Anda di halaman 1dari 31

JHONNI SINAGA

1601027012
SEJARAH PERKEMBANGAN PERBANKAN
Praktik perbankan didominasi transaksi
Zaman Babilonia
peminjaman emas dan perak di kalangan
(2000 SM) pedagang (bunga 20% per bulan). Bank yang
melakukan praktek ini disebut: Temple of
Babylonia.
Menerima simpanan uang dari masyarakat dan
Zaman Yunani
menyalurkannya kepada kalangan bisnis. Bank
(500 SM) mendapat penghasilan dari biaya penyimpanan
uang masyarakat.

Praktik tukar menukar uang, menerima


Zaman Romawi deposito, memberi kredit dan transfer dana
(perbankan berkembang).

Tukang emas bersedia menerima uang logam


Inggris, Belanda dan untuk disimpan. Bukti penyimpanan disebut
Belgia surat deposito (Goldsmith’s note). Goldsmith’s
(Abad 16) note digunakan sebagai alat pembayaran sah,
Era Perbankan Moderen tidak didukung cadangan emas dan perak. Cikal
bakal lahirnya uang kertas.
SEJARAH PERKEMBANGAN PERBANKAN

Awal era perbankan modern, pengaturan kredit dibagi menjadi tiga,


yaitu : pinjaman penjualan, wesel dan pinjaman laut. Pinjaman
penjualan dikhususkan untuk membantu pembelian hasil-hasil
panenan dan membantu para produsen. Wesel (bill of exchange)
digunakan untuk pengiriman uang ke luar negeri. Pinjaman laut
ditujukan untuk para pembuat kapal.
Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan
ekonomi. Sebelum sampai pada Pratik-praktik yang terjadi saat ini,
ada banyak permasalahan yang terkait dengan masalah-masalah
perbankan ini. Masalah utama yang muncul dalam sistem
perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan yang berkaitan
dengan mekanisme penentuan volume uang yang beredar dalam
perekonomian.
Untuk menjawab masalah ini muncul beberapa paham antara lain
paham merkantilisme dan paham liberalisme ekonomi.
Permasalahan ini yang kemudian mendorong munculnya regulasi-
regulasi perbankan karena memang praktik perbankan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap volume uang.
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA
Menurut Undang-Undang Perbankan:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari


masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk lainnya.

Secara ringkas dapat disebut bank sebagai:


1. Lembaga Intermediasi.
2. Lembaga Kepercayaan.
Sistem Perbankan di Indonesia diatur dalam UU No.7 Tahun
1992 (diubah dengan UU No.10 Tahun 1998).

Perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menurut jenis:


Bank Umum (BU)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kedua jenis bank tersebut melaksanakan kegiatan konvensional


atau syariah.
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA
Menurut kepemilikan, bank terdiri dari :

1. Bank Milik Pemerintah (Bank Pesero).


2. BPD (Milik Pemerintah Daerah).
3. Bank Swasta Nasional.
4. Bank Asing.

Menurut ruang lingkup kegiatan :

1. Bank Devisa ; bank umum yang dapat melakukan kegiatan dalam


valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
2. Bank Nondevisa ; Bank Non Devisa adalah bank yang belum
mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank
devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan seperti
halnya bank devisa. Jadi bank non-devisa hanya dapat melakukan
transaksi dalam batas-batas negara.
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

TUGAS BANK INDONESIA


Menurut UU No.23 Tahun 1999 (diubah dengan UU No.3 Tahun
2004), Bank Indonesia mengatur dan mengawasi perbankan.

Fungsi ini akan dialihkan kepada LPJK / OJK mulai 2010.

KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA

Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Perbankan di Indonesia


diarahkan untuk mendukung terciptanya iklim kondusif
perbankan, mulai dari aspek modal, sampai kredit (internal) maupun
aspek hubungan dengan pihak lain (eksternal).

PENGATURAN DAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA


Ruang Lingkup :
● Perijinan di bidang perbankan.
● Ketentuan di bidang perbankan.
● Pengawasan terhadap bank.
● Sanksi terhadap pelanggaran ketentuan
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA
PERIJINAN BANK
1. Ijin Prinsip.
2. Ijin Usaha.
- Oganisasi dan Kepengurusan.
- Permodalan.
- Kepemilikan.
3. Pencabutan Ijin.
4. Pembukaan Kantor.
KETENTUAN PERBANKAN
Bank Indonesia berwewenang merumuskan dan mengeluarkan
ketentuan dan peraturan mengenai perbankan.
Peraturan dan Ketentuan Perbankan ditetapkan dalam bentuk
Peraturan Bank Indonesia (PBI).

PENGAWASAN BANK
1. Pengawasan Tidak Langsung (Off Site Supervisory).
Dilakukan melalui pelaporan berupa laporan mingguan, bulanan,
triwulanan, semesteran dan tahunan.
2. Pengawasan Langsung (On Site Examination).
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

7 LANGKAH PENYELESAIAN MASALAH PERBANKAN


1. Menambah Modal.
2. Mengganti Pengurus.
3. Menyelesaikan Kredit Macet.
4. Merger atau konsolidasi.
5. Jual kepada pihak lain.
6. Pengelolaan kepada pihak lain.
7. Menjual harta kepada pihak lain.

Apabila ke-7 langkah tersebut belum mencukupi maka BI dapat


mencabut ijin usaha bank.

PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN


Capital (Permodalan).
Asets Quality (Kualitas Aktiva Produktif)
Management (Kualitas Manajemen)
Earning (Rentabilitas)
Liquidity (Likuiditas)
Sensitivity to Market Risk
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR PENGGUGUR PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK

Perselisihan internal.
Campur tangan pihak luar bank.
Window dressing.
Praktek bank dalam bank (insider trading)
Kesulitan yg menyebabkan pengunduran diri dari kliring.
Praktek lain yang dapat membahayakan bank.

Penerapan Prinsip-prinsip Pengawasan Bank yang Efektif di


Indonesia telah mengacu pada 25 Core Principles oleh BIS

Kelembagaan (1)
Perizinan (2 – 5)
Persyaratan dan ketentuan kehati-hatian (6 – 15)
Metode pengawasan bank (16 – 20)
Persyaratan informasi (21)
Kewenangan formal lembaga pengawas (22)
Cross-border banking (23 – 25)
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA
Perubahan Mendasar dalam Penilaian Bank Rating (I)

Tidak hanya berdasarkan Aspek Kuantitatif (rasio-rasio keuangan)


tapi juga Aspek Kualitatif.
Bobot penilaian untuk setiap faktor CAMELS ditiadakan, penilaian
akan tergantung hasil analisis dengan memperhatikan indikator
pendukung dan unsur judgement.
Faktor Penilaian dilengkapi dengan faktor Sensitivity to Market
Risk (dari CAMEL menjadi CAMELS).

Perubahan Mendasar dalam Penilaian Bank Rating (2)

Peringkat Rating dari S, CS, KS, dan TS menjadi: Peringkat


Komposit: PK-1, PK-2, PK-3, PK-4 dan PK-5.
Penetapan rating dilaksanakan dengan mempertimbangkan unsur
judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari
masing-masing faktor.
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

Peringkat Rating dari :


S : Sehat.
CS : Cukup Sehat,
KS : Kurang Sehat,
TS : Tidak Sehat.
SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

Program Di Bidang Perbankan

Restrukturisasi Perbankan.
Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA


SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

ENAM PILAR API


SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA

ENAM PILAR API


PENGERTIAN FORMAL LEMBAGA KEUANGAN
Lembaga keuangan, diberi batasan sebagai semua badan yang
kegiatannya di bagian keuangan, melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepda masyarakat diutamakan untuk membiayai
investasi perusahaan, namun peraturan tersebut tidak berarti
membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk
investasi perusahaan (Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.
792 Tahun 1990).
Pada kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan dapat
diperuntukan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, serta
kegiatan distribusi barang dan jasa. Secara umum lembaga dapat
dikelompokkan dalam dua bentuk bank dan bukan bank.
Meningingat kegiatan utama lembaga keuangan adalah
menghimpun dan menyalurkan dana, perbedaan antara bank dan
lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat dari kegiatan utama
mereka.

Perbedaan kedua bentuk lembaga keuangan tersebut dapat disajikan


dalam tabel berikut :
PERBEDAAN LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN BUKAN BANK
FUNGSI BANK
FUNGSI BANK
Umumnya fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbbagai
tujuan atau sebagai financial intermediary. Lebih sepesifik bank
dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development,
dan agent of service.

AGENT OF TRUST
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.
Masayarakat mau menitipkan dananya di bank dilandasai unsur
kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan
disalahgunakan bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank
tidak akan bankrupt, dan pada saat yang dijanjikan simpanan
tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri mau
menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau
masyarakat apabila dilandasi adanya kepercayaan. Pihak bank
percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya,
debitur akan mengelola pinjaman dengan baik, debitur mempunyai
niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya
pada saat jatuh tempo.
FUNGSI BANK

AGENT OF DEVELOPMENT
Kegiatan perekonomian masyarakat di sector monoter dan sector riil
dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan
saling memengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan
baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan
bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat
dibutuhkan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sector
riil.Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan
kegiatan investasi, kegiatan distribusi serta kegiatan konsumsi
barang dan jasa. Mengingat kegiatan investasi-distribusi-konsumsi
tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang, Kelancaran
kegiatan investasi-ditribusi-konsumsi tidaka lain adalah kegiatan
pembangunan perkeonomian suatu masyarakat.

AGENT OF SERVICE
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan lain
kepada masyarakat. Jasa ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum, seperti jasa pengiriman
uang, penitipan barang, pemberian jaminan bank dan penyelesai
tagihan.
LEMBAGA KEUANGAN SEBAGAI LEMBAGA PERANTARA

Lembaga keuangan, bank dan bukan bank, mempunyai peran


penting dalam aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan
lembaga keunagan bukan bank merupakan wahana yang mampu
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan
efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga
keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan
(financial intermediaries) sebagai prasarana pendukung yang
amat vital untuk mendukung kelancaran perekonomian.
Lembaga keuangan pada dasarnya mempunyai fungsi mentransfer
dana (loanable fund) dari penabung atau unit surplus (lenders)
kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit. Dana tersebut
dialokasikan dengan negosiasi antara pemilik dana dengan pemakai
melalui pasar uang dan pasar modal. Produk yang ditransaksikan
dapat berupa sekuritas primer (saham, obligasi, promes dan
lainnya).
Sekuritas sekunder diterbitkan oleh bank dan lembaga keuangan
bukan bank untuk ditawarkan ke unit surplus. Unit surplus akan
menerima pendapatan seperti pendapatan bunga. Dana yang
dihimpun dari unit surplus disalurkan kembali oleh lembaga
keuangan ke unit defisit. Unit defisit membayar biaya bunga.
PENGERTIAN FORMAL LEMBAGA KEUANGAN
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

a) Pengalihan aset (asset transmutation), Bank dan lembaga


keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak
yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik
dana, yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai
dengan keinginan pemilik dana. Peran pengalihan aset dari
likuid dari unit surplus (lenders) ke unit defisit (borrowers). Peran
yang sama dapat juga terjadi jika masing-masing menerbitkan
sekuritas sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun dan
lainnya) yang dibeli unit surplus dan kemudian ditukarkan dengan
sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial paper dan
lainnya).

b) Transaksi (transaction), Bank dan lembaga keuangan bukan


bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi
untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Transaksi barang
dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Transaksi
keuangan selalu diperlukan baik secara langsung dalam jual beli
barang jadi maupun dalam transaksi jual beli bahan mentah dan
setengah jadi dalam proses produksi. Giro, tabungan, deposito,
saham dan lainnya dapat menggantikan uang (alat pembayaran).
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

c) Likuiditas (liquidity), unit surplus dapat menempatkan dana yang


dimilikinya dalam bentuk bentuk produk berupa giro, tabungan,
deposito dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing
mempunyai likuiditas yang berbeda. Untuk likuiditas pemilik dana
dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya. Lembaga keuangan memberikan fasilitas
pengelolaan likuiditas kepada pihak surplus likuiditas. Juga dapat
memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak
yang mengalami kekurangan likuiditas, menyalurkan likuiditas
kepada pihak yang memerlukan tambahan likuiditas dengan cara
menyalurkan dana pihak yang surplus likuiditas.

d) Efisiensi (efficiency), bank dan lembaga keuangan dapat


menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan.
Peranan keduanya sebagai broker adalah menemukan peminjam
dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Keduanya
hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang
saling membutuhkan. Terdapat informasi asimetris (asymmetric
information) antara peminjam dan investor menimbulkan masalah
sensitif. Keduanya sebagai perantara menjadi sangat penting
untuk memecahkan masalah sensitif ini.
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Indonesia dengan pasar yang belum efisien, atau adanya


informasi yang tidak sempurna menyebabkan ekonomi biaya
tinggi. Ekonomi biaya tinggi menyebabkan Indonesia tidak
dapat bersaing di pasar global. Lembaga keuangan di sini
mempunyai peran untuk menjembatani dua pihak yang saling
berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak
sempurna. Pemerintah Indonesia dengan peraturannya akan
dapat memberikan iklim yang mendukung koperasi lembaga ini.

Intermediasi dan Pengawasan


Perantara keuangan menghubungkan : pihak surplus likuiditas
(lenders; depositors)    dengan peminjam (borrowers) atau
entrepreneurs. Kedua pihak memiliki informasi yang tidak sama
(assymetric information; kondisi akses informasi yang tidak sama).
Peminjam lebih mengetahui penggunaan pinjaman dan seluk-
beluknya, pemberi pinjaman kurang memiliki informasi sejenis.
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Informasi asismetris (asymmetric information) membuka peluang


bagi pihak yang memiliki informasi untuk tidak mengungkapkan
informasi tersebut dengan baik. Tidak mengungkapkan informasi ini
dengan baik menjadi menarik karena dapat membawa konsekwensi
moneter yang menguntungkan bagi pemilik informasi. Besarnya laba
rugi peminjam dapat dijadikan sebagai dasar penundaan
pembayaran pengembalian pinjaman.
Jika pengguna dana memandang bahwa memberikan informasi laba
yang rendah akan dapat meringankan pembayaran bunga dan
pokok pinjaman kepada pemberi pinjaman, berarti peminjam
mendapat dorongan memberi informasi yang salah kepada pemberi
pinjaman. Peminjam adalah pihak yang memiliki informasi paling
banyak tentang penggunaan pinjaman.
Implikasi dari informasi asimetris (asymmetric information) berupa
pilihan menyampaikan informasi tidak dengan baik dalam rangka
mendapatkan keuntungan moneter disebut morale hazard. Moral
hazard adalah risiko penyampaian informasi yang tidak sesuai
dengan kenyataan dari peminjam kepada pemberi pinjaman dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan moneter.
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Untuk menurunkan atau meminimumkan dampak negatif dari


informasi asimetris (asymmetric information) dan morale hazard
membutuhkan tindakan-tindakan tertentu. Dalam hal ini terdapat
masalah insentif (incentive problem) yaitu masalah dalam
merumuskan tindakan-tindakan tertentu agar pemilik informasi lebih
banyak tidak menyalahgunakan keunggulan akses informasinya.

Masalah insentif ini harus dipecahkan, harus dicari cara-cara agar


pemberi pinjaman tidak diberikan informasi yang salah oleh
peminjam hingga akhirnya informasi yang diterima pemberi
pinjaman adalah informasi yang benar dan pemberi pinjaman tidak
dirugikan. Pasar akan menjadi lebih efisien akrena sumber daya
menjadi cenderung dikelola oleh pihak-pihak yang juga efisien.
Solusi utama dari informasi asimetris adalah pengawasan
(monitoring) oleh deposan (depository). Karena posisi deposan yang
terbatas dengan keberadaan lembaga keuangan sebagai perantara
keuangan (financial intermediary), pengawasan ini sulit sekali
dilakukan secara langsung oleh deposan. Maka jalan terbaik adalah
delegasi monitoring kepada lembaga keuangan dengan kemampuan
dan keahlian pengawasan.
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Delegasi pengawasan dengan atau tanpa intermediasi,


menghadirkan dua implikasi :
1. Informasi sebagai barang pribadi (private; bukan barang publik).
Pengawasan akan dilakukan oleh semua pihak dan informasi
yang diperoleh tidak dapat dimilik oleh orang lain. Duplikasi
pengawasan terjadi.

2. Informasi sebagai barang publik, terdapat kemungkinan tidak ada


pengawasan sama sekali. Tanpa campur tangan otoritas monoter,
informasi hasil pengawasan akan menjadi milik bersama atau
informasinya banyak dinikmati penumpang gelap (free-rider)
sehingga individu akan merasa dirugikan jika melakukan
pengawasan. Individu tidak terdorong untuk melakukan kegiatan
pengawasan karena membutuhkan sumber daya dan biaya.
Jika delegasi pengawasan dipilih sebagai solusinya, harus disadari
bahwa delegasi pengawasan memerlukan biaya dan dilakukan atas
tujuan tertentu. Tujuannya adalah mendapatkan rate of return dari
hasil penyaluran dana. Permasalahan ini dapat dimodelkan menjadi;
minimisasi biaya delegasi pengawasan dan atau maksimisasi imbal
hasil yang diharapkan (expected rate of return) bagi pengusaha atau
entrepreneur dengan kendala imbal hasil tertentu dari peminjam.
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Pemodelan ini tentu dipengaruhi oleh karakter masing-masing pihak


yang terlibat dalam sistem lembaga keuangan. Karakter yang
cenderug menghindari risiko (risk averse) tentu saja berbeda
dengan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Pemodelan sejenis
memudahkan memasukkan ukuran-ukuran moneter, namun model
akan menjadi lebih lengkap jika memasukkan unsur-unsur non
moneter.
PERAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK
LEMBAGA KEUANGAN DI INDONESIA
TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Moneter dan siapa saja yang
terlibat di dalamnya?
2. Apa yang dimaksud dengan deposito dalam bank umum?
3. Apa perbedaan antara Lembaga Keuangan Bank dengan
Lembaga Keuangan Bukan Bank?
4. Apa saja fungsi bank umum bagi masyarakat?

STUDI KASUS
Kasus Bank Century mencuat ketika Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) mengambil alih bank yang tengah mengalami krisis likuiditas
itu, November 2008. Dari sana terungkap, dana nasabah sebesar
Rp 1,45 triliun telah diselewengkan dan polisi menetapkan
Komisaris Utama Bank Century Robert Tantular sebagai tersangka
utama.

Searching informasi tentang Kasus Bank Century via internet dan


buat tulisan satu halaman double folio atau 750 kata untuk
mengungkapkan apa sebenarnya yang terjadi pada Bank Century
berdasarkan pemahaman analisis anda.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai