Anda di halaman 1dari 4

Resume “Atypical Progressive Acute Kidney Injury”

Latar belakang
Selama enam bulan terakhir terjadi peningkatan laporan kasus acute kidney injury (AKI) di
Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bali, dan Padang disertai mortalitas yang tinggi sehingga Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) memandang perlu adanya kewaspadaan terhadap masalah ini.
Laporan kasus tersebut didominasi oleh usia BALITA, previously healthy child, belum
mendapatkan vaksinasi COVID-19, serta diduga terkait dengan multisystem inflammatory
syndrome in children (MIS-C) karena mayoritas kasus menunjukkan riwayat infeksi COVID-19
sebelumnya yang ditandai dengan hasil positif pada antibodi SARS-CoV-2.

Deteksi dini
1) Pra RS: - Usia <18 th
- Gejala demam, ISPA (batuk pilek), gejala gangguan saluran pencernaan
- Pemantauan warna urin dan jumlah urin (WARNING SIGN: Berkurangnya
jumlah urin dalam 24 jam ATAU tidak ada urin sama sekali selama 12 jam)
Dikatakan berkurang bila urin kurang dari 1ml/kgBB/jam
2) Intra RS: - Didapatkan demam 7-14 hari disertai gejala ISPA/infeksi saluran cerna
- Dilakukan pemeriksaan awal untuk evaluasi MIS-C darah lengkap (penanda
inflamasi, ex: CRP, prokalsitonin, ferritn atau LED) penanda koagulopati (D-
dimer), fungsi hati (SGOT, SGPT) fungsi ginjal (ureum, kreatinin), urinalisis,
antibody SARS-CoV-2, serta pemeriksaan utk menyingkirkan infeksi
mikroorganisme (minimal pemeriksaan kultur mikroorganisme)
*kalo ada bukti lain infeksi, tatalaksana sesuai etiologi.

Kapan harus dirujuk ke RS dgn fasilitas dialysis? Intinya kalua sudah end stage (stadium 3 AKI)
Kriteria rujukan ke RS dengan fasilitas dialisis anak bila didapatkan kriteria AKI stadium 3
sesuai Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) :
1. Kreatinin meningkat 3 x dari baseline
2. Kreatinin meningkat ≥ 2,5 mg/dl
3. Diuresis < 0,3 mL/kgBB/jam selama ≥ 24 jam
4. Anuria selama ≥ 12 jam
Pembiayaan pada pasien penyakit Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical
Progressive Acute Kidney Injury) mengikuti skema pembiayaan jaminan kesehatan
nasional/sesuai kepesertaan pasien atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Keterangan Alur Pelaporan SKDR SBK/EBS:
1. Alur ini adalah alur pelaporan umum ketika dideteksi adanya penyakit potensial KLB/PHEIC
dari sumber informasi. Sumber informasi dalam hal ini terdiri dari fasyankes di wilayah (RS,
Puskesmas, Klinik, dan fasyankes lainnya), Pintu Masuk Negara (KKP), Rumor dari masyarakat
atau media massa, dan notifikasi IHR dari WHO atau negara lain.
2. Informasi dari fasyankes dan pintu masuk negara diarahkan untuk langsung melaporkan ke
dalam SKDR SBK/EBS dalam https://skdr.surveilans.org dalam waktu <24 jamditembuskan ke
DinKes setempat utk diverifikasi
3. Jika sumber informasi (fasyankes dan pintu masuk negara) tidak punya akun SKDR maka hrs
lgsg melaporkan ke DinKes menggunakan form yg diunduh di https: // skdr/surveilans.org
selanjutnya Dinas yg menginput ke SKDR
4. Khusus utk notifikasi IHR, langsung diterima dan diolah oleh PHEOC dan NFP IHR
Indonesia yang selanjutnya diverifikasi dan dikoordinasikan dgn unit LP/LS terkait atau DinKes
Prov.
Tindak Lanjut-
1. Tata laksana Intravena Immunoglobulin (IVIG) menjadi pilihan untuk diberikan di awal pada
kasus Atypical Progressive Acute Kidney Injury. Untuk itu, Rumah Sakit dapat mengajukan
permohonan permintaan obat IVIG kepada Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan.
2. Rumah Sakit dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan deteksi dini terhadap
kasus anak yang mengalami gejala penurunan jumlah urin dilanjutkan dengan menegakkan
diagnosis serta melakukan pemeriksaan laboratorium

Anda mungkin juga menyukai