Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEUANGAN

1. Pengertian
Laporan keuangan (financial statement) adalah keluaran ( output ) atau
hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau
pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Laporan kinerja terutama profitabilitas adalah merupakan
indikator keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya.

2. Tujuan Laporan Keuangan.


Menurut pragraf 9 PSAK 1, tujuan laporan keuangan adalah untuk
“memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomik serta menunjukkan hasil
pertanggungjawaban ( stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”. Laporan keuangan yang
disusun untuk tujuan umum ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna. Namun demikian tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan para pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomik karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
non-keuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah
dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin
mencakup misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi
mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau
mengganti manajemen.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi :
(a) aset;
(b) liabilitas ;
(c) ekuitas;
(d) penghasilan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(e)kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik; dan
(f) arus kas
Informasi tersebut, beserta informasi lain yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, membantu pengguna laporan keuangan dalam
memprediksi arus kas masa depan entitas dan, khususnya, dalam hal waktu
dan kepastian diperolenya kas dan setara kas.
3. Krakteristik Kualitatif Laporan Keuangan.
Dalam” Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”
disebutkan bahwa krakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat
krakteristik kualitatif pokok yaitu: (1) dapat dipahami (understandability), (2)
relevansi ( relevance ), (3) keandalan ( reliability), dan (4) dapat
diperbandingkan ( comparability)
a. Dapat Dipahami ( Understandability)
Kualitas penting informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Agar dapat
memahami laporan keuangan maka para pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang kegiatan ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan
yang wajar. Hal ini tidak berarti bahwa informasi yang kompleks yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan dapat dikeluarkan
hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit
untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
b. Relevan ( Relevancy)
Agar bermanfaat, informasi akuntansi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan Informasi
memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomik
pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, dan masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi
pengguna di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan
penegasan (confirmatory) berakaitan satu sama lain. Misalnya, informasi
struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pengguna ketika
mereka berusaha meramalkan kemampuan entitas dalam memanfaatkan
peluang dan bereaksi terhadap situsai yang merugikan. Informasi yang
sama juga berperan dalam memberikan penegasan ( confirmatory
role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur
keuangan entitas diharapkan tersusun atau tentang hasil operasi yang
direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pengguna,
seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan
kemampuan ekuitas untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk
ramalan eksplisit. Namun demikian kemampuan laporan keuangan untuk
membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi
tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan
laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang
tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah..
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam
beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup menentukan
relevansinya. Sebagai contoh, pelaporan suatu segmen baru, dapat
mempengaruhi nilai risiko dan peluang yang dihadapi entitas tanpa
mempertimbangkan materialitas hasil yang dicapai segmen baru tersebut
dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakikat maupun
materialitas dipandang penting, sebagai contoh jumlah serta kategori
persediaan yang sesuai dengan kebutuhan entitas.
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomik pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan
(omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya,
materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah
ketimbang suatu karakter kualitatif pokok yang harus dimiliki agar
informasi dipandang berguna.

c. Keandalan ( Reliability)
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable) . Informasi
memiliki kualitas andal, jika informasi tersebut bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya
sebagai penyajian yang jujur atau tulus ( faithful representation) dari yang
seharusnyab disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan maka informasi tersebut bagi pengguna secara
potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika keabsahan dan jumlah
tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui
jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat
mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
. (1). Penyajian Jujur
Informasi yang andal harus menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar dapat diharapkan untuk disajikan.Jadi, sebagai contoh, neraca
harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
dalam bentuk aset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada tanggal
pelaporan yang memenuhi kriteria pengkakuan.
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko
penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya
digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan
untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat
dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang
dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik
penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan pristiwa tersebut.
Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan dari suatu pos
sangat tidak pasti sehingga entitas pada umumnya tidak mengakuinya
dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, meskipun dalam kegiatan
usahanya entitas dapat menghasilkan goodwill , tetapi lazimnya sulit
mengidentifikasi atau mengukur goodwill secara andal.Namun, dalam
kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan
dengan mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan
pengakuan dan pengukurannya.
(2). Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut
perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomik dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi
atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari
bentuk hukum. Sebagai contoh ,suatu entitas mengkin menjual suatu
aset kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga
dokumentasi dimaksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut
hukum ke pihak lain tersebut; namun demikian, mungkin terdapat
persetujuan yang memastikan bahwa entitas dapat terus menikmati
manfaat ekonomik masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aset.
Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan
dengan jujur transaksi yang dicatat. (jika sesungguhnya memang ada
transaksi)
(3). Netralitas. Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum
pengguna , dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan
pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak saja sementara hal tersebut
akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
(4). Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan
piutang yang diragukan, taksiran masa manfaat aset tetap, dan
tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian
semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya
dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung
unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi
ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan liabilitas atau beban tidak dinyatakan terlalu
rendah.Namun demikian penggunaan pertimbangan sehat tidak
memperkenankan, sebagai contoh, pembentukan cadangan
tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan dengan
sengaja menetapkan aset atau penghasilan lebih rendah atau
pencatatan liabilitas atau beban lebih tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu tidak memiliki kualitas
andal.
(5). Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan tidak
mengungkapkan (omission) mengkibatkan informasi menjadi tidak
benar atau menyesatkan sehingga tidak dapat diandalkan atau tidak
sempurna ditinjau dari segi relevansi

d. Komparabilitas
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas
antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar periode untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran
dan penyjian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar
periode entitas yang sama dan untuk entitas yang berbeda
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan
adalah bahwa pengguna harus mendapat informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pengguna
harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan
akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang
sama dalam sebuah entitas dari suatu periode ke periode lain dan dalam
entitas yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan,
termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh
entitas, membantu pencapaian daya banding.
Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan
keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan
dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik.
Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi
selaras dengan karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan.
Perusahaan juga tidak perlu memperthankan suatu kebijakan akuntansi
jika ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal.
Berhubung pengguna ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan antarperiode, maka entitas perlu
menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.

4. Tanggungjawab Atas Laporan Keuangan.


Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.
Manajemen bertanggungjawab dalam menerapkan kebijakan akuntansi
yang sehat dan membangun serta memelihara struktur pengendalian intern
yang andal, di antaranya mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan
data keuangan yang sejalan dengan pernyataan manajemen yang
tercantum dalam laporan keuangan. Struktur pengendalian intern harus
mencakup sistem akuntansi yang mengidentifikasi, menganalisis,
menggolongkan, mencatat, dan melaporkan transaksi dari kesatuan usaha
serta menyelenggarakan pertanggungjawaban aset dan utang yang
bersangkutan. Transaksi yang dilakukan oleh kesatuan usaha, aset dan
utang yang bersangkutan berada dalam pengetahuan dan pengendalian
manajemen. Oleh karena itu, penyajian yang wajar posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
tersirat dan merupakan bagian yang terpisahkan dari tanggungjawab
manajemen.

5. Komponen Laporan Keuangan Lengkap


Laporan keuangan merepresentasikan dampak keuangan dari transaksi
dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar
menurut krakeristik ekonominya. Laporan keuangan lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut :( pragrap (10) PSAK 1 )
a. Neraca atau laporan posisi keuangan pada akhir periode..
Neraca merepresentasikan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu yang biasanya dibuat pada akhir tahun. Unsur yang
berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, liabilitas, dan ekuitas. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomik di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan Manfaat ekonomik masa depan yang terwujud dalam aset
adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
langsung maupun tidak langsung, arus kas atau setara kas kepada
perusahaan.Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif
dan merupakan bagian operasional perusahaan. Mungkin pula
berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau
berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti
penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif..
Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomik.
Krakteristik esensial liabilitas adalah bahwa perusahaan mempunyai
kewajiban masa kini, baik karena kontrak yang mengikat , peraturan
perundang-undangan, atau dari praktik bisnis yang lazim. Penyelesaian
kewajiban masa kini mengharuskan perusahaan untuk mengorbankan
sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Ekuitas
adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua
liabilitas.
b.Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode.
Merepresentasikan ringkasan penghasilan dan beban perusahaan dalam
suatu periode waktu tertentu. Penghasilan adalah kenaikan manfaat
ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan
atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan ( revenues)
maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal, sering disebut penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Keuntungan
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dang
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa.Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat
ekonomik sehingga pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan.
Contoh keuntungan adalah keuntungan penjualan aset tetap,
keuntungan dari hasil investasi, dan keutungan kenaikan nilai investasi
jangka pendek. Keuntungan biasanya disajikan sebesar nilai neto
setelah dikurangi dengan bebannya. Beban (expenses) adalah
penurunan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aset, atau timbulnya liabilitas
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Beban meliputi baik kerugian
maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas normal
perusahaan .Beban dari aktivitas perusahaan misalnya beban pokok
penjualan, gaji, dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk
arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas, persediaan, dan aset
tetap. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi defenisi beban
yang mungkin timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian
tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, misalnya
bencana kebakaran.
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
Merepresentasikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam ekuitas
perusahaan dalam periode waktu tertentu
d. Laporan arus kas selama periode.
Merepresentasikan arus kas selama periode waktu tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktitvitas operasi, investasi, dan pendanaan
e. Catatan atas laporan keuangan.
Merupakan bagian yang integral dari suatu laporan keuangan yang
memberikan penjelasan tentang kebijakan akuntansi yang penting dan
penjelasan atas hal-hal tertentu yang dianggap perlu, sehingga laporan
keuangan memberikan informasi yang lengkap bagi penggunanya.
Catatan atas laporan :
(1) menyajikan Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijaksanaan akuntansi spesifik yang digunakan;
(2) mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak
disajikan di bagian mana pun dalam laporan keuangan; dan
(3) menyediakan informasi yang tidak disajikan di bagian mana pun
dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk
memahami laporan keuangan.
Entitas sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan
secara sistematis. Entitas membuat referensi silang atas setiap pos
dalam laporan posisi keuangan dan laporan laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain, perubahan ekuitas dan laporan arus
kas untuk informasi yang berhubungan dlam catatan atas laporan
keuangan.
Entitas umumnya menyajikan catatan atas laporan keuanan dengan
urutan sebagai berikut, untuk membantu pengguna memahami dan
membandingkan dengan laporan keuangan entitas lain:
(a) pernyataan kepatuhan terhada SAK
(b) ringkasan kebijakan akuntansi
(c) informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, lapooran perubahan ekuitas dan laporan arus
kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian
masing-masing pos
(d) pengungkapan lain termasuk:
(i) liabilitas kontinjensi dan komitmen kontratual yang belum diakui
(ii) pengungkapan informasi nonkeuangan, misalnya tujuan dan
kebijakan manajemen risiko keuangan
f.Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereflesifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
6. Pendekatan Dalam Mendefinisikan Elemen Laporan Keuangan.
Terdapat dua pendekatan yaitu (a) pendekatan aset-liabilitas (asset –
liability approach ) dan (b) pendekatan pendapatan-beban ( revenue-
expenses approach). Dalam konteks inilah secara sistematik kedua disiplin
akuntansi menunjukkan perbedaan, karena disiplin Akuntansi Keuangan
menggunakan pendekatan aset-utang, sedangkan disiplin Akuntansi Pajak
menggunakan pendekatan pendapatan-beban.
Disiplin Akuntansi Keuangan beranggapan bahwa aset dan liabilitas
itulah the real thing, sesuatu yang benar-benar ada pada perusahaaan,
sedangkan pendapatan, beban, untung, dan rugi hanyalah konsep belaka.
Untuk mengidentifikasi ada atau tidak adanyanya pendapatan dan beban
serta untung atau rugi, akuntansi keuangan menggunakan kriteria berupa
ada atau tidak adanya kenaikan ( untuk pendapatan atau keuntungan) dan
penurunan ( untuk beban atau kerugian) yang terjadi pada aset
perusahaan; dan ada tidak adanya kenaikan ( untuk beban atau kerugian)
dan penurunan ( untuk pendapatan atau keuntungan ) yang terjadi pada
kewajiban perusahaan. Berdasarkan pendekatan aset-liabilitas, standar
akuntansi didesain sedemikian rupa sehingga aset dan liabilitas adalah
produk utama; sementara itu pendapatan, beban, untung, dan rugi adalah
produk sampingan dari hasil penerapan metode-metode pengakuan,
pengukuran, penilaian, dan pelaporan yang sesuai dengan standar
akuntansinya. Dengan pendekatan aset-liabilitas maka : (1) ada dan tidak
adanya manfaat ekonomik yang akan diperoleh di masa mendatang dari
suatu pengorbanan dipakai sebagai kriteria untuk menentukan apakah
suatu pengorbanan dapat atau tidak dapat diakui sebagai suatu aset; dan
(2) ada dan tidak adanya pengorbanan manfaat ekonomik di masa
mendatang dipakai sebagai kriteria untuk mengakui ada atau tidak adanya
liabilitas.
Sebaliknya, disiplin Akuntansi Pajak beranggapan bahwa pendapatan
dan beban serta untung dan rugi adalah the real things –
sesuatu yang sebenar benarnya ada pada perusahaan ,sedangkan aset
dan liabilitas tidak lain adalah pendapatan, beban, keuntungan, atau
kerugian yang ditunda atau ditangguhkan pengakuannya atau belum tiba
saatnya untuk diakui sebagai pendapatan atau beban dan keuntungan
atau kerugian. Dengan pendekatan pendapatan-beban, standar akuntansi
didesain sedemikian rupa sehingga pendapatan, beban, untung, dan rugi
adalah produk utama, sedangkan aset dan liabilitas adalah produk
sampingan dari hasil penerapan metode-metode pengakuan, pengukuran,
penilaian, dan pelaporan yang sesuai dengan standar akuntansinya.
7. Laporan Keuangan Fiskal
Dalam Pasal 4 ayat (4) UU KUP ditentukan bahwa SPT Tahunan Wajib
Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan
lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Laporan keuangan dimaksud adalah laporan keuangan hasil kegiatan
usaha masing-masing Wajib Pajak. Laporan keuangan komersial yang
wajib dilampirkan masih bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu misalnya untuk pengisian SPT.
Dengan demikian laporan keuangan komersial tersebut tidak dapat
digunakan begitu saja untuk kebutuhan perpajakan, karena ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan mempunyai kriteria sendiri
tentang pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban yang belum
tentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Agar laporan keuangan
komersial tersebut dapat digunakan sebagai dasar penghitungan pajak
terutang, maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian atau
rekonsiliasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
8. Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki keterbatasan sebagai berikut :
a. Laporan keuangan bersifat historis, artinya merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat. Oleh karena itu laporan keuangan tidak
dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
b.Laporan keuangan bersifat umum artinya laporan keuangan disusun
untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna dan
bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
taksiran dan berbagai pertimbangan
d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian juga
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu
mungkin tidak dilaksanakan jika itu tidak menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap kelayakan laporan keuangan.
e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak
pastian.Jika terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak
pasti tentang penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang
menghasilkan laba neto atau nilai aset yang paling kecil.
f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu
peristiwa/transaksi ketimbang bentuk formalnya ( substance over form)
g.Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis,
dan pengguna laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
h.Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomi dan
kesuksesan antar perusahaan.
i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai