TINJAUAN TEORITIS
A. TEORITIS MEDIS
1. Defenisi
kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra (Brunner
kelenjar prostat (secara umum pada pria >50 tahun) yang menyebabkan berbagai
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH ini sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, tetapi hanya dua faktor yang mempengaruhi terjadinya
BPH yaitu pertambahan umur dan perubahan hormon. Karena etiologi yang
belum jelas maka ada beberapa hipotesa yang diduga menimbulkan BPH antara
lain :
8
9
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
epitel.
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma
urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-
laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran,
panjangnya sekitar 4 – 6 cm, lebar 3 – 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 – 3 cm.
Secara embriologis kelenjar prostat terdiri dari 5 lobus yakni lobus media
1 lobus, lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1 buah, dan lobus lateral 2 buah.
11
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, dan lobus posterior akan
menjadi satu disebut lobus medius .Pada penampang lobus medius kadang-
kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna
abu-abu dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista inilah yang disebut
saluran kemih agar bercampur dengan sperma saat ejakulasi. Cairan yang
menuju sel telur (ovum). Selain itu cairan prostat tersebut juga membantu
1. Kapsul anatomis
2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler.
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari
kedalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba dengan pada colok
dubur, sedangkan pada orang dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya
terdesak berwarna putih keabu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan akan
keluar cairan seperti susu. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga
lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena
bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian
kelenjar
b. Fisiologi
1. Ureter
2. Vesika urinaria
3. Epididimis
deferens.
4. Vas deferens
Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat
5. Kelenjar prostat
6. Testis
7. Uretra
pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual.
14
8. Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga
Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons
.
15
4. Patofisiologi
Hyperplasia prostat
Menyebar ke Merangsang
kandung kemih jaringan prostat Kurangnya
yang normal untuk informasi
Distensi kandung menghasilkan tentang
kemih kapsula bedah penyakit
Dekompensasi
muskulus netrusor Adenoma tumbuh
- Khawatir
- Ketakutan
- Ekspresi wajah
- Meringis Resistensi urine,
Membatasi tegang
- Gelisah residu, hipertropi
- Nyeri dalam buli-buli pengeluaran urine
Anuria Ansietas
Gangguan Perubahan
rasa nyaman eliminasi urine
nyeri
Obstruksi diuresis
Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan
16
5. Manifestasi Klinis
Terjadi pada malam hari yang diakibatkan oleh hambatan normal dari
Terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga
kontraksi involunter.
6. Klasifikasi
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nokturia bertambah
berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya ± 20-40
gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tidak teraba,
sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3-4 cm dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
7. Komplikasi
b. Hematuria
c. Pielonefritis
d. Gagal ginjal
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi urine.
prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urine dan keadaan patologi
ssbermacam-macam potongan.
d. Pemeriksaan Endoskopi
20
9. Penatalaksanaan
a. Pemasangan Kateter
urine.
b. Medikamentosa
1) Menghambat adrenoreseptor
3) Penghambat enzim
4) Fisioterapi
c. Terapi bedah
fungsi ginjal, infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih,
hidroureter, hidronefrosis.
prostatectomy.
2) Prostatektomi suprapubis
kandung kemih.
3) Prostatektomi retropubis
4) Prostatektomi peritoneal
kanker prostat.
B. TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Sirkulasi
2. Eliminasi
5. Keamanan
a. Gejala : Demam
6. Seksualitas
ejakulasi.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau hilang, tidak ada retensi urine,
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, Memberikan informasi untuk
intensitas (skala 0-10) lamanya. membantu dalam menentukan
pilihan atau keefektifan
intervensi
Pertahankan tirah baring bila Tirah baring mungkin
27
Kolaborasi :
Masukkan kateter dan dekatkan Pengaliran kandung kemih dapat
untuk kelancaran drainase. menurunkan tegangan dan
kepekaan kelenjar.
Berikan obat sesuai indikasi : Diberikan untuk menghilangkan
Narkotik, contoh eperidin nyeri berat , memberikan
(Demerol), relaksasi mental dan fisik .
Tujuan : Klien dapat BAK dengan tuntas dan urine keluar secara
komplit.
Kriteria hasil : Tidak teraba distensi kandung kemih, residu urine pasca
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Dorong klien untuk berkemih Meminimalkan retensi urine,
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba distensi berlebihan pada kandung
dirasakan. kemih.
Observasi aliran urine, cukup untuk mengeluarkan urine
28
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Awasi keluaran dengan hati- Dieresis cepat dapat
hati, tiap jam bila diindikasikan menyebabkan kekurangan
. Perhatikan keluaran 100-200 volume total cairan, karena
ml/jam. ketidakcukupan jumlah natrium
diabsorpsi dalam tubulus ginjal.
Dorong peningkatan Pasien dibatasi pemasukan oral
pemasukan oral berdasarkan dalam upaya mengontrol gejala
kebutuhan individu. urinaria, homeostatik
pengurangan cadangan dan
peningkatan resiko dehidrasi
atau hipovolemia .
Awasi TD, nadi dengan sering. Menampakkan deteksi dini atau
Evaluasi pengisian kapiler dan intervensi hipovolemik sistemik.
membran mukosa oral.
29
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Selalu ada untuk pasien, buat Menunjukkan perhatian dan
hubungan saling percaya keinginan untuk membantu
dengan pasien atau orang dalam diskusi tentang subjek
terdekat. sensitif.
Berikan informasi tentang Membantu pasien memahami
prosedur dan tes khusus dan tujuan dari apa yang dilakukan,
apa yang akan terjadi, contoh : dan mengurangi masalah karena
kateter, urine berdarah, iritasi ketidaktahuan termasuk
kandung kemih. Ketahui ketakutan akan kanker. Namun
seberapa banyak informasi kelebihan informasi tidak
yang diinginkan pasien. membantu dan dapat
meningkatkan ansietas.
Pertahankan perilaku nyata Menyatakan penerimaan dan
dalam melakukan prosedur atau menghilangkan rasa malu pasien.
menerima pasien. Lindungi
privasi pasien.
Dorong pasien atau orang Mendefenisikan masalah,
terdekat untuk menyatakan memberikan kesempatan untuk
masalah atau perasaan. menjawab pertanyaan,
30