Anda di halaman 1dari 37

Rangkaian Penguat Operational Amplifier (Op-Amp)

1. Tujuan
Praktek ini bertujuan agar Praktikan mampu:
a. Membuat rangkaian penguat inverting, non-inverting, integrating (summing) dan
differentiating
b. Menentukan faktor penguat masing-masing rangkaian
c. Membedakan fungsi masing-masing rangkaian

2. Dasar Teori
Operational Amplifier disingkat dengan Op-Amp merupakan penguat sinyal
dengan impedansi input yang besar dan impedansi output kecil, rangkaian penguat ini
kini telah diproduksi dalam bentuk IC, dengan bentuk dan simbol seperti tampak pada
Gambar 1.
+15V

2
7

+ 4
3

-15V

Gambar 1 Bentuk dan Simbol Op-Amp berupa IC dengan 8 kaki


Keterangan: Terminal 2 (-) : Inverting Input
Terminal 3 (+) : Non Inverting Input
Terminal +15V (7) : Suplai Tegangan +15V
Terminal -15V (4) : Suplai Tegangan -15V
Terminal 6 : Output

Op-amp dapat digunakan untuk berbagai rangkaian penguat, antara lain:


 Rangkaian inverting digunakan untuk membalik dan memperkuat sinyal output,
V Rf
dengan penguatan sebesar: Av   o  
V1 R1
 Rangkaian non-inverting digunakan hanya untuk memperkuat sinyal output, dengan
V R f  R1
penguatan sebesar: Av  o 
V1 R2
 Rangkaian integrating digunakan untuk menggabungkan beberapa sinyal input,
Vo R
dengan penguatan sebesar: Av     f dimana R1  R2  R3  R
V1  V2  V3 R
 Rangkaian differentiating digunakan untuk memperoleh selisih antara dua buah
Vo R
input, dengan penguatan sebesar: Av   f dimana R1  R2  R
V2  V1 R

Laboratorium Sistem Kendali Page 1


Nilai tegangan output (Vo) tergantung pada tegangan input (Vi) dan penguatan yang
dibuat (A), tetapi nilai tegangan output tidak lebih besar dari suplai tegangan yang
diberikan pada terminal 4 dan 7.

3. Daftar Peralatan

Gambar 2 Peralatan yang digunakan untuk praktek Op-Amp

a. Op-Amp LM 741 1 buah


b. Resistor 4,7 kΩ dan 10kΩ 4 buah
c. Potensiometer 10 kΩ 3 buah
d. Sumber Tegangan DC: +15V dan -15V 1 buah
e. Voltmeter DC 4 buah
f. Kabel penghubung 1,5mm2 secukupnya
g. Jumper secukupnya

4. Prosedur Percobaan
a. Penguat Inverting

Gambar 3 Rangkaian Inverting

1. Buatlah rangkaian penguat inverting (Gambar 3) dengan nilai Rf, R1 dan R2 sesuai
dengan penguatan yang diinginkan.
2. On-kan sumber tegangan DC dan aturlah potensiometer, sehingga diperoleh nilai
tegangan input (Vi) seperti pada Tabel 1. Ukur tegangan outputnya (Vo) dan catat
hasil pengukurannya pada Tabel 1.

Laboratorium Sistem Kendali Page 2


3. Hitung nilai penguatannya berdasarkan tegangan input dan tegangan output (Av).
4. Gantilah nilai Rf dan R1 agar diperoleh penguatan yang berbeda. Kemudian lakukan
seperti pada langkah 2 dan 3 dan masukkan data pada Tabel 2.
5. Gantilah sumber tegangan pada potensiometer yang semula sumber tegangan
positif (+15V) menjadi sumber tegangan (-15V).
6. On-kan sumber tegangan DC dan aturlah potensiometer sehingga diperoleh nilai
tegangan input (Vi) seperti pada Tabel 3. Ukur tegangan outputnya (Vo) dan catat
hasil pengukuran pada Tabel 3.
7. Hitung nilai penguatannya (Av).

Tabel 1 Rangkaian Penguat Inverting (1) Tabel 2 Rangkaian Penguat Inverting (2)
Rf = ...... Ω R1 = ...... Ω R2 = ...... Ω Rf = ...... Ω R1 = ...... Ω R2 = ...... Ω
Vi (V) Vo (V) Av (Vo/Vi) Vi (V) Vo (V) Av
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15

Tabel 3 Rangkaian Penguat Inverting


Rf = ...... Ω R1 = ...... Ω R2 = ...... Ω
Vi (V) Vo (V) Av
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
-14
-15

Laboratorium Sistem Kendali Page 3


b. Penguat Non-Inverting
RF
+15V
+15V

2
7

6
R2
+ 4
3

R1 -15V

Gambar 4 Rangkaian Non-Inverting*

1. Buatlah rangkaian penguat non-inverting (Gambar 4) dengan nilai Rf, R1 dan R2 sesuai
dengan penguatan yang diinginkan.
2. Aturlah potensiometer, sehingga diperoleh nilai tegangan input (Vi) seperti pada Tabel
4 dan ukur tegangan outputnya (Vo) lalu catat pada Tabel 4.
3. Hitung nilai penguatan Av.
4. Gantilah sumber tegangan pada potensiometer yang semula adalah sumber tegangan
positif (+15V) menjadi sumber tegangan negatif (-15V).
5. Kemudian lakukan pengukuran seperti pada langkah nomor 2 dan nomor 3. Catat
hasil pengukuran dan perhitungan pada Tabel 5.

Tabel 4 Rangkaian Non-Inverting (1) Tabel 5 Rangkaian Non-Inverting (2)


Rf = ...... Ω R1 = ...... Ω R2 = ...... Ω Rf = ...... Ω R1 = ...... Ω R2 = ...... Ω
Vi (V) Vo (V) Av Vi (V) Vo (V) Av
1 -1
2 -2
3 -3
4 -4
5 -5
6 -6
7 -7
8 -8
9 -9
10 -10
11 -11
12 -12
13 -13
14 -14
15 -15

Laboratorium Sistem Kendali Page 4


c. Penguat Intergrating
+15V +15V

R3
RF
+15V
R2
2
7

R1 6

+ 4
3

R4 -15V
-15V

Gambar 5 Rangkaian Intergrating*

1. Buatlah rangkaian penguat integrating (Gambar 5) dengan nilai R1=R2=R3 dan Rf=R4,
dengan sumber tegangan positif (+15V) pada potensiometer 1 dan 3 (V1 dan V3),
serta sumber tegangan negatif (-15V) pada potensiometer 2 (V2).
2. Atur potensiometer 2 dan 3 hingga diperoleh nilai V2 dan V3 sesuai ketentuan, dan
biarkan V2 dan V3 pada nilai tersebut.
3. Kemudian lakukan pengaturan potensiometer 1 (V1) seperti pada Tabel 5 lalu catat
hasil pengukuran dan perhitungan pada Tabel 6.
4. Atur potensiometer 1 dan 3 hingga diperoleh nilai V1 dan V3 sesuai ketentuan, dan
biarkan V1 dan V3 pada nilai tersebut.
5. Kemudian lakukan pengaturan potensiometer 2 (V2) seperti pada Tabel 7 lalu catat
hasil pengukuran dan perhitungan pada Tabel 7.
6. Atur potensiometer 1 dan 2 hingga diperoleh nilai V1 dan V2 sesuai ketentuan, dan
biarkan V1 dan V2 pada nilai tersebut.
7. Kemudian lakukan pengaturan potensiometer 3 (V3) seperti pada Tabel 8 lalu catat
hasil pengukuran dan perhitungan pada Tabel 8.

Tabel 6 Rangkaian Integrating (1)


Rf = R4 =4,7kΩ R1=R2=R3 = 10kΩ
V1 (V) V2 (V) V3 (V) Vo (V) A1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Laboratorium Sistem Kendali Page 5


12
13
14
15

Tabel 7 Rangkaian Integrating (2)


Rf = R4 =...... Ω R1=R2=R3 = ......Ω
V2(V) V3 (V) V1 (V) Vo (V) A2
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
-14
-15

Tabel 8 Rangkaian Integrating (3)


Rf = R4 =...... Ω R1=R2=R3 = ......Ω
V3 (V) V2 (V) V1 (V) Vo (V) A3
1 -10 2 3,76
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Laboratorium Sistem Kendali Page 6


13
14
15

d. Penguat Differentiating
+15V

RF
+15V

2
7
+15V
R1 6

+ 4
3

R2 R3
-15V

Gambar 6 Rangkaian Differentiating*

1. Buatlah rangkaian penguat differentiating (Gambar 6) dengan nilai R1=R2, Rf=R3, dan
sumber tegangan positif pada potensiometer 1 dan 2 (V1 dan V2).
2. Atur potensiometer 2 hingga diperoleh nilai V2 sesuai ketentuan, dan biarkan V2 pada
nilai tersebut.
3. Kemudian lakukan pengaturan potensiometer 1 (V1) seperti pada Tabel 9 lalu catat
hasil pengukuran dan perhitungan pada Tabel 9.
4. Atur potensiometer 1 hingga diperoleh nilai V1 sesuai ketentuan, dan biarkan V1 pada
nilai tersebut.
5. Kemudian lakukan pengaturan potensiometer 2 (V2) seperti pada Tabel 10 lalu catat
hasil pengukuran dan perhitungan pada Tabel 10.

Tabel 9 Rangkaian Differentiating (1)


R1 = R2 =...... Ω Rf=R3 =......Ω
V1 (V) V2 (V) Vo (V) A1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Laboratorium Sistem Kendali Page 7


14
15

Tabel 10 Rangkaian Differentiating (2)


R1 = R2 =...... Ω Rf=R3 = ......Ω
V2 (V) V1(V) Vo(V) A2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

*Catatan:
Pemasangan sumber tegangan DC dan Voltmeter untuk Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar
6 mengacu pada Gambar 3.

5. Tugas dan Pertanyaan


1. Hitung nilai penguatan pada masing-masing rangkaian penguat.
2. Bagaimana polaritas tegangan output pada rangkaian inverting bila polaritas
tegangan inputnya:
a. Positif
b. Negatif
3. Bagaimana polaritas tegangan output pada rangkaian non-inverting bila polaritas
tegangan inputnya:
a. Positif
b. Negatif
4. Apa perbedaan dari rangkaian inverting dan non-inverting?
5. Bagaimana polaritas tegangan output pada rangkaian differentiating, bila:
a. Kedua tegangan input bernilai sama (V1 = V2)
b. V2 > V1
c. V2 < V1
6. Apa saja perbedaan antara rangkaian differentiating dan integrating?

Laboratorium Sistem Kendali Page 8


1

PERCOBAAN 2
Tegangan AC Satu Fasa Setengah Terkendali dengan SCR dan Dioda

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuat rangkaian daya dan rangkaian kontrol SCR dan dioda untuk pengaturan
tegangan AC satu fasa
2. Mengatur tegangan AC satu fasa melalui pengaturan sudut penyulutan SCR dan
dioda
3. Menggambarkan bentuk gelombang tegangan AC satu fasa berdasarkan sudut
penyulutan SCR dan dioda
4. Menentukan nilai tegangan AC satu fasa berdasarkan sudut penyulutan SCR dan
dioda
5. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC satu fasa berdasarkan
sudut penyulutan SCR dan dioda
6. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC satu fasa berdasarkan jenis
beban

1.2 Dasar Teori

Pengontrol tegangan AC dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu pengontrol satu fasa dan
pengontrol tiga fasa. Tiap jenis dapat dibagi lagi menjadi semi terkontrol (Setengah
Terkendali) dan terkontrol penuh (Terkendali Penuh). Ada bermacam konfigurasi dari
pengontrol tiga fasa tergantung pada hubungan saklar thyristor [3].
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah dioda yang memiliki
fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2
kaki terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki Terminal. Kaki Terminal ke-3 pada
SCR tersebut dinamai dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai
pengendali (Control), sedangkan kaki lainnya sama seperti dioda pada umumnya yaitu
Terminal “Anoda” dan Terminal “Katoda”. SCR merupakan salah satu dari
anggota kelompok komponen Thyristor [4].

Berikut ini adalah Diagram fisik dan Simbol dari SCR (Silicon Controlled Rectifier) :

Gambar 1 Simbol SCR [4]

Laboratorium Sistem Kendali


2

Bentuk gelombang tegangan dan sinyal trigger untuk rangkaian pengontrol tegangan AC satu
fasa ditunjukkan pada Gambar 1.2 [1].

Gambar 2 Gelombang tegangan dan sinyal trigger setengah pengendali tegangan AC satu fasa

Tegangan keluar rms dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [1]

Dioda (diode) yaitu komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan
punya fungsi buat menghantarkan arus listrik ke satu arah, tapi menghambat arus listrik dari
arah sebaliknya. Prinsip kerja dari anode berdasarkan teknologi pertemuan positif dan
negative semikonduktor. Jadi, anode bisa menghantarkan arus litrik dari anoda menuju
katoda, tapi kalo sebaliknya katoda ke anoda.

Gambar 3 Simbol Dioda

1.3 Alat-Alat yang Digunakan


Peralatan Cat. No
Komponen rangkaian :
1 Transformer 726 80 735
1 Fuse (tipe cepat) 18735
2 Dioda silicon 735 0 3735
2 Thyristor 72686
1 Beban R, L, C 73512
1 Power supply unit +/- 15 73402

Laboratorium Sistem Kendali


3

1 Control unit
1 Set Point potensiometer
Instrumen pengukur:
1 Osiloscope dual channel 575 21
Kelengkapan yang lain
1 Papan percobaan 726 50
2 Probe 250 MHz, 1:1/ 10:1 575 231
3 set plug penghubung 501 48
1 set kabel penghubung 1.mm

1.4 Diagram Rangkaian dan Prosedur Percobaan

Gambar 4 Diagram rangkaian pengendali tegangan AC satu fasa dengan SCR dan dioda

Gambar 5 Diagram kontrol SCR

Gambar 6 Variasi beban

Laboratorium Sistem Kendali


4

Prosedur Percobaan
a. Buatlah rangkaian daya seperti pada Gambar 4 dan rangkaian kontrol seperti pada
Gambar 5, untuk mengatur tegangan AC satu fasa pada beban resistif (lampu pijar).
b. On-kan sumber tegangan 110V dan operasikan osiloskop, aturlah agar kedua garis
(CH1 dan CH2) berada pada posisi nol.
c. Setting osloskop sebagai berikut:
Pilih time sebesar 5ms, tekan CH1 dan pilih current (sebagai pengukur arus) dengan
setting probe x1, lalu tekan CH2 dan pilih voltage (sebagai pengukur tegangan)
dengan setting probe x10. Pasangkan flashdisk (4-16GB) pada osloskop untuk
menyimpan gambar hasil pengaturan tegangan AC satu fasa.
d. On-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu on-kan sumber tegangan 220V.
e. Atur potensiometer untuk memperoleh sudut penyulutan SCR ( ) = 0o
f. Simpanlah gambar yang diperoleh dengan menekan tombol save pada osiloskop
g. Lakukan seperti langkah e dan f untuk sudut penyulutan SCR: 30o, 45o, 60o, 75o, 90o,
105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o
h. Off-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu off-kan sumber tegangan 220V, osiloskop
biarkan tetap menyala
i. Gantilah beban resistif (lampu pijar) dengan beban induktif pada Gambar 1.6b (seri
dua buah ballast)
j. Lalu lakukan seperti pada langkah d-h
k. Gantilah beban induktif dengan beban RL (atau motor satu fasa) seperti pada Gambar
6b
l. Lalu lakukan seperti pada langkah d-h

1.5 Data Percobaan

1. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat sudut penyulutan:


30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o saat dibebani Resistor

2. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat sudut penyulutan:


30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o saat dibebani Induktor

3. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat sudut penyulutan:


30 , 45 , 60 , 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o saat dibebani Resistor seri
o o o

dengan Induktor

1.6 Tugas dan Pertanyaan

1. Beri contoh hasil perhitungan tegangan beban dan arus beban berdasarkan besar sudut
Penyulutan SCR.

2. Hitung Tegangan beban dan arus beban besar sudut penyulutan SCR, dan masukkan hasil
perhitungan ke dalam Tabel 1.

3. Bagaimana pengaruh sudut penyulutan terhadap tegangan dan arus pada berbagai jenis
beban ( R, L, dan RL) ?

Laboratorium Sistem Kendali


5

Tabel 1 Perhitungan Tegangan AC dan Arus AC Berdasarkan Sudut Penyulutan SCR


Sudut penyulutan Tegangan Beban Arus Beban

R L RL R L RL
30o
45o
60o
75o
90o
105o
120o
135o
150o
165o
180o

1.7 Analisis
Berilah analisis dari hasil percobaan di atas!

1.8 Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut

Laboratorium Sistem Kendali


PERCOBAAN 3
Tegangan AC Satu Fasa Terkendali Penuh dengan SCR

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuat rangkaian daya dan rangkaian kontrol SCR untuk pengaturan tegangan
AC satu fasa
2. Mengatur tegangan AC satu fasa melalui pengaturan sudut penyulutan SCR
3. Menggambarkan bentuk gelombang tegangan AC satu fasa berdasarkan sudut
penyulutan SCR
4. Menentukan nilai tegangan AC satu fasa berdasarkan sudut penyulutan SCR
5. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC satu fasa berdasarkan
sudut penyulutan SCR
6. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC satu fasa berdasarkan jenis
beban

1.2 Dasar Teori

Pengontrol tegangan AC dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu pengontrol satu fasa dan
pengontrol tiga fasa. Tiap jenis dapat dibagi lagi menjadi semi terkontrol (Setengah
Terkendali) menggunakan SCR dan diode dan terkontrol penuh (Terkendali Penuh)
menggunakan SCR dan TRIAC. Ada bermacam konfigurasi dari pengontrol tiga fasa
tergantung pada hubungan saklar thyristor [3].
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah dioda yang memiliki
fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2
kaki terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki Terminal. Kaki Terminal ke-3 pada
SCR tersebut dinamai dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai
pengendali (Control), sedangkan kaki lainnya sama seperti dioda pada umumnya yaitu
Terminal “Anoda” dan Terminal “Katoda”. SCR merupakan salah satu dari
anggota kelompok komponen Thyristor [4].

Berikut ini adalah Diagram fisik dan Simbol dari SCR (Silicon Controlled Rectifier) :

Gambar 1 Simbol SCR [4]

Bentuk gelombang tegangan dan sinyal trigger untuk rangkaian pengontrol tegangan AC satu
fasa ditunjukkan pada Gambar 1.2 [1].

Laboratorium Sistem Kendali


1
Gambar 2 Gelombang tegangan dan sinyal trigger rangkaian pengontrol tegangan AC satu
fasa terkendali penuh

Tegangan keluar rms dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [1]

1.3 Alat-Alat yang Digunakan

Peralatan Cat. No
Komponen rangkaian :
1 Transformer 726 80 735
1 Fuse (tipe cepat) 18735
2 Thyristor 72686
1 Beban R, L, C 73512
1 Power supply unit +/- 15 73402
1 Control unit
1 Set Point potensiometer

Instrumen pengukur:
1 Osiloscope dual channel 575 21

Kelengkapan yang lain


1 Papan percobaan 726 50
2 Probe 250 MHz, 1:1/ 10:1 575 231
3 set plug penghubung 501 48
1 set kabel penghubung 1.mm

Laboratorium Sistem Kendali


2
1.4 Diagram Rangkaian dan Prosedur Percobaan

Gambar 3 Rangkaian daya tegangan AC satu phasa terkendali penuh dengan SCR

Gambar 4 Rangkaian kontrol tegangan AC satu phasa terkendali penuh dengan SCR

Gambar 5 Variasi beban daya tegangan AC satu phasa terkendali penuh dengan SCR

Prosedur Percobaan
a. Buatlah rangkaian daya seperti pada Gambar 3 dan rangkaian kontrol seperti pada
Gambar 4, untuk mengatur tegangan AC satu fasa pada beban resistif (lampu pijar).
b. On-kan sumber tegangan 110V dan operasikan osiloskop, aturlah agar kedua garis
(CH1 dan CH2) berada pada posisi nol.

Laboratorium Sistem Kendali


3
c. Setting osloskop sebagai berikut:
Pilih time sebesar 5ms, tekan CH1 dan pilih current (sebagai pengukur arus) dengan
setting probe x1, lalu tekan CH2 dan pilih voltage (sebagai pengukur tegangan)
dengan setting probe x10. Pasangkan flashdisk (4-16GB) pada osloskop untuk
menyimpan gambar hasil pengaturan tegangan AC satu fasa.
d. On-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu on-kan sumber tegangan 220V.
e. Atur potensiometer untuk memperoleh sudut penyulutan SCR ( ) = 0o
f. Simpanlah gambar yang diperoleh dengan menekan tombol save pada osiloskop
g. Lakukan seperti langkah e dan f untuk sudut penyulutan SCR: 30o, 45o, 60o, 75o, 90o,
105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o
h. Off-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu off-kan sumber tegangan 220V, osiloskop
biarkan tetap menyala
i. Gantilah beban resistif (lampu pijar) dengan beban induktif pada Gambar 5b (seri dua
buah ballast)
j. Lalu lakukan seperti pada langkah d-h
k. Gantilah beban induktif dengan beban RL (atau motor satu fasa) seperti pada Gambar
5c
l. Lalu lakukan seperti pada langkah d-h

1.5 Data Percobaan

1. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani Resistor pada
sudut penyulutan: 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o

2. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani Induktor pada
sudut penyulutan: 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o

3.Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani Resistor seri
dengan Induktor pada sudut penyulutan 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o
dan 180o

1.6 Tugas dan Pertanyaan

1. Beri contoh hasil perhitungan tegangan beban dan arus beban berdasarkan besar sudut
Penyulutan SCR.

2. Hitung Tegangan beban dan arus beban berdasarkan sudut penyulutan SCR, dan masukkan
hasil perhitungan ke dalam Tabel 1.

3. Bagaimana pengaruh sudut penyulutan terhadap tegangan dan arus pada berbagai jenis
beban ( R, L, dan RL) ?

Laboratorium Sistem Kendali


4
Tabel 1 Perhitungan Tegangan AC dan Arus AC Berdasarkan Sudut Penyulutan SCR
Sudut penyulutan Tegangan Beban Arus Beban

R L RL R L RL
30o
45o
60o
75o
90o
105o
120o
135o
150o
165o
180o

1.7 Analisis
Berilah analisis dari hasil percobaan di atas!

1.8 Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut

Laboratorium Sistem Kendali


5
PERCOBAAN 4
Tegangan AC Satu Fasa Terkendali Penuh dengan TRIAC

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuat rangkaian daya dan rangkaian kontrol TRIAC untuk pengaturan
tegangan AC satu fasa
2. Mengatur tegangan AC satu fasa melalui pengaturan sudut penyulutan TRIAC
3. Menggambarkan bentuk gelombang tegangan AC satu fasa berdasarkan sudut
penyulutan TRIAC
4. Menentukan nilai tegangan AC satu fasa berdasarkan sudut penyulutan TRIAC
5. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC satu fasa berdasarkan
sudut penyulutan TRIAC
6. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC satu fasa berdasarkan jenis
beban

1.2 Dasar Teori

Pengontrol tegangan AC dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu pengontrol satu fasa dan
pengontrol tiga fasa. Tiap jenis dapat dibagi lagi menjadi semi terkontrol (Setengah
Terkendali) menggunakan SCR dan diode dan terkontrol penuh (Terkendali Penuh)
menggunakan SCR dan TRIAC. TRIAC merupakan suatu perangkat semi konduktor yang
dapat difungsikan untuk mengalirkan arus dalam dua arah, dan perangkat ini digambarkan
dengan simbol dan karakteristik tegangan maupun arus. TRIAC merupakan gabungan dua
buah SCR yang dipasang secara anti parallel (Gambar 1).
I
+ ak
A1

Ig3> Ig2> Ig1>Ig

g Ih Ig3 Ig2 Ig1


A2 Ig=0

-Vak +Vak

Ig1
V bo
V bo Ig2 Ig3

-Iak

Gambar 1 Simbol dan karakteristik TRIAC

Bentuk gelombang tegangan dan sinyal trigger untuk rangkaian pengontrol tegangan AC satu
fasa ditunjukkan pada Gambar 2 [1].

Laboratorium Sistem Kendali


1
Gambar 2 Gelombang tegangan dan sinyal trigger rangkaian pengontrol tegangan AC satu
fasa terkendali penuh

Tegangan keluar rms dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [1]

1.3 Alat-Alat yang Digunakan

Peralatan Cat. No
Komponen rangkaian :
1 Transformer 726 80 735
1 Fuse (tipe cepat) 18735
1 TRIAC 72687
1 Beban R, RL 73512
1 Power supply unit +/- 15 73402
1 Control unit satu fasa
1 Set Point potensiometer

Instrumen pengukur:
1 Osiloscope dual channel 575 21

Kelengkapan yang lain


1 Papan percobaan 726 50
2 Probe 250 MHz, 1:1/ 10:1 575 231
3 set plug penghubung 501 48
1 set kabel penghubung 1.mm

Laboratorium Sistem Kendali


2
1.4 Diagram Rangkaian dan Prosedur Percobaan

Gambar 3 Rangkaian daya pengatur tegangan AC satu fasa dengan TRIAC

Gambar 4 Rangkaian kontrol tegangan AC satu fasa terkendali penuh dengan TRIAC

Gambar 5 Variasi beban daya tegangan AC satu fasa terkendali penuh dengan TRIAC

Prosedur Percobaan
a. Buatlah rangkaian daya seperti pada Gambar 3 dan rangkaian kontrol seperti pada
Gambar 4, untuk mengatur tegangan AC satu fasa pada beban resistif (lampu pijar).
b. On-kan sumber tegangan 110V dan operasikan osiloskop, aturlah agar kedua garis
(CH1 dan CH2) berada pada posisi nol.
c. Setting osloskop sebagai berikut:
Pilih time sebesar 5ms, tekan CH1 dan pilih current (sebagai pengukur arus) dengan
setting probe x1, lalu tekan CH2 dan pilih voltage (sebagai pengukur tegangan)

Laboratorium Sistem Kendali


3
dengan setting probe x10. Pasangkan flashdisk (4-16GB) pada osloskop untuk
menyimpan gambar hasil pengaturan tegangan AC satu fasa.
d. On-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu on-kan sumber tegangan 220V.
e. Atur potensiometer untuk memperoleh sudut penyulutan TRIAC ( ) = 0o
f. Simpanlah gambar yang diperoleh dengan menekan tombol save pada osiloskop
g. Lakukan seperti langkah e dan f untuk sudut penyulutan TRIAC: 30o, 45o, 60o, 75o,
90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o
h. Off-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu off-kan sumber tegangan 220V, osiloskop
biarkan tetap menyala
i. Gantilah beban resistif (lampu pijar) dengan beban induktif pada Gambar 5b (seri dua
buah ballast)
j. Lalu lakukan seperti pada langkah d-h
k. Gantilah beban induktif dengan beban RL (atau motor satu fasa) seperti pada Gambar
5c
l. Lalu lakukan seperti pada langkah d-h

1.5 Data Percobaan

1. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani lampu pada sudut
penyulutan: 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o

2. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani induktor pada
sudut penyulutan: 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o

3.Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani resistor seri
dengan induktor pada sudut penyulutan 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o
dan 180o

1.6 Tugas dan Pertanyaan

1. Beri contoh hasil perhitungan tegangan beban dan arus beban berdasarkan besar sudut
Penyulutan TRIAC.

2. Hitung Tegangan beban dan arus beban berdasarkan sudut penyulutan TRIAC, dan
masukkan hasil perhitungan ke dalam Tabel 1.

3. Bagaimana pengaruh sudut penyulutan terhadap tegangan dan arus pada berbagai jenis
beban ( R, L, dan RL) ?

Laboratorium Sistem Kendali


4
Tabel 1 Perhitungan Tegangan AC dan Arus AC Berdasarkan Sudut Penyulutan TRIAC
Sudut penyulutan Tegangan Beban Arus Beban

R L RL R L RL
30o
45o
60o
75o
90o
105o
120o
135o
150o
165o
180o

1.7 Analisis
Berilah analisis dari hasil percobaan di atas!

1.8 Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut

Laboratorium Sistem Kendali


5
PERCOBAAN 5
Tegangan AC Tiga fasa Setengah Terkendali dengan SCR dan Dioda

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuat rangkaian daya dan rangkaian kontrol untuk pengaturan tegangan AC
tiga fasa setengah terkendali
2. Mengatur tegangan AC tiga fasa melalui pengaturan sudut penyulutan SCR
3. Menggambarkan bentuk gelombang tegangan AC tiga fasa berdasarkan sudut
penyulutan SCR
4. Menentukan nilai tegangan AC tiga fasa berdasarkan sudut penyulutan SCR
5. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC tiga fasa berdasarkan
sudut penyulutan SCR
6. Menggambarkan karakteristik pengaturan tegangan AC tiga fasa berdasarkan jenis
beban

1.2 Dasar Teori

Pengontrol tegangan AC dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis semi terkontrol (Setengah


Terkendali) menggunakan SCR dan diode dan terkontrol penuh (Terkendali Penuh)
menggunakan SCR atau TRIAC.
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah dioda yang memiliki
fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2
kaki terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki Terminal. Kaki Terminal ke-3 pada
SCR tersebut dinamai dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai
pengendali (Control), sedangkan kaki lainnya sama seperti dioda pada umumnya yaitu
Terminal “Anoda” dan Terminal “Katoda”. SCR merupakan salah satu dari
anggota kelompok komponen Thyristor [1].

Tegangan keluar rms dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [2]

Untuk sudut penyulutan



* + (1)

Gambar 1. Bentuk gelombang AC tiga fasa pada sudut penyulutan


Untuk sudut penyulutan

* + (2)

Gambar 2. Bentuk gelombang AC tiga fasa pada sudut penyulutan

Untuk sudut penyulutan




√ * ( )+ (3)

Gambar 3. Bentuk gelombang AC tiga fasa pada sudut penyulutan

1.3 Alat-Alat yang Digunakan

Peralatan Cat. No
Komponen rangkaian :
1 Transformer 726 80 735
1 Fuse (tipe cepat) 18735
3 Dioda silicon 735 0 3735
3 Thyristor 72686
1 Beban R, RL 73512
1 Motor induksi tiga fasa
1 Power supply unit +/- 15 73402
1 Control unit tiga fasa
1 Set Point potensiometer
Instrumen pengukur:
1 Osiloscope dual channel 575 21

Kelengkapan yang lain


1 Papan percobaan 726 50
2 Probe 250 MHz, 1:1/ 10:1 575 231
3 set plug penghubung 501 48
1 set kabel penghubung 1.mm

1.4 Diagram Rangkaian dan Prosedur Percobaan

Gambar 4. Rangkaian kontrol Tegangan AC Tiga fasa Setengah Terkendali dengan SCR dan
Dioda

Gambar 5. Rangkaian Daya Tegangan AC Tiga fasa Setengah Terkendali dengan SCR dan
Dioda dengan beban lampu pijar
Gambar 6. Rangkaian Daya Tegangan AC Tiga fasa Setengah Terkendali dengan SCR dan
Dioda dengan beban motor induksi tiga fasa

Prosedur Percobaan
a. Buatlah rangkaian kontrol seperti pada Gambar 4 dan rangkaian daya seperti pada
Gambar 5, untuk mengatur tegangan AC tiga fasa pada beban resistif (lampu pijar).
b. On-kan sumber tegangan 110V dan operasikan osiloskop, aturlah agar kedua garis
(CH1 dan CH2) berada pada posisi nol.
c. Setting osloskop sebagai berikut:
Pilih time sebesar 5ms, tekan CH1 dan pilih Voltage (sebagai pengukur tegangan fasa
R) dengan setting probe x10, lalu tekan CH2 dan pilih voltage (sebagai pengukur
tegangan fasa T) dengan setting probe x10. Pasangkan flashdisk (4-16GB) pada
osloskop untuk menyimpan gambar hasil pengaturan tegangan AC tiga fasa.
d. On-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu on-kan sumber tegangan 220V.
e. Atur potensiometer untuk memperoleh sudut penyulutan SCR ( ) = 0o
f. Simpanlah gambar yang diperoleh dengan menekan tombol save pada osiloskop
g. Lakukan seperti langkah e dan f untuk sudut penyulutan SCR:
30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o
h. Off-kan sumber tegangan 3 fasa, lalu off-kan sumber tegangan 220V, osiloskop
biarkan tetap menyala
i. Gantilah beban resistif (lampu pijar) dengan beban induktif seperti pada Gambar 6
(motor induksi tiga fasa)
j. Lalu lakukan seperti pada langkah d-h
1.5 Data Percobaan

1. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani Resistor pada
sudut penyulutan 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o
2. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan AC saat dibebani motor pada sudut
penyulutan 30o, 45o, 60o, 75o, 90o, 105o, 120o, 135o, 150o, 165o dan 180o

1.6 Tugas dan Pertanyaan

1. Beri contoh hasil perhitungan tegangan beban dan arus beban berdasarkan besar sudut
Penyulutan SCR.

2. Hitung Tegangan beban dan arus beban besar sudut penyulutan SCR, dan masukkan hasil
perhitungan ke dalam Tabel 1.

3. Bagaimana pengaruh sudut penyulutan terhadap tegangan dan arus pada berbagai jenis
beban ( R dan RL) ?

Tabel 1 Perhitungan Tegangan AC Fasa R dan Fasa T Berdasarkan Sudut Penyulutan SCR
Tegangan Beban, V1(V) Tegangan Beban, V2 (V)
Sudut Penyulutan
Lampu Pijar Motor Induksi Lampu pijar Motor Induksi
30o
45o
60o
75o
90o
105o
120o
135o
150o
165o
180o

1.7 Analisis
Berilah analisis dari hasil percobaan di atas!

1.8 Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut
PERCOBAAN 6
Pengendalian Kecepatan Putar Motor Induksi Tiga Fasa dengan Inverter

Tujuan percobaan Peralatan


1. Memahami rangkaian inverter tiga fasa Fuse (tipe cepat)
2. Membuat instalasi motor tiga fasa Frequency Converter
dengan inverter Control unit frequency
3. Mengatur kecepatan putar motor dengan Motor induksi 3 fasa
inverter Insturmen pengukur:
4. Memperoleh karakteristik kecepatan Osiloskop
putar motor dengan pengaturan Probe
frekwensi Tachometer
5. Menentukan slip yang terjadi akibat
perubahan frekwensi
Sumber tegangan :
1 Sumber tegangan tiga fasa 380V
1 Sumber tegangan AC 220V
A Sumber tegangan AC 110V
Kelengkapan yang lain (Accessories ):
1 set kabel penghubung 1,5mm 2
Jumper

Pendahuluan
Pada mesin asinkron, medan putar magnit terbangkit pada stator dengan kecepatan (Ns)
sebanding terhadap frekwensi (f) sumber tegangan yang diberikan pada stator, dan berbanding
terbalik terhadap jumlah pasang kutub (p) dari motor:
60 f
Ns 
p

Pada motor jenis ini putaran yang dihasilkan di rotor (N) lebih kecil dari kecepatan medan putar
pada stator (Ns), selisih kecepatan ini disebut slip (s), sebesar:

Ns  N
s
Ns
Diagram Rangkaian:

Langkah Percobaan
1. Buatlah diagram rangkaian seperti gambar di atas
2. Catat nameplate motor dan tentukan jumlah kutub motor.
3. On-kan sumber tegangan 110V dan operasikan osiloskop, aturlah agar garis pada channel
1 (CH1) berada pada posisi nol.
4. Setting osiloskop sebagai berikut:
5. Pilih time sebesar 5ms, tekan CH1 dan pilih voltage (sebagai pengukur tegangan) dengan
setting probe x10. Pasangkan flashdisk (4-16GB) pada osloskop untuk menyimpan
bentuk gelombang yang dihasilkan inverter.
6. Pasang probe pada terminal luaran/output penyearah SCR bridge untuk mengukur
tegangan DC sebagai input inverter.
7. On-kan sumber tegangan 3 fasa dan on-kan transformator tiga fasa (lampu tanda
menyala).
8. On-kan sumber tegangan 1 fasa dan on-kan frequency converter (lampu tanda menyala).
9. Setting Control unit frequency hingga tampil huruf F (frekwensi) di layar.
10. Atur frekwensi (f) pada Control unit frequency sebesar 10 Hz.
11. Atur potensiometer untuk memperoleh sudut penyulutan SCR, hingga didapat tegangan
DC sebesar 50V (nilai 50V diperoleh dari hasil pengukuran CH1 pada osiloskop).
12. Simpanlah gambar yang diperoleh dengan menekan tombol save pada osiloskop
13. Pindahkan probe ke tegangan input motor (fasa R dan fasa S) untuk mengukur tegangan
AC luaran inverter.
14. Simpanlah gambar yang diperoleh dengan menekan tombol save pada osiloskop
15. Ukur putaran motor yang dihasilkan saat frekwensi 10Hz dan catat pada Tabel 1.
16. Ulangi langkah 10-15 dengan frekwensi yang berbeda: 20Hz, 30 Hz, 40 Hz, 50 Hz
17. Pada praktek ini hanya boleh menggunakan satu probe secara bergantian untuk
mengukur tegangan DC (tegangan input inverter) dan tegangan AC (tegangan output
inverter).
18. Naikkan tegangan DC menjadi 70 V, lalu ulangi langkah 10-16.
19. Naikkan tegangan DC menjadi 90 V, lalu ulangi langkah 10-16.
20. Untuk melepas rangkaian tunggulah selama 4 menit setelah rangkaian dimatikan, guna
menghindari terjadinya tegangan sentuh yang membahayakan,

Tugas dan Pertanyaan


1. Hitunglah jumlah pasang kutub berdasarkan spesifikasi motor
2. Berikan contoh perhitungan kecepatan sinkron (Ns) pada frekwensi tertentu
3. Hitunglah Ns untuk setiap perubahan frekwensi dan masukkan datanya pada Tabel 1
4. Hitunglah slip (s) pada setiap perubahan tegangan dan frekwensi
5. Hal apa saja yang mempengaruhi kecepatan motor induksi ?
6. Hal apa saja yang mempengaruhi slip motor induksi ?
7. Buatlah analisa data sesuai dengan tujuan percobaan
8. Buatlah kesimpulan sesuai dengan data yang diperoleh
Data Percobaan
1. Tuliskan spesifikasi motor induksi tiga fasa yang digunakan dalam percobaan
2. Lampirkan gambar dari osiloskop gelombang tegangan DC dan tegangan AC dari semua
percobaan
3. Isian Tabel 1
Tabel 1. Pengukuran kecepatan putar motor
p motor =………….
Vdc(V) F(Hz) Ns(rpm) N(rpm) s
50 10
20
30
40
50
70 10
20
30
40
50
90 10
20
30
40
50
MOTOR SINKRON

1. TUJUAN 2. DAFTAR PERALATAN Cat. No


1. Melakukan sinkronisasi Komponen rangkaian :
antara generator sinkron dengan Mesin sinkron
sumber tegangan tiga fasa Motor DC sebagai penggerak
2. Mengoperasikan mesin sinkron Reostat sebagai pengatur arus
sebagai motor sinkron penguat medan
3. Mengoperasikan motor sinkron Resistor variable sebagai beban
untuk memperbaiki power factor 1 Sumber tegangan DC variable
4. Menggambarkan karakteristik 1 Sumber tegangan DC 220V
motor sinkron berbeban 1 Sumber tegangan 3 fasa 220V
Insturmen pengukur:
5 Multimeter digital
1 Voltmeter Analog
1 Tachometer
1 Cos  meter
Kelengkapan yang lain:
1 set kabel penghubung 1,5mm
3. TEORI DASAR
Motor sinkron adalah motor yang dapat difungsikan sebagai penggerak
sebagaimana motor yang lain. Kelebihan dari motor sinkron adalah dapat
mengatur power factor (Cos beban, sehingga dapat digunakan sebagai
kompensator untuk memperbaiki Cos Hanya saja pengoperasian motor sinkron
tidak semudah motor yang lain, karena motor ini memerlukan dua sumber
tegangan, yaitu tegangan AC tiga fasa yang diberikan ke stator dan tegangan DC
yang diberikan ke rotor. Sehingga diperlukan proses sinkronisasi untuk
menyamakan medan putar yang terjadi di stator dengan putaran rotor. Syarat
sinkron adalah: fasa sama, tegangan sama dan frekwensi sama.

Laboratorium Sistem Kendali 1


4. DIAGRAM RANGKAIAN

Gambar 3.1. Diagram rangkaian pengujian motor sinkron

Laboratorium Sistem Kendali 2


5. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Menjalankan Motor DC
1. Buatlah rangkaian seperti gambar diatas, yaitu rangkaian pengoperasian motor
sinkron 3 fasa dengan motor DC penguat terpisah sebagai penggerak.
2. Catatlah rating motor DC dan mesin sinkron. Rating ini tidak boleh dilampaui selama
percobaan berlangsung.
3. Periksa Sakelar beban (Sb) dan sakelar sinkronisasi (Ss) dalam posisi OFF
4. Hidupkan saklar sumber tegangan DC tetap (220V), dan atur arus penguat medan (If)
motor DC hingga mencapai 0,8A.
5. Hidupkan sakelar sumber tegangan DC variable (0-220V). Aturlah tegangan motor
DC, hingga diperoleh kecepatan putar 1500 rpm.

B. Prosedur Pengoperasian Motor Sinkron


6. Dalam kondisi motor DC dan mesin sinkron berputar 1500 rpm, hidupkan sumber
tegangan AC tiga fasa tetap (220V/127V).
7. Aturlah arus penguat medan generator (Ifg) dengan cara mengatur reostat Rmy, hingga
tegangan keluaran generator sinkron (Vg) sama besarnya dengan tegangan sumber tiga
fasa ( Vn )
8. Periksa kondisi ketiga lampu untuk melihat apakah urutan fasa sudah benar. Hal ini
ditandai dengan nyala lampu.
9. Bila lampu menyala dan padam secara bergantian maka urutan fasa sudah benar.
10. Bila ketiga lampu padam dan menyala secara bersamaan, berarti urutan fasanya salah.
Tukarlah fasa 1 dengan fasa 2 hingga diperoleh fasa yang benar.
11. Amati terang dan gelapnya lampu untuk mengetahui apakah kecepatan generator
terlalu cepat atau terlalu lambat.
12. Aturlah kecepatan motor agar diperoleh frekwensi generator sinkron sama dengn
frekwensi sumber tegangan tiga fasa.
13. Periksalah tegangan Vo, jika tegangan Vo sama dengan NOL, berarti sudut fasa sudah
sinkron, SEGERA hubungkan (ON kan) saklar sinkronisasi (Ss).
14. Pada saat ini mesin sinkron telah terhubung dengan sumber tegangan tiga fasa, berarti
mesin sinkron telah berfungsi sebagai motor sinkron.
15. Matikan motor DC dengan cara membuka sakelar sumber tegangan DC variable dan
atur arus penguat medan motor DC hingga nol.
16. Mesin sinkron telah difungsikan sebagai motor sinkron.

Laboratorium Sistem Kendali 3


C. Motor sinkron difungsikan sebagai kompensator Cos 
17. Setelah mesin sinkron berfungsi sebagai motor sinkron, aturlah arus Ifg motor sinkron
hingga diperoleh Cos  = 0,4 induktif.
18. Ukur dan catat arus motor sinkron dan Cos .
19. Atur Ifg secara bertahap untuk memperoleh Cos  yang bervariasi dari induktif (0,4-
1), resistif (1) hingga kapasitif. (1-0,4). Catat data pada Tabel 1

Tabel 1 Pengujian Motor Sinkron sebagai kompensator Cosphi


N=…….., Vn=………….
No Cosphi Ifg (A) Ia (A) Vn (V) N (rpm)
0,4 Induktif
0,5

D. Motor Sinkron Berbeban


20. Ulangi langkah A dan B
21. Periksa sakelar Sb pada posisi OFF dan R b pada posisi maksimum.
22. Atur penguat medan motor sinkron agar diperoleh Cosphi sebesar 1 (satu)
23. Atur beban motor sinkron secara bertahap, dengan cara mengatur arus If mesin DC
hingga generator DC menghasilkan tegangan 220V.
24. Catat pada Tabel 2 nilai arus motor sinkron (Ia), Cos  torsi (T) dan kecepatan motor
(N).

Laboratorium Sistem Kendali 4


25. Masukkan Saklar beban (Sb) dan atur Rb secara bertahap (minimal 10 tahap), hingga
arus motor sinkron mencapai arus moninal. Catat data pada Tabel 2 pada setiap
tahap.

Tabel 2 Motor Sinkron Berbeban


N =........., Cosphi=......Ia=......
No. Ia (A) Vn (V) Cosphi T (Nm) N (rpm)

6. TUGAS DAN PERTANYAAN


1. Hitunglah:
Daya input motor sinkron, Pin = 3 x I x Vn x Cos 
Daya Semu motor sinkron, S = 3 x I x Vn
2. Gambarkan karakteristik Ia = f (Ifg) dan Cos  = f (Ifg)
3. Gambarkan karakteristik Ia = f (Pin) dan Cos  = f (Pin)

Laboratorium Sistem Kendali 5

Anda mungkin juga menyukai