Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhamad Sigit Al Furqon

NPM : 2206010834

Tugas Review 9

1. Paradigma Naturalis
Aliran paradigma naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme dan
rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut realisme,
tetapi tidak semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib
menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-
ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis
dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut.
2. Paradigma Positivis
Positivisme merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam dunia
ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar dari paham ontologi realisme yang
menyatakan bahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum
alam (natural laws). Dengan kata lain, Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang
menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik, semua didasarkan pada data empiris.
Upaya penelitian, dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan kebenaran realitas yang ada,
dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.
Positivisme muncul pada abad ke-19 dimotori oleh sosiolog Auguste Comte, dengan buah
karyanya yang terdiri dari enam jilid dengan judul The Course of Positive Philosophy (1830-
1842).
3. Paradigma Realis
Paradigma realisme ini muncul pada era pasca PD II (1940-an) dan secara umum adalah
paradigma yang paling dominan, paling tidak dominasinya berlangsung hingga dekade 1980-
an. Kemunculan paradigma realisme ini juga tidak terlepas dari tampilnya Amerika Serikat
sebagai kekuatan dominan pada era dan pasca PD II. Bahkan ada kecenderungan pemerintah
Amerika mendorong diperkuatnya kajian hubungan internasional untuk memetakan tindakan
negara adi daya ini kedepan.
Pemikiran awal yang ditawarkan oleh paradigma realisme ini ada tiga prinsip. pertama
adalah negara merupakan aktor terpenting dalam hubungan internasional. Kedua, terdapat
perbedaan yang tajam antara politik dalam negeri dan politik internasional. Ketiga, titik tekan
perhatian kajian hubungan internasional adalah tentang kekuatan dan perdamaian. Karya
yang dinilai fundamental dalam membangun paradigma realis ini adalah Politics Among
Nations oleh Morgenthau dan The Twenty Years Crisis oleh E.H. Carr.
Realisme adalah tradisi teoritik yang mendominasi studi hubungan internasional selama masa
Perang Dingin. Pendekatan teoritik ini menggambarkan hubungan internasional sebagai suatu
pergulatan memperebutkan kekuasaan diantara negara-negara yang masing-masing mengejar
kepentingan nasionalnya sendiri dan umumnya pesimistik mengenai prospek upaya
penghapusan konflik dan perang. Realisme mendominasi masa Perang Dingin karena
gagasan ini bisa memberi penjelasan yang sederhana tetapi cukup meyakinkan mengenai
perang, aliansi, imperialisme, hambatan terhadap kerjasama, dan berbagai fenomena
internasional, dan karena penekanannya pada kompetisi waktu itu sesuai dengan sifat pokok
persaingan AS-Uni Soviet (US).
Realisme memang bukan teori tunggal dan pemikiran realis selama masa Perang Dingin telah
mengalami perubahan. Realis “klasik” seperti Hans Morgenthau dan Reihold Niebuhr yakin
bahwa, seperti halnya makhluk manusia, setiap negara memiliki keinginan naluriah untuk
mendominasi negara-negara lain, sehingga membuat mereka berperang.
4. Critical Legal Studies
Critical Legal Studies merupakan sebuah gerakan yang muncul pada tahun tujuh puluhan di
Amerika Serikat. Gerakan ini merupakan kelanjutan dari aliran hukum realisme Amerika
yang menginginkan suatu pendekatan yang berbeda dalam memahami hukum, tidak hanya
seperti pemahaman selama ini yang bersifat Socratis. Beberapa nama yang menjadi
penggerak adalah Roberto Unger, Duncan Kennedy, Karl Klare, Peter Gabel, Mark Tushnet,
Kelman, David trubeck, Horowitz, dan yang lainnya.
Critical legal studies adalah teori yang menentang dan menjungkirbalikkan norma dan
standar yang diterima dalam teori dan praktik hukum. Para pendukung teori ini percaya
bahwa logika dan struktur yang dikaitkan dengan hukum tumbuh dari kekuatan masyarakat.
Hukum ada untuk mendukung kepentingan partai atau kelas yang membentuknya dan hanya
kumpulan keyakinan dan prasangka yang melegitimasi ketidakadilan masyarakat. Orang
kaya dan berkuasa menggunakan hukum sebagai instrumen penindasan untuk
mempertahankan posisi mereka dalam hierarki).
Seorang pelopor utama dari aliran critical legas studies, yaitu Roberto Mangabeira Unger
menyatakan bahwa:
The critical legal studies movement has undermined the central ideas of modern legal
though and put another cinception of law in their place (Roberto Mangabeira Unger,
1986:1).
Meskipun begitu, dalam berbagai bidang ilmu terdapat berbagai variasi terhadap visi dan
perkembangan aliran terakhirnya di abad kedua puluh itu. Ada yang secara langsung
melawan paham sebelumnya berupa paham positivisme yang sangat dipengaruhi oleh pola
pikir ilmiah-rasional berdasarkan ilmu dan teknologi. Ini sebenarnya yang dilakukan oleh
paham postmodern dalam dunia filsasat.
Dalam kajian sejarah, aliran positivisme menjadi titik awal dari lahirnya pemikiran kritis.
Sebab dalam sistem hukum modern secara umum berkblat pada paham positivisme hukum.
Sehingga diperlukan adanya jembatan penghantar antara pemikiran kritis hukum terhadap
madzhab positivisme hukum yang secara umum berkembang dalam sistem hukum modern.

Anda mungkin juga menyukai