Anda di halaman 1dari 13

TEORI KEPEMIMPINAN DAN METODE ASUHAN

KEPERAWATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek Mata Kuliah Manajemen


Keperawatan

Disusun Oleh:

Nama : Fajar Rizky Ash-Shidiq

Nim : 32722001D19030

Kelas : 3B DIII Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

Jl. Karamat No. 36, Karamat, Kec. Sukabumi, Jawa Barat 43122.
2021/2022
TEORI KEPEMIMPINAN
A. Pengertian
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang
atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. ( Russel C Swansburg, 2000 )
 Ordway Ted
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki
seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong
orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang
dipercayakan kepadanya.
 Georgy R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
 Paul Hersay, Ken Blanchord
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
seseorang atau sekelompok  orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan dalam suatu situasi tertentu.
B. Teori Kepemimpinan
 Georgy R. Terry
a) Teori Keadaan
Kepemimpinan yang bersifat fleksibel, yang selalu menyesuaikan
terhdap situasi.
b) Teori Supportif/ Partisipatif/ Demokratik
Pimpinan memberikan support kepada bawahan untuk bekerja baik.
c) Teori Sosiologi
Pemimpin membantu aktivitas pengikut dan menyelesaikan konflik
organisasi dan pengikut.
d) Teori Psikologis
Pemimpin dengan berjalannya kepemimpinan meningkatkan motivasi
pengikut atau bawahan.
e) Teori Otokratis
Pemimpin dengan berjalannya kepemimpinan memberikan perintah,
paksaan dan tindakan ( arbiater ).
C. Peran dan Fungsi Kepala Ruangan Sebagai Pemimpin
a) Peran Kepala Ruang
 Tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala
ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat
serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
 Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi, orientasi,
pengembangan tenaga, penilain penampilan kerja, promosi dan penyediaan
ketenagaan staf keperawatan.
 Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan
pengarahan dalam pelayanan keperawatan.
 Manajemen kuliatas pelayan, meliputi pengembangan standar asuhan
keperarawatan, program kendali mutu, program evaluasi team dan persiapan
untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
 Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan
keperawatan.
b) Fungsi Kepala Ruangan
 Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan.
 Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, dan menetapkan metode
D. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Total ada tujuh gaya kepemimpinan yang bisa muncul secara alami dari setiap
pemimpin. Bisa jadi salah satunya adalah gaya kepemimpinan yang selama ini Anda
terapkan.

1. Demokratis

Gaya kepemimpinan yang pertama adalah demokratis. Mungkin Anda sudah sering
mendengar tentang gaya kepemimpinan ini. Mengusung konsep demokrasi, pemimpin
yang demokratis mau untuk selalu berdiskusi dengan anak buahnya sebelum mengambil
keputusan.

Gaya ini sebenarnya mencoba mengambil masukan dari setiap anak buahnya agar
mampu mendapatkan keputusan terbaik dan paling banyak didukung. Inilah yang
membuat pemimpin dengan sifat ini menjadi favorit banyak orang. Komunikasi atasan ke
bawahan tetap terjalin dengan lancar dan efektif, tanpa adanya sikap otoriter di sana.

2. Visioner

Sesuai namanya, pemimpin visioner mampu memberikan ide dan rencana yang dapat
dimanfaatkan untuk masa depan perusahaan. Bahkan ide dan rencana ini belum pernah
terpikirkan oleh pihak lainnya.

Pemimpin visioner memiliki gaya kepemimpinan yang berani ambil risiko, mau
mendengar masukan, serta bertanggung jawab. Bahkan pemimpin visioner juga berani
untuk mendengar kritikan terhadapnya. Ketika Anda mendapatkan pemimpin dengan
gaya kepemimpinan ini, jangan aneh jika diajak untuk
melakukan training dan meeting agar kemampuan semakin meningkat.

3. Multikultural

Gaya kepemimpinan ini diaplikasikan dalam perusahaan dengan karyawan yang


memiliki lintas budaya. Salah satu keputusan yang biasa diambil oleh pemimpin dengan
gaya multikultural adalah mau merayakan berbagai perayaan hari raya dari ragam latar
belakang bersama seluruh karyawan. Dengan begitu, maka rasa kebersamaan di dalam
perusahaan ini semakin kuat lagi.

4. Strategis

Gaya kepemimpinan strategis identik dengan tim riset karena mampu merancang pola
dinamis agar sesuai perkembangan pasar. Semua keputusan yang dikeluarkan sudah
didasari oleh berbagai riset sehingga menjadi lebih meyakinkan untuk dijalankan. Jika
memang ada peluang baru, maka pemimpin dengan gaya strategis dapat segera sadar
untuk memanfaatkan hal itu.

5. Suportif

Pemimpin yang bersifat suportif memiliki berbagai ciri-ciri serta mampu


menguntungkan pihak bawahan juga. Setiap kebutuhan karyawan dapat terpenuhi dan
dilibatkan dalam memecahkan masalah. Pemimpin seperti ini juga menggunakan
pendekatan personal dalam interaksi bersama bawahan agar mampu meningkatkan
hubungan personal. Bahkan gaya kepemimpinan terkadang tidak berfokus pada
pencapaian target.

6. Otokratis

Apakah Anda pernah mendengar tentang gaya kepemimpinan otokratis? Seseorang


dengan gaya kepemimpinan ini memiliki kuasa penuh di dalam memimpin. Pemimpin
otokratis akan mengambil keputusan secara mutlak tanpa meminta masukan dari
bawahan.

Selain itu, pengambilan keputusan dilakukan secara mutlak tanpa boleh ada bawahan
yang mengganggu gugat. Bahkan pemimpin otokratis jarang membuka komunikasi
dengan bawahan sehingga ada kesan hubungan yang jauh dan kaku.
7. Transaksional

Seseorang dengan gaya kepemimpinan transaksional berfokus pada aturan atau


kontrak kerja yang telah disetujui pihak karyawan. Bawahan juga tidak bisa memberikan
masukan atau kritik terhadap kinerja divisi tersebut karena pemimpin ini sangat
berorientasi pada pencapaian target. Dengan begitu, ada kinerja yang harus dicapai
bawahan jika tidak mau terkena sanksi. Namun, jika memang kinerja bawahan ternyata
optimal, maka pemimpin transaksional tidak ragu untuk memberikan reward.
METODE ASUHAN
A. Pengertian
Pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif &
kolaboratif (Douglas, 1992).
Tujuannya yaitu untuk memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif, menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuaistandar, dan
menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
A. Kelebihan dan Kekurangan Metode Team
a) Kelebihan
 Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
 Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
 Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar.
 Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
 Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda secara efektif.
 Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
 Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas.
b) Kekurangan
 Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik
sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.
 Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total.
 Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
 Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
 Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
 Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

B. Tanggung jawab Kepala Ruang, Tanggung jawab Ketua Tim dan Tanggung
jawab Anggota Tim
a) Tanggung Jawab Kepala Ruangan
 Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan.
 Mengorganisir pembagian tim dan pasien.
 Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
 Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
 Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang
metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan.
 Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
 Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya
 Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang
lainnya,
 Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya.
 Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
b) Tanggung Jawab Kepala Ruangan
 Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
 Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan.
 Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
 Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya.
 Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
 Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan
bimbingan melalui konferensi.
 Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
 Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan.
 Menyelenggarakan konferensi.
 Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab
timnya, - Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
c) Tanggung Jawab Anggota Tim
 Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
 Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon klien.
 Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan.
 Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
 Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
Memberikan laporan.

Menurut PPNI (2006), pelayanan keperawatan adalah salah satu faktor


terpenting dalam pemberian pelayanan kesehatan klien di rumah sakit, oleh karena itu
profesi keperawatan harus sejalan dengan kualitas asuhan yang diberikan.
Pengembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perawat untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan dalam rangka menerapkan asuhan bagi klien dengan
kebutuhan yang kompleks. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang merupakan salah satu tolak
ukur bagi keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit. Pelaksanaan pelayanan
keperawatan suatu rumah sakit tak akan berjalan dengan baik apabila proses
keperawatan yang dilaksanakan tidak terstruktur dengan baik pula

Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode kasus,


metode fungsional, metode tim, metode keperawatan primer, metode modular, metode
differentiated practice dan manajemen kasus.

Metode Kasus: Menurut Sitorus (2006), pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode
dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.Sementara menurut Nursalam (2007), metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi,
intensive care.

Metode Fungsional: Menurut Arwani & Supriyatno (2005), metode fungsional ini


efisien, namun penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien
maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa
dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu,
asuhan keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan masalah pasien.
Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial,
sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.

Metode Tim: Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang


perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga
para pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Douglas,1992).
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan menurut Arwani &
Supriyatno (2005), adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat
meningkatkan kerjasama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Metode Keperawatan Primer: Menurut Nursalam (2007), metode penugasan di mana


satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia
karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
karena:

1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan
2. Jangkauan observasi setiap perawat 4-6 klien
3. Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam
4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan parallel
Menurut Sitorus (2006), staf medis juga merasakan kepuasan dengan metode ini
karena senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan
komprehensif.
Metode Modular: Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk variasi
dari metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-
profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu karena
dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien. Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer ,
satu tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada
sekelompok pasien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani & Supriyatno, 2005)
Berbagai keuntungan metode modular menurut Sumijatun (2008), diantaranya dapat
memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik dengan
pertanggungjawaban yang jelas, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat
ditekan melalui rapat tim yang juga efektif untuk pembelajaran, memungkinkan
menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan efektif dan aman serta
produktif karena adanya kerjasama dan komunikasi.

Refference, antara lain:


Arwani dan Supriyatno, H .2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. EGC; Nursalam.
2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Salemba Medika; Sumijatun (2008) Manajemen Keperawatan Metode Penugasan
dalam library.usu.ac.id; Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit. Penataan struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat. EGC

Anda mungkin juga menyukai