Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhamad Sigit Al Furqon

NPM : 2206010834
Teori Hukum Review 1

Teori hukum adalah studi ilmiah untuk mencari penjelasan dan pemahaman tentang
Hukum dari jalinan fator-faktor hukum dan factor-faktor non-hukum yang makarya di
dalam Disiplin Hukum, dengan menggunakan metode Interdisipliner. Studi Teori Hukum
dapat dimulai dari satu diantara beraneka wujud eksistensi Hukum dan perspektif
penelitiannya: mulai dari perspektif Internal bersifat Normatif-Perspektif kemudian
memanfaatkan hasil kajian Disiplin Ilmu Non-Hukum; atau sebaliknya: dimulai dari
Disiplin Non-Hukum dari perspektif Eksternal bersifat Empiris Deskriptif yang relevan
dan ditentukan secara cermat, menggunakan metode Disiplin yang telah
dipilih/ditentukan tersebut, untuk mengkaji hubungan timbal baliknya dengan hukum,
agar memperoleh pemahaman yang benar dan lebih mendalam mengenai Disiplin
Hukum.

Teori Hukum tidak dapat berpuas diri dalam suatu kemashuran (popularitas) yang
besar. Hal itu mewujudkan sebuah rintangan. Bagi banyak orang, hukum dan Teori
Hukum adalah dua objek studi yang terpisah, masing-masing dikhususkan bagi dua
jenis yuris yang bebas yang satu dari yang lainnya: yang satu kabur, untuk Sebagian
tidak relevan dan untuk sisanya berlebihan, kedua solid, beguna dan lebih dari itu
mutlak diperlukan. Orang dapat menyalahkan kekurangan pada pengembangan Teori
Hukum dan FIlsafat Hukum dipandang dalam keseluruhannya dapat menjadi penyebab
dari lemahnya daya Tarik yang dipancarkan mereka.

Teori Hukum memandang hukum yang ada dari sudut situasi yuris, yakni orang-orang
yang berurusan dengan undang-undang, traktat-traktat, kontrak-kontrak, kebiasaan-
kebiasaan, praktek-praktek yuridikal, perikatan-perikatan dari semua jenis dan
peradilan. Titik berdiri dari orang luar yang mempunyai kepentingan: dengan itu ia
membedakan diri dari disiplin-disiplin lain yang juga memilih hukum sebagai obyek
studinya, FIlsafat, Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, Psikologi, dan lain-lain.

Dalam Ilmu Hukum membedakan dua cabang: apa yang dinamakan Dogmatika Hukum
(atau Ajaran Hukum atau Kemahiran Hukum Terdidik-terlatih) dan Teori Hukum.
Tingkat ketiga dari Ilmu Hukum, di atas Dogmatika Hukum dan Teori Hukum ditempati
oleh Filsafat Hukum, setidaknya sejauh orang menerima bahwa FIlsafat Hukum itu
adalah ilmu.

Pembedaan maupun hubungan antara FIlsafat, Dogmatik Hukum, dan Ilmu Hukum
dapat dilakukan antara lain dengan paradigma Disiplin Hukum. Cara lain untuk
memahaminya adalah dengan memberikan pengartian yang berbeda terhadap istilah
Jurisprudence, sebagai terminology yang dipergunakan di dalam system hukum Anglo
Saxon, bukan Jurisprudence, sebagai terminology yang dipergunakan di dalam sistem
Civil Law.

Paradigma disiplin hukum merupakan pendekatan untuk pemahaman terhadap gejala-


gejala hukum maupun ajaran-ajaran tentang hukum secara mendalam (melalui filsafat
hukum), secara meluas (melalui ilmu tentang kenyataan hukum), maupun secara lugas
(melalui politik hukum). Sebagai landasan analisis dipergunakan ilmu tentang kaidah
hukum, dan ilmu tentang pengertian pokok dalam hukum, yang semuanya biasa dikenal
sebagai dogmatik hukum. Paradigma ini didasarkan pada suatu proses, berupa
pemanfaatan filsafat hukum, dogmatik hukum, dan ilmu tentang kenyataan hukum,
yang melalui politik hukum akan menghasilkan teknologi hukum dan tata hukum.

1. Teknologi Hukum, paradigma Disiplin hukum Khusus terdiri dari Teknologi Hukum
dan Tata Hukum. Teknologi hukum atau keterampilan hukum meliputi:
a. Aneka aliran hukum, antara lain:
1) Legisme;
2) Begriffsjurisprudenz;
3) Freirechtslehre;
4) Wawasan “Rechtsvinding”.
b. Latihan-latihan keterampilan dan kemahiran di dalam:
1) Bidang perundang-undangan, termasuk perjanjian;
2) Bidang bantuan hukum, peradilan, dan penyelesaian sengketa;
3) Bidang dokumen bernilai (perjanjian perdata dan surat-surat berharga).
2. Tata Hukum, meliputi hukum acara maupun hukum substantif dari Hukum Tata
Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pribadi, Hukum Harta Kekayaan,
Hukum Keluarga, Hukum Waris dan Hukum Pidana
3. Filsafat Hukum, apakah Filsafat itu, dan karena itu juga Filsafat hukum adalah
sedemikian tidak pasti sehingga orang sering secara spontan dan tidak disadari
menggunakan metafora-metafora untuk membuat dapat dimengerti apa yang
dimaksud orang : Filsafat membahas tentang manusia dan kenyataan pada “tatanan
yang lebih tinggi” dan karena itu mempunyai medan pandang (gezichtveld) yang
lebih luas. Filsafat Hukum pada dasarnya adalah telah kritis terhadap sifat hakekat
hukum. Dalam lingkup studi filsafat hukum termasuk juga kajian kritis atas tujuan
hukum, keabsahan hukum dan landasan moral di balik proses pengambilan
keputusan hukum. Pusat perhatidan dalam studi ini adalah kajian terhadap sistem
nilai yang terkandung dalam hukum. Dalam hukum nilai-nilai tersebut harus selalu
terwujud dalam pasang-pasangan, meskipun diantara pasangan niilai-nilai tersebut
seringkali terjadi ketegangan. Pasangan-pasangan nilai-nilai antinomis, misalnya
saja nilai-nilai: kepastian dan kesebandingan; kelestarian dan kebaruan; ketertiban
dan kebebasan; kamunalism dan individualism; serta spiritualism dan materialism.
Tujuan hukum yang adabenar-benar merupakan perwujudan yang serasi dari jalinan
nilai-nilai antinomis ini.
4. Dogmatic Hukum, terdiri dari ilmu tentang kaidah hukum dan ilmu tentang
pengertian-pengertian pokok dalam hukum.
5. Ilmu hukum dapat dibedakan dantara ilmu hukum dalam arti sempit dan ilmu hukum
dalam arti luas. Ilmu hukum dalam arti sempit adalah Dogmatik Hukum saja.
Sedangkan ilmu hukum dalam arti luas meliputi Dogmatik Hukum dan Ilmu tentang
Kenyataan Hukum (meliputi Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, Psikologi Hukum,
dan Perbandingan Hukum.

Anda mungkin juga menyukai