Disusun Oleh:
RAMA ADHYTIYA
J230215075
2021
A. Definisi Benigna Prostat Hiperplasia
Benigna Prostat Hyperplasi adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
yang dapat menyebakan obstuksi dan ristriksi pada jalan urine (uretra). Benigna
Prostat Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-
sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki-laki
berusia di atas 50 tahun.
Benigna Prostat Hiperplasia adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibriadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian
periuretral sebagai proliperasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar
normal yan tersisa (Price, 2006 dalam Rudy Haryono, 2013).
B. Etiologi
Akan ditemukan pada umur kira-kira 45 tahum dan frekuensi makin
bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira–
kira 80% menderita penyakit ini. Etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan
endokrin testosteron dianggap mempengaruhi akan tepi prostat, sedangkan estrogen
(dibuat oleh kelenjar adrenal mempengaruhi bagina tengah prostat).
Secara pasti penyebab Benigna Prostat Hiperplasia belum diketahui. Tetapi
ada beberapa hipotesis menyebabkan bahwa Hiperplasia Prostat erat kaitanya dengan
peningkatan kadar dihitestoteron (DHT) dan proses menjadi tua (aging). Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya Benigna Prostat Hiperplasia
adalah:
1. Teori DHT
Pembesaran prostat diaktifkan oleh testosteron dan DHT. Testosteron
dikonversi menjadi dihydrotestosteron oleh enzim 5-alpha reduktase yang
dihasilkan oleh prostat. DHT jauh lebih aktif dibandingkn dengan testosteron
dalam menstimulus pertumbuhan proleferasi prostat.
2. Faktor usia
Faktor usia akan membuat ketidak seimbangan rasio antara estrogen dan
testosteron. Dengan meningkatnya kadar estrogen diduga berkaitan dengan
terjadinya hiperplasia stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron
diperlukan untuk inisiasi terjadinya proleferasi sel tetapi kemudian estrogenlah
yang berperan untuk perkembangan stroma.
3. Faktor growth
Cuncha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
mediator (growth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi
dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang
selnjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrim,
serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan
terjadinya proliperasi sel-sel epitel maupun sel stroma.
4. Meningkatnya masa hidup sel-sel prostat
Pogram kematian sel (apoptosisi) pada sel prostat adalah mekanisme
fisiologik untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada apoptosis
terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami
apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegredasi oleh
enzim lisosom.
C. Patofisiologis
BPH terjadi pada umur yang semakin tua ( >45 tahun) dimana fungsi testis
sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan
hormon testosteron dan dehidrotestosteron sehingga memacu
pertumbuhan/pembesaran prostat. Maskrokospik dapat mencapai 60-100 gram dan
kadang-kadang lebih besar lagi sehingga 200 gram atau lebih.
Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak
mengenai bagian posterior daripada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai
lobus posterior, yang gsering merupakan tempat berkembangya karsinoma (Moore).
Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai
celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan
suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra.
Pada penampang, tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat
yang masih baik. Warnanya bermacam2 tergantung kepada unsur yang bertambah.
Apabila yg bertambah terutama unsur kelenjar, maka warnnya kuning kemerahan,
berkonsistensi lunak dan terbatas tegas dengan jaringan prostat yang terdesak, yang
berwarna putih keabu-abuan & padat. Apabila tonjolan itu ditekan maka akan keluar
cairan seperti susu.
Apabila unsur fibromuskuler, yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-
abu padat dan tidak mengeluarkan cairan seperti halnya jaingan prostat yang terdesak
sehingga batasnya tidak jelas. Gambaran mikrokopik juga bermacam-macam
tergantung pada unsur yang berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi
ialah unsur kelenjar sehingga terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista2 yang
dilapisi epitel torak/koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil2 ke
dalam lemen. Membran basalis masih utuh.
Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga
menyerupai dengan karsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret granuler, epitel
yang terlepas dan corpora anylcea. Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah,
maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan
kelenjar-kelenjar yang letaknya saling berjauhan.
Otot-otot destrusor tidak mampu
mengeluarkan urin
Syaraf eferen
Penumpukan sekret
Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan
harus mengedan.
Tanda:
4) Nyeri / Kenyamanan
Gejala:
Demam
6) Seksualitas
Gejala:
Riwayat pekerjaan
Lamanya istirahat
Aktivitas sehari-hari
9) Hygiene
Penampilan umum
Aktivitas sehari-hari
Kebersihan tubuh
Frekwensi mandi
Gaya hidup
Masalah finansial
11) Neurosensori
Status mental
Ketajaman pengelihatan
12) Pernapasan
Riwayat merokok
Frekwensi pernapasan
Bentuk dada
Auskultasi
Status perkawinan
Referensi
ISMANTO, R. A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI BENIGNA
PROSTAT HIPERPLASIA DI RUANG KUTILANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAHDR.
H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNGTAHUN 2019 (Doctoral dissertation,
Poltekkes Tanjungkarang).