Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. TEORITIS MEDIS

1. Defenisi

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) merupakan suatu keadaan dimana

kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung

kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra (Brunner

and Suddart, 2001).

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran progesif dari

kelenjar prostat (secara umum pada pria >50 tahun) yang menyebabkan berbagai

derajat obstruksi uretra dan pembiasan aliran urinarius.(Mansjor, 2005)

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran granula dan

organ seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan proses perubahan

endokrin berkenaan dengan proses perubahan.(Smeltzer dan Bare, 2002)

2. Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH ini sampai sekarang belum

diketahui secara pasti, tetapi hanya dua faktor yang mempengaruhi terjadinya

BPH yaitu pertambahan umur dan perubahan hormon. Karena etiologi yang

belum jelas maka ada beberapa hipotesa yang diduga menimbulkan BPH antara

lain :

8
9

a. Hipotesa Dehidrotestosteron (DHT)

Peningkatan lima alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan

epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.

b. Ketidakseimbangan estrogen dan testosteron

Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan

penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap, yang dapat menyebabkan

terjadinya hiperplasia stroma.

c. Interaksi stroma epitel

Peningkatan epidermal growth faktor atau fibroblas growth faktor dan

penurunan transforming growth faktor menyebabkan hiperplasia stroma dan

epitel.

d. Penurunan sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan

epitel dari kelenjar prostat

e. Teori stem cell

Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.


10

3. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi /

mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-

buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma

urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-

laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran,

panjangnya sekitar 4 – 6 cm, lebar 3 – 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 – 3 cm.

Beratnya sekitar 20 gram.

Secara embriologis kelenjar prostat terdiri dari 5 lobus yakni lobus media

1 lobus, lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1 buah, dan lobus lateral 2 buah.
11

Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, dan lobus posterior akan

menjadi satu disebut lobus medius .Pada penampang lobus medius kadang-

kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna

abu-abu dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista inilah yang disebut

kelenjar prostat. Salah satu fungsinya adalah menyemprotkan cairan kedalam

saluran kemih agar bercampur dengan sperma saat ejakulasi. Cairan yang

dihasilkan prostat sebagai sumber energi bagi sperma dalam perjalanannya

menuju sel telur (ovum). Selain itu cairan prostat tersebut juga membantu

mengurangi keasaman vagina sehingga sperma dapat bertahan.

Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :

1. Kapsul anatomis

2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler.

3. Jaringan kelenjar yang terdiri dari 3 bagian yaitu :

a) Bagian luar disebut kelenjar prostat sebenarnya

b) Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga

sebagai adenomatus zone.

c) Disekitar uretra disebut periuretral gland.

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari

vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara

kedalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba dengan pada colok

dubur, sedangkan pada orang dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya

mudah teraba. Penampang tonjolan pada proses hiperplasia terlihat jaringan


12

prostat masih baik.Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning

kemerahan, konsistensinya lunak berbatas jelas dengan jaringan prostat yang

terdesak berwarna putih keabu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan akan

keluar cairan seperti susu. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga

lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi

lumen uretra, tapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak

prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.

BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena

mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada

bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian

tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus

anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan

kelenjar

b. Fisiologi

1. Ureter

Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke

dalam kandung kemih.

2. Vesika urinaria

Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan

dikeluarkan kedunia luar melalui uretra.

3. Epididimis

Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang


13

keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan

kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara

sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas

deferens.

4. Vas deferens

Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran

lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis.

Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat

di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran

tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau

kantung mani (vesikula seminalis)

5. Kelenjar prostat

Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian

bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang

mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk

kelangsungan hidup sperma.

6. Testis

Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma

dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.

7. Uretra

Dalam anatomi , uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung

kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran

pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual.
14

Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran

pengeluaran air mani

8. Penis

Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga

yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa.

Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons

korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis

dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak

mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada

suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah

sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).

.
15

4. Patofisiologi

Pertambahan umur dan


hormonal

Peningkatan hormon estrogen,


penurunan hormon testosteron

Hyperplasia prostat

Menyebar ke Merangsang
kandung kemih jaringan prostat Kurangnya
yang normal untuk informasi
Distensi kandung menghasilkan tentang
kemih kapsula bedah penyakit

Dekompensasi
muskulus netrusor Adenoma tumbuh
- Khawatir
- Ketakutan
- Ekspresi wajah
- Meringis Resistensi urine,
Membatasi tegang
- Gelisah residu, hipertropi
- Nyeri dalam buli-buli pengeluaran urine

Anuria Ansietas
Gangguan Perubahan
rasa nyaman eliminasi urine
nyeri
Obstruksi diuresis

Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan
16

5. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pada Benigna prostat hiperplasia (BPH) digolongkan

pada dua tanda dan gejala yaitu obstruksi dan iritasi.

a. Gejala obstruksi terdiri dari:

1) Pancaran miksi melemah

Terjadi karena adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh

kegagalan otot detusor untuk berkontraksi secara kuat. Perubahn tersebut

mengakibatkan sukar berkemih, sehingga harus mengejan saat berkemih,

urine keluar dengan menetes dan pancaran miksi melemah.

2) Rasa tidak puas sehabis miksi

Terjadi karena jumlah residu urine yang banyak dalam buli-buli.

3) Kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy)

Hesistancy terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk

dapat melawan resistensi uretra.

4) Harus mengejan (straining)

Terjadi diakibatkan oleh adanya obstruksi sehingga menyebabkan otot

detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat sehingga kontraksi

terputus-putus, hal inin menyebabkan otot mengadakan kompensasi

berupa penebalan pada dinding kandung kemih yang bertujuan untuk

mengadakan kontraksi yang lebih kuat. Perubahan ini mengakibatkan

sukar berkemih, sehingga harus mengejan pada saat berkemih.


17

5) Kencing terputus-putus (intermittency)

Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi

uretra sampai akhir miksi.

b. Gejala iritasi terdiri dari:

1) Sering miksi (frekuensi)

Terjadi pada malam hari yang diakibatkan oleh hambatan normal dari

korteks berkurang, tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.

2) Terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia)

Terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga

interval antar miksi lebih pendek.

3) Perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi)

Urgensi disebabkan oleh ketidakstabilan detrusor sehingga terjadi

kontraksi involunter.

4) Nyeri pada saat miksi (disuria)

Penyebab disuria sama hal nya dengan urgensi yaitu adanya

ketidakstabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.

6. Klasifikasi

Benigna prostat hiperplasia (BPH) terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan

ganguan klinisnya yaitu :

1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa

urine kurang 50 cc, pancaran lemah, nokturia, berat ± 20 gram.


18

2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nokturia bertambah

berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih

menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya ± 20-40

gram.

3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tidak teraba,

sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3-4 cm dan beratnya 40 gram.

4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit

ke ginjal seperti gagal ginjal, hydronefrosis.

7. Komplikasi

Komplikasi dari Benigna prostat hiperplasia (BPH) yaitu :

a. Infeksi saluran kemih (ISK)

b. Hematuria

c. Pielonefritis

d. Gagal ginjal

e. Retensi urine akut dan kronik


19

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada Benigna prostat hiperplasia (BPH) :

a. Pemeriksaan laboratorium

1. Darah : Ureum, kreatinin, gula darah.

2. Urine : Kultur urine, sedimen urine,urinalisis, pemeriksaan mikroskopik.

b. Pemeriksaan radiologi

1. Abdomen : mengetahui kemungkinan adanya batu saluran kemih atau

Foto polos kalkulosa prostat dan kadang menunjukkan bayangan buli-

buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi urine.

2 IVP (intra vena pielografi) : mengetahui kemungkinan kelainan ginjal

atau ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan

besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.

3. TRUS (transrektal ultrasonografi) : untuk mengetahui pembesaran

prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urine dan keadaan patologi

lainnya seperti difertikel, tumor.

4. Systocopy : untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang

uretra parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.

5. MRI atau CT : untuk melihat pembesaran prostat dan dengan

ssbermacam-macam potongan.

6. Retrografi dan Voiding cystouretrografi : untuk melihat ada tidaknya

refluk vesiko ureter.

c. Pemeriksaan Uroflowmetri : untuk mengukur laju pancaran urine

d. Pemeriksaan Endoskopi
20

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan dengan :

a. Pemasangan Kateter

Membantu pengosongan kandung kemih dan memperlancar pengeluaran

urine.

b. Medikamentosa

1) Menghambat adrenoreseptor

2) Obat anti androgen

3) Penghambat enzim

4) Fisioterapi

c. Terapi bedah

Indikasinya adalah apabila retensi urine berulang, hematuria, penurunan

fungsi ginjal, infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih,

hidroureter, hidronefrosis.

Jenis- jenis terapi bedah yaitu :

1) TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)

Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui

sitoskopy atau resektoskop yang dimasukkan melalui uretra.

Keuntungan TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy) yaitu :

a) Nyeri pasca bedah lebih kecil dibandingkan dengan open

prostatectomy.

b) Tidak ada luka insisi

c) Lemih aman bagi pasien yang berisiko terhadap bedah


21

d) Hospitalisasi dan periode pemulihan lebih singkat

e) Angka morbiditas lebih rendah

Kerugian TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)

a) Diperlukan uretra yang besar

b) Membutuhkan waktu lama untuk mereseksi prostat yang besar

c) Membutuhkan dokter bedah yang ahli

d) Dapat terjadi komplikasi seperti incontinensia urine

e) Dapat terjadi obstruksi kambuhan, trauma uretral dan struktur uretra.

f) Perdarahan yang lama

2) Prostatektomi suprapubis

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada

kandung kemih.

Keuntungan Prostatektomi suprapubis yaitu :

a) Mudah dikerjakan dan dan cukup aman

b) Apabila terdapat batu, divertikel dan tumor bisa dioperasi sekaligus

c) Area aksplorasi lebih luas

d) Memudahkan pengobatan lesi kandung kemih yang berkaitan

Kerugian Prostatektomi suprapubis yaitu :

a) Memerlukan pembedahan melalui kandung kemih

b) Sulit mengontrol hemoragic

c) Urine dapat bocor sekitar tuba suprapubis

d) Pemulihan mungkin lama dan menimbulkan ketidaknyamanan


22

3) Prostatektomi retropubis

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian

bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.

Kegunaan Prostatektomi retropubis yaitu :

a) Kandung kemih tidak mengalami sayatan

b) Periode pemulihan lebih singkat

c) Kerusakan sfingter kandung kemih lebih kecil

Kerugian Prostatektomi retropubis yaitu :

a) Tidak dapat mengobati penyakit kandung kemih yang berkaitan

b) Peningkatan hemoragic akibat pleksus vanosa prostat, osteitis pubis

4) Prostatektomi peritoneal

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi

diantara skrotum dan rektum.

Kegunaan Prostatektomi Peritoneal yaitu :

a) Efektif untuk terapi kanker radikal

b) Angka mortalitas rendah

c) Terjadi syok lebih rendah

Kerugian Prostatektomi Peritoneal yaitu :

a) Dapat terjadi inkontinensia urine dan impotensi

b) Potensial terhadap infeksi lebih besar

c) Komplikasi yang sering terjadi kerusakan nervus pudental

d) Dapat mengakibatkan kerusakan pada sektumdan sfingter eksternal


23

5) Prostatektomi retropubis radikal

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula

seminalis dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada

abdomen bagian bawah, uretra dianastomosikan ke leher kandung pada

kanker prostat.

d. Terapi Invasif Minimal

1) Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)

Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke

kelenjar prostat melalui antena yang dipasang melalui ujung kateter.

2) Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatektomi (TULIP)

3) Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBL)


24

B. TEORITIS KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Sirkulasi

a. Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal).

2. Eliminasi

a. Gejala : Penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, keragu-

raguan pada awal berkemih, ketidakmampuan untuk

mengosongkan kandung kemih dengan lengkap,

nokturia, disuria, hematuria, ISK berulang, konstipasi

(protusi prostat kedalam rektum).

b. Tanda : Massa padat dibawah abdomen bawah (distensi

kandung kemih), nyeri tekan kandung kemih, hernia

inguinalis, hemoroid (mengakibatkan peningkatan

tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan

kandung kemih mengatasi tahanan).

3. Makanan dan cairan

a. Gejala : Anoreksia, mual muntah.

Perubahan turgor kulit, penurunan berat badan.

4. Nyeri dan kenyamanan

a. Gejala : Nyeri suprapubis panggul, tajam, kuat, pada prostatitis

akut), nyeri punggung bawah.


25

5. Keamanan

a. Gejala : Demam

6. Seksualitas

a. Gejala : Masalah tentang efek terapi pada kemampuan

seksual,takut inkontinensia atau menetes selama

hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi

ejakulasi.

a. Tanda : Pembesaran prostat dan nyeri tekan prostat.

7. Penyuluhan atau pembelajaran

a. Gejala : Riwayat keluarga penyakit kanker, hipertensi, penyakit

ginjal, penggunaan anti depresan, antibiotik urinari atau

agen antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu atau

alergi obat mengandung simpatomimetik.

b. Pertimbangan rencana pemulangan : .

- Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi, contoh kateter.


26

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi

kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik,

dekompensasi otot detrusor, pembesaran prostat dan ketidakmampuan

kandung kemih berkontraksi dengan adekuat.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca

obstruksi diuresis, ketidakseimbangan elektolit.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kemungkinan

proses bedah atau malignasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi,

tidak mengenal sumber informasi.

3. Rencana Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi

kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau hilang, tidak ada retensi urine,

ekspresi wajah rileks.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
 Kaji nyeri, perhatikan lokasi,  Memberikan informasi untuk
intensitas (skala 0-10) lamanya. membantu dalam menentukan
pilihan atau keefektifan
intervensi
 Pertahankan tirah baring bila  Tirah baring mungkin
27

diindikasikan. diperlukan pada awal selama


fase retensi akut. Namun
ambulasi dini dapat
memperbaiki pola berkemih
normal dan menghilangkan
nyeri kolik.
 Berikan tindakan kenyamanan,  Meningkatkan relaksasi,
contoh pijatan punggung : memfokuskan kembali perhatian
membantu pasien melakukan dan dapat meningkatkan
posisi yang nyaman, kemampuan koping.
mendorong penggunaan
relaksasi atau latihan nafas
dalam , aktivitas teraupetik.

Kolaborasi :
 Masukkan kateter dan dekatkan  Pengaliran kandung kemih dapat
untuk kelancaran drainase. menurunkan tegangan dan
kepekaan kelenjar.
 Berikan obat sesuai indikasi :  Diberikan untuk menghilangkan
Narkotik, contoh eperidin nyeri berat , memberikan
(Demerol), relaksasi mental dan fisik .

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik,

dekompensasi otot detrusor, pembesaran prostat dan ketidakmampuan

kandung kemih berkontraksi dengan adekuat.

Tujuan : Klien dapat BAK dengan tuntas dan urine keluar secara

komplit.

Kriteria hasil : Tidak teraba distensi kandung kemih, residu urine pasca

BAK kurang dari 50 ml.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
 Dorong klien untuk berkemih  Meminimalkan retensi urine,
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba distensi berlebihan pada kandung
dirasakan. kemih.
 Observasi aliran urine,  cukup untuk mengeluarkan urine
28

perhatikan ukuran dan secara tidak sadar.


kekuatan.
 Awasi dan catat waktu dan  Berguna untuk mengevaluasi
jumlah tiap berkemih. obstruksi dan pilihan intervensi.
Perhatikan penurunan haluaran
urine dan perubahan berat
jenis.
 Perkusi atau palpasi area  Distensi kandung kemih dapat
suprapubik . dirasakan didaerah suprapubik
 Dorong masukan cairan sampai  Peningkatan aliran cairan
3000 ml sehari, dalam toleransi mempertahankan perfusi ginjal
jantung bila di indikasikan. dan membersihkan ginjal dan
kandung kemih dari
pertumbuhan dari bakteri.
 Berikan atau dorong kateter  Menurunkan resiko infeksi
lain dan perawatan perineal. asenden.

3. Tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca obstruksi

diuresis, ketidakseimbangan elektolit.

Tujuan : Kekurangan volume cairan dapat diatasi

Kriteria hasil : Tanda vital stabil, membran mukosa lembab.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
 Awasi keluaran dengan hati-  Dieresis cepat dapat
hati, tiap jam bila diindikasikan menyebabkan kekurangan
. Perhatikan keluaran 100-200 volume total cairan, karena
ml/jam. ketidakcukupan jumlah natrium
diabsorpsi dalam tubulus ginjal.
 Dorong peningkatan  Pasien dibatasi pemasukan oral
pemasukan oral berdasarkan dalam upaya mengontrol gejala
kebutuhan individu. urinaria, homeostatik
pengurangan cadangan dan
peningkatan resiko dehidrasi
atau hipovolemia .
 Awasi TD, nadi dengan sering.  Menampakkan deteksi dini atau
Evaluasi pengisian kapiler dan intervensi hipovolemik sistemik.
membran mukosa oral.
29

 Tingkatkan tirah baring dengan  Menurunkan kerja jantung,


kepala tinggi. memudahkan homeostasis
sirkulasi.
Kolaborasi :
 Awasi elektrolit, khususnya  Bila penggumpalan cairan
natrium. terkumpul dari daerah
ekstraseluler, natrium dapat
mengikuti perpindahan ,
menyebabkan hiponatremia.
 Berikan cairan IV (garam faal  Menggantikan kehilangan cairan
hipertonik). dan natrium untuk mencegah
atau memperbaiki hipovolemia.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kemungkinan

proses bedah atau malignasi.

Tujuan : Klien tidak cemas ketika akan dilakukan pembedahan.

Kriteria hasil : Klien tampak rileks, menunjukkan perasaan dan

penurunan rasa takut, melaporkan ansietas menurun.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
 Selalu ada untuk pasien, buat  Menunjukkan perhatian dan
hubungan saling percaya keinginan untuk membantu
dengan pasien atau orang dalam diskusi tentang subjek
terdekat. sensitif.
 Berikan informasi tentang  Membantu pasien memahami
prosedur dan tes khusus dan tujuan dari apa yang dilakukan,
apa yang akan terjadi, contoh : dan mengurangi masalah karena
kateter, urine berdarah, iritasi ketidaktahuan termasuk
kandung kemih. Ketahui ketakutan akan kanker. Namun
seberapa banyak informasi kelebihan informasi tidak
yang diinginkan pasien. membantu dan dapat
meningkatkan ansietas.
 Pertahankan perilaku nyata  Menyatakan penerimaan dan
dalam melakukan prosedur atau menghilangkan rasa malu pasien.
menerima pasien. Lindungi
privasi pasien.
 Dorong pasien atau orang  Mendefenisikan masalah,
terdekat untuk menyatakan memberikan kesempatan untuk
masalah atau perasaan. menjawab pertanyaan,
30

memperjelas kesalahan konsep,


dan solusi pemecahan masalah.
 Beri penguatan informasi  Memungkinkan pasien untuk
pasien yang telah diberikan menerima kenyataan dan
sebelumnya. menguatkan kepercayaan pada
pemberi perawatan dan
pemberian informasi.

Anda mungkin juga menyukai