Anda di halaman 1dari 9

TIORI KEPERAWATAN PEPLAU

Sumber Teori Hildegard E Peplau


Peplau memasukkan pengetahuan ke dalam kerangka konseptualnya yang pada akhirnya
berkembang menjadi model keperawatan berbasis teori. Peplau menggunakan pengetahuan yang
dikutip dari ilmu perilaku dan model psikologikal untuk mengembangkan teori hubungan
interpersonal. Kutipan dari model psikologikal menyatakan bahwa “ memungkinkan bagi
perawat untuk saatnya berpindah dari orientasi terhadap penyakit ke salah satu bagian dari
psikologi, perasaan, serta perilaku yang dapat di eksplore dan dimasukkan ke dalam intervensi
keperawatan. Hal ini memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengajari pasien
bagaimana cara mengungkapkan perasaan serta bagaimana cara menunjukkan perasaan tersebut.
Hary Stack Sullivan, Percival Symonds, Abraham Maslow, Bella Mittleman dan Neal Elgar
Miller adalah merupakan tokoh – tokoh sumber utama Peplau didalam mengembangkan
kerangka konseptualnya. Bahkan beberapa konsep terapeutik ia dapatkan secara langsung dari
tokohnya sendiri yakni Freud dan Fromm (Tomey & Alligood, 1998).

2.2 Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau


Peplau mendefinisikan konsep utama teorinya sebagai “psychodynamic nursing” karena
bertujuan memahami  suatu perilaku untuk membantu orang lain mengidentifikasi kesulitan yang
dimilikinya dan untuk mengaplikasikan prinsip – prinsip human relation dalam menyelesaikan
masalah yang dibangun dari semua tingkat pengalaman (Tomey & Alligood, 1998).
Menurut Peplau, keperawatan adalah terapeutik karena hal ini mengandung suatu
seni menyembuhkan, menolong individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan.
Keperawatan dapat dipandang sebagai satu proses interpersonal karena melibatkan interaksi
antara dua atau lebih individu dengan tujuan yang sama. Dalam keperawatan tujuan bersama ini
akan mendorong kearah proses terapeutik dimana perawat dan pasien saling menghormati satu
dengan yang lain sebagai individu, kedua-duanya mereka belajar dan berkembang sebagai hasil
dari interaksi. Belajar menempatkan diri saat individu mendapat stimulus dalam lingkungan dan
berkembang penuh sebagai reaksi kepada stimulus tersebut (George, 1995).
Untuk mencapai tujuan ini atau tujuan-tujuan yang lain di capai melalui penggunaan
serangkaian langkah-langkah dan pola yang pasti. Saat hubungan perawat dan pasien
berkembang pada pola terapeutik ini, ada cara yang fleksibel dimana fungsi perawat dalam
berpraktek – dengan membuat penilaian – dengan keahlian yang didapatkan melalui ilmu
pengetahuan, serta dengan menggunakan kemampuan teknis dan berbagai  asumsi (George,
1995).
Ketika perawat dan pasien mengidentifikasi satu masalah pertama kalinya, mereka mulai
menyusun tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Masing – masing  pendekatan
yang gunakan sebagai tindakan nantinya, tergantung dari perbedaan latar-belakang dan keunikan
individu. Setiap individu dapat pandang sebagai satu struktur yang unik biologis-psikologis-
spritual-sosial, dimana reaksi antara individu satu dengan yang lain tidak sama (George,1995). 
Perawat dan pasien mempelajari persepsi yang unik tersebut dari perbedaan lingkungan,
adat-istiadat, kebiasaan, dan kepercayaan  yang membentuk budaya individu tersebut. Setiap
orang mempunyai pemikiran yang berbeda sehingga mempengaruhi persepsi dan perbedaan
persepsi inilah sangat penting dalam proses interpersonal. Sebagai tambahan lagi, perawat harus
memiliki pengetahuan keperawatan seperti managemen stress-krisis dan pengembangan teori,
yang akan memberikan arahan pada pemahaman yang lebi tentang peran perawat professional
pada proses terapeutik. Sebagai   perawat dan pasien yang berhubungan terus harus mengerti
peran masing-masing dan faktor – faktor yang mempengaruhi masalah. Dari pemahaman
tersebut, perawat dan pasien berkolaborasi serta sharing sesuai tujuan yang ingin dicapai hingga
masalah dapat teratasi (George, 1995).
Selama perawat dan klien bekerja sama, mereka akan memiliki banyak pengetahuan dan
kematangan berfikir selama proses. Peplau (1952/1988) memandang keperawatan sebagai
“ maturing force and an educative instrument”. Dia percaya bahwa keperawatan adalah hasil
pengalaman belajar mengenai diri sendiri sebaik individu lainnya yang terlibat dalam hubungan
interpersonal. Konsep ini didukung oleh Genevieve Burton penulis lain tentang keperawatan
(1950)  mengatakan bahwa “ tingkah laku orang lain harus dimengerti agar dapat mengerti diri
sendiri secara jelas”. Seseorang yang sadar dengan perasaannya sendiri, persepsinya sendiri serta
tindakannya sendiri, akan lebih sadar terhadap reaksi orang lain (George,1995).
Masing – masing terapeutik memberikan pengaruh pada pengembangan personal dan
professional antara perawat dan pasien. Selama perawat bekerja sama dengan pasien untuk
menyelesaikan masalah disetiap kehidupan, maka praktek perawat tersebut akan menjadi
bertambah efektif. Masing – masing individu perawat mempunyai pengaruh secara langsung
terhadap dirinya serta kemampuannya dalam terapeutik dan hubungan interpersonal
(George,1995).
Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang saling berkaitan yaitu: (1)
orientasi, (2) identifikasi,  (3) eksploitasi, (4) resolusi. Setiap tahap saling melengkapi dan
berhubungan sebagai satu proses untuk penyelesaian masalah (George,1995) 

2.3 Fase - fase dalam Keperawatan menurut Peplau


            Hubungan perawat-pasien menurut Peplau dideskripsikan sebagai empat fase, meskipun
terpisah, fase – fase tersebut overlap/tumpang tindih dan terjadi terus menerus selama hubungan
itu terjalin.
1. Orientasi
          Pada tahap awal orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang asing. Pasien
dengan keluarga memiliki "felt need” (kebutuhan yang dirasakan), oleh karena itu bantuan
profesional akan dicari. Namun, kebutuhan ini tidak dapat dengan mudah diidentifikasi atau
dipahami oleh individu-individu yang terlibat.Ini sangat penting bahwa perawat bekerja sama
dengan pasien dan keluarga dalam menganalisis situasi, sehingga mereka bersama-sama
dapat mengenali, memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang ada. Contoh: Perawat dalam
peran konselor membantu gadis remaja yang merasa "sangat down". Untuk menyadari bahwa
perasaan ini adalah hasil dari sebuah pertengkaran dengan ibunya kemarin malam. Sebagai
seorang perawat terus mendengarkan, ada faktor yang membuat gadis itu berdebat dengan
ibunya dan perasaan tertekan. Karena perasaan ini dibahas, gadis itu mengakui berdebat sebagai
faktor pencetus yang menyebabkan depresi.
Dengan demikian perawat dan pasien telah menetapkan masalah. Anak dan orang tua
kemudian setuju untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan perawat. Jadi dengan saling
menjelaskan dan mendefinisikan masalah dalam fase orientasi, pasien dapat mengarahkan energi
yang terakumulasi dari kecemasan kebutuhan yang tak terpenuhi untuk lebih konstruktif
berhadapan dengan masalah yang diajukan. Hubungan didirikan dan terus diperkuat sementara
kekhawatiran sedang diidentifikasi.
          Saat pasien dan keluarga berbicara dengan perawat, keputusan bersama perlu dibuat
tentang jenis layanan professional apa yang harus digunakakan. Perawat sebagai narasumber,
dapat bekerja dengan pasien dan keluarga. Sebagai alternatif perawat membuat kesepakatan
bersama dari semua pihak yang terlibat, lihat keluarga untuk sumber lain seperti psikolog,
psikiater, atau pekerja sosial. Pada tahap orientasi, perawat, pasien dan merencanakan keluarga
apa jenis layanan yang dibutuhkan.
          Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat tentang
memberi atau menerima bantuan. Oleh karena itu, dalam tahap awal perawat perlu menyadari
reaksi diri kepada pasien. Perawatan adalah proses interpersonal, baik pasien dan perawat
memiliki bagian yang sama penting dalam interaksi terapeutik.
          Perawat, pasien, dan keluarga bekerja sama untuk mengenali, memperjelas, dan
mendefinisikan masalah yang ada. Hal ini dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan terkait
dengan kebutuhan yang dirasakan dan rasa takut yang tidak diketahui. Penurunan ketegangan
dan kecemasan mencegah masalah lain yang timbul sebagai akibat dari represi. Situasi stres
diidentifikasi melalui interaksi terapeutik. Sangat penting bahwa pasien mengenali dan mulai
bekerja melalui apa yang dirasakan terkait dengan penyebab penyakitnya.
          Dengan demikian, pada awal fase orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai orang
asing. Pada akhir fase orientasi, mereka secara bersamaan berusaha untuk mengidentifikasi
masalah dan menjadi lebih nyaman satu sama lain. Para perawat dan pasien sekarang siap untuk
maju ke tahap berikutnya (George, 1995).
Gambar 1.1 Faktor yang mempengaruhi hubungan perawat – pasien

2. Identifikasi
          Tahap berikutnya identifikasi, adalah dimana pasien merespon selektif terhadap orang-
orang yang dapat memenuhi kebutuhannya. Perawat  membiarkan pasien mengeksplorasi
perasaannya untuk membantu kondisinya yang sedang sakit sebagai pengalaman yang me-
reorientasi perasaan dan kekuatan positif pada individu tersebut (Tomey &
Alligood,1998).  Setiap pasien mempunyai respon berbeda dalam fase ini.. Tanggapan pasien
terhadap perawat ada tiga macam: (1) berpartisipasi dan saling bergantung dengan perawat, (2)
otonomi dan independen dari perawat, atau (3) menjadi pasif dan bergantung pada perawat.
Contoh: Seorang pria berusia tujuh puluh tahun yang ingin merencanakan diet diabetes baru
1600 kalori. Jika hubungan adalah saling bergantung, perawat dan pasien berkolaborasi pada
perencanaan makan. Jika hubungan menjadi independen, pasien akan berencana diet sendiri
dengan masukan minimal dari perawat. Dalam hubungan tergantung, perawat melakukan
perencanaan makan untuk pasien.
          Sepanjang fase identifikasi, baik pasien dan perawat harus menjelaskan persepsi masing-
masing dan harapan. Bagian pengalaman dari pasien dan perawat akan memiliki titik tengah, apa
harapan mereka selama proses interpersonal. Seperti disebutkan dalam fase orientasi, sikap awal
dari pasien dan perawat sangat penting dalam membangun hubungan kerja untuk
mengidentifikasi masalah dan memutuskan bantuan yang tepat. Persepsi dan harapan pasien dan
perawat dalam fase identifikasi lebih kompleks dari pada fase sebelumnya. Pasien sekarang
menanggapi seorang yang membantu secara selektif. Hal ini memerlukan hubungan terapeutik
lebih intensif.
          Untuk menggambarkan hal tersebut, seorang pasien yang telah dilakukan mastektomi
mungkin menceritakan kepada perawat ketidakmampuannya untuk memahami latihan lengan,
yang sebelumnya telah dijelaskan kepadanya sebagai regimen penting setelah operasi. Perawat
mengamati pengaruh lengan  menjadi edema (bengkak). Sementara perawat sedang menjajaki
kemungkinan alasan untuk edema, pasien mengaku tidak melakukan latihan lengannya. Dalam
rangka untuk memfasilitasi pemahaman pasien dan kembalinya latihan berikutnya, perawat dapat
mengidentifikasi orang-orang profesional, seperti terapis fisik, perawat dan dokter, yang akan
mengklarifikasi kesalahpahaman pasien. Umumnya, hal ini menjadi yang terbaik jika perawat
obyektif membahas peran setiap orang serta keuntungan dan kerugian dari konsultasi dengan
masing-masing orang tersebut. Namun, dalam kasus ini, pasien mungkin menyatakan bahwa dia
tidak peduli untuk mendiskusikan latihan dengan perawat atau ahli terapi fisik karena dia
merasakan hanya dokter memiliki informasi yang diperlukan.
          Sementara bekerja melalui fase identifikasi, pasien mulai memiliki rasa dan kemampuan
menghadapi masalah, yang menurunkan perasaan tidak berdaya. Hal ini pada gilirannya
menciptakan sikap optimistis dari mana kekuatan batin terjadi kemudian.

3. Eksploitasi
Setelah identifikasi, pasien bergerak ke tahap eksploitasi, di mana pasien dapat menilai
keuntungan - keuntungan dari semua layanan kesehatan yang tersedia. Tingkat dimana layanan ini
digunakan  berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan pasien (George,1995). Sedangkan pada
buku yang ditulis oleh Tomey & Alligood (1998) disebutkan bahwa selama tahap eksploitasi,
pasien berusaha untuk memperoleh nilai penuh dari apa saja yang ditawarkan saat melakukan
relasi (relationship). Individu mulai merasakan sebagai bagian integral dari
lingkungan  yang membantunya dan mengontrol situasi dengan cara memilah bantuan dari layanan
yang ditawarkan.  Contoh: Wanita dengan lengan yang bengkak. Selama fase ini pasien mulai
memahami informasi yang diberikan kepadanya untuk latihan lengan. Dia membaca pamflet dan
sebuah film yang menggambarkan bentuk latihan lenganny; ia berdiskusi dengan perawat tentang
masalah yang terkait, dan ia mungkin menanyakan tentang cara bergabung dengan kelompok
latihan melalui bagian terapi fisik.
          Selama tahap ini, beberapa pasien kemungkinan menuntut lebih dibandingkan dengan
ketika saat mereka sakit parah. Mereka mungkin mengajukan sedikit permintaan atau perhatian
lain untuk mendapatkan teknik tergantung dari kebutuhan individu tersebut. Prinsip-prinsip
teknik wawancara harus digunakan dalam rangka untuk menggali, memahami, memecahkan
masalah yang mendasari. Penting bahwa perawat mengeksplorasi penyebab yang mungkin untuk
perilaku pasien. Hubungan terapeutik harus dijaga yang ditunjukkan melalui  sikap penerimaan,
perhatian, dan kepercayaan. Perawat harus mendorong pasien untuk mengenali dan
mengeksplore perasaan, pikiran, emosi, dan perilaku dengan memberikan suasana yang tidak
menghakimi dan iklim emosional terapeutik.
         Tujuannya bagi perawat dan pasien adalah mencoba mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Sehingga memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan
nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan
dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan
gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.
           
4. Resolusi
            Tahap terakhir dari proses antarpribadi Peplau adalah resolusi. Kebutuhan pasien telah
dipenuhi oleh upaya kolaboratif dari perawat dan pasien. Pasien dan perawat sekarang perlu
untuk mengakhiri hubungan terapi mereka dan membubarkan hubungan antara mereka.  Secara
bertahap klien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi ke arah realisasi potensi.
            Seringkali ini sangat sulit bagi kedua pasien dan perawat. Ketergantungan kebutuhan
dalam hubungan terapeutik sering melanjutkan psikologis setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi.
Pasien mungkin merasa bahwa belum waktunya untuk mengakhiri hubungan. Contoh: Seorang
ibu yang telah melahirkan sudah diperbolehkan pulang. Namun, setelah satu minggu, perawat
menelfon untuk menanyakan mengenai perawatan bayi. Resolusi akhir juga mungkin sulit bagi
perawat. Dalam contoh di atas, ibu mungkin bersedia untuk mengakhiri hubungan itu, tapi
perawat dapat terus mengunjungi rumah untuk melihat bagaimana bayi berkembang. Perawat
mungkin tidak dapat menjadi bebas dari ikatan ini dalam hubungan mereka. Kecemasan akan
meningkat pada pasien dan perawat jika ada penyelesaian yang gagal.
            Selama fase resolusi berhasil dilakukan, maka pasien terlepas dari proses identifikasi
untuk membantu seseorang (identifying with the helping person). Pasien akan menjadi
independen dari perawat,seperti halnya perawat yang independen dari pasien. Sebagai hasil dari
proses ini, pasien dan perawat menjadi individu yang kuat dan matur. Kebutuhan pasien dapat
terpenuhi, dan dapat melangkah ke tujuan baru. Resolusi terjadi hanya bila semua fase/tahap
dapat terlewati secara baik. Indikasi fokus dari masing – masing fase ada pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1.1 Fase Hubungan Perawat-Pasien
Fase Fokus
Orientasi Fase untuk mendefinisikan masalah
Identifikasi Pemilihan bantuan profesional yang tepat
Eksploitasi Penggunaan bantuan profesional sebagai alternatif pemecahan
masalah
Resolusi Pemutusan hubungan profesional

            Pandangan lain yang dianggap relevan dengan Hubungan Interpersonal perawat – pasien
adalah peran perawat. Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat, jika
dilakukan dengan baik, maka hubungan interpersonal pun  akan akan menjadi baik sehingga
berdampak pada kepuasan pasien. Peran-peran tersebut antara lain : 1) Stranger ; Peplau
menyatakan bahwa, karena perawat dan pasien adalah orang asing diantara keduanya, maka
perawat tidak boleh mendakwa pasien tetapi harus menerimanya seperti menerima
dirinya sendiri,  2), Resource Person ; pada peran resource person, perawat menyediakan
jawaban spesifik, khususnya informasi tentang kesehatan, dan menginterpretasikan ke pasien
tentang penanganan atau rencana perawatan medis 3) Teaching role; Teaching role merupakan
kombinasi dari semua peran. Peplau mengembangkan bentuk mengajarnya ke dalam dua
kategori, yakni instructional yang berisi pemberian informasi dan format yang dijelaskan dalam
literatur pendidikan, serta experiental yang digunakan oleh learner sebagai dasar dari produk
pembelajaran. Konsep learning ini digunakan di dalam teaching role secara tumpang tindih
dengan peran perawat sebagai konselor,karena konsep learning menggunakan tehnik
psikoterapeutik 4) Leadership role ; leadership role meliputi proses demokratik. Perawat
membantu pasien menemukan tugasnya/kewajibannya melalui hubungan yang kooperatif dan
partisipasi aktif. 5) Surrogate role; pasien melimpahkan ke perawat dalam surrogate
role ini. Fungsi perawat adalah membantu pasien mengenali persamaan antara dirinya dengan
perawat tersebut. Pada fase ini, antara pasien dan perawat mengenali area dependen, independen
dan terakhir interdependen, 6) Counseling role ; fungsi konseling pada hubungan perawat-pasien
adalah sebagai jalan bagi perawat untuk merespon kebutuhan pasien.  (Tomey & Alligood,
1998).

2.4 Teori Peplau dan Metaparadigma Keperawatan


          Teori keperawatan biasanya berkembang menjadi empat konsep individu, kesehatan,
masyarakat, dan keperawatan. Peplau menyebut manusia dengan istilah men, yakni
suatu organisme yang hidup dalam equilibrium tidak stabil (Tomey & Alligood, 1998).
Sedangkan George (1995) menjelaskan pengertian manusia menurut Peplau sebagai suatu
organisme yang bekerja keras dengan caranya sendiri untuk mengurangi tekanan yang berupa
kebutuhan. Kesehatan, didefinisikan sebagai "simbol kata yang
mengimplikasikan pergerakan ke depan kepribadian dan proses-proses manusia lainnya ke
arah yang produktif, kreatif, konstruktif, dan lingkungan komunitas" (Tomey & Alligood,
1998). Secara implicit,Peplau mendefinisikan lingkungan dengan istilah segala sesuatu yang
berada di luar organism dan dalam konteks budaya/culture (Tomey & Alligood, 1998). Saat ini
ketika seorang perawat mempertimbangkan lingkungan pasien, dia belajar banyak faktor, seperti
latar belakang budaya,  rumah dan lingkungan kerja, bukan hanya mempertimbangkan
penyesuaian pasien terhadap rutinitas rumah sakit. Persepsi yang sempit Peplau tentang
masyarakat / lingkungan adalah keterbatasan utama dari teorinya. Teori ini tidak meneliti
pengaruh-pengaruh lingkungan yang luas pada orang, tetapi lebih memfokuskan pada tugas-
tugas psikologis (George, 1995). Keperawatan dideskripsikan sebagai tindakan terapeutik yang
signifikan pada proses interpersonal. Fungsi hal ini adalah kooperatif dengan proses manusia
lainnya yang membuat kemungkinan sehat seorang individu dalam suatu komunitas (Tomey &
Alligood,1998). Sedangkan dalam buku George (1995), Peplau mendefinisikan keperawatan
sebagai hubungan manusia antara individu yang sakit atau yang membutuhkan layanan
kesehatan dan perawat mengenali atau merespon kebutuhan untuk dibantu

2.5 Hubungan Antara Tahapan Peplau dan Proses Keperawatan


          Kontinum Peplau pada empat fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi dapat
dibandingkan dengan proses keperawatan seperti yang dibahas dalam (Tabel 1.1). Proses
keperawatan didefinisikan sebagai "aktivitas intelektual’’ yang disengaja dimana praktek
keperawatan didekati secara tertib, sistematis.
          Ada banyak kesamaan antara proses keperawatan dan fase interpersonal Peplau. Fase
Peplau dan proses keperawatan berurutan dan fokus pada interaksi terapeutik. Keduanya bila
menemui “stress” harus menggunakan tehnik problem solving secara kolaboratif, dengan tujuan
akhir adalah menemukan kebutuhan pasien.. Keduanya menggunakan observasi, komunikasi,
dan recording sebagai alat dasar untuk praktek perawat.
          Ada perbedaan juga antara fase Peplau dan proses keperawatan. Keperawatan profesional
saat ini memiliki pengertian tujuan yang lebih jelas dan memiliki area praktek yang
spesifik. Keperawatan beranjak dari peran physician’s helper ke arah consumer advocay.

Tabel 1.2. Perbandingan Proses Keperawatan dan Fase Peplau


Proses Keperawatan Fase Peplau
    (1) Pengkajian     (1) Orientasi
Pengumpulan data dan analisis Perawat dan pasien datang bersama-sama
Tidak perlu selalu berarti sebagai orang asing, pertemuan yang
"kebutuhan yang dirasakan" diinisiasi oleh pasien yang mengungkapkan
mungkin diinisiasi oleh "kebutuhan yang dirasakan", bekerja sama
perawat. untuk mengenali, memperjelas, dan
mendefinisikan fakta terkait dengan kebutuhan.
(Catatan: pengumpulan data kontinu).

(2) Pasien memperjelas "kebutuhan yang


dirasakan."

    (2) Diagnosa keperawatan
Ringkasan pernyataan      (3) Identifikasi
berdasarkan analisis perawat. Penetapan tujuannya
adalah Saling bergantung/interdependen. Pasie
    (3)Perencanaan n mempunyai perasaan
Saling menetapkan tujuan. memiliki dan respon selektif terhadap siapa
yang memenuhi kebutuhannya.

    (4) Eksploitasi
Pasien secara aktif mencari dan menggambar
yang dituangkan pada pengetahuan dan
    (4) Pelaksanaan keahlian dari mereka yang dapat membantu.
Rencana diinisiasi ke arah
pencapaian tujuan  yang telah
ditetapkan.
Mungkin dipenuhi oleh     (5) Resolusi
pasien, health care Terjadi setelah fase lain yang berhasil
professional atau keluarga diselesaikan secara lengkap.
pasien. Menyebabkan penghentian/terminasi
hubungan.
    (5) Evaluasi
Berdasarkan penetapan perilak
u akhir yang diharapkan.
Dapat menyebabkan
penghentian/terminasi
hubungan atau inisiasi rencana
baru.
         
          Peplau mengidentifikasi kebutuhan, frustasi, konflik, dan kecemasan sebagai konsep
utama pada situasi keperawatan. Tahap orientasi Peplau yang sejajar dengan awal fase
pengkajian bahwa baik perawat dan pasien datang bersama-sama sebagai orang asing. Pertemuan
ini diprakarsai oleh pasien yang menyatakan kebutuhan, meskipun kebutuhan tidak selalu bisa
dipahami. Secara bersama, perawat dan pasien mulai bekerja melalui mengenali, memperjelas
dan mendefinisikan fakta terkait kebutuhan ini. Langkah ini disebut sebagai pengumpulan data
dalam tahap penilaian dari proses keperawatan.
          Pada proses keperawatan, diagnosa keperawatan mengatasi satu masalah atau defisit
kesehatan yang teridentifikasi. Diagnosis keperawatan adalah ringkasan pernyataan dari data
yang dikumpulkan. Peplau menyatakan bahwa "selama periode orientasi pasien menjelaskan
kesan keseluruhan masalahnya", sedangkan dalam proses keperawatan, perawat menyimpulkan
diagnosis dari data yang dikumpulkan.
Tahap berikutnya pada proses keperawatan adalah perencanaan. Dalam tahap
perencanaan proses keperawatan, perawat secara khusus merumuskan bagaimana pasien akan
mencapai tujuan yang ditetapkan. Pada Peplau menekankan bahwa perawat ingin
mengembangkan hubungan terapeutik sehingga kecemasan pasien akan disalurkan secara
konstruktif untuk mencari sumber daya, sehingga menurunkan perasaan putus asa. Langkah
dalam perencanaan masih dapat dipertimbangkan dalam fase identifikasi Peplau.
          Pada tahap implementasi, seperti dalam fase eksploitasi Peplau, pasien akhirnya menuai
manfaat dari hubungan terapeutik dengan menggambarkan pada pengetahuan dan keahlian
perawat. Dalam kedua fase (implementasi dan eksploitasi), rencana individual telah terbentuk,
berdasarkan kepentingan dan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, dalam kedua tahap rencana
yang diprakarsai menuju penyelesaian tujuan yang diinginkan. Ada perbedaan implementasi dan
eksploitasi., pada fase eksploitasi,  pasien adalah orang yang aktif mencari berbagai jenis
layanan untuk memperoleh manfaat maksimal yang tersedia sedangkan implementasi ditentukan
oleh rencana atau melaksanakan prosedur. Eksploitasi berorientasi pada pasiean, sedangkan
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pasien atau oleh orang lain termasuk para profesional
kesehatan dan keluarga pasien.
          Pada fase resolusi Peplau, fase-fase lainnya telah berhasil dipenuhi,  kebutuhan telah
dipenuhi serta resolusi dan pemberhentian adalah hasil akhir. Dalam proses keperawatan,
evaluasi merupakan langkah terpisah, dan penetapan perilaku akhir yang diharapkan digunakan
sebagai alat untuk evaluasi.  Dalam evaluasi, jika situasinya jelas, masalah bergerak ke arah
penghentian. Jika masalah tidak terselesaikan, bagaimanapun tujuan dan sasaran tidak tercapai,
dan jika perawatan tidak efektif, penilaian ulang harus dilakukan. Tujuan-tujuan baru,
perencanaan, implementasi dan evaluasi kemudian disusun.
2.6 Penerimaan Teori oleh Komunitas Keperawatan
1.    Praktek Keperawatan
Grace Sills menyatakan bahwa, Peplau memberikan perspektif baru, arahan baru, teori –
teori yang dijadikan dasar praktek keperawatan untuk tindakan terapeutik dengan pasien. Ide
Peplau menjelaskan desain untuk praktek keperawatan jiwa dengan lengkap (Tomey & Alligood,
1998).
2.    Pendidikan Keperawatan
Buku Peplau yang berjudul “Interpersonal Relation in Nursing” ditulis khusus untuk
membantu lulusan perawat dan mahasiswa keperawatan. Tulisan – tulisan Peplau berampak pada
tokoh – tokoh keperawatan lain yang juga menulis buku. Mereka menyatakan bahwa ide Teori
Peplau, terutama definisi terhadap keperawatan dan proses keperawatan, pengembangan dari
teori kecemasan dan pembelajaran, serta metode psikoterapeutik, menjadi bagian dari seleksi
alam dari disiplin ilmu keperawatan (Tomey & Alligood, 1998)

3.    Penelitian Keperawatan
Statement Sills mengenai hasil kerja Peplau dipengaruhi oleh pekerjaannya di klinik dan
hasil studi, dimana hasil tersebut digunakan dalam penlitian sebagai alat untuk meningkatkan
batang tubuh pengetahuan keperawatan. Pada penelitian – penelitian awal mengikuti asumsi
bahwa masalah pasien terjadi pada fenomena individu dan dieksplorasi dalam hubungan perawat
– pasien. Thomas, Baker dan Estes menggunakan konsep kecemasan Peplau sebagai suatu
makna untuk memecahkan perasaan marah secara konstruktif melalui proses pembelajaran pada
hubungan perawat – pasien (Tomey & Alligood, 1998). 

2.7 Keterbatasan Teori Peplau


        Beberapa keterbatasan teori peplau meliputi kurangnya penekanan pada health
promotion dan pemeliharaan kesehatan ; bahwa dinamika intra keluarga, pertimbangan ruang
individu, serta layanan sumberdaya sosial komunitas/masyarakat juga kurang diperhatikan. Teori
Peplau juga tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa mengekspresikan kebutuhannya

Anda mungkin juga menyukai