Anda di halaman 1dari 62

Testosterone menurun

Mempengaruhi RNA
didalam inti sel
Pengosongan yang tidak lengkap Stasis urin
pada kandung kemih Destrusor lambat

Interval antar miksi Resistensi uretra


Pengeluaran tidak tuntas
lebih pendek

Berkemih tidak
tuntas (hesitansi)
Frekuensi BAK dua kali
atau lebih dalam semalam Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
Frekuensi BAK dua kali
atau lebih dalam semalam Infeksi Saluran Kemih
(ISK)

Sering BAK malam hari


(Nokturia)

Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Pola Tidur b.d sering bangun di malam hari di
buktikan dengan nokturia, inkotinensia.

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka pola tidur membaik, dengan kriteria hasil:.

Kriteria Hasil :
1. Keluhan sulit tidur menurun (1)
2. Keluhan sering terjaga menurun (1)
3. Keluhan tidak puas tidur menurun (1)
4. Keluhan pola tidur berubah menurun (1)
5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun (1)

Intervensi Keperawatan :
Dukungan Tidur

Observasi
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(mis: kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum
banyak air sebelum tidur)
d. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Observasi
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(mis: kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum
banyak air sebelum tidur)
d. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik
a. Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
b. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d. Tetapkan jadwal tidur rutin
e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
f. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga

Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu
tidur
d. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis: psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
f. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya
Usia Lanjut

Ketidakseimbangan testosterone dan esterogen

rone menurun Esterogene meningkat

Konversi testosterone menjadi esterogen


pada jaringan adiposa

DHT dehidrotestosteron

engaruhi RNA Terjadinya hyperplasia sel


alam inti sel stoma pada jaringan

Benign Prostatic Hyperplasia


(BPH)
Definisi secara histopatologis, dikarakteristikkan dengan peningkatan jumlah sel-sel
stroma dan epitel prostat di area periurethra yang merupakan suatu hiperplasia dan
bukan hipertrofi (Budaya & Daryanto, 2019).

Terjadinya penyempitan saluran


uretra prostatika

Terjadinya penyumbatan
aliran urine
Terjadinya penyumbatan
aliran urine

Kandung kemih penuh

Peningkatan tekanan intravesical

Kontraksi otot destrusor dari


buli-buli meningkat

Hipertropi otot destrusor, trabekulasi

Terbentuknya selula, sekula, dan divertikel buli-buli

Lower Urinary Tract Symptoms


(LUTS)

strusor lambat Ketidakmampuan otot destrusor Ketidakstabilan otot


Pecahnya pembuluh dalam mempertahakan tekanan destrusor idiopatik
darah submukosa pada intravesika
prostat yang membesar
sistensi uretra
Peningkatan tekanan
Aliran urin terputus-putus intravesika
Hematuria (Intermitten)
erkemih tidak
ntas (hesitansi)
Kebocoran urin
Kebocoran urin

Urgensi urin

Ketidakstabilan destruso

Kontraksi involunter

Nyeri saat BAK (disuria

Diagnosa Keperawatan :
am hari di Gangguan Eliminasi Urine b.d iritasi kandung kemih di buktikan
dengan urgensi, berkemih tidak tuntas.

Tujuan :
ma 3 x 24 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, pengosongan
hasil:. kandung kemih yang lengkap membaik.

Kriteria Hasil :
1. Sesansi berkemih meningkat (5)
2. Desakan berkemih (urgensi) menurun (5)
3. Distensi kandung kemih menurun (5)
4. Nokturia menurun (5)
5. Disuria menurun (5)
6. Frekuensi BAK membaik (5)

Intervensi Keperawatan :
Manajemen Eliminasi Urine

Tindakan :
au psikologis)
nggu tidur Observasi
ur, minum a. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
b. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
urin
c. Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, aroma,
Manajemen Eliminasi Urine

Tindakan :
au psikologis)
nggu tidur Observasi
ur, minum a. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
b. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
urin
c. Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
ngan, suhu,
Terapeutik
a. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
b. Batasi asupan cairan, jika perlu
c. Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur
nan (mis: pijat,
Edukasi
kan untuk a. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih
b. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
c. Ajarkan mengambil spesimen urin midstream
d. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
e. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
mengganggu panggul/berkemihan
f. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
andung g. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

p gangguan pola Kolaborasi


hift bekerja) a. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
makologi
Keterangan :

Etiologi

ogene meningkat Definisi

Patofisiologi

Masalah Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Tanda dan gejala

Referensi

Referensi
inya hyperplasia sel
ma pada jaringan Nuari, N., A. & Widayati, D. (2017). Gangguan Pada Sistem Per
Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish.

Nugraha, S. Y., Dwi, W., & Ns, B. S. K. (2022). ASUHAN KEPER


MASALAH NYERI AKUT PADA PASIEN POST OP BENIGNA PR
DI RSUD SYAMRABU BANGKALAN (Doctoral dissertation, Perp
Sehat).

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definis


Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi d


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defini


Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Pora, Y., D et al. (2022). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ga


Berbasis SDKI, SLKI & SIKI. Bandung : CV. Media Sains Indone

Zulia et al. (2021). Gangguan Pada Sistem Perkemihan. Medan :


Berbasis SDKI, SLKI & SIKI. Bandung : CV. Media Sains Indone

Zulia et al. (2021). Gangguan Pada Sistem Perkemihan. Medan :

Ketidakstabilan otot Obstruksi pada uretra Pengeluaran urin


destrusor idiopatik sedikit

Instabilitas relaksasi sfingter uretra


Peningkatan tekanan Buli-buli mencapai complience
intravesika maksimum

Pembesaran lumen di sekitar prostat

Kebocoran urin Tekanan dalam buli-buli


meningkat
Kebocoran urin Tekanan dalam buli-buli
meningkat
Urin akan tertahan di sekitar uretra

Urgensi urin
Inkontinensia
Dribbling

Ketidakstabilan destrusor

Kontraksi involunter

Nyeri saat BAK (disuria)

Diagnosa Keperawatan :
Retensi Urin b.d. peningkatan tekanan uretra di buktikan
dengan sensasi penuh pada kandung kemih dan disuria.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam,
pengosongan kandung kemih yang lengkap membaik.

Kriteria Hasil :
1. Sesansi berkemih meningkat (5)
2. Desakan berkemih (urgensi) menurun (5)
3. Distensi kandung kemih menurun (5)
4. Nokturia menurun (5)
5. Disuria menurun (5)
6. Frekuensi BAK membaik (5)

Intervensi Keperawatan :
Kateterisasi Urine

Tindakan :

Observasi
a. Periksa kondisi pasien (mis. kesadaran, TTV, daerah perineal,
distensi kandung kemih, inkotinensia urine, refleks berkemih.
Intervensi Keperawatan :
Kateterisasi Urine

Tindakan :

Observasi
a. Periksa kondisi pasien (mis. kesadaran, TTV, daerah perineal,
distensi kandung kemih, inkotinensia urine, refleks berkemih.

Terapeutik
a. Siapkan peralatan, bahan-bahan, dan ruangan Tindakan
b. Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal
rekumben (untuk Wanita) dan supine (untuk laki-laki)
c. Pasang sarung tangan
d. Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan NaCl
atau aquades
e. Lakukan insersi kateter urin dengan menerapkan prinsip aseptic
f. Sambungkan kateter urin dengan urin bag
g. Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran pabrik
h. Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha
i. Pastikan urin bag ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih
j. Berikan label waktu pemasangan

Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urin
b. Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter
Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
h.

K. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


EN POST OP BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)
(Doctoral dissertation, Perpustakaan Universitas Bina

erawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,


PPNI.

awatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil


arta: PPNI.

erawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,

rawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan


g : CV. Media Sains Indonesia.

stem Perkemihan. Medan : Yayasan Kita Menulis.


g : CV. Media Sains Indonesia.

stem Perkemihan. Medan : Yayasan Kita Menulis.

Pengeluaran urin
sedikit

buli mencapai complience


maksimum

ekanan dalam buli-buli


meningkat
ekanan dalam buli-buli
meningkat

Inkontinensia
Rokok/Alkohol

Konsumsi Rokok
Konsumsi Alkohol
nikotin menghambat
rasa lapar
mengandung gugus hidkroksil OH
lambung terus
memproduksi asam
lambung
Gugus hidroksil terikat pada carbon
Tetrahedral
tidak ada makanan
dilambung
terdapat kandungan Etanol (C2H5O) dan
metanol

makanan tidak ada


yang dicerna
Etnalo larut dalam air

terjadi peningkatan
asam lambung diserap cepat oleh lambung kosong

asam lambung enzim ADH dilambung


mengiritasi mukosa
lambung

mengubah etanol mengubah metanol


peradangan mukosa menjadi acetaldehid menjadi formaldehid
lambung

acetaldehid diubah
oleh Aldehyde formaldehid diubah
dehydrogenase oleh ALDH menjadi
(ALDH) menjadi asam fosmat
asetat

enzim ALDH tdk formaldehid


berfungsi baik menginduksi Mrp1

mengeluarkan
membentuk Reactive glutathione (GSH)
Oxygen Species
mengeluarkan
membentuk Reactive glutathione (GSH)
Oxygen Species

menurunkan
kemampuan Sel akan memicu stress
antioksidan seluler oksidatif

faktor difensif dan menghambat respirasi


agresif menurun mitokondria

terjadi kerusakan penurunan produksi


mukosa ATP

terjadi stress terjadi keletihan


oksidatif

sekresi asam berlebih


intoleransi aktivitas

motilitas lambung
meningkat

peradangan mukosa
lambung
GASTRITIS DAN ULKUS PEPTIKUM

Obat-obatan Bakteri

Infeksi Helicobacter
Pylori
konsumsi obat NSAID
(aspirin&ibu profen)
reflek gaster meningkat
NSAID bersifat asam
lemah
terjadi peningkatan asam
lambung

tebentuk partikel yang


tidak terionisasi asam lambung
mengiritasi mukosa
lambung
partikel obat mudah
berdifusi

terjadi peradangan pada


mukosa lambung
obat berdifusi kedalam
sel epitel mukosa
lambung bersama ion H+

epitel lambung Netral

obat yang mengalami


difusi terperangkap
dalam sel epitel

terjadi penumpukan obat


pada lapisan epitel
mukosa

terjadi ulserasi

pembentukan
prostagladin terhambat
pembentukan
prostagladin terhambat

terjadi proses inflamasi


pada lambung

GASTRITIS

mukosa mengalami Gastritis terus


pembengkakan berkembang Terjadi
komplikasi

erosi dari mukosa


lambung berisi cairan
menembus ke dalam
asam lambung
dinding otot

lambung penuh menimbulkan lubang dari


GI ke dalam kavum
peritoneum

terasa kembung terjadi perforasi GI

merangsang thalamus ULKUS PEPTIKUM


bagian distal pusat mual- adanya ulkus (area
muntah berlubang ) pada gaster
(pylorus) , duodenum, atau peritonitis
esophagus. Disebabkan
terjadi refulks isi oleh erosi pada mukosa
lambung yang meluas sampai ke
lapisan otot bahkan ke
peritoneum
adanya ulkus (area
berlubang ) pada gaster
(pylorus) , duodenum, atau
esophagus. Disebabkan
terjadi refulks isi oleh erosi pada mukosa
lambung yang meluas sampai ke perdarahan
lapisan otot bahkan ke
peritoneum
mual-muntah kehilangan komponen
vaskuler

risiko kekurangan volume penurunan resistensi


cairan perifer
resiko ketidak seimbangan cairan
setelah di lakukan asuhan
syok hipovolemik
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan b.d kehilangan cairan aktif
1. asupan cairan meningkat setelah dilakukan asuhan
2. asites normal kep 3x24jam diharapkan
Intervensi resiko ketidakseimbangan 1. frekuensi nadi stabil
nutrisi 2. tekanan darah normal
1. monitor status hidrasi 3. volume urin stabil
2. monitor berat badan harian 4. suhu tubuh normal(36,5)
Terapeutik Intervensi hipovolemik
1. berikan asupan cairan Observasi
2. berikan cairan intravena 1. monitor status cairan
Kolaborasi 2. monitor status kardiopulmonari
1. pemberian diuretik 3. monitor status O2

Terapeutik
1. pertahankan jalan napas paten
2. berikan O2 untuk memeprtahankan
saturasi oksigen >94 persen
Edukasi
1. Ajarkan posisi syok
Kolaborasi
1. Pemberian epinefrin
2. Pemberian resustasi cairan
Hormon
KETERANGAN

FAKTOR RESIKO
stress
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
memberikan informasi MASALAH KEPERAWATAN
kesistem saraf pusat INTERVENSI KEPERAWATAN
JUDUL
menghasilkan hormon DEFINISI
ATCH REFERENSI

Merangsang getah
adrenal
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : De
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defi
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : D
getah adrenal
menghasikan hormon Oktoriana, P., & Krishna, L. F. P. (2019). Asuhan Keperawata
adrenalin dan steroid Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan,
Priharsiwi, N. (2020). ASUHAN GIZI PADA PASIEN ANEMIA G
meningkatkan
produksi asam DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. LOEKMONO H
lambung Lion, J. E. (2021). Asuhan Keperawatan Pada NY. R Dengan
Nursing Care In NY. R With Peptic Ulcer Case in the
menyebabkan
makanan dicerna Bachrudin,M & Najib, Moh.(2016).KEPERAWATAN
dengan cepat

saat lambung kosong


terjadi peningkatan
asam lambung

asam lambung
mengiritas mukosa
lambung
inflamasi lapisan lambung karena iritasi
dari mukosa lambung(LeMone
&Burke,2008). Sedangkan menurut
Brunner & Suddarth's (2009) adalah
inflamasi mukosa gastrik/lambung
fisiologis (fungsi pencernaan & sekresi
GASTRITIS dan motorik

Mukosa lambung luka

merangsang ujung saraf


mengeluarkan serotonin
bradikinin, histamin

rangsangan diteruskan kethalamus


menurunkan ambang nyeri

Nyeri episgatrium Nyeri akut


b.d agen pencedera fisiologis
menurunnya sensori makan setelah diberikan asuhan kepera
selama 3x24 jam diharapkan rasa
pemasukan nutrisi kurang nyeri berkurang dengan kriteri has
1. Tidak mengeluh nyeri
anoreksia 2. Tidak Meringis
3. Tidak bersikap Protektif
berat badan turun 4. Tidak gelisah
5. Tidak mengalami kesulitan tidu
Intervensi Nyeri Akut
ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh Observasi
1. identifikasi karateristik nyeri
b.d ketidakmampuan menelan 2. Monitor tanda-tanda vital
makanan, setelah dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
asuhan keperawatan selama 3x24 j
diharapkan status nutrisi TERAPEUTIK
1. berat badan stabil 1. Berikan Posisi Nyaman pada pa
2. bising usus stabil 5-30x/mnt Edukasi
3. tidak terjadi sariawan 1. Ajarkan relaksasi nafas
Intervensi Pemantauan Nutrisi KOLABORASI
cairan aktif Observasi 1. Pemberian dosis dan analgesic
1. identifikasi faktor yang mem sesuai indikasi
pengaruhi asupan gizi
2. identifikasikan perubahan BB
Terapeutik
1. timbang berat badan
ormal(36,5) 2. atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan prosedur
us kardiopulmonari pemantauan
2. informasikan hasil pemantauan

jalan napas paten


untuk memeprtahankan
n >94 persen

si syok

pinefrin
esustasi cairan
AN

RESIKO
LOGI
SIOLOGI
ASI KLINIS
EPERAWATAN
EPERAWATAN
DUL
INISI
RENSI

REFERENSI
eperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Jakarta:DPP.PPNI
perawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Jakarta:DPP.PPNI
Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Jakarta:DPP.PPNI
(2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Gastritis
Ilmiah Bidang kesehatan, 3(2), 197-209
IZI PADA PASIEN ANEMIA GRAVIS ET CAUSA ULKUS PEPTIKUM DENGAN
DI RSUD DR. LOEKMONO HADI KUDUS.
watan Pada NY. R Dengan Kasus Ulkus Peptikum Di Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota Makassar
ith Peptic Ulcer Case in the Internal Treatment Room of Makassar City Hospital (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
2016).KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1.modul bahan ajar cetak keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
NI

Kota Makassar
al dissertation, Universitas Hasanuddin).
watan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
KETERANGAN
Etiologi
Patofisiologi
Definisi
Manifestasi Klinis
Masalah keperawatan
Intervensi keperawatan
Judul penyakit
Referensi

Menyebabkan sekresi protein terganggu


Peningkatan kadar
urea

Sindrom uremia

Gangguan ketidakseimbangan asam dan


basa

Produksi asam naik

Produksi Asam
lambung meningkat

Iritasi lambung

Risiko infeksi

Peradangan pada
lambung

Gastritis

KELETIHA
Mual dan muntah

DEFISIT NUTRISI
Risiko kerusakan integritas kulit
b.d kele
cairan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam d


integritas kulit dan jaringan meningkat, dengan kriteria ha
1. Elastisitas meningkat (<2 detik)
2. Hidrasi meningkat (Minimal <3% dari berat badan)
3. Kerusakan jaringan menurun (Lesi sudah tertutup)
4. Kerusakan lapisan kulit menurun (Lesi kering)

Intervensi Risiko kerusakan integritas kulit


Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Terapeutik
- Ubah posisi 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada

Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Ajurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat b
rumah
Penyakit infeksi Penyakit Penyakit vaskuler
tubulointestinal peradangan hipertensif

Menyebabkan infeksi ginjal Pembuluh darah


ginjal sempit
Nefron rusak
Arterio skerosis
Kreatinin, urea, kalium
meningkat Suplai darah ginjal
menurun
Tertimbun di dalam ginjal

Menyebabkan GFR menurun

Gagal Ginjal Kronik


Ureum disekresikan melalui
kapiler kulit

Ureum menjadi menumpuk

Urokrom tertimbun di kulit

Risiko kerusakan int

Perubahan warna kulit

GANGGUAN CITRA TUBUH

Risiko Perdarahan

Hematemesis dan
Melena

Anemia

KELETIHAN
HIPER

t
b.d kelebihan volume Hipervolemia
cairan

Setelah diberikan asuhan


awatan selama 3x24 jam diharapkan
hipervolemia membaik, d
ningkat, dengan kriteria hasil:
1. Output urine meningka
k)
2. Edema menurun (Pittin
<3% dari berat badan)
3. Tekanan darah memba
(Lesi sudah tertutup)
4. Tekanan arteri rata-rat
urun (Lesi kering)
5. Turgor kulit membaik

egritas kulit Intervensi Hipervolemi


Observasi Observasi
an integritas kulit -Monitor intake dan outp
-Monitor tanda hemokon
-Identifikasi penyebab hip
ring -Periksa tanda dan gejala
penonjolan tulang suara napas tambahan)
hangat, terutama selama periode diare
trolium atau minyak pada kulit kering. Terapeutik
-Timbang berat badan se
-Batasi asupan cairan dan
mbab -Tinggikan kepala tempat
up
n buah dan sayur Edukasi
urya SPF minimal 30 saat berada di luar -Anjurkan jika BB bertam
-Ajarkan cara membatasi

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian di
-Kolaborasi penggantian
-Kolaborasi pemberian co
perlu.
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian di
-Kolaborasi penggantian
-Kolaborasi pemberian co
perlu.
Gangguan kongenital dan
Nefropati toksik Penyakit metabolik
herediter

Menimbulkan zat Nefron tidak sempurna


toksik dalam tubuh

Ginjal tidak maksimal bekerja


Reaksi antigen
antibodi aktif

Ginjal bekerja keras


mengeluarkan

Nefron rusak

Nyeri

abkan GFR menurun

gal Ginjal Kronik Gagal ginlal kronis (GGK) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresil dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme
keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia.
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Dialisis
atau transplantasi ginjal kadangkadang diperlukan untuk
kelangsungan hidup pasien.( Husna, 2014)
Perphospatemia

Membentuk kristal
di kulit

Pruritis

Risiko kerusakan integritas kulit

Cardiac Output menurun

Aliran darah menuju ginjal Suplai darah ke jaringan tubuh


menurun menurun

Renin angiotensin aldosteron Suplai O2 ke jaringan tubuh


menurun menurun
Retensi Na dan H2O Terjadi metabolisme anaerob

kelebihan volume cairan tubuh Metabolisme karbohidrat tanpa


oksigen

Timbunan asam laktat naik


HIPERVOLEMI

Fatigue nyeri sendi RISIKO KETIDAKEFEKT


JARINGAN O

NYERI

Hipervolemia
b.d gangguan mekanisme regulasi

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan


hipervolemia membaik, dengan kriteria hasil:
1. Output urine meningkat (800 – 1300 ml/24 jam)
2. Edema menurun (Pitting Grade 1+)
3. Tekanan darah membaik (120 - 130/80 mmHg)
4. Tekanan arteri rata-rata membaik (2+)
5. Turgor kulit membaik (<2 detik)

Intervensi Hipervolemi
Observasi
-Monitor intake dan output cairan.
-Monitor tanda hemokonsentrasi.
-Identifikasi penyebab hipervolemia
-Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis ortopnea, dyspnea edema,
suara napas tambahan)

Terapeutik
-Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama.
-Batasi asupan cairan dan garam.
-Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat.

Edukasi
-Anjurkan jika BB bertambah lebih dari 1 kg dalam sehari.
-Ajarkan cara membatasi cairan.

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian diuretik.
-Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik.
-Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika
perlu.
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian diuretik.
-Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik.
-Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika
perlu.
Nefropatik obstruktif
PPNI (2018). Standar Diag
PPNI (2018). Stabdar Lua
PPNI (2018). Standar Inte
Obstruksi saluran Husna, N. C. (2015). Gaga
kemih Arianti, A., Rachmawati, A
Hemodialisa di RS X Mad
Prasadha, I. (2021). Asuh
Sanjiwani Gianyar Tahun
Huether SE, McCance KL,
Retensi urin 2. Singapore: Elsevier;
Timbulnya batu
ginjal besar dan
Menekan syaraf kasar
perifer

Menyebabkan
Timbulnya nyeri iritasi/ cedera
pada pinggang jaringan

Hematuria
Nyeri
Anemia

Keletihan

Penurunan eksresi Penurunan sekresi erito


Na
Retensi Na Produksi Hb menuru

Total Volume cairan ekstraseluler


meningkat
Suplai nutrisi melalui
darah menurun
Tekanan kapiler naik

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG


Pepindahan volume DARI KEBUTUHAN TUBUH
cairan

Volume cairan intraseluler meningkat

Penumpukan cairan
intraseluler

Edema seluruh
tubuh

Preload jantung naik

Beban jantung
meningkat

Hipertrofi ventrikel
kiri

Gagal jantung kiri

Bendungan atrium kiri


c Output menurun
meningkat

Tekanan vena pulmonalis


Suplai darah ke otak meningkat
menurun

Kapiler paru naik


Suplai O2 ke otak
menurun
Cairan masuk kedalam rongga
paru
Cairan masuk kedalam rongga
Hipoksia jaringan paru
otak

Edema paru
Kerusakan jaringan
otak

POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF


Syncope

RISIKO KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI


JARINGAN OTAK

Pola nafas tidak efektif


b.d hambatan upaya nafas

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan pola


nafas menjadi efektif dengan kriteria hasil:
1. Dispnea menurun (SpO2 96 - 100%)
2. Penggunaan otot bantu napas menurun (Tidak ada penggunaan otot
perut atau dada)
3. Frekuensi napas membaik (normal : 12-20x/menit)
4. Kedalaman napas membaik (Tidak dangkal maupun dalam)

Intervensi Pola nafas tidak efektif


Observasi
-Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan usaha napas.
-Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi)
-Monitor saturasi oksigen
-Monitor adanya sumbatan jalan napas

Terapeutik
-Pertahankan kepatenan jalan napas
-Posisikan semi-fowler atau fowler
-Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan respirasi
-Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
Referensi
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP. PPNI
PPNI (2018). Stabdar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP. PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP. PPNI
Husna, N. C. (2015). Gagat ginjal kronis dan penanganannya: literatur review. FIKkeS, 3(2).
Arianti, A., Rachmawati, A., & Marfianti, E. (2020). Karakteristik Faktor Risiko Pasien Chronic Kidney Dieses (CKD) yang Menjalani
Hemodialisa di RS X Madiun. Biomedika, 12(1), 36-43.
Prasadha, I. (2021). Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Pasien CKD STAGE V on HD DI Ruang Hemodialisa RSUD
Sanjiwani Gianyar Tahun 2021 (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2021).
Huether SE, McCance KL, editors.(2019). Buku Ajar Patofisiologi. 6th Indonesia ed vol
2. Singapore: Elsevier;

Penurunan sekresi eritopoitis


Produksi Hb menurun

Oksihemoglobin
turun

Suplai O2 kasar
turun
AN NUTRISI KURANG
UHAN TUBUH

Suplai O2 dalam darah menuju


Ketidakseimbangan kapiler menurun
antara suplai dan
kebutuhan O2

KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN


INTOLERANSI AKTIVITAS
arta : DPP. PPNI
DPP. PPNI
a : DPP. PPNI

(CKD) yang Menjalani

emodialisa RSUD
FUSI JARINGAN
Hemoragi
]
Setelah dilakukan asuhan keperawatan s
3x24 jam diharapkan integritas kulit
meningkat dengan kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat (kulit kembali ke be
semula <2 detik setelah di beri cubitan)
- Hidrasi meningkat
- Perfusi jaringan meningkat (CRT < 2 detik
- Nyeri menurun
- Suhu kulit membaik (normal : 36,5°C)
- Tekstur kulit membaik

Intervensi
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integrita
kulit

Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam Jika tidak baring
- Gunakan produk berbahan Petroleum at
minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan atau a
dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol u
kulit kering
Edukasi
- Anjurkan untuk menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan menghindari terbakar suhu eks
- Anjurkan penggunaan tabir surya SPF mi
30 saat beraktivitas di luar rumah
Pre renal

Hemoragi Dehidrasi Sequestrasi GNA


] v

Penurunan sirkulasi ginjal Gangguan fungsi da

Gagal
Kerja ginjal terganggu merupakan kondisi ke
mendadak dikarenaka
renal atau disfungsi
(Nuri, N. A &

GFR Menurun

Disfungsi ekskresi ammonia


Kreatinin serum meningkat
dan ureum meningkat

Retensi Ammonia
Penumpukan di kulit

pH Menurun
Kulit kering gatal (pruritas)

Asidosis metabolik
Asidosis metabolik
Gangguan Integritas Kulit

Hiperventilasi

kan asuhan keperawatan selama Kerja otot meningkat


rapkan integritas kulit
ngan kriteria hasil:
eningkat (kulit kembali ke bentuk
tik setelah di beri cubitan) Keseimbangan energi terganggu
ngkat
an meningkat (CRT < 2 detik)
un
embaik (normal : 36,5°C) Intoleransi Aktivitas
membaik

Setelah di lakukan asuhan keperawatan


selama 3x24 jam di harapkan toleransi
enyebab gangguan integritas aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:
- kekuatan tubuh bagian atas dan bawah
meningkat (kekuatan otot 5555 5555 5555
5555)
tiap 2 jam Jika tidak baring - keluhan lelah menurun
duk berbahan Petroleum atau - Dispnea saat aktivitas dan setelah aktivitas
kulit kering menurun
duk berbahan ringan atau alami - frekuensi napas membaik (RR : 12-20x/menit)
gik pada kulit sensitif - frekuensi nadi membaik (HR: 60-100x/menit)
uk berbahan dasar alkohol untuk - tekanan darah membaik (120/80 mmHG)
- saturasi Oksigen membaik (SpO2 : 95-100%)
Intervensi
uk menggunakan pelembab Observasi
num air yang cukup - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
nghindari terbakar suhu ekstrem melibatkan kelelahan
nggunaan tabir surya SPF minimal - Monitor kelelahan fisik dan emosional
tivitas di luar rumah - Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitasTerapeutik
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak
dapat berpindah atau berjalanEdukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Ajarkan strategi kopling untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Internal

Iskemik Renal Berat Eklamsia Aefropati Heroin Batu ginjal

Gangguan fungsi dan struktur jaringan ginjal

Gagal Ginjal Akut


merupakan kondisi kehilangan fungsi ginjal secara
mendadak dikarenakan akibat kegagalan sirkulasi
renal atau disfungsi tubular serta glomerular.
(Nuri, N. A & Widayati, D. 2017)

Ketidak mampuan ginjal


mengekskresikan urin

Retensi cairan, Na dan elektrolit


Cairan tubuh meningkat

Edema
Metabolisme anae

Hipervolemi

Fatigue

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama


3x24 jam maka di harapkan keseimbangan
an cairan meningkat dengan kriteria hasil:
i - Output urin meningkat (800-2000 cc/24 jam)
asil: - Edema menurun (grade pitting <2mm)
ah - Dehidrasi menurun
5555 - Turgor kulit membaik (cubitan kembali ke Setelah dilakukan interve
bentuk semula <2 detik) selama 3 x 24 jam, maka ti
dengan kriteria hasil:
tivitas Intervensi - Keluhan nyeri menurun
Observasi - Meringis menurun
x/menit) - Periksa tanda dan gejala hipovolemia - Monitor - Sikap protektif menurun
/menit) intake dan output cairan - Gelisah menurun
HG) - Kesulitan tidur menurun
-100%) Terapeutik - Frekuensi nadi membaik
- Hitung kebutuhan cairan- Berikan posisi
modified Trendelenburg- Berikan asupan cairan Intervensi
oral Observasi
ng - Identifikasi lokasi, karakte
Edukasi frekuensi, kualitas, intens
l - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral - Identifikasi skala nyeri
- Anjurkan menghindari perubahan posisi - Idenfitikasi respon nyeri n
selama mendadak - Identifikasi faktor yang m
memperingan nyeri
n Kolaborasi - Identifikasi pengetahuan
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: tentang nyeriIdentifikasi p
an aktif NaCL, RL) terhadap respon nyeri
a tidak - Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: - Identifikasi pengaruh nye
i glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) hidup
-Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, - Monitor keberhasilan ter
bertahap plasmanate) yang sudah diberikan
rangi - Monitor efek samping pe
analgetikTerapeutik
- Berikan Teknik nonfarma
mengurangi nyeri
ra - Kontrol lingkungan yang
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tid
- Pertimbangkan jenis dan
pemilihan strategi mered

Edukasi
- Jelaskan penyebab, perio
- Jelaskan strategi mereda
ra - Kontrol lingkungan yang
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tid
- Pertimbangkan jenis dan
pemilihan strategi mered
Edukasi
- Jelaskan penyebab, perio
- Jelaskan strategi mereda
- Anjurkan memonitor nye
- Anjurkan menggunakan a
- Ajarkan Teknik farmakolo
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian an
Post renal

Batu ginjal Tumor Obstruksi kandung kemih

Aliran urin dari ginjal menurun

Penumpukan zat toksin di ginjal

``
Merusak jaringan ginjal

Penumpukan asam organik (H+)

Muatan asam (H+) meningkat

PH darah menurun

Asidosis Metabolik
Suplai O2 ke jaringan menurun

Metabolisme anaerob meningkat


Sesak

Asam laktat meningkat Pola nafas tidak efektif

Fatigue Nyeri Sendi Setelah dilakukan intervensi keperawatan


selama 3 x 24 jam, maka pola napas membaik,
dengan kriteria hasil:
- Dispnea menurun
- Penggunaan otot bantu napas menurun
Nyeri Akut - Pemanjangan fase ekspirasi menurun
- Frekuensi napas membaik (RR: 12-20x/menit)
- Kedalaman napas membaik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi
selama 3 x 24 jam, maka tingkat nyeri menurun, Observasi
dengan kriteria hasil: - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
- Keluhan nyeri menurun upaya napas
- Meringis menurun - Monitor pola napas (seperti bradypnea,
- Sikap protektif menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
- Gelisah menurun stokes, biot, ataksik)
- Kesulitan tidur menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
- Frekuensi nadi membaik (HR: 60-100x/menit) - Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Intervensi - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Observasi - Auskultasi bunyi napas
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Monitor saturasi oksigen
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - Monitor nilai analisa gas darah
- Identifikasi skala nyeri - Monitor hasil x-ray thoraks
- Idenfitikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan Terapeutik
memperingan nyeri - Atur interval pemantauan respirasi sesuai
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan kondisi pasien- Dokumentasikan hasil
tentang nyeriIdentifikasi pengaruh budaya pemantauan
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas Edukasi
hidup - Jelaskan tujuan dan prosedur
- Monitor keberhasilan terapi komplementer pemantauanInformasikan hasil pemantauan,
yang sudah diberikan jika perlu.
- Monitor efek samping penggunaan
analgetikTerapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
KETERANGAN

Etiologi

Ptofisiologi

Definisi GGA

Masalah Keperawatan

Intervensi
erawatan
pas membaik,

menurun
nurun
12-20x/menit)

aman dan
dypnea,
ul, Cheyne-
ktif
m
napas
aru

asi sesuai
hasil

pemantauan,

Anda mungkin juga menyukai