Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI PEMBELAJARAN GURU PENGGERAK

Model 3: Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi)

NAMA : CHRISMAN HAREFA

CGP ANGKATAN 6 KOTA GUNUNGSITOLI

SMA NEGERI 2 GUNUNGSITOLI

 FACTS (TOPI PUTIH) Informasi/ pengalaman berupa fakta


Mulai dari pertama belajar Program Pendidikan Guru Penggerak, ada banyak informasi/ pengalaman
baru yang dapat saya pelajari sekaligus diimplementasikan dalam aksi nyata di sekolah. Mulai dari
Modul 1.1 sampai dengan Modul 3.3 (sepuluh modul) memberikan informasi yang merubah mindset
saya sebagai seorang pendidik selama ini. Sistematika belajar “MERDEKA” memberikan pengalaman
baru bagi saya.
Mulai dari diri : pada sesi ini, saya diajak untuk menjawab pertanyaan pemantik dan melihat diri saya
sebagai guru dalam konteks pelajaran di modul yang dipelajari. Mulai dari diri sekaligus sebagai
intropeksi diri sebagai guru yang telah dilaksanakan selama mengajar dan bagaimana memahami diri
sendiri akan pengalaman sebagai guru, serta sekaligus menggali pengetahuan awal akan konsep yang
akan dipelajari.
Eksplorasi konsep : saya digiring untuk memahami konsep dalam setiap modul secara mandiri
sekaligus mengekspresikaqn dengan menjawab pertanyaan yang ada dalam setiap konsep modul
pendidikan guru penggerak.
Ruang kolaborasi : platform pengelolaan konten dalam setiap modul.Saya bersama teman-teman
CGP berkolaborasi untuk lebih memahami konsep dari setiap modul serta mengidentifikasi konsep dan
penerapannya, setelah itu masing-masing kelompok mempresentasikan untuk memperkaya wawasan
serta mendalami konsep setiap modul.
Demonstrasi kontekstual : dalam demonstrasi kontekstual saya mendemonstrasikan pemahaman
konsep setiap modul dengan membuat visualisasi gambar (mind map /infografis /karikatur) atau
video/audio atau artikel untuk menggambarkan pemahaman dan argumen yang saya pahami
tentang konsep dalam setiap modul pembelajaran pendidikan guru penggerak.
Elaborasi konsep : sesi dimana saya mendapatkan pengembangan dan pendalaman konsep melalui
instruktur yang membimbing dalam memperkaya konsep yang telah dipelajari secara mandiri. Sesi ini
juga memberikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan yang masih belum dipahami serta
memberikan kesempatan untuk mengembangkan gagasan dalam setiap modul yang dipelajari.
Koneksi Antar Materi : merupakan sesi dimana saya membuat tulisan/video/audio/slide tentang
penguasaan pemahaman terhadap konsep yang telah dipelajari dengan mengaitkan modul awal
sampai dengan modul yang terakhir. Kenyataan bahwa dalam setiap materi modul di pendidikan guru
penggerak memiliki keterkaitan dan saling berhubungan yang satu dengan yang lainnya.
Mempelajari setiap modul dalam pendidikan guru penggerak ini memberikan pengalaman baru bagi
saya dalam bertindak sebagai guru. Prinsip yang selama ini saya anggap benar terpatahkan dalam
pemahaman baru pendidikan guru penggerak antara lain :
Modul 1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Filosofi Ki Hajar
Dewantara tentang prinsip kepemimpinan sebagai seorang guru yaitu : Ing ngarso sung tuladho (guru
sebagai suri tauladan anak dan siswa), Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat
ataupun ide-ide yang mendukung), Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi)
sebagai dasar berpikir guru sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip kepemimpinan tersebut
diimplementasikan dalam kepemimpinan guru dalam pendidikan yang memberi tuntunan terhadap
segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak dalam menggali potensi/kekuatan yang dimiliki anak.
Modul 1.2 Guru Penggerak memiliki nilai yaitu : 1) Berpihak pada murid, 2) Mandiri, 3) Reflektif, 4)
Kolaboratif, dan 5) Inovatif. Peran guru penggerak yaitu : 1) Menjadi pemimpin pembelajaran, 2)
Menjadi coach bagi guru lain, 3) Mendorong kolaborasi, 4) Mewujudkan kepemimpinan murid, dan 5)
Menggerakkan komunitas praktisi. Pemahaman akan nilai dan peran guru penggerak membangkitkan
motivasi intrisik untuk memperbaiki diri dalam pelaksanaan pembeljaran di kelas maupun kegiatan
lainnya di sekolah.
Modul 1.3 Guru sebagai agen perubahan memulai dari diri sendiri dan seterusnya mengimbaskan
kepada teman sejawat dan seluruh warga sekolah. Tahapan BAGJA TIDAK berfokus pada memperbaiki
kekurangan atau kelemahan yang ada tetapi berfokus pada kekuatan dengan memanfaat sumber daya
yang ada di sekolah. Seorang guru harus berani membuat prakarsa perubahan melalui rencana
manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif). Guru dapat melakukan
strategi manajemen perubahan sebagai berikut : merumuskan visinya mengenai lingkungan belajar
yang berpihak pada murid, kekuatan yang dimilikinya dalam mendukung penumbuhan potensi murid,
rencana manajemen perubahan.
Modul 1.4 Guru penggerak mewujudkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada di sekolah. Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki
disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan
memiliki motivasi intrinsik. Pengalaman baru saya dalam melakukan segitiga restitusi kepada anak
serta menghindari hukuman, konsekuensi dan penghargaan, memberikan pemahaman bahwa pusat
kendali sesungguhnya adalah di tangan murid.
Modul 2.1 Pembelajaran berdeferensiasi menjadi pengalaman baru dalam proses pembelajaran di
kelas. Setiap anak pada dasarnya memiliki potensi, kemampuan serta latar belakang yang berbeda-
beda. Pemetaan kebutuhan belajar murid dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi meliputi
tiga hal, yaitu : kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Dengan ketiga dasar pemetaan
tersebut, saya merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai.
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional ini, saya mempelajari bahwa tidaklah cukup apabila murid
hanya mengembangkan kognitifnya saja. Murid juga perlu mengembangkan aspek sosial dan
emosionalnya, supaya memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan orang lain, dapat membuat
keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan duitnya dengan
menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Modul 2.3 Saya sebagai pemimpin pembelajaran tentunya dituntut untuk dapat berkolaborasi dengan
teman sejawat yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan
pertumbuhan pribadi. Saya sebagai guru senior di sekolah yang dipercayakan oleh kepala sekolah
untuk melaksanakan supervisi tentunya diharapkan dapat mempraktikan supervisi akademik dengan
paradigma coaching melalui alur tirta.
Modul 3.1 Sebagai seorang guru, maka diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu mengambil
keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan
moral. Ada 9 langkah yang dapat Saya lakukan untuk menguji kasus yang dihadapi serta pengambilan
keputusan diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).
Modul 3.2 Sebagai pemimpin pembelejaran maka guru diharapkan dapat mengelola aset yang ada di
sekolah dengan memetakan 7 aset sumber daya di sekolah yang terdiri atas aset manusia, aset sosial,
fisik, finansial, politik, lingkungan dan agama budaya. Dengan pemetaan yang dilakukan maka dapat
memaksimalkan potensi aset yang ada dengan berpedoman pada prinsip asset based thinking atau
berpikir berbasis aset sehingga bisa menghasilkan potensi yang maksimal.
Modul 3.3 Agar Saya dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya
sendiri, maka Saya perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya
dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat
berkembang dengan baik. Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa
mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi, maka murid akan memiliki apa yang disebut dengan
“agency”. Agency dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan
arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Saat murid menjadi pemimpin
dalam proses pembelajaran mereka sendiri,maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan
(choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan
kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi
proses belajarnya sendiri.

 FEELINGS (TOPI MERAH) Menggambarkan Perasaan


Pada awal pembelajaran guru penggerak, saya merasa pesimis dapat menyelesaikan setiap kegiatan
yang menjadi tagihan dalam LMS. Tetapi pada akhirnya dengan semangat dan keinginan untuk
berubah sxudut pandang pendidikan maka saya dapat sampai di tahap akhir pendidikan guru
penggerak ini. Saya dapat membagikan ilmu yang saya dapat kepada teman sejawat dan memotivasi
teman sejawat untuk dapat mengikuti pendidikan guru penggerak karena memiliki nilai tambah yang
sangat luar biasa, walaupun di sisi lain ada yang berterima dan ada yang juga yang tidak.

Setiap pembelajaran modul di LMS ada perasaan-perasaan tersendiri dalam setiap tahapan modul yang
dipelajari. Ada tantangan dan motivasi yang terbentuk untuk berbuat lebih dalam proses pembelajaran
di sekolah. Keterkaitan setiap modul memberikan pemahaman dan tekad yang baru sebagai guru
penggerak. Kegiatan pembelajaran yang santai tapi serius di LMS membuat semangat tetap dapat
dipertahankan walaupun sempat ada kendala pada saat mengakses akun PKB tetapi setelahnya dapat
berjalan dengan lancar.

Saya sangat senang menjadi salah seorang guru yang dapat mengikuti pendidikan guru penggerak. Ada
banyak hal yang merubah mindset saya dalam dunia pendidikan. Dimulai dari filosofi Ki Hajar
Dewantara sampai pada Guru mengelola kepemimpinan murid dalam bentuk pembuatan program
yang berpihak pada murid sebagai pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri. Saya bangga
dapat menjadi bagian dari program pemerintah untuk merubah wajah pendidikan Indonesia yang lebih
baik dengan melihat kekuatan, potensi dan bersikap positif.
 BENEFITS (TOPI KUNING) Hal-hal Positif Terkait dengan Topik yang
Dipelajari
Setiap materi dalam pendidikan guru penggerak memberikan pengaruh positif bagi saya dalam
menjalankan prean sebagai guru di sekolah. Hal positif tersebut dapat saya jabarkan sebagai berikut :

 Hal Positif dalam Modul 1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang
menyatakan bahwa pendidikan ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak
sehingga dapat memperbaiki lakunya. Guru diibaratkan sebagai petani, perlakuan terhadap
satu jenis tanaman berbeda dengan tanaman lainnya. Hal ini memberikan pemikiran positif
bahwa anak memiliki kodratnya masing-masing, sesauai dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Guru berperan untuk menuntun kodrat anak mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setingi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
 Hal positif Modul 1.2 Guru memiliki nilai-nilai antara lain : berpihak pada murid, mandiri,
reflektif, kolaboratif, dan inovatif dan peran guru penggerak yaitu : menjadi pemimpin
pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan
kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi. Guru penggerak berpikir strategis
dan menguatkan lingkaran pengaruh dimana guru penggerak diharapkan sebagai pemegang
kendali dan kepercayaan diri untuk menjalankan inisiatif perubahan pada dimensi: diri, orang
lain, institusi, dan lingkungan-masyarakat.
 Hal positif Modul 1.3 Guru penggerak sebagai agen perubahan. Prakarsa perubahan yang
ditampilkan guru penggerak menggunakan Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) yang merupakan
strategi perubahan kolaboratif yang berbasis kekuatan., serta mengaktualisasi potensi masing-
masing individu dalam kelompok menjadi kekuatan yang luar biasa dalam melakukan
perubahan. BAGJA merupakan langkah – langkah yang mengikuti pendekatan Inkuiri
Apresiatif. BAGJA terdiri dari B = Buat pertanyaan, A= Ambil pelajaran, G = Gali mimpi, J =
Jabarkan rencana dan A = Atur eksekusi.
 Hal positif Modul 1.4 Pemahaman budaya positif dan disiplin positif memberikan pengaruh
yang besar dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif di sekolah. Budaya positif di
sekolah diterapkan dengan konsep-konsep inti yaitu :disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan
universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, keyakinan kelas, kebutuhan dasar
manusia dan dunia berkualitas , restitusi- lima posisi kontrol, dan restitusi- segitiga restitusi.
 Hal positif Modul 2.1 Sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru penggerak diharapkan
dapat berperan sebagai fasilitator dalam memahamkan materi kepada murid dan
memfasilitasi agar semua murid mampu memproses ide atau informasi yang diperolehnya
serta mampu mengembangkan suatu produk sesuai dengan kemampuan muridnya masing-
masing. Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi
pembelajaran yang tepat dari guru baik meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan
diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar murid yang
meliputi tiga hal yaitu : kesiapan belajar murid, minat belajar murid, dan profil belajar murid.
 Hal positif Modul 2.2 Guru memiliki Nilai berpusat pada murid, maka pembelajaran sosial dan
emosional yang berpusat pada murid akan mengarahkan sosial emosional murid ke arah yang
lebih baik. Selain itu guru juga berperan agar murid dapat berkembang dalam pembelajaran.
Guru berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang menarahkan kodrat murid untuk dapat
mengendalikan sosial emosional sebagai manusia dan sebagai anggota masyarkat.
Memahami konsep pembelajaran berdasarkan kerangka kerja CASEL(Collaborative, for
academic, social and emostional learning) yang bertujuan mengembangkan Kompetensi Sosial
dan Emosional.
 Hal positif Modul 2.3 supervisi akademik bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung
pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai
secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai
pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang
berpihak pada anak. Supervisi akademik dilakukan dengan menggunakan paradigma coaching
melalui alur TIRTA. Coaching juga dapat dilaksanakan dalam membantu teman sejawat dan
murid menyelesaikan masalah yang dihadapi.
 Hal positif Modul 3.1`Guru sebagai pemimpin dalam pengambilan keputusan diperlukan
kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran
sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).
Pengambilan keputusan seringkali berhadapan dengan berbagai kepentingan saling
bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas
keputusan yang telah diambil. Dilema etika sendiri merupakan dua keputusan yang sama-sama
benar sedangkan bujukan moral dua keputusan dimana salah satunya adalah keputusan yang
salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan
yang benar lawan salah. Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa
dikategorikan 1) Individu lawan kelompok (individual vs community) 2) Rasa keadilan lawan
rasa kasihan (justice vs mercy) 3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4) Jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term). Tiga Prinsip Pengambilan Keputusan : 1)
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 2) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking) 3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) Untuk memandu dalam
mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika
ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat dilakukan yaitu : 1)
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini 3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. 4) Pengujian benar atau salah : Uji
Legalitas, Uji Regulasi/ Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji Publikasi dan Uji Panutan/ Idola 5)
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. 6) Melakukan Prinsip Resolusi 7) Investigasi Opsi
Trilema 8) Buat Keputusan 9) Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. Sembilan langkah
pengambilan keputusan adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam
penerapannya.
 Hal positif Modul 3.2 guru sebagai pemimpin pembelajaran menerapkan pendekatan
Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach) bukan pendekatan Berbasis
Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach). Pendekatan berbasis aset/kekuatan
merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan
menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian
pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun
potensi yang positif. Pendekatan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA)
menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan
nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh
komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari
kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA
menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya
serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Guru
sebagai pemimpin pembelajaran menggunakan Pendekatan Berbasis Aset maka diharapkan
mampu unutk memetakan tujuh aset/potensi atau modal utama sebuah sekolah dan
kemampuan untuk mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk
kepentingan dan kemajuan sekolah.
 Hal positif modul 3.3 3. Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa
mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki apa yang disebut
dengan “agency”. Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu
mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini,
mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi
pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan
melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Saat murid menjadi pemimpin
dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency,
maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership)
dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid
kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya
sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang
menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang
mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka,
dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka. Ketiga aspek ini tidak dapat berada di
lingkungan yang tidak terstruktur tetapi harus disematkan dengan dalam lingkungan belajar
yang menumbuhkembangkan elemen-elemen tersebut secara otentik. Lingkungan belajar yang
seperti ini akan mensyaratkan seluruh anggota komunitas untuk ikut terlibat dalam prosesnya.

 CAUTIONS (TOPI HITAM) Kendala, Hambatan, atau Risiko dari Tindakan/


Peristiwa yang Sedang Dibahas
Kendala, hambatan atau resiko selama mengikuti pendidikan guru penggerak

Manajemen waktu dalam menyelesaikan tugas di sekolah dan tugas/tagiahan pada pendidikan
guru penggerak
Tanggapan dari unsur pimpinan sekolah dalam memberikan peluang kepada saya untuk
mensosialisasikan pemahaman yang didapat dari materi pendidikan guru penggerak dan dalam
melaksanakan program atau aksi nyata di sekolah
Status quo teman sejawat yang kurang respek dengan perubahan yang saya bagikan sesuai
dengan materi pendidikan guru penggerak
Fasilitas yang masih belum memadai seperti jaringan yang terkadang bermasalah
Penerapan yang masih belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharpkan

 CREATIVITY (TOPI HIJAU) Jabarkan Ide-ide yang Muncul Setelah


Mengalami Peristiwa Tersebut
Ide byang muncul setelah mengalami pendidikan guru penggerak

 Mewujudkan motivasi guru penggerak dengan melakukan upaya-upaya antara lain : meningkatkan
kapasitas diri, menumbuhkan potensi murid, memengaruhi teman sejawat, danmemperluas relasi.
 Meningkatkan kompetensi guru dan menjadikan guru sebagai pemimpin pembelajaran yang
berpusat pada murid.
 Menerapkan nilai-nilai guru penggerak dan peran guru penggerakdalam lingkungan sekolah
 Menjadi guru prakarsa perubahan dengan menggunakan Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) yang
merupakan strategi perubahan kolaboratif yang berbasis kekuatan
 Mengusulkan pembentukan budaya sekolah dan penerapan segitiga restitusi dalam menyelesaikan
masalah murid, dan melaksanakan kendali guru sebagai manajer
 Menjadi Pemimpin Pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah
 Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional
 Menjadi coach bagi teman sejawat dan murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan
melaksanakan supervisi akademik dengan paradigma coaching
 Pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan dilema etika dan bujukan moral. Pengambilan
keputusan dalam dilema etika dengan menggunakan 9 (sembilan) langkah yang dapat di lakukan
dengan memperhatikan paradigma dilema etika dan tiga prinsip pengambilan keputusan.
 Menggunakan pengambilan keputusan berbasis aset
 Menampilkan kepemimpinan murid dengan memperhatikan tiga aspek yaitu suara, pilihan dan
kepemilikan.
 Melaksanakan program yang dapat menggali kepemipinan murid

 PROCESS (TOPI BIRU) Tarik Simpulan dari Peristiwa yang Terjadi atau
Ambil Keputusan Setelah Mempertimbangkan Kelima Sudut Pandang Lainnya
Guru Penggerak merupakan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara
holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan
pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem
pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Pemerintah berharap Guru Penggerak menjadi
katalis perubahan pendidikan di daerahnya dengan cara mendorong pengembangan pembelajaran
melalui kolaborasi dengan rekan sejawat, komunitas, dan pemangku kepentingan di sekolah.

Saya sebagai calon guru penggerak memutuskan untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat
pada murid dan mengimplementasikan seluruh materi pembelajaran yang telah di terima dalam
pendidikan guru penggerak, menjadi guru penggerak memiliki tanggung jawab untuk dapat
mengimbaskan kepada teman sejawat, menjadi pemimpin pembelajaran dan melaksanakan program
yang berbasis aset dan mengutamakan kepemimpinan murid.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH


SALAM DAN BAHAGIA

Anda mungkin juga menyukai