Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

BPH (BENINGNA PROSTAT


HIPERPLASIA)
I. PENGERTIAN
BPH adalah suatu kondisi terjadinya
pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat
yang mengakibatkan pembesaran kelenjar
postat yang sering terjadi pada pria usia
lanjut yang dapat mengakibatkan berbagai
derajat obstruksi uretra dan pembatasan
aliran urinarius.
II. ANATOMI FAN FISIOLOGI

a. Anatomi Prostat
Prostat terletak di bawah vesika urinaria, melekat
pada dinding bawah vesika urinaria disekitar
uretra bagian atas kelenjar prostat kira-kira
sebesar buah kenari dengan berat 20 gr.
Pembesaran prostat akan membendung uretra
yang menyebabkan retensi urine.
b. Fisiologi Prostat

Fungsi kelenjar prostat adalah :

Memproduksi dan menyimpan cairan (semen)

Mendorong, merangsang atau menghantarkan


sperma

Melindungi kehidupan sperma serta

Menambah cairan aucalis untuk melindungi


spermatozoa terhadap tekanan yang terdapat
pada uretra dan vagina
III. ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti
Tetapi erat kaitannya tinggi kadar dehidrotestosteron
(DHT) dan proses aging (menjadi tua)

Beberapa hipotesis yang diduga penyebab BPH adalah :


Adanya perubahan keseimbangan antara hormon
testosteron dan estrogen pada usia lanjut
Peranan growth hormon sebagai pemacu
pertumbuhan stroma kelenjar prostat
Teori sel stem terjadinya poliferasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan
sel epitel kelenjar prostat >> (Basuki Purnomo, 2000
: 74-75)
IV. PATOFISIOLOGI
Bertambahnya usia

Perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen

Pada kelenjar prostat : * bag tengah peka thd hormon
estrogen
* Bag tepi peka thd hormon
endrogen

Pembesaran kelenjar prostat bagian tengah
Menekan uretra (pars prostatica)

Resistensi pd leher vesica urinaria dan daerah prostat
Dilanjutkan ke ..
Otot destrusor akan >> berkontraksi

Hipertrofi otot urine bertambah ditravekula

Pengosongan buli tidak sempurna

Penebalan serat destrusor dan penonjolan serat
destrusor ke dalam mukosa buli-buli fase
kompensasi

Lelah tidak berkontraksi

dilanjutkan ke ..
Retensi urine

Urine vesica tidak dpt menampung

Tekanan vesika > sfinter

Inkontinensia

Refleks vesiko uretra ureter

Bendungan ureter

Uretero hidroneprosis

CKD
Hiperplasia kelenjar prostat

Menekan uretera menyempit

Resistensi pd leher buli dan daerah prostat
Pancaran urine me
Otot destrussor buli akan >> berkontraksi
Perasaan mendesak
Hipertrofi serat destrusor buli ingin miksi

Destrusor buli menurun Penonjolan serat

destrusor ke dalam
Perlu waktu untuk berkontraksi
Tidak kuat
mukosa buli
Menurunnya sfingter uretra
Menyumbat leher buli
Sering Miksi Miksi terputus-
putus Driblling

Terutama Menunggu Waktu miksi


waktu malam lama untuk memanjang
miksi
Nocturia hesistancy
Dilanjutkan ke ..
Perlu waktu untuk berkontraksi

Pengosongan buli tidak sempurna Retensio urine

Urine tidak keluar semua
Kencing tidak
lampias
Statis urine

Proses inflamasi (cystitis)

Nyeri
V. MANIFESTASI KLINIS
Dikenal sebagai LUTS (Lower UrinaryTract Symptom)
dibedakan menjadi gejala iritatif danobstruktif :

Gejala iritatif : sering miksi (frekuensi), sering miksi


malam (nocturia), perasaan sangat ingin mendesak
(urgensi), nyeri saat miksi (disuria)
Gejala obstruktif : pancaran melemah, rasa tidak
lampias sehabis miksi, hesitency, harus mengedan
(straining), kencing terputus-putus (intermittency) dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi
retensio urine dan inkontinensia karena overflow
VI. GAMBARAN KLINIK DARI BPH
Terdapat 3 macam derajat pembesaran prostat, yaitu:

1) Derajat Recta

Besar prostat N rectal toucher : batas atas


teraba konsistensi elastis, dapat digerakkan, tidak
ada nyeri tekan, teraba permukaan rata.

BPH rectal toucher : batas atas teraba


menonjol > 1 cm, berat prostat > 35 gr
Derajat rectal u/ pembesaran prostat adalah :
a) Derajat 0 ukuran pembesaran kelenjar prostat
0 1 cm
b) Derajat I ukuran pembesaran kelenjar prostat
1 2 cm
c) Derajat II ukuran pembesaran kelenjar prostat
2 3 cm
d) Derajat III ukuran pembesaran kelenjar prostat
3 4 cm
e) Derajat IV ukuran pembesaran kelenjar prostat
> 4 cm
2) Derajat Klinik

Berdasarkan pada residual urine klien disuruh


kencing sampai selesai dan puas kemudian
dilakukan katerisasi :

a) Normal sisa urine 0

b) Derajat I sisa urine 0-50 ml

c) Derajat II sisa urine 50-100 ml

d) Derajat III sisa urine 100-150 ml

e) Derajat IV terjadi retensi urine total


3) Derajat Intra Vesica

Ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen


atau cystostomi

a) Stadium I :

Berbulan-bulan s/d tahunan klien mengeluh


kencing tidak lampias, pancaran urine
melemah, harus mengedan, ada nocturia
tetapi sisa urine 0.
b) Stadium II:
Sisa urin (+), adanya infeksi atau cystitis,
nocturia >> sering, kadang-kadang hematuri,
terjadi hipertrofi otot kandung kemih.
c) Stadium III:
Sisa urine 50-150 cc, infeksi semakin berat.
d) Stadium IV:
Retensi urine total.
VII. MANAJEMEN MEDIK
a. Prostatektomi Terbuka (Open Prostatectomy)
Pada dasarnya operasi ini merupakan enuklasi.
Ada beberapa pendekatan untuk melakukan
enuklasi, yaitu:
1)Suprapubik Transversal Prostatectomy (STP)
Tindakan operasi dengan melakukan sayatan
dibuat melalui leher kandung kemih.
Diperlukan perban luka, drainase, catheter
foley dan catheter suprapubis setelah
operasi.
2) Retropubik Ekstravesikal Prostatectomy (REP)

Tindakan operasi ini dilakukan dengan sayatan


pada perut bagian bawah tetapi tidak
membuka kandung kemih, diperlukan
balutan luka, catheter foley dan drainase.

3) Perineal Prostatectomy

Tindakan operasi dengan melakukan sayatan


melalui perinium dengan membuka
kapsul belakang prostat.
Oleh karena itu, open prostatectomy merupakan

prosedur yang menyakitkan, sering membutuhkan transfusi

darah dan rawat inap yang panjang. Maka prosedur

tersebut hanya diperuntukkan untuk BPH yang besar (> 50

gram). Kehati-hatian sewaktu operasi diperlukan untuk

mencegah trauma pada sphingter uretra. Beberapa

komplikasi post operatif: Ejakulasi retrograd (70%),

Impotensi (40%), Inkontinensia urine (1%).


b. Resecsi Prostat Transuretra (TURP)

Operasi ini menggunakan alat resectoscope yang


dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra. TURP
lebih disukai daripada open prostatectomy dikarenakan
morbiditas dan mortalitasnya rendah. Selain itu lama rawat
inapnya pendek dan jarang memerlukan transfusi darah,
lama operasi TURP dibatasi waktunya yaitu < 60 menit untuk
mencegah timbulnya TUR Syndrome (intoksikasi air). Oleh
karena itu reseksi TURP dikerjakan pada BPH kecil (< 60 gr).
Kerugiannya diperlukan uretra yang besar, waktu yang lama
untuk meresecsi prostat yang besar.
c. Incici Prostat Transuretral (TUIP)

Dalam prosedur ini prostat diinsisi menembus kapsul


chirrugiknya. TUIP dikerjakan pada prostat yang beratnya
< 30 gram. Keuntungannya adalah waktu operasi pendek
sehingga komplikasi TUR syndrome tidak ada, perdarahan
minimal sehingga tidak memerlukan transfusi darah dan
kemungkinan timbulnya ejakulasi retrograd dapat dicegah.
Kerugiannya adalah tidak diperolehnya sampel untuk
pemeriksaan hispatologi. Oleh karena itu TUIP hanya
dikerjakan bila ada adeno karsinoma prostat.
VIII. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Dengan pengkajian akan mempermudah dalam
menentukan intervensi perawatan pada klien dengan
tepat, cepat dan akurat. Langkah-langkah pengkajian
meliputi:
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, diagnosis medis,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No.
Medrek dan alamat
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, hub. Dengan klien dan alamat.

2) Riwayat Kesehatan
a)Keluhan Utama
Klien dengan obstruksi saluran kemih akibat
benigna hiperplasia prostat sering ditemukan
adanya keluhan frekuensi BAK yang sering,
nocturia, disuria, nyeri supra pubik, kencing tak
lampias, menetes di akhir miksi, distensi
kandung kemih.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan sulit BAK,
daerah suprapubik terasa nyeri, rasa panas di sekitar
pinggang. Keluhan-keluhan tersebut dikembangkan
dengan metode PQRST.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan apakah klien pernah merasa BAK sakit dan
mengejan, pancaran lemah dan akhir miksi menetes,
kencing tidak lampias disertai sering kencing di malam
hari. Tanyakan pula adanya riwayat aterosklerosis dan
aktivitas seksual klien
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji kemungkinan pada keluarga adanya riwayat
gangguan sistem perkemihan (infeksi), gangguan
sistem reproduksi, adanya riwayat kanker atau
penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya.

3) Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sistem tubuh
secara keseluruhan dengan menggunakan teknik
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Klien dengan
benigna hiperplasia prostat kemungkinan didapatkan
data sebagai berikut:
a) Sistem Perkemihan
Akibat obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan
kesulitan miksi, disuria, nokturia atau inkontinensia.
Infeksi mungkin terjadi jika urine statis yang lama atau
akibat pemasangan alat. Klien biasanya menggunakan
catheter uretra atau catheter suprapubik (cistotomi).
Mungkin ditemukan keluhan nyeri suprapubik dan
pinggang akibat adanya batu atau insufisiensi renal.
Pembengkakan (distensi) pada kandung kemih pada
saat dipalpasi terasa adanya benjolan di lower
abdomen. Ginjal dapat teraba (jika sudah lanjut).
b) Sistem Kardiovaskuler
Ditemukan nadi yang normal atau mungkin meningkat
sebagai akibat nyeri dan proses infeksi. Selain itu
mungkin ditemukan kematian sebagai akibat pecahnya
pembuluh darah sekitar kandung kemih. Tekanan
darah dapat meningkat akibat insufisiensi renal,
respirasi meningkat. Akibat kerja ginjal menurun,
pembentukan eritopoetin terganggu sehingga Hb
rendah (anemia).
c) Sistem Reproduksi
Klien mungkin mengalami kesulitan dalam
berhubungan seksual akibat inkontinensia atau nyeri.
Pada perabaan melalui dubur, prostat teraba dengan
konsistensi kenyal, elastik, mungkin ada nodul.
d) Sistem Persyarafan
Dikarenakan adanya spasmus kandung kemih atau
karena proses infeksi yang menyertai dapat
menimbulkan nyeri. Hal ini dapat merangsang
retikularis activity system sehingga klien sulit tidur dan
selalu terjaga. Kesadaran composmentis dan mungkin
mengalami penurunan bila terjadi komplikasi.
e) Sistem Pencernaan
Biasanya tidak ada keluhan khusus, namun bisa timbul
anorexia akibat hospitalisasi dan peningkatan refleks
vasovagal.
f) Sistem Pernafasan
Perubahan metabolisme dan komplikasi lain
menimbulkan peningkatan frekuensi nafas klien (>20
x/menit).
g) Sistem Muskuloskeletal
Mungkin ditemukan keterbatasan gerak akibat nyeri
ditambah adanya pemasangan alat. Hal ini bila tidak
ditanggulangi dapat menyebabkan perubahan sistem
muskuloskeletal seperti kelemahan, atropi atau
kontraktur. Pada aktivitas klien akan menimbulkan
ketergantungan akan bantuan orang lain.
h) Sistem Integumen
Seringnya BAK, urgency, nocturia
menyebabkan klien sering membersihkan
daerah genitalia dan perineum. Hal ini dapat
menyebabkan iritasi.
i) Sistem Endokrin
Mungkin ditemukan adanya gangguan
hormonal pada pria mengingat prostat
tergantung pada kerja hormon testosteron.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
Dikaji tentang pola eliminasi, pola nutrisi, personal
hygiene, istirahat tidur dan aktivitas gerak.
5) Aspek Psikologis
Dikaji konsep diri dan emosional klien dan timbulnya
cemas akibat kurangnya pengetahuan klien tentang
penyakit, prosedur tindakan yang harus dijalani dan
dampak dari penyakitnya serta dampak dari tindakan
pengobatan.
6) Aspek Sosial
Dikaji reaksi klien terhadap hospitalisasi, pekerjaan
dan fungsi klien dalam keluarga.
7) Aspek Spiritual
Dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap
kondisi penyakitnya, semangat hidup dan harapan
klien tentang penyakitnya.
b. Pemeriksaan Diagnostik

1) Tes Urine Kultur


Menampakkan adanya staphylococcus, klebbsiella,
pseudomonas atau E. coli akibat adanya infeksi.
2) Tes Urine Rutin
Mungkin ditemukan warna kuning keruh, merah darah,
pH 7 atau lebih (basa), terdapat eritrosit dan leukosit
dalam jumlah tinggi pada urine.
3) Blood Urea Nitrogen dan Kreatinin
Mungkin normal atau meninggi jika fungsi ginjal mulai
terganggu.
4) Pemeriksaan Darah Lengkap
Leukosit meninggi bila ada infeksi
5) Intra Vena Pyelograf

Memperlihatkan kelambatan pengosongan kandung


kemih, obstruksi traktus urinarius bawah dan atas
serta pmbesaran prostat, gambaran ureter berkelok-
kelok, terlihat supresi komplit fungsi renal,
hydronefrosis dan hydroureter.

6) Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen (PSA)

Dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi


atau deteksi dini keganasan.
7) Ultrasonografi

Ditemukan adanya infeksi kandung kemih,


pembesaran ginjal dan distensi kandung kemih.

8) Sistrometri

Mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.

9) Sistouteroskopi

Untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat


dan perubahan dinding kandung kemih (kontraindikasi
pada adanya ISK akut sehubungan dengan resiko
sepsis gram negatif).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien dengan gangguan sistem perkemihan akibat benigna
hiperplasia prostat (E. Doengoes, dkk, 1999:671-685),
antara lain:
a. Pre Operasi
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d distensi kandung kemih
2) Gangguan rasa aman cemas b/d kurangnya pengetahuan
tentag penyakit dan prosedur yang harus dijalani.
3) Gangguan pemenuhan istirahat tidur b/d hospitalisasi/
lingkungan ramai.
4) Perubahan pola eliminasi: BAK b/d obstruksi kandung
kemih.
5) Potensial infeksi b/d retensi urine dan terpasangnya
catheter.
6) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d penekanan
syaraf dan pembuluh darah penis oleh prostat.
b. Post Operasi

1) Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi mekanikal:


bekuan darah, prosedur bedah, trauma.
2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d
area bedah vasikuler: kesulitan mengontrol
perdarahan.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur infasif:
luka incisi, catheter.
4) Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d luka incisi.
5) Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga terhadap
perawatan post operasi b/d kurangnya informasi.
6) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d situasi
krisis (inkontinensia, kebocoran urine setelah
pengangkatan catheter).
3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang mungkin muncul pada


klien dengan benigna hiperplasia prostat (Doengoes dkk,
1999:671-685), adalah:

a. Pre Operasi
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d distensi kandung
kemih
Tujuan: Rasa nyaman klien terpenuhi, ekspresi
wajah serta posisi tubuh rileks.
Kriteria hasil : Klien tidak mengeluh nyeri, klien
tidak meringis, tidak terjadi distensi
kandung kemih dan BAK lancar.
Intervensi:
Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d distensi kandung kemih

Intervensi Rasional
Observasi TTV, intensitas nyeri, Untuk mengenal indikasi kemajuan
tingkat kesadaran tiap 8 jam atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
Bantu klien untuk mendapatkan Posisi yang nyaman membantu
posisi yang nyaman penekanan dan mencegah ketegangan
otot sehingga akan membantu
menurunkan rasa tidak nyaman
Ajarkan dan bimbing klien Dengan nafas dalam, ketegangan otot
melakukan teknik relaksasi akan berkurang sehingga stimulus
nyeri akan terhambat
Anjurkan klien agar segera Hal ini merupakan indiaksi perlunya
memberi tahu petugas kesehatan/ penanganan segera seperti pemberian
perawat bila nyeri bertambah analgetik atau terjadinya komplikasi
hebat dari infeksi yang meningkat
Kurangi kebisingan dan sinar yang Rangsangan lingkungan yang hebat
terang dan jaga kehangatan klien dapat menimbulkan rasa nyeri
2) Gangguan rasa aman cemas b/d kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan prosedur yang harus dijalani.

Tujuan:
Klien dan keluarga menyatakan mengerti tentang penyakit
dan prosedur yang dijalani.

Kriteria hasil :
Klien tidak murung dan melamun, klien tidak cemas, klien
dapat mengekspresikan perasaannya, keluarga selalu
mendampingi klien.
Intervensi:
Gangguan rasa aman cemas b/d kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan prosedur yang harus dijalani.
Intervensi Rasional
Beri kesempatan pada klien untuk Untuk mengetahui tingkat kecemasan
mengekspresikan perasaan tentang klien dan akan menimbulkan perasaan
penyakit yang dideritanya bahwa diri klien ada yang memperhatikan
Informasikan pada klien dan keluarga Dengan informasi yang jelas dan
tentang penyakit dan prosedur yang sederhana klien tidak akan bingung
harus dijalani dengan bahasa yang sehingga pemahaman klien meningkat
jelas dan sederhana dan cemas berkurang
Berikan inform consent pada klien Inform consent memberikan informasi
setiap akan melakukan tindakan yang jelas tentang tindakan sehingga
tidak akan menimbulkan kebingungan
Anjurkan pada keluarga agar selalu Keluarga merupakan support system bagi
mendampingi klien klien, kehadiran keluarga dapat
menimbulkan ketenangan pada klien
Anjurkan pada klien untuk selalu Agama merupakan salah satu sarana
mendekatkan diri kepada Tuhan untuk mendapatkan ketenangan jiwa
YME
3) Gangguan pemenuhan istirahat tidur b/d
hospitalisasi/ lingkungan ramai.

Tujuan:
Kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi.

Kriteria hasil :
Wajah klien tidak loyo, badan klien segar dan
mata klien tidak merah.
Intervensi:
Gangguan pemenuhan istirahat tidur b/d hospitalisasi/
lingkungan ramai.

Intervensi Rasional
Diskusikan dengan klien dan Dapat meningkatkan
keluarga tentang hal yang pengetahuan klien dan keluarga
menyebabkan tidur klien sehingga memudahkan intervesi
terganggu
Anjurkan klien untuk Relaksasi dapat menurunkan
melakukan relaksasi sebelum ketegangan sehingga
tidur menurunkan aktivitas RAS
Anjurkan klien minum susu Susu mengandung zat L-Triptofan
hangat sebelum tidur yang dapat merelaksasikan otot
dan tubuh, terutama otak
Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman dapat
nyaman bayi klien mengurangi aktivasi pada RAS
4) Perubahan pola eliminasi: BAK b/d obstruksi kandung
kemih
Tujuan:
Pola berkemih klien normal setelah operasi dan catheter
dibuka, serta klien terbiasa dengan penggunaan catheter
selama perawatan, aliran urine lancar dan tidak ada
retensi urine.
Kriteria hasil :
Catheter tidak terlipat dan tidak ada lengkungan, aliran
urine lancar, tidak ada retensi urine dan klien tidak
mengalami kesulitan miksi.
Intervensi:
Perubahan pola eliminasi: BAK b/d obstruksi kandung kemih

Intervensi Rasional
Pertahankan kepatenan kateter Mencegah terhambatnya pengeluaran
dan jelaskan caranya pada urine
keluarga
Instruksikan pada klien agar Pergerakan tiba-tiba dan terlalu keras
tidak bergerak secara tiba-tiba dapat merubah posisi kateter
dan terlalu keras
Lakukan perawatan kateter Mempertahankan posisi kateter aman
dan aliran urine lancar
Palpasi kandung kemih jika Keluaran sedikit menandakan adanya
keluaran sedikit retensi urine
Berikan penjelasan tentang Mencegah komplikasi post operasi jika
pentingnya bladder retraining tidak segera dilakukan bladder
setelah post operasi dan retraining akan mengakibatkan
jelaskan caranya hambatan dalam berkemih akibat
kekakuan otot kandung kemih
5) Potensial infeksi b/d retensi urine dan
terpasangnya catheter

Tujuan:
Klien tidak mengalami infeksi baik lokal maupun
sistemik

Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi:
Potensial infeksi b/d retensi urine dan terpasangnya catheter

Intervensi Rasional
Observasi TTV, terutama setiap Peningkatan suhu lebih dari 38,5OC
4 jam sekali merupakan tanda awal terjadinya
infeksi
Observasi tanda-tanda infeksi Dapat mendeteksi secara dini tentang
adanya infeksi dan segera dilakukan
pengobatan
Catat kateter urine, laporkan Bila urine tampak berkabut atau
jika urine tampak berkabut dan tercium bau busuk maka infeksi telah
baunya busuk terjadi
Bila terpasang catheter, Dengan posisi urin bag lebih rendah
pertahankan gravitasi aliran dari kandung kemih maka urine akan
urine dan kebersihan meatus keluar dan tidak terjadi penumpukan
uretra urine
Kolaborasi dengan dokter Dengan pemberian anbiotik akan
dalam pemberian antibiotik menekan mikroorganisme sehingga
penyebaran infeksi dapat diminimalkan
6) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d penekanan
syaraf dan pembuluh darah penis oleh prostat

Tujuan:
Disfungsi seksual tidak terjadi

Kriteria hasil :
Klien rileks dan cemas menurun sampai tingkat dapat
diatasi
Intervensi:
Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d penekanan syaraf
dan pembuluh darah penis oleh prostat
Intervensi Rasional
Berikan keterbukaan pada Ansietas dapat mempengaruhi
klien/orang terdekat untuk kemampuan untuk menerima informasi
membicarakan tentang masalah yang diberikan sebelumnya
disfungsi seksual
Berikan informasi akurat tentang Impotensi fisiologis terjadi bila saraf
harapan kembalinya fungsi seksual perineal dipotong selama prosedur radikal.
Pada pendekatan lain, aktivitas seksual
dapat dilakukan seperti biasa dalam 6-8
minggu
Diskusikan dasar anatomi, jujur Saraf pleksus mengontrol aliran secara
dalam menjawab pertanyaan klien posterior ke prostat melalui kapsul. Pada
prosedur yang tidak melibatkan kapsul
prostat, impoten dan sterilitas biasanya
tidak menjadi konsekuensi
Lakukan latihan perineal dan Meningkatkan peningkatan kontrol otot
interupsi/kontinu aliran urine kontinensia urinaria dan fugsi seksual
Rujuk ke penasehat seksual sesuai Masalah menetap/tidak teratasi
indikasi memerlukan intervensi profesional
b. Post Operasi

1) Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi mekanikal:


bekuan darah, prosedur bedah, trauma
Tujuan:
Tidak ada tanda dan gejala retensi urine, urine akan
mengalir lancar melalui catheter dan hematuri akan
menghilang secara bertahap.
Kriteria hasil :
Menunjukkan perilaku yang meningkatkan kontrol
kandung kemih/urinaria
Intervensi:
Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi mekanikal: bekuan
darah, prosedur bedah, trauma
Intervensi Rasional
Kaji keluaran urine dan Retensi dapat terjadi karena
sistem catheter/drainase edema daerah blader, bekuan
khususnya selama irigasi darah dan spasme kandung kemih
kandung kemih
Bantu klien memilih posisi Mendorong pasase urine dan
normal, untuk berkemih meningkatkan rasa normalitas
Observasi waktu, jumlah Catheter biasanya dilepas 2-5 hari
berkemih, dan ukur aliran setelah bedah tetapi berkemih
setelah kateter dilepas. dapat berlanjut menjadi masalah
Perhatikan keluhan rasa untuk beberapa waktu karena
penuh kandung kemih, beberapa edma maternal dan
ketidakmampuan berkemih kehilangan tonus
dan urgensi
Dilanjutkan
Lanjutan

Intervensi Rasional
Dorong klien untuk berkemih bila Berkemih dengan dorongan mencegah
terasa dorongan tetapi tidak retensi urine. Keterbatasan berkemih
lebih dari 2-4 jam per protokol untuk tiap jam (bila ditoleransi)
meningkatkan tonus kandung kemih dan
membantu latihan ulang kandung kemih.
Ukur volume residu bila ada Mengawasi keefektifan pengosongan
catheter suprapubik kandung kemih. Resiko lebih dari 50 ml
menunjukkan perlu kontinuitas catheter
sampai tonus kandung kemih membaik
Dorong pemasukan cairan 3000 ml Mempertahankan hidrasi adekuat dan
sesuai dengan toleransi. Batasi perfusi ginjal untuk aliran urine.
intake cairan pada malam setelah Penjadwalan masukan cairan
catheter dilepas menurunkan kebutuhan
berkemih/gangguan tidur selama malam
hari.
Anjurkan pasien untuk latihan Membantu meningkatkan kontrol
perineal seperti mengencangkan kandung kemih, spinkter urine.
bokong, menghentikan dan Memiminalkan inkontinensia urine
memulai urine
2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d
area bedah vasikuler: kesulitan mengontrol perdarahan.

Tujuan:
Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan
tanda-tanda vital stabil, nadi perifer teraba, pengisian
kapiler baik, membran mukosa lembab, dan keluaran
urine tepat

Kriteria hasil :
Menunjukkan tidak ada perdarahan aktif
Intervensi:
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d area bedah
vasikuler: kesulitan mengontrol perdarahan
Intervensi Rasional
Benamkan catheter, hindari Penarikan/gerakan catheter dapat
manipulasi yang berlebihan menyebabkan perdarahan atau
pembentukan bekuan dan pembenaman
catheter pada distensi kandung kemih
Awasi intake dan output Indikator keseimbangan cairan dan
kebutuhan penggantian cairan
Observasi drainase catheter, Perdarahan tidak umum terjadi selama 24
perhatikan perdarahan berlebih jam pertama tetapi perlu pendekatan
perineal. Perdarahan kontinu/berat atau
berulang, perdarahan aktif memerlukan
intervensi dan evaluasi medik.
Evaluasi warna dan konsistensi Perdarahan dapat dibuktikan dalam
urine jaringan perineum
Awasi tanda vital perhatikan Dehidrasi / hipovolemik memerlukan
peningkatan nadi dan pernapasan, intervensi segera mencegah terjadinya
penurunan tekanan darah, syok
diaporesis, pucat, perlambatan
pengisian kapiler dan membran
mukosa kering
Lanjutan
Intervensi Rasional
Selidiki kegelisahan, kacau mental Dapat menunjukkan penurunan fungsi
dan perubahan perilaku serebral
Dorong pemasukan cairan 3000 Membilas ginjal/kandung kemih dari bakteri
ml/hari kecuali kontraindikasi dan debris tetapi dapat mengakibatkan
Hindari pengukuran suhu rektal intoksikasi cairan/ berlebihan cairan bila
dengan menggunakan selang tidak diawasi dengan ketat
rektal enema Dapat mengakibatkan penyebaran iritasi
Kolaborasikan pemeriksaan terhadap dasar prostat dan peningkatan
laboratorium darah: Hb, Ht, dan tekanan kapsul prostat dengan resiko
jumlah sel darah merah perdarahan
Kolaborasikan pemeriksaan Berguna dalam evaluasi kehilangan darah
koagulasi, jumlah trombosit atau pergantian
Pertahankan traksi catheter Dapat mengindikasikan terjadinya
menetap plester kateter pasien di komplikasi. Contoh penurunan faktor
bagian dalam paha pembekuan
Berikan pelunak feses, laksative Kepatenan catheter dapat mengurangi
sesuai dengan indikasi gesekan antara catheter dan dinding uretra
sehingga tidak terjadi irtasi pada dinding
uretra
Pencegahan konstipasi/gangguan untuk
defekasi menurunkan resiko perdarahan
per-rektal
3) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur infasif: luka
incisi, catheter

Tujuan:
Tidak mengalami infeksi baik lokal maupun sistemik

Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda adanya infeksi
Intervensi:
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur infasif: luka incisi, catheter
Intervensi Rasional
Lakukan perawatan luka dan Dengan mencuci tangan sebelum dan
perawatan catheter dengan a dan sesudah tindakan akan meminimalkan
antiseptik, setiap hari setelah 3 perpindahan mikroorganisme dari tangan
hari post operasi kecuali bila ke luka
perdarahan dan kotor
Observasi TTV, terutama suhu Peningkatan suhu lebih dari 38,5OC
setiap 4 jam sekali merupakan tanda awal terjadinya infeksi
Observasi tanda-tanda infeksi Dapat mendeteksi secara dini tentang
adanya infeksi dan segera dilakukan
pengobatan
Catat output urine, laporkan jika Bila urine tampak berkabut atau tercium
urine tampak berkabut dan baunya bau busuk maka infeksi telah terjadi
busuk
Bila terpasang catheter, Dengan posisi urin bag lebih rendah dari
pertahankan gravitasi aliran urine kandung kemih maka urine akan keluar
dan kebersihan meatus urine dan tidak terjadi penumpukkan urine
Kolaborasi dengan dokter dalam Denga pemberian antibiotik akan menekan
pemberian antibiotik mikroorganisme sehingga penyebaran
dapat diminalkan
4) Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d luka incisi

Tujuan:
Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang dan ekspresi
wajah rileks

Kriteria hasil :
Menunjukkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai dengan indikasi untuk situasi individu,
tampak rileks, tidur/istirahat dengan tenang
Intervensi:
Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d luka incisi

Intervensi Rasional
Observasi nyeri, intermitten, Untuk mengenal indikasi kemajuan
lokasi, lamanya, faktor atau penyimpangan dari hasil yang
pencetus dan cara mengatasi diharapkan
nyeri
Kaji daerah yang diincisi Adanya kemerahan, pus, panas
apakah ada kemerahan, pus merupakan tanda adanya infeksi yang
dan panas dapat meningkatkan rasa nyeri
Lakukan pemberian rasa
Dengan nafas dalam, ketegangan otot
nyaman non farmakologik: akan berkurang sehingga stimulus
distraksi dan relaksasi nyeri akan terhambat
Lakukan irigasi uretra sampai Irigasi uretra dapat mempercepat
urine jernih pembersihan kandung kemih/uretra
dari darah
Kurangi kebisingan dan sinar Rangsangan lingkungan yang hebat
yang terang dan jaga dapat menimbulkan rasa nyeri
kehangatan klien
5) Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga terhadap
perawatan post operasi b/d kurangnya informasi

Tujuan:
Klien dan keluarga mengerti perawatan post operasi

Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman prosedur bedah dan
pengobatan serta melakukan dengan benar prosedur
bedah
Intervensi:
Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga terhadap perawatan post operasi
b/d kurangnya informasi
Intervensi Rasional
Anjurkan klien untuk latihan Membantu meningkatkan kontrol
perineal seperti mengencangkan kandung kemih dan spinkter urine.
bokong, menghentikan dan Meminimalkan inkontinensia urine
memulai urine
Anjurkan klien menjaga Dengan selalu menjaga kebersihan
kebersihan diri diri akan mengurangi resiko
terjadinya infeksi
Ajarkan klien dan keluarga Dengan klien dan keluarga bisa
merawat luka dengan baik merawat luka dengan baik maka
tidak akan ada ketergantungan
terhadap perawat
Instruksikan klien untuk Konstipasi akan membuat klien
mencegah konstipasi mengedan sehingga resiko terjadi
perdarahan
Ajarkan klien minum obat sesuai Dengan minum obat sesuai jadwal,
jadwal, dosis dan jenis obat dosis dan jenis obat akan
mempercepat proses penyembuhan
6) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d situasi krisis
(inkontinensia, kebocoran urine setelah pengangkatan
catheter)

Tujuan:
Disfungsi seksual tidak terjadi

Kriteria hasil :
Tampak rileks dan anxietas menurun sampai tingkat
dapat diatasi serta menunjukkan keterampilan
pemecahan masalah
Intervensi:
Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d situasi krisis (inkontinensia,
kebocoran urine setelah pengangkatan catheter)
Intervensi Rasional
Berikan keterbukaan pada Ansietas dapat mempengaruhi
klien/orang terdekat untuk kemampuan untuk menerima informasi
membicarakan tentang masalah yang diberikan sebelumnya
disfungsi seksual
Berikan informasi akurat tentang Impotensi fisiologis terjadi bila saraf
harapan kembalinya fungsi perineal dipotong selama prosedur
seksual radikal. Pada pendekatan lain, aktivitas
seksual dapat dilakukan seperti biasa
dalam 6-8 minggu
Diskusikan dasar anatomi, jujur Sarad pleksus mengontrol aliran secara
dalam menjawab pertanyaan klien posterior ke prostat melalui kapsul.
Pada prosedur yang tidak melibatkan
kapsul prostat, impoten dan sterilitas
biasanya tidak menjadi konsekuensi
Lakukan latihan perineal dan Meningkatkan peningkatan kontrol otot
interupsi/kontinu aliran urine kontinensia urinaria dan fungsi seksual
Rujuk ke penasehat seksual sesuai Masalah menetap/tidak teratasi
indikasi memerlukan intervensi profesional
4. Pelaksanaan/Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah
ditetapkan untuk masalah-masalah keperawatan yang
muncul pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan; benigna hiperplasia prostat.
5. Evaluasi
tahap akhir adalah mengevaluasi apa yang telah
diimplementasikan. Evaluasi mengacu pada kriteria
evaluasi dan tujuan yang telah ditentukan. Apabila
tujuan tercapai kita pertahankan dan apabila tujuan
tidak tercapai kita lanjutkan kembali intervensi yang
lalu atau kita membuat intervensi yang baru.

Anda mungkin juga menyukai