Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah dan Landasan Pendirian Perusahaan

PT. Wijaya Karya Bitumen merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


usaha penambangan aspal alam serta saham industri pengolahan produk dari aspal
alam. Sebuah perusahaan yang berpusat di Jakarta pada tahun 1920, aspal buton
ditemukan oleh masyarakat atau penduduk setempat. Batuan aspal ini berwarna
hitam, ringan dan bisa meleleh. Endapan aspal yang ditemukan tersebut terdapat
dipulau buton bagian selatan, tepatnya pada jalur dari Teluk Sampolawa hingga di
Teluk Lawele bagian utara yang meliputi kawasan seluas 70.000 Ha. Atas izin
kesultanan Buton.

A. Walker membuat kontrak eksplorasi dan eksploitasi meliputi wilayah


Waisiu, Kabungka, Wariti dan Lawele mengambil Aspal Batu Buton (Asbuton)
yang sebelumnya dinamakan Butas (Buton Aspal). Pada tahun 1926 A. Walker
menyerahkan hak eksploitasinya kepada MMB (Mijnbow en Cultur Maattchapij
Buton Belanda ) selama 30 tahun terhitung sejak tanggal 21 Oktober 1924 sampai
dengan tanggal 21 Oktober 1954 dalam kurung waktu selama 30 tahun tersebut
Asbuton tidak hanya di ekspor ke beberapa negara di Eropa tetapi di pakai juga
untuk permintaan pembuatan jalan di dalam negeri karena berkualitas sangat baik.

Pemerintahan Hindia Belanda mengadakan suatu kontrak kerja. Kontraktor


pertama oleh PT. NV. Minj Bown En Culture Mastchapij Buton (M.M.B).
Kemudian pada tanggal 12 Oktober 1954 hingga tanggal 12 Mei 1961,
berdasarkan PP 1954/1961 aspal buton diserahkan pengeloalaannya kepada
Pemerintah Republik Indonesia.

Pada tanggal 12 Mei 1961 sampai dengan tanggal 31 Agustus 1984


dibentuklah suatu Perusahaan Negara (PN). Perusahaan Aspal Negara yang
disingkat PAN sesuai dengan UU No. 9 Tahu 1969, tentang bentuk-bentuk
perusahaan perseroan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dimana pada saat itu
PAN sedang dalam proses peralihan menjadi Perusahaan Aspal Negara Perseroan.

4
Pada tanggal 1 September 1984 didirikan PT. Sarana Karya.

Pada Saat ini, PT. Sarana Karya telah berubah nama menjadi PT. Wijaya
Karya Bitumen. Setelah dikeluarkannya PP No. 1991/2013 pada tanggal 24
Desember 2013 dan tanggal 30 Desember telah rampung dibeli dan dijual
berdasarkan kesepakatan dari pemerintah sehingga PT. Sarana Karya Menjadi
anak Perusaan PT. Wijaya Karya Bitumen pada tanggal 7 April 2014 yang lalu.

2.2 Profil Perusahaan


2.2.1 Visi Perusahaan
Sebagai entitas anak dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang bergerak di
bidang usaha penambangan dan industri pengolahan Aspal Buton (Asbuton),
Perusahaan menetapkan VISI :“Menjadi Salah Satu Penyedia Dan Pengembang
Aspal Alam Terbaik Di Asia”
2.2.2 Misi Perusahaan
1. Memimpin pasar Aspal Buton di Asia.
2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan
kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.
3. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu
peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja
yang berwawasan lingkungan.
4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan.
5. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
2.2.3 Status dan legalitas
Status dan legalitas Perusahaan sebagai pengelola telah mengalami beberapa
kali perubahan, yaitu sebagai berikut:
1. Periode 21 Oktober 1924 sampai 19 Agustus 1926, pemilikan dan
pengelolaan Perseroan oleh A. Walker sebagai pemegang Kontrak
Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan Aspal di Pulau Buton.

5
2. Periode 19 Agustus 1926 sampai 21 Oktober 1954, pemilikan dan
pengelolaan dilaksanakan oleh suatu perusahaan perseroan Belanda,
yaitu N.V. Mijnbow En Cultuur Maatshapij Boeton (MMB).
3. Periode 21 Oktober 1954 sampai 12 Mei 1961, pengelolaan dilakukan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Jawatan Jalan-jalan dan Jembatan.
4. Pada tanggal 12 Mei 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3
tahun 1961, didirikan Perusahaan Aspal Negara (PAN), di mana Bagian
Batas pada Direktorat Jalan-jalan dan Jembatan dilebur menjadi
Perusahaan Aspal Negara.
5. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 tahun 1984 tanggal 30
Januari 1984, Perusahaan Aspal Negara (PAN) diubah bentuknya
menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Realisasi perubahan Perusahaan
Aspal Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dilaksanakan
dengan pendirian PT Sarana Karya (Persero) pada tanggal 1 September
1984, yang dilandaskan pada :
a. Undang–undang No. 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – undang No. 1 tahun 1969 tentang
Bentuk-Bentuk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 No. 16
Tambahan Lembaran Negara No. 2890) menjadi Undang – undang
(Lembaran Negara Tahun 1969 No. 40, Tambahan Lembaran Negara No.
2904).
b. Undang–undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Tahun 1995 No. 13, Tambahan Lembaran Negara No.
3537).
c. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(PERSERO) (Lembaran Negara tahun 1998 No. 15, Tambahan
Lembaran Negara No. 3587).
2.2.4 Perubahan Nama Perusahaan menjadi PT WIKA Bitumen
Berdasarkan Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT
Sarana Karya yang telah di-Aktakan oleh M. Nova Faisal, SH., M.Kn., Notaris
dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Jakarta, dengan akta no. 83 tanggal

6
30 Juni 2014 yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-
05084.40.20.2014 Tahun 2014 tanggal 07 Juli 2014, diputuskan bahwa
menyetujui mengubah nama Perseroan dari yang semula bernama PT Sarana
Karya berubah menjadi PT Wijaya Karya Bitumen (WIKA BITUMEN) dan
menyetujui penjualan sebagian saham milik PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sebanyak 50 (lima puluh) saham atau sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) kepada PT Wijaya Karya.
2.2.5 Maksud Dan Tujuan Pendirian Perusahaan
Sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan
tujuan pendirian dari Perusahaan adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang
kebijaksanaan dan program pemerintah di Bidang Ekonomi dan Pembangunan
Nasional pada umumnya serta pembangunan di bidang :
1. Pertambangan.
2. Industri Konstruksi.
3. Perdagangan.
4. Pengangkutan dan
5. Jasa Pelabuhan.
2.2.6 Kegiatan Perusahaan
Sebagai bagian dan menjadi bagian strategi pengembangan pendukung
(back-ward) dari sinergi usaha WIKA Group, posisi PT WIKA Bitumen
diarahkan untuk mengembangkan usaha penyediaan produk Aspal Buton yang
berkualitas secara terintegrasi mulai dari penambangan hingga industri produk
yang dapat dihasilkan dari material tambang tersebut dan pada akhirnya memberi
nilai tambah yang tinggi untuk usaha WIKA Group. Adapun program
pengembangan produk yang sedang dan akan dilakukan, antara lain:
1. Asbuton Curah
2. Asbuton Granular
3. Asbuton Ekstraksi.
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham di Luar Rapat
PT Sarana Karya yang telah di aktakan oleh M. Nova Faisal, SH., M.Kn., Notaris

7
dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Jakarta dengan Akta No. 53 tanggal
16 April 2014 yang diantaranya berisi keputusan untuk melakukan perubahan
kegiatan perseroan, maka Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha :
1. Mengadakan penyelidikan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan batuan aspal
dan semua jenis bitumen di seluruh Pulau Buton dan sekitarnya serta
wilayah lainnya di Republik Indonesia.
2. Mengolah, mengelola, dan mengembangkan batuan aspal dan semua jenis
bitumen menjadi produk industri yang bernilai tambah tinggi untuk
infrastruktur perhubungan serta industri lainnya.
3. Mengolah, mengelola, dan mengembangkan hasil alam dan bahan galian
lainnya menjadi produk industri yang bernilai tambah tinggi untuk
infrastruktur perhubungan serta industri lainnya.
4. Melaksanakan usaha perdagangan dan mengembangkan jaringan distribusi
untuk memperdagangkan hasil produk industri aspal dan semua jenis
bitumen serta produk turunan lainnya untuk pasar dalam dan luar negeri.
5. Mengangkut hasil produksi pertambangan dan hasil produksi industri olahan
batuan aspal dan semua jenis bitumen serta produk turunan lainnya.
6. Mengembangkan dan melaksanakan jasa bongkar muat untuk kapal
dan/atau tongkang di pelabuhan khusus Perseroan di Wilayah Republik
Indonesia.
2.2.7 Budaya Perusahaan
Budaya Perusahaan dipandang perlu diupayakan untuk secara konsisten
menjaga dan meningkatkan kinerja Perusahaan serta tingkat pelayanan
kepadaPelanggan. Mengacu pada Budaya Perusahaan yang diterapkan oleh
seluruh Entitas Anak WIKA Group, maka ditetapkan Budaya Perusahaan WIKA
Bitumen sebagai berikut :
1. Nilai-Nilai Perusahaan (Values) Menerapkan CIBERTI sebagai Nilai-Nilai
yang digunakan menjadi acuan dalam melaksanakan setiap tindakan
pelaksanaan tugas, yakni :
a. Commitment : Berbuat sesuai kesepakatan dan janji.
b. Innovation : Selalu mencari sesuatu yang lebih baik.

8
c. Balance : Menjaga keseimbangan semua aspek.
d. Excellence : Memberikan hasil lebih baik.
e. Relationship : Hubungan kemitraan yang baik untuk para pihak.
f. Team Work : Sinergi, kerja sama intra dan lintas unit kerja.
g. Integrity : Keutuhan dan Ketulusan
h. Penjabaran nilai-nilai tersebut dilakukan dalam perilaku keseharian, menjadi
i. ciri/kepribadian manusia WIKA Bitumen serta brand image Perusahaan.
2. Paradigma Perusahaan
Dalam menjalankan usahanya, setiap insan WIKA Bitumen bekerja
berlandaskan paradigma berikut :
a. Kepemimpinan dan keteladanan mendorong kinerja ekselen.
b. Kecepatan, kecermatan dan efisiensi adalah faktor esensial.
c. Pengetahuan dan kompetensi adalah aset utama untuk meraih keunggulan.
d. Setiap aktivitas dan perubahan wajib memberikan nilai tambah.
e. Inovasi dan kepuasan pelanggan adalah komitmen setiap karyawan.
f. Lini Bisnis ( Corporate Business Lines )
Saat ini PT Sarana Karya , telah menjadi Anak Perusahaan PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk atau sering disebut PT WIKA Bitumen Terobosan penting
yang yang dilakukan adalah membuat perencanaan matang untuk memasuki
industri pengolahan Asbuton, menjadi produk bitumen bernilai tambah tinggi
yang dapat dipergunakan sebagai material untuk infrastruktur jalan/perhubungan
serta material penunjang industri lainnya. PT. WIKA Bitumen memiliki dua (2)
Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Buton :
1. IUP Lawele Area Code KW 97 PP 0127 dengan luas 100 Ha, sesuai
Keputusan Bupati Buton Nomor : 79 Tahun 2011 berlaku selama 10 tahun,
sampai tanggal 24 Januari 202.
2. IUP Pasar wajo Kabungka Kode Wilayah DU 6/Sutra dengan luas 318,526
Ha, sesuai Keputusan Bupati Buton Nomor : 177 Tahun 2011 berlaku
sampai 10 Tahun sampai tanggal 1 Maret 2021.

9
Kegiatan PT WIKA Bitumen mencakup berbagai aktifitas diantaranya Jasa
Pelabuhan seperti jasa bongkar - muat untuk kapal-kapal/tongkang di Pelabuhan
Khusus PT WIKA Bitumen yang terletak di Banabungi Pulau Buton.
2.3 Lokasi Perusahaan

Aspal alam yang dikelola oleh PT. Wijaya Karya Bitumen terdapat di pulau
Buton yang secara administratif terletak di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten
Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Geografis Pulau Buton terletak di
ujung Tenggara Pulau Sulawesi tepatnya 122º 42’-123º 24’ BT dan antara 5º
30’6º LS. Pulau yang memanjang memanjang dari Utara ke Selatan dengan
panjang ± 120 km dengan lebar 15 – 60 km. Berikut adalah peta administrasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. Kabupaten Buton memiliki wilayah
daratan seluas ± 2.488,71 km² atau 248.871 ha dan wilayah perairan laut
diperkirakan seluas ± 21.054 km², berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Buton Utara
Sebelah Selatan : Laut Flores Kabupaten Buton Selatan
Sebelah Barat : Kota Bau – Bau
Sebelah Timur : Kabupaten Wakatobi

Sumber : Google Earth 2020


10
Gambar 2.1 Peta Kesampaian lokasi kerja praktek

Secara umum lokasi dapat dijangkau dengan mudah dari berbagai sarana
transportasi yang ada, baik lewat darat, laut ataupun udara. Untuk mencapai PT.
Wijaya Karya Bitumen dari Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton
Tengah dapat melalui beberapa alternatife perjalanan yaitu :
1. Jalur darat, Mawasangka Tengah – Pelabuhan Wamengkoli dapat ditinjau
dengan waktu ± 50 menit dengan menggunakan kendaraan mobil atau
motor.
2. Jalur laut, Pelabuhan Wamengkoli - Bau-Bau dapat dijangkau ± 25 menit
dengan menggunakan transportasi laut.
3. Kota Bau-Bau menuju Kecamatan Pasarwajo dengan jarak ± 40 km. Akses
jalan dari Kota Bau - Bau menuju lokasi kerja praktek dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda dua, roda empat maupun bus dengan
waktu tempuh ± 60 menit. Sehingga rute perjalanan menuju lokasi kerja
praktek ini adalah Kecamatan Mawasangka – Pelabuhan Wamengkoli Kota
Bau-Bau, Kota Bau-Bau - Kecamatan Pasarwajo.

2.4 Geologi Regional

Daerah Pasarwajo termasuk bagian peta geologi lembar Buton, Sulawesi


Tenggara. Keadaan umum daerah penyelidikan sebagian besar merupakan daerah
perbukitan dengan ketinggian antara 100 m sampai maksimal 700 mdpl serta
mempunyai kemiringan lereng yang sangat terjal.

2.5 Stratigrafi

Dengan mengacu pada Peta Geologi Lembar Buton , Sulawesi Tenggara,


maka di daerah selidikan terdapat 8 formasi batuan yang di urutkan dari formasi
tua ke muda.

1. Komplek Ultrabasa Kapontori

11
Merupakan komplek batuan malihan tertua, umur formasi ini sekitar Permo
Karbon. Batuannya terdiri atas peridotit, serpentin dan gabro, setempat
terbreksikan dan tergeruskan. Penyebaran batuan komplek Ultra basa ini
memanjang dengan arah Timur laut – Barat daya. Dibagian Barat daya Komplek
Ultra basa Kapontori ini muncul sebagai Horst dengan kontak tidak selaras
terhadap beberapa formasi yang lebih muda.
2. Formasi Winto
Formasi Winto terdiri atas perselingan serpih, batu pasir, konglomerat, dan
sisipan batu gamping berumur Trias Atas. Serpih biasanya berlapis tipis sampai
sedang, berwarna abu-abu sampai kecoklatan atau kehitaman, berbitumen, sering
bersisipan dengan batu pasir halus sampai sedang dan batu gamping tipis
berwarna putih. Terdapat sisa tumbuhan berwarna coklat sampai kehitaman,
berlembar, sisipan tipis batubara dijumpai hanya pada tempat tertentu berlapis dan
dijumpai perlapisan sejajar, silang siur dan gelembur gelombang. Batu pasir
berwarna abu-abu sampai kecoklatan, gampingan, padat, sering terdapat urat
kuarsa, dibeberapa tempat dalam formasi Winto menyebabkan rembesan minyak.
Salah satu contoh rembesan minyak tersebut diantaranya yang muncul di Kumele
Winto.
3. Formasi Ogena
Formasi Ogena terdiri atas batu gamping pelagos, bersisipan klastika halus
dan batu gamping pasiran dan batu pasir. Umur formasi Ogena diperkirakan
terendapkan dalam lingkungan laut dalam. Batu pasir umumnya berlapis,
berwarna abu-abu tua, ukuran butir halus – sangat halus, lanauan, gampingan ,
sering di jumpai struktur sedimen perlapisan sejajar.
4. Formasi Tobelo
Formasi Tobelo tersebar mengikuti pola umum perlipatan didaerah itu.
Litologinya tersusun atas kasilitit, berlapis baik, kaya akan radilaria. Umur
Formasi diperkirakan antara Kapur – Paleosen dan terbentuk pada lingkungan
pengendapan Batial.
5. Formasi Tondo

12
Tersusun atas batu gamping, umumnya gamping terumbu dan juga
kalkarenit. Anggota batu gamping ini merupakan bagian bawah dari Formasi
Tondo. Kedudukan stratigrafinya dengan Formasi Tondo menjari-jemari. Formasi
Tondo tersusun atas konglomerat, batu pasir kerikilan, perselingan batu pasir, batu
lanau dan batu lempung. Pada formasi Tondo ini sering kali dijumpai rembesan
aspal kepermukaan membentuk urat-urat aspal. Formasi Tondo diendapkan dalam
lingkungan pengendapan neritik hingga Batial Bawah pada Miosen Tengah
sampai Miosen Atas.
6. Formasi Sampolakosa
Litologi terutama terdiri atas batu pasir gampingan-lempung. Batu pasir
gampingan umumnya berukuran butir halus sampai sedang abu-abu sampai
abuabu kehitaman, berlapis tebal sampai massif. Pada banyak tempat seperti di
Desa Wining terimpregnasi oleh aspal, mengandung bitumen, dan pada tempat-
tempat tertentu dijumpai rembesan aspal murni menembus sampai kepermukaan.
Formasi Sampolakosa diendapkan dalam lingkungan pengendapan neritik-batial
pada Miosen Atas sampai Pliosen Bawah.
7. Formasi Wapulaka
Formasi ini sebagian besar berupa batu gamping, batu gamping pasiran,
batu pasir gampingan. Batu gamping terutama sebagai gamping terumbu
ganggang atau koral, topografi batuan ini memperlihatkan undak-undak pantai
purba dan topografi kuarst.

13
Sumber : Peta Geologi Lembar Buton, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung, Skala 1:250.000
Gambar 2.2 Peta Regional Lembar Buton
8. Topografi dan Hidrologi
Kabupaten Buton memiliki sungai-sungai yaitu sungai Sampolawa di
Kecamatan Sampolawa, sungai Winto dan Tondo di kecamatan Pasarwajo, sungai
Malaoge, Tokulo dan sungai Wolowa di Kecamatan Lasalimu. Permukaan tanah
pegunungan yang relatif rendah ada juga yang bisa digunakan untuk usaha yang
sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut,
dengan kemiringan tanahnya mencapai 400.
9. Keadaan Tanah
Kondisi topografi tanah daerah Kabupaten Buton pada umumnya memiliki
permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit-bukit. Diantara gunung
dan bukit-bukit tersebut, terbentang daratan yang merupakan daerah – daerah
potensial untuk pengembangan sektor pertanian.
10. Vegetasi
Kabupaten Buton merupakan dataran rendah dan sebahagian berbukit
dengan keadaan tanah yang sangat subur terutama yang terletak pada pesisir

14
pantai sangat cocok untuk pertanian baik tanaman pangan maupun tanaman
perkebunan.
11. Iklim dan Curah Hujan
Keadaan iklim di Wilayah Kabupaten Buton pada umumnya sama seperti
daerah daerah lain di Indonesia dimana mempunyai dua musim, yakni musim
hujan dan musim kemarau. Pengukuran iklim dipusatkan di Stasion Meteorologi
Kls III Betoambari Kota Baubau. Musim hujan terjadi di antara bulan Desember
sampai dengan bulan April. Pada saat tersebut, angin barat bertiup dari Benua
Asia serta Lautan Pasifik banyak mengandung uap air. Musim kemarau terjadi
antara bulan Juli dan September, pada bulan-bulan tersebut angin Timur yang
bertiup dari Benua Australia sifatnya kering dan kurang mengandung uap air.
Khusus pada bulan April dan Mei di daerah Kabupaten Buton arah angin tidak
menentu, demikian pula dengan curah hujan, sehingga pada bulan-bulan ini
dikenal sebagai musim pancaroba.

15

Anda mungkin juga menyukai