Anda di halaman 1dari 16

EFEKTIVITAS METODE QUANTUM READING QUR’AN

TERHADAP PENGUASAAN MAKHARIJUL HURUF PADA LANSIA


DI DESA KLUMPRIT, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1


pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Oleh:

ROHMAD ZANURI
G000160174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
i
ii
iii
EFEKTIVITAS METODE QUANTUM READING QUR’AN
TERHADAP PENGUASAAN MAKHARIJUL HURUF PADA LANSIA
DI DESA KLUMPRIT, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO

Abstrak
Bacaan tartil difardhukan bagi siapa saja yang sedang membaca Al-Qur’an. Tartil
tidak lepas dari kesahihan dan kemampuan makharijul huruf yang diucapkan.
Masalahnya tidak semua pembaca mampu melakukannya dengan baik, contohnya
para lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi tubuh dibanding usia
sebelumnya. Seperti yang dialami jama'ah lansia di Desa Klumprit, masih banyak
kesulitan dalam membaca Al-Qur'an secara tartil. Karena fungsi lisannya
berkurang, sehingga sulit mengucapkan huruf arab secara benar. Berangkat dari
permasalahan tersebut, maka mencoba memberikan bimbingan belajar makharijul
huruf dengan strategi quantum reading, sebagai upaya edukasi/pelatihan membaca
Al-Qur’an. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan
masalahnya: Bagaimana praktik metode Quantum Reading Qur’an dalam
pembelajaran makharijul huruf dan bagaimana efektivitas metode tersebut
digunakan. Tujuan yang dirumuskan yaitu mendeskripsikan praktik metode
Quantum Reading Qur’an serta mengetahui efektivitas metodenya dalam
pembelajaran makharijul huruf. Penelitian ini termasuk Field Research / jenis
penelitian lapangan, dengan pendekatan qualitative desaign. Metode
pengumpulan datanya dengan cara observasi, tes lisan, wawancara, dan
dokumentasi. Data-data dianalisis dengan tiga langkah, yaitu kodifikasi data,
penyajian data, dan verifikasi. Selanjutnya, semua data yang diambil diukur
kembali kesahihannya menggunakan teknik triangulasi sumber. Kesimpulan hasil
penelitian ini bahwa, metode belajar Quantum Reading Qur’an (QRQ) yang
dijalankan di desa Klumprit tidak efektif untuk lansia dalam pengkajian
makharijul huruf. Hasil evaluasi akhir menunjukkan masih banyak lansia yang
belum menguasai. Penyebab yang dirasakan karena terlalu banyak teori yang
disampaikan sehingga tidak mencerminkan suasana belajar quantum.
Pembelajaran cenderung membosankan dan materi susah untuk dipahami. Peserta
terlihat mampu memahami dan mengikuti ketika masuk latihan/praktik membaca.
Maka yang menjadi perhatian disini adalah pentingnya pembimbing menguasai
metode belajar serta memahami kondisi muridnya.

Kata Kunci: Makharijul Huruf, Metode QRQ, Quantum Reading Qur’an, Lansia

Abstract
Tartil readings are known for anybody who is perusing the Qur'an. Tartil can't be
isolated from the legitimacy and capacity of the verbally expressed letter. The
issue is that not all perusers can get along admirably, for instance, the old who
have encountered a decline in body work contrasted with the past age. As
experienced by older jama'ah in Klumprit Town, there are as yet numerous
hardships in perusing the Qur'an in tartil. Since the oral has diminished, it is hard
to accurately articulate Arabic letters. Leaving from these issues, then, at that
point, attempt to give direction makharijul letters quantum understanding

1
technique, as an instructive work to peruse the Qur'an. In view of the foundation
of the issue, the definition of the issue: How to rehearse the Quantum Perusing
technique for the Qur'an in the learning of makharijul letters and how the viability
of the strategy is utilized. The reason formed is to depict the act of the Quantum
Perusing strategy for the Qur'an and know the adequacy of its technique in the
learning of makharijul letters. This exploration incorporates Field
Exploration/kind of field research, with a subjective desaign approach. The
technique for gathering information through perception, oral tests, meetings, and
documentation. The information is investigated with three stages, to be specific
information codification, information show, and check. Moreover, all information
recovered is estimated back in legitimacy utilizing the source triangulation
strategy. The finish of this study results that, the technique for learning Quantum
Perusing Qur'an (QRQ) did in the town of Klumprit isn't viable for the older in the
investigation of makharijul letters. The last assessment results show that there are
as yet many old individuals who have not dominated. The apparent reason is that
such a large number of hypotheses are introduced so they don't mirror the
environment of quantum learning. Learning will in general be exhausting and the
material is hard to comprehend. Members appear to be ready to comprehend and
follow while entering understanding activities/rehearses. So the worry here is the
significance of the aide dominating the learning strategy and getting the state of
the understudy.

Keywords: Makharijul Letters, QRQ Method, Quantum Reading Qur'an, Elderly

1. PENDAHULUAN
Kegiatan kajian di masjid merupakan bagian dari catur pusat pendidikan. Banyak
kita jumpai usaha para komunitas Islam maupun dari kesadaran masyarakat,
dalam menyebarkan ilmu – ilmu agama islam melalui kegiatan di masjid. Ini
merupakan contoh bentuk edukasi non-formal dalam pendidikan agama Islam.
Pendidikan non-formal dapat diartikan sebagai jalur pendidikan yang berjenjang
dan terstruktur di luar pendidikan formal. Tidak terikat dengan ijazah dan mudah
dijangkau oleh masyarakat. Maka masjid dipilih sebagai tempat utama deseminasi
ilmu agama Islam kepada semua lapisan masyarakat. Seperti pada umumnya,
wujud pendidikan non-formal di masjid biasanya ada pengajian rutin, TPA (taman
pendidikan Al-Qur’an) untuk anak-anak, dan halaqah kecil khataman Al-Qur’an.
Kegiatan semacam itu mudah ditemui di daerah pedusunan. Penulis melihat di
beberapa masjid desa wilayah Mojolaban, hampir semuanya ada pengajian umum
rutin dan TPA anak-anak. Salah satu contohnya masjid di desa Klumprit, yang
penulis jadikan sebagai lokasi objek penelitian ini.
2
Wujud pendidikan non-formal di desa Klumprit terlihat dari adanya
kegiatan kajian rutinan di masjid. Jama’ah aktif duduk mendengarkan kajian
setelah menjalankan sholat isa’. Biasanya sepekan sekali. Selain itu juga diadakan
kajian akbar pada hari-hari tertentu. Hal ini menunjukan adanya kesadaran
masyarakat akan pentingnya ilmu agama Islam. Aktivitas semacam itu memang
hal yang biasa. Secara umum di masyarakat sudah banyak. Namun, yang menjadi
perhatian penulis adalah tingkat kesulitan dalam membaca kitab Al-Qur’an.
Tidak sedikit jama’ah disana yang belum bisa membaca tulisan arab.
Sebagian besar dialami oleh jama’ah lansia. Ternyata faktor utamanya ialah tidak
ada praktik pendidikan Islam non-formal dalam bentuk pelatihan khusus kajian
Al-Qur’an ataupun halaqah kecil khataman Al-Quran bersama. Ditambah lagi
musibah Covid-19 di negara Indonesia yang sangat terasa pengaruhnya untuk
segala aktivitas masyarakat, sehingga menghambat kegiatan belajar/majelis ta’lim
di masjid. Pelatihan yang dimaksudkan diatas adalah, kegiatan belajar mengajar
ilmu tahsin Al-Qur’an, yang didalamnya membantu cara membaca kitab Al-
Qur’an sesuai kaidah yang benar. Berdasarkan pengamatan penulis selama
observasi, jama’ah masjid di desa Klumprit mayoritas belum bisa membaca Al-
Quran dengan lancar. Kenyataan seperti itu harus menjadi perhatian penting bagi
para komunitas Islam dan akademisi pendidikan agama Islam lainnya. Jumlah
penganut agama Islamnya banyak, namun banyak pula yang belum bisa membaca
kitabnya sendiri yang turun dalam bahasa arab. Usia tua bisa dikatakan sudah
memasuki periode terakhir. Menurut beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa
pada usia lanjut sikap religiusnya meningkat. Tingkat kesadaran diri terhadap
ajaran agama tinggi. Karena ada dorongan hati untuk menyiapkan bekal setelah
kematian. Sehingga disaat usia lanjut hal yang dipikirkan adalah menyibukkan
dengan memperbanyak amalan-amalan yang diajarkan agama. Seperti rajin
mengikuti pengajian, atau membaca Al-Qur’an bersama di masjid. Jadi membaca
Al-Qur’an bukan tuntutan agama bagi lansia melainkan keinginan/kesadaran
mereka pribadi. Tetapi bagi pembaca dikenai kewajiban harus membaca secara
tartil. Oleh karena itu, dirasa bermanfaat dengan adanya pembelajaran tahsinul

3
Qur’an. Tujuannya untuk mengurangi situs (kasus) buta aksara khususnya lansia
di desa Klumprit.
Mengingat bahwa di masyarakat terdiri berbagai klasifikasi kelompok
umur, mulai dari usia anak-anak hingga usia tua, tentu memiliki potensi dan
kondisi fisik yang berbeda-beda. Sehingga perlu dibutuhkan strategi pembelajaran
untuk membantu menyesuaikan dengan lingkungan belajar dan dapat
tersampaikan materi secara merata.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan tujuan pembelajaran salah
satunya dari proses pengajaran, yaitu bagaimana pengelolaan kelas, materi, serta
kreativitas metode atau strategi yang diterapkan. Tingkat potensi peserta juga
penting diperhatikan. Lebih lagi jika sebagian besar peserta dari kalangan usia
yang sudah mengalami penurunan fungsi tubuh. Tentu diperlukan metode belajar
yang cocok. Karena pada usia lanjut lemahnya beberapa fungsi tubuh dapat
mempengaruhi kemampuan belajarnya.
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research). Mengkaji
pendidikan Islam yang ada di masyarakat, yang telah ditentukan subjek dan objek
penelitiannya, dengan mengumpulkan data dan informasi untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Proses penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative
design). Apabila dilihat dari tujuannya, kualitatif dilakukan untuk memahami
realita sosial, mencari gambaran-gambaran yang terjadi dalam kasus tersebut.
Sehingga peneliti masuk dalam lingkungannya yaitu mengikuti kegiatan belajar
tahsin Al-Qur’an untuk mengamati, berinteraksi dengan mereka dan
mengumpulkan informasi. Berdasarkan pendekatan penelitian ini, teknik
pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, tes lisan, dan
dokumentasi.
Subjek penelitian ini, diambil dari peserta belajar tahsin Al Qur’an yang
masuk kategori lansia serta aktif mengikuti belajar. Jumlah peserta keseluruhan
ada 26, khusus lansia aktif 6 orang. Terdiri dari lanisa laki-laki 2 orang dan lansia
perempuan 4 orang. Kegiatan belajarnya sepekan sekali setiap hari rabu ba’da
4
sholat isa’, sampai pukul 20.30 WIB. Bertempat di masjid Istiqomah desa
Klumprit, kecamatan Mojolaban, kabupaten Sukoharjo.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Praktik Metode Quantum Reading Qur’an (QRQ) dalam Pembelajaran
Makharijul Huruf untuk Lansia di Desa Klumprit.

Terdapat empat bentuk tahapan bimbingan pembelajaran QRQ, di masjid


istiqomah Klumprit, diantaranya; (a) Mendengarkan / Pengenalan Materi, (b)
Menirukan / Pendalaman Materi, (c) Mengulangi / Penguatan Materi, (d)
Mengevaluasi.
(a) Mendengarkan / Pengenalan Materi. Tahap ini pembimbing
menjelaskan secara detail materi yang ada di buku. Peserta diminta untuk
menyimak dan mendengarkan sampai penjelasan materi selesai. tujuannya
diharapkan lansia mengerti isi materi yang dibaca di buku, dengan begitu apa
yang disampaikan pembimbing hingga akhir pembelajaran bisa saling terkoneksi
serta memancing respon. Hal itu sesuai dengan rancangan metode QRQ yaitu
“tumbuhan” dan “namai”. Tumbuhan maksudnya berusaha memberikan
pemyampaian materi yang jelas dan detail sehingga menarik untuk diperhatikan.
Sedangkan maksud namai adalah memberikan rumus atau materi.
(b) Menirukan / Pendalaman Materi. Peserta mendengarkan dan
menirukan bacaan yang diucapkan pembimbing, diantaranya pada bab
pengucapan makhraj huruf hijaiyah, bacaan tausyih, dan huruf sambung. Setelah
penjelasan teori, selanjutnya pembimbing menjelaskan secara praktis teori
tersebut, memberikan contoh bunyi atau cara membaca huruf yang benar, dengan
menunjukkan posisi huruf pada lisan, dan untuk diikuti secara berulang-ulang.
(c) Mengulangi / Penguatan Materi. Meningkatkan pemahaman dan
penguasaan materi pada setiap peserta, dengan memperbanyak latihan membaca
contoh-contoh susunan kata yang ada di buku, secara berulang-ulang dan bergilir.
(d) Mengevaluasi. Mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari
sebelum memulai ke bab baru, serta mengadakan ujian lisan untuk mengetahui
perkembangan kemampuannya.
5
Materi pembelajaran memanfaatkan buku panduan yang disiapkan,
sebagai pedoman untuk tiap peserta, membantu memudahkan memberikan
pemahaman mengenai apa yang sedang disampaikan. Di dalammnya penjelasan
materi tentang makharijul huruf sudah lengkap. Satu huruf hijaiyah mencakup
empat pembahasan, diantaranya; pengertian, sifat-sifat, hukum bacaan, gambar
posisi huruf dalam lisan dan contoh latihan. Materi yang disajikan memberikan
penjelasan serta rumus-rumus yang singkat agar mudah dimengerti dan dinamis.
Seperti model yang di contohkan oleh Abu rabbani, dalam bukunya menyusun
materi sangat sederhana. Hanya berupa kata kunci dari uraian pengertiannya,
rumus simpel, serta contoh-contoh latihan yang mencukupi. Tidak ada uraian
yang panjang dan mendetail. Tujuannya agar mampu mempraktikan secara
mudah. Strategi QRQ mencoba untuk menghilangkan rasa bosan dan kesulitan
dalam memahami sebuah teori. Apabila terlalu banyak teori yang diberikan, justru
dapat menghilangkan tujuan dari metode tersebut. Pembaca akan bosan dalam
mempelajari dan menghambat dalam memahaminya.
Evaluasi pembelajaran diberikan untuk menilai/mengukur sejauh mana
pemahaman & kemampuan lisannya dalam membaca. Bentuk evaluasi
menggunakan tes lisan secara sorogan/individu. Dilakukan di pertemuan akhir
setelah menyelesaikan semua materi. Point penting yang diuji diantaranya:
ketepatan bacaan tausyih, pemahaman sifat-sifat huruf, dan latihan membaca
potongan kata. Pemberian nilai sesuai standarisasi penilaian yang sudah
dietapkan.

3.2. Efektivitas Metode QRQ Pada Pembelajaran Makharijul Huruf Untuk


Lansia Di Desa Klumprit.

Efektivitas adalah kesesuaian antara pelaksana tugas dengan target yang


direncanakan, tercapainya tujuan, dan adanya perubahan/reaksi positif.
(Mulyasa,2006:89). Efektivitas bisa dilihat dari keberhasilan dalam menjalankan
suatu program sesuai tujuan yang diharapkan. Atau secara sederhana, kita
menganggap sesuatu bisa dikatakan efektif apabila hasilnya melebihi batas
standar yang ditetapkan. Disini penenliti membahas efektivitas metode

6
pembelajaran. Beberapa data temuan penelitian yang menjadi point diantaranya,
gambaran praktik belajar mengajar dengan metode QRQ, nilai akhir
perkembangan kemampuan lanisa, dan respon lansia terhadap pembelajaran.
dalam memahami efektivitas terdapat 3 pendekatan yaitu, pendekatan tujuan
artinya apakah hasilnya sesuai tujuan yang diharapkan, pendekatan system artinya
bagaimana pengelolaannya, ketepatan kinerjanya, dan ketiga pendekatan
partisipan yaitu bagaimana reaksi/respon peserta.

Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran tersebut adalah lansia


mampu menguasai makharijul huruf. Dilihat dari hasil evaluasi akhir kemampuan
lansia, belum ada peningkatan dalam kelancaran membaca Al-Qur’an, kecuali
subjek tertentu yang sudah mahir sejak awal. Perkembangan kemampuan
bacaanya baru sampai pada latihan membaca susunan huruf/kata-kata yang
pendek. Bisa diperhatikan hasil akhir perkembangan kemampuan makharijul
huruf berikut.

Tabel 1. Analisis Kemampuan Makharijul Huruf Selama Pembelajaran QRQ

Nama Umur Metode QRQ

Parman 66 Menguasai 1 huruf dari 6 huruf yang salah

Sutarman 57 -

Ngadiyem 55 Menguasai 2 huruf dari 4 huruf salah

Suminem 54 Menguasai 4 huruf dari 7 huruf yang salah

Wasi 58 Menguasai 2 huruf dari 4 huruf yang salah

Dedeh 55 -

Tujuan dari belajar tersebut tidak lain agar lansia mampu membaca Al-
Qur’an dengan huruf hijaiyah yang banar sesuai makhrajnya melalui metode
QRQ. Ternyata telah diketahui masih ada beberapa huruf hijaiyah yang belum

7
bisa dikuasai, dan masih ada lansia yang belum terlihat perkembangan
kemampuan membacanya. Padahal waktu yang diberikan 4 kali pertemuan dalam
sebulan, kurang lebih selama 1 tahun belajar. Berdasarkan teori efektivitas di bab
II halaman 20, maka belum dapat dikatakan efektif, karena dalam teori tersebut
dijelaskan untuk dikatakan efektif yaitu tercapaianya suatu tujuan dan waktu yang
ideal. Sedangkan melihat hasil kemampuan akhir tersebut masih belum memenuhi
tujuan yang diharapkan.
Penggunaan metode ini dalam praktiknya menggambarkan pembelajaran
yang terlalu rinci, bagi lansia. Sebagian lansia merasa kesusahan memahamai apa
yang disampaikan. Ada yang bingung karena saking detailnya atau banyak teori
yang dijelaskan, yang lain merasa sering mengantuk, tidak bisa fokus dan
membosankan. Salah satu subjek penelitian mengakui bahwa materi terlalu
banyak dan sulit untuk mengingat maupun memahaminya.1 di usia lansia
mengalami kelemahan fisik, penurunan fungsi tubuh termasuk perubahan
kognitif/pola pikir. Sehingga salah satu penyebabnya karena faktor usia yang
lemah, memungkinkan lansia mengalami kelelahan ditambah waktu kegiatan pada
malam hari selama dua jam. Maka kecapakan dalam mengaplikasikan metode
pembelajaran sangat penting. praktik pembelajaran yang dijalankan sesuai dengan
teoir rancangan pembelajaran quantum. Tetapi yang berbeda adalah materi yang
disajikan tidak sesuai dengan model QRQ, ditambah penyampaian materi terlalu
detail dan rumit. Oleh karenanya belum terpenuhi pembelajaran tersebut secara
cepat, ringkas, serta menyenangkan. Maka tidak sesuai dengan teori prinsip
metode quantum. Akibatnya daya tarik terhadap kegiatan belajarnya berkurang.
Selain itu respon dari mereka menunjukkan minat belajar yang kurang. Tidak ada
usaha untuk mengulang belajar dirumah, tidak ada ketertarikan terhadap buku
materi yang diberikan, dan alasannya tetap sama yaitu kebingungan.
Berdasarkan data-data hasil analisis yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tahsinul Qur’an dengan metode QRQ di masjid

1
“Materinya detail sekali malah saya bingung, susah memahami”. Kritikan dari Ibu
Ngadiyem (peserta lansia umur 55) merasa kesulitan dengan materi tahsin Al Qur’an yang
diberikan. (9 November 2020).
8
Istiqomah desa Klumprit kurang efektif. Menurut analisis peneliti, diantara
penyebabnya yakni; (1) Metode QRQ lebih cocok diperuntukkan bagi peserta
didik yang sudah mengenal atau mampu membaca huruf hijaiyah dengan baik,
sedangkan subjek penelitian disini ada yang mampu membaca dan ada yang
belum bisa membaca arab. Maka lebih cocok untuk kalangan pelajar yang masih
memiliki kemampuan belajar yang baik; (2) Kompetensi pendidik yang kurang
menguasai metode pembelajaran, ditambah kurangnya perhatian terhadap karakter
setiap peserta didiknya. 2 Karena berdasarkan teori di bab II halaman 31 dalam
langkah-langkah pembelajaran metode quantum salah satunya adalah menguasai
metode, termasuk penyampaian materi, dan cara komunikasi yang baik.

4. PENUTUP
4.1. Simpulan
Wujud metode QRQ dalam pembelajaran tahsinul Qur’an ada empat, yaitu
mendengarkan (menjelaskan teori), menirukan (praktik), pengulangan
(memperbanyak latihan membaca), dan evaluasi (ujian/tes). Langkah tersebut
disesuaikan dengan desain/susunan materi yang ada di buku. Buku yang dipakai
khusus membahas tentang makharijul huruf, didalamnya mencakup bagian;
pengertian/penjelasan ringkas, sifat-sifat huruf hijaiyah, hukum bacaan, gambar
posisi makhraj huruf dalam lisan dan latihan-latihan membaca. Semuanya
didesain secara sederhana dan singkat (praktis). Selain memanfaatkan buku,
dalam proses mengajar dibantu dengan media pembelajaran yang lain seperti
papan tulis dan microfon. Pembelajaran dijalankan 4 jam dalam sepekan. Seperti
pada umumnya dilakukan evaluasi di akhir pertemuan, untuk mengetahui
kemampuan akademik lansia. Bentuk evaluasi berupa tes lisan secara sorogan.
Hasil penelitian telah diketahui bahwa metode Quantum Reading Qur’an
tidak efektif untuk lansia dalam pembelajaran makharijul huruf, yang
dilaksanakan di masjid Istqomah. Nilai akhir menunjukkan sebagian besar tidak

2
Kompetensi guru ada 4 meliputi; kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan
profesional. Lihat Mulyasa. E, Satandar Kompetensi dan Srtifikasi Guru, (Bandung :Rosdakarya),
hlm.75.

9
adanya peningkatan/perubahan kemampuan lansia. Artinya tidak tercapai tujuan
belajar yang diharapkan. Alasannya adalah; (1) Metode QRQ tersebut lebih cocok
ditujukan bagi yang sudah mengenal atau mampu membaca tulisan arab; (2)
kompetensi pendidik yang rendah, yakni belum menguasai metode quantum serta
kurangnya memahami karakteristik peserta didik.
4.2. Saran
Memanfaatkan masjid sebagai ruang belajar, menjadi salah satu langkah strategis
dalam memberikan pendidikan non formal untuk masyarakat. Salah satunya
membuka ruang belajar ngaji/belajar membaca Al-qur’an. Maka harus menyusun
manajemen masjid yang baik. Memfasilitasi kebutuhan untuk belajar termasuk
menyediakan guru-guru profesional, sebagai bentuk upaya memberikan pelayanan
yang terbaik untuk umat, mampu menciptakan jamaah masjid yang qur’ani dan
mengurangi buta huruf hijaiyah.
Sebagai seorang guru, setidaknya selalu memperhatikan 3 hal penting,
yaitu kompetensi diri, karakter peserta didik, dan metode pembelajaran. Pendidik
memiliki tanggung jawab atas tugasnya, maka selalu muhasabah terhadap kualitas
kemampuannya dan mengupgrade agar menjadi guru yang kompeten. Seperti
kemampuan memahami peserta didik dan menguasai strategi pembelajaran. Lebih
lagi dalam kasus ini peserta didiknya adalah orang tua yang sudah berusia 50
tahun keatas. Tentu membutuhkan kreativitas dan mempersiapkan dengan baik
tiga poin diatas, untuk membangun pembelajaran mutualisme dan sesuai apa yang
diharapkan.
Usia tua tersebut dihabiskan waktunya untuk belajar agama merupakan
langkah terbaik selama menjalani periode akhir kehidupan/lanisa. Dengan
berbagai macam kekurangan yang dialami, diharapkan tidak menjadikan suatu
alasan enggan belajar mengaji. Memanfaatkan sisa usianya dengan penuh
semangat, tidak berkecil hati, tidak menyerah, serta memiliki motto hidup yang
baik untuk urusan dunia dan akhirat. Selama belajar mengaji harus diberangi
kesabaran dan keistiqomahan, disamping itu tidak lupa dengan do’a.

10
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M dan Istanto. 2018. Manajemen Sekolah Islam. Surakarta: Muhammadiyah
University Pres.
Anam, Khoirul. 2010. Latihan Pengucapan Huruf. Solo: LPPT MTA.
Aswarni, S. 1998. Mitra Fungsional Administrasi Pendidikan. Yogyakarta.
Aziz, Abdul. 2017. Panduan Ilmu Tahwid Aplikatif. Jakarta: Markaz Al-Quran.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: KENCANA.
Clifford T, Morgan dkk. 1989. Introduktion to Psychology. New York: McGraw-
Hill Book Company.
DePorter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Elizabeth H. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
HamzahB, U dan Nurrdin Moehamad, 2011. Belajar dengan Pendekatan
Paikem:Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,
Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta:
Bumi Aksara.
Jalaludin. 2002. Psikologi Agama.Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Lajnah Pentashih Al-Qur’an. 2009. Tafsir al Qur’an tematik: kesehatan dalam
perspektif Al-Quraan, Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an.
Marwansyah, dan Mukaram. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
Pusat Penerbit Admistrasi Niaga Politeknik.
Moleong, LJ. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rasda
karya.
Mulyasa, E. 2008. Satandar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:
Rosdakarya.
_________. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rabani, Abu. 2017. Metode QRQ - Quantum Reading Qur’an. Bandung: Jendela
Hati Indonesia.
Ramajulis. 2012. Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:Kalam Mulia.
Rita L. Atkinson dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Roestiah N. K. 1989. Didaktik Metodik. Jakarta: Bina Aksara.

11
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta:
Quantum Teahing.
Saifudin azwar.1998. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Santoso, M. Abdul Fattah. ”Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi”.
Surakarta.
Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta :
Rajawali.
Schinder John. 1992. Bagaimana Menikmati Hidup 365 Hari Dalam Setahun.
Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
The Liang G. 1989. Ensiklopedi Administrasi. Jakarta: PT. Air Agung Putra.
Thobroni. 2017. Belajar & Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media.
Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai