Laporan Pendahuluan BPH Rere
Laporan Pendahuluan BPH Rere
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
iv
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Menurut Muttaqin dan Sari (2011:257), hiperplasia prostat atau
BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa
atau semua komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan
uretra pars prostatika.
Menurut Rudy (2013:113), BPH adalah pembesaran progresif
dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun)
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan
aliran urinarius.
B. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011:257), penyebab yang pasti
dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat
kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan
proses penuaan . Selain faktor tersebut ada beberapa hipotesis yang
diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat, yaitu sebagai
berikut :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami
hiperplasi.
2. Ketidakseimbangan hormon estrogen-testosteron.
Pada proses penuaan pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi
stroma.
3. Interaksi stroma-epitel.
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati.
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
2
C. Patofisiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011:258), sejalan dengan
pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia. Jika
prostat membesar, maka akan meluas ke atas (kandung kemih)
sehingga pada bagian dalam akan mempersempit saluran uretra
prostatica dan menyumbat aliran urine.
D. Pathway
Menurut Muttaqin dan Sari (2011:259), sebagai berikut:
BPH
Penyempitan
Lumen Uretra
Komplikasi
1. Aterosclerosis
2. Infark jantung
3. Impoten
4. Haemoragik post operasi
5. Fistula
6. Struktur pasca operasi dan inconentia urin
7. Infeksi
Tindakan pembedahan
8.
4
E. Pemeriksaaan Penunjang
Menurut Rudy (2013:117-120), pemeriksaan penunjang BPH
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan
tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan
dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur
dapat diperhatikan konsistensi prostat, adakah asimetri, adakah
nodul pada prostat, apakah batas atas dapat diraba. Derajat berat
obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin
setelah miksi spontan.Sisa miksi ditentukan dengan mengukur
urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat
pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih
setelah miksi.
d. USG (Ultrasonografi)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar
prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urin.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral
dan supra pubik
G. Penatalaksanaan
Menurut Rudy (2013:121-123), penatalaksanaan pada BPH
sebagai berikut :
1. Terapi medikamentosa
a. Penghambat andrenergik a, misalnya prazosin, doxazosin,
alflurosin atau a 1a (tamsulosin).
b. Penghambat enzim 5-a-reduktase, misalnya finasteride
c. Fitoterapi, misalnya eviprostat
2. Terapi bedah: waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi
tergan tung beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi terapi
bedah, yaitu:
a. Retensio urin berulang (Poscar)
b. Hematuria
c. Tanda penurunan fungsi ginjal
d. Infeksi saluran kencing berulang
e. Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel,dronefrosis.
f. Ada batu saluran kemih.
H. Komplikasi
Menurut Rudy (2013:117), komplikasi pada BPH sebagai
berikut:
1. Aterosclerosis
2. Infark jantung
3. Impoten
4. Haemoragik post operasi
5. Fistula
6. Struktur pasca operasi dan inconentia urin
7. Infeksi
diperlukan sema
No Indikator 1 2 3 4 5 pemulian,(batuk dan
1 Mengenali nafas dalam ,ambulasi,
kapan nyeri taner ke kursi)
terjadi 2. Berikan analgesik 24-48
2 Menggamb jam setelah pembedahan
arkan nyeri truma atau cedera kecuali
3 Melakukan jika status sedasi atau
teknik pernafasan atau
relaksasi kebalikannya
efektif 3. Sediakan informasi akurat
4 Mendapatk pada keluarga dan pasien
an mengenai pengalaman
informasi nyeri pasien.
mengenai 4. Beritahukan dokter jika
kontrol kontrol nyeri tidak berhasil
nyeri NIC 2 : Pemberian Analgesik
5 Melaporkan Aktivitas :
nyeri yang a. Monitor tanda vital setelah
terkontrol dan sebelum pemberian
Keterangan : analgesik
5. Menurun
Keterangan 4-5 :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
13
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S.,et al. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi keenam.
Elsevier Global Right, Oxford.
Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Salemba Medika, Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3. Dewan Pengurusan Pusat PPNI, Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan (SIKI), Edisi 1 Cetakan 2. Dewan Pengurus Pusat
PPNI, Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (SLKI). Dewan Pengurus Pusat PPNI, Jakarta.
14
LEMBAR KONSULTASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA SURAKARTA