Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Diagnosa Medis Benighna Prostate


Hyperplasea (BPH) di Ruang Flamboyan
Rsud dr. Soeroto Ngawi

OLEH: LULUK MULYANI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER PEMKAB NGAWI
2018
LATAR BELAKANG

Pada dasarnya laki-laki usia 50 tahun atau lebih akan


mengalami pembesaran pada prostat. Namun, pada
kasus BPH pembesarannya dapat mengakibatkan
penekanan pada saluran uretra yang apabila tidak
ditangani akan mengakibatkan terjadinya obstruksi
atau sumbatan total pada uretra yang juga akan
menimbulkan infeksi dan resiko terjadi gagal ginjal
(Hartono, 2013).
 Insidensi di negara maju sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang
5,35% kasus. Tingginya kejadian BPH di Indonesia telah menempatkan BPH
sebagai penyebab angka kesakitan nomor 2 terbanyak setelah penyakit batu
pada saluran kemih. Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH,
diantaranya diderita pada pria berusia di atas 60 tahun. Penderita BPH di
Provinsi Jawa timur pada tahun 2012 sebanyak 672.502 jiwa (1,7%) dari
jumlah penduduk sebanyak 37.840.657 jiwa (Triyono, 2013). Data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Ngawi terdapat 8 kasus BPH di tahun 2018.
Sedangkan penderita BPH di RSUD dr. Soeroto pada tahun 2018 sebanyak 4
orang (RSUD dr Soeroto Ngawi
KONSEP PENYAKIT

PENGERTIAN BPH
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan
adanya pertumbuhan sel stroma dan kelenjar epitel
pada prostat, yang bersifat jinak yang erat kaitannya
dengan faktor usia (Pendit, 2015;Tanto.,
dkk.2014;Wijaya &Putri, 2013)
ANATOMI DAN FISIOLOGI
ETIOLOGI

Teori DHT

Faktor Usia

Faktor Pertumbuhan

Meningkatnya hidup sel-sel prostat


us,
• Hesita
ncy
• MANIFESTASI KLINIS
berkur
angnya
kekuat
an dan

Ge
pancar


an
urin,
sensasi
Gej •frekuensi
sering
miksi,

ala jal
•urgensi
tidak atau rasa
selesai tidak
berke

a
dapat


mih,
miksi
ganda
Ob menahan
lagi saat
ingin
(berke
mih
untuk
str miksi,
•sering
berkemih
Iri
uks tas
kedua di malam
kalinya hari
dalam (Nokturia
),

i i
waktu •inkontine
<2 jam nsia
setelah
miksi
17

2.1.10 Kerangka Masalah


Proses Ketidakseimbangan hormon Proliferasi prostat lebih
penuaan testoteron, DHT & growth aktif
hormon Produksi sel stroma & epitel
dan perubahan pada prostat
BPH Perubahan status
Peningkatan tekanan kesehatan
Penyempitan lumen
intra vesika Mk : Ansietas
uretra posterior
Buli-buli Refluk vesika-ureter Hidroureter

Peningkatan resistensi buli & Aliran urin tertahan Hidronefrosis


prostat
Otot destrusor menebal dan Melebihi kemampuan vesika Gagal ginjal
meregang MK : gangguan
Peregangan & distensi vesika
Destrusor melemah rasa nyaman
urinaria
nyeri
Pancaran Kontrol
urin lemah Pengeluaran Inkontinensia Urin keluar
pengeluaran urin
rasa tidak urin menurun urin menetes
terganggu
puas
MK : resiko gangguan
kemih
eliminanasi (retensi urin)
Kurang
Tindakan Pengobatan informasi
Pembedahan
Luka Post-op Open Prostateoktomy TURP MK : Ansietas

Terputusnya Kurangnya perawatan Perubahan fungsi Perkemihan


jaringan kulit luka
MK : nyaman MK : resiko infeksi MK : resiko gangguan eliminasi
nyeri Sumber : Wijaya & Purti (2013), Tanto (2014), & Pendit (2015)
DIAGNOSA BANDING

Menurut Djuantoro (2011) diagnosa banding dari BPH


antara lain :
1. Striktur uretra
2. Batu buli
3. Infeksi
4. Kanker kandung kemih
5. Kanker prostat
6. Buli neurogenik
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan colok dubur (Rectal Taucher)


2. Clinical Grading
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiologi
PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Farmakologi : Pemberian obat prazosin, doxazosin,


alfuzosin atau tamsulosin. Selain itu juga diberikan
obat finastereide
2. Pembedahan : prostatektomi, Transureteral Insisi
prostate (TUIP), Transurethral Resection Prostate
(TURP)
KOMPLIKASI

P
S
e
h
I
i
r
n
s
d
u

y
d
fie
r
n
si
o
d
a a
n
n

r
e
g

o
a
f
g
a
a
lr
g
hio
n
js

a a

k
li

s
n

K
a
l
k
u
l
i

U
r
i
n
a
r
i
ASUHAN KEPERAWATAN

Identitas
 Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku atau bangsa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan tanggal
pengkajian. Selain identitas klien juga dilakukan pengkajian
identitas keluarga terdekat yang bertanggung jawab
terhadap pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, serta hubungan dengan
klien.
Keluhan utama
 Klien dengan BPH biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada saat miksi dan mengeluh sering BAK (anyang-
anyangan), sering terbangun di malam hari untuk miksi,
perasaan yang tidak mampu menahan miksi, saat miksi
harus mengejan, dan perasaan miksi yang tidak selesai.
Riwayat penyakit dahulu
 Apakah pasien pernah menderita BPH sebelumnya dan
apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
 Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien
sekarang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada klien pre op BPH


menurut Wijaya & Putri (2013)
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
distensi kandung kemih.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan hilang
tonus otot kandung kemih: distensi berlebihan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan statis urin
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
Diagnosa keperawatan pada klien post op BPH :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan, spasme otot karena prosedur pembedahan.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif : tindakan pembedahan.
3. Resiko gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
tindakan pembedahan
INTERVENSI
No Diagnosa Tujuandan KH Intervensi Rasional

1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, 1. Memberikan informasi untuk
nyaman : nyeri keperawatan selama 3x24 jam intensitas (skala) dan membantu dalam menentukan
berhubungan dengan diharapkan nyeri berkurang/hilang lamanya intervensi yang akan dilakukan
distensi kandung kemih dengan KH : 2. Plaster selang drainase pada 2. Mencegah penarikan kandung
1. Klien dapat melaporkan paha dan kateter pada kemih dan erosi pertemuan
nyeri hilang/berkurang abdomen penis-sekrotoral
2. Klien tampak rileks 3. Pertahankan tirah baring 3. Tirah baring mungkin
3. Klien tidak meringis diperlukan pada awal selama
4. Tanda-tanda vital dalam fase retensio akut. Namun,
batas normal ambulasi dini dapat
TD : 120/80 mmHg – 130/90 memperbaiki pola berkemih
mmHg normal dan menghilangkan
N : 80-200x/menit nyeri kolik
RR : 16-24x/menit 4. Berikan posisi yang nyaman 4. Meningkatkan relaksasi,
S : 36oC-37,5oC memfokuskan kembali
5. Klien dapat perhatian dan dapat
mendemonstrasikan teknik meningkatkan kemampuan
relaksasi napas dalam koping
5. Ajarkan teknik relaksasi 5. Relaksasi napas dalam dapat
napas dalam menurunkan skala nyeri
6. Kolaborasi pemberian obatan 6. Obatan algetik dapat
algetik menurukan rasa nyeri
No Diagnosa Tujuandan KH Intervensi Rasional

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong klien untuk berkemih 1. Meminimalkan retensi urin
eliminasi : retensi keperawatan selama 3x24 2-4 jam dan bila ada sensesi distensi berlebih pada kandung
urin berhubungan jam diharapkan retensi urin untuk berkemih kemih
dengan hilang teratasi dengan KH: 2. Observasi aliran urin, 2. Untuk mengevaluasi obstruksi
tonus otot 1. Residu pasca perhatikan ukuran dan dan menentukan intervensi
kandung kemih: berkemih kekuatan.
distensi menunjukkan<50 ml 3. Awasi dan cacat waktu dan 3. Retensi urin meningkatkan
berlebihan. dengan tidak ada jumlah tiap berkemih. tekanan dalam saluran
tetesan.kelebihan perkemihan atas, yang dapat
aliran mempengaruhi fungsi ginjal.
2. Berkemih dengan 4. Perhatikan penurunan 4. Adanya penurunan aliran darah
jumlah yang cukup haluaran urin dan perubahan keginjal akan mengganggu
dan tidak teraba berat jenis kemampuannya untuk menyaring
distensi kandung darah
kemih 5. Distensi kandung kemih dapat
5. Lakukanperkusi/palpasi di
3. Mempu dirasakan di area suprapubik
area suprapubik
mengososngkan 6. Dorongmasukancairan 3000 6. Peningkatan aliran cairan
kandung kemih mempertahankan perfusi ginjal
ml sehari,
dengan lengkap dan membersihkan ginjal serta
dalamtoleransijantungbiladiin
4. Inkontinensia/urin kandung kemih dari pertumbuhan
dikasikan
menetes tidak ada lagi bakteri
7. Kehilangan fungsi ginjal
7. Observasitanda-tanda vital
mengakibatkan penurunan cairan
dan akumulasi sisa toksik : dapat
berlanjut ke penurunan total
8. Kolaborasi pemasangan
8. Pemasangan kateter dapat
kateter
membantu pengeluaran urin
EVALUASI

Pada penelitian ini evaluasi keperawatan dilakukan


setia 8 jam sekali. Pada bagian ini ditentukan apakah
perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga
timbul masalah baru. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang
atau hilang / teradaptasi, pola eliminasi optimal
sesuai kondisi pasien, ansietas teratasi, dan tidak
terjadi infeksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai