Anda di halaman 1dari 22

UPAYA MEREVITALISASI KEPEMIMPINAN DALAM

MENERAPKAN NILAI NILAI PANCASILA

Kode Jurnal : P

Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti

Latihan Kader II HMI Cabang Ciputat

Disusun oleh:

RIZKO PAMBUDI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG CIPUTAT
1444 H / 2023 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan
Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya kepada manusia sehingga mampu menjalankan aktivitas
sehari-hari. Sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi dan Rasul kita, Rasulullah
yang menjadi teladan bagi seluruh umat, yaitu Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya, yang telah membimbing kita dari jurang kesalahan menuju kehidupan
yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.

Selain itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kesenjangan baik dalam
struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca
sangat kami harapkan untuk perbaikan artikel ini. Akhir kata, semoga Majalah LK II ini
mengangkat tentang “Upaya Revitalisasi Kepemimpinan dalam Menerapkan Nilai-Nilai
Pancasila”. Semoga dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 21 Januari 2023

Rizko Pambudi

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
BAB II ................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4
1. Kepemimpinan ......................................................................................................................... 4
2. Manajemen Organisasi ........................................................................................................... 5
BAB III ............................................................................................................................................... 13
PENUTUP .......................................................................................................................................... 15
1. Kesimpulan............................................................................................................................. 15
2. Saran ....................................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 16
CV dan Portopolio ............................................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada masa sekarang ini, kepemimpinan adalah perhatian kritis. Dari pernyataan di
atas, penting untuk digarisbawahi bahwa permasalahan yang dialami bangsa Indonesia adalah
karena kepemimpinan yang buruk. Masalah signifikan dengan aspek ekonomi, politik,
budaya, sosial, dan lingkungan semuanya menunjukkan bahwa negara ini sedang berjuang
dengan kurangnya kepemimpinan. Masalah ini masih berkembang dan semakin parah setiap
hari.

Saat itu, pemerintah Indonesia berada di ambang kelumpuhan. Kepemimpinan, yang


telah melakukan ketidakjujuran yang signifikan pada menjalankan tugasnya, adalah penyebab
utama kelumpuhan tersebut. Jelas, kepemimpinan adalah topik yang sangat penting pada
keberadaan negara.

Tuhan menciptakan seseorang, dan sebagai ciptaan-Nya, mereka bertugas mengawasi


dan mengatur alam. Aturan yang dibuat oleh seseorang yang menguasai planet ini dari waktu
ke waktu telah menjadi bagian dari identitas bangsa mereka. Setiap bangsa di dunia, tanpa
terkecuali, memiliki identitas nasional, yaitu Pancasila sebagai konsep dan falsafah hidup
berbangsa. Sama halnya dengan negara kita sebelum dan sesudah terbentuknya negara
kesatuan. Para pendiri bangsa telah berupaya untuk membangkitkan kembali nilai-nilai
Pancasila pada setiap aspek kehidupan bangsa, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi, guna menjaga dan senantiasa menjaga persatuan (perguruan tinggi) bangsa Indonesia.

Pakta politik yang dibuat oleh para pembawa negara kita ini, Pancasila, berfungsi
sebagai dasar dan ideologi bangsa kita. Pancasila sering mengalami penjumlahan,
pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya pada mengaktualisasikan
prinsip-prinsipnya, terutama bagi para pemimpin, baik pemimpin daerah maupun pusat,
sepanjang perjalanan.

Keadaan ini mencerminkan bumi pertiwi yang telah terpuruk pada moralitas yang
paling rendah. Kondisi ini bertentangan dengan cita-cita bangsa yang tinggi seperti yang
tertuang pada Pancasila. Pancasila hanya direduksi menjadi simbol nasional belaka di negeri
ini. Dimasukkannya nilai-nilai luhur Pancasila ke pada kehidupan modern hanyalah bersifat
simbolik karena pendiriannya sebagai simbol belaka. Pancasila kemudian ditampilkan di
museum sejarah meskipun demikian. Pancasila telah pergi dari inti negara ini karena tidak
1
lagi menjadi cara hidup atau cara memandang dunia. Bisa dibayangkan, Pancasila ada untuk
memotivasi negeri ini agar maju dan bangkit dari kemerosotan moralnya.

Sebagai kerangka filosofis, Pancasila pada hakekatnya ialah sumber dari segala
standar, termasuk nilai kesusilaan, nilai hukum, dan nilai kenegaraan lainnya. Filsafat
pancasila mengandung sistem berpikir yang kritis, mendasar, logis, sistematis, dan
menyeluruh, dan sistem berpikir ini adalah sebuah nilai. Oleh karena itu, konsep filosofis
menyajikan nilai dasar daripada nilai, yang ialah aturan tindakan atau kepraktisan. Meskipun
Indonesia adalah bangsa yang didirikan di atas Pancasila sebagai dasar negara yang kokoh,
namun Pancasila tidak dapat secara langsung mengatur kehidupan seseorang seutuhnya.
Namun, jika diterapkan pada kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila dapat dimaknai
sepenuhnya untuk mengatur kehidupan moral bangsa Indonesia.

Pada situasi saat ini, para pemimpin seringkali menyimpang dari Pancasila untuk
memenuhi ego, kepentingan pribadi, dan partai politik mereka, seringkali dengan
mengorbankan prinsip-prinsip luhur yang terkandung pada Pancasila. Pemberontakan
Pancasila memanifestasikan dirinya pada berbagai bentuk korupsi di setiap bagian negara
yang mengawasi pertumbuhan.

Keadaan ini menunjukkan betapa cita-cita luhur Pancasila tidak mungkin terwujud.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sulistyanto yang menunjukkan hal tersebut. Pancasila harus
secara dinamis mengaktualisasikan nilainya sebagai cerminan kepemimpinan di Indonesia ke
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar tetap relevan pada perannya
sebagai sumber nasihat. untuk merumuskan kebijakan dan memecahkan masalah pada
kehidupan berbangsa dan bernegara. untuk menjaga tingkat tinggi warga negara dan kesetiaan
warga terhadap Pancasila.

Alih-alih mewakili kepentingan rakyat, banyak elit politik kerap menggunakan partai
politik sebagai alat untuk meningkatkan kekuasaan atau kekayaan mereka sendiri. Pancasila
jarang disebut pada khasanah wacana politik sebagai ideologi negara. Generasi yang stabil,
baik lahir maupun batin, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zaman global. Ini memiliki
ilmu untuk menyaring dan menerapkan kepemimpinan yang berlandaskan Pancasila, sehingga
tercipta pribadi yang utuh berjiwa Pancasila. Sebagai negara di pada organisasi, ada
persekutuan seseorang dan hidup bersama dan bersatu untuk membangun negara Indonesia.
Orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati
imannya sesuai dengan pandangan dan agamanya adalah cerminan dari seseorang-seseorang

2
berwawasan pancasila. Dengan kata lain, maksud daripada keadilan sosial pada hakekatnya
ialah tujuan dari lembaga hidup bersama yang dikenal dengan negara. Hal ini menghasilkan
suatu persekutuan hidup bersama yang dikenal sebagai rakyat dengan hakekatnya ialah unsur
negara dan wilayah pemerintahan yang berdaulat secara adil. Pada konteks ini, menarik untuk
mencari pemimpin-pemimpin nasional yang berwatak Pancasila.

Sumber daya seseorang yang memiliki kemampuan memimpin sangat dibutuhkan saat
memasuki masa disrupsi, globalisasi, pembangunan, dan kemajuan, ditambah dengan
pentingnya pendidikan karakter sejalan dengan cita-cita karakter bangsa sebagai identitas
bangsa.

Oleh karena itu, ada proses yang perlu dibenahi oleh generasi muda untuk menjaga
rasa identitas nasional ketika mengambil peran kepemimpinan atau manajemen pada
organisasi yang berfungsi sebagai lingkungan belajar di mana cita-cita Pancasila ditanamkan
untuk mengembangkan karakter setiap orang?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kepemimpinan

Organisme sebagai makhluk sosial, seseorang perlu melatih kepemimpinan karena


kehidupan sosial menuntut pemimpin dan kepemimpinan. Dengan kepemimpinan, dapat
memilih arah atau tujuan yang diinginkan dan mencari cara untuk mencapainya.
Seseorang yang mengatur dan mengarahkan tujuan yang ingin dicapai suatu kelompok
(masyarakat) dikatakan berada pada posisi kepemimpinan. Menurut (KBBI:1990)
Kepemimpinan sebenarnya dari kata “pimpin” berarrti tuntun, binaan atau bimbingg, juga
bermaksud memberikan contoh yang bagus atau baikr, akan tetapi bisa juga bermaksud
men tuankan kegiatan Mwnurut Wahjosumidjo (2005:17) Kepemimpinan ditafsirkan ke
dalam karakteristik, perilaku individu, doktrin pada orang lain, konsep, interaksi,
hubungan kerja sama antar peran, posisi manajerial, status dan kepercayaan, dan
menggunakan hak untuk dipengaruhi oleh orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruji sebuah keolompok dengan
mencapai serangkaian tujuan. Kepemimpinan juga bisa dikatakan sebagai salah satu
proses untuk mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengkitnya atau satu arah
saja, melainkan umpan balik atau dari dua arah untuk saling menguntungkan (Stephen P.
Robbins, 2003)
Dari beberapa pengertian diatas bahwasanya kepemimpinan ialah yang biasa
digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya karena
kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin pada membimbing dan memerintah
bawahan untuk mengikuti kehendak mereka pada menggapai impian dan tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut definisi tersebut, kepemimpinan adalah tindakan seorang pemimpin
yang meliputi mempengaruhi, memotivasi, menghipnotis bawahannya (individu) yang
dipimpinnya pada suatu organisasi agar menuju tujuannya. Karena kepemimpinan
mengontrol setiap aktivitas, ia memainkan peran penting pada mengelola organisasi.
Menurut (Poerwadarminta:1980).

4
2. Manajemen Organisasi

Pembahasan manajemen tidak lepas dari pembahasan konsep manajemen.


Manajemen adalah kata bahasa Inggris untuk manajemen, yang berarti manajemen,
pengaturan, administrasi, pengaturan atau kontrol. Dalam bahasa latin disebut managere
yang berarti mengerjakan, melaksanakan, mengatur dan mengurus sesuatu. Sementara itu,
dalam bahasa Perancis berarti manager yang artinya bertindak, mengarahkan dan
memimpin. (M Manullang:1976)
Manajemen adalah proses mengidentifikasi dan menggunakan sumber daya
organisasi melalui kerja sama para anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. antara
lain desain, organisasi, operasi dan kendali, yangg kesemuanya itu dilakukan pada rangka
menuju tujuan tertentu dengan penggunaan sumber daya manusia (SDM). dan berbagai
macam sumber lainnya. Manajemen melibatkan bekerja dengan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi dengan melakukan tugas perencanaan, pengorganisasian,
staffing, pengorganisasian personil, mengarahkan, dan mengawasi.

Menurut para ahli, pengertian organisasi diperkenalkan oleh Siagia antara lain dalam
bukunya Filsafat Manajemen, yang menjelaskan organisasi sebagai: semua persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja sama dan secara formal berkewajiban untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sasaran dalam hubungan dengan
satu orang atau lebih disebut atasan dan seseorang atau sekelompok orang disebut
bawahan. (P.Siagian:2006). Sekelompok orang yang bekerja bersama pada platform secara
sistematis, terencana, dan berorientasi pada tujuan untuk mencapai tujuan yang ditargetkan,
efisien, dan efektif disebut organisasi.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen organisasi adalah
suatu proses pengumpulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan semua sumber
daya organisasi atau perusahaan dalam rangka mencapai tujuan. . Sedangkan organisasi
adalah sekelompok orang yang bekerja sama dan juga berinteraksi untuk menjalankan
fungsi, peran dan tanggung jawab organisasi. Jadi secara ringkas manajemen organisasi
dapat dipahami sebagai suatu proses perencanaan, pengelompokan, pengawasan dalam
suatu organisasi. Dimana setiap individu memiliki peran yang sesuai untuk dapat
mencapai tujuan organisasi, perusahaan dengan lebih cepat. Manajemen bisnis,

5
manajemen sekolah adalah dua dari sekian banyak contoh manajemen organisasi yang
sering kita jumpai.

3. Nilai – Nilai Pancasila

Seperti yang kita ketahui, nilai-nilai Pancasila sangat berhubungan erat dengan
spiritual, memanusiakan, nasionalis, demokrasi dan keadilan sosial, dari lima nilai ini juga
terkandung dalam nilai Pancasila itu sendiri. Pancasila adalah salah satu dasar Negara
Kesatuan Indonesia mempunyai nilai yang mulia dalam setiap isinya, karna setiap bulir
bulir Pancasila itu dicetuskan sejak dulu seperti kegiatan bangsa Indonesia. Menurut
(Yudhie Haryono:2014).
Dari uraian diatas jika dipadukan dengan kepemimpinan akan menghasilkan suatu
keputusan yang dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga
akan menjunjung tinggi harkat dan nilai kebenaran dan keadilan, rakyat dan rakyat.
Kepemilikan juga erat kaitannya dengan kepemimpinan karena harus mengedepankan
musyawarah untuk pengambilan keputusan. Adanya pengambilan keputusan demi
kebaikan bersama dan tidak berpihak pada yang paling berkuasa, tetapi juga tidak
mengabaikan kepentingan seseorang dengan ide dan gagasannya.

1) Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai religi adalah yang berhubungan dengan hubungan individu dengan sesuatu yang
dianggapnya memiliki kekuatan ilahiah, yaitu kesucian, keluhuran, dan keluhuran.
Memahami Tuhan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beriman
kepada Tuhan, yaitu membangun manusia Indonesia dengan hati dan semangat untuk
meraih ridha Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut moralitas
agama (Pasal 29 UUD 1945), Negara didirikan atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
karena Negara menjamin kebebasan menganut kepercayaan, agama, dan kepercayaan
setiap warga negara. . agamanya masing-masing. dan iman. Berdasarkan hal tersebut,
warga negara Indonesia haruslah orang yang beriman kepada Tuhan dan beragama, apapun
agama atau kepercayaannya.
Seperti yang ditafsirkan di atas bahwasanya telah terkandung sila ke-1 “Ketuhanan
Yang Maha Esa” maka dari itu kita bisa simpulkan bahwa nilai nilai Pancasila selalu

6
segaris lurus dengan nilai nilai keagamaan dengan ada nya nilai nilai Pancasila maka akan
timbul rasa tolersansi terhadap setiap pemeluk agama lain.

2) Kemanusiaan

Seperti yang ada di dalam sila ke-2 Bahwasanya terjadinya sebuah keasaadaran
tentang sebuah ketertiban, untuk setiap karaktreristik, oleh karna itu manusia memiliki
sebuah kesempatan menjadii manusia yang seutuhnya, manusia yang bisa beradab. Agar
manusia maju dalam peradabannya, akan lebih mudah menerima kebenaran dengan baik,
serta dapat mengikuti tata cara dan cara hidup masyarakat yang adil, serta selalu
memahami. hukum universal. Kesadaran inilah yang melahirkan semangat hidup
bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di masa yang akan datang serta
dengan usaha yang gigih, yang kemudian juga dapat diwujudkan dalam bentuk toleransi
hidup yang rukun dan berkecukupan (Nurgiansah & Al Muchtar, 2018).
Setelah dijelaskan oleh beberapa pemulis bisa disimpulkan bahwasnya manusia itu
adalah salah satu pribadi yang menetap dalam berbagai macam perubahan dan berbagai
keberadaan sedangkan sedangkan hubungannya itu yang mengungkapkan sifat eksistensial
itu sendiri, sehingga setiap manusia pada hakikatnya merupakan dinamika dan intensional
yang terbuka. Oleh karna itu hakikat manusia itu terdapat pada polaritas diantara keduanya,
di satu pihak manusia akan dipandanhg secara solipsistiss dan dipihak kedua manusia itu
bukan pula salah satu fungsionalitas semata mata, menunjukan jalur antara kedua konsep
yang mulia inilah kita dapat negaskan cara keberadaannya sebagai substansi, justru cara
keberadaan dalam relasi sebagai tujuannya, oleh karna itu martabat manusia sebagai salah
satu substanti bisa diukur dengan berhasilnya realisasi manusia dalan relasinya.
Dengan demikian pulalah norma ke asusilaan adalah salah satu makna obyektif
martabat manusia itu senduri yang harus dilihat sebagai makna rohani yang dijalani dan
dikembangkan di dirinya dan kesdarannya, maupun itu sebagai salah satu keterbukaan
berkat relasi yang ia miliki terhadapa seluruh kenyataan. Ini merupakan prinsip dasar yang
meressapi seluruh penjelasan serta pendalaman hakikat manusia.

3) Kesatuan Negara

Kesatuan bangsa adalah kesatuan yang terdiri dari banyak tempat yang berbeda,
keberadaan negara Indonesia di tanah ini bukan untuk konflik. Tanah air ini ada untuk

7
menyediakan satu kesatuan bagi setiap suku di tanah itu. Penyatuan negara seharusnya
tidak hanya menjadi pandangan dogmatis dan dangkal, tetapi juga harus menjadi upaya
untuk melihat hati nurani kita lebih kuat dari segala sudut. Perbedaan ini tidak boleh
diperangi, tetapi diubah menjadi satu kesatuan Indonesia (Nurgiansah et al., 2020).

Denngan yang dimaksud diatas bahwasnya kesatuan negara adalah salah satu hal
yang bisa membuat perdamaian di Inodenesia ini, maka dari itu kita sebagai bangsa
Indonesia harus menjaga nilai nilai Pancasila itu sedniri, untuk membantu menstabilitaskan
Negara Republik Indonesia, dengan ini akan terwujud lah yang namanya Masyarakat Adil
Makmur Yang Di Ridhoi Allah Subhanahu Wata’ala

4) Permusyawaratan dan Perwakilan

Setiap orang memerlukan kehidupan yang berpasang pasangan, setelah berinteraksi


barusah muncul sebuah perjanjian atau kesepakatan untuk saling menghargai satu sama lain
dengan perjanjian yang sudah di sepakatii bersama, bangsa ini membutuhkan prinsip untuk
dijadikan cita cita utama untuk negeri ini, mampu memberi sebuah ide dan gagasan mereka
untuk negri tercinta ini, untuk menjaga ke stabilitasan negara demi tercapainya masyarakat
adil makmur, walaupun sedang berada di era pergolakan yang hebat, untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan. Hikmah dan kebijaksanaan inilah yang menunjukkan pemikiran
manusia dalam konteks yang lebih luas dan dapat membebaskan diri dari belenggu aliran
pemikiran yang terlalu sempit. (Alphaqi, 2016).

Dengan pengertian diatas bahwasanya setiap manusia memerlukan keadilan, dengan


adanya keadilan maka akan timbul sebuah perjanjian dari perjanjian itulah maka timbul saling
menghargai, dengan adanya sebuah permusyawaratan maka akan lebih mudah dan ter struktur
prosesnya, dan dengan adanya permusyawaratan dan perwakilan ini lah yang akan
mewujudkan Masyarakat Adil Makmur Yang di Ridhoi Allah Subhanahuwata’ala.

5) Keadilan Sosial

Nilai yang ada pada Pancasila pertama sampai kepada sila ke lima yang harus di
implementasikan, dijelaskan, diaplikasikan kedalam setiap perbuatan atau pun kegiatan

8
kehidpuan. Sila pertama membahas tentang ketuhanan, kepercayaan terhadapat adanya tuhan
YME terkandung nilai nilai keyakinan, penghayatan kegamaan. (Murdiono et al., 2020).

Seperti yang dikatakan oleh perintah kedua, ada rasa ketertiban untuk setiap kualitas,
karena manusia memiliki kemungkinan untuk menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia
yang beradab. Tentu saja, orang dengan peradaban maju lebih mudah menerima kebenaran
secara lebih akurat, mereka juga dapat mengikuti prosedur dan gaya hidup masyarakat yang
adil, dan mereka selalu dapat memahami hukum alam semesta. Kesadaran tersebut
memunculkan semangat hidup bernegara agar menuju kebahagiaan dunia dan masa
mendatang. dan tidak lupa bahwa kerja jangka panjang juga dapat diwujudkan dalam bentuk
kehidupan yang rukun dan toleran (Nurgiansah & Al Muchtar, 2018).

Penetapan pedoman ini dalam kehidupan sehari-hari meliputi: Dengan mencermati


nilai-nilai adat yang harus selalu diperhatikan dalam perumusan kebijakan serta dalam
pengelolaan dan pengembangan pembangunan ekologis daerah melalui pendidikan dan
informasi serta nasehat pembentukan nilai-nilai adat. Nilai dan agama yang menjadi pedoman
perilaku masyarakat untuk menjaga sumber daya alam dan lingkungan (Wahyudi, 2017).

Dalam sila ke 4 terdapat nilai-nilai sosial, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
benar, benar, benar. Mewujudkan, mengembangkan, meningkatkan kesadaran dan berani
tanggung jawab setiap orang Indonesia untuk mengatur kehidupan sehari-hari. Mencapai,
mengembangkan, memelihara/melestarikan, memperkuat kemitraan, masyarakat, dunia usaha
dan semua aspek perdagangan dan pemerintahan dengan tujuan berkelanjutan untuk
mendukung dan mampu memulihkan pemulihan lingkungan.

Sila ke-lima mengandung nilai-nilai sosial, yg pada hal ini jua wajib memperhatikan
beberapa aspek ketentuan aturan yg mengatur masalah lingkungan hidup. Misalnya pada
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No. IV/Majelis Permusyawaratan Rakyat-
1999 mengenai Garis Besar Haluan Negara (GHBN). Bagian H membahas aspek pengelolaan
lingkungan & pemanfaatan asal daya alam (Yunita & Suryadi, 2018).

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam operasional sehari-hari, termasuk


inventarisasi nilai-nilai tradisional, yang kemudian harus diperhitungkan dan diperhitungkan
dalam kebijakan perencanaan dan pengendalian, pengendalian pembangunan dan
pembangunan lingkungan di berbagai daerah dan pembangunannya di berbagai daerah. Aspek
pendidikan dan pelatihan serta informasi, promosi dan pengenalan nilai-nilai tradisional dan

9
agama, mendorong perilaku masyarakat untuk melestarikan sumber daya alam dan
lingkungan (Wahyudi, 2017).

Kemudian ada beberapa daerah yang secara turun temurun mewarisi nilai-nilai nenek
moyangnya agar tidak melakukan perbuatan yang dilarang menurut peraturan adat di daerah
tempat tinggalnya, misalnya ada peraturan yang melarang penebangan beberapa pohon ketika
tanpa izin kepala daerah, ada yang dilarang memakan beberapa hewan yang sebenarnya
dihormati dalam kehidupan sehari-hari di tempatnya, sebenarnya secara tidak langsung ajaran
para leluhur telah berperan positif dalam menjaga alam, menjaga sumber daya alam di daerah,
ini tidak benar-benar memasukkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

4. Kepemimpinan Dengan Nilai-Nilai Pancasila

Berfikir eksklusif menimbulkan satu dimensi baru yang disebut perang multi dimensi
dengan merubah sistematika berpikir secara eksklusif. Kepemimpinan tidak boleh dilihat
semata-mata dari sudut pandang kekinian dalam pengertian eksklusif suatu kelompok, namun
wajib mengantisipasi proses perubahan yg terjadi pada masa depan demi tercapainya tujuan
berbangsa dan bernegara. Berfikir eksklusif terjadi sebuah blind impact dalam melihat
kearifan lokal dan wawasan bangsa yang telah membawa kemerdekaan Indonesia sebagai satu
bangsa bebas. Konsep kepemimpinan tersebut tidak dapat keluar dari sumber negara dan
bangsa yaitu Rakyat (manusia) yang mempunyai kemampuan alamiah serta terdidik untuk
menjawab tantangan jaman. Pancasila dapat menjadi solusi untuk keberlanjutan Negara-
Bangsa Indonesia terutama dalam bidang kepemimpinan nasional. Dari kepemimpinan
nasional tantangan administrasi publik akan dapat dipecahkan.

Oleh sebab itu, maka jadikan lah Pancasila sebagai jiwa, dasar filosofi, pandangan
hidup dan kepribadian manusia akan dapat menjawab tantangan jaman. Tantangan
kepemimpinan public, dapat dihadapi jika Pancasila digerakkan kembali sebagai satu
keutuhan dan senyawa hidup dalam diri manusia. Dalam konsep nilai-nilai pancasila
merupakan inti dari kemampuan dan kekuatan manusia itu sendiri. Dalam konsep filosofi inti
dari manusia bukan hanya kemampuan intelegensi otak semata, melainkan intelegensi yang
terpadu dalam kesejajaran emosional dan spiritual.

Dalam kepemimpinan, Pancasila merupakan satu prinsip yang memadukan


intelegensi, emosional (perasaan) dan spiritualitas pada satu gerakan pasti, yaitu “Gotong
Royong”. Cita-cita Proklamasi adalah terwujudnya Negara Bangsa Indonesia yang sejahtera,

10
makmur, cerdas, dan damai secara integensi, emosional dan spiritual dalam satu gerak gotong-
royong. Dengan demikian masing-masing Rakyat telah mempunyai kesadaran Pancasila,
keinginan (kemauan) Pancasila dan melaksanakan cita-citamya.

Pancasila adalah ideoligi negri ini dan juga falsafah hidup kebangsaan, yang menjadi
acuan universal nilai-nilai kehidupan, juga wajib dilakukan secara terus menerus dalam
bernegara. Manajemen harus berhubungan dengan nilaii yang ada dalam Pancasila dan
mengetahui bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam fungsi dan peran
kepemimpinannya.Nilai-nilai pancasila adalah:Semangat kemanusiaan, kemanusiaan,
kebangsaan, demokrasi dan keadilan sosial (sosialisme). Lima nilai tuntunan itu mengacu
pada lima sila dalam Pancasila. Pemimpin pancasila harus bisa memilih dan selaras pada nilai-
nilai pancasila.

Pada dasawarsa pertama abad ke-21, kondisi lingkungan negara kita, seperti juga
negara-negara lain di dunia, harus melawan terpaan raksasa seperti paksaan demokratis,
desentralis, globalis akan semakin meningkat. Hak asasi manusia terlepas dari asal suku,
agama, pandangan dunia dan tempat tinggal.

Demokrasi pada nnilai kemanusiaaan, keadilan, kolektif dibuat secara objektif, masuk
akal, dan manusiawi. Tapi yang bertumbuh bukanlah “kerjaasama yang wajar dan
manusyawi”, malah ada masalah seolah tidak mencontohkan pengertian akan nilai luhur
peradaban demokrasi.

Desentralisasi sebagai kesatuan, perwujudan sejati otonomi. Karena hak, tugas dan
kekuasaan diatur melalui APBD per daerah, jarak antara pelayanan publik yang berbeda dan
partisipasi warga negara dalam proses politik menjadi lebih pendek. Proses liberalisasi
ekonomi telah menandai gelombang globalisasi sejak dasawarsa terakhir abad ke-20, dan
terancam dimeensi mempengaruhi kebiasaan masyarakat negri ini tidak hanya meminta
penambahan ketepatan dan kualitas servis tapi kemampuan mengatur kebijakkan publiik
dengan bijaksana. berdampak langsung pada penyembuhan ekonomi, peleburan internasional
sertaa untuk meningkatan fleksibilitas dan bersaing dibidang perekonomaian negara. Negri
ini terus dirundung masalah yang bersumber dari kesalahan mendasar yang dilakukannya,
terutama dengan kepemimpinannya. Oleh karena itu, pemecahan masalah ini membutuhkan
sikap dasar dan keahlian yang sama dari semua departemen sumber daya manusia, terutama
dari kepala organisasi administrasi dan masyarakat yang berbeda.

11
Kepemimpinan juga merupakan bagian dari kegiatan terstruktur salah satunya
mempengaruhii prilaku individu dalam kondisi tertentu supaya mau bekerja sama untuk
mencapai yang telah ditentukan. Negara ini saat ini sedang mengalami krisis kepemimpinan,
krisis kepemimpinan yang terjadi di negara ini sudah diambang krisis, kemana arah yang akan
diambil negara ini jika krisis ini terus berlanjut. Mau dibawa kemana negara ini jika amanah
rakyat telah dikhianati oleh pimpinan negara ini, hanya demi kepentingan beberapa golongan,
ini sangat jelas pelanggaran terhadap nilai pancasila untuk menjadi landasan pondasinya.
Pemimpin harus mampu mensejahterakann rakytnya, tetapi juga melindungi rakyatnya.
Pemimpin harus mampu menjadi tulang punggung masyarakat untuk memenuhi segala
keinginan negara ini sehingga bisa menjadi bangsa yang sejahtera, rakyat yang sejahtera.

Kepemimpinan, jika kita berbicara tentang masalah ini secara khusus, kita tentu tidak
terlalu memikirkan pemimpin seperti presiden, gubernur, walikota, bupati, bupati, lurah,
kepala desa atau bahkan kepala rumah tangga. Namun, kepemimpinan saat ini tidak hanya
merujuk pada jabatan tetapi dalam arti lebih lebar, yaitu persoalan yang berhubungann pada
amanah pemimpin, paham dengan apa yang harus dilaksanakan dan apa yang dilarang secara
politis, itupun harus memiliki karakteristik tertentu untuk dikuasai. dimiliki oleh pemimpin
untuk menanggapi berbagai macam masalah rumit.

Kenyataan hari ini menggambarkan hal yang berbeda jauh dengan kondisi ideal yang
kita harapkan. Pemimpin hari ini justru berlari menjauh dari nilai Pancasila yang harusnya
menjadi falsafah bagi segenap individu yang ada di Indonesia. Menurut (Maryani:2012), krisis
kepemimpinan ini dapat kita tinjau dari beberapa hal, yakni:

1. Kesdaran spiritual yang sangat rendah

Agamaa adalah salah satu kepercayaan bagi manusia, apabila setiap makhluk tidak memiliki
sebuah dasar maka akan mudah tergoyah atau terpengaruh oleh sesuatu yang tidak sesuai
dengan fitrah nya. Maka setiap manusia harus lah memiliki sebuah dasar kepercayaan agar
tidak mudah terpengaruh dan teroda oleh bisikan bisikan setan yang haus akan jabatan.

2. Kurangnya percaya diri

Sekarang ini adalah salah satu krisis kepemimpinan yng terjadi di bumi ini, karena begitu
kurang rasa akan percaya diri terhadap sesuatu yang dimiliki pemuda pemuda di negri ini.
Sebenarnya begitu banyakk pemuda negri ini yang memiliki kualitas, meiliki daya saing yang

12
tinggi, akan tetapi karna kurangnya rasa percaya diri ini lah mereka menjadi kurang ter lihat
di masyarakat.

3. Kurangnya penyesuaian moral bangsa

Krisisnya penyesuaian moral pada Pendidikan untuk keseharian nya dan ini sudah terbukti
dari beberapa tentang Kuliah kerja nyata (KKN), seakan tidak terus menerus seperti itu. Para
penguasa sering kali bertengkar untuk membereskan suatu masalah. Melihat begitu kurang
baiknya contoh yang diberikan kepemerintahan kepada masyarakatnya. Seharusnya sebagai
pemimpin di negri ini mestilah menjadi seseorang pemimpin yang bijaksana dan cekatan
dalam menyelesaikan sebuah masalah.

4. Proses seleksi kurang ketat

Salah satu seleksi yang kurang ketat itulah yang menimbulkan ke krisisan kepemmimpinan di
negri ini, harus dengan beberapa langkah langkah untuk mengikuti seleksi supaya bisa
menjadi seorang pemimpin,

5. Hukum yang masih rendah

Kondisi krisis tersebut akhirnya memaksa kita harus segera merevitalisasi nilai-nilai
kepemimpinan nasional dengan sesuatu yang telah melekat pada bangsa Indonesia sejak dulu,
yakni Pancasila.

Seorang pemimpin harus religius, mengapa demikian? Jika seorang penguasa dapat
memiliki agama yang kuat dalam arti taat kepada tuhannya, maka hal-hal yang menyimpang,
yang dirasanya tidak sesuai dengan tugasnya, dengan mudah dihilangkan, hal ini dapat
dianggap sebagai kebutuhan penting seorang calon. kepemimpinan. Tidak hanya dalam
kewajiban agamanya, tetapi juga dalam kewajibannya untuk memahami dan menaati Tuhan.

Dari ke-lima point di atas bisa di simpulkan bahwasanya didalam setiap masalah bisa
di atasi dengan nilai-nilai kepancasilaan. Dalam sila pertama “Ketuhanan yang maha esa”
dapat diaplikasikan kedalam point masalah yang pertama, dimana kesadaran spiritual yang
sangat rendah dapat diatasi dengan cara mengimani tuhan yang maha esa. Agar nantinya
seorang pemimpin sadar akan nilai spiritual yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, untuk
menjadikan ia seorang pemimpin yang baik. Dalam point masalah yang kedua, “Kurangnya
rasa percaya diri” dapat diatasi dengan cara menimbulkan rasa percaya diri harus lah memiliki
kesiapan yang ada ketika melakukan sesuatu, kemudian dengan memiliki kesiapan yang ada
maka akan terus berkurang rasa tidak kepercayaan diri itu sendiri. Dalam point ketiga
13
“Kurangnya penyesuaian moral bangsa” maka yang harus di perbaiki adalah pemimpin yang
memiliki jiwa bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan harus sesuai dengan nilai nilai
Pancasila, yang sesuai dalam sila kedua yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam
point keempat “Proses seleksi kurang ketat” dalam mengatasi masalah kepemimpinan ini
tertuang dalam sila keempat yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan”. Seorang pemimpin haruslah memiliki sifat bijaksana,
adil dan bertanggung jawab dalam proses kepemimpinan. Jadi dalam proses penyeleksian
kepemimpinan haruslah ketat dalam mewujudkan sifat-sifat seorang pemimpin. Kemudian di
point kelima “Hukum yang masih rendah” jika diimplemetasikan ke dalam sila ke 4 dengan
kebijaksaan permusyawatan maka hukum tersebut akan menjadi lebih baik.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan utama yang dapat dijadikan pertahanan terhadap maraknya penyelewengan
yang terjadi adalah Pancasila dengan prinsip-prinsipnya, penciptaan kode etik dan perilaku,
serta pelembagaan lembaga-lembaga lingkungan pada kedudukan penyelenggara negara,
organisasi pemerintah, LSM, dan bisnis. Loyalitas adalah kuncinya; setiap ideologi senantiasa
menuntut komitmen maksimal dari para penganutnya untuk mencapai tingkat penerimaan
yang setinggi-tingginya. Selain itu, sudah menjadi kewajiban moral penyelenggara atau
pemimpin negara untuk tetap memegang Pancasila sebagai pandangannya pada menjalankan
tanggung jawab pengelolaan negara dan negara ini. Hanya perkataan dan perbuatan pemimpin
yang menjadi panutan yang paling baik dan efektif bagi rakyat; perilaku mereka akan menjadi
yang terbaik bagi masyarakat. Pendidikan memegang peranan penting pada benteng moral
yang diemban oleh lembaga pendidikan bagi bangsa Indonesia. Cara terbaik untuk
menyebarkan ideologi kepada generasi berikutnya adalah melalui pendidikan. Untuk
membentuk karakter seseorang Indonesia seutuhnya dengan baik, kurikulum harus
disesuaikan dengan sosialisasi sudut pandang Pancasila. Alih-alih menggunakan pendekatan
Pancasila yang doktriner, gunakan desain yang menekankan pada pembelajaran kritis siswa
sehingga mereka dapat memahami Pancasila sepenuhnya dengan kecerdasannya,
menginternalisasikan prinsip-prinsipnya dengan tulus, menerapkannya dengan tulus, dan
menyebarkannya dengan keyakinan.

B. Saran
Penting bagi generasi saat ini untuk mempelajari makna-makna yang terkandung pada
Pancasila. Kepemimpinan tidak membatasi bahwa seseorang harus memiliki pengikut untuk
dapat mempelajari arti kepemimpinan, akan tetapi kepemimpinan dapat dimulai dengan upaya
untuk memimpin diri sendiri sesuai dengan peraturan yang telah ada.

15
Daftar Pustaka
Djafri, N. (2017). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah:(Pengetahuan Manajemen,
Efektivitas, Kemandirian Keunggulan Bersaing dan Kecerdasan Emosi). Deepublish.
Fitria, N. J. L., & Marwiyah, S. (2022). Penyuluhan Dan Pengarahan Edukasi
Kepemimpinan Ideal Dengan Open Minded Leader Pada Generasi Muda (Program
Daring Mahasiswa Administrasi Publik FISIP Universitas Panca Marga). Abdi
Pandawa: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 21-27.
Goethals, G. R., & Sorenson, G. J. (Eds.). (2007). The quest for a general theory of
leadership. Edward Elgar Publishing.
Halkis, M. (2017). Konstelasi politik Indonesia: Pancasila pada analisis fenomenologi
hermeneutika. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Hutahaean, W. S., & SE, M. T. (2021). Kepemimpinan Pastoral. Ahlimedia Book.
Kaelan, (2014), Pendidikan Pancasila. Penerbit : Paradigma, Yogyakarta, p. 78
Latif, Y. (2011). Revitalisasi Pancasila di Tengah Dua Fundamentalisme. Jurnal Dignitas,
7(2), p. 374.
Latif, Y. (2011). Negara Paripurna; Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Masduki, H., Abdurohim, S., & Permana, A. (2021). Mengasah Jiwa Kepemimpinan: Peran
Organisasi Kemahasiswaan. Penerbit Adab.
Panahatan, M. B., Supriyadi, D. A., Bayhaki, B., Wibowo, A., & Setyaningrum, R. P.
(2021). Penerapan Pancasila Berbeasis Kepemimpinan Melayani Terhadap Kinerja
Sumber Daya Seseorang. Prosiding EMAS: Ekonomi Manajemen Akuntansi
Kewirausahaan, 1(1), 73-86.
Ranoh, A. (1999). Kepemimpinan kharismatis: tinjauan teologis-etis atas kepemimpinan
kharismatis Sukarno. BPK Gunung Mulia.
Siswanto, J. (2020). Politik Kebangsaan. IRDH Book Publisher.
Sulistyanto, 2017, Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara, Jurnal Citra Widya Edukasi, Volume IX No. 2, Agustus 2017, p. 61
KBBI, (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Wahjosumidjo (2005). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teori dan
Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maryani,Dina (2019). Krisis Kepemimpinan Di Indonesia Ditinjau Dari Pancasila
(Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini)
CV dan Portofolio

16
Profil Riwayat Pendidikan

PAUD 04 Cikarang
2007/2008

SDN KARANG RAHARJA 02


2008/2014

MTS AT-TAQWA
2014/2017

MA AT-TAQWA
Nama : Rizko Pambudi 2017/2020
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 16 Desember
2002 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Tempat Tinggal Asal : Kp. Walahir Kec Rt/Rw : ( Perbankan Syariah )
001/005, Kel: Karang Raharja Kec : cikarang
Utara, Kabupaten Bekasi
Agama : Islam
Status : Mahasiswa

Skill Pengalaman Organisasi

Ms Word Mengikuti Kepanitiaan Latihan Kader


I Kafeis Cabang Ciputat (HMI)
Ms. Power Point
Mengikuti Kepanitiaan Pelantikan
Baca tulis Al-qur,an Pengrus Cabang Kabupaten Bandung
(HMI)

Mengikuti Kepanitiaan Pelantikan


Pengurus Komisariat Ushuluddin
(HMI)

17
*Foto bersama pengurus cabang bandung

*Foto pelantikan pengurus cabang bandung

18
*Foto sedang berlangsungnya pelantikan LK I Kafeis

19

Anda mungkin juga menyukai