Anda di halaman 1dari 12

PERAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM DUNIA

PARIWISATA
Ni Komang Adi Kusuma Wardani

Fakultas Ekonomi, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana No. 11 Singaraja

adi.kusuma.wardani@undiksha.ac.id

Abstak
Peran komunikasi lintas budaya sangat penting dalam dunia pariwisata karena
dengan komunikasi dapat dengan mudah mengenalkan produk pariwisata kepada
masyarakat luas. Komunikasi ini bertujuan untuk memberitahukan informasi mengenai
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh suatu produk pariwisata . Dalam dunia
pariwisata, komunikasi sangat diperlukan guna mengenalkan produk pariwisata kepada
masyarakat luas. Dalam setiap kegiatan wisata, terjadi interaksi sosial budaya antara
wisatawan, pramuwisata, dan masyarakat setempat. Dalam interaksi tersebut, diperlukan
sebuah pemahaman lintas budaya bagi ketiga pelaku wisata tersebut, terutama bagi
mereka yang berasal dari latar belakang budaya berbeda karena setiap masyarakat
memiliki corak budaya sendiri. Selain itu ada beberapa hambatan - hambatan yang
disebabkan oleh budaya seperti timbulnya kesalahpahaman norma atau peran yang tidak
sesuai, stereotipe, dan etnosentrisme. Namun, hambatan-hambatan tersebut yang haruslah
diatasi agar komunikasi yang efektif dapat tercapai. Oleh sebab itu tujuan dari dibuatnya
penelitian ini adalah untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan juga mengetahui
peran komunikasi lintas budaya dalam dunia pariwisata. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif yaitu merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang
mendalam. Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat
menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih komprehensif. Dari penelitian ini
terlihat bahwa sering terjadi kesalahpahamam yang timbul akibat komunikasi lintas
budaya karena adanya perbedaan budaya dan juga bahasa maka dari itu perlu diatasi
dengan beberapa metode-metode.

Abstract
The role of cross-cultural communication is very important in the world of tourism
because communication can easily introduce tourism products to the wider community.
This communication aims to convey information about the advantages possessed by a
tourism product. In the world of tourism, communication is needed to introduce tourism
products to the wider community. In every tourism activity, there is socio-cultural
interaction between tourists, tour guides, and the local community. In this interaction, a
cross-cultural understanding is needed for the three tourism actors, especially for those
who come from different cultural backgrounds because each community has its own
cultural style. In addition, there are several barriers caused by culture, such as
misunderstanding of norms or inappropriate roles, stereotypes, and ethnocentrism.
However, these obstacles must be overcome so that effective communication can be
achieved. Therefore the purpose of this article is to overcome these obstacles. This study
uses a qualitative research method, which is a method that focuses on in-depth
observation. Therefore, the use of qualitative methods in research can produce a more
comprehensive study of a phenomenon. From this research, it can be seen that there are
often misunderstandings that arise as a result of cross-cultural communication due to
cultural and language differences, therefore it needs to be overcome with several
methods.

Key Words : Cross Culture, Communication, Langguage


Pendahuluan
Pada zaman sekarang ini pariwisata merupakan salah satu kebutuhan
bagi banyak orang, bahkan ada beberapa orang yang menganggap pariwisata
sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Motif orang-orang melakukan
kegiatan pariwisata itu beragam, mulai dari edukasi, bekerja, rekreasi, mencari
pengalaman, serta hanya untuk melepas penat. Tetapi juga ada orang yang
melakukan kegiatan pariwisata untuk mengenal budaya-budaya baru, entah itu
budaya di negara sendiri maupun budaya yang ada di negara lain. Di negara
lain pasti kita dapat mengenal budaya baru, karena mulai dari agama, bahasa,
perilaku, cara berpikir, cara berkomunikasi, adat istiadat, semua hampir
berbeda. Tetapi tidak hanya di negara lain budaya-budaya itu berbeda,
didalam satu negara sendiri pun terdapat banyak perbedaan di satu
daerah dengan daerah lain. Pariwisata sebagai kegiatan dinamis manusia dalam
mengisi waktu luangnya menjadi kondisi terjadinya interaksi sosial budaya antara
wisatawan (guest) dengan masyarakat (host). Saat berwisata, wisatawan tentunya
ingin dilayani untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Kepergian setiap
wisatawan ke destinasi wisata di luar tempat tinggalnya menyebabkan mereka
bertemu dengan orang-orang dari budaya yang berbeda sehingga dipastikan dalam
pariwisata terjadi multikulturalisme dan lintas budaya. Setiap masyarakat
memiliki corak budayanya sendiri. Terdapat budaya yang sama, hampir sama,
berbeda bahkan bertentangan dengan budaya kita. Dengan kata lain, pada satu
budaya sikap tertentu dapat diterima, namun pada budaya yang lain tidak.
Meskipun tiap budaya berbeda dari budaya lainnya, namun terdapat sifat
keuniversalan di antara budaya tersebut mengingat budaya berasal dari manusia
itu sendiri. Keuniversalan budaya tercermin dari kenyataan bahwa budaya
menentukan tingkah laku manusia, budaya diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya, dan budaya dapat menyesuaikan diri pada perubahan baik
yang datang dari dalam maupun dari luar.
Karena corak budaya yang berbeda, seringkali kita memiliki persepsi yang
berbeda terhadap budaya lain. Persepsi yang berbeda menimbulkan penilaian yang
negatif dan cenderung subyektif terhadap tingkah laku, adat kebiasaan, cara-cara
berpikir, nilai-nilai, serta gagasan orang lain yang berasal dari budaya lain. Hal
inilah yang nantinya dapat menyebabkan kesalahpahaman antara orang-orang
yang berbeda budaya. Mungkin kita tidak menyadari dan tidak memahami
bagaimana persepsi yang berbeda tersebut terbentuk dengan cara yang berbeda-
beda, namun perbedaan itu nyata adanya serta harus dihadapi dalam situasi-situasi
di tempat pertemuan dua budaya yang berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut,
dalam kegiatan wisata, akan terjadi pergerakan seseorang ke suatu destinasi wisata
yang berbeda dari lingkungannya semula. Destinasi wisata tersebut dapat bersifat
lokal bahkan internasional. Pada akhirnya, lintas budaya pun menjadi kondisi
yang tidak bisa dipungkiri apalagi dengan pergerakan kegiatan wisata yang
mengarah pada globalisasi. Di sisi lain, pelayanan kepada wisatawan tidak hanya
membutuhkan kemahiran tetapi juga membutuhkan kepekaan dan pemahaman
psikologis wisatawan melalui pemahaman lintas budaya. Dengan pemahaman
tersebut, bagi penyedia jasa dan pramuwisata akan mudah memahami bentuk
karakteristik setiap wisatawan. Wisatawan sendiri juga perlu memahami budaya
lain untuk mempermudah segala aktivitasnya dalam berwisata. Semangat lintas
budaya didasari dengan upaya saling memahami budaya. Dapat dikatakan bahwa
tidak ada satu budaya yang lebih baik atau lebih prestisius dibandingkan dengan
budaya lain. Pemahaman lintas budaya ini merupakan proses terus-menerus,
bukan proses sekali jadi dan sesudah itu berhenti. Pemahaman lintas budaya
diperlukan bagi wisatawan, pramuwisata, dan masyarakat setempat dalam
kegiatan wisata karena memberikan banyak manfaat dan dapat menghindari
terjadinya gegar budaya karena perbedaan budaya akan selalu muncul baik dalam
komunikasi, pelayanan, dan hubungan antar manusia. Komunikasi antarmanusia
dengan bahasa yang berbeda memerlukan pemahaman lintas budaya. Oleh sebab
itu belajar bahasa tidak mungkin terlepas dari belajar budaya penutur bahasa yang
dipelajari, terutama unsur-unsur perbedaan yang dapat menimnbulkan kekacauan
atau salah paham dalam berkomunikasi. Oleh sebab itu harus ada pelatihan
komunikasi lintas budaya minimal harus memahami perlunya belajar budaya
penutur bahasa Inggris, aspek apa saja yang harus dipelajari, prinsip-prinsip
layanan di dunia pariwisata, dan contoh praktis tentang hal-hal yang sebaiknya
dilakukan dan yang sebaiknya tidak dilakukan oleh para pelaku industri di dunia
pariwisata.
Selain itu ada juga hambatan-hambatan yang mengganggu proses
komunikasi lintas budaya seperti Mengabaikan perbedaan antara anda dan
kelompok yang secara kultural berbeda. Ini disebabkan bila kita menganggap
yang ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan. Ini terutama terjadi dalam hal
nilai, sikap dan kepercayaan. Kemudian Mengabaikan perbedaan antara kelompok
kultural yang berbeda. Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang
penting dan besar misalnya orang Indonesia tidak sama satu dengan lainnya,
begitu juga orang Amerika dsb. Bila kita mengabaikan perbedaan ini, kita terjebak
dalam stereotipe. Selain itu mengabaikan perbedaan dalam makna (arti). Seperti
kita ketahui, makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan, melainkan pada
orang yang menggunakan kata-kata itu. Kemudian ada melanggar adat kebiasaan
kultural. Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini
menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Misalnya, pada beberapa
kultur, orang menunjukan rasa hormat dengan menghindarkan kontak mata
langsung dengan lawan bicaranya. Selanjutnya menilai perbedaan secara negatif.
Meskipun kita menyadari ada perbedaan diantara kultur-kultur, kita tetap tidak
boleh menilai perbedaan ini sebagai hal yang negatif. Yang terakhir yaitu kejutan
budaya. Hal ini berkaitan dengan reaksi psikologis yang dialami seseorang karena
berada ditengah kultur yang berbeda dengan kulturnya sendiri. Kejutan budaya itu
normal. Maka dari itu perlu adanya solusi untuk mengatasi hal ini. Oleh sebab itu
Pemahaman lintas budaya diperlukan bagi wisatawan, pramuwisata, dan
masyarakat setempat dalam kegiatan wisata karena memberikan banyak manfaat
dan dapat menghindari terjadinya gegar budaya karena perbedaan budaya akan
selalu muncul baik dalam komunikasi, pelayanan, dan hubungan antar manusia.
Disinilah peran komunikasi lintas budaya itu sangat diperlukan dalam dunia
pariwisata karena komunikasi antarmanusia dengan bahasa yang berbeda
memerlukan pemahaman lintas budaya. Oleh sebab itu belajar bahasa tidak
mungkin terlepas dari belajar budaya penutur bahasa yang dipelajari, terutama
unsur-unsur perbedaan yang dapat menimbulkan kekacauan atau salah paham
dalam berkomunikasi. Oleh sebab itu harus ada pelatihan komunikasi lintas
budaya minimal harus memahami perlunya belajar budaya penutur bahasa Inggris,
aspek apa saja yang harus dipelajari, prinsip-prinsip layanan di dunia pariwisata,
dan contoh praktis tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan yang sebaiknya
tidak dilakukan oleh para pelaku industri di dunia pariwisata.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian peran komunikasi lintas budaya
dalam dunia pariwisata adalah menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini
nantinya akan dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara kepada
masyarakat. Penelitian kualitatif dapat dipahami sebagai metode penelitian yang
menggunakan data deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan dari orang dan
pelaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif ini dilakukan untuk menjelaskan
dan menganalisis fenomena individu atau kelompok, peristiwa, dinamika sosial,
sikap, keyakinan, dan persepsi. Oleh karena itu, proses penelitian pendekatan
kualitatif dimulai dengan pengembangan asumsi-asumsi dasar. Kemudian
dikaitkan dengan kaidah-kaidah pemikiran yang digunakan dalam penelitian. Data
yang dikumpulkan dalam survei kemudian diinterpretasikan. Oleh karena itu,
proses penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun asumsi dasar serta aturan
berpikir yang nantinya akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Data-data
yang telah dikumpulkan dalam riset, kemudian ditafsirkan oleh peneliti.
Jadi dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi langsung ke
masyarakat desa dan juga ke sebuah hotel dengan tujuan melakukan wawancara
mengenai komunikasi lintas budaya dalam dunia pariwisata dan juga mengetahui
apa saja peran komunikasi lintas budaya dalam dunia pariwisata.

A. Metode Mengatasi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapat sebanyak 13 metode
untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi lintas budaya diantaranya sebagai
berikut:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kompetensi lintas budaya


Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya yang pertama adalah dengan
cara memperbaiki dan meningkatkan kompetensi lintas budaya. Kompetensi lintas
budaya sendiri di artikan sebagai kemampuan untuk berpartisipasi dalam
serangkaian kegiatan komunikasi. Kemampuan ini dapat berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Kompetensi ini didasarkan pada tiga hal yaitu kepekaan
atau sensivitas, kemampuan, dan kesadaran. Kompetensi ini perlu dikembangkan
dalam konteks komunikasi lintas budaya maupun komunikasi bisnis lintas budaya.
Seperti contoh misalnya dengan melatih dan memperdalam pengetahuan lintas
budaya, mengikuti pelatihan bahasa, serta mendorong kebijakan yang
menguntungkan bersama.

2. Menghindari asumsi dan penilaian


Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya selanjutnya adalah
menghindari berbagai asumsi dan penilaian sebisa mungkin. Dalam arti, kita
hendaknya tidak mengasumsikan orang lain akan bertindak dengan cara yang
sama atau menerapkan nilai-nilai dan keyakinan yang sama atau menggunakan
bahasa dan simbol yang sama. Selain itu, hendaknya kita juga menghindari
memberikan penilaian tanpa mengetahui atau memahami yang terjadi. Misalnya,
ketika seseorang bertindak secara berbeda, kita jangan buru-buru menyimpulkan
bahwa cara yang dilakukan orang tersebut salah atau tidak benar. Biasanya
asumsi-asumsi atau penilaian seacam ini timbul akibat berkembangnya sikap
etnosetrisme dan stereotip dalam diri yang kerap menjadi hambatan komunikasi
lintas budaya.

3. Mengembangkan Sikap Peka


Selain menghindari berbagai asumsi dan penilaian terhadap budaya orang lain,
cara lain untuk mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya adalah dengan
mengembangkan sikap peka terhadap perbedaan yang ada. Caranya adalah dengan
mempelajari segala sesuatu hal dari orang-orang yang kita temui terutama terkait
dengan budaya dan sub-budaya dari orang-orang kita temui sebelum memasuki
situasi komunikasi. Untuk itu, ada baiknya kita berusaha untuk meluangkan
sedikit waktu untuk mempelajari budaya orang lain daripada memaksakan diri
berkomunikasi dengan orang lain dengan latar belakang budaya berbeda namun
kita tidak memiliki pemahaman sama sekali tentang budaya lawan bicara. Jika hal
ini terjadi, kesalahpahaman pun dapat dengan mudah terjadi. Mengakui dan
menghargai perbedaan

4. Mengakui dan menghargai perbedaan


Hambatan komunikasi lintas budaya juga dapat diatasi salah satunya dengan
mengakui dan menghargai perbedaan yang ada. Hal ini sangat penting karena
pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berbeda-beda. Tidak ada
seorangpun yang mampu menolak kapan dan di mana ia dilahirkan, agama yang
di anut, latar belakang budaya, dan lain sebagainya. Perbedaan semacam
hendaknya dijadikan sebagai alasan untuk terus membina hubungan baik dan
bukan menjadikannya sebagai alasan untuk menghakimi orang lain.

5. Mengembangkan Sikap Empati


Sebagai alah satu bagian dari kepekaan interpersonal dan kompetensi sosial,
empati diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menyadari dan memahami
persepsi dan perasaan orang lain, serta menyampaikan pemahaman tersebut dalam
bentuk respon menerima. Dalam konteks budaya, empati diartikan sebagai
keinginan untuk menempatkan diri kita dalam dunia budaya orang lain yang
berbeda dan untuk mengalami apa yang orang lain alami. Sikap empati
dikembangkan dengan beberapa cara seperti memberikan perhatian, empati
komunikatif, atau belajar menerima perbedaan. Mengembangkan sikap empati
merupakan cara lain untuk mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya karena
dengan empati kita dapat belajar untuk menerima dan menghargai perbedaan yang
ada.

6. Mendengarkan secara aktif


Salah satu teknik komunikasi berkesan atau teknik dalam komunikasi yang
bijak adalah mendengarkan secara aktif. Mendengarkan secara aktif juga
merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam komunikasi lintas
budaya sekaligus merupakan syarat agar kita dapat mengembangkan sikap empati.
Dengan mendengarkan secara aktif, kita dapat memahami dan menghargai
perbedaan budaya yang ada sehingga kesalahpahaman pun dapat dikurangi.

7. Bersikap Suportif
Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya selanjutnya adalah dengan
bersikap suportif. Suportif di sini berkaitan dengan perilaku komunikasi yang
suportif. Perilaku yang suportif seperti empati dapat mendorong proses
komunikasi lintas budaya yang efektif. Sebaliknya, perilaku defensif cenderung
membawa proses komunikasi lintas budaya ke arah ketidakefektifan.

8. Motivasi berkomunikasi
Motivasi berkomunikasi juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi
hambatan komunikasi lintas budaya. Sebagai manusia, pada umumnya kita sangat
termotivasi untuk berinteraksi dengan orang yang dekat secara fisik maupun
emosional. Begitupun dalam konteks komunikasi lintas budaya. Motivasi
berkomunikasi ini perlu karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk
memahami pengalaman orang lain yang bukan merupakan bagian dari kehidupan
kita. Selain itu, adanya motivasi ini juga dapat memperbaiki kemampuan kita
berkomunikasi dengan orang lain, memperlihatkan atau menunjukkan minat kita
kepada orang lain, berbicara dan memahami orang lain, serta memberikan bantuan
kepada orang lain.

9. Memahami budaya sendiri


Cara mengatasi hambatan komunikasi komunikasi lintas budaya berikutnya
adalah dengan memahami budaya sendiri. Dengan memahami budaya sendiri, kita
dapat dengan mudah mengkomunikasikan nilai-nilai, persepsi, dan sikap yang kita
anut kepada orang lain. Dampaknya adalah orang lain pun akan dengan mudah
mengkomunikasikan nilai-nilai, persepsi, serta sikap yang mereka anut sehingga
terciptalah pengertian dan menghindari kesalahpahaman.

10. Mengembangkan Fleksibilitas


Cara lainnya adalah dengan mengembangkan fleksibilitas dalam berkomunikasi.
Para ahli kompetensi komunikasi percaya bahwa salah satu pengertian kompetensi
berkomunikasi adalah kemampuan untuk menyesuaikan perilaku komunikasi
dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Hal ini untuk memudahkan kita
berkomunikasi dengan orang lain dan memperoleh informasi yang diinginkan.

11. Menggunakan dan mendorong umpan balik deskriptif


Umpan balik yang efektif dapat mendorong lancarnya proses adaptasi yang
merupakan hal penting dalam komunikasi lintas budaya. Setiap orang yang
terlibat dalam proses komunikasi lintas budaya seharusnya memiliki kemauan
untuk menerima umpan balik dan menunjukkan perilaku suportif. Umpan balik
yang diberikan hendaknya bersifat  langsung, segera, jujur, spesifik, dan jelas.

12. Saluran komunikasi yang terbuka


Cara lain untuk mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya adalah dengan
membuka saluran komunikasi. Dalam arti, kita harus mampu bersikap sabar
selama proses interaksi agar pemahaman bersama dapat tercapai.
13. Mengelola konflik
Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya yang terakhir adalah dengan
mengelola konflik yang ada. Konflik yang dimaksud berkaitan dengan benturan
nilai-nilai atau keyakinan yang berbeda. Ketika dihadapkan pada situasi ini maka
kita harus mampu mengelola perbedaan atau benturan ini dengan baik dan tanpa
menyinggung perasaan orang lain.

Hasil dan Pembahasan


Dalam pembahasan terkait faktor-faktor penghambat dalam komunikasi
lintas budaya yang telah dipaparkan di atas dengan mengambil objek penelitian
antara wisatawan asing dengan masyarakat lokal. Beberapa data peneliti peroleh
dari hasil wawancara dengan sejumlah tokoh masyarakat, ada pula yang dari
cerita-cerita serta sumber-sumber lain yang relevan dengan kajian ini. Berikut
faktor-faktor penghambat komunikasi lintas budaya antara wisatawan asing
dengan masyarakat lokal.
1. Bahasa verbal dan non verbal Kerumitan etika bahasa verbal, Perbedaan
budaya antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan menimbulkan
penghambat dalam pemahaman dalam berkomunikasi, apalagi jika dikaitkan
dengan etika bahasa verbal. Ada pula kerumitan etika bahasa nonverbal. Menurut
Mulyana (2006), bahasa non verbal seperti sikap tubuh, gerak gerik, sentuhan,
ekspresi wajah, senyuman, kontak mata, nada suara, diam, pakaian, penggunaan
ruangan, konsep waktu, pengendalian emosi yang dianut suatu budaya ke budaya
lainnya sangatlah rumit dan berbeda. Namun disadari atau tidak, perilaku-perilaku
nonverbal itu merupakan bagian dari etika komunikasi yang harus dipenuhi dalam
komunikasi lintas budaya. Pertama dari segi bahasa verbal ataupun non verbal.
Para wisatawan asing tentu memiliki perbedaan yang sangat menonjol dari segi
bahasa baik bahasa verbal maupun non verbal.
2. Sistem agama Substansi agama diidentikkan dengan seperangkat simbol
kebudayaan dan gagasan yang memusatkan perhatian dan memberikan makna
pada kehidupan manusia dan alam yang tidak diketahui. Simbol-simbol itu
penting karena menggambarkan visi dan tujuan akhir dari dunia alamiah dan
pengalaman manusia. Dalam komunikasi lintas budaya, pemahaman terhadap
agama sangat penting dilakukan. Bagaimana setiap orang pemeluk agama
menghayati dan mengamalkan agamanya harus dipahami sehingga setidaknya kita
mempunyai sikap dan perilaku komunikasi sebagai seorang yang beragama.
Setiap kebudayaan mengajarkan pada masyarakat tentang sistem kepercayaan
terhadap wujud tertinggi (Tuhan) sesuai dengan kepercayaan dan simbol yang
dipercaya dalam agamannya.
3. Sistem norma dan nilai, sangat jelas ada perbedaan antara wisatawan
asing dengan masyarakat lokal. Misalnya wisatawan asing ingin menikmati
pemandangan alam dan mendapat pelayanan, sementara masyarakat lokal ingin
mendapatkan pemasukan dari kunjungan wisatawan asing itu sehingga akan
berusaha memberikan pelayanan yang memuaskan.
Peran komunikasi lintas budaya sangat penting dalam dunia pariwisata
karena dengan komunikasi dapat dengan mudah mengenalkan produk pariwisata
kepada masyarakat luas. Komunikasi ini bertujuan untuk memberitahukan
informasi mengenai keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh suatu produk
pariwisata. Dalam dunia pariwisata, komunikasi sangat diperlukan guna
mengenalkan produk pariwisata kepada masyarakat luas. Dalam setiap kegiatan
wisata, terjadi interaksi sosial budaya antara wisatawan, pramuwisata, dan
masyarakat setempat. Dalam interaksi tersebut, diperlukan sebuah pemahaman
lintas budaya bagi ketiga pelaku wisata tersebut, terutama bagi mereka yang
berasal dari latar belakang budaya berbeda karena setiap masyarakat memiliki
corak budaya sendiri. Selain itu ada beberapa hambatan - hambatan yang
disebabkan oleh budaya seperti timbulnya kesalahpahaman norma atau peran yang
tidak sesuai, stereotipe, dan etnosentrisme. Namun, hambatan-hambatan tersebut
yang haruslah diatasi agar komunikasi yang efektif dapat tercapai. Menurut
Chaney dan Martin, berikut hambatan yang bisa jadi muncul yaitu, Fisik, Budaya,
Persepsi, Motivasi, Pengalaman, Emosi, Bahasa, Persaingan dan juga non-verbal.
Barna dan Ruben dalam DeVito (1997) juga membahas hambatan-hambatan
dalam komunikasi lintas budaya yaitu :
1. Mengabaikan perbedaan antara kita dan kelompok yang secara kultural
berbeda. Ini disebabkan bila kita menganggap yang ada hanya kesamaan dan
bukan perbedaan. Ini terutama terjadi dalam hal nilai, sikap dan kepercayaan.
Kita dapat dengan mudah mengakui dan menerima perbedaan gaya rambut,
cara berpakaian dan makanan. Tetapi dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan
dasar, kita menganggap bahwa pada dasarnya manusia itu sama. Ini tidak
benar. Bila anda mengasumsikan kesamaan dan mengabaikan perbedaan, anda
secara implisit mengkomunikasikan kepada lawan bicara bahwa cara andalah
yang benar dan cara mereka yang salah dan cara mereka tidak penting bagi
anda.
2. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda. Dalam setiap
kelompok kultural terdapat perbedaan yang penting dan besar misalnya orang
Indonesia tidak sama satu dengan lainnya, begitu juga orang Amerika dsb.
Bila kita mengabaikan perbedaan ini, kita terjebak dalam stereotipe. Kita
mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok yang
sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras) adalah sama. Kita harus
menyadari bahwa dalam setiap kultur terdapat banyak subkultur yang jauh
berbeda satu sama lain dan berbeda pula dari kultur mayoritasnya,
3. Mengabaikan perbedaan dalam makna (arti). Seperti kita ketahui, makna tidak
terletak pada kata-kata yang digunakan, melainkan pada orang yang
menggunakan kata-kata itu. Kita perlu sangat peka terhadap prinsip ini dalam
komunikasi antar budaya, misalnya makna kata agama pada penganut agama
islam dan bagi seorang ateis, atau kata makan malam bagi seorang petani
miskin dan bagi seorang eksekutif puncak sebuah perusahaan besar. Jadi
meskipun kata yang digunakan sama, makna konotatifnya akan sangat berbeda
bergantung pada definisi kultural pendengar.
4. Melanggar adat kebiasaan kultural. Setiap kultur mempunyai aturan
komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang patut dan mana
yang tidak patut. Misalnya, pada beberapa kultur, orang menunjukan rasa
hormat dengan menghindarkan kontak mata langsung dengan lawan
bicaranya. Dalam kultur yang lain penghindaran kontak mata seperti ini
mengisyaratkan ketiadaan minat.
5. Menilai perbedaan secara negatif. Meskipun kita menyadari ada perbedaan
diantara kultur-kultur, kita tetap tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai hal
yang negatif. Perbedaan kultural merupakan perilaku yang dipelajari bukan
perilaku kodrati atau perilaku yang dibawa sejak lahir. Karenanya kita perlu
memandang perilaku kultural ini secara tidak evaluatif, sebagai berbeda tapi
setara. Contoh, menjulurkan lidah bagi orang barat merupakan penghinaan,
bagi orang cina menjulurkan lidah merupakan ungkapan rasa malu karena
telah berbuat kesalahan sosial.
6. Kejutan budaya. Hal ini berkaitan dengan reaksi psikologis yang dialami
seseorang karena berada ditengah kultur yang berbeda dengan kulturnya
sendiri. Kejutan budaya itu normal. Kebanyakan orang mengalaminya bila
memasuki kultur yang baru dan berbeda. Namun demikian keadaan ini tidak
menyenangkan dan menimbulkan frustrasi. Sebagian kejutan ini timbul karena
perasaan terasing, menonjol dan berbeda dari yang lain. Bila anda tidak
mengenal adat kebiasaan yang baru anda tidak akan dapat berkomunikasi
secara efektif dan ini akan menimbulkan kesalahan yang serius.

Dari hambatan-hambatan tersebut maka penulis melakukan penelitian secara


langsung ke masyarakat desa dan juga ke sebuah hotel dengan tujuan melakukan
wawancara mengenai komunikasi lintas budaya dalam dunia pariwisata dan juga
mengetahui apa saja peran komunikasi lintas budaya dalam dunia pariwisata.
Metode yang digunakan dalam penelitian peran komunikasi lintas budaya dalam
dunia pariwisata adalah menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini nantinya
akan dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara kepada masyarakat.
Penelitian kualitatif dapat dipahami sebagai metode penelitian yang menggunakan
data deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang dapat
diamati. Pendekatan kualitatif ini dilakukan untuk menjelaskan dan menganalisis
fenomena individu atau kelompok, peristiwa, dinamika sosial, sikap, keyakinan,
dan persepsi. Dari penelitian tersebut didapatkan sebanyak 13 metode untuk
mengatasi hambatan dalam komunikasi lintas budaya diantaranya sebagai berikut
yaitu:
1. Memperbaiki dan meningkatkan kompetensi lintas budaya
2. Menghindari asumsi dan penilaian
3. Mengembangkan Sikap Peka
4. Mengakui dan menghargai perbedaan
5. Mengembangkan Sikap Empati
6. Mendengarkan secara aktif
7. Bersikap Suportif
8. Motivasi berkomunikasi
9. Memahami budaya sendiri
10. Mengembangkan Fleksibilitas
11. Menggunakan dan mendorong umpan balik deskriptif
12. Saluran komunikasi yang terbuka
13. Mengelola konflik
Kesimpulan
Manusia saat ini hidup dengan kemajuan teknologi. Kemajuan di dunia
membuat manusia dengan mudahnya bertemu dan saling mengenal serta
berhubungan dengan orang lain, meskipun hanya melalui dunia maya. Masyarakat
lokal indonesia dapat dengan mudah bertemu dengan orang yang di luar negeri,
tanpa bepergian ke luar negeri, dimana mereka memiliki berbagai perbedaan
dengan kita, baik dari sisi budaya, ras, suku, bahasa, agama, tingkat pendidikan,
tingkat ekonomi dan sebagainya. Kemajuan tersebut menimbulkan sebuah
keniscayaan, bahwa komunikasi lintas budaya sangat penting untuk dipelajari.
Perbedaan kebudayaan itu seringkali menyulitkan manusia untuk saling
berkomunikasi.Sebab,perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat
menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang
tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat
dari beberapa kesalahpahaman tersebut banyak ditemui dalam berbagai kejadian
yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik yang
berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar etnis. Untuk menghindari hal
itu, maka peran komunikasi lintas budaya sangatlah penting dan harus dilakukan.
Mempelajari komunikasi lintas budaya, maka setiap orang akan menyadari
perbedaan-perbedaan dalam budaya serta faktor yang menyebabkan perbedaan
dalam komunikasi lintas budaya. Dengan memahami perbedaan-perbedaan itu,
maka kita akan mampu menyelami kebudayaan orang yang hendak dijadikan
lawan bicara sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan konflik berkepanjangan. Selain itu ada beberapa hambatan -
hambatan yang disebabkan oleh budaya seperti timbulnya kesalahpahaman norma
atau peran yang tidak sesuai, stereotipe, dan etnosentrisme. Namun, hambatan-
hambatan tersebut yang haruslah diatasi agar komunikasi yang efektif dapat
tercapai. Oleh sebab itu tujuan dari dibuatnya penelitian ini adalah untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan juga mengetahui peran komunikasi
lintas budaya dalam dunia pariwisata, maka dari itu haruslah dicari solusi atau
metode untuk mengatasi kesalahpahaman atau hambatan-hambatan yang terjadi
dalam komunikasi lintas budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Aditya. 2021. Pentingnya Pemahaman Lintas Budaya Dalam Pariwisata.


https://jurnal.stpsahidsurakarta.ac.id/index.php/JPI/article/view/67 (Diakses Pada
Tanggal 27 Maret 2023)

Diwyarthi, Santhi. 2020. Komunikasi Lintas Budaya Dalam Dunia Pariwisata Dan
Perhotelan Studi Kasus Kepuasan Wisatawan Terhadap Pondok Wisata.
https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/396 ( Diakses
Pada Tanggal 27 Maret 2023)

Ambar. 2019. 13 Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya yang Efektif.
https://pakarkomunikasi.com/cara-mengatasi-hambatan-komunikasi-lintas-budaya
( Diakses Pada Tanggal 28 Maret 2023)

Fida. 2020. Cara Mengatasi Komunikasi Lintas Budaya.


https://id.scribd.com/document/451814962/CARA-MENGATASI-KOMUNIKASI-
LINTAS-BUDAYA-1-docx ( Diakses Pada Tanggal 28 Maret 2023)

Anda mungkin juga menyukai