.432.410 dan total
investasi keseluruhan seumur hidup PLTS sebesar Rp1.519.049.423. Maka, lama
Payback Period dari PLTS Desa Pantai Bakti adalah:
Rp1.519.049.423
PP = = 11,3 tahun
Rp134.432.410/tahun

Tabel 4.24 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan PLTS di Desa Pantai


Bakti.
Analisis Biaya Besaran Satuan
Total Biaya Investasi Awal 1,142,460,000 Rp
O & M Lifetime 376,589,423 Rp

Total Biaya Lifetime 1,519,049,423 Rp

LCOE 652.83 Rp/kWh

Harga Jual Listrik Tahunan 134,432,410 Rp/tahun

Harga Jual Listrik Lifetime 3,360,810,271 Rp

Net Present Value 696,600,318 Rp

Rate of Return Investment 121 %

Payback Period 11.3 tahun

4.4.2 Biaya PLTB/Turbin Angin

4.4.2.1 Biaya Total Seumur Hidup


Biaya investasi awal pada PLTB meliputi komponen-komponen teknologi yang
diperlukan (turbin angin, inverter, baterai, dan controller) dan BOS. Biaya Balance of
System pada pemasangan turbin angin diestimasikan sebesar 23% (Mone & Maples,
2014). Biaya BOS meliputi pembangunan struktur, pengantaran, dan pemasangan dari
turbin angin itu sendiri. Pada perhitungan kali ini tingkat BOS yang diambil adalah
sebesar 23% dari total komponen keseluruhan.

Universitas Indonesia
88

Tabel 4.25 Hasil perhitungan biaya awal perencanaan PLTB di Desa Pantai Bakti.

Jumlah
Harga Satuan Total Biaya
Komponen Dibutuhkan SUMBER
Rp / unit Unit Rp
Turbin Angin 2000 watt (Tom Motor,
/ 220 V 15,250,000 24 366,000,000 2021)
Inverter wind Turbine (Fuga Store,
Grid Tie SUN-2000W 3 6,800,000 26 176,800,000 2021)
phase MPPT
KIJO Battery OPZV (Lampu Panel
Tubular Gel 2V 1000 5,000,000 288 1,440,000,000 Surya, 2021)
Ah
MPPT Controller Wind (Hefei Listen
Turbine 1kW Buck New Energy
2,800,000 24 67,200,000 Technology,
Function
2021)
TOTAL KOMPONEN 2,050,000,000
BOS: Pemasangan (Mone &
471,500,000 1 471,500,000 Maples, 2014)
Perkabelan Dll 23%
TOTAL BIAYA INVESTASI AWAL 2,521,500,000

Total biaya komponen untuk PLTB ditaksir sebesar Rp2.050.000.000. Apabila BOS yang
ditentukan sebesar 23% dari total biaya komponen, maka besar BOS untuk PLTB adalah
sebesar Rp471.500.000. Total biaya awal adalah penjumlahan total biaya komponen
dengan total biaya BOS. Sehingga, total biaya investasi awal untuk pemasangan PLTB di
Desa Pantai Bakti adalah sebesar Rp2.521.500.000.

4.4.2.2 Biaya O & M


Biaya pengoperasian dan pemeliharaan dari sebuah PLTB diestimasikan sebesar
2% ke bawah dari total biaya investasi awal (Mone & Maples, 2014). Diambil angka
biaya O & M sebesar 2%. Sehingga besar biaya O & M untuk PLTB yang direncanakan
adalah:
O & M PLTB = 2% × Rp2,521,500,000 = Rp 50,430,000

Umur PLTB dapat beroperasi hingga 20 tahun. Adapun tingkat acuan suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia per Oktober 2021 adalah sebesar 3,5% (BPS RI, 2021).
Sehingga, besar biaya O & M untuk PLTB selama umur beroperasi adalah:

Universitas Indonesia
89

(1 + i)n − 1
O&M= T [ ]
i(1 + i)n
(1 + 3,5%)20 − 1
O & M = Rp50,430,000 [ ] = Rp 716,731,499
3,5%(1 + 3,5%)20

4.4.2.3 Biaya Seumur Hidup


Biaya seumur hidup dari PLTB untuk 20 tahun merupakan penjumlahan dari
total biaya investasi awal dan biaya O & M seumur hidup, yakni sebesar:
Rp2.521.500.000+ Rp 716,731,499 = Rp3.238.231.499.

4.4.2.4 LCOE
Nilai atau besar Levelized Cost of Energy dari PLTB dihitung dengan
membagikan total biaya PLTB seumur hidup dengan total energi yang akan dihasilkan
oleh PLTB tersebut selama masa hidupnya. Diketahui besar energi yang akan dihasilkan
oleh PLTB setiap harinya dapat mencapai 682 kWh/hari.
Energi Lifetime = 682 kWh⁄hari × 365 hr⁄thn × 20 thn
Energi Lifetime = 4.978.600 kWh

Sehingga, besar LCOE dari PLTB yang akan direncanakan beroperasi di Desa Pantai
Bakti adalah sebagai berikut:
Rp3.238.231.499
LCOEPLTB = = Rp650.43/kWh
4.978.600 kWh

4.4.2.5 Estimasi Keuntungan Penjualan Listrik


Harga penjualan listrik yang dihasilkan oleh PLTB akan mengacu pada draft
Peraturan Presiden mengenai peraturan baru harga penjualan energi listrik dari sumber
EBT. PP tersebut rencananya akan keluar di sekitar akhir 2021 atau awal 2022. Untuk
PLTB dengan kapasitas dibawah 10 MWp, nilai jual energi listriknya dapat mencapai 12
sen US per kWh sebagai harga patokan tertinggi (KESDM, 2021). Jika dikonversikan
dengan kurs 1 USD = Rp14.230 per Oktober 2021, maka 12 sen US/kWh setara dengan
Rp1.707/kWh.

Universitas Indonesia
90

PLTB yang direncanakan di Desa Pantai Bakti dapat menghasilkan energi


sebanyak 682 kWh/hari atau 4.978.600 kWh seumur hidupnya. Sehingga, keuntungan
yang dapat diraup dalam penjualan energi PLTB seumur hidupnya selama 20 tahun
adalah:
Harga Jual Lifetime = 4.978.600 kWh × Rp1.707/kWh
Harga Jual Lifetime = Rp8.501.457.360
Harga Jual Tahunan = Rp425.072.868

4.4.2.6 Net Present Value


Diketahui estimasi keuntungan atau penjualan listrik dari PLTB per tahunnya
adalah sebesar Rp425.072.868; serta tingkat acuan suku bunga yang digunakan adalah
3,5%. Perhitungan dibawah ini adalah contoh pencarian nilai Present Value dari
keuntungan PLTB pada tahun ke-7 beroperasi.
Rp425.072.868
NPV Year 7 = ( ) = Rp334.103.432
(1 + 3,5%)7

Setiap tahunnya mulai dari tahun pertama hingga tahun ke-20, keuntungan PLTB tiap
tahunnya atau Cash In Flow diperhitungan nilai Present Value, kemudian dijumlahkan.
Hasil penjumlahan keseluruhan Present Value keuntungan PLTB selama 20 tahun
dikurangkan dengan total investasi atau biaya PLTB selama masa hidupnya. Apabila
hasilnya menunjukkan angka positif atau lebih dari nol, maka dapat diasumsikan investasi
PLTB dapat memberikan keuntungan.
Tabel 4.26 Net Present Value pembangunan PLTB di Desa Pantai Bakti.
Nilai (Rp)
TAHUN
CIF PV
1 425,072,868 410,698,423
2 425,072,868 396,810,071
3 425,072,868 383,391,373
4 425,072,868 370,426,447
5 425,072,868 357,899,949
6 425,072,868 345,797,052
7 425,072,868 334,103,432
8 425,072,868 322,805,248
9 425,072,868 311,889,129
10 425,072,868 301,342,153

Universitas Indonesia
91

Nilai (Rp)
TAHUN
CIF PV
11 425,072,868 291,151,839
12 425,072,868 281,306,125
13 425,072,868 271,793,357
14 425,072,868 262,602,277
15 425,072,868 253,722,007
16 425,072,868 245,142,036
17 425,072,868 236,852,209
18 425,072,868 228,842,714
19 425,072,868 221,104,071
20 425,072,868 213,627,122
PV Total 6,041,307,033
Total Investasi 3,238,231,499
NPV 2,803,075,534

n Rt
NPV = ∑ ( t
) − A = Rp6,041,307,033 − Rp3,238,231,499
0 (1 + i)

NPV = Rp2.803.075.334 > 0

Net Present Value dari PLTB sebesar Rp2.803.075.334. Dengan nilai melebihi angka 0,
maka dapat dikatakan bahwa investasi pembangunan dan pengoperasian PLTB di Desa
Pantai Bakti layak dilakukan karena berpotensi memberikan keuntungan.

4.4.2.7 Rate of Return


Rate of Return atau Return of Investment dihitung untuk mengetahui kapan
jumlah investasi akan tertutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari investasi. Diketahui
estimasi keuntungan atau penjualan listrik dari PLTB selama 20 tahun adalah sebesar
Rp8.501.457.360; total investasi keseluruhan dari PLTB sebesar Rp3.238.231.499 dan
masa operasi PLTB selama 20 tahun.
Rp8.501.457.360 − Rp3,238,231,499
ROR = = 1,63 > 0
Rp3,238,231,499

Di akhir masa beroperasi PLTB, nilai ROR yang didapat sebesar 1,63 > 0; yang berarti
menunjukkan bahwa investasi pembangunan PLTB akan menghasilkan keuntungan
sebesar 163% dari total investasi keseluruhan. Sehingga, investasi untuk pembangunan
PLTB di Desa Pantai Bakti layak dilakukan.

Universitas Indonesia
92

4.4.2.8 Payback Period


Diketahui total keuntungan tahunan PLTB sebesar Rp425.072.868 dan total
investasi keseluruhan seumur hidup PLTB sebesar Rp3.238.231.499. Maka, lama
Payback Period dari PLTB Desa Pantai Bakti adalah:
Rp3,238,231,499
PP = = 7,62 tahun
Rp425.072.868 /tahun
Tabel 4.27 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan PLTB di Desa Pantai
Bakti.
Analisis Biaya Besaran Satuan
Total Biaya Investasi Awal 2,521,500,000 Rp
O & M Lifetime 716,731,499 Rp

Total Biaya Lifetime 3,238,231,499 Rp

LCOE 650.43 Rp/kWh

Harga Jual Listrik Tahunan 425,072,868 Rp/tahun

Harga Jual Listrik Lifetime 8,501,457,360 Rp

Net Present Value 2,803,07,.334 Rp

Rate of Return Investment 163 %

Payback Period 7.62 tahun

4.4.3 PLTSa

4.4.3.1 Biaya Total Seumur Hidup


Biaya investasi awal pada PLTSa meliputi komponen-komponen teknologi yang
diperlukan (gasifier, generator dan mesin-mesin lainnya). Adapun biaya lainnya meliputi
pembelian kendaraan pengangkut sampah dan pembangunan rumah kecil untuk
pemilahan/penyimpanan sampah dan untuk peletakkan gasifier.
Tabel 4.28 Hasil perhitungan biaya awal perencanaan PLTSa Desa Pantai Bakti.

Jumlah
Harga Satuan Total Biaya
Komponen Dibutuhkan SUMBER
Rp / unit Unit Rp
Motor Viar Roda Tiga (Oto Maniac,
150 L 24,200,000 2 48,400,000 2021)

Universitas Indonesia
93

Jumlah
Harga Satuan Total Biaya
Komponen Dibutuhkan SUMBER
Rp / unit Unit Rp
Gudang Pemilahan (Cipta Wijaya
Sampah + Rumah 77,000,000 2 154,000,000 Mas, 2021)
Gasifier
Mesin Cetak Pelet (Ondak Jaya,
58,300,000 1 58,300,000 2021)
Sampah TOSS
Mesin Pencacah (Biophosko,
Organik MPO 500 HD 16,000,000 1 16,000,000 2021)

Gasifier Small TG30 (Sharief, 2020)


200,000,000 1 200,000,000

200 Kva 160 kW Diesel (Taizhou


Generator Set 143,360,000 1 143,360,000 Technology,
2021)
TOTAL INVESTASI AWAL 620,060,000

Total biaya investasi awal untuk PLTSa ditaksir sebesar Rp620.060.000.

4.4.3.2 Biaya O & M


Biaya pengoperasian dan pemeliharaan dari sebuah PLTSa diestimasikan
sebesar 2-4% dari total biaya investasi awal (Sharief, 2020). O & M untuk PLTSa sudah
mencakup kebutuhan bahan bakar dan upah karyawan, Diambil angka biaya O & M
sebesar 4%. Sehingga besar biaya O & M untuk PLTSa yang direncanakan adalah:
O & M PLTB = 4% × Rp620,060,000 = Rp24,802,400

PLTSa dapat beroperasi hingga 20 tahun (Shabib & Abdallah, 2020). Adapun tingkat
acuan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia per Oktober 2021 adalah sebesar
3,5% (BPS RI, 2021). Sehingga, besar biaya O & M untuk PLTSa selama umur beroperasi
adalah:
(1 + i)n − 1
O&M= T [ ]
i(1 + i)n
(1 + 3,5%)20 − 1
O & M = Rp24,802,400 [ ] = Rp239,673,884
3,5%(1 + 3,5%)20

Universitas Indonesia
94

4.4.3.3 Biaya Seumur Hidup


Biaya seumur hidup dari PLTSa untuk 20 tahun merupakan penjumlahan dari
total biaya investasi awal dan biaya O & M seumur hidup, yakni sebesar: Rp620.060.000
+ Rp239.673.884 = Rp859.733.884.

4.4.3.4 LCOE
Nilai atau besar Levelized Cost of Energy dari PLTSa dihitung dengan
membagikan total biaya PLTSa seumur hidup dengan total energi yang akan dihasilkan
oleh PLTSa tersebut selama masa hidupnya. Diketahui besar energi yang akan dihasilkan
oleh PLTSa setiap harinya dapat mencapai 135,15 kWh/hari.
Energi Lifetime = 135,15 kWh⁄hari × 365 hr⁄thn × 20 thn
Energi Lifetime = 986.595 kWh

Sehingga, besar LCOE dari PLTSa yang akan direncanakan beroperasi di Desa Pantai
Bakti adalah sebagai berikut:
Rp859,733,884
LCOEPLTB = = Rp871,42/kWh
986.595 kWh

4.4.3.5 Estimasi Keuntungan Penjualan Listrik


Harga penjualan listrik yang dihasilkan oleh PLTSa akan mengacu pada draft
Peraturan Presiden mengenai peraturan baru harga penjualan energi listrik dari sumber
EBT. PP tersebut rencananya akan keluar di sekitar akhir 2021 atau awal 2022. Untuk
PLTSa dengan kapasitas dibawah 10 MWp, nilai jual energi listriknya dapat mencapai
8,92 sen US per kWh sebagai harga patokan tertinggi (KESDM, 2021). Jika
dikonversikan dengan kurs 1 USD = Rp14.230, maka 8,92 sen US/kWh setara dengan
Rp1.291/kWh.
PLTSa yang direncanakan di Desa Pantai Bakti dapat menghasilkan energi
sebanyak 135,15 kWh/hari atau 986.595 kWh seumur hidupnya. Sehingga, keuntungan
yang dapat diraup dalam penjualan energi PLTSa seumur hidupnya selama 20 tahun
adalah:
Harga Jual Lifetime = 986.595 kWh × Rp1.291/kWh
Harga Jual Lifetime = Rp1,273,694,145

Universitas Indonesia
95

Harga Jual Tahunan = Rp63,684,707

4.4.3.6 Net Present Value


Diketahui estimasi keuntungan atau penjualan listrik dari PLTSa per tahunnya
adalah sebesar Rp63.684.707; serta tingkat acuan suku bunga yang digunakan adalah
3,5%. Perhitungan dibawah ini adalah contoh pencarian nilai Present Value dari
keuntungan PLTSa pada tahun ke-7 beroperasi.
Rp63,684,707
NPV Year 7 = ( ) = Rp 50,055,604
(1 + 3,5%)7

Setiap tahunnya mulai dari tahun pertama hingga tahun ke-20, keuntungan PLTSa tiap
tahunnya atau Cash In Flow diperhitungan nilai Present Value, kemudian dijumlahkan.
Hasil penjumlahan keseluruhan Present Value keuntungan PLTSa selama 20 tahun
dikurangkan dengan total investasi atau biaya PLTSa selama masa hidupnya. Apabila
hasilnya menunjukkan angka positif atau lebih dari nol, maka dapat diasumsikan investasi
PLTSa dapat memberikan keuntungan.
Tabel 4.29 Net Present Value pembangunan PLTSa di Desa Pantai Bakti.
Nilai (Rp)
TAHUN
CIF PV
1 63,684,707 61,531,118
2 63,684,707 59,450,356
3 63,684,707 57,439,957
4 63,684,707 55,497,543
5 63,684,707 53,620,815
6 63,684,707 51,807,550
7 63,684,707 50,055,604
8 63,684,707 48,362,903
9 63,684,707 46,727,442
10 63,684,707 45,147,287
11 63,684,707 43,620,567
12 63,684,707 42,145,476
13 63,684,707 40,720,266
14 63,684,707 39,343,252
15 63,684,707 38,012,804
16 63,684,707 36,727,347
17 63,684,707 35,485,360
18 63,684,707 34,285,372
19 63,684,707 33,125,963
20 63,684,707 32,005,761

Universitas Indonesia
96

Nilai (Rp)
TAHUN
CIF PV
PV Total 905,112,744
Total Investasi 859,733,884
NPV 45,378,860

n Rt
𝑁PV = ∑ ( ) − A = Rp 905,112,744 − Rp 859,733,884
0 (1 + i)t
NPV = Rp 45,378,860 > 0

Net Present Value dari PLTSa sebesar Rp45.378.860. Dengan nilai melebihi angka 0,
maka dapat dikatakan bahwa investasi pembangunan dan pengoperasian PLTSa di Desa
Pantai Bakti layak dilakukan karena berpotensi memberikan keuntungan.

4.4.3.7 Rate of Return


Rate of Return atau Return of Investment dihitung untuk mengetahui kapan
jumlah investasi akan tertutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari investasi. Diketahui
estimasi keuntungan atau penjualan listrik dari PLTSa selama 20 tahun adalah sebesar
Rp1.273.694.145,-; total investasi keseluruhan dari PLTSa sebesar Rp859.733.884 dan
masa operasi PLTSa selama 20 tahun.
Rp1,273,694,145 − Rp859,733,884
ROR = = 0,48 > 0
Rp859,733,884

Di akhir masa beroperasi PLTSa, nilai ROR yang didapat sebesar 0,48 > 0; yang berarti
menunjukkan bahwa investasi pembangunan PLTSa akan menghasilkan keuntungan
sebesar 48% dari total investasi keseluruhan. Sehingga, investasi untuk pembangunan
PLTSa di Desa Pantai Bakti cukup layak dilakukan.

4.4.3.8 Payback Period


Diketahui total keuntungan tahunan PLTSa sebesar Rp63.684.707 dan total
investasi keseluruhan seumur hidup PLTSa sebesar Rp859.733.884. Maka, lama Payback
Period dari PLTSa Desa Pantai Bakti adalah:
𝑅𝑝859.733.884
𝑃𝑃 = = 13,5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑝63.684.707/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Universitas Indonesia
97

Tabel 4.30 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan PLTSa di Desa Pantai


Bakti.
Analisis Biaya Besaran Satuan
Total Biaya Investasi Awal 620,060,000 Rp
O & M Lifetime 239,673,884 Rp

Total Biaya Lifetime 859,733,884 Rp

LCOE 871.42 Rp/kWh

Harga Jual Listrik Tahunan 63,684,707 Rp/tahun

Harga Jual Listrik Lifetime 1,273,694,145 Rp

Net Present Value 45,378,860 Rp

Rate of Return Investment 48 %

Payback Period 13.5 tahun

Berikut dibawah ini adalah rangkuman seluruh analisis ekonomi dari revitalisasi
pembangkit teknologi energi baru terbarukan di Desa Pantai Bakti:
Tabel 4.31 Rangkuman analisis ekonomi pembangunan seluruh pembangkit EBT
revitalisasi di Desa Pantai Bakti.
Jenis Pembangkit EBT
Analisis Biaya Satuan
PLTS PLTB PLTSa
Total Biaya Investasi Awal Rp 1,142,460,000 2,521,500,000 620,060,000
O & M Lifetime Rp 376,589,423 716,731,499 239,673,884
Total Biaya Lifetime Rp 1,519,049,423 3,238,231,499 859,733,884
LCOE Rp/kWh 652.83 650.43 871.42
Harga Jual Listrik Tahunan Rp/tahun 134,432,410 425,072,868 63,684,707
Harga Jual Listrik Lifetime Rp 3,360,810,271 8,501,457,360 1,273,694,145
Net Present Value Rp 696,600,318 2,803,07,.334 45,378,860
Rate of Return Investment % 121 163 48
Payback Period tahun 11.3 7.62 13.5

Universitas Indonesia
98

4.5 Tata Letak dan Desain Teknologi


Berikut dibawah ini adalah rincian kebutuhan lahan yang diperlukan oleh setiap
jenis pembangkit listrik EBT di Desa Pantai Bakti berdasarkan perhitungan sebelumnya:
Tabel 4.32 Hasil perhitungan kebutuhan luas lahan revitalisasi pembangkit EBT
di Desa Pantai Bakti.
Jenis Pembangkit Luas Dibutuhkan Keterangan
(m2)
PLTS 300 Panjang: 60 meter;
Lebar 5 meter
PLTB 19.800 Panjang: 330 meter;
Lebar 60 meter
PLTSa 144 Panjang 12 meter;
Lebar 12 meter

Penentuan letak dari ketiga jenis pembangkit ini menggunakan aplikasi Google Earth Pro.
Penentuan lokasi rencana dari pembangkit memastikan berada di lahan yang tidak terlalu
dekat dengan rumah warga, serta memiliki akses jalan yang tidak terlalu sulit. Selain itu,
memastikan bahwa lokasi rencana tidak berada di area pepohonan. Gambar 4.8
merupakan tampak atas dari area Desa Pantai Bakti jika dilihat dari aplikasi Google Earth
Pro, dimana perbatasan Desa Pantai Bakti ditunjukkan dengan garis kuning. Berikut
dibawah ini adalah hasil penentuan letak pemasangan setiap pembangkit EBT yang telah
direncanakan:
• PLTS terletak sekitar 1,1 km selatan dari Pantai Muara Bungin. Ketinggian tanah
di lokasi adalah 1 mdpl. Letak koordinat adalah 5o56’51,18’’ Lintang Selatan dan
107o05’34,06’’ Bujur Timur. Lokasinya ditunjukkan dengan poligon warna
jingga.
• PLTB terletak sekitar 1,2 km selatan dari Pantai Muara Bungin, serta 100 meter
di selatan lokasi PLTS. Letak koordinat adalah 5o56’55,10’’ Lintang Selatan dan
107o05’32,05’’ Bujur Timur. Lokasinya ditunjukkan dalam poligon warna biru.
• PLTSa terletak sekitar 1 km utara dari Kantor Desa Pantai Bakti. Letak koordinat
adalah 5o58’56,73’’ Lintang Selatan dan 107o04’55,11’’ Bujur Timur. Lokasinya
ditunjukkan dalam poligon warna merah pekat.

Universitas Indonesia
99

Gambar 4.6 Penampakan area Desa Pantai Bakti di Google Earth Pro.

Gambar 4.7 Penampakan lokasi rencana PLTS dan PLTB di Google Earth Pro.

Universitas Indonesia
100

Gambar 4.8 Penampakan lokasi rencana PLTSa di Google Earth Pro.

Berikut dibawah ini adalah beberapa gambar desain dari teknologi pembangkit listrik
EBT yang direncanakan di Desa Pantai Bakti menggunakan AutoCAD:

Gambar 4.9 Ilustrasi satu unit panel surya Mono-Si 500 Wp dalam AutoCAD (satuan
meter).

Universitas Indonesia
101

Gambar 4.10 Ilustrasi pemasangan array, baterai, controller, dan inverter PLTS rencana
dalam AutoCAD.

Gambar 4.11 Ilustrasi pemasangan array, baterai, controller, dan inverter PLTS rencana
dalam AutoCAD secara keseluruhan.

Universitas Indonesia
102

Gambar 4.12 Ilustrasi detail satu unit turbin angin 2000 W / 220 V di PLTB rencana
menggunakan AutoCAD.

Gambar 4.13 Ilustrasi jarak pemasangan turbin angin PLTB rencana dalam AutoCAD
(satuan meter).

Universitas Indonesia
103

Gambar 4.14 Ilustrasi denah PLTSa rencana dalam AutoCAD (satuan meter).

4.6 SOP Pemeliharaan dan Pengoperasian


4.6.1 PLTS
Komponen PV seperti modul panel, inverter, perkabelan, junction box dan struktur
perlu diberlakukan inspeksi dan perawatan setidaknya sekali dalam 6 bulan hingga 1
tahun. Perawatan dilakukan untuk memastikan kondisi panel surya dalam kondisi yang
sesuai. Adapun terdapat 2 jenis tindakan dalam maintenance, yaitu tindakan preventif dan
perbaikan. Berikut dibawah ini adalah SOP perawatan panel surya pada PLTS yang dapat
diimplementasikan:

Universitas Indonesia
104

Tabel 4.33 SOP O & M PLTS rancangan di Desa Pantai Bakti.


Komponen Tindakan Preventif Tindakan Perbaikan Frekuensi
Panel surya 1. Pengecekan kotoran 1. Dibersihkan dengan Seluruh tindakan
atau debu pada air biasa, jangan dapat dilakukan
permukaan panel menggunakan sekali dalam sehari
surya cairan lainnya lalu atau seminggu,
2. Cek kerusakan fisik dikeringkan dengan tergantung kondisi
pada modul PV lap secara perlahan sekitar.
3. Mengecek kabel- 2. Mengganti modul
kabel yang kendur PV apabila terlalu
antar modul PV dan rusak, atau
array diperbaiki
4. Mengecek kondisi 3. Kencangkan
fisik kabel kembali kabel
koneksi
4. Mengganti kabel
apabila sudah
cukup parah rusak
Inverter/ 1. Cek diskoneksi yang 1. Apabila tidak dapat Tindakan 1 dapat
controller mengakibatkan berfungsi lagi, dilakukan sekali
kehilangan suplai maka dapat seminggu, atau
energi listrik digantikan ketika mendadak
2. Cek kondisi ventilasi 2. Membersihkan terjadi kehilangan
3. Mengecek apakah debu dan kotoran di energi listrik.
terdapat kabel yang ventilasi, jangan Tindakan 2 dan 3
kendur menggunakan air dapat dilakukan
apapun melainkan sekali dalam dua
menggunakan lap hari.
kering.
3. Kencangkan atau
pasang kembali
kabel yang kendur

Universitas Indonesia
105

Komponen Tindakan Preventif Tindakan Perbaikan Frekuensi


Perkabelan 1. Mengecek kondisi 1. Mengganti kabel Tindakan 1 dan 2
kabel, apakah apabila diperlukan dapat dilakukan
terdapat robekan atau 2. Kabel yang kendur sekali seminggu,
berpotensi putus. dapat dikencangkan dapat lebih sering
2. Mengecek kondisi kembali. Mengganti menyesuaikan
terminal kabel, terminal apabila dengan urgensi
apakah terdapat terbakar atau sering
bekas terbakar, titik mengalami panas.
panas atau kabel
yang kendur
Sumber: (Energy Market Authority, 2012)
4.6.2 PLTB
Karena alatnya yang tinggi dan lebih rumit, perawatan PLTB atau turbin angin
tidak terlalu sering dilakukan dan membutuhkan tenaga ahli yang lebih mahir dan
berpengalaman. Tindakan perawatan dan pengawasan PLTB pada umumnya hanya
bersifat preventif, apabila terjadi kerusakan atau sebagainya maka komponen dari PLTB
tersebut harus diperbaiki atau diganti. Tindakan preventif dilakukan berdasarkan dengan
klasifikasi kecepatan angin. Terdapat 7 kategori klasifikasi kecepatan angin, berkisar
antara 5,6 m/s hingga 8,8 m/s.
Tabel 4.34 Kategori Klasifikasi Kecepatan Angin.

Sumber: (ENAIR, 2015)

Universitas Indonesia
106

Adapun kecepatan rerata angin di Desa Pantai Bakti sebesar 3,26 – 5,41 m/s (Alimuddin
& Aryanti, 2020). Sehingga, kecepatan angin di desa tersebut termasuk dalam kategori 1,
karena berada di bawah angka 5,6 m/s. Adapun berikut di bawah adalah SOP maintenance
PLTB di Desa Pantai Bakti berdasarkan kategori kecepatan angin:
Tabel 4.35 SOP O & M PLTB rancangan di Desa Pantai Bakti.
Kegiatan Preventif Frekuensi
Pelaksanaan
SATU BULAN PERTAMA PEMASANGAN
Mengecek apabila terdapat kekenduran sekrup Sebulan setelah
pada sudu, pemutaran axis, dan menara. pemasangan dan
Kencangkan apabila terdapat kekenduran. operasi
Inspeksi langsung, pengecekan apabila terdapat Sebulan setelah
suara aneh atau getaran. pemasangan dan
operasi atau sedang
terjadi badai angin
kencang
SETELAH SATU BULAN PERTAMA PEMASANGAN
Mengecek kekuatan sekrup pada pemutaran axis Sekali setahun
dan sudu
Pelumuran oli atau pelumasan pada pemutaran Sekali setahun
axis dan sudu
Pengecekan kondisi blade Sekali setahun
Pengecekan operasi dari generator dan pemutaran Sekali setahun
axis
Pengecekan lapisan cat warna pada turbin Sekali setahun
keseluruhan, apakah ada kerusakan atau karat
Pengecekan carbon brushes, slip rings, dan kabel- Sekali setahun
kabel
Penggantian carbon brushes 15-20 tahun setelah
digunakan
Sumber: (ENAIR, 2015)

Universitas Indonesia
107

4.6.3 PLTSa
Langkah pengoperasian dari PLTSa yang direncanakan di Desa Pantai Bakti
meliputi pengumpulan sampah dari sumber, pengantaran sampah ke lokasi PLTSa,
pemilahan dilakukan di gudang pemilahan, pencacahan sampah organik hasil pemilahan,
pemasukan hasil cacahan ke dalam mesin pembuat pelet, pemasukan pelet ke dalam
gasifikasi dan pembangkitan listrik di generator.
• Pengumpulan sampah dari sumber (sawah, domestik, sekolah, dan toko/warung)
dilakukan menggunakan 2 buah motor roda tiga dengan daya angkut 600 kg.
Dibutuhkan 4 orang karyawan untuk setiap motor. Satu motor mengambil sampah
dari sawah dan yang lainnya mengambil dari rumah, sekolah dan warung.
Pengambilan pertama dimulai jam 6.00, dengan estimasi lama perjalanan (menuju
sumber, pengamnilan, pengangkutan, dan perjalanan menuju PLTSa) selama 3
jam yakni jam 9.00. Lalu dilanjutkan pengambilan kedua hingga selesai pada jam
12.00.
• Pemilahan sampah dilakukan setidaknya 2 jam untuk setiap pengambilan, dimulai
jam 9.00 setelah pengambilan pertama dan jam 13.00 setelah pengambilan kedua.
Sisa sampah yang tidak dapat dijadikan bahan gasifikasi akan dikumpulkan dan
menunggu diangkut oleh petugas sampah dari DLH Kabupaten Bekasi.
• Pencacahan dilakukan selama 2 jam untuk setiap pengambilan. Dimulai jam 11.00
setelah pemilahan pertama dan jam 15.00 setelah pemilahan kedua.
• Pencetakan pelet dilakukan selama 3 jam, dimulai jam 14.00 setelah pencacahan
pertama dan jam 18.00 setelah pencacahan kedua.
• Gasifikasi dimulai pada jam 17.00 dan proses kesluruhannya selesai pada jam
20.00.
Tabel 4.36 Daily timeline operasi PLTSa rancangan di Desa Pantai Bakti.
Waktu (WIB)
Jenis Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengumpulan Sampah
(Berangkat ke sumber,
pengambilan hingga
kembali ke PLTSa)
Pemilahan sampah

Universitas Indonesia
108

Waktu (WIB)
Jenis Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pencacahan sampah
Pencetakan pelet
sampah
Pengoperasian
gasifikasi

Adapun setiap komponen pada PLTSa memerlukan pengecekan dan perawatan dalam
frekuensi waktu rutinitas tertentu. Berikut dibawah ini adalah tabel SOP perawatan yang
perlu dilaksanakan pada PLTSa rancangan di Desa Pantai Bakti:
Tabel 4.37 SOP O & M PLTSa rancangan di Desa Pantai Bakti.
Komponen Tindakan Pengecekan/Perawatan Frekuensi
PLTSa
Motor Viar 1. Pengisian bahan bakar 1. Sekali dalam tiga
2. Membersihkan motor dan bak hari
pengangkut 2. Sekali dalam
3. Mengecek komponen motor, seminggu
mesin dan bagian secara 3. Setiap 6 bulan
keseluruhan 4. Setiap setahun
4. Servis rutin motor
Gudang 1. Pembersihan rutin lantai dan 1. Setiap satu
Pemilahan dinding dalam gudang minggu
Sampah 2. Pengecekan kondisi struktur 2. Setiap satu
gudang: dinding, lantai, dan atap hingga enam
bulan
Mesin 1. Pembersihan inlet sampah pada 1. Setiap sebulan
Pencacah mesin pencacah sekali
2. Pengecekan mesin diesel 2. Setiap sebulan
pencacah baik fisik maupun hingga enam
kondisi performa bulan sekali

Universitas Indonesia
109

Komponen Tindakan Pengecekan/Perawatan Frekuensi


PLTSa
3. Pengisian bahan bakar untuk 3. Setiap tiga hari
mesin diesel hingga seminggu
sekali
Mesin Pembuat 1. Pembersihan inlet sampah 1. Setiap sebulan
Pelet cacahan pada mesin pelet sekali
2. Pengecekan mesin elektrik 2. Setiap sebulan
pembuat pelet baik fisik maupun hingga enam
kondisi performa kelistrikan bulan sekali

Gasifier TG30 1. Mengecek kebersihan kaca 1. Setiap kali


inspeksi bagian dalam reactor; pengecekan
apabila ada debu atau kotoran reaktor,
dibersihkan dengan air biasa, setidaknya sekali
jangan menggunakan larutan atau dalam seminggu
cairan lain atau dua minggu.
2. Mengecek indikator tekanan 2. Setiap kali
dalam reaktor beroperasi, setiap
3. Membersihkan tangga anti licin harinya
untuk pengisian gasifier dengan 3. Setiap hari
pelet sampah 4. Setiap hari
4. Mengecek lubang reaktor agar 5. Setiap hari
tetap dapat menahan suhu tinggi 6. Setiap hari
5. Mengeluarkan abu sisa 7. Sekali dalam
pembakaran dari reaktor enam bulan
6. Mengecek katup pengaman 8. Sekali dalam
selenoit reaktor, pastikan dapat enam bulan
diputar tanpa masalah menurut Permen
7. Inspeksi rutin mesin dan seluruh KLHK no 70
komponen reaktor tahun 2016

Universitas Indonesia
110

Komponen Tindakan Pengecekan/Perawatan Frekuensi


PLTSa
8. Pemantauan emisi yang
dihasilkan gasifier
Genset Diesel 1. Mengecek kondisi luar genset: 1. Setiap hari atau
kebersihan bagian luar dari debu sekali seminggu
atau kotoran 2. Sekali dalam
2. Melakukan inspeksi rutin mesin enam bulan
dan seluruh komponen genset 3. Tiga hari sekali
3. Pengisian bahan bakar diesel 4. Sekali dalam
4. Pemantauan emisi yang enam bulan
dihasilkan genset menyesuaikan
permen KLHK
no 70 tahun 2016
Sumber: (IEA Bioenergy, 2018)

Universitas Indonesia
111

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah:
1. Diproyeksikan kebutuhan listrik Desa Pantai Bakti pada tahun 2031 dengan
menggunakan aplikasi LEAP adalah sebesar 1.965,10 kWh/hari dengan rincian
pemakaian rumah tangga sebesar 1.876,84 kWh/hari dan pemakian untuk fasilitas
desa (sekolah, masjid, toko, warung, dan lampu jalanan) sebesar 88,25 kWh/hari.
2. Dihasilkan sebuah PLTS yang terdiri dari 104 unit panel surya Monocrystalline
Maysun 500 Wp Peak Power dengan lifetime 25 tahun, sebuah PLTB yang terdiri dari
24 unit turbin angin berkapasitas 2000 W/220 V dengan lifetime 20 tahun, dan sebuah
PLTSa yang terdiri dari mesin gasifikasi TG30 dan genset diesel Caterpillar
berkapasitas 200 kVa/160 kW dengan lifetime 20 tahun. Total beban listrik yang
ditanggung oleh ketiga pembangkit listrik EBT ini adalah sebesar 1.021,85 kWh/hari
pada tahun 2031 di Desa Pantai Bakti, dengan rincian sebagai berikut: PLTS
menanggung 204,2 kWh/hari; PLTB menanggung 682 kWh/hari dan PLTSa
menanggung 135,65 kWh/hari.
3. Rencana peletakkan atau lokasi pembangunan ketiga pembangkit listrik rancangan di
Desa Pantai Bakti adalah sebagai berikut:
• PLTS terletak sekitar 1,1 km selatan dari Pantai Muara Bungin. Ketinggian tanah
di lokasi adalah 1 mdpl. Letak koordinat adalah 5o56’51,18’’ Lintang Selatan dan
107o05’34,06’’ Bujur Timur.
• PLTB terletak sekitar 1,2 km selatan dari Pantai Muara Bungin, serta 100 meter
di selatan lokasi PLTS. Letak koordinat adalah 5o56’55,10’’ Lintang Selatan dan
107o05’32,05’’ Bujur Timur.
• PLTSa terletak sekitar 1 km utara dari Kantor Desa Pantai Bakti. Letak koordinat
adalah 5o58’56,73’’ Lintang Selatan dan 107o04’55,11’’ Bujur Timur.
4. Besar biaya keseluruhan hingga akhir masa operasi untuk PLTS, PLTB, dan PLTSa
yang direncanakan di Desa Pantai Bakti masing-masing senilai Rp1.519.049.423;
Rp3.238.231.499; dan Rp859.733.884. Adapun investasi pembangunan ketiga
pembangkit dapat dikatakan layak dilakukan, dikarenakan nilai NPV dan ROR dari
masing-masing pembangkit menunjukkan angka positif atau lebih dari nol.

Universitas Indonesia
112

5.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat direkomendasikan bagi pihak yang
ingin melakukan penerusan atau inovasi dari penulisan ini:
1. Melakukan penelusuran lebih detail tekait perencanaan struktur dan perkabelan listrik
dari perencanaan pembangkit listrik tenaga EBT yang sudah dilakukan.
2. Dapat melakukan pengukuran potensi EBT seperti kecepatan angin dan radiasi
matahari secara langsung di lokasi, yakni di Desa Pantai Bakti untuk memperoleh
data yang lebih baru.

Universitas Indonesia
113

DAFTAR PUSTAKA
Abdelwaheb, A. (2012). Energy Recovery from a Municipal Solid Waste (MSW) Landfill
Gas: A Tunisian Case Study. Hydrol Current Resources, HYCR 3(4).
ADB. (2020). Indonesia’s Energy Sector Assesment, Strategy, and Road Map. Manila:
Asian Development Bank.
Adiprana, R., Purnomo, & Setiono. (2014). Kamojang geothermal power plant unit-1: 30
years of operation. Melbourne, Australia: Proceedings World Geothermal
Congress 493, 56–61.
Alekseev, G. N. (1986). Energy and Entropy. Moscow: Mir Publishers.
Alimuddin, & Aryanti, D. (2020). Kajian Perubahan Garis Pantai Muara Gembong,
Bekas. Jurnal Rona Teknik Pertanian, 13(2); 71-82.
Anggraini. (2016). Analisis Potensi Angin di Pantai Baru Pandansimo Kabupaten
Bantul. Yogyakarta: Skripsi Universitas Gadjah Mada.
Azis, F., Liman, & Widodo. (2014). Potensi Limbah Padi Sebagai Pakan Sapi Bali di
Desa Sukoharjo II. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 2, No. 1.
Baigrie, B. (2007). Electricity and Magnetism: A Historical Perspective. Connecticut:
Greenwood Press.
Bird, J. (2007). Engineering Mathematics, Fifth Edition. Edinburgh: Elsevier Ltd.
BPS Kabupaten Bekasi. (2020). Kecamatan Muara Gembong Dalam Angka 2020.
Bekasi: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi.
BPS Kabupaten Bekasi. (2021, Mei 28). Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Padi
Sawah menurut Kecamatan. Retrieved from Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bekasi: https://bekasikab.bps.go.id/statictable/2021/05/28/848/luas-panen-hasil-
per-hektar-dan-produksi-padi-sawah-menurut-kecamatan-2014
BPS RI. (2021, November 21). BI Rate 2021. Retrieved from Badan Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/indicator/13/379/1/bi-rate.html
BPS RI. (2021). Hasil Sensus Penduduk 2020. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik
Indonesia.
Bruckner, T., Morrison, R., Handley, C., & Patterson, M. (2003). High-resolution
modenergy-services supply systems using deeco: overview and application to
policy development. Annals of Operations Research 121 (1–4): 151–180.
BSN RI. (1995). SNI 19-3983-1995 mengenai Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota
Kecil dan Kota Sedang di Indonesia. Bandung: Badan Standardisasi Nasional.
Cahyono, I., & Tjahyono, S. (2018). Perawatan Turbin Angin Di Kampung Bungin
Bekasi. Seminar Nasional Teknik Mesin POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
ISSN 2085-2762 .

Universitas Indonesia
114

Cipta Wijaya Mas. (2021, November 21). Harga bangun Gudang dan Pabrik - Standard.
Retrieved from Cipta Wijaya Mas Contractor:
https://www.ciptawijayamas.com/harga-bangun-gudang/
Dirjen EBTKE. (2020). Roadmap dan Strategi Pengembangan Energi Baru Terbarukan
di Indonesia. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Egre, D., & Milewski, J. (2002). The diversity of hydropower projects. Energy Policy 30
(14): 1225–1230.
EIA. (2021, November 12). Hydropower explained. Retrieved from U.S Energy
Information Agency: eia.gov/energyexplained/hydropower/
Ekotama, S. (2018). Matinya Perusahaan Gara-Gara S.O.P. Jakarta: Kelompok
Gramedia.
ENAIR. (2015). User Manual Wind Turbine. Castalla, Spain: Enair Energy.
Energy Market Authority. (2012). Handbook for Solar Photovoltaic System. Singapore:
Energy Market Authority.
Fox, S. (2011). Balance of Solar PV Systems (BOS). Los Angeles: CED Greentech.
Fuga Store. (2021, November 21). Inverter wind Turbine Grid Tie SUN-2000W 3 phase
AC turbin angin generator MPPT dump resistor. Retrieved from Shopee:
Fugastore: https://shopee.co.id/Inverter-wind-Turbine-Grid-Tie-SUN-2000W-3-
phase-AC-turbin-angin-generator-MPPT-dump-resistor
Goudarzi, N. (2012). A Review on the Development of the Wind Turbine Generators
across the World. International Journal of Dynamics and Control 1, pages 192–
202.
GPS. (2021, November 21). Solar ongrid inverter Kenika 2000w EAN-2000. Retrieved
from Tokopedia: Toko Global Prima Sukses:
https://www.tokopedia.com/globalprimasukses/solar-ongrid-inverter-kenika-
2000w-ean-2000
Guarnieri, M. (2014). The Big Jump from the Legs of a Frog. IEEE Industrial Electronics
Magazine 8 (4): 59–61, 69.
Hefei Listen New Energy Technology. (2021, November 21). Mppt Pengontrol Beban
Turbin Angin, 1KW 24V dengan Fungsi Buck. Retrieved from Alibaba: Hefei
Listen New Energy Technology Co: https://indonesian.alibaba.com/product-
detail/1kw-24v-mppt-wind-turbine-charge-controller-with-buck-function
IEA. (2019). Solar Energy: Mapping the road ahead. Dallas, Texas: International Energy
Agency ISA: International Solar Alliance.
IEA. (2020, November). Renewables 2020: Analysis and forecast to 2025. Retrieved Mei
31, 2021, from International Energy Agency:
https://www.iea.org/reports/renewables-2020

Universitas Indonesia
115

IEA Bioenergy. (2018). Gasification of waste for energy carriers. Paris: IEA Energy
Technology Network.
IESR. (2017). Energi Terbarukan, Energi Kini dan Nanti. Jakarta: Institute for Essential
Services Reform.
INAMEQ. (2021, November 21). Dasar dasar dan komponen turbin angin. Retrieved
from inameq.com: https://inameq.com/auxiliary/marine-energy/dasar-turbin-
angin-komponen-turbin-angin/
Index Mundi. (2020, November 27). Indonesia's electricity consumption and production
2020. Retrieved Mei 31, 2021, from Index Mundi:
https://www.indexmundi.com/Indonesia
Jacobson, M. (2009). Review of Solutions to Global Warming, Air Pollution, and Energy
Security. Energy & Environmental Science, 2 (2): 148–173.
Jacobson, M. (2015). 100% clean and renewable wind, water, and sunlight (WWS) all-
sector energy roadmaps for the 50 United States. Energy & Environmental
Science 8 (7): 2093–2117.
Kannan, R., & Leong, K. C. (2005). Life cycle assessment study of solar PV systems: An
example. Solar Energy Elsevier, 80 (2006) 555–563.
Kementerian ESDM. 2021. Patokan Harga Jual Listrik EBT Dalam Draf Peraturan
Presiden Terbaru. Retrieved from KESDM RI: https://www.esdm.go.id
Lai, C. S., Locatelli, G., Pim, A., Wu, X., & Lai, L. L. (2020). A review on long-term
electrical power system modeling with energy storage. Journal of Cleaner
Production Volume 280, Part 1, 124298.
Lampu Panel Surya. (2021, November 21). KIJO Battery Baterai Aki Accu OPZV
TUBULAR GEL 2V 1000AH OPZV2-1000ah. Retrieved from Tokopedia: Toko
Lampu Panel Surya 79: https://www.tokopedia.com/lampup-1/kijo-battery-
baterai-aki-accu-opzv-tubular-gel-2v-1000ah-opzv2-1000ah
Lampu Panel Surya. (2021, November 20). Panel Surya 500Wp Monocrystaline Maysun
Solar. Retrieved from Tokopedia: Toko Lampu panel Surya 79:
https://www.tokopedia.com/lampup-1/panel-surya-sollar-cell-500wp-mono-
maysun-solar
Mone, C., & Maples, B. (2014). Land-Based Wind Plant Balance of System Cost Drivers
and Sensitivities. Golden, Colorado: National Rewenable Energy Laboratory.
Ondak Jaya. (2021, November 21). Mesin Cetak Pelet Sampah TOSS. Retrieved from
Tokopedia: Toko Ondak Jaya: https://www.tokopedia.com/ondakjaya/mesin-
cetak-pelet-sampah-toss
Oto Maniac. (2021, November 21). 6 Harga Motor Roda Tiga Viar Terbaru 2021.
Retrieved from Otomaniac: Review Otomotif:
https://www.otomaniac.com/harga-motor-roda-tiga-viar/

Universitas Indonesia
116

Pemerintah Desa Pantai Bakti. (2020). Monografi Desa Pantai Bakti 2020. Kecamatan
Muaragembong, Kabupaten Bekasi: Pemdes Pantai Bakti.
Pemerintah Desa Pantai Bakti. (2021). Profil Desa Pantai Bakti. Retrieved Mei 31, 2021,
from Desa Pantaibakti: http://pantaibakti.desa.id/
Philibert, C. (2011). Solar energy perspectives. Paris: Organisation for Economic Co-
operation and Development, International Energy Agency.
PT Surya Utama Putra. (2021, November 21). Komponen panel surya dan fungsinya.
Retrieved from PT Surya Utama Putra:
https://suryautamaputra.co.id/blog/2017/01/03/komponen-panel-surya-dan-
fungsinya/
Pusdalibang Bappeda Jawa Barat. (2017). Statistik Desa Provinsi Jawa Barat. Bandung:
Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat.
Putra, R. (2021). Kajian Kelayakan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
dengan Daya 750 kW di Kelurahan Tanjung Selamat Kabupaten Aceh Besar.
Jakarta: Institut Teknologi PLN.
Rahardjo, S., & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora
Media Enterprises.
Rajagukguk, R. J. (2020). Studi Kelayakan Desain Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa) Sebagai Sumber Energi Listrik 200 MW (Studi Kasus TPA Bantar
Gebang Kabupaten Bekasi). Media Ilmiah Teknik Lingkungan, Volume 5, Nomor
1, Hal. 51-61.
Ramadhani, A. (2011). Studi Perencanaan PLTMH 1x12 kW sebagai Desa Mandiri
Energi di Desa Karangsewu. Surabaya: Teknik Elektro Institut Teknik Sepuluh
Nopember.
Ramadhani, B. (2018). Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Do & Don'ts. Jakarta:
GIZ EnDev Indonesia.
REGEN. (2017). Proposal Pengembangan Bungin Techno Village. Jakarta: REGEN -
Your Future Power.
REN21. (2017). Global Status Report 2016. Paris: Renewable Energy Policy Network for
the 21st Century.
Schroder, K., & Smith, R. C. (2008). Distant future of the Sun and Earth revisited.
Monthly Notices of the Royal Astronomical Society 386 (1): 155–163.
Schwanz, D., & Henke, R. (2012). Wind Power Integration in Southern Brazil. Sixth
IEEE/PES Transmission and Distribution: Latin America Conference and
Exposition, 1-6.

Universitas Indonesia
117

SEI. (2012). LEAP: Long range Energy Alternatives Planning System: a tool for energy
policy analysis and climate change mitigation assessment. Sommerville: SEI US
Center.
Shabib, A., & Abdallah, M. (2020). Life cycle analysis of waste power plants: systematic
framework. International Journal of Environmental Studies, Volume 77, 786-806.
Shanefield, D. J. (2001). Industrial Electronics for Engineers, Chemists, and Technicians.
New York: William Andrew Publishing.
Sharief, F. (2020). Kajian Kelayakan Pemanfaatan Sampah di Kota Lhokseumawe
Kelurahan Ujong Blang Aceh Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah.
Jakarta: Institut Teknologi PLN.
Siddiqi, M., Naseer, M., Wahab, Y., & Kamangar, S. (2019). Evaluation of Municipal
Solid Wastes Based Energy Potential in Urban Pakistan. MDPI Processes, 7, 848.
Siregar, K. (2019). Teknologi Gasifikasi Dan Proses Produksinya. Jakarta: Statistik, B.
P.
Smith, C. (1998). The Science of Energy – a Cultural History of Energy Physics in
Victorian Britain. Chicago: The University of Chicago Press.
Smith, C. (2001). Environmental Physics (Vols. ISBN 0-415-20191-8). London:
Routledge.
Sofianita, R. (2019). Analisis Keekonomian dan Potensi Dampak Lingkungan Energi
Terbarukan di Kampung Bungin, Bekasi. Depok: Tesis Program Studi Teknik
Mesin FTUI.
Sofianita, R., Surjosatyo, A., & Siregar, S. R. (2019). Solution concerning climate change
and utilization of Wind. ASEAN Journal of Community Engagement Volume 3,
Number 2.
Solution Tech. (2021, November 21). Solar Charge Controller Mppt Schneider 60 V 150
A. Retrieved from Shopee: Toko Solution Tech: https://shopee.co.id/Solar-
Charge-Controller-Mppt-Schneider-60-150
Spiegel, M., & Stephens, L. (2007). Schaum's Outline of Statistics. New York: McGraw
Hill Professional.
Srodes, J. (2002). Franklin: The Essential Founding Father. Washington DC: Regnery
Publishing.
Statista. (2020, Agustus). Energy mix for power generation in Indonesia as of May 2020,
by source. Retrieved Mei 31, 2021, from Statista:
https://www.statista.com/statistics/993362/indonesia-energy-mix-for-power-
generation-by-source/

Universitas Indonesia
118

Statista. (2020, Januari). Indonesia's Share of Economic Sectors in the GDP. Retrieved
Mei 31, 2021, from Statista: https://www.statista.com/statistics/319236/share-of-
economic-sectors-in-the-gdp-in-indonesia/
Stewart, J. (2001). Intermediate Electromagnetic Theory. Singapore: World Scientific
Publishing.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Method). Bandung: Alfabeta.
Taizhou Technology. (2021, November 21). 200kva 160kw Soundproof Type Diesel
Generator Taizhou City. Retrieved from Alibaba: Toko Taizhou Wetech Power
Technology: https://www.alibaba.com/product-detail/200kva-Generator-200kva-
160kw-Soundproof-Type
Tallungs, K. (2010). Indonesia's electricity production by source. Washington DC: US
EIA.
Tampubolon, A. (2020). Transisi Energi dan Prospek Energi Terbarukan di Indonesia
tahun 2020. Jakarta: IESR.
Thohiroh, N., & Mardiati, R. (2017). Desain Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Menggunakan Teknologi Pembakaran Yang Fisibel Studi Kasus TPST
Bantargebang. SENTER 2017, pp. 212-224.
Tom Motor. (2021, October 22). 2000 watt/2kw Turbin Angin . Retrieved from
Aliexpress: Tom Motor Machinery Store:
https://id.aliexpress.com/item/32810059278.html
USDE. (2014). Energy Literacy: Essential Principles and Fundamental Concepts for
Energy Education. Washington DC: United States Department of Energy.
Warits, A. D & Surjosatyo, A. 2016. Desain Micro Scale Horizontal Axis Wind Turbine
Blade Untuk Karakteristik Angin Di Muara Gembong Bekasi. Proceeding
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV PM-066, 2016, 163-172.
Wilczkiewicz, M., & Wilkosz, M. (2015). Revitalization – definition, genesis, examples.
Geomatics, Landmanagement and Landscape No. 2, 2015, 71–79.
Wilkerson, T., Cullenward, D., Davidian, D., & Weyant, P. (2013). End use technology
choice in the National Energy Modeling System (NEMS): an analysis of the
residential and commercial building sectors. Energy Economics 40: 773–784.
Winarno, O. T. (2005). LEAP: Panduan Perencanaan Energi. Bandung: Pusat Kajian
Kebijakan Energi ITB.
Woofenden, I. (2012). How A Wind Turbine works. Texas: Wind Workings.
Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai