Gibran Huzaifah merupakan CEO dan Co-Founder dari startup eFishery, yang membantu pet
ernak ikan mengontrol pakan ikan. eFishery baginya bukan sekadar startup yang diklaim me
miliki teknologi perikanan terbesar di Indonesia, tapi menurutnya juga menjadi startup perika
nan terbesar di dunia. Menurut alumni Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi
Bandung itu, sektor agroteknologi jarang tersentuh. “Kalau biasanya ada fintech, maka saya p
unya fishtech,” ucapnya, dilansir laman ITB.
Dari kejadian itu, dia memutar otak dan mencari jalan agar hasil panen komoditas lele bisa ter
jual berapa pun ukurannya. Akhirnya lahirlah Dorri Foods Indonesia, hasil olahan lele yang
merambah ke berbagai cabang.
“Karena hilir yang makin lama semakin berkembang, akhirnya bagian hulu—atau bagian bud
idayanya saya kembangkan. Hingga akhirnya ketika saya lulus, saya memiliki 76 kolam send
iri,” tutur cowok kelahiran 31 Desember 1989 itu.
Dari rencana untuk penumbuhan hulu ini, Gibran terpikirkan hal lain. Menurutnya Indonesia
memiliki banyak kolam namun tidak memiliki teknologi yang mengatasi masalah pemberian
pakan. Seringkali pemberian pakan di kolam tidak optimal karena terlalu lama larut dalam air,
hingga menyebabkan nutrisinya menghilang.
Selain dari hilangnya nutrisi pada pakan, masalah lain yang timbul adalah lingkungan. Pada b
eberapa waduk, polutan terbesarnya bukan berasal dari rumah tangga atau industri, melainka
n dari pakan ikan yang berlebih.
Akhirnya dia menciptakan teknologi pemberi pakan. Prototipe pertama berawal dari gara
si milik temannya yang tidak terpakai. Gibran memulainya dengan perintah kendali berupa s
hort message service (SMS) yang mengaktivasi alat pemberi makan. Dibutuhkan beberapa ka
li trial.
Hal itulah eFishery bisa maju hingga secanggih sekarang dengan fitur yang bermacam-maca
m. eFeeder milik kami sekarang bisa dikendalikan dari ponsel pintar pengguna serta terhubun
g ke sensor, yang dapat mendeteksi nafsu makan dari ikan yang dibudidaya,” jelas Gibran.
“Terkadang kita memikirkan bisnis dengan hal-hal yang terlalu kompleks, padahal seharusny
a dimulai dari sekecil mungkin namun sesegera mungkin,” pungkas dia.