Anda di halaman 1dari 331

DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...…………… ii

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1

Deskripsi Singkat …………………..….………… 1

Tujuan Pembelajaran ……..…...…….…………. 5

Materi Pokok …………………....……….………. 6

B. Kegiatan Belajar ………………………………………. 7

Materi Pokok 1 …………………….…………….. 8

Materi Pokok 2 ……………………..……………. 13

Materi Pokok 3 ……………………..……………. 20

Materi Pokok 4 …………………………………… 31

Referensi ………………………………………………….. 39

ii
A Tentang Modul Ini

1
DESKRIPSI SINGKAT

Peratuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 71 Tahun 2021 mengatur tentang Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan. Merupakan dasar
kebijakan pengaturan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan untuk melengkapi Permenpan RB no. 19/2000 tentang
Jabatan Fungsional Sanitarian dan angka kreditnya, dan
Permenkes No. 1206/2004 tentang Juklak Jabatan Fungsional
Sanitarian dan Angka kreditnya.
Untuk pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme
pegawai negeri sipil yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang di bidang kesehatan lingkungan,
serta untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka perlu mengatur
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan adalah jabatan
yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan di bidang
kesehatan lingkungan pada instansi pemerintah.
Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan yang selanjutnya
disebut Tenaga Sanitasi Lingkungan adalah PNS yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
Pejabat yang Berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan di
bidang Kesehatan Lingkungan pada instansi pemerintah.
2
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah upaya penyehatan
media lingkungan; pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi; pengendalian faktor risiko
lingkungan vektor dan binatang pembawa penyakit;
penyelenggaraan kesehatan lingkungan dalam keadaan tertentu;
serta manajemen kesehatan lingkungan.
Penyelenggaraan Kesehatan lingkungan dilakukan secara
berjenjang di baik ditingkat pusat, propinsi, Kab/Kota, puskesmas.
Hal ini sesuai juga dengan kedudukan tenaga Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang ada sebagai bentuk
profesionalisme Tenaga Sanitasi Lingkungan yang berada pada
instansi pusat dan daerah termasuk UPT, dan juga keberadan di
sektor lain.
Kompetensi Tenaga Sanitasi Lingkungan sangat penting
menyiapkan lingkungan sebagai salah satu agen yang
mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Peran tersebut
sangat strategis untuk tercapainya kesehatan individu dan
komunitas sebagai salah satu modal penting daya saing dalam era
globalisasi.
Dibutuhkan sikap profesional yang terukur, akuntabel, dan adaptif
terhadap berbagai tantangan perubahan sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelayanan kesehatan,
dengan tetap patuh dan tunduk pada berbagai regulasi dalam
bidang hukum dan kesehatan. Sikap profesional tersebut juga
menyiapkan kerja kolaborasi tenaga sanitasi lingkungan dengan
tenaga kesehatan lain untuk pelayanan kesehatan prima. Tenaga
Sanitasi Lingkungan senantiasa perlu mengembangkan

3
pengetahuan dan kemampuannya berdasarkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan ke dalam
standar kompetensi bidang keahlian yang merupakan refleksi atas
kompetensi yang diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang
yang akan bekerja di bidang tersebut. Disamping itu standar
tersebut harus memiliki ekivalen dan kesetaraan dengan standar-
standar relevan yang berlaku pada sektor industri di negara lain
bahkan berlaku secara internasional. Sanitasi Lingkungan
Indonesia mengikuti perkembangan secara global sehingga perlu
dirumuskan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang
Sanitasi Lingkungan yang dapat menjamin tenaga sanitasi
lingkungan (sanitarian) memiliki kualifikasi kompetensi kerja yang
dibutuhkan untuk melakukan asuhan sanitasi lingkungan yang
profesional.

4
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan


regulasi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu ;
1. Menjelaskan peran dan fungsi, kedudukan, tanggung jawab
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
2. Menjelaskan kategori, jenjang dan tunjangan Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
3. Menjelaskan mekanisme pengangkatan dalam Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
4. Menjelaskan penilaian kinerja dalam Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan.

5
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Peran dan Fungsi, Kedudukan, Tanggung jawab Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

2. Kategori, Jenjang, dan Tunjangan Jabatan Fungsional


Tenaga Sanitasi Lingkungan.

3. Mekanisme Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga


Sanitasi Lingkungan.

4. Penilaian Kinerja dalam jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan.

6
B Kegiatan Belajar

7
Materi Pokok 1 :
Peran, Fungsi, Kedudukan, Tanggung
jawab Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan

8
Pendahuluan

Dalam Permenpan RB No. 71 Tahun 2021 tentang Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan. Bahwa TENAGA
SANITASI LINGKUNGAN berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional di bidang kesehatan lingkungan pada Instansi
Pemerintah, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi madya, pejabat
pimpinan tinggi pratama, pejabat administrator, atau pejabat
pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan


peran dan fungsi, kedudukan, tanggung jawab Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 1:

a. Peran dan fungsi Tenaga Sanitasi Lingkungan

b. Kedudukan

c. Tanggung jawab

d. Pelantikan dan pengambilan sumpah/ janji

9
Uraian Materi Pokok 1

Sebelum Anda mempelajari mengenai hal-hal penting dalam


Regulasi terkait Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan,
apa yang anda ketahui tentang Regulasi terkait Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan?

Nah.. jika Anda ingin lebih paham, kita pelajari bersama di materi
pokok 1 ini

A. Peran dan fungsi Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan (Tenaga


Sanitasi Lingkungan) adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan kegiatan pelayanan di bidang kesehatan
lingkungan pada instansi pemerintah.

Tenaga Sanitasi Lingkungan juga diberikan tugas, tanggung


jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang
Berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan di bidang
Kesehatan Lingkungan pada instansi pemerintah.

B. Kedudukan
Tenaga Sanitasi Lingkungan ditetapkan dalam peta jabatan
berdasarkan analisis tugas dan fungsi unit kerja, analisis
jabatan, dan analisis beban kerja dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan merupakan
jabatan karier PNS dan termasuk dalam klasifikasi/ rumpun
kesehatan.

10
C. Tanggung jawab

Tenaga Sanitasi Lingkungan sebagaimana berkedudukan di


bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada
pejabat pimpinan tinggi madya, pejabat pimpinan tinggi
pratama, pejabat administrator, atau pejabat pengawas yang
memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

D. Pelantikan dan pengambilan sumpah/ janji

Setiap PNS yang diangkat menjadi Tenaga Sanitasi


Lingkungan wajib dilantik dan diambil sumpah/janji menurut
agama atau kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tata cara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

Nah, sekarang Anda telah mengetahui Peran dan Fungsi,


Kedudukan, Tanggung jawab dan Pelantikan dan pengambilan
sumpah/ janji Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan. Lalu, apa yang dimaksud dengan Kategori,
Jenjang, dan Tunjangan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan? Yuk pelajari materi berikut.

11
SEKARANG SAYA TAHU

1. Jabfung Tenaga Sanitasi Lingkungan diatur dalam regulasi


dalam pelaksanaan tugas dalam pengembangan karier dan
peningkatan profesionalisme pegawai negeri sipil yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan
wewenang di bidang kesehatan lingkungan, serta untuk
meningkatkan kinerja organisasi

2. Tenaga Sanitasi Lingkungan juga diberikan tugas, tanggung


jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang
Berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan di bidang
Kesehatan Lingkungan pada instansi pemerintah

Anda telah menyelesaikan materi pokok 1. Bagaimana dengan


materinya? Menarik bukan? Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan
harus mengetahui regulasi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan, Peran dan Fungsi, Kedudukan, Tanggung jawab
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan memiliki berbagai
kompetensi yang telah diatur oleh Undang-Undang dan peraturan
lainnya. Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi,
kemudian Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar materi pokok 2
ya!

12
Materi Pokok 2 :
Kategori, Jenjang, dan Tunjangan
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan

13
Pendahuluan

Setelah memahami terkait Peran dan Fungsi, Kedudukan,


Tanggung jawab Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan,
maka perlu juga mengetahui Kategori, Jenjang Jabatan serta
Tunjangan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan


kategori, jenjang dan tunjangan Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 2:

a. Kategori dan jenjang jabatan

b. Tunjangan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

14
Uraian Materi Pokok 2

Anda pasti sering mendengar terkait kategori dan jenjang


Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan. Apa yang
Anda ketahui tentang kategori dan jenjang Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan? Nah.. dalam Materi Pokok 2 ini,
Anda akan mendapatkan jawabannya, sehingga Anda akan
lebih mengetahui kategori dan jenjang Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Semangat belajar yaaa…

A. Kategori dan jenjang jabatan


Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan merupakan
jabatan fungsional kategori ; keterampilan dan kategori keahlian.
Jenjang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
kategori keterampilan terdiri atas:
a) Tenaga Sanitasi Lingkungan Terampil;
b) Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir; dan
c) Tenaga Sanitasi Lingkungan Penyelia.
Sedangkan Jenjang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keahlian terdiri atas:
a) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Pertama;
b) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Muda;
c) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Madya; dan
d) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Utama.

15
Tugas dan fungsi dalam Jabatan Fungsional kategori
keahlian ditentukan sebagai berikut :
a. Jenjang Ahli Utama
Melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat tertinggi.

b. Jenjang Ahli Madya


Melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat tinggi.

c. Jenjang Ahli Muda


Melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat lanjutan.

d. Jenjang Ahli Pertama


Melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat dasar.

Tugas dan fungsi dalam Jabatan Fungsional kategori


keterampilan ditentukan sebagai berikut:
a. Jenjang Jabatan Fungsional Penyelia, melaksanakan tugas
dan fungsi koordinasi dalam Jabatan Fungsional kategori
keterampilan.
b. Jenjang Jabatan Fungsional Mahir, melaksanakan tugas dan
fungsi utama dalam Jabatan Fungsional keterampilan.
c. Jenjang Jabatan Fungsional Terampil, melaksanakan tugas
dan fungsi yang bersifat lanjutan dalam Jabatan Fungsional
keterampilan.
16
d. Jenjang Jabatan Fungsional Pemula, melaksanakan tugas
dan fungsi yang bersifat dasar dalam Jabatan Fungsional
keterampilan.
Penetapan jenjang jabatan pada setiap dilakukan dengan
memperhatikan risiko individu, risiko lingkungan, tingkat
kesulitan, kompetensi yang dibutuhkan, dan beban kerja
Jabatan Fungsional yang bersangkutan.

Selanjutnya…. pada materi ini Anda akan mempelajari tentang


Tunjangan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat …. !

B. Tunjangan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan


Tunjangan Jabatan Fungsional Sanitarian, yang selanjutnya
disebut dengan Tunjangan Sanitarian adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Sanitarian sesuai dengan Peraturan Presiden RI
No.54 tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter,
Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium
Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan,
Sanitarian, Administrator Kesehatan dan dengan berlakunya
Permenpan No.71 tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional
Tenaga Kesehatan Lingkungan maka perlu penyesuaian
Perpres Tunjangan Fungsional.

17
Nah… Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar Materi Pokok 2.
Bagaimana dengan materinya? Menarik bukan? Seorang pejabat
Tenaga Sanitasi Lingkungan memiliki berbagai hasil kerja dan
kualitas hasil kerja yang telah terstandar. Anda hanya perlu
memahami dan menjalankan sesuati aturan.

Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi, kemudian


Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar Materi Pokok 3 ya!

18
SEKARANG SAYA TAHU

1. Sebagai seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan perlu memahami


hasil kegiatan jabatan fungsional berdasarkan butir kegiatan
yang sudah tertera dalam peraturan.
2. Kualitas hasil kerja akan berperan dalam penilaian hasil kerja
para Tenaga Sanitasi Lingkungan sehingga dapat
mengoptimalkan penilaian angka kredit yang akan diusulkan.

19
Materi Pokok 3 :
Mekanisme Pengangkatan dalam
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan

20
Pendahuluan

Setelah memahami terkait Kategori, jenjang jabatan serta


Tunjangan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, maka
perlu juga mengetahui mekanisme terkait pengangkatan pertama,
perpindahan dari jabatan lain serta promosi

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan


mekanisme pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 3 :

a. Pengangkatan pertama
b. Perpindahan dari jabatan lain
c. Promosi

21
Uraian Materi Pokok 3

Anda sebagai Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan


perlu tahu juga terkait dengan mekanisme pengangkatan
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan …..kira2 Apa
saja yang Anda ketahui tentang mekanisme pengangkatan
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan? Nah.. dalam
Materi Pokok 3 ini, Anda akan mendapatkan jawabannya,
sehingga Anda akan lebih mengetahui mekanisme apa saja
dalam proses pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan. Semangat belajar yaaa…

A. Pengangkatan Pertama
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan melalui pengangkatan pertama harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) Berstatus PNS;
b) Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c) Sehat jasmani dan rohani;
d) Berijazah diploma tiga bidang Kesehatan Lingkungan atau
Sanitasi untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keterampilan;
e) Berijazah sarjana atau diploma empat bidang Kesehatan
Lingkungan, Sanitasi Lingkungan, Kesehatan Masyarakat
peminatan/jurusan Kesehatan Lingkungan atau Sanitasi
Lingkungan untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keahlian;

22
f) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi
Lingkungan;
g) Nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
Pengangkatan pertama merupakan pengangkatan untuk
mengisi lowongan kebutuhan Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan dari calon PNS. Calon PNS setelah
diangkat sebagai PNS, paling lama 1 (satu) tahun harus
diangkat dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan. PNS yang telah diangkat dalam Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan paling lama 3 (tiga)
tahun wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan. Tenaga Sanitasi
Lingkungan yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus
pendidikan dan pelatihan fungsional tidak diberikan kenaikan
jenjang satu tingkat di atas. Angka Kredit untuk pengangkatan
pertama dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan dinilai dan ditetapkan pada saat mulai
melaksanakan tugas Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

B. Perpindahan Dari Jabatan Lain


Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan melalui perpindahan dari jabatan lain harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Berstatus PNS;
b) Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c) Sehat jasmani dan rohani;
23
d) Berijazah Diploma Tiga bidang Kesehatan lingkungan untuk
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori
Keterampilan;
e) Berijazah Sarjana atau Diploma Empat bidang Kesehatan
Lingkungan, Sanitasi Lingkungan, sarjana Kesehatan
Masyarakat peminatan/ jurusan Kesehatan
Lingkungan/Sanitasi Lingkungan untuk Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori keahlian;
f) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi
Lingkungan;
g) Mengikuti dan lulus Uji Kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai dengan
Standar Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi
Pembina;
h) Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
kesehatan lingkungan paling singkat 2 (dua) tahun;
i) Nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
j) Berusia paling tinggi :
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
kategori keterampilan, Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan Ahli Pertama dan Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Madya; dan

24
3) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Utama bagi PNS yang telah menduduki jabatan pimpinan
tinggi
Pengangkatan Jabatan Fungsional harus mempertimbangkan
lowongan kebutuhan untuk jabatan fungsional yang akan
diduduki. Pangkat yang ditetapkan bagi PNS adalah sama
dengan pangkat yang dimilikinya, dan jenjang jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan ditetapkan sesuai
dengan jumlah Angka Kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang
memiliki kewenangan menetapkan Angka Kredit.
Angka Kredit dinilai dan ditetapkan dari tugas jabatan dengan
mempertimbangkan pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang kesehatan lingkungan.

Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori keterampilan yang


memperoleh ijazah Diploma Empat bidang Kesehatan
Lingkungan, sarjana terapan Sanitasi Lingkungan, atau sarjana
bidang Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Masyarakat
peminatan/ jurusan Kesehatan Lingkungan, Sanitasi
Lingkungan dapat diangkat dalam Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan kategori keahlian, apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) Tersedia kebutuhan untuk Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan kategori keahlian;
b) Ijazah yang dimiliki sesuai dengan kualifikasi yang
dipersyaratkan untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keahlian;
25
c) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi
Lingkungan
d) Mengikuti dan lulus Uji Kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai Standar
Kompetensi yang telah disusun oleh instansi Pembina
e) Memiliki pangkat paling rendah sesuai dengan ketentuan
pangkat Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
kategori keahlian; dan
f) Berusia paling tinggi sesuai ketentuan pada huruf j)
Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori keterampilan yang akan
diangkat menjadi Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori
keahlian diberikan Angka Kredit yang dinilai dan ditetapkan
dari tugas jabatan dengan mempertimbangkan pengalaman
dalam pelaksanaan tugas sebagai Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keterampilan.
Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Utama dapat diangkat dari
pejabat fungsional ahli utama lain melalui perpindahan dengan
persyaratan sebagai berikut:
a) Berstatus PNS;
b) Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c) Sehat jasmani dan rohani;
d) Berijazah sarjana atau diploma empat bidang Kesehatan
Lingkungan, Sanitasi Lingkungan, sarjana Kesehatan
Masyarakat peminatan/jurusan Kesehatan
Lingkungan/Sanitasi Lingkungan;
e) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi
Lingkungan

26
f) Mengikuti dan lulus Uji Kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai dengan
Standar Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi
Pembina untuk Jabatan Fungsional yang akan diduduki;
g) Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
kesehatan lingkungan paling singkat 2 (dua) tahun;
h) Nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir; dan
i) Berusia paling tinggi 63 (enam puluh tiga) tahun

Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan harus mempertimbangkan lowongan kebutuhan
untuk Jabatan Fungsional yang akan diduduki dan
mendapat persetujuan Menteri.

C. Promosi
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan melalui promosi ditetapkan berdasarkan kriteria:
a) Termasuk dalam kelompok rencana suksesi;
b) Menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi dan
kepentingan nasional, dan diakui oleh lembaga pemerintah
terkait bidang inovasinya; dan
c) Memenuhi Standar Kompetensi jenjang jabatan yang akan
diduduki.

Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan melalui promosi dilaksanakan dalam hal:

27
a) PNS yang belum menduduki Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan; atau
b) Kenaikan jenjang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan satu tingkat lebih tinggi dalam satu kategori
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan melalui promosi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Berijazah sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan yang akan diduduki
b) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi
Lingkungan;
c) Mengikuti dan lulus Uji Kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai Standar
Kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina;
d) Nilai kinerja/prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir;
e) Memiliki rekam jejak yang baik;
f) Tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan profesi
PNS; dan
g) Tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.

Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan melalui promosi harus mempertimbangkan
ketersediaan lowongan jenjang Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan yang akan diduduki. Angka Kredit untuk
pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
28
Lingkungan melalui promosi dinilai dan ditetapkan dari tugas
jabatan. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan melalui promosi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Nah… Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar Materi Pokok 3.


Bagaimana dengan materinya? Menarik bukan? Seorang pejabat
Tenaga Sanitasi Lingkungan harus mengetahui mekanisme
pengangkatan dalam jabatan fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi, kemudian


Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar Materi Pokok 4 ya!

29
SEKARANG SAYA TAHU

Sebagai seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan perlu memahami


mekanisme pengangkatan pertama, perpindahan jabatan lain dan
promosi dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
sehingga seorang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan dapat melengkapi persyaratan yang diperlukan dalam
proses tersebut

30
Materi Pokok 4 :
Penilaian Kinerja dalam Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

31
Pendahuluan

Setelah memahami terkait mekanisme terkait pengangkatan


pertama, perpindahan dari jabatan lain serta promosi, maka perlu
juga mengetahui penilaian kinerja yang terkait Sasaran Kinerja
Pegawai (SKP), Perilaku Kerja, Target angka kredit dan angka
kredit pemiliharaan

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan


penilaian kinerja dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 4 :

a. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)


b. Perilaku kerja
c. Target angka kredit
d. Angka kredit pemeliharaan

32
Materi Pokok 4 :

Penilaian kinerja Tenaga Sanitasi Lingkungan bertujuan untuk


menjamin objektivitas pembinaan yang didasarkan sistem prestasi
dan sistem karier. Penilaian kinerja Tenaga Sanitasi Lingkungan
dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu
dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target,
capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.
Penilaian kinerja Tenaga Sanitasi Lingkungan dilakukan secara
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan.
Penilaian kinerja meliputi :
1. SKP;
2. Perilaku kerja.

A. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)


Pada awal tahun, Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib
menyusun SKP.
SKP merupakan target kinerja Tenaga Sanitasi Lingkungan
berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari uraian
kegiatan tugas jabatan sebagai turunan dari penetapan kinerja
unit kerja.
Target kinerja terdiri dari kinerja utama berupa target Angka
Kredit dan/atau kinerja tambahan berupa tugas tambahan.

33
Target Angka Kredit diuraikan dalam bentuk butir kegiatan
yang tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II (Permenpan
No.71/2020).
Tugas tambahan ditetapkan oleh pimpinan unit kerja
berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
Target Angka Kredit dan tugas tambahan sebagai dasar untuk
penyusunan, penetapan, dan penilaian SKP.
SKP yang disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung. Penilaian SKP dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil penilaian SKP
Tenaga Sanitasi Lingkungan ditetapkan sebagai capaian SKP

B. Perilaku Kerja
Perilaku kerja ditetapkan berdasarkan standar perilaku kerja
dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan dan
dinilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

C. Target Angka Kredit


Target Angka Kredit bagi Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori
keterampilan setiap tahun ditetapkan paling sedikit :
a) 5 (lima) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Terampil;
b) 12,5 (dua belas koma lima) untuk Tenaga Sanitasi
Lingkungan Mahir; dan
c) 25 (dua puluh lima) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan
Penyelia.

34
Target Angka Kredit tidak berlaku bagi Tenaga Sanitasi
Lingkungan Penyelia yang memiliki pangkat tertinggi dalam
jenjang jabatan yang didudukinya.

Target Angka Kredit bagi Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori


keahlian setiap tahun ditetapkan paling sedikit :
a) 12,5 (dua belas koma lima) untuk Tenaga Sanitasi
Lingkungan Ahli Pertama;
b) 25 (dua puluh lima) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Muda;
c) 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) untuk Tenaga Sanitasi
Lingkungan Ahli Madya; dan
d) 50 (lima puluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Utama.
Target Angka Kredit tersebut tidak berlaku bagi Tenaga
Sanitasi Lingkungan Utama yang memiliki pangkat tertinggi
dalam jenjang jabatan yang didudukinya. Selain target Angka
Kredit, Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib memperoleh Hasil
Kerja Minimal untuk setiap periode.
Ketentuan mengenai perhitungan target Angka Kredit dan Hasil
Kerja Minimal ditetapkan oleh Instansi Pembina.

D. Angka Kredit Pemeliharaan


Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori keterampilan yang telah
memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang jabatan setingkat
lebih tinggi tetapi belum tersedia lowongan jabatan, setiap
tahun wajib memenuhi Angka Kredit paling sedikit :
a) 4 (empat) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Terampil; dan
b) 10 (sepuluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir.

35
Tenaga Sanitasi Lingkungan Penyelia yang menduduki
pangkat tertinggi dari jabatannya, setiap tahun sejak
menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling sedikit 10
(sepuluh) Angka Kredit.
Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori keahlian yang telah
memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang jabatan setingkat
lebih tinggi tetapi belum tersedia lowongan pada jenjang
jabatan yang akan diduduki, setiap tahun wajib memenuhi
target Angka Kredit, paling sedikit :
a) 10 (sepuluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Pertama;
b) 20 (dua puluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Muda; dan
c) 30 (tiga puluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Madya.
Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Utama yang menduduki
pangkat tertinggi dari jabatannya, setiap tahun sejak
menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling sedikit 25
(dua puluh lima) Angka Kredit
Tenaga Sanitasi Lingkungan dapat ditugaskan sebagai
pimpinan Fasyankes/ Tim Kerja, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dimana harus memiliki surat
keputusan pengangkatan/ penetapan sebagai pimpinan
Fasyankes/ Tim Kerja dan diberikan tambahan Angka Kredit
25% (dua puluh lima persen) dari Angka Kredit Kumulatif untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dan diakui sebagai
tugas pokok dalam PAK dimana pemberian tambahan Angka

36
Kredit diberikan satu kali untuk kenaikan pangkat dalam satu
jenjang jabatan.
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang bertugas di daerah
terpencil/rawan/berbahaya, dapat diberikan tambahan Angka
Kredit paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari Angka
Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
dan diakui sebagai tugas pokok dalam PAK. Pemberian
tambahan Angka Kredit diberikan selama melaksanakan tugas
tersebut di daerah terpencil/rawan/berbahaya

Nah… Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar Materi Pokok 4.


Bagaimana dengan materinya? Menarik bukan? Seorang pejabat
Tenaga Sanitasi Lingkungan harus mengetahui Penilaian Kinerja
dalam jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

37
SEKARANG SAYA TAHU

1. Penilaian kinerja Tenaga Sanitasi Lingkungan menjamin


objektivitas pembinaan yang didasarkan sistem prestasi dan
sistem karier berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat
individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan
target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku
PNS.
2. Penilaian kinerja Tenaga Sanitasi Lingkungan dilakukan secara
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan

38
REFERENSI

1. UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


2. PP Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PP
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
3. PermenpanRB No. 13 tahun 2019 tentang pengusulan,
penetapan, dan pembinaan jabatan fungsional pegawai
negeri sipil
4. Permenpan RB No.71 tahun 2021 tentang jabatan
fungsional tenaga sanitasi lingkungan.
5. SK MenPan 19 tahun 2000 tentang Jabatan Fungsional
Sanitarian dan Angka Kreditnya
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/Menkes/4788/2021 tentang Standar Profesi
Tenaga Sanitasi Lingkungan
7. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 232 tahun
2020 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia
dan Aktivitas Sosial Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan
Manusia Bidang Sanitasi Lingkungan

39
DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...…………… ii

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1

Deskripsi Singkat …………………..….………… 2

Tujuan Pembelajaran ……..…...…….…………. 3

Materi Pokok …………………....……….………. 4

B. Kegiatan Belajar ………………………………………. 5

Materi Pokok 1 …………………….…………….. 6

Materi Pokok 2 ……………………..……………. 13

Referensi ………………………………………………….. 44

ii
A Tentang Modul Ini

1
DESKRIPSI SINGKAT

Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan adalah jabatan


yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan
wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan di bidang
kesehatan lingkungan pada instansi pemerintah. Sebagai
pemegang jabatan fungsional tenaga sanitasi lingkungan, Anda
wajib memahami butir-butir kegiatan yang dikerjakan oleh tenaga
sanitasi lingkungan. Dengan memahami butir-butir kegiatan ini,
diharapkan arah pelayanan yang diberikan sesuai dengan kinerja
jabatan untuk menjamin terwujudnya standar kualitas dan
profesionalitas jabatan

Mata pelatihan ini terdiri dari 2 materi pokok, dimana materi pokok
1 membahas tentang unsur dan sub unsur jabatan fungsional
tenaga sanitasi lingkungan yang meliputi unsur utama, unsur
penunjang, dan unsur pengembangan profesi. Dan pada materi
pokok 2 pembahasan dikaitkan dengan uraian kegiatan jabatan
fungsional tenaga sanitasi lingkungan yang meliputi definisi
operasional, hasil kerja, dan kualitas hasil kerja.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan


kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu :


1. Menjelaskan unsur dan sub unsur Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan berdasarkan kategorinya.
2. Menjelaskan uraian kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan berdasarkan kategorinya.

3
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


1. Unsur dan Sub Unsur Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan berdasarkan kategorinya.
2. Uraian kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan berdasarkan kategorinya.

4
B Kegiatan Belajar

5
Materi Pokok 1 :
Unsur dan Sub Unsur Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
berdasarkan kategorinya

6
Pendahuluan
Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan (TSL) adalah
PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak oleh
Pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan di
bidang kesehatan lingkungan pada instansi pemerintah. Pelayanan
kesehatan lingkungan tersebut berupa upaya penyehatan media
lingkungan; pengamanan limbah, sampah, zat kimia berbahaya,
pestisida, dan radiasi; pengendalian faktor risiko lingkungan vektor
dan binatang pembawa penyakit; penyelenggaraan kesehatan
lingkungan dalam keadaan tertentu; serta manajemen kesehatan
lingkungan.

Keseluruhan pelayanan Kesehatan lingkungan ini tergabung dalam


butir-butir kegiatan jabatan fungsional Kesehatan yang terdiri dari
unsur utama, unsur penunjang dan pengembangan profesi.
Adapun kegiatan pada semua sub unsur ini penting dipelajari
dalam rangka pemenuhan angka kredit.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
Unsur dan Sub Unsur Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan berdasarkan kategorinya

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok :
A. Unsur Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
B. Sub Unsur Jabatan Fungsional

7
Uraian Materi Pokok 1

Sebelum Anda mempelajari lebih jauh tentang tugas jabatan


fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, apa yang anda ketahui
tentang tugas jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan?

Nah.. jika Anda ingin lebih paham, kita pelajari bersama di materi
pokok 1 ini.

Untuk menjalani pelayanan Kesehatan lingkungan ini, perlu


dipahami unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan dan sub-unsurnya.

A. Unsur Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan


Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan yang dapat dinilai angka kreditnya yaitu pelayanan
kesehatan lingkungan.

B. Sub Unsur Jabatan Fungsional


Sub unsur merupakan bagian dari Pelayanan Kesehatan
Lingkungan yang terdiri atas :

1) Sub unsur penyehatan media lingkungan


Pada sub unsur ini JF TSL melakukan kegiatan upaya
penyehatan pada media lingkungan (dilakukan terhadap air,
udara, tanah, pangan dan sarana bangunan) dari
pengamatan, pengumpulan data, pengambilan sampel, uji
laboratorium, analisis risiko, rekomendasi tindak lanjut, KIE,

8
Pengembangan Teknologi Tepat Guna, serta Rekayasa
Lingkungan. Hasil dari kegiatan penyehatan media
lingkungan ini dapat dipakai untuk perencanaan, intervensi
lanjutan, pemberdayaan masyarakat, ataupun untuk
rancangan kebijakan.

2) Sub unsur pengamanan limbah, sampah, zat kimia


berbahaya, pestisida, dan radiasi
Pada sub unsur ini JF TSL melakukan kegiatan upaya untuk
mewujudkan lingkungan sehat yang bebas dari unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, dan mencegah
terjadinya pajanan zat kimia. Kegiatannya dapat berupa
analisis risiko, rekayasa lingkungan; pengembangan
teknologi tepat guna, kemitraan antara pemerintah dengan
swasta, KIE, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
kapasitas.

3) Sub unsur pengendalian faktor risiko lingkungan vektor dan


binatang pembawa penyakit
Pada sub unsur ini JF TSL dapat dilakukan terhadap Vektor
dan binatang pembawa penyakit. Kegiatan diantaranya
pengamatan perindukan vektor dan binantang pembawa
penyakit, dan identifikasi jenis vektor dan binatang
pembawa penyakit. Pengendalian vektor dan binatang
pembawa penyakit dengan metode fisik dan biologi serta
pengelolaan lingkungan dan pengendalian terpadu terhadap
vektor dan binatang pembawa penyakit.

9
4) Sub unsur penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada
keadaan tertentu
Pada sub unsur ini JF TSL melakukan kegiatan upaya
Kesehatan Lingkungan kondisi matra dan ancaman global
perubahan iklim. Dalam kondisi matra upaya identifikasi dan
pengendalian faktor risiko lingkungan pada situasi;
• Bencana (alam, non alam, sosial)
• KLB dan Wabah
• Peristiwa yang bersifat massal (acara keagamaan,
olahraga, dsb)

Dalam menghadapi ancaman global perubahan iklim:


penilaian kerentanan dan penilaian potensi co-benefit
kesehatan, perencanaan risiko kesehatan yang sensitif
iklim, membangun sistem kesehatan yang tahan iklim,
implementasi pencegahan risiko kesehatan yang sensitif
iklim melalui kegiatan mitigasi dan adaptasi.

5) Sub unsur manajemen kesehatan lingkungan.


Pada sub unsur ini, JF TSL membahas mengenai
manajemen kesehatan lingkungan mulai dari input
(anggaran, sumber daya manusia, sarana/prasarana,
pedoman teknik), proses yang meliputi (perencanaan,
organisasi, dan pemantauan & evaluasi) serta output berupa
hasil kerja.

10
Nah, sekarang Anda telah mengetahui unsur dan sub-unsur
tugas dari Tenaga Sanitasi Lingkungan. Lalu, apa yang
dimaksud dari masing-masing sub-unsur diatas?

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar materi pokok 1.


Bagaimana dengan materinya, menarik bukan? Anda perlu
berbangga menjadi seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan, karena
dalam menjalankan pelayanan kesehatan lingkungannya, jabatan
fungsional ini memiliki unsur dan sub-unsur yang jelas.

Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi.

11
SEKARANG SAYA TAHU

1. Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan yang dapat dinilai angka kreditnya yaitu
pelayanan kesehatan lingkungan.
2. Saya bisa menjelaskan ulang apa yang termasuk dalam
unsur dan sub-unsur pada tugas jabatan fungsional tenaga
sanitasi lingkungan.

Sekarang saatnya kita mempelajari Materi Pokok 2 berikut, dimana


kita akan memahami uraian kegiatan jabatan fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan berdasarkan kategorinya

12
Materi Pokok 2 :
Uraian kegiatan Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan
berdasarkan kategorinya

13
Pendahuluan
Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 71 Tahun 2021 tentang
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
uraian kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
berdasarkan kategorinya

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok :
A. Butir-butir Kegiatan
B. Hasil Kerja

14
Sebelum Anda mempelajari lebih jauh tentang uraian kegiatan
jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, sebagai
pengampu jabatan tersebut, apa saja yang pernah Anda kerjakan
terkait pelayanan Kesehatan lingkungan?
Apakah kegiatan yang Anda kerjakan tersebut masuk dalam butir-
butir kegiatan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan?
Nah… mari kita pahami bersama dalam uraian berikut ini.

A. Butir-butir kegiatan
Butir kegiatan adalah gambaran uraian kegiatan tugas jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan yang wajib dijalankan
oleh pemegang jabatan fungsional tersebut sesuai dengan
kategorinya.

Adapun kita mengenal 2 kategori dalam jabatan fungsional


Tenaga Sanitasi Lingkungan, yaitu:
1. Kategori Keterampilan
2. Kategori Keahlian

Untuk jenjang pada Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan kategori keterampilan dihitung dari jenjang
terendah sampai tertinggi, dapat dijabarkan sbb:
a. Tenaga Sanitasi Lingkungan Terampil
b. Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir
c. Tenaga Sanitasi Lingkungan Penyelia

15
Sedangkan untuk jenjang pada Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan kategori keahlian dihitung dari jenjang
terendah sampai tertinggi, dijabarkan sbb:
a. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Pertama
b. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Muda
c. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Madya
d. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Utama

Adapun jumlah Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan ditiap jenjangnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

JABATAN JENJANG JUMLAH BUTIR


FUNGSIONAL JABATAN KEGIATAN
Tenaga Sanitasi Terampil 12 Butir kegiatan
Lingkungan Mahir 10 Butir kegiatan
Penyelia 18 Butir kegiatan
Ahli Pertama 22 Butir kegiatan
Ahli Muda 24 Butir kegiatan
Ahli Madya 24 Butir kegiatan
Ahli Utama 18 Butir kegiatan

Adapun uraian kegiatan masing-masing jenjang dapat dilihat di


Permenpan Nomor 71 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Uraian kegiatan tugas jabatan fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan Kategori Keterampilan sesuai jenjang jabatan,
ditetapkan dalam butir kegiatan sebagai berikut.

A. Tenaga Sanitasi Lingkungan Terampil, meliputi :


1. Melakukan pengumpulan data kualitas media
lingkungan
16
2. Melakukan penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium media lingkungan dengan pengukuran di
lapangan
3. Melakukan pengambilan dan pengiriman sampel media
lingkungan untuk rujukan uji laboratorium
4. Melakukan tabulasi hasil pemeriksaan di lapangan dan
tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan media
lingkungan
5. Melakukan penyiapan bahan materi Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi kualitas media lingkungan
6. Melakukan peningkatan kualitas media lingkungan
dengan berbagai metode atau teknologi
7. Melakukan identifikasi faktor risiko limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
8. Melakukan pengumpulan data pengelolaan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
9. Melakukan penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium pengelolaan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi
10. Melakukan pengambilan dan pengiriman sampel
limbah untuk rujukan uji laboratorium
11. Melakukan tabulasi hasil pemeriksaan laboratorium
lapangan dan tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan
limbah
12. Melakukan identifikasi faktor risiko lingkungan vektor
dan binatang pembawa penyakit

17
B. Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir, meliputi :
1. Melakukan pengolahan data kualitas media lingkungan
2. Melakukan analisis data kualitas media lingkungan
3. Melakukan penyiapan alat, bahan, dan pengambilan
sampel spesimen/biomarker
4. Melakukan identifikasi parameter media lingkungan
dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan
5. Melakukan identifikasi faktor risiko media lingkungan
6. Menyusun instrumen untuk monitoring, evaluasi, dan
pembinaan teknis pelaksanaan penyehatan media
lingkungan
7. Melakukan pendampingan pemberdayaan masyarakat
dalam rangka penyehatan media lingkungan,
pengamanan limbah, sampah, zat kimia berbahaya,
pestisida, dan radiasi serta pengendalian faktor risiko
lingkungan vector dan binatang pembawa penyakit
8. Melakukan analisis data pengelolaan limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
9. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
10. Melakukan identifikasi kepadatan vektor dan binatang
pembawa penyakit

C. Tenaga Sanitasi Lingkungan Penyelia, meliputi:


1. Melakukan penyiapan bahan diseminasi informasi hasil
pelaksanaan surveilans kualitas media lingkungan
2. Melakukan penyiapan bahan rekomendasi pengambilan
keputusan hasil penyehatan kualitas media lingkungan
18
3. Melakukan analisis deskriptif faktor risiko media
lingkungan
4. Melakukan uji coba, implementasi teknologi tepat guna
(TTG) dan/atau rekayasa lingkungan
5. Melakukan penilaian kelayakan dan implementasi
teknologi tepat guna (TTG) dan/atau rekayasa
lingkungan
6. Melakukan uji coba pengembangan metode teknologi
tepat guna (TTG) dan/atau rekayasa lingkungan
7. Melakukan bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pengembangan metode teknologi tepat guna
(TTG) dan/atau rekayasa lingkungan
8. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
implementasi teknologi tepat guna (TTG) dan/atau
rekayasa lingkungan dalam rangka penyehatan kualitas
media lingkungan
9. Melakukan komunikasi, edukasi dan penyampaian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat
10. Melakukan bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan penyehatan media lingkungan
11. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan perlindungan Kesehatan masyarakat
12. Melakukan pengawasan pengolahan limbah
13. Melakukan penyiapan bahan rekomendasi pengambilan
keputusan dan diseminasi hasil pengamanan limbah
14. Melakukan analisis deskriptif faktor risiko dari limbah,
sampah, zat kimia yang berbahaya, pestisida dan
radiasi
19
15. Melakukan surveilans dan uji laboratorium dalam rangka
pengawasan pengelolaan limbah
16. Melakukan komunikasi, edukasi dan pemberian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat
17. Melakukan bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan pengamanan limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
18. Melakukan analisis deskriptif faktor risiko lingkungan
dan kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit.

Sedangkan berikut ini adalah uraian kegiatan tugas jabatan


fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan Kategori Keahlian
sesuai jenjang jabatannya.

A. Uraian Kegiatan Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli


Pertama, meliputi :
1. Melakukan identifikasi bahaya parameter media
lingkungan dari aspek fisik, kimia dan biologi.
2. Melakukan pemetaan distribusi frekuensi kualitas media
lingkungan berdasarkan parameter fisik, kimia dan
biologi pada skala wilayah dan/atau Kawasan.
3. Melakukan identifikasi faktor risiko media lingkungan
dari aspek fisik, kimia dan biologi.
4. Menyiapkan rancangan rekomendasi dan rencana
tindak lanjut hasil analisis dan pemetaan kualitas media
lingkungan.

20
5. Melakukan analisis data dan hasil uji laboratorium
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi media
lingkungan.
6. Melakukan analisis distribusi frekuensi masyarakat
berisiko media lingkungan.
7. Menyiapkan materi media Komunikasi penyebaran
informasi dan edukasi (KIE) kualitas media lingkungan,
dalam rangka komunikasi risiko.
8. Menyusun materi media komunikasi, penyebaran
informasi dan edukasi jejaring kerja dan kemitraan
dalam rangka peningkatan kualitas media lingkungan.
9. Menyusun materi media komunikasi, penyebaran
informasi, edukasi pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan kualitas media lingkungan.
10. Melakukan identifikasi masalah KIE dan bimbingan
teknis kesehatan lingkungan dalam perlindungan
kesehatan masyarakat.
11. Menyusun perumusan masalah KIE sebagai bahan
penyusunan rekomendasi hasil pelaksanaan KIE.
12. Menyusun rancangan dokumen pemantauan dan
pengelolaan lingkungan dalam rangka kajian dampak
lingkungan.
13. Melakukan identifikasi bahaya parameter limbah dari
aspek fisik, kimia dan biologi.
14. Melakukan pemetaan hasil analisis data vector dan
binatang pembawa penyakit pada wilayah dan kawasan.
15. Menyiapkan bahan rekomendasi hasil pemetaan dan
pengamatan vektor dan binatang pembawa penyakit.
21
16. Melakukan penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada kondisi matra.
17. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra.
18. Melakukan penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada perubahan iklim dan ancaman global.
19. Melakukan penyelidikan/investigasi Kejadian Luar Biasa
(KLB) penyakit berbasis lingkungan.
20. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi dampak perubahan iklim dan ancaman global.
21. Melakukan studi pustaka sebagai bahan penyusunan
rancangan kebijakan teknis.
22. Menyiapkan bahan dan materi pokok-pokok kegiatan
dalam penyusunan kebijakan teknis.

B. Uraian Kegiatan Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli


Muda, meliputi:
1. Melakukan analisis pajanan kualitas media lingkungan
terhadap penduduk yang berisiko pada wilayah dan/atau
kawasan.
2. Menyusun peta tematik penduduk berisiko terhadap
kualitas media lingkungan pada wilayah dan/atau
kawasan.
3. Menyusun rancangan rekomendasi tindak lanjut upaya
penyehatan media lingkungan dan/atau pengamanan
limbah.
22
4. Melakukan analisis dosis respons, karakteristik risiko
dan dampak pada penduduk berisiko.
5. Menyusun bahan dan materi rekomendasi tindak lanjut
hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
teknis program kesehatan lingkungan.
6. Menyusun bahan dan materi rencana koordinasi dan
jejaring kerja dalam rangka peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan.
7. Melakukan kajian dan analisis bahan penyusunan dan
revisi kebijakan teknis pelaksanaan TTG dan rekayasa
lingkungan.
8. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan program peningkatan kualitas media
lingkungan kesehatan lingkungan.
9. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis kegiatan penyehatan, pengamanan dan
pengendalian program kesehatan lingkungan.
10. Menyusun rancangan proses pengolahan limbah dan
sampah.
11. Menyusun dokumen upaya monitoring dan pengelolaan
lingkungan (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
ADKL/Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL).
12. Menyiapkan materi bahan kebijakan teknis pengamanan
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi.
13. Menyusun rekomendasi rencana tindak lanjut laporan
hasil pengawasan terhadap pengamanan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi.
23
14. Melakukan pengawasan terhadap pengamanan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi.
15. Menyiapkan bahan dan/atau review kebijakan teknis
kesehatan lingkungan pemberdayaan masyarakat dalam
pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit.
16. Menyusun bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada kondisi matra.
17. Melakukan monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan dan potensi risiko pada kondisi matra.
18. Menyusun bahan kebijakan teknis kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi matra.
19. Melakukan monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan dan potensi risiko pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
20. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penyelidikan/investigasi kejadian luar biasa (KLB).
21. Menyusun bahan rekomendasi rencana tindak lanjut
hasil monitoring dan evaluasi penyelidikan/investigasi
KLB.
22. Menyusun bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada dampak perubahan iklim dan ancaman global.
23. Menyusun bahan kebijakan teknis kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
24. Melakukan analisis pendekatan kearifan lokal dalam
program kesehatan lingkungan.

24
C. Uraian Kegiatan Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Madya, meliputi:
1. Menyusun rekomendasi dan rencana tindak lanjut
dokumen analisis risiko dan/atau dampak kesehatan
lingkungan.
2. Melakukan review dokumen analisis risiko dan/atau
dampak kesehatan lingkungan.
3. Menyusun rancangan kebijakan teknis pelaksanaan
analisis risiko dan/atau dampak kesehatan lingkungan.
4. Menyiapkan bahan koordinasi, jejaring kerja dan
kemitraan kebijakan teknis analisis risiko dan/atau
dampak kesehatan lingkungan.
5. Melakukan diseminasi informasi hasil pengembangan
model dan solusi alternatif dalam rangka penyehatan,
pengamanan dan pengendalian pada program
peningkatan kesehatan lingkungan.
6. Menyusun rekomendasi tindak lanjut penerapan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan.
7. Menyusun rancangan umpan balik, review dan alternatif
solusi dalam rangka peningkatan program kesehatan
lingkungan.
8. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
teknologi tepat guna dan rekayasa lingkungan pada
media lingkungan.
9. Melaksanakan jejaring kerja dan kemitraan dalam
pemberdayaan masyarakat pada program peningkatan
kesehatan lingkungan.

25
10. Mengembangkan model dan solusi alternatif dalam
rangka penyehatan, pengamanan dan pengendalian
pada program peningkatan kesehatan lingkungan.
11. Mengembangkan model pendekatan dan solusi alternatif
serta kearifan lokal pemberdayaan masyarakat dalam
upaya perlindungan kesehatan masyarakat.
12. Melakukan kajian hasil pemantauan dan evaluasi
pengolahan limbah dan sampah.
13. Melakukan kajian aspek kesehatan lingkungan pada
rancangan dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan.
14. Melakukan bimbingan teknis dan supervisi dalam
penyusunan rekomendasi rencana tindak lanjut pada
rancangan dokumen pemantauan dan pengelolaan
lingkungan.
15. Menyusun rancangan kebijakan teknis pengendalian
faktor risiko lingkungan vector dan binatang pembawa
penyakit pada program peningkatan kesehatan
lingkunga.
16. Melakukan harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
17. Melakukan bimbingan teknis dan supervise pelaksanaan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra.
18. Melakukan bimbingan teknis dan supervise pelaksanaan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi dampak perubahan iklim dan ancaman global.

26
19. Menyusun rencana tahunan dan rencana strategis
program peningkatan kesehatan lingkungan.
20. Melakukan penyusunan program peningkatan
kesehatan lingkungan pada kondisi matra, dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
21. Menyusun draft lanjutan rancangan kebijakan teknis
program kesehatan lingkungan.
22. Melakukan harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra,
dampak perubahan iklim dan ancaman global.
23. Mengembangkan inovasi dan model peningkatan
program kesehatan lingkungan.
24. Melakukan bimbingan teknis penerapan kebijakan teknis
program kesehatan lingkungan.

D. Uraian Kegiatan Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli


Utama, meliputi:
1. Melakukan diseminasi informasi hasil kajian strategis
program kesehatan lingkungan.
2. Menyusun bahan pertimbangan aspek kesehatan
lingkungan dalam penyusunan rencana pembangunan
jangka Panjang pembangunan bidang Kesehatan.
3. Melakukan advokasi strategis dalam pengembangan
pemberdayaan masyarakat pada program kesehatan
lingkungan.
4. Menyusun rekomendasi rencana tindak lanjut
pelaksanaan teknologi tepat guna dan rekayasa

27
lingkungan berdasarkan analisis lingkungan strategis
kesehatan lingkungan.
5. Mengembangkan rancang bangun model teknologi tepat
guna (TTG) dan rekayasa lingkungan dalam rangka
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian media
lingkungan.
6. Menyusun rencana strategis dan/atau rencana aksi
program peningkatan kesehatan lingkungan dalam
pembangunan Kesehatan.
7. Menyusun rekomendasi pembinaan teknis dan evaluasi
penyehatan media lingkungan.
8. Menyiapkan bahan harmonisasi dalam penetapan
pengaturan pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi.
9. Melakukan advokasi kondisi lingkungan strategis aspek
kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
10. Menyiapkan bahan koordinasi, jejaring kerja, dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra.
11. Menyiapkan bahan koordinasi, jejaring kerja dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
perubahan iklim dan ancaman global.
12. Menyusun rekomendasi hasil harmonisasi rancangan
final regulasi bidang kesehatan lingkungan.
13. Menyusun rekomendasi review dan penyusunan
kebijakan teknis dalam pengaturan kesehatan
lingkungan dalam pembangunan Kesehatan.

28
14. Melakukan advokasi kondisi lingkungan strategis aspek
kesehatan lingkungan pada kondisi dampak perubahan
iklim dan ancaman global.
15. Menyusun rekomendasi model pendekatan, inovasi, dan
alternatif solusi pengembangan kesehatan lingkungan
16. Melakukan kajian strategis pemetaan potensi risiko
kesehatan lingkungan pada skala nasional, regional,
dan global.
17. Menyusun rekomendasi rencana tindak lanjut kajian
strategis potensi risiko kesehatan lingkungan dalam
pembangunan Kesehatan.
18. Melakukan kajian manajemen kesehatan lingkungan
dalam organisasi dan tata kerja Instansi Pembina/
Instansi Pengguna.

B. Hasil kerja
Hasil Kerja tugas Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keterampilan sesuai jenjang jabatandapat
dijabarkan sebagai berikut.

A. Hasil Kerja Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Terampil,


meliputi :
1. Laporan hasil pengumpulan data kualitas media
lingkungan;
2. Laporan hasil penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium media lingkungan dengan pengukuran di
lapangan

29
3. Laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel
media lingkungan untuk rujukan uji laboratorium
4. Laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan di lapangan
dan tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan media
lingkungan
5. Laporan hasil penyiapan bahan materi komunikasi,
edukasi, dan penyampaian informasi kualitas media
lingkungan
6. Laporan hasil peningkatan kualitas media lingkungan
dengan berbagai metode atau teknologi
7. Laporan hasil identifikasi faktor risiko limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
8. Laporan hasil pengumpulan data pengelolaan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
9. Laporan hasil penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium pengelolaan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi
10. Laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel
limbah untuk rujukan uji laboratorium
11. Laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan laboratorium
lapangan dan tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan
limbah
12. Laporan hasil identifikasi faktor risiko lingkungan vektor
dan binatang pembawa penyakit;

B. Hasil Kerja Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir,


meliputi :

30
1. Laporan hasil pengolahan data kualitas media
lingkungan
2. Laporan hasil analisis data kualitas media lingkungan
3. Laporan hasil penyiapan alat, bahan, dan pengambilan
sampel spesimen/biomarker
4. Laporan hasil identifikasi parameter media lingkungan
dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan
5. Laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
6. Dokumen hasil penyusunan instrument monitoring,
evaluasi, dan pembinaan teknis pelaksanaan
penyehatan media lingkungan
7. Laporan hasil pendampingan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka penyehatan media
lingkungan, pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi serta pengendalian
faktor risiko lingkungan vector dan binatang pembawa
penyakit
8. Laporan hasil analisis data pengelolaan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
9. Laporan hasil evaluasi pengelolaan limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
10. Laporan hasil identifikasi kepadatan vektor dan binatang
pembawa penyakit

C. Hasil Kerja Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Penyelia,


meliputi :
1. dokumen bahan diseminasi informasi hasil pelaksanaan
surveilans kualitas media lingkungan.
31
2. Dokumen hasil penyiapan bahan rekomendasi
pengambilan keputusan hasil penyehatan kualitas media
lingkungan.
3. Laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko media
lingkungan.
4. Laporan hasil uji coba, implementasi teknologi tepat
guna (TTG) dan/atau rekayasa lingkungan.
5. Laporan hasil penilaian kelayakan dan implementasi
teknologi tepat guna (TTG) dan/atau rekayasa
lingkungan.
6. Laporan hasil uji coba pengembangan metode teknologi
tepat guna (TTG) dan/atau rekayasa lingkungan.
7. Laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pengembangan metode teknologi tepat guna
(TTG) dan/atau rekayasa lingkungan.
8. Laporan hasil bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
implementasi teknologi tepat guna (TTG) dan/atau
rekayasa lingkungan dalam rangka penyehatan kualitas
media lingkungan.
9. Laporan hasil komunikasi, edukasi dan penyampaian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
10. Laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan penyehatan media lingkungan.
11. Laporan hasil bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan perlindungan Kesehatan masyarakat.
12. Laporan hasil pengawasan pengolahan limbah.

32
13. Dokumen hasil penyiapan bahan rekomendasi
pengambilan keputusan dan diseminasi hasil
pengamanan limbah.
14. Laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko dari limbah,
sampah, zat kimia yang berbahaya, pestisida dan
radiasi.
15. Laporan hasil surveilans dan uji laboratorium dalam
rangka pengawasan pengelolaan limbah.
16. Laporan hasil komunikasi, edukasi dan pemberian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
17. Laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan pengamanan limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi.
18. Laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko lingkungan
dan kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit.

Sedangkan hasil kerja tugas Jabatan Fungsional Tenaga


Sanitasi Lingkungan kategori keahlian sesuai jenjang jabatan
sebagai berikut:
A. Hasil Kerja Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Pertama, meliputi :
1. Laporan hasil identifikasi bahaya parameter media
lingkungan dari aspek fisik, kimia dan biologi.
2. Peta tematik distribusi frekuensi kualitas media
lingkungan berdasarkan parameter fisik, kimia dan
biologi pada skala wilayah dan/atau Kawasan.

33
3. Laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
dari aspek fisik, kimia dan biologi.
4. Dokumen hasil rancangan rekomendasi dan rencana
tindak lanjut hasil analisis dan pemetaan kualitas media
lingkungan.
5. Laporan hasil analisis data dan hasil uji laboratorium
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi media
lingkungan.
6. Laporan hasil analisis distribusi frekuensi masyarakat
berisiko media lingkungan.
7. Dokumen hasil materi media komunikasi penyebaran
informasi dan edukasi (KIE) kualitas media lingkungan,
dalam rangka komunikasi risiko.
8. Dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi dan edukasi jejaring kerja dan kemitraan
dalam rangka peningkatan kualitas media lingkungan.
9. Dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi, edukasi pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan kualitas media lingkungan.
10. Laporan hasil identifikasi masalah KIE dan bimbingan
teknis kesehatan lingkungan dalam perlindungan
kesehatan masyarakat
11. Laporan hasil perumusan masalah KIE sebagai bahan
penyusunan rekomendasi hasil pelaksanaan KIE
12. Dokumen rancangan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan dalam rangka kajian dampak lingkungan
13. Laporan hasil identifikasi bahaya parameter limbah dari
aspek fisik, kimia dan biologi.
34
14. Peta tematik hasil analisis data vektor dan binatang
pembawa penyakit pada wilayah dan Kawasan.
15. Dokumen bahan rekomendasi hasil pemetaan dan
pengamatan faktor risiko lingkungan vector dan binatang
pembawa penyakit.
16. Dokumen hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada kondisi matra.
17. Dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
18. Laporan hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada perubahan iklim dan ancaman global.
19. Laporan hasil penyelidikan/investigasi Kejadian Luar
Biasa (KLB) penyakit berbasis lingkungan.
20. Dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi
dampak perubahan iklim dan ancaman global.
21. Dokumen hasil studi pustaka sebagai bahan
penyusunan rancangan kebijakan teknis.
22. Dokumen bahan dan materi pokok-pokok kegiatan
dalam penyusunan kebijakan teknis.

B. Hasil Kerja Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Muda,


meliputi:
1. Laporan hasil analisis pajanan kualitas media
lingkungan terhadap penduduk yang berisiko pada
wilayah dan/atau Kawasan.
2. Peta tematik penduduk berisiko terhadap kualitas
media lingkungan pada wilayah dan/atau Kawasan.
35
3. Dokumen rancangan rekomendasi tindak lanjut upaya
penyehatan media lingkungan dan/atau pengamanan
limbah.
4. Dokumen hasil analisis dosis respons, karakteristik
risiko dan dampak pada penduduk berisiko.
5. Dokumen hasil bahan dan materi rekomendasi tindak
lanjut hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan.
6. Laporan bahan dan materi rencana koordinasi dan
jejaring kerja dalam rangka peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan.
7. Dokumen hasil kajian dan analisis bahan penyusunan
dan revisi kebijakan teknis penyehatan media
lingkungan.
8. Dokumen bahan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan program peningkatan Kesehatan
lingkungan.
9. Laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis kegiatan penyehatan, pengamanan
dan pengendalian program kesehatan lingkungan.
10. Dokumen rancangan proses pengolahan limbah dan
sampah.
11. Dokumen upaya monitoring dan pengelolaan
lingkungan ADKL/ARKL
12. Dokumen materi bahan kebijakan teknis pengamanan
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi.

36
13. Dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut laporan
hasil pengawasan terhadap pengamanan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi.
14. Laporan hasil pengawasan terhadap pengamanan
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi.
15. Dokumen hasil penyiapan bahan dan/atau review
kebijakan teknis kesehatan lingkungan pemberdayaan
masyarakat dalam pengendalian faktor risiko lingkungan
vektor dan binatang pembawa penyakit.
16. Dokumen bahan materi mitigasi Kesehatan lingkungan
pada kondisi matra.
17. Laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan dan potensi risiko pada kondisi matra.
18. Dokumen bahan kebijakan teknis Kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi matra.
19. Laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan dan potensi risiko pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
20. Laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penyelidikan/investigasi KLB.
21. Dokumen bahan rekomendasi rencana tindak lanjut
hasil monitoring dan evaluasi penyelidikan/investigasi
KLB.
22. Dokumen bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada dampak perubahan iklim dan ancaman global.

37
23. Dokumen bahan kebijakan teknis Kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
24. Laporan hasil kajian dan analisis pendekatan kearifan
lokal dalam program Kesehatan lingkungan.

C. Hasil Kerja Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli


Madya, meliputi :
1. Dokumen rekomendasi dan rencana tindak lanjut
dokumen analisis risiko dan/atau dampak kesehatan
lingkungan
2. Dokumen hasil kajian dan review dokumen analisis
risiko dan/ atau dampak Kesehatan lingkungan
3. Dokumen rancangan kebijakan teknis pelaksanaan
analisis risiko dan/atau dampak kesehatan lingkungan
4. Laporan bahan koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan
kebijakan teknis analisis risiko dan/atau dampak
kesehatan lingkungan
5. Laporan hasil diseminasi Informasi hasil pengembangan
model dan solusi alternatif dalam rangka penyehatan,
pengamanan dan pengendalian pada program
peningkatan kesehatan lingkungan
6. Dokumen rekomendasi tindak lanjut penerapan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan
7. Dokumen rancangan umpan balik, review dan alternatif
solusi dalam rangka peningkatan program kesehatan
lingkungan

38
8. Laporan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan.
9. Laporan hasil jejaring kerja dan kemitraan dalam
pemberdayaan masyarakat pada program peningkatan
kesehatan lingkungan.
10. Laporan model dan solusi alternatif dalam rangka
penyehatan, pengamanan dan pengendalian pada
program peningkatan kesehatan lingkungan.
11. Dokumen model pendekatan dan solusi alternatif serta
kearifan lokal pemberdayaan masyarakat dalam
program peningkatan kesehatan lingkungan.
12. Laporan hasil kajian hasil pemantauan dan evaluasi
pengolahan limbah dan sampah.
13. Dokumen hasil kajian aspek Kesehatan lingkungan pada
rancangan dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan.
14. Laporan hasil bimbingan teknis dan supervise dalam
penyusunan rekomendasi rencana tindak lanjut pada
rancangan dokumen pemantauan dan pengelolaan
lingkungan.
15. Dokumen rancangan kebijakan teknis pengendalian
faktor risiko lingkungan vector dan binatang pembawa
penyakit pada program peningkatan kesehatan
lingkungan.
16. Laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra.

39
17. Laporan hasil bimbingan teknis dan supervise
pelaksanaan program peningkatan Kesehatan
lingkungan pada kondisi matra.
18. Laporan hasil bimbingan teknis dan supervise
pelaksanaan program peningkatan Kesehatan
lingkungan pada kondisi dampak perubahan iklim dan
ancaman global.
19. Dokumen rencana tahunan dan rencana strategis
program peningkatan Kesehatan lingkungan.
20. Laporan hasil penyusunan program peningkatan
kesehatan lingkungan pada kondisi matra, dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
21. Dokumen draft lanjutan rancangan kebijakan teknis.
22. Laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra,
dampak perubahan iklim dan ancaman global.
23. Dokumen hasil pengembangan inovasi dan model
peningkatan program Kesehatan lingkungan.
24. Laporan hasil bimbingan teknis penerapan kebijakan
eknis program kesehatan lingkungan.

D. Hasil Kerja Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli


Utama, meliputi
1. Laporan hasil diseminasi informasi hasil kajian strategis
program kesehatan lingkungan.
2. Dokumen bahan pertimbangan aspek Kesehatan
lingkungan dalam penyusunan rencana pembangunan
jangka panjang pembangunan bidang Kesehatan.
40
3. Laporan hasil advokasi strategis dalam pengembangan
pemberdayaan masyarakat pada program kesehatan
lingkungan.
4. Dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut
berdasarkan analisis lingkungan strategis kesehatan
lingkungan dalam pembangunan Kesehatan.
5. Dokumen rancang bangun model TTG dan rekayasa
lingkungan dalam rangka penyehatan, pengamanan,
dan pengendalian media lingkungan.
6. Dokumen rencana strategis dan/atau rencana aksi
program peningkatan Kesehatan lingkungan dalam
pembangunan Kesehatan.
7. Rekomendasi pembinaan teknis dan evaluasi.
8. Dokumen bahan harmonisasi dalam penetapan
pengaturan pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi.
9. Laporan hasil advokasi kondisi lingkungan strategis
aspek kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
10. Dokumen bahan koordinasi, jejaring kerja, dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra.
11. Dokumen bahan koordinasi, jejaring kerja dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
perubahan iklim dan ancaman global.
12. Dokumen rekomendasi hasil harmonisasi Rancangan
final regulasi bidang Kesehatan lingkungan.

41
13. Dokumen rekomendasi review dan penyusunan
kebijakan teknis dalam pengaturan kesehatan
lingkungan dalam pembangunan Kesehatan.
14. Laporan hasil advokasi kondisi lingkungan strategis
aspek kesehatan lingkungan pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
15. Dokumen rekomendasi model pendekatan, inovasi, dan
alternatif solusi pengembangan kesehatan lingkungan
16. Laporan hasil kajian strategis pemetaan potensi risiko
kesehatan lingkungan pada skala nasional, regional,
dan global.
17. Dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut kajian
strategis potensi risiko Kesehatan lingkungan dalam
pembangunan kesehatan.
18. Dokumen hasil kajian pengorganisasian kesehatan
lingkungan dalam organisasi dan tata kerja kementerian
kesehatan.

SEKARANG SAYA TAHU

1. Uraian kegiatan tugas jabatan fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan disesuaikan pada kategori dan jenjang masing-
masing

2. Saya bisa menjelaskan hasil kerja dan standar kualitas serta


definisi operasional dari butir-butir kegiatan jabatan fungsional
tenaga sanitasi lingkungan.
42
Selamat

Anda sudah dapat menyelesaikan pembelajaran mandiri


untuk mata
pelatihan inti 2 ini dengan baik.
Silahkan lanjutkan ke pembelajaran berikutnya dengan tetap
semangat. Jangan lupa selesaikan dulu learning journal dan
tugas (jika ada) dan jawab test akhir mata pelatihan ini.
Anda pasti bisa!

43
REFERENSI

1. Permenpan RB Nomor 71 Tahun 2021 tentang Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

44
DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...…………… ii

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1

Deskripsi Singkat …………………..….………… 2

Tujuan Pembelajaran ……..…...…….…………. 4

Materi Pokok …………………....……….………. 5

B. Kegiatan Belajar ………………………………………. 6

Materi Pokok 1 …………………….…………….. 7

Materi Pokok 2 ……………………..……………. 14

Materi Pokok 3 ……………………..……………. 17

Referensi ………………………………………………….. 27

ii
A Tentang Modul Ini

1
DESKRIPSI SINGKAT

Profesionalisme Tenaga Sanitasi Lingkungan ditunjukkan


dengan perilaku Tenaga Sanitasi Lingkungan yang memberikan
pelayanan kesehatan berdasarkan standar pelayanan, mandiri,
bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta senantiasa
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di era globalisasi peran tenaga Tenaga Sanitasi Lingkungan
sangat dituntut untuk lebih profesional karena harus mampu
bersaing dengan profesi tenaga sanitasi dari negara lain. Di pihak
lain di dalam negeri, Tenaga Sanitasi Lingkungan masih dihadapkan
dengan berbagai permasalahan kesehatan lingkungan yang
kompleks sehingga mereka dituntut bekerja lebih profesional.
Dengan keterbatasan sarana peralatan di lapangan, membuat
Tenaga Sanitasi Lingkungan bekerja tidak secara optimal. Di
samping itu, dalam pelaksanaannya, Tenaga Sanitasi Lingkungan
harus bekerja sama dengan berbagai profesi, yang memerlukan
pemahaman bersama.
Perkembangan ilmu dan teknologi informasi sangat
berpengaruh pada pelaksanaan program kesehatan lingkungan.
Masyarakat dengan mudah mendapatkan ilmu pengetahuan dan
menuntut haknya tanpa mengindahkan kewajibannya dikarenakan
peraturan yang belum mereka pahami. Alhasil terjadi permasalahan
di mana Tenaga Sanitasi Lingkungan melakukan tugasnya sesuai
standar pelayanan yang telah ditetapkan pada profesi Tenaga
Sanitasi Lingkungan, namun akan berbenturan dengan kekuatan
2
yang ada di masyarakat. Dengan melihat permasalahan kesehatan
lingkungan yang sangat kompleks, sarana fasilitas yang terbatas,
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, tuntutan
masyarakat yang tinggi, perlindungan hukum terhadap Tenaga
Sanitasi Lingkungan terbatas, maka perlu adanya suatu pedoman
yang dapat digunakan bagi para Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga aman dalam melaksanakan
tugas dan masyarakat pun aman.
Pedoman etika dan kedisiplinan profesi tenaga sanitasi
lingkungan disusun untuk digunakan sebagai acuan Tenaga
Sanitasi Lingkungan dalam melaksanakan tugasnya, yang
mencakup hal-hal yang boleh dan yang tidak, sebagai rambu-rambu
mereka dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Dengan
demikian, seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan akan aman dalam
melaksanakan tugasnya dan masyarakat pun akan terlindungi
karena mendapat pelayanan Tenaga Sanitasi Lingkungan yang
profesional.

3
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu menerapkan


kode etik profesi tenaga sanitasi lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu: a)


menjelaskan aspek etik dan disiplin dalam Tenaga Sanitasi
Lingkungan; b) menjelaskan aspek legal dalam profesi Tenaga
Sanitasi Lingkungan; c) menerapkan kode etik profesi tenaga
sanitasi lingkungan.

4
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Aspek Etik dan Disiplin dalam Profesi Tenaga Sanitasi


Lingkungan

2. Aspek Legal dalam Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan

3. Penerapan Kode Etik Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan

5
B Kegiatan Belajar

6
MATERI POKOK 1

Pendahuluan

Pedoman etik dan disiplin dapat digunakan sebagai acuan bagi


Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam bersikap dan berperilaku yang
menunjukkan kesediaan dan kesanggupannya secara sadar untuk
mentaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam
organisasi profesi, serta menjadi pedoman bagi Tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam melaksanakan praktik profesi. Materi Aspek Etik
dan Disiplin dalam Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan mencakup
dasar-dasar etika yang meliputi batasan-batasan mengenai moral,
etika, etiket, disiplin dan hukum, etika dan budaya, etika dan agama,
etika lingkungan, kegunaan dan tanggung jawab etik, pengertian
profesi dan profesionalisme kesehatan lingkungan, kriteria profesi,
kegunaan dan tanggung jawab profesi, dan profesionalisme
kesehatan lingkungan. profesi kesehatan lingkungan yang
mencakup: sejarah, organisasi, standar kompetensi (peran, fungsi
dan kompetensi), standar pelayanan dan standar pendidikan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan


aspek etik dan disiplin dalam Tenaga Sanitasi Lingkungan.

7
Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 1:

A. Etika dan Etiket

B. Disiplin dan Hukum

C. Pengertian Profesi dan Profesional Tenaga Sanitasi


Lingkungan

8
Uraian Materi Pokok 1

Anda pasti sering mendengar istilah Etika. Apakah Etika sama


dengan Etiket? Apa yang Anda ketahui tentang Disiplin dan
Hukum? Apa yang Anda ketahui terkait Profesi dan
Profesional Tenaga Sanitasi Lingkungan? Pelajarilah materi
berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi ya!

A. Etika dan Etiket

Etiket berasal dari kata Etiquette (Perancis) yang berarti


berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti
cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara
berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta perilaku yang
penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.
Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian,
yaitu merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik dalam
pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain mengatakan
bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh
masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam
bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan
menyenangkan. Etiket adalah ajaran sopan santun, tata karma
dalam pergaulan formal yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain.
Persamaan etika dan etiket, yaitu keduanya mengatur
perilaku manusia secara normative, artinya memberi norma bagi

9
perilaku manusia terkait apa yag harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua
istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan etika dan etiket, yaitu Etika tidak terbatas pada
cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika selalu
berlaku walaupun tidak ada orang lain. Etika jauh lebih absolut.
Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan
prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar. Etiket menyangkut
cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang
tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah
kalangan tertentu. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etiket
bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah
kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.

Anda telah mempelajari terkait Etika dan Etiket. Materi


selanjutnya akan membahas tentang Displin dan Hukum.
Silahkan Anda pelajari materi berikutnya. Selamat belajar!

10
B. Disiplin dan hukum

Menurut Atmosudirjo 2000, disiplin adalah sebagai bentuk


ketaatan dan pengendalian diri erat hubungannya dengan
rasionalisme, sadar, tidak emosional. Pendapat ini
mengilustrasikan bahwa displin sebagai suatu bentuk kepatuhan
terhadap aturan melalui pengendalian diri yang dilakukan melalui
pertimbangan yang rasional. Sedangkan, menurut Depdiknas
(2001), disiplin atau tertib adalah suatu sikap konsisten dalam
melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin sebagai sikap
yang taat terhadap sesuatu aturan yang menjadi kesepakatan atau
telah menjadi ketentuan.
Secara umum, hukum merupakan sebuah peraturan negara
yang dibuat berupa sanksi dan juga norma untuk mengatur tingkah
laku seseorang, serta untuk menjaga ketertiban, dan mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga negara menjadi aman dan
juga tetap damai. Selain itu, hukum juga biasanya disebut sebagai
peraturan yang ditetapkan secara tertulis dan tidak tertulis untuk
mengatur masyarakat dengan menetapkan sanksi kepada yang
melanggar. Hal ini dilakukan untuk menegakkan keadilan dengan
membela pihak yang merasa telah dirugikan karena kejadian yang
dibuat oleh tersangka yang menimpanya.

Anda telah mempelajari terkait Disiplin dan Hukum. Materi


selanjutnya akan membahas tentang Profesi dan Profesional
Tenaga Sanitasi Lingkungan. Silahkan Anda pelajari materi
berikutnya. Selamat belajar!

11
C. Pengertian Profesi dan Profesional Tenaga Sanitasi
Lingkungan

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai


dua pengertian yaitu janji/ ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat
dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan
“siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan
suatu keahlian tertentu. Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang
diinginkan atau dicita-citakan secara khusus bertumpu pada
landasan intelektual yang dalam mencapainya memerlukan
pendidikan dan latihan khusus, memerlukan tolak ukur, persyaratan
khusus dan kode etik oleh suatu badan serta dapat diterapkan pada
masyarakat untuk memecahkan masalah. Sedangkan dalam arti
sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya palaksanaan
norma-norma sosial dengan baik. Suatu profesi bukan bermaksud
untuk mencari keuntungan dalam arti psikis, tetapi untuk
pengabdian pada masyarakat. Ini berarti, bahwa profesi tidak boleh
sampai merugikan, merusak, atau menimbulkan malapetaka bagi
orang lain dan bagi masyarakat. Sebaliknya, profesi itu harus
berusaha menimbulkan keberuntungan dan kesempurnaan serta
kesejahteraan bagi masyarakat.
Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan
atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan
yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau
performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya.
“Professional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan

12
tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan “professional”
ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun
informal. Kata profesional berasal dari profesi yang artinya menurut
Syafruddin Nurdin diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
memerlukan pendidikan lanjut di dalam sains dan teknologi yang
digunakan sebagai prangkat dasar untuk diimplementasikan dalam
berbagai kegiatan yang bermanfaat.

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1. Bagaimana


dengan materinya? Menarik bukan? Seorang Tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam bersikap dan berperilaku yang
menunjukkan kesediaan dan kesanggupannya secara sadar
untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku
dalam melaksanakan praktik profesi. Yuk istirahat sejenak
untuk memulihkan konsentrasi, kemudian Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar 2 ya!

13
MATERI POKOK 2

Pendahuluan

Dalam pelaksanaannya, Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan


merujuk pada beberapa aspek legal mengenai pemahaman secara
komprehensif tentang hukum administratif dan legislatif dan yudisial
yang mempengaruhi Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan


aspek legal dalam profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan.

14
Uraian Materi Pokok 2

Anda pasti sering mendengar istilah Legal. Apakah aspek


legal dalam profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan? Pelajarilah
materi berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi ya!

Dalam pelaksanaannya, Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan


mengacu kepada aspek legal berikut ini:

1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 tahun 2015 tentang
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 07 tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021 tentang
Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 71 Tahun 2021 tentang Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan;
8. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 232 Tahun 2020
tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

15
Indonesia Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas
Sosial Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia Bidang
Sanitasi Lingkungan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/4788/2021 tentang Standar Profesi Tenaga
Sanitasi Lingkungan; dan
10. AD ART Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
Tahun 2019

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 2. Aspek


legal sebagai acuan bagi Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam
melaksanakan praktik profesi sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan
termasuk hak dan kewajibannya. Yuk istirahat sejenak untuk
memulihkan konsentrasi, kemudian Anda dapat melanjutkan
kegiatan belajar 3 ya!

16
MATERI POKOK 3

Pendahuluan

Dalam pelaksanaannya, Kode Etik Profesi Tenaga Sanitasi


Lingkungan juga mencakup Kewajiban kepada Negara, Kewajiban
Umum, Kewajiban terhadap klien / masyarakat, Kewajiban terhadap
Organisasi Profesi, Kewajiban terhadap tugas, Kewajiban terhadap
teman seprofesi, Kewajiban terhadap mitra kerja, Disiplin dan
Penetapan Pelanggaran.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menerapkan


kode etik profesi tenaga sanitasi lingkungan.

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 3:

A. Kewajiban Tenaga Sanitasi Lingkungan

B. Ketentuan Pelanggaran

C. Pemberian Penghargaan dan Sanksi

17
Uraian Materi Pokok 3

Apa yang Anda ketahui tentang Kewajiban Tenaga Sanitasi


Lingkungan? Ketentuan pelanggaran, pemberian
penghargaan dan sanksi apa saja yang diterapkan dalam
Kode Etik Tenaga Sanitasi Lingkungan? Pelajarilah materi
berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi ya!

A. Kewajiban Tenaga Sanitasi Lingkungan


1. Kewajiban Kepada Negara
Kewajiban Tenaga Sanitasi Lingkungan kepada negara
adalah melaksanakan ketentuan yang merupakan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang
kesehatan, berupa:
a. Tenaga sanitasi lingkungan juga berperan secara aktif
dalam pembangunan kesehatan dengan
menyumbangkan tenaga dan pikiran;
b. Memberikan pelayanan kesehatan lingkungan kepada
masyarakat sesuai dengan kompetensi dan landasan
profesi kesehatan lingkungan;
c. Berperan aktif dalam memelihara, meningkatkan dan
menjaga kualitas lingkungan hidup yang berkait erat
dengan derajat kesehatan masyarakat; dan
d. Selalu menjaga rahasia negara kecuali atas permintaan
Pengadilan sebagai kesaksian.

18
2. Kewajiban Umum
Kode Etik yang merupakan kewajiban umum dari seorang
Tenaga sanitasi lingkungan, paling sedikit meliputi:
a. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus menjunjung
tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi
dengan sebaik-baiknya;
b. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi;
c. Dalam melakukan pekerjaan atau praktik profesi sanitasi,
seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan tidak boleh
dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi;
d. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus
menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri sendiri;
e. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan senantiasa berhati-
hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau
cara baru yang belum teruji efektivitasnya dan hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat;
f. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan hanya memberi
saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses
analisis secara komprehensif;
g. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam
menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi
kesehatan dan keselamatan manusia, serta kelestarian
lingkungan;
19
h. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus bersikap
jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat
dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk
mengingatkan teman seprofesinya yang memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau kebohongan dalam menangani
masalah klien atau masyarakat;
i. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus
menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak
teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat;
j. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang Tenaga
Sanitasi Lingkungan harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek
kesehatan lingkungan secara menyeluruh, baik fisik,
biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik
dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya; dan
k. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam bekerja
sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling
menghormati.

3. Kewajiban Terhadap Klien/Masyarakat


Kode Etik yang merupakan kewajiban kepada
masyarakat/klien dari seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan
paling sedikit meliputi:
a. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib bersikap tulus
ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
20
keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah
klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau penyelesaian
masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerja sama dan
atau merujuk pekerjaan tersebut kepada Tenaga Sanitasi
Lingkungan lain yang mempunyai keahlian dalam
penyelesaian masalah tersebut;
b. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib melaksanakan
profesinya secara bertanggung jawab;
c. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib melakukan
penyelesaian masalah sanitasi secara paripurna;
d. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib memberikan
informasi kepada kliennya atas pelayanan yang
diberikannya; dan
e. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib mendapatkan
perlindungan atas praktik pemberian pelayanan.

4. Kewajiban Terhadap Organisasi Profesi


Kode Etik yang merupakan kewajiban kepada Organisasi
Profesi dari seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan paling
sedikit meliputi:
a) Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus
menjaga nama baik dan menjunjung tinggi
organisasi profesi dengan menampilkan kepribadian
yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu pada masyarakat/pelanggan;
b) Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus
senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
21
kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
c) Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan senantiasa
berperan serta dan melakukan kegiatan penelitian
dan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu
profesi dan organisasi profesi.

5. Kewajiban Terhadap Tugas


Kode etik yang merupakan kewajiban terhadap tugas dari
seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan paling sedikit meliputi:
a. Seorang Tenaga sanitasi lingkungan wajib memelihara
mutu pelayanan kesehatan yang tinggi disertai dengan
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan Kesehatan Lingkungan sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat;
b. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;
c. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan tidak akan
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan
norma-norma kemanusiaan;
d. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
22
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama
yang dianut, dan kedudukan sosial;
e. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus
mengutamakan perlindungan dan keselamatan
masyarakat dalam melaksanakan tugasnya serta matang
dalam mempertimbangkan kemampuan menerima atau
memberikan tanggung jawab yang ada hubungannya
dengan sanitasi; dan
f. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan wajib menjaga
rahasia hasil pemeriksaan sanitasi lingkungan kecuali
atas permintaan yang berkepentingan dan pihak
pengadilan sebagai materi kesaksian.

6. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi


Kode Etik yang merupakan kewajiban kepada teman
seprofesi dari seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan paling
sedikit meliputi:
a. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan memperlakukan
teman seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian
masalah;
b. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan tidak boleh saling
mengambil alih pekerjaan dari teman seprofesi, kecuali
dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang
ada; dan
c. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan menjalin hubungan
yang serasi saling asah asih dan asuh antara lain dalam
pembinaan karier/ jabatan agar terjadi jalinan yang
berkelanjutan keprofesian bidang sanitasi lingkungan.
23
7. Kewajiban Terhadap Mitra Kerja
Kode Etik yang merupakan kewajiban kepada mitra kerja dari
seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan paling sedikit meliputi:
a. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam melakukan
tugas dan fungsinya harus dapat bekerjasama dalam
tim yang solid; dan
b. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan mengakomodir
berbagai disiplin profesi.

B. Ketentuan Pelanggaran
1. Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam menjalankan profesinya
berkewajiban untuk menunjukkan secara akurat kualifikasi
dan kepercayaan profesionalismenya yang dimilikinya dan
masih berlakunya sertifikat profesi.
2. Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam melakukan praktik profesi
sanitasi akan mendapat sanksi disiplin apabila:
a. Terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak
pada kegiatan praktiknya.
b. Diputuskan oleh Komisi Etik Profesi dan pengadilan
apabila terlibat tindak pidana.
c. Mendapat gangguan emosi dan mental yang
mempengaruhi praktik pelayanannya yang dapat
membahayakan klien / masyarakat.
d. Pelanggaran disiplin dapat berupa disiplin ringan, sedang
dan berat.
3. Tenaga Sanitasi Lingkungan berkewajiban untuk mendukung
dan menunjukkan standar kualitas yang tinggi dalam
menjalankan praktik profesionalnya dan tidak perbolehkan
24
meninggalkan tanggung jawab dalam melindungi klien
masyarakat dan profesinya dalam menerapkan kode etik,
serta selalu melaporkan jika menemui hal-hal yang
bertentangan dengan kode etik melalui organisasi profesi.

C. Pemberian Penghargaan dan Sanksi


1. Reward (Hak dan imbalan/ penghargaan)
a. Bagi Tenaga Sanitasi Lingkungan yang berjasa dalam
bidang kesehatan lingkungan akan diberikan reward
dapat berupa sertifikat dari Hakli atau dalam bentuk
lainnya.
b. Tenaga Sanitasi Lingkungan yang telah bekerja sesuai
dengan ketentuan namun mendapat sanksi hukum maka
akan diberi bantuan hokum.
2. Punishment (hukuman)
a. Tenaga Sanitasi Lingkungan yang sering membuat
problem yang berkaitan dengan keprofesiannya di tempat
kerja atau masyarakat maka akan ditinjau ulang
keanggotaannya setelah dilakukan pembinaan terlebih
dahulu.
b. Tenaga Sanitasi Lingkungan yang melakukan
pelanggaran disiplin baik ringan, sedang dan berat
(diputuskan oleh Komisi Etik Profesi) akan mendapatkan
sanksi disiplin sesuai dengan jenis pelanggarannya, dan
apabila berkaitan dengan pelanggaran pidana atau
perdata akan dilanjutkan ke pengadilan.
c. Sanksi disiplin bisa berupa tegoran lisan, tertulis maupun
sanksi berat lainnya.
25
SEKARANG SAYA TAHU

A. Etika dan etiket sama-sama mengatur perilaku manusia


secara normatif. Etika memberi norma tentang perilaku itu
sendiri (prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar),
sementara etiket bersifat relatif (yang dianggap tidak sopan
dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan
dalam kebudayaan lain). Displin dan hukum berkaitan, di
mana hukum dibuat untuk ditaati secara disiplin. Perbedaan
profesi dan profesional ada pada profesi adalah suatu jenis
pekerjaan yang dalam mencapainya memerlukan pendidikan
dan latihan khusus, sementara profesional mempunyai
makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan
profesinya.
B. Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan merujuk pada beberapa
aspek legal, seperti Undang-Undang, Peraturan Menteri
Kesehatan, Keputusan Menteri Ketenagakerjaan, Keputusan
Menteri Kesehatan terkait Kesehatan, Tenaga Kesehatan,
Kesehatan/ Sanitasi Lingkungan, serta AD ART Himpunan
Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia Tahun 2019.
C. Implementasi Kode Etik Profesi Tenaga Sanitasi Lingkungan
terdiri dari Kewajiban Tenaga Sanitasi Lingkungan,
Ketentuan Pelanggaran, dan Pemberian Penghargaan dan
Sanksi.
26
REFERENSI

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/4788/2021 tentang Standar Profesi
Tenaga Sanitasi Lingkungan.
2. AD ART Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
Tahun 2019.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 tahun 2015 tentang
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 07 tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
5. Sinaga, Anita Niru. 2020. Kode Etik sebagai Pedoman
Pelaksanaan Profesi Hukum yang Baik. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma, Volume 10 No. 2.
6. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan, Etika Profesi, Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, Edisi
tahun 2017.

27
i
DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...…………… i

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1

Deskripsi Singkat …………………..….………… 2

Tujuan Pembelajaran ……..…...…….…………. 3

Materi Pokok …………………....……….………. 4

B. Kegiatan Belajar ………………………………………. 5

Materi Pokok 1 …………………….…………….. 6

Materi Pokok 2 ……………………..……………. 17

Materi Pokok 3 ……………………..……………. 35

Referensi ………………………………………………….. 52

i
A Tentang Modul Ini

1
DESKRIPSI SINGKAT

aianPenilaian Kinerja Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi

Lingkungan (JF TSL) ditentukan oleh banyaknya angka kredit yang


dapat dikumpulkan, namun demikian didalam pelaksanaan masih
banyak permasalahan yang muncul terkait dengan perhitungan
angka kredit sehingga menyebabkan terhambatnya seseorang
untuk kenaikan golongan/ jabatan. Hal ini mungkin terjadi karena
belum semua Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan (JF
TSL) maupun Tim Penilai paham dan mengerti terkait teknis
perhitungan dan mekanisme pengajuan angka kredit yang
sebenarnya.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, maka


dalam modul Jabatan Fungsional TSL ini akan dibahas materi
Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK).

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu membuat


daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu


1. Menjelaskan konsep DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan
2. Mengidentifikasi bukti fisik Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan
3. Menyusun DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan

3
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


1. Konsep DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan
2. Bukti fisik Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
3. Penyusunan DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan

4
B Kegiatan Belajar

5
MATERI POKOK 1

Pendahuluan

Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya disingkat


DUPAK adalah formulir yang berisi keterangan perorangan Tenaga
Sanitasi Lingkungandan butir kegiatan yang dinilai dan harus diisi
oleh Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam rangka penetapan angka
kredit.
Mata pelatihan ini membahas tentang konsep DUPAK, identifikasi
bukti fisik Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, serta
penyusunan DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan


konsep DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 1:
A. Pengertian DUPAK Mekanisme pengajuan DUPAK
B. Alur Pengusulan PAK

6
Materi Pokok 1 :
Konsep DUPAK Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan

Sebelum Anda mempelajari mengenai hal-hal penting dalam


DUPAK, apa yang anda ketahui tentang daftar usulan
penetapan angka kredit (DUPAK)?

Nah.. jika Anda ingin lebih paham, kita pelajari bersama di


materi pokok 1 ini.

A. Pengertian DUPAK Mekanisme pengajuan DUPAK


Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya
disingkat DUPAK adalah kegiatan/upaya pengusulan penetapan
hasil penilaian yang diberikan berdasarkan Angka Kredit untuk
pengangkatan atau kenaikan pangkat dan/atau jabatan dalam
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengajuan DUPAK
adalah :
• Pengumpulan angka kredit dari unsur utama minimal 80%
dari total jumlah angka kredit kumulatif yang harus
dikumpulkan untuk naik ke jabatan setingkat diatasnya, dan
angka kredit dari unsur penunjang maksimal 20 % dari total
jumlah angka kredit yang harus dikumpulkan untuk naik ke
jabatan setingkat diatasnya.
• Telah memenuhi jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk
kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi

7
• Diterima sesuai jadwal yang ditetapkan, selambat-lambatnya
3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat. Kenaikan
pangkat periode April angka kredit ditetapkan selambat-
lambatnya pada bulan Januari tahun yang bersangkutan,
kenaikan pangkat periode Oktober angka kredit ditetapkan
selambat-lambatnya pada bulan Juli.
• Dilengkapi bukti fisik antara lain: Fotokopi Ijazah, STTPL,
Surat Pernyataan melakukan pelayanan, pengabdian
masyarakat/pengembangan penyuluhan kesehatan
masyarakat, pengembangan profesi, kegiatan penunjang
• DUPAK yang lengkap diserahkan kepada Ketua Tim Penilai
yang akan membagi tugas kepada anggota tim.

B. Alur Pengusulan PAK


Pengusulan PAK ada beberapa proses yaitu :
1. Pengusulan PAK dan SK Fungsional TSL Tingkat Dinas
Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota.

ALUR PENGUSULAN PAK dan SK FUNGSIONAL TSL


YANG PBAKnya TINGKAT DINAS KESEHATAN

PROPINSI/KAB/KOTA

8
Langkah-langkah:
1) DUPAK diusulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat
Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan Februari/ Agustus.
2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/
Kota memverifikasi, mengecek kelengkapan dokumen dan
melakukan persiapan sidang Tim Penilai selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Februari/ Agustus.
3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota
menyelesaikan penilaian PAK selambat-lambatnya akhir
bulan Februari/ Agustus.
4) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/
Kota menyelesaikan SK PAK dan mengusulkan pembuatan
SK Jabatan Fungsional ke Biro. Kepegawaian/ Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) selambat-lambatnya tanggal
10 bulan Maret/ September
5) Biro. Kepegawaian/ Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
menyelesaikan SK Jabatan Fungsional dan telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Maret/ September.
6) Usul Kenaikan Pangkat ke Biro. Kepegawaian/ Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Selambat-lambatnya akhir
Maret/ September.
7) Apabila DUPAK masuk ke Sekretariat Tim Penilai Dinas
Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota telah melampaui tanggal 20
Pebruari/Agustus maka DUPAK akan diproses untuk
Periode berikutnya.

9
2. Pengusulan PAK dan SK Fungsional TSL yang PBAK-nya di
Kementerian Kesehatan sebagai Tim Pembina Fungsional
TSL Jenjang Madya keatas atau UPT di Daerah

ALUR PENGUSULAN PAK DAN SK FUNGSIONAL TSL


YANG PBAK-NYA DI KEMENTERIAN KESEHATAN
SEBAGAI TIM PEMBINA FUNGSIONAL TSL JENJANG
MADYA KEATAS ATAU UPT DI DAERAH

Langkah-langkah:
1) DUPAK di usulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat
Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan Pebruari/ Agustus
2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/
Kota memverifikasi, mengecek kelengkapan dokumen
dan melakukan persiapan sidang Tim Penilai selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Pebruari/ Agustus.
3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota
Meneruskan DUPAK ke Sekretariat Tim Pusat selambat-
lambatnya akhir bulan Februari/ Agustus.

10
4) Sekretariat Tim Pusat memverifikasi, mengecek
kelengkapan dokumen DUPAK dan melakukan Persiapan
sidang Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
Maret/ September.
5) Tim Penilai Pusat melakukan Penilaian DUPAK dan telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Maret/ September.
6) Sekretariat Tim Pusat mengirim PAK yang telah selesai
ke Biro. Kepegawaian/ Badan Kepegawaian Daerah
(BKD) selambat-lambatnya akhir Maret/ September untuk
dibuatkan SK Fungsional TSL dan proses Kenaikan
Pangkat (KP).
7) Apabila DUPAK masuk ke Sekretariat Tim Pusat telah
melampaui bulan Pebruari/ Agustus maka DUPAK akan
diproses untuk Periode berikutnya.

3. Pengusulan PAK & SK Fungsional TSL yang PBAK-nya di


UPT Kementerian Kesehatan

ALUR PENGUSULAN PAK & SK FUNGSIONAL TSL YANG


PBAK-NYA DI UPT KEMENTERIAN KESEHATAN

11
4. Pengusulan PAK dan SK Fungsional TSL yang PBAK-nya di
Unit Utama

ALUR PENGUSULAN PAK DAN SK FUNGSIONAL TSL


YANG PBAK-NYA DI UNIT UTAMA

Batas waktu penyelesaian DUPAK dan SK fungsional TSL


yang PBAKnya di Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan (Sekjen Kemenkes)
Alokasi Waktu
1) DUPAK diusulkan oleh Pimpinan Unit Pelayanan ke
Sekretariat Tim Penilai Unit Pelayanan Teknis (STP
UPT) paling lambat tanggal 10 bulan Pebruari/ Agustus
2) STP UPT meneruskan DUPAK ke STP Unit Utama
paling lambat tanggal 20 bulan Pebruari/ Agustus
3) STP Unit Utama meneruskan DUPAK ke STP Setjen
paling lambat akhir bulan Pebruari/ Agustus
4) STP Setjen menyelesaikan SK PAK dan sudah di
tandatangani oleh PBAK selambat-lambatnya tanggal 10
Maret

12
5. Pengusulan PAK dan SK Fungsional TSL yang PBAK-nya di
Unit Pembina Fungsional TSL

ALUR PENGUSULAN PAK DAN SK FUNGSIONAL TSL


YANG PBAK-NYA DI UNIT PEMBINA FUNGSIONAL TSL

Langkah-langkah :
1) Dupak di usulkan oleh Pejabat Pengusul ke Tim. UPT
paling lambat tanggal 10 bulan Februari/ Agustus
2) STP UPT meneruskan DUPAK ke STP Unit Utama paling
lambat tanggal 20 bulan Februari/ Agustus.
3) STP Unit Utama meneruskan DUPAK ke STP Unit
Pembina Jabfung paling lambat tanggal akhir Februari/
Agustus.
4) STP Unit Pembina menyelesaikan SK PAK dan sudah di
tandatangani oleh PBAK selambat-lambatnya tanggal 10
Maret/ September, sekaligus mengusulkan pembuatan SK
Fungsional TSL ke Biro Kepegawaian.

13
5) Biro Kepegawaian menyelesaikan SK Jabatan Fungsional
paling lambat 20 bulan Maret/ September.

Prosedur Pengusulan dan Penetapan Angka Kredit Tenaga


Sanitasi Lingkungan
1. Pengusulan penetapan angka kredit Tenaga Sanitasi
Lingkungan Ahli Madya dilingkungan Instansi pemeritah
diajukan oleh pimpinan masing-masing satuan kerja kepada
pejabat pimpinan tinggi pratama yang menyelenggarakan
tugas dibidang pembinaan jabatan fungsional kesehatan
untuk dinilai dan diusulkan lebih lanjut kepada Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya yang menyelenggarakan tugas di
bidang pembinaan jabatan fungsional kesehatan.
2. Pengusulan penetapan angka kredit Tenaga Sanitasi
Lingkungan Ahli Muda, dan Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Pertama di lingkungan Instansi Pemerintah diajukan oleh
Pimpinan Satuan Kerja atau Pejabat lain yang membidangi
kepegawaian atau Pejabat yang ditunjuk paling rendah
Pejabat Administrator kepada Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama yang membidangi kesekretariatan, atau Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama yang ditunjuk pada Instansi
Pemerintahan.
3. Pengusulan penetapan angka kredit Tenaga Sanitasi
Lingkungan Kategori Keterampilan di lingkungan Instansi
Pemerintah diajukan oleh Pimpinan Satuan Kerja atau
Pejabat lain yang membidangi kepegawaian atau Pejabat
yang ditunjuk paling rendah Pejabat Pengawas kepada

14
Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang ditunjuk pada Instansi
Pemerintahan.

Penilaian Angka Kredit


1. Penilaian angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan
Tenaga Sanitasi Lingkungan pada instansi pusat
Kementerian Kesehatan dilaksanakan oleh tim penilai angka
kredit pusat.
2. Penilaian angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan
Tenaga Sanitasi Lingkungan pada unit kerja Kementerian
Kesehatan dilaksanakan oleh tim penilai angka kredit unit
kerja.
3. Penilaian angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan
Tenaga Sanitasi Lingkungan pada instansi
kementerian/lembaga Pemerintah nonkementerian selain
Kementerian Kesehatan dilaksanakan oleh tim penilai angka
kredit instansi masing-masing.
4. Penilaian angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan
Tenaga Sanitasi Lingkungan pada satuan kerja/unit
pelaksana teknis daerah provinsi dilaksanakan oleh tim
penilai angka kredit dinas yang membidangi kesehatan di
provinsi masing-masing.
5. Penilaian angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan
Tenaga Sanitasi Lingkungan pada satuan kerja/unit
pelaksana teknis daerah kabupaten/kota dilaksanakan oleh
tim penilai angka kredit dinas yang membidangi kesehatan
di kabupaten/kota masing-masing.

15
6. Apabila dalam satu unit kerja tidak terdapat/belum memiliki
tim penilai Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan,
maka penilaian angka kredit dapat diajukan/dimintakan ke
tim penilai Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
unit kerja lain yang terdekat.

SEKARANG SAYA TAHU

A. DUPAK adalah kegiatan/upaya pengusulan penetapan hasil


penilaian yang diberikan berdasarkan Angka Kredit untuk
pengangkatan atau kenaikan pangkat dan/atau jabatan dalam
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan dan perlu
dikelola dengan baik oleh pemegang Jabatan Fungsional.
B. Pemegang Jabatan Fungsional wajib memahami dan mengikuti
alur pengusulan PAK sesuai sesuai kondisi yang ada. Adapun
tim penilai angka kredit disesuaikan dengan asal instansi
pengusul dan jenjang jabatannya.

16
MATERI POKOK 2

Pendahuluan

Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan


mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 71 Tahun 2021 tentang
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan. Dari butir
kegiatan ini, seyogyanya dihasilkan produk kegiatan yang
didokumentasikan dalam berbagai media.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat mengidentifikasi
bukti fisik Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 2:
A. Hasil Kerja
B. Kualitas Hasil Kerja

17
Materi Pokok 2 :
Bukti Fisik Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

Anda pasti sering mendengar istilah Hasil Kerja seorang


pejabat Tenaga Sanitasi Lingkungan. Apa yang Anda ketahui
tentang Hasil Kerja pejabat Tenaga Sanitasi Lingkungan?
Nah.. dalam Materi Pokok 2 ini, Anda akan mendapatkan
jawabannya, sehingga Anda akan lebih mudah menjalani
tugas harian Anda sebagai seorang Tenaga Sanitasi
Lingkungan. Semangat belajar yaaa…

A. Hasil kerja
Hasil Kerja adalah unsur kegiatan utama yang harus dicapai
oleh Tenaga Sanitasi Lingkungan sebagai prasyarat menduduki
setiap jenjang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
(JF TSL).

1. Hasil Kerja tugas JF TSL Kategori Keterampilan


a) Tenaga Sanitasi Lingkungan Terampil, meliputi:
1) laporan hasil pengumpulan data kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
2) laporan hasil penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium media lingkungan (air/ udara/ tanah/
pangan/ sarana dan bangunan) dengan pengukuran di
lapangan;

18
3) laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel
media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana
dan bangunan) untuk rujukan uji laboratorium;
4) laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan di lapangan
dan tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
5) laporan hasil penyiapan bahan materi komunikasi,
edukasi, dan penyampaian informasi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
6) laporan hasil peningkatan kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan)
dengan berbagai metode atau teknologi;
7) laporan hasil identifikasi faktor risiko, limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
8) laporan hasil pengumpulan data pengelolaan, limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
9) laporan hasil penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium pengelolaan, limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi;
10) laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel,
limbah untuk rujukan uji laboratorium;
11) laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan laboratorium
lapangan dan tabulasi hasil pengiriman sampel
rujukan, limbah;
12) laporan hasil identifikasi faktor risiko lingkungan vektor
dan binatang pembawa penyakit;

19
b) Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir, meliputi:
1) laporan hasil pengolahan data kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
2) laporan hasil analisis data kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
3) laporan hasil penyiapan alat, bahan, dan pengambilan
sampel spesimen/biomarker;
4) laporan hasil identifikasi parameter media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan)
dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan;
5) laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
6) dokumen hasil penyusunan instrumen monitoring,
evaluasi, dan pembinaan teknispelaksanaan
penyehatan media lingkungan (air/ udara/ tanah/
pangan/ sarana dan bangunan);
7) laporan hasil pendampingan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka penyehatan media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan), pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi serta pengendalian
faktor risiko lingkungan vektor dan binatang pembawa
penyakit;
8) laporan hasil analisis data pengelolaan, limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
9) laporan hasil evaluasi pengelolaan, limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;

20
10) laporan hasil identifikasi kepadatan vektor dan
binatang pembawa penyakit

c) Tenaga Sanitasi Lingkungan Penyelia, meliputi:


1) dokumen bahan diseminasi informasi hasil
pelaksanaan surveilans kualitas media lingkungan (air/
udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
2) dokumen hasil penyiapan bahan rekomendasi
pengambilan keputusan hasil penyehatan kualitas
media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana
dan bangunan);
3) laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
4) laporan hasil uji coba, implementasi teknologi tepat
guna (TTG) dan/atau rekayasa lingkungan;
5) laporan hasil penilaian kelayakan dan implementasi
teknologi tepat guna (TTG) dan/atau rekayasa
lingkungan;
6) laporan hasil uji coba pengembangan metode teknologi
tepat guna (TTG) dan/atau rekayasa lingkungan;
7) laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pengembangan metode teknologi tepat guna
(TTG) dan/atau rekayasa lingkungan;
8) laporan hasil bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
implementasi teknologi tepat guna (TTG) dan/ atau
rekayasa lingkungan dalam rangka penyehatan

21
kualitas media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan bangunan);
9) laporan hasil komunikasi, edukasi dan penyampaian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
10) laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan penyehatan media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
11) laporan hasil bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan perlindungan kesehatan masyarakat;
12) laporan hasil pengawasan pengolahan limbah;
13) dokumen hasil penyiapan bahan rekomendasi
pengambilan keputusan dan diseminasi hasil
pengamanan limbah;
14) laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko dari,
limbah, sampah, zat kimia yang berbahaya, pestisida
dan radiasi;
15) laporan hasil surveilans dan uji laboratorium dalam
rangka pengawasan pengelolaan limbah;
16) laporan hasil komunikasi, edukasi dan pemberian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
17) laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan, pengamanan limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
18) laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko lingkungan
dan kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit.

22
2. Hasil Kerja tugas JF TSL Kategori Keahlian
a) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Pertama, meliputi:
1) laporan hasil identifikasi bahaya parameter media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) dari aspek fisik, kimia dan biologi;
2) peta tematik distribusi frekuensi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) berdasarkan parameter fisik, kimia dan
biologi pada skala wilayah dan/ atau kawasan;
3) laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan) dari
aspek fisik, kimia dan biologi;
4) dokumen hasil rancangan rekomendasi dan rencana
tindak lanjut hasil analisis dan pemetaan kualitas
media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana
dan bangunan);
5) laporan hasil analisis data dan hasil uji laboratorium
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
6) laporan hasil analisis distribusi frekuensi masyarakat
berisiko media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan bangunan);
7) dokumen hasil materi media komunikasi penyebaran
informasi dan edukasi (KIE) kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan),
dalam rangka komunikasi risiko;

23
8) dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi dan edukasi jejaring kerja dan kemitraan
dalam rangka peningkatan kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
9) dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi, edukasi pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan kualitas media lingkungan (air/ udara/
tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
10) laporan hasil identifikasi masalah KIE dan bimbingan
teknis kesehatan lingkungan dalam perlindungan
kesehatan masyarakat;
11) laporan hasil perumusan masalah KIE sebagai bahan
penyusunan rekomendasi hasil pelaksanaan KIE;
12) dokumen rancangan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan dalam rangka kajian dampak lingkungan;
13) laporan hasil identifikasi bahaya parameter limbah dari
aspek fisik, kimia dan biologi;
14) peta tematik hasil analisis data vektor dan binatang
pembawa penyakit pada wilayah dan kawasan;
15) dokumen bahan rekomendasi hasil pemetaan dan
pengamatan faktor risiko lingkungan vektor dan
binatang pembawa penyakit;
16) dokumen hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada kondisi matra;
17) dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra;

24
18) laporan hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada perubahan iklim dan ancaman global;
19) laporan hasil penyelidikan/investigasi Kejadian Luar
Biasa (KLB) penyakit berbasis lingkungan;
20) dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi dampak perubahan iklim dan ancaman global;
21) dokumen hasil studi pustaka sebagai bahan
penyusunan rancangan kebijakan teknis;
22) dokumen bahan dan materi pokok-pokok kegiatan
dalam penyusunan kebijakan teknis;

b) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Muda, meliputi:


1) laporan hasil analisis pajanan kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) terhadap penduduk yang berisiko pada
wilayah dan/atau kawasan;
2) peta tematik penduduk berisiko terhadap kualitas
media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana
dan bangunan) pada wilayah dan/atau kawasan;
3) dokumen rancangan rekomendasi tindak lanjut upaya
penyehatan media lingkungan (air/ udara/ tanah/
pangan/ sarana dan bangunan) dan/atau pengamanan
limbah;
4) dokumen hasil analisis dosis respons, karakteristik
risiko dan dampak pada penduduk berisiko;

25
5) dokumen hasil bahan dan materi rekomendasi tindak
lanjut hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan;
6) laporan bahan dan materi rencana koordinasi dan
jejaring kerja dalam rangka peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan;
7) dokumen hasil kajian dan analisis bahan penyusunan
dan revisi kebijakan teknis penyehatan media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
8) dokumen bahan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan program peningkatan kesehatan
lingkungan;
9) laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis kegiatan penyehatan, pengamanan
dan pengendalian program kesehatan lingkungan;
10) dokumen rancangan proses pengolahan limbah dan
sampah;
11) dokumen upaya monitoring dan pengelolaan
lingkungan ADKL/ARKL;
12) dokumen materi bahan kebijakan teknis, pengamanan
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi;
13) dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut laporan
hasil pengawasan terhadap, ppengamanan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;

26
14) laporan hasil pengawasan terhadap pengamanan,
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi;
15) dokumen hasil penyiapan bahan dan/atau review
kebijakan teknis kesehatan lingkungan pemberdayaan
masyarakat dalam pengendalian faktor risiko
lingkungan vektor dan binatang pembawa penyakit;
16) dokumen bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada kondisi matra;
17) laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) dan potensi risiko pada kondisi matra;
18) dokumen bahan kebijakan teknis kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi matra;
19) laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) dan potensi risiko pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global;
20) laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penyelidikan/investigasi KLB;
21) dokumen bahan rekomendasi rencana tindak lanjut
hasil monitoring dan evaluasi penyelidikan/investigasi
KLB;
22) dokumen bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada dampak perubahan iklim dan ancaman global;
23) dokumen bahan kebijakan teknis kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global;

27
24) laporan hasil kajian dan analisis pendekatan kearifan
lokal dalam program kesehatan lingkungan;

c) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Madya, meliputi:


1) dokumen rekomendasi dan rencana tindak lanjut
dokumen analisis risiko dan/atau dampak kesehatan
lingkungan;
2) dokumen hasil kajian dan review dokumen analisis
risiko dan/ atau dampak kesehatan lingkungan;
3) dokumen rancangan kebijakan teknis pelaksanaan
analisis risiko dan/atau dampak kesehatan lingkungan;
4) laporan bahan koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan
kebijakan teknis analisis risiko dan/atau dampak
kesehatan lingkungan;
5) laporan hasil diseminasi Informasi hasil
pengembangan model dan solusi alternatif dalam
rangka penyehatan, pengamanan dan pengendalian
pada program peningkatan kesehatan lingkungan;
6) dokumen rekomendasi tindak lanjut penerapan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan;
7) dokumen rancangan umpan balik, review dan alternatif
solusi dalam rangka peningkatan program kesehatan
lingkungan;
8) laporan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan;
9) laporan hasil jejaring kerja dan kemitraan dalam
pemberdayaan masyarakat pada program peningkatan
kesehatan lingkungan;

28
10) laporan model dan solusi alternatif dalam rangka
penyehatan, pengamanan dan pengendalian pada
program peningkatan kesehatan lingkungan;
11) dokumen model pendekatan dan solusi alternatif serta
kearifan lokal pemberdayaan masyarakat dalam
program peningkatan kesehatan lingkungan;
12) laporan hasil kajian hasil pemantauan dan evaluasi
pengolahan limbah dan sampah;
13) dokumen hasil kajian aspek kesehatan lingkungan
pada rancangan dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan;
14) laporan hasil bimbingan teknis dan supervisi dalam
penyusunan rekomendasi rencana tindak lanjut pada
rancangan dokumen pemantauan dan pengelolaan
lingkungan;
15) dokumen rancangan kebijakan teknis pengendalian
faktor risiko lingkungan vektor dan binatang pembawa
penyakit pada program peningkatan kesehatan
lingkungan;
16) laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra;
17) laporan hasil bimbingan teknis dan supervisi
pelaksanaan program peningkatan kesehatan
lingkungan pada kondisi matra;
18) laporan hasil bimbingan teknis dan supervisi
pelaksanaan program peningkatan kesehatan
lingkungan pada kondisi dampak perubahan iklim dan
ancaman global;

29
19) dokumen rencana tahunan dan rencana strategis
program peningkatan kesehatan lingkungan;
20) laporan hasil penyusunan program peningkatan
kesehatan lingkungan pada kondisi matra, dampak
perubahan iklim dan ancaman global;
21) dokumen draft lanjutan rancangan kebijakan teknis;
22) laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra,
dampak perubahan iklim dan ancaman global;
23) dokumen hasil pengembangan inovasi dan model
peningkatan program kesehatan lingkungan;
24) laporan hasil bimbingan teknis penerapan kebijakan
teknis program kesehatan lingkungan.

d) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Utama, meliputi:


1) laporan hasil diseminasi informasi hasil kajian strategis
program kesehatan lingkungan;
2) dokumen bahan pertimbangan aspek kesehatan
lingkungan dalam penyusunan rencana pembangunan
jangka panjang pembangunan bidang kesehatan;
3) laporan hasil advokasi strategis dalam pengembangan
pemberdayaan masyarakat pada program kesehatan
lingkungan;
4) dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut
berdasarkan analisis lingkungan strategis kesehatan
lingkungan dalam pembangunan kesehatan;
5) dokumen rancang bangun model TTG dan rekayasa
lingkungan dalam rangka penyehatan, pengamanan,

30
dan pengendalian media lingkungan (air/ udara/ tanah/
pangan/ sarana dan bangunan);
6) dokumen rencana strategis dan/atau rencana aksi
program peningkatan kesehatan lingkungan dalam
pembangunan kesehatan;
7) rekomendasi pembinaan teknis dan evaluasi;
8) dokumen bahan harmonisasi dalam penetapan
pengaturan, pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi;
9) laporan hasil advokasi kondisi lingkungan strategis
aspek kesehatan lingkungan pada kondisi matra;
10) dokumen bahan koordinasi, jejaring kerja, dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra;
11) dokumen bahan koordinasi, jejaring kerja dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
perubahan iklim dan ancaman global;
12) dokumen rekomendasi hasil harmonisasi rancangan
final regulasi bidang kesehatan lingkungan;
13) dokumen rekomendasi review dan penyusunan
kebijakan teknis dalam pengaturan kesehatan
lingkungan dalam pembangunan kesehatan;
14) laporan hasil advokasi kondisi lingkungan strategis
aspek kesehatan lingkungan pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global;
15) dokumen rekomendasi model pendekatan, inovasi, dan
alternatif solusi pengembangan kesehatan lingkungan;

31
16) laporan hasil kajian strategis pemetaan potensi risiko
kesehatan lingkungan pada skala nasional, regional,
dan global;
17) dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut kajian
strategis potensi risiko kesehatan lingkungan dalam
pembangunan kesehatan;
18) dokumen hasil kajian pengorganisasian kesehatan
lingkungan dalam organisasi dan tata kerja
kementerian kesehatan.

Selanjutnya…. pada materi ini Anda akan mempelajari


tentang kualitas hasil kerja seorang Pejabat Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat …. !

B. Kualitas Hasil Kerja


Kualitas Hasil kerja merupakan suatu hasil yang dapat diukur
dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dalam
pencapaian tujuan atau sasaran dengan baik dan berdaya guna.

32
Nah… Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar Materi
Pokok 2. Bagaimana dengan materinya? Menarik bukan?
Seorang pejabat Tenaga Sanitasi Lingkungan memiliki
berbagai hasil kerja dan kualitas hasil kerja yang telah
terstandar. Anda hanya perlu memahami dan menjalankan
sesuati aturan.

Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi,


kemudian Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar Materi
Pokok 3 ya!

33
SEKARANG SAYA TAHU

1. Sebagai seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan perlu memahami


hasil kegiatan jabatan fungsional berdasarkan butir kegiatan
yang sudah tertera dalam peraturan.
2. Kualitas hasil kerja akan berperan dalam penilaian hasil kerja
para Tenaga Sanitasi Lingkungan sehingga dapat
mengoptimalkan penilaian angka kredit yang akan diusulkan.

34
MATERI POKOK 3

Pendahuluan
Setelah memahami hasil dan kualitas hasil kegiatan yang
dilaksanakan sehari-hari, pemegang Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan kemudian menyusun Daftar Usulan
Penetapan Angka Kredit (DUPAK). DUPAK perlu dirancang
dengan baik sehingga tercipta perhitungan angka kredit yang tepat
dan sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Kedepannya, adanya unsur teknologi informasi akan menunjang
kemudahan pemegang Jabatan Fungsional dalam mengisi Angka
Kredit, misalnya melalui aplikasi.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menyusun
DUPAK Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 3:
A. Langkah-Langkah Menyusun DUPAK
B. Perhitungan Angka Kredit
C. Pengisian DUPAK melalui Aplikasi

35
Materi Pokok 3 :
Penyusunan DUPAK Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan

A. Langkah-langkah menyusun DUPAK


1) Pengisian laporan harian
Kegiatan pemangku jabatan yang dilakukan setiap hari
mencakup seluruh unsur utama dan penunjang dimasukkan
dalam format, pada akhir bulan jumlah kegiatan dijumlahkan
secara kumulatif dan dihitung angka kreditnya.

36
2) Pengisian Laporan Bulanan
Laporan harian yang sudah dijumlahkan dalam 1 (satu)
bulan, dipindahkan kedalam laporan bulanan.

37
3) Pengisian laporan 6 bulan (semester)
Laporan semesteran dilakukan setiap 6 (enam) bulan,
periode Januari – Juni dan Juli – Desember.

38
4) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan (SPMK)
a) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan Pelayanan

39
b) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan Profesi

40
c) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan Penunjang

41
5) Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK)

42
B. Penghitungan Angka Kredit
Perhitungan angka kredit adalah suatu menghitung angka
kredit suatu kegiatan yang telah dilakukan oleh Fungsional
TSL. Besaran nilai angka kredit dari setiap butir kegiatan
berbeda sesuai dengan bobot, resiko dan tanggung jawab dari
pelaksana Fungsional TSL tersebut.

Dalam Keputusan Presiden RI Nomor 116 Tahun 2014 tentang


Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun
1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri
Sipil, Jenjang Jabatan yang dihimpun dalam Fungsional TSL
dikategorikan dalam Fungsional TSL Kategori Terampil dan
Fungsional TSL Kategori Ahli.
Berdasarkan penilaian bobot maka Fungsional TSL Kategori
Terampil dibagi dalam 3 Jenjang Jabatan yaitu :
1. Mahir,
2. Terampil dan
3. Penyelia.

Sedangkan untuk Fungsional TSL Ahli dibagi dalam 4 jenjang


jabatan yaitu :
1. Pertama,
2. Muda,
3. Madya, dan
4. Utama.

Pemberian nilai angka kredit dari setiap butir kegiatan


disesuaikan dengan jenjang jabatan dari pelaksana kegiatan

43
yang dimaksud. Penetapan angka kredit digunakan sebagai
dasar pertimbangan kenaikan jabatan dan pangkat sesuai.

1) Unsur Pelayanan Kesehatan Lingkungan


Dalam Unsur Pelayanan Kesehatan Lingkungan, kegiatan,
bobot pekerjaan dan tanggung jawab pelaksanaan
menentukan besaran nilai angka kredit. Untuk JF TSL
Terampil mempunyai wewenang dan tanggung jawab
berbeda dengan JF TSL Ahli, demikian pula dengan jenjang
jabatan dari setiap JF TSL Terampil atau Ahli.

Contoh :
Unsur Pelayanan Kesling JF TSL Terampil
Uraian Kegiatan/ Hasil Kerja/ Angka Pelaksana
Tugas Output Kredit Kegiatan
Melakukan Laporan hasil 0,006 Terampil
pengumpulan data pengumpulan data
kualitas media kualitas media
lingkungan (air/udara/ lingkungan (air/
tanah/pangan/sarana udara/tanah/pangan/
dan bangunan) sarana dan
bangunan)
Melakukan pengolahan Laporan hasil 0,02 Mahir
data kualitas media pengolahan data
lingkungan (air/ udara/ kualitas media
tanah/ pangan/ sarana lingkungan (air/
dan bangunan) udara/ tanah/
pangan/sarana dan
bangunan)
Melakukan penyiapan Dokumen bahan 0,04 Penyelia
bahan diseminasi diseminasi informasi
informasi hasil hasil pelaksanaan
pelaksanaan surveilans surveilans kualitas
kualitas media media lingkungan
lingkungan (air/ udara/ (air/ udara/ tanah/
tanah/ pangan/ sarana pangan/ sarana dan
dan bangunan) bangunan)

44
Unsur Pelayanan Kesling JF TSL Ahli
Uraian Kegiatan/ Hasil Kerja/ Angka Pelaksana
Tugas Output Kredit Kegiatan
Melakukan identifikasi Laporan identifikasi 0,1 Pertama
bahaya parameter bahaya parameter
media lingkungan (air/ media lingkungan (air/
udara/ tanah/ pangan/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan sarana dan
bangunan) dari aspek bangunan) dalam
fisik, kimia dan biologi rangka Analisis Risiko
Kesehatan
Lingkungan (ARKL)
Melakukan analisis Laporan hasil analisis 0,060 Muda
pajanan kualitas pajanan kualitas
media lingkungan (air/ media lingkungan (air/
udara/ tanah/ pangan/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan sarana dan
bangunan) terhadap bangunan) terhadap
penduduk yang penduduk yang
berisiko pada wilayah berisiko pada wilayah
dan/atau Kawasan dan/atau kawasan
Menyusun Dokumen 0,45 Madya
rekomendasi dan rekomendasi dan
rencana tindak lanjut rencana tindak lanjut
dokumen analisis dokumen analisis
risiko dan/atau risiko dan/atau
dampak kesehatan dampak kesehatan
lingkungan lingkungan.
Rekomendasi dan
Rencana tindak lanjut
perbaikan
Melakukan diseminasi Laporan hasil 0,104 Utama
informasi hasil kajian diseminasi informasi
strategis program hasil kajian strategis
kesehatan lingkungan program kesehatan
lingkungan

2) Unsur Pengembangan Profesi


Pemberian angka kredit untuk kegiatan pengembangan
profesi yang dilakukan oleh jabatan fungsional kesehatan
sebagaimana tercantum dalam rincian kegiatan akan

45
mendapatkan nilai angka kredit yang sama untuk semua
jenjang jabatan fungsional dalam profesinya.

Contoh Pengembangan Profesi


Uraian Kegiatan/ Hasil Kerja/ Angka Pelaksana
Tugas Output Kredit Kegiatan
Memperoleh ijazah Ijazah/Gelar 25% AK Semua
sesuai dengan bidang kenaikan Jenjang
tugas Jabatan pangkat
Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan

Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian/ pengkajian/ survei/


evaluasi di bidang kesehatan lingkungan yang dipublikasikan :

a. dalam bentuk buku/ Jurnal/Buku 20 Semua


majalah ilmiah Jenjang
internasional yang
terindek
b. dalam bentuk Jurnal/Buku 12,5 Semua
buku/majalah ilmiah Jenjang
nasional yang
terakreditasi

c. dalam bentuk Jurnal/Buku 6 Semua


buku/majalah ilmiah Jenjang
yang diakui
organisasi profesi
dan Instansi
Pembina

Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian/ pengkajian/ survei/


evaluasi di bidang kesehatan lingkungan yang tidak dipublikasikan :

d. dalam bentuk buku Buku 8 Semua


Jenjang
e. dalam bentuk Naskah 4 Semua
majalah ilmiah Jenjang

46
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang secara bersama-sama
membuat Karya Tulis/Karya Ilmiah di bidang kesehatan
lingkungan, diberikan Angka Kredit dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka pembagian
Angka Kredit yaitu 60% (enam puluh persen) bagi penulis
utama dan 40% (empat puluh persen) bagi penulis
pembantu;
b. Apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka pembagian
Angka Kredit yaitu 50% (lima puluh persen) bagi penulis
utama dan masing-masing 25% (dua puluh lima persen)
bagi penulis pembantu;
c. Apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka
pembagian Angka Kredit yaitu 40% (empat puluh persen)
bagi penulis utama dan masing-masing 20% (dua puluh
persen) bagi penulis pembantu;
d. Apabila tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan penulis
utama dan penulis pembantu maka pembagian Angka
Kredit dibagi sebesar proporsi yang sama untuk setiap
penulis.

3) Unsur Penunjang
Angka kredit untuk unsur penunjang dalam setiap JF TSL
nilainya sama.

47
Contoh Penunjang
Uraian Kegiatan/ Hasil Kerja/ Angka Pelaksana
Tugas Output Kredit Kegiatan
Mengajar/ melatih/ Sertifikat/ 0,4 Semua
membimbing yang Laporan Jenjang
berkaitan dengan
bidang kesehatan
lingkungan
Menjadi anggota Tim Laporan 0,04 Semua
Penilai/ Tim Uji Jenjang
Kompetensi

Memperoleh gelar/ ijazah lainnya yang tidak sesuai dengan bidang


tugas Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Diploma tiga Ijazah 4 Semua


Jenjang
Sarjana atau Diploma Ijazah 5 Semua
empat Jenjang
Magister Ijazah 10 Semua
Jenjang
Doktor Ijazah 15 Semua
Jenjang
Melakukan kegiatan Laporan 0,04 Semua
yang mendukung Jenjang
pelaksanaan tugas
Tenaga Sanitasi
Lingkungan

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam


Penghitungan Angka Kredit adalah :
1) Setiap JF TSL harus memahami kegiatan jabfung dan
unsur–unsur kegiatan yang dinilai dalam satuan angka
kreditnya.
2) Untuk mempermudah pelaksanaan angka kredit setiap JF
TSL dalam melaksanakan kegiatan disertai dengan surat
tugas dan surat pernyataan telah melaksanakan tugas, surat

48
pernyataan mengikuti pelayanan kesehatan lingkungan,
melaksanakan pengembangan profesi, melaksanakan
kegiatan penunjang dan format perhitungan angka kredit
(harian, bulanan, semesteran dan DUPAK).
3) Untuk mempermudah dalam pengajuan pengangkatan
jabatan, semua berkas pernyataan, surat tugas dan format
angka kredit dimasukkan dalam file sesuai peruntukan.

Dalam penetapan capaian angka kredit dengan perhitungan


maksimal 150% dari total minimal angka kredit per tahun yang
ditetapkan sesuai dengan masing-masing jenjang jabatan
fungsional dalam PP No. 71 Tahun 2021 adalah sbb :
Terampil Ahli
Kategori
Terampil Mahir Penyelia Pertama Muda Madya
AK/Tahun 7,5 18,75 37,5 18,75 37,5 56,25

Jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk pengangkatan


dan kenaikan jabatan/pangkat jabatan fungional tenaga
sanitasi lingkungan dengan pendidikan diploma tiga adalah :
Jenjang Jabatan/Golongan Ruang & Angka
Kredit Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Tugas Jabatan Lingkungan Kategori Keterampilan
Terampil Mahir Penyelia
IIc IId IIIa IIIb IIIc IIId
• Yankesling
• Pengembangan 20 20 50 50 100 100
Profesi
• Penunjang

Jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk pengangkatan


dan kenaikan jabatan/pangkat jabatan fungional tenaga

49
sanitasi lingkungan dengan pendidikan sarjana atau diploma
empat adalah :
Jenjang Jabatan/Golongan Ruang & Angka
Kredit Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Tugas Jabatan Lingkungan Kategori Keahlian
Pertama Muda Madya Utama
IIIa IIIb IIIc IIId IVa IVb IVc IVd IVe
• Yankesling
• Pengembangan 50 50 100 100 150 150 150 200 200
Profesi
• Penunjang

C. Pengisian DUPAK melalui Aplikasi


Untuk proses pengisian DUPAK melalui aplikasi, untuk saat ini
masih dalam proses pengembangan, diharapkan selanjutkan
DUPAK dapat diproses melalui aplikasi sehingga lebih efektif
dan efisien.

Nah, sekarang Anda telah mengetahui substansi Materi


Pokok 3 tentang penyusunan DUPAK bagi Pejabat Tenaga
Sanitasi Lingkungan. Setelah ini kita akan bersama-sama
melakukan menyusun DUPAK sesuai rutinitas kita ya.

50
SEKARANG SAYA TAHU

1. Pemberian nilai angka kredit dari setiap butir disesuaikan


dengan jenjang jabatan pelaksana kegiatan tersebut dan
menjadi dasar pertimbangan kenaikan jabatan/pangkat sesuai.
2. Adapun unsur terkait dalan perhitungan angka kredit adalah :
• Unsur pelayanan Kesehatan lingkungan
• Unsur Pengembangan Profesi
• Unsur Penunjang
3. Penetapan capaian angka kredit dengan perhitungan maksimal
150% dari total minimal angka kredit per tahun yang ditetapkan
sesuai dengan masing-masing jenjang jabatan fungsional
dalam PP No. 71 Tahun 2021.

Anda telah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar mulai dari


Materi Pokok 1 s/d Materi Pokok 3. Bagaimana? Apakah sudah
terbuka gambaran penyusunan DUPAK ini?

Hal yang perlu kita catat adalah setiap pekerjaan yang kita
lakukan perlu direkam dan didokumentasikan sehingga
memudahkan kita dalam menyusun DUPAK dan segera
mengusulkan Angka Kredit tersebut.

Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi,


kemudian Anda kita kerjakan Tugas yang ada dalam Instruksi.

51
REFERENSI

1. Permenpan RB Nomor 71 Tahun 2021 tentang Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
2. Permenpan RB No. 13 Tahun 2019 tentang pengusulan,
penetapan, dan pembinaan jabatan fungsional
3. Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan
4. Panduan Standar Kualitas Hasil Kerja

52
DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...…………… i

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1

Deskripsi Singkat …………………..….………… 2

Tujuan Pembelajaran ……..…...…….…………. 2

Materi Pokok …………………....……….………. 3

B. Kegiatan Belajar ………………………………………. 4

Materi Pokok 1 …………………….…………….. 5

Materi Pokok 2 ……………………..……………. 25

Referensi ………………………………………………….. 34

i
A Tentang Modul Ini

1
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang prinsip-prinsip perhitungan formasi


jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan dan rencana
pengembangan karier fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan. Pejabat
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan perlu mengetahui rencana karier
dalam jabatan fungsional agar dapat mengetahui rencana karier kedepan.
Seorang Pejabat fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan mempunyai
jenjang karier sampai pada karier puncak yaitu jabatan fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan jenjang Utama, untuk dapat menempati dan mengisi
lowongan pada setiap jenjang jabatan yang akan di tempati seorang
pejabat fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan harus mengetahui dan
harus dapat memproyeksikan lowongan formasi yang tersedia di Instansi
masing-masing untuk dapat mengisi jenjang jabatan tersebut, sehingga
pengembangan karier pejabat fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
dapat terus ditingkatkan.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan


perencanaan pengembangan karier jabatan fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:


1. Menjelaskan prinsip- prinsip perhitungan formasi Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan
2. Merencanakan pengembangan karier Individu Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan

MATERI POKOK

Materi Pokok

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


1. Prinsip-prinsip Perhitungan Formasi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan
2. Rencana Pengembangan Karier Individu Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan

3
B Kegiatan Belajar

4
Materi Pokok 1

Prinsip-prinsip Perhitungan
Formasi Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan

5
Pendahuluan
Sebelum suatu instansi pemerintah menyelenggarakan proses kenaikan
jabatan pada Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, maka
perlu diketahui adanya formasi terlebih dahulu dengan memahami tata
cara dan prinsip-prinsip perhitungan formasi Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan.

Sangat penting bagi peserta pelatihan untuk memahami proses dan


prinsip-prinsip perhitungan formasi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan dari masing-masing instansi pemerintah terkait. Dengan
memahami proses dan prinsip-prinsip perhitungan formasi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan tersebut, maka akan
mempermudah kita dalam melakukan tahapan persiapan dan
perencanaan kebutuhan tersebut.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan mengenai


prinsip perhitungan formasi jabatan fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Sub Materi Pokok

Berikut adalah sub materi pokok 1:


1. Aspek- Aspek dalam Perhitungan Formasi
2. Tata Cara Penyusunan Formasi
3. Mekanisme/Alur Penetapan Formasi
4. Tugas dan Tim Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja
5. E-Formasi

6
Uraian Materi Pokok 1

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang prinsip-prinsip perhitungan


formasi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, apa yang anda
ketahui tentang prinsip-prinsip perhitungan formasi Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan? Anda sebagai seorang Pejabat Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan, agar dapat menghitung jumlah formasi
jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan menyesuaikan dengan
kebutuhan pada instansi anda, maka anda perlu memahami prinsip-prinsip
perhitungan formasi jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Uraian di bawah ini dapat memberikan wawasan tentang prinsip-prinsip


perhitungan formasi jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
Dibaca sampai tuntas ya, agar tidak gagal paham.

Dalam pasal 56 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa


setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PNS berdasarkan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
Selanjutnya, penyusunan kebutuhan dimaksud disampaikan kepada
Menteri PANRB sebagai bahan dalam penetapan kebutuhan PNS.
Sebagai peraturan pelaksana dari Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
terbit sebuah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen PNS, di dalam pasal 5 mengatur bahwa: “setiap instansi
pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja”. Jenis jabatan PNS
yang dimaksud termasuk jabatan fungsional.

7
Berdasarkan Permenkes 43 tahun 2017 tentang Penyusunan Formasi
Jabatan Fungsional Kesehatan. penyusunan formasi harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Formasi pada satuan organisasi disusun berdasarkan analisis
kebutuhan jabatan dengan menghitung rasio keseimbangan antara
beban kerja dengan jumlah jabatan fungsional kesehatan yang
dibutuhkan.
b. Formasi harus disusun berdasarkan peta jabatan di masing-masing
organisasi.
c. Komposisi jumlah pejabat fungsional tidak berubah selama beban
kerja organisasi tidak berubah.
d. Setiap perpindahan dalam posisi jabatan fungsional kesehatan, baik
karena adanya mutasi, promosi atau kenaikan jenjang jabatan sesuai
dengan formasi yang tersedia.

A. Aspek- Aspek dalam Perhitungan Formasi


Untuk perhitungan kebutuhan jabatan fungsional kesehatan
menurut jenis dan jenjang jabatannya, tetap memperhatikan ketiga aspek
tersebut.
Cara menetapkan besaran masing-masing aspek tersebut adalah:
1. Beban kerja/Volume kerja
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk
perhitungan kebutuhan Formasi. Besaran beban kerja diperoleh
berdasarkan jumlah target kerja yang ditetapkan oleh unit/satuan kerja
untuk masing-masing jabatan fungsional kesehatan. Adapun jumlah
beban kerja/volume kerja dapat berbeda untuk setiap unit kerja.
2. Standar Kemampuan Rata-rata/Standar Waktu penyelesaian butir
kegiatan.
Standar kemampuan rata-rata di dalam rumus penghitungan
formasi, adalah sama dengan Waktu penyelesaian butir kegiatan
(Wpk). Penetapan Wpk dilakukan dengan:

8
a. Melakukan pengamatan atau wawancara dengan beberapa
pegawai dari unit/satuan kerja yang berbeda namun mempunyai
tugas pokok dan fungsi serta produk yang homogen, sehingga hasil
analisisnya lebih memadai.
b. Menggunakan besaran angka kredit (Akb) untuk masing-masing
butir kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk
masing-masing jenis jabatan fungsional kesehatan dan angka
kreditnya. Besaran angka kredit mencerminkan standar efektif
waktu penyelesaian yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap
butir kegiatan.
3. Waktu kerja
Waktu kerja adalah waktu kerja efektif yang digunakan untuk
bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas:
a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari
minggu, hari libur nasional dan daerah serta cuti.
b. Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan
waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance).
Allowance diperkirakan rata-rata sekitar 30% dari jumlah jam
kerja formal. Jumlah jam kerja formal dalam 1 minggu dihitung
37,5 jam.

9
B. Tata Cara Penyusunan Formasi

1. Inventarisasi tugas pokok yang dilaksanakan pejabat fungsional


kesehatan sesuai dengan unsur, sub unsur dan butir kegiatan masing-
masing jenis dan jabatan fungsional kesehatan yang dapat dinilai
dengan Angka Kredit sebagaimana diatur pada peraturan perundang-
undangan yang mengatur masing-masing jabatan fungsional
kesehatan.
2. Menginventarisasi nilai angka kredit untuk masing-masing butir
kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi untuk masing-masing jabatan
fungsional kesehatan dan Angka Kreditnya, yang besaran angka kredit
tersebut telah mencerminkan standar jam kerja efektif yang diperlukan
untuk menyelesaikan setiap butir kegiatan.
3. Menentukan waktu penyelesaian butir kegiatan (Wpk)
Penghitungan waktu penyelesaian butir kegiatan untuk setiap jabatan
fungsional kesehatan dilakukan sesuai formula:
Wpk = Akb/Kt
Keterangan:
Wpk :Waktu penyelesaian butir kegiatan dalam 1 (satu) tahun.
Akb :Angka kredit butir kegiatan masing-masing dalam 1 (satu)
tahun, diambil dari

10
Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi untuk masing-masing
jabatan fungsional kesehatan dan Angka Kreditnya.
Kt :Konstanta untuk masing-masing jenjang jabatan
berdasarkan standar jam
kerja efektif.
4. Menentukan volume/beban kerja pada tahun yang dihitung
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk
perhitungan kebutuhan Formasi. Besaran beban kerja diperoleh
berdasarkan jumlah target kerja dalam 1 (satu) tahun/dalam satu
satuan waktu tertentu yang ditetapkan oleh unit/satuan kerja untuk
masing-masing jabatan fungsional kesehatan. Adapun Jumlah beban
kerja/volume kerja dapat berbeda untuk setiap unit kerja.
Besaran volume/beban kerja ditentukan berdasarkan target yang
ditetapkan oleh unit/satuan kerja dalam 1 (satu) tahun yang harus
diselesaikan oleh masing-masing jabatan fungsional kesehatan sesuai
dengan jenis dan jenjang jabatannya.
5. Menghitung waktu penyelesaian volume (Wpv) masing-masing
kegiatan untuk setiap jenjang jabatan dengan cara mengalikan waktu
penyelesaian butir kegiatan (Wpk) dengan Volume (V) masing-masing
butir kegiatan untuk setiap jenjang jabatan fungsional Kesehatan, atau
dengan formula sebagai berikut:
Wpv = Wpk x V
Keterangan:
Wpv :Waktu penyelesaian volume masing-masing kegiatan
dalam 1 (satu) tahun
Wpk :Waktu penyelesaian butir kegiatan dalam 1 (satu) tahun
V :Volume masing-masing kegiatan dalam 1 (satu) tahun
6. Menjumlahkan seluruh waktu penyelesaian volume kegiatan dalam 1
(satu) tahun (ΣWpv)

11
7. Pembagian jumlah waktu penyelesaian volume kegiatan dalam 1 (satu)
tahun (ΣWpv) dibagi jumlah standar kerja efektif per tahun atau dengan
formula sebagai berikut:
Formasi JF = ΣWpv/1250
Keterangan:
Formasi JF :Jumlah jabatan fungsional kesehatan yang
diperlukan menurut jenis dan jenjang untuk
melaksanakan seluruh kegiatan pada instansi
ΣWpv :Jumlah waktu penyelesaian volume kegiatan dalam
1 (satu) tahun.
1250 :Standar jam kerja efektif dalam 1 (satu) tahun.
8. Penentuan jumlah formasi
a. Apabila berdasarkan penghitungan yang dilakukan terhadap
Jabatan Fungsional Kesehatan menurut jenis dan jenjang Jabatan
memperoleh nilai dibelakang koma 0,50 atau lebih, maka dapat
ditetapkan 1 (satu) formasi.
b. Apabila berdasarkan penghitungan yang dilakukan terhadap
jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang jabatan
memperoleh nilai kurang dari 0,50, maka tidak dapat ditetapkan
formasi untuk jenis dan jenjang jabatan fungsional Kesehatan
tersebut.
9. Menghitung Lowongan Formasi
Menghitung lowongan formasi dihitung untuk jangka waktu 5 tahun.
Penghitungan jumlah lowongan formasi untuk masing-masing jenis dan
jenjang jabatan fungsional kesehatan adalah sebagai berikut:
LFJFK = TFJFK – (JFK + JFKM – JFKN – JFKB)
Keterangan:
a. LFJFK adalah Lowongan Formasi yang dihitung dalam jenjang
jabatan tertentu yang dapat diisi dalam tahun yang dihitung;
b. TFJFK adalah Total formasi yang dihitung menurut jenis dan
jenjang jabatan tertentu yang diperlukan pada tahun yang dihitung;

12
c. JFK adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang ada pada saat tahun yang dihitung;
d. JFKM adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang akan masuk ke jenjang dan jenis jabatan
fungsional kesehatan pada saat tahun yang dihitung;
e. JFKN adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang akan naik ke jenjang jabatan berikutnya pada
saat tahun yang dihitung;
f. JFKB adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang akan berhenti (karena pindah, pensiun, dll)
pada saat tahun yang dihitung.

C. Mekanisme/Alur Penetapan Formasi

Mekanisme penetapan formasi pada instansi daerah (provinsi/


kabupaten/kota) adalah:
a. Setiap Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) provinsi/kab/kota,
menyusun formasi dan mengajukan usulan formasi yang telah
disusun ke dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.
b. Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota mengidentifikasi dan
memverifikasi terhadap usulan penetapan formasi dari seluruh
UPTD.

13
c. Setelah diidentifikasi dan diverifikasi, dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota mengirimkan usulan penetapan formasi
kepada unit pembina jabatan fungsional kesehatan untuk divalidasi.
d. Unit Pembina memvalidasi terhadap usulan penetapan formasi dari
Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.
e. Setelah divalidasi, unit Pembina jabatan fungsional kesehatan
memberikan rekomendasi penetapan formasi kepada instansi
pengusul (dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota) dan tembusan
hasil validasi dikirim ke Pusat Peningkatan Mutu SDMK.
f. Dalam hal usulan penetapan formasi tidak memenuhi persyaratan,
maka berkas usulan formasi dikembalikan ke instansi pengusul
untuk dilakukan perbaikan.
g. Berdasarkan hasil rekomendasi, dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota mengusulkan formasi ke Badan
Kepegawaian Daerah provinsi/kabupaten/kota.
h. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) melakukan validasi terhadap
usulan formasi Jabatan fungsional dari dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota.
i. BKD mengirimkan usulan penetapan formasi ke kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan
aparatur negara dengan tembusan disampaikan kepada Instansi
Pembina Jabatan Fungsional Kesehatan (Pusat Peningkatan Mutu
SDM Kesehatan) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
j. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara menetapkan usulan formasi
setelah mendapat pertimbangan dari BKN serta mengirimkan hasil
penetapan kepada BKD provinsi/kabupaten/kota dan lampirannya
kepada pihak terkait.

14
a. Seluruh satuan kerja dan unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan menyusun formasi dan mengusulkan
kepada sekretariat di masing-masing unit eselon I (bagian yang
menangani urusan kepegawaian).
b. Sekretariat di masing-masing unit eselon I (bagian yang menangani
urusan kepegawaian dan bagian yang menangani urusan
organisasi) melakukan verifikasi usulan penetapan formasi.
c. Setelah diverifikasi sekretariat di masing-masing unit eselon I
mengusulkan penetapan formasi kepada unit Pembina.
d. Unit Pembina memvalidasi terhadap usulan penetapan formasi dari
seluruh sekretariat unit eselon I yang ada di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
e. Setelah di validasi, unit Pembina jabatan fungsional kesehatan
memberikan rekomendasi penetapan formasi kepada bagian
Kepegawaian unit eselon I pengusul dengan tembusan kepada
Pusat Peningkatan Mutu SDMK.
f. Sekretariat Unit eselon I mengirimkan usulan penetapan formasi ke
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (biro yang menangani
urusan kepegawaian).
g. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (biro yang menangani
urusan kepegawaian dan biro yang menangani urusan organisasi)
melakukan validasi terhadap usulan penetapan formasi.

15
h. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (biro yang menangani
urusan kepegawaian) mengirimkan usulan penetapan formasi ke
kementerian yang membidangi pendayagunaan aparatur negara
dan tembusan unit pembina jabatan fungsional kesehatan dan
Badan Kepegawaian Negara (BKN).
i. Kementerian yang membidangi pendayagunaan aparatur negara
menetapkan usulan formasi dari Kementerian Kesehatan setelah
mendapat pertimbangan dari BKN dan Kementerian Keuangan
j. Kementerian yang membidangi pendayagunaan aparatur negara
mengirimkan hasil penetapan kepada biro yang menangani urusan
kepegawaian di Kementerian Kesehatan dengan tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN dan Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan.

a. Seluruh satuan kerja dan unit pelaksana teknis di lingkungan


Kementerian/Lembaga di luar Kementerian Kesehatan menyusun
formasi dan mengajukan usulan penetapan formasi ke unit pembina
kepegawaian yang berada di Kementerian/Lembaga.
b. Unit yang menangani urusan kepegawaian pada
Kementerian/Lembaga melakukan verifikasi usulan penetapan
formasi dari masing-masing satuan kerja dan unit pelaksana teknis
yang ada di lingkungan Kementerian/Lembaga.

16
c. Unit yang menangani urusan kepegawaian pada
Kementerian/Lembaga Kementerian/Lembaga mengirimkan
pengajuan usulan penetapan formasi ke Unit Pembina jabatan
fungsional kesehatan.
d. Unit Pembina jabatan fungsional kesehatan memvalidasi terhadap
usulan penetapan formasi Kementerian/Lembaga.
e. Setelah divalidasi, Unit Pembina jabatan fungsional kesehatan
memberikan rekomendasi penetapan formasi kepada
Kementerian/Lembaga pengusul dan mengirimkan tembusan ke
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
f. Unit yang menangani urusan kepegawaian Kementerian/Lembaga
mengiriman usulan penetapan formasi kepada Kementerian yang
menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
g. Kementerian yang membidangi Pendayagunaan Aparatur Negara
menetapkan usulan formasi dari Kementerian Kesehatan RI setelah
mendapat pertimbangan dari BKN dan Kementerian Keuangan
h. Kementerian yang membidangi Pendayagunaan Aparatur Negara
mengirimkan hasil penetapan kepada Unit Kepegwaian di
Kementerian/Lembaga dengan tembusan disampaikan kepada
Kepala BKN dan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.

D. Tugas dan Tim Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja


Untuk kelancaran pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban
kerja pada masing-masing Instansi Pemerintah, Pejabat Pembina
Kepegawaian membentuk Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis
Beban Kerja. Tugas Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban
Kerja adalah mengumpulkan data, menyusun informasi jabatan,
memverifikasi data, serta mengumpulkan beban kerja dalam jangka waktu
satu tahun.

17
1. Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi anggota Tim
Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja adalah:
a. PNS dan/atau PPPK yang telah mengikuti pelatihan dan/atau
bimbingan teknis analisis jabatan serta analisis beban kerja
dan/atau;
b. syarat objektif lain yang ditentukan oleh pejabat yang
berwenang, termasuk pengalaman dan kemampuan lain yang
diperlukan dalam pelaksanan tugas tim.
2. Susunan keanggotaan Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan
Analisis Beban Kerja terdiri atas:
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
c. Paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota, termasuk ketua dan
sekretaris.
3. Untuk menjamin objektivitas dalam pelaksanaan analisis jabatan
dan analisis beban kerja, kriteria jumlah Tim Pelaksana Analisis
Jabatan dan Analisis Beban Kerja anggota Tim Pelaksana
Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja ditetapkan dalam
jumlah ganjil.
4. Ketua Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja
dapat ditunjuk dari seorang pejabat JPT Pratama atau
Administrator yang secara fungsional bertanggung jawab di
bidang organisasi dan/atau kepegawaian.
5. Sekretaris Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban
Kerja dapat ditunjuk paling rendah seorang pejabat Pengawas
yang memiliki kemampuan dan pengalaman teknis di bidang
analisis jabatan dan analisis beban kerja atau Pejabat Fungsional
yang membidangi analisis jabatan dan analisis beban kerja.

Tugas Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja

18
1. Tugas Ketua Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis
Beban Kerja adalah:
a. membuat rencana kerja pelaksanaan analisis jabatan dan
analisis beban kerja;
b. memberikan pengarahan dan bimbingan kepada anggota
Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja; dan
c. menyampaikan hasil pelaksanaan analisis jabatan dan
analisis beban kerja kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
instansi yang bersangkutan.
2. Tugas Sekretaris Tim adalah:
a. membantu Ketua Tim dalam melaksanakan tugasnya;
b. Menyiapkan bahan diskusi, seminar atau lokakarya;
c. Menyelenggarakan diskusi, seminar atau lokakarya; dan
d. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk
kelancaran pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban
kerja, dan
e. Melaporkan hasil penyusunan analisis jabatan dan analisis
beban kerja kepada Ketua Tim.
3. Tugas anggota Tim adalah:
a. menentukan metode pengumpulan data yang akan
digunakan;
b. mengumpulkan seluruh data dengan menggunakan metode
tertentu dan menyusunnya menjadi informasi jabatan;
c. melakukan diskusi, seminar, atau lokakarya dalam rangka
pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban kerja;
d. menyusun hasil akhir analisis jabatan dan analisis beban
kerja, dan;
e. melaporkan hasil penyusunan analisis jabatan dan analisis
beban kerja kepada Sekretaris Tim

19
Setelah Anda memahami prinsip-prinsip perhitungan formasi pada jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, maka Anda dapat mulai
mempelajari dan memahami mengenai aplikasi untuk perhitungan formasi
pada Jabatan Fungsional Kesehatan.

Ayooo tetep semangat ya, dari aplikasi ini justru memudahkan Anda untuk
perhitungan formasi ke depannya. Jangan kasih kendor!

E. E-Formasi
E-Formasi merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk keperluan
penyusunan formasi khusus jabatan fungsional kesehatan. Aplikasi ini
dapat digunakan untuk menghitung formasi jabatan fungsional kesehatan
serta digunakan untuk mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan
formasi dari Instansi Pembina, masing-masing instansi yang akan
melakukan perhitungan dan pengusulan formasi melalui aplikasi e-
Formasi dapat dimulai dengan login menggunakan nama pengguna dan
kata sandi yang sudah terdaftar sebelumnya.
Langkah-langkah penggunaan aplikasi e-Formasi:
1. Melakukan login menggunakan nama pengguna dan kata sandi

20
2. Halaman dashboard dari aplikasi e-Formasi

3. Halaman Formasi JFK untuk melakukan penambahan usulan

4. Memilih jenis JFK yang akan dihitung dan diusulkan formasinya

5. Menghitung volume kerja melalui masing-masing butir kegiatan pada


seluruh jenjang yang dikerjakan di instansi masing-masing

21
6. Menghitung kondisi saat ini terhadap pejabat fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan di masing-masing instansi kerja dan mengirimkan
usulan formasi

22
7. Melakukan upload peta jabatan

8. Melihat rekomendasi usulan penetapan Formasi JFK

23
SEKARANG SAYA TAHU
• Aspek dalam perhitungan formasi adalah Beban kerja/Volume
kerja, andar Kemampuan Rata-rata/Standar Waktu penyelesaian
butir kegiatan., dan Waktu kerja
• Tata cara penyusunan formasi dilakukan melalui 9 langkah dari
Inventarisasi Tugas Pokok sampai dengan menghitung lowongan
formasi dihitung untuk jangka waktu 5 tahun
• Mekanisme/alur penetapan formasi dibedakan menjadi 3 (tiga)
mekanisme penetapan formasi pada instansi daerah (provinsi/
kabupaten/kota), mekanisme penetapan formasi pada
Kementerian Kesehatan dan mekanisme penetapan formasi pada
Kementerian/lembaga di luar Kementerian Kesehatan
• Pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban kerja pada
masing-masing Instansi Pemerintah, Pejabat Pembina
Kepegawaian membentuk Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan
Analisis Beban Kerja. Tugas Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan
Analisis Beban Kerja adalah mengumpulkan data, menyusun
informasi jabatan, memverifikasi data, serta mengumpulkan beban
kerja dalam jangka waktu satu tahun.
• Aplikasi e-Formasi dapat digunakan untuk menghitung formasi
jabatan fungsional kesehatan serta digunakan untuk
mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan formasi
dari Instansi Pembina.

Apakah Anda lelah? Yuk istirahat dulu, gerak tipis-tipis sebentar 5 menit
yuk.

Nah, sekarang anda sudah segar kembali. Yuk kita lanjut mempelajari
materi pokok 2!

24
Materi Pokok 2

Rencana Pengembangan
Karier Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan

25
Pendahuluan
Setelah memahami tentang prinsip – prinsip perhitungan Formasi pada
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, sekarang Anda akan
mempelajari tentang materi rencana pengembangan karier jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Anda sebagai Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan perlu untuk


memahami adanya rencana pengembangan karier jabatan fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan, untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi rencana pengembangan karier jabatan fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan mengenai
rencana pengembangan karier Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 2:
1. Kualifikasi
2. Kompetensi
3. Penilaian Kinerja
4. Kebutuhan

26
Uraian Materi Pokok 2

Tahukah Anda bahwa materi rencana pengembangan karier jabatan


fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan memiliki beberapa hal penting di
dalamnya untuk setiap jenjang jabatan? Di sini Anda akan diberikan
pengetahuan, bagaimana materi pengembangan karier bagi Pejabat
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Pengembangan karier bagi Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan baik kategori keterampilan maupun keahlian disesuaikan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil yaitu dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja dan kebutuhan.

Gambar I Pengembangan Karier Jabatan Fungsional

A. Kualifikasi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan


Kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan untuk jabatan fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan sesuai dengan PermenPAN-RB Nomor 71
tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
adalah berijazah diploma tiga bidang Kesehatan Lingkungan atau Sanitasi
untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori

27
keterampilan dan berijazah sarjana atau diploma empat bidang Kesehatan
Lingkungan, Sanitasi Lingkungan, Kesehatan Masyarakat
peminatan/jurusan Kesehatan Lingkungan atau Sanitasi Lingkungan untuk
Jabatan Fungsional Tenaga SanitasiLingkungan kategori keahlian.

B. Kompetensi
Pengembangan kompetensi mengacu pada standar kompetensi dan
jenjang karier dari pejabat fungsional. Pengembangan kompetensi
merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan
dalam bentuk pendidikan dan/atau pelatihan.
a. Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan formal dapat
dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas belajar. Tugas belajar
diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan standar kompetensi
Jabatan dan pengembangan karier.
b. Pelatihan Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan dapat
dilakukan melalui:
1) Jalur pelatihan klasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan klasikal
dilakukan melalui proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas,
paling sedikit melalui pelatihan, seminar, kursus dan penataran
2) Jalur pelatihan nonklasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan nonklasikal
dilakukan paling sedikit melalui e-learning, bimbingan di tempat
kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antar PNS
dengan pegawai swasta.
c. Uji Kompetensi
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain
dinyatakan bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil

28
dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja,
dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Kompetensi yang diharapkan
meliputi:
a. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman
bekerja secara teknis;
b. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan; dan
c. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan. Uji
Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan adalah suatu
proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh Tim
Penguji dalam rangka memenuhi syarat kenaikan jenjang
jabatan atau perpindahan jabatan dan atau promosi untuk
menjamin kualitas pejabat fungsional. Dikecualikan untuk
pengangkatan pertama, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil yang menyebutkan bahwa Uji Kompetensi untuk
pengangkatan pertama dihapuskan.

Nahh, setelah memahami tentang dua poin besar di atas yaitu kualifikasi
dan kompetensi, masih ada dua hal penting lainnya yaitu penilaian kinerja
dan kebutuhan dalam rencana pengembangan jabatan fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan, ternyata kalau tidak memenuhi salah satu di bawah
ini maka tidak akan bisa untuk mengembangkan karier Tenaga Sanitasi
Lingkungan. Yuk simak lagi materi di bawah ini.

29
C. Penilaian Kinerja
Selain dari kualifikasi dan kompetensi adapun yang tidak kalah penting loh
untuk perencanaan pengembangan karir seorang pejabat fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan yaitu mengenai penilaian kinerja, yuk simak
materi di bawah ini:

Penilaian Kinerja meliputi SKP dan Perilaku Kerja


1. Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier.
2. Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja
pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan
memperhatikan target, capaian hasil, dan manfaat yang dicapai, serta
perilaku PNS
3. Penilaian Kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel,
partisipatif dan transparan
4. Penilaian Kinerja PNS dilakukan oleh atasan langsung dari PNS atau
pejabat yang ditentukan PyB.

D. Kebutuhan
Nah, selain penilain kinerja seorang pejabat fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan juga perlu untuk mengembangkan karier, pengembangan
karier dapat berjalan apabila di suatu organisasi membutuhkan jenjang
Tenaga Sanitasi Lingkungan tersebut. Untuk mengetahui apakah
organisasi memerlukan Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
Anda perlu belajar tentang Kebutuhan, yuk kita belajar bersama tentang
Kebutuhan.

a. Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan


diawali dengan penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan

30
jenis Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai
berikut:
1) Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan
pejabat fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub unsur dan
butir kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan Fungsional
Kesehatan yang dapat dinilai dengan Angka Kredit yang
menggambarkan dan mendukung pencapaian tujuan instansi itu
sendiri.
2) Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi.
3) Pelaksanaan Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk
memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan
dan disajikan untuk kepentingan program kelembagaan,
ketatalaksanaan, kepegawaian dan pengawasan. Dengan
melaksanakan analisis jabatan akan dihasilkan informasi jabatan.
Informasi jabatan diperoleh dengan melakukan kegiatan
penyusunan;
a. Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama jabatan,
kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja,
perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang,
korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, dan resiko bahaya.
b. Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan ruang,
pendidikan, kursus atau diklat, pengalaman kerja, pengetahuan
kerja, keterampilan kerja, bakat kerja, temperamen kerja, minat
kerja, upaya fisik, kondisi fisik, dan fungsi pekerja.
4) Menetapkan Peta Jabatan (formasi)

31
Peta Jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan secara
vertikal maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas,
dan tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan. Peta
jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan
kedudukannya dalam unit kerja dalam menetapkan peta jabatan,
maka instansi melakukan:
a. Menyusun nama dan tingkat jabatan dari jenjang jabatan yang
paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
b. Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan
kedudukan dalam unit organisasi serta memuat jumlah
pegawai, pangkat/golongan ruang, kualifikasi pendidikan, dan
beban kerja unit organisasi.
5) Penetapan Regulasi
Peta Jabatan (formasi) yang telah disusun, ditetapkan melalui
regulasi oleh pimpinan instansi.

32
SEKARANG SAYA TAHU
• Kualifikasi pendidikan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Tenaga Sanitasi Lingkungan dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Tenaga Sanitasi Lingkungan
• Pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan
peningkatan kualifikasi pendidikan, mengikuti pelatihan dan
melakukan uji kompetensi
• Penilaian Kinerja dilakukan dengan menilai SKP dan perilaku
kerja
• Kebutuhan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
dapat dihitung menggunakan analisis jabatan dan analisis
beban kerja. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat digunakan
untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperinci per 1 tahun
apabila terjadi perubahan pada organisasi.

33
REFERENSI

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN


2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan menteri PAN-RB Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil
5. Peraturan menteri PAN-RB Nomor 1 tahun 2020 tentang Pedoman
Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2017 tentang
Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Kesehatan

34
i
DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...…………… i

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1

Deskripsi Singkat …………………..….………… 2

Tujuan Pembelajaran ……..…...…….…………. 4

Materi Pokok …………………....……….………. 5

B. Kegiatan Belajar ………………………………………. 6

Materi Pokok 1 …………………….…………….. 7

Materi Pokok 2 ……………………..……………. 23

Materi Pokok 3 ……………………..……………. 36

Referensi ………………………………………………….. 67

i
A Tentang Modul Ini

1
DESKRIPSI SINGKAT

Karya tulis/karya ilmiah apa yang pernah Saudara buat?

Setiap pejabat fungsional, termasuk pejabat fungsional Tenaga


Sanitasi Lingkungan (TSL) memiliki tugas membuat karya ilmiah.
Karya ilmiah, merupakan salah satu kegiatan pokok yang bernilai
kredit relatif tinggi. Karya ilmiah memiliki beragam bentuk, diantaranya
buku atau majalah ilmiah, makalah, resensi, jurnal, artikel, prosiding,
essay, leaflet, brosur, berita, laporan penelitian, hasil kajian, survey,
evaluasi, tinjauan/ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri, buku standar,
pedoman, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan di bidang sanitasi
lingkungan dan laporan kasus.

Karya tulis/karya ilmiah merupakan tulisan tentang ilmu pengetahuan


yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar. Oleh karena itu penyusunan karya tulis/karya ilmiah
memerlukan bekal pengetahuan berupa konsep, prinsip-prinsip dan
teknik penulisan karya tulis/karya ilmiah, agar tulisan yang dihasilkan
memenuhi kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Kaidah penulisan karya
tulis/karya ilmiah harus dipahami oleh seorang pemangku jabatan
fungsional TSL sehingga karya tulis/ karya ilmiah yang dihasilkan
menjadi baik dan berkualitas.

Materi pelatihan ini akan membahas tentang konsep karya tulis/karya


ilmiah, prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis/karya ilmiah
serta langkah-langkah penyusunan karya tulis/karya ilmiah di bidang

2
sanitasi lingkungan.

Nah, berikut ini adalah hasil belajar dan indikator hasil belajar yang
akan kita capai setelah kita mengikuti pembelajaran ini

3
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun


rancangan karya tulis/karya ilmiah di bidang sanitasi lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:

1. Menjelaskan konsep karya tulis/karya ilmiah

2. Menjelaskan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis/karya


ilmiah

3. Menyusun rancangan karya tulis/karya ilmiah di bidang sanitasi


lingkungan.

4
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

A. Konsep Karya Tulis/Karya Ilmiah

B. Prinsip-Prinsip dan Teknik Penulisan Karya Tulis/Karya Ilmiah

C. Langkah-langkah Penyusunan Karya Tulis/Karya Ilmiah di bidang


sanitasi Lingkungan

Demikian sekilas tentang modul ini, tak kenal maka tak sayang. Setelah
mengenal modul ini, Saudara akan lebih siap untuk mempelajari
keseluruhan isi modul.

5
B Kegiatan Belajar

6
MATERI POKOK 1
KONSEP KARYA TULIS/ KARYA ILMIAH

Pendahuluan

Konsep karya tulis/karya ilmiah


merupakan materi yang harus
dipahami oleh pejabat fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan (TSL)
agar mampu membuat karya tulis/karya
ilmiah yang bermutu. Materi pokok ini
membahas tentang pengertian, tujuan,

karakteristik dan jenis-jenis karya tulis/karya ilmiah. Pengetahuan


yang baik tentang konsep karya tulis/karya ilmiah akan memudahkan
dalam menyusun rancangan karya tulis/karya ilmiah.

Indikator Hasil belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan


konsep karya tulis/karya ilmiah.

Sub Materi Pokok

1. Pengertian

2. Tujuan Penulisan

3. Karakteristik

4. Jenis-jenis Karya Tulis/Karya Ilmiah

7
Sebelum memulai pembelajaran, coba diingat kembali tentang karya
tulis/karya ilmiah yang pernah Saudara pelajari. Kami berikan
kesempatan 5 menit untuk mengingat kembali. Baik, kita mulai
pembelajaran, dimulai dari pengertian.

A. Pengertian

Pengertian karya tulis/karya ilmiah:

1) Karya tulis/karya ilmiah adalah tulisan tentang ilmu


pengetahuan yang menyajikan fakta, dan ditulis menurut
metodologi penulisan yang baik dan benar. Fakta dapat
berasal dari pengamatan, uji laboratorium, studi pustaka,
wawancara dan angket.

2) Karya tulis/karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang


berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai
dengan sifat keilmuannya, suatu karangan yang disusun
berdasarkan penelitian, pengamatan ataupun peninjauan,
membahas masalah secara obyektif sesuai fakta,
menggunakan metode ilmiah dengan bahasa yang benar,
jelas, ringkas dan kemungkinan kecil salah tafsir.

8
Bagaimana, apakah Saudara sudah merasa cukup jelas mengenai pengertian
karya tulis/karya ilmiah diatas? Ataukah kurang jelas? Jika demikian, Saya
akan menjelaskan kembali pengertian karya tulis/karya ilmiah menurut
beberapa sumber yang lain.

3) Karya tulis/karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan


yang menyajikan fakta dan ditulis berdasarkan pendekatan
dan metode ilmiah yang ditujukan untuk kelompok pembaca
tertentu. Disebut ilmiah, karena harus memenuhi syarat
sistematik, generalisasi, eksplanasi, dan terkontrol.

4) Karya tulis/karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis


menurut aturan atau kaidah tertentu. Karya ilmiah harus
didasarkan atas proses dan hasil berpikir ilmiah melalui
penelitian. Proses berpikir ilmiah menempuh langkah-langkah
tertentu yang terdiri dari 3 (tiga) unsur pokok, yaitu pengajuan
masalah, perumusan hipotesis dan verifikasi data dan hasilnya
ditulis secara sistematis menurut aturan-aturan metode ilmiah.

5) Karya tulis/karya ilmiah harus menggunakan ragam bahasa


resmi, sederhana dan lugas, serta selalu digunakan untuk
mengacu pada hal yang dibicarakan secara obyektif.

Itu tadi beberapa pengertian dari karya tulis/karya ilmiah yang pastinya dapat
menambah dan melengkapi informasi tentang karya tulis/karya ilmiah yang
sudah Saudara ketahui sebelumnya. Berikut akan disampaikan tentang
tujuan, manfaat, fungsi dan karakateristik penulisan karya tulis/karya ilmiah.

9
B. Tujuan, Manfaat, Fungsi Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis/karya ilmiah, antara lain sebagai


berikut:

a. Transformasi pengetahuan penulis;

b. Melatih keterampilan dasar untuk menjalankan penelitian


dengan benar dan teratur;

c. Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki


penulis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah
berupa karya tulis/karya ilmiah setelah yang bersangkutan
mendapatkan pengetahuan dari keilmuannya;

d. Menumbuhkan etos ilmiah;

e. Sebagai wahana melatih pengungkapan pikiran atau hasil


penelitiannya berupa tulisan ilmiah yang sistematis.

Bagaimana, apakah Saudara sudah mengerti tentang tujuan penulisan


diatas? Jika telah mengerti, marilah kita lanjutkan untuk mencermati tentang
manfaat karya tulis/karya ilmiah berikut ini. Tapi sebelum lanjut membahas
tentang manfaat, ada baiknya kita relaksasi terlebih dahulu/ Ikuti gerakan di
bawah ini secara bergantian, kaki kanan dan kiri masing- masing sepuluh
hitungan.

10
Bagaimana perasaan Saudara setelah melakukan relaksasi?

Mudah-mudahan terasa lebih segar dan semangat untuk melanjutkan


pembelajaran. kita lanjutkan ke manfaat karya tulis/karya ilmiah.

2. Manfaat Karya Tulis/Karya Ilmiah

Manfaat penulisan karya tulis/karya ilmiah, antara lain:

a. Melatih pengembangan keterampilan membaca yang


efektif;

b. Sebagai pengenalan dengan aktivitas kepustakaan;

c. Mendapatkan kepuasan intelektual;

d. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;

e. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan


untuk peneliti selanjutnya;

f. Sebagai peningkatan perorganisasian fakta dan data


secara sistematis;

g. Dapat melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari


berbagai sumber.

11
Apakah materi tentang manfaat karya tulis/karya ilmiah di atas dapat
dipahami?

Sekarang mari kita lanjutkan pada


materi fungsi penulisan karya
tulis/karya ilmiah.

Tahukah Saudara tentang fungsi


penulisan karya tulis/karya
ilmiah……yuk kita pelajari!

3. Fungsi Penulisan Karya Tulis/Karya Ilmiah

Fungsi penuisan karya tulis/karya ilmiah, diantaranya


memberikan sebuah pengalaman dan pelajaran yang
berharga untuk penulis. Penulis akan mampu berfikir, menulis
dan mempertanggungjawabkan hasil karya tulis/karya
ilmiahnya.

Apakah Saudara masih bersemangat untuk melanjutkan


pembelajaran? Akan ada banyak hal menarik yang akan kita
dapatkan di materi selanjutnya, yuk kita buka…..

Oh, ternyata materi berikutnya adalah tentang karakteristik penulisan. Ada


apa sih di karakteristik penulisan, dan mengapa kita harus tahu tentang
karakteristik penulisan?? Baiklah, kita simak saja materinya berikut ini.

12
C. Karakteristik Penulisan

Karakteristik karya tulis/karya ilmiah, antara lain sebagai berikut:

1. Logis (bisa diterima akal sehat);

2. Data yang diberikan jelas dan sesuai dengan fakta yang ada;

3. Objektif (isinya benar sesuai fakta, tanpa ada rekayasa);

4. Sistematis (ditulis secara tersusun sesuai prosedur yang


berlaku);

5. Pembahasannya tuntas dan menyeluruh;

6. Menggunakan bahasa yang baku;

7. Dapat diuji kebenarannya;

8. Tidak melibatkan aspek perasaan (emosi) penulis;

9. Tidak ambigu.

Sebelum dilanjutkan, apakah Saudara sudah mulai merasa lelah? Bila


demikian, Saudara diperkenankan keluar ruangan dulu selama 5 menit.
Apabila ada tumbuhan hijau di sekitar tempat Saudara berdiri, silakan
pandangi selama beberapa waktu sampai Saudara merasa relaks
kembali!

Baik, kembali ke topik pembelajaran, apakah Saudara sudah paham


tentang materi diatas? Sekarang kita akan lanjutkan ke materi berikutnya…

Sebelumnya saya ingin tahu, apa yang Saudara ketahui tentang jenis-jenis
karya tulis/karya ilmiah? Tentunya, Saudara sudah tahu banyak
tentang hal ini bukan?

Sekarang kita akan mempelajari materi jenis-jenis karya tulis/karya


imiah agar pengetahuan Saudara lebih luas tentang materi tersebut.
13
D. Jenis Karya Tulis/Karya Ilmiah

Karya tulis/karya ilmiah dibagi menjadi 3 jenis, yaitu karya tulis


ilmiah, karya tulis non ilmiah dan karya tulis populer. Setiap jenis karya
tulis memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain, baik dari ciri-
ciri karangannya atau fungsi dan kegunaan karya tulis itu sendiri.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang perbedaan ketiga jenis
karya tulis/karya ilmiah tersebut:

1. Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah yang biasa disingkat dengan sebutan karya


ilmiah (scientific paper) adalah sebuah karangan atau laporan
yang ditulis berdasarkan pemikiran atau penelitian dalam masalah
tertentu. Pengertian lain menyebutkan karya tulis/karya ilmiah
adalah proses pengkajian suatu masalah oleh seseorang, yang
memenuhi kaidah dan etika keilmuan.

Karya ilmiah sering juga disebut dengan sebutan tulisan akademis


(academic writing) karena karya ilmiah sering ditulis dan dibuat
oleh kalangan kampus, mahasiswa maupun dosen. Karangan ini
berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi berupa pengawasan, penjelasan dan prediksi.

Beikut ini merupakan ciri-ciri karya tulis ilmiah:

1. Netral
2. Objektif
3. Sistematis
4. Logis
5. Menyajikan sebuah fakta
6. Tidak berbelit-belit
7. Menggunakan bahasa formal.
Ada banyak sekali jenis karya tulis/karya ilmiah, diantaranya:
14
a. Makalah

Makalah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan


informasi, data atau hasil penelitian yang ditujukan untuk
kelompok tertentu yang disampaikan dalam suatu pertemuan
ilmiah, seperti seminar, simposium, lokakarya, konferensi atau
kongres.

b. Prosiding

Prosiding merupakan kumpulan paper akademis hasil publikasi


dari seminar akademis atau konferensi. Paper merupakan
artikel ilmiah yang penulisannya mengikuti format tertentu dan
merupakan hasil dari penelitian baru, dan/atau ulasan tentang
penelitian-penelitian terdahulu.

Prosiding memuat makalah dari pembicara kunci (makalah


kunci), makalah dari pembicara utama lain (makalah utama),
dan makalah dari peserta seminar atau konferensi atau
simposium (makalah pendamping).

Prosiding berisi hasil-hasil pemikiran para peneliti yang sudah


diseminarkan dalam suatu acara seminar akademis dan telah
dipublikasikan, baik pada tingkat nasional maupun
internasional.

c. Artikel

Artikel adalah semua tulisan di surat kabar atau majalah yang


bukan berbentuk berita, merupakan karangan faktual/non fiksi
tentang suatu masalah secara lengkap yang biasanya tidak
terlalu panjang ditulis untuk pembaca tertentu, misalnya untuk
dimuat dalam majalah, buletin dan sebagainya. Artikel
bertujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna

15
meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu
masalah atau menghibur.

d. Komentar

Komentar adalah karya ilmiah berupa pendapat terhadap


berbagai kejadian/pernyataan, kebijakan atau fenomena yang
terjadi di masyarakat.

e. Resensi

Resensi adalah tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil


karya atau buku. Resensi bertujuan menyampaikan kepada
para pembaca mengenai patut/tidaknya sebuah buku atau
karya tulis itu disimak oleh masyarakat.

f. Kritik

Kritik adalah karya ilmiah berupa hasil telaah yang menjelaskan


kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya tulis yang dikritik
yang diikuti pendapat pengkritik. Kritik umumnya terdiri dari:

1) Pendahuluan (ringkasan karya tulis yang dikritik)

2) Pembahasan (ulasan tentang kelemahan karya ilmiah yang


dikritik dan pendapat pengkritik).

3) Kesimpulan dan Saran

g. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah penulisan karya ilmiah berdasarkan


penelitian bibliografi secara sistematis ilmiah, meliputi
pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan sasaran
penelitian, pengorganisasian serta penyajian data.

16
h. Modul

Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan


secara tertulis,dengan harapan pembacanya dapat menyerap
materi yang disajikan secara mandiri.

i. Laporan Penelitian

Laporan penelitian merupakan tahap akhir proses penelitian


dimana peneliti menyampaikan dan mengkomunikasikan hasil
akhir risetnya dalam bentuk tulisan kepada audiens.

j. Pedoman

Pedoman adalah hal atau ketentuan pokok dalam memberi


arah yang menjadi dasar, pegangan, acuan atau petunjuk untuk
menentukan atau melaksanakan sesuatu.

k. Petunjuk Teknis

Petunjuk teknis adalah petunjuk rinci/urutan langkah yang


digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

l. Petunjuk Pelaksanaan

Petunjuk pelaksanaan adalah petunjuk yang digunakan untuk


mengarahkan kegiatan.

m. Buku Standar

Buku standar merupakan buku teks baku yang digunakan


sebagai acuan, dan biasanya dilengkapi tanda pengesahan dari
badan yang berwenang.

n. Laporan Ilmiah

Laporan menjadi hal penting di perusahaan dan instansi


pemerintah, karena merupakan dasar bagi kegiatan

17
selanjutnya. Laporan ada yang ditulis dalam jangka waktu
tertentu, disebut sebagai laporan periodik dan ada yang dibuat
berdasarkan kebutuhan dan permintaan.

o. Berita

Berita adalah tulisan berdasarkan fakta atas kejadian atau


peristiwa. Dalam menulis berita sama sekali tidak
diperbolehkan memuat opini.

2. Karya Tulis Non Ilmiah

Karya tulis non ilmiah adalah sebuah karya tulis yang menyajikan
fakta pribadi tentang ilmu pengetahuan, ditulis menggunakan
bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, dan tidak bergantung
pada fakta umum.

Ciri-ciri karya tulis non ilmiah adalah sebagai berikut:

a. Dituliskan berdasarkan pengalaman pribadi;

b. Fakta yang disimpulkan bersifat subyektif;

c. Gaya penyampaian menggunakan bahasa populer;

d. Penyajian karangan disertai dengan sejarah;

e. Tidak mengandung hipotesis;

f. Bersifat imajinatif;

g. Situasi karangan ini dibuat dramatisir;

h. Bersifat persuatif dan tidak didukung oleh bukti.

18
Terdapat jenis- jenis karangan non ilmiah, beberapa diantaranya
dijelaskan berikut ini:

1. Dongeng

Dongeng adalah sebuah sastra lama yang menceritakan


sebuah kejadian berdasarkan khayalan penciptanya. Meskipun
demikian, karangan ini tidak jarang dianggap benar-benar
terjadi oleh sebagian orang. Dongeng adalah sebuah cerita
tradisional atau cerita yang diceritakan secara turun-temurun
sejak jaman nenek moyang. Karangan ini bertujuan untuk
memberikan pesan moral kepada para pembacanya. Selain
memberikan pesan moral, dongeng juga bertujuan untuk
menghibur para pembacanya. Umumnya karangan jenis ini
ditujukan untuk anak-anak yang belum duduk di bangku
sekolah.

2. Novel

Novel adalah sebuah karangan prosa yang panjang dan


mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Secara bahasa,
kata novel berasal dari bahasa italia, yakni novella yang berarti
kisah atau cerita. Seseorang yang menulis atau membuat
karangan ini disebut sebagai novelis.

Karya tulis jenis novel memiliki isi atau pembahasan yang


panjang. Selain itu, karangan ini memiliki beberapa alur.
Pembahasan dalam karya tulis ini biasanya mengulas tentang
perjalanan hidup seseorang yang berinteraksi dengan
masyarakat sekitar. Cerita yang diangkat ini dapat bersumber
dari kisah nyata maupun skenario yang dikarang oleh penulis.

19
3. Cerpen

Cerpen (cerita pendek) merupakan sebuah karangan


berbentuk prosa naratif fiktif. Jika dibandingkan dengan karya
tulis lainnya, cerita pada sebuah cerpen cenderung lebih
singkat dan langsung menuju ke topik pembahasan.

4. Drama

Drama merupakan salah satu cabang karya sastra berupa seni


pertunjukkan yang dimainkan oleh para tokoh. Pertunjukkan
drama menggambarkan tentang kehidupan, watak tokoh dan
tingkah laku mereka yang diperagakan mengacu skenario dan
dialog antar tokoh dalam sebuah pertunjukkan.

5. Roman

Roman merupakan karya sastra yang berbentuk prosa atau


gancaran yang mengisahkan tentang perilaku dan watak
seorang tokoh. Pada umumnya roman juga dikenal masyarakat
umum dengan sebutan kisah percintaan.

3. Karya Tulis Populer

Karya tulis populer adalah jenis karangan ilmiah yang


menyampaikan sebuah fakta dengan jujur, cermat netral dan
sistematis, dan disampaikan dengan cara yang jelas, ringkas dan
tepat, tidak berbelit-belit, langsung kepada topik pembahasan.

Karya tulis populer adalah karya ilmiah yang bentuk, isi dan
bahasanya menggunakan metode yang telah ditentukan. Cara
penyampaiannya menggunakan bahasa yang santai tetapi mudah
dipahami oleh masyarakat pada umumnya.

20
Ciri-ciri karya tulis populer adalah sebagai berikut:

a. Ditulis berdasarkan fakta yang pernah dialami;

b. Fakta yang didapat disimpulkan secara subjektif;

c. Gaya penyampaiannya menggunakan bahasa formal dan


populer;

d. Melebih-lebihkan sesuatu yang menjadi topik pembahasan;

e. Usulan-usulan yang ada di karangan ini bersifat argumentasi


atau persuasif;

f. Mementingkan diri penulis.

Terdapat beragam jenis karya tulis populer, diantaranya seperti


dijelaskan berikut ini:

1. Artikel

Artikel merupakan sebuah karangan faktual yang disajikan


secara lengkap dengan panjang tertentu. Artikel biasanya
dimuat di koran, majalah, buletin juga di media sosial.
Pembuatan artikel bertujuan untuk menyampaikan gagasan
dan fakta penulis untuk meyakinkan, menghibur, dan mendidik
pembaca.

2. Sinopsis

Sinopsis yaitu sebuah ikhtisar karangan yang diterbitkan


bersamaan dengan karangan asli yang menjadi sumber
pengambilan sinopsis sehingga dapat disimpulkan, sinopsis
merupakan rangkuman dari sebuah karya tulis lainnya.

21
SEKARANG SAYA TAHU

1. Pengertian karya tulis/karya ilmiah adalah ilmu pengetahuan


yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar

2. Tujuan, manfaat dan fungsi karya tulis/karya ilmiah adalah


melatih pengungkapan pikiran atau hasil penelitian berupa
tulisan ilmiah yang sistematis dan bertujuan untuk melatih serta
menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber

3. Karya tulis/karya ilmiah memiliki beragam karakteristik,


diantaranya: logis, sesuai fakta, objektif, sistematis,
pembahasannya tuntas dan menyeluruh, menggunakan
bahasa yang baku ,tidak ambigu dan dapat diuji kebenarannya.

4. Jenis karya tulis/karya ilmiah ternyata sangat banyak dan


bermacam- macam, tidak hanya terbatas pada hasil penelitian,
tetapi laporan dan kritik pun masuk dalam jenis karya tulis/
karya ilmiah.

22
MATERI POKOK 2
Prinsip-prinsip dan Teknik Penulisan
Karya Tulius/ Karya Ilmiah

Pendahuluan

Sebelum memulai pembelajaran, coba perhatikan dulu gambar berikut:

Apa yang Saudara pikirkan terkait gambar diatas?

Mari kita lihat bersama. Apa yang dapat kita simpulkan dari gambar di
atas? Ya, benar, untuk dapat berjalan beriiringan dan tidak saling
bertabrakan satu dengan yang lain, maka perlu dipelajari prinsip dan cara
berjalan yang baik. Demikian pula halnya dengan membuat karya
tulis/karya ilmiah. Untuk membuat karya tulis/karya ilmiah yang baik, perlu
kita pelajari prinsip dan teknik penulisan karya tulis/karya ilmiah.

Baik, mari kita mulai pembelajaran tentang prinsip dan teknik penulisan
karya tulis/karya ilmiah. Semoga materi ini dapat memandu Saudara saat
menulis karya tulis/karya ilmiah, sehingga dapat menyusunnya dengan baik
dan benar.

23
Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan prinsip-


prinsip dan teknik penulisan karya tulis/karya ilmiah

Sub Materi Pokok

Sub Materi Pokok 2 pada materi pokok ini adalah sebagai berikut:

a. Prinsip-prinsip penulisan karya tulis/karya ilmiah

b. Teknik penulisan karya tulis/karya ilmiah

24
Uraian Materi Pokok 2

A. Prinsip penulisan karya tulis/karya ilmiah

Beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam penulisan karya


tulis/karya ilmiah adalah sebagai berikut:

A. Etika dalam penulisan karya tulis/karya ilmiah

Etika bagi seorang penulis ilmiah adalah memasukkan nilai-nilai


moral dan tanggung jawab ketika menggunakan komunikasi
ilmiah dengan tujuan mulia.

Beberapa landasan etika dalam penulisan karya tulis/karya


ilmiah adalah sebagai berikut:

a. Penulis ilmiah harus akurat d a n b e t u l -b e t u l se ksa m a


dalam menulis;

b. Penulis ilmiah harus jujur dalam menulis;

c. Penulis ilmiah harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya;


bekerja sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan;

d. Penulis ilmiah tidak boleh mengganti fakta dengan dugaan;

e. Penulis ilmiah tidak boleh menyembunyikan kebenaran


dengan menggunakan dwimakna (ambiguitas);

f. Penulis ilmiah tidak boleh menggunakan ide orang lain


tanpa memberi keterangan secara jelas, oleh karenanya
penulis ilmiah harus mencantumkan sumber informasi
suatu gagasan;

25
g. Penulis ilmiah tidak boleh melanggar hak cipta.

h. Penulis ilmiah tidak boleh berbohong dengan mengacu data


statistik. Penulis ilmiah yang memanipulasi data atau grafik,
menggunakan uji statistik secara ceroboh dan tidak tepat
atau sengaja mengubah sampel dikatakan tidak etis.

i. Penulis ilmiah tidak boleh memasukkan dugaan pribadi


dalam laporannya. Penulis ilmiah yang kurang obyektif
dalam tulisannya disebut tidak etis.

Nah, Saudara sudah belajar tentang landasan etika dalam


penulisan karya tulis/ karya ilmiah. Pengetahuan ini sangat
penting diimplementasikan saat Saudara membuat karya
tulis/karya ilmiah.

Prinsip penulisan karya tulis/karya ilmiah selanjutnya adalah


terkait proses berpikir ilmiah, berikut penjelasannya:

B. Proses berpikir ilmiah

a. Berpikir deduktif

Berpikir deduktif merupakan sebagian dari berpikir ilmiah.


Logika deduktif merupakan salah satu unsur dari metode
logiko hipotetiko verifikatif, dimana kita menarik kesimpulan
dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan
khusus dengan menggunakan penalaran atas rasio. Hasil
dari berpikir deduktif dapat digunakan untuk menyusun
hipotesis, yakni jawaban sementara yang masih perlu diuji
atau dibuktikan melalui proses keilmuan selanjutnya.

26
b. Berpikir induktif

Proses berpikir induktif adalah kebalikan dari berpikir


deduktif, yakni pengambilan kesimpulan dimulai dari
pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju
kesimpulan yang bersifat umum.

Proses berpikir induktif dimulai dari fakta atau data khusus


berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman
empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun,
diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik maknanya dalam
bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum.
Menarik kesimpulan umum dari data khusus berdasarkan
pengamatan tidak menggunakan rasio atau penalaran
tetapi menggunakan cara lain, yakni menggeneralisasikan
fakta melalui statistik.

c. Berpikir ilmiah

Berpikir ilmiah menggabungkan berpikir deduktif dengan


berpikir induktif. Hipotesis diturunkan dari teori, kemudian
diuji melalui verifikasi data secara empiris. Pengujian
dengan jalan mengumpulkan dan menganalisis data yang
relevan untuk menarik kesimpulan apakah hipotesis benar
atau tidak. Cara berpikir seperti ini disebut metode logiko-
hipotetiko-verifikatif.

Berpikir ilmiah menghasilkan metode ilmiah melalui


beberapa langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah, yakni mengajukan pertanyaan-


pertanyaan untuk dijawab. Pertanyaan yang diajukan

27
hendaknya mengandung banyak kemungkinan
jawaban;

2) Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau


dugaan jawaban dari pertanyaan diatas. Dalam
menetapkan hipotesis kita harus melihat kepada
khasanah pengetahuan, artinya hipotesis diturunkan
dari kajian teoritis penalaran deduktif;

3) Verifikasi data, artinya mengumpulkan data secara


empiris kemudian mengolah dan menganalisis data
untuk menguji benar tidaknya hipotesis. Hipotesis yang
telah terujimerupakan jawaban definitif dari pertanyaan
yang diajukan;

4) Menarik kesimpulan, artinya menentukan jawaban-


jawaban definitif dari setiap masalah yang diajukan
atas dasar pembuktian atau pengujian secara empiris.
Hipotesis yang tidak teruji kebenarannya tetap harus
disimpulkan dengan memberikan pertimbangan dan
penjelasan tentang faktor penyebabnya.

Berikut ini akan dibahas tentang 2 (dua) faktor


penyebab utama hipotesis tak teruji yaitu:

a) Kesalahan verifikasi: instrumen kurang tepat,


sumber data keliru, teknik pengolahan data kurang
tepat.

b) Kekurangtajaman dalam menurunkan hipotesis atau


bersumber pada teori yang belum mapan.

Namun bila proses penurunan hipotesis telah terpenuhi


dan verifikasi data telah memenuhi syarat, hipotesis

28
tetap tidak terbukti kebenarannya maka dapat
disimpulkan: tidak terdapat bukti yang kuat bahwa teori
yang mendukung hipotesis dapat diaplikasikan dalam
kondisi di tempat penelitian itu dilaksanakan.

Selanjutnya kita akan membahas tentang sikap


ilmiah yang perlu dimiliki penulis dalam
penulisan karya tulis/ilmiah. Apa sajakah sikap
itu….???

C. Sikap Ilmiah

Ada tujuh sikap ilmiah yang perlu dimiliki seorang penulis ilmiah:

a. Sikap ingin tahu yang diwujudkan dengan selalu bertanya


tentang berbagai hal, Apa? Mengapa? Bagaimana kalau
diganti dengan komponen yang lain?

b. Sikap kritis, direalisasikan dengan selalu mencari informasi


sebanyak- banyaknya, baik bertanya pada narasumber yang
kompeten ataupun melalui membaca.

c. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia


mendengarkan pendapat dan argumentasi orang lain.

d. Sikap obyektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa


adanya tanpa diikuti oleh perasaan pribadi.

e. Sikap rela menghargai karya orang lain yang diwujudkan


dengan mengikuti dan menyatakan terima kasih atas
karangan orang lain dan menganggapnya sebagai karya
orisinal milik pengarang aslinya.

29
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran yang diwujudkan
dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.

g. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap


futuristic yaitu berpandangan jauh, mampu membuat
hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun
suatu teori baru.

Itulah tadi tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki penulis karya tulis/ karya
ilmiah, kira-kira ada berapa yang sudah Saudara miliki?

Selanjutnya kita akan mempelajari syarat karya ilmiah, menurut Saudara apa saja
syarat yang harus dipenuhi hingga tulisan yang dibuat termasuk dalam
penulisan karya tulis/ karya ilmiah?

Baik sekarang kita lanjutkan menyimak materinya yah…..

D. Syarat-syarat Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi


serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya.

Suatu karangan dikatakan ilmiah bila memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:

a. Karangan ini berdasarkan hasil penelitian;

b. Pembahasan masalahnya obyektif sesuai dengan fakta;

c. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan


pemecahannya;

d. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah

30
digunakan metode tertentu. Bahasa yang digunakan
lengkap, terperinci, teratur dan cermat;

e. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas dan


tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca
untuk salah tafsir.

Melihat syarat-syarat di atas, seorang penulis karya ilmiah


hendaklah memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam
bidang berikut ini:

a) Masalah yang sedang diteliti;

b) Metode penelitian yang digunakan;

c) Teknis menulis karangan ilmiah;

d) Penguasaan bahasa yang baik.

Apakah saudara masih semangat untuk belajar. Sekarang kita akan mulai
mencermati tentang Teknik Penulisan Karya Ilmiah, semangat ya.

Ibarat kata menulis tanpa menguasai teknik penulisan ibarat pohon tanpa
ranting. Baiklah kita mulai ya!

31
B. Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Dalam teknik penulisan ilmiah terdapat tahapan penulisan


sebagai berikut:

A. Tahap-tahap penulisan karya ilmiah:

a. Tahap persiapan

1) Pemilihan topik/masalah dan merumuskan masalah


penelitian yang didefinisikan dengan jelas, keluasan
dan kedalamannya.

2) Studi pustaka untuk melihat apakah sudah ada


penelitian serupa yang pernah dilakukan.

3) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan


sementara tentang suatu fenomena yang akan diteliti.

4) Pembuatan kerangka penulisan.

b. Tahap pengumpulan data

Langkah pertama yang harus ditempuh dalam


pengumpulan data adalah mencari informasi dari
kepustakaan mengenai hal- hal yang ada relevansinya
dengan judul garapan. Di samping itu penyusun juga dapat
memulai terjun ke lapangan: tetapi ingat sebelum terjun
mintalah ijin pada tuan rumah, baik pemda ataupun
perusahaan, bila anda akan meneliti di perusahaan.

c. Tahapan pengorganisasian

Data yang sudah terkumpul diseleksi, diorganisir, dan


digolongkan menurut jenis, sifat dan bentuknya. Data
diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik yang sudah
ditentukan. Jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah

32
dan dianalisis dengan teknik statistik.

d. Tahap penyuntingan

Disini konsep diperiksa mencakup pemeriksaan isi karya


ilmiah, cara penyajian dan bahasa yang digunakan.

e. Tahap penyajian/pelaporan

Dalam mengetik naskah hendaknya diperhatikan segi


kerapihan dan kebersihan, perhatikan juga tata letak unsur-
unsur dalam karya ilmiah, baik di kulit luar maupun di dalam
(daftar isi, daftar puska, halaman, dll).

Itu tadi tahapan penulisan karya tulis/karya ilmiah, berikutnya kita


mempelajari bagaimana strategi pemilihan topik, pembahasan
topik dan judul karya tulis/karya ilmiah

33
SEKARANG SAYA TAHU

1. Prinsip-prinsip karya tulis/karya ilmiah adalah hal mendasar


yang harus kita pelajari agar kita dapat membuat tulisan
yang baik

2. Pada teknik penulisan terdapat tahapan penulisan dimulai


dari persiapan, tahap pengumpulan data, tahapan
pengorganisasian data, penyuntingan dan
penyajian/pelaporan.

34
Dua materi pokok sudah selesai dipelajari, sebelum kita lanjutkan
silahkan peregangan dulu agar badan tidak pegal, ikuti gerakan
pada gambar di bawah ini, setiap gerakan dilakukan selama 10
detik

Bagaimana, apakah pegalnya sudah berkurang sekarang?

Kalau sudah tidak pegal lagi, kita lanjutkan kembali ke


pembelajaran kita.

Ada satu materi terakhir yang harus dipelajari yaitu tentang


sistematika penulisan rancangan karya tulis/karya ilmiah di
bidang sanitasi lingkungan.

35
MATERI POKOK 3
Langkah-Langkah Penyusunan Karya
Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Sanitasi
Lingkungan

Pendahuluan

Materi Pokok 3 ini mempelajari tentang langkah-langkah penyusunan


karya tulis ilmiah di bidang sanitasi lingkungan, meliputi pemilihan topik,
pemilihan judul, penyusunan karya ilmiah/karya tulis ilmiah dan tata cara
publikasi karya tulis/karya tulis ilmiah.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menyusun karya


tulis/karya ilmiah di bidang sanitasi lingkungan.

Sub Materi Pokok

Sub Materi Pokok 3 ini adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan topik

b. Pemilihan judul karya tulis/karya ilmiah

c. Penyusunan karya tulis ilmiah/karya ilmiah

d. Tata cara publikasi karya tulis/karya ilmiah

36
Uraian Materi Pokok 3

A. Pemilihan Topik

Dalam pemilihan topik, penyusun karya ilmiah lebih baik


menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok
persoalan yang benar-benar diketahui.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik


adalah:

a. Topik yang dipilih berada di sekitar kita, baik di sekitar


pengalaman kita, maupun pengetahuan yang kita kuasai.

b. Topik yang dipilih hendaknya yang paling menarik perhatian


kita.

c. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang


sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret
Saudara pada pengumpulan informasi yang beraneka-
ragam.

d. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.


Hindari topik yang bersifat subyektif, seperti kesenangan
atau angan-angan Saudara.

e. Topik yang dipilih harus Saudara ketahui prinsip-prinsip


ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya jangan memilih
topik baru yang tidak Saudara kuasai.

f. Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki


bahasa kepustakaan yang akan memberikan informasi
37
tentang pokok masalah yang akan ditulis. Sumber
kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar,
brosur, surat keputusan, situs web atau undang-undang.

Sebelum dilanjutkan, bila sudah merasa lelah, silahkan melakukan relaksasi


terlebih dahulu selama 5 menit, bila ada tanaman hijau silahkan pandangi,
sambil berjalan-jalan agar mata kembali segar.

Baik, sudah lima menit. Bagaimana, apakah Saudara sudah merasa lebih
segar? Sekarang kita mulai belajar materi lagi ya!

Pembahasan Topik

Pembahasan topik disini ditekankan pada pembatasan topik.


Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan
petunjuk, uji sekali lagi apakah topik itu sudah cukup sempit dan
terbatas atau masih terlalu umum dan mengambang. Teknik
membatasi topik dapat dilakukan dengan pembuatan bagan
pembatasan topik dengan metode mind map atau peta konsep.
Tempatkan topik yang Saudara pilih pada puncak bagan atau di
tengah bagan, kemudian tariklah cabang-cabang pecahan pertama
untuk menempatkan pokok permasalahan yang akan dibahas..
Tariklah lagi garis anak-anak ranting dari pokok permasalahan untuk
menempatkan sub pokok masalah. Hal-hal yang berkaitan dengan
cabang pertama ini biasanya memiliki garis yang lebih tebal
dibandingkan anak ranting. Pikirkan kembali apakah hal itu sudah
cukup spesifik. Bila masih terlalu umum, rincilah lagi. Dengan
demikian Saudara mempunyai suatu topik yang betul-betul khusus,
spesifik dan sesuai dengan minat dan pengetahuan Saudara. Berikut
contoh narasi pembuatan bagan pembatasan topik terkait penyakit

38
berbasis lingkungan. Topik penyakit berbasis lingkungan yang Saudara
pilih ditempatkan di tengah bagan, kemudian tariklah cabang-cabang
ke bawah untuk menempatkan pokok permasalahan yang akan
dibahas, ditetapkan ada 3 yaitu (1) Pengertian Penyakit Berbasis
Lingkungan, (2) Ruang lingkup dan (3) Upaya yang dilakukan untuk
meminimalisis penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.
Tariklah lagi garis anak-anak ranting untuk menempatkan hal-hal
yang berkaitan dengan masing masing pokok bahasan tersebut. Dari
ranting utama pengertian penyakit berbasis lingkungan, ditarik anak
ranting pendapat ahli lingkungan dan Konsep Teori Blum. Dari
ranting utama ruang lingkup, ditarik anak ranting berbagai jenis
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat, mulai
dari water borne diseases, air borne diseases, food borne diseases
serta penyakit akibat kontaminasi dan atau paparan pestisida dan
limbah radiasi. Dari ranting utama upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi masalah sanitasi lingkungan, ditarik anak ranting
berbagai upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan dengan
Penyehatan Udara, Penyehatan Air Bersih (PAB), Hygiene Sanitasi
Makanan (HSM), Pengelolaan Sampah Akhir (PSA), PTAL
(Pengelolaan Tinja dan Air Limbah, limbah pestisida dan radiasi),
Pengendalian Serangga dan Vektor/Binatang Pembawa penyakit
(PSVBP), Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) serta Sanitasi
Tempat-Tempat Umum (STTU). Anak anak ranting selanjutnya dapat
ditambah atau ditarik menjadi pecahan ranting yang lebih halus lagi
sesuai keinginan sehingga diperoleh batasan topik yang spesifik
terkait penyakit berbasis lingkungan. Berikut gambaran contoh
pembatasan topik sanitasi lingkungan menggunakan metode
peta konsep (mind map):

39
Gambar 1. Pembatasan topik sanitasi lingkungan
menggunakan metode mind map

Baik Bapak dan Ibu, sekarang kita lanjutkan pada pembuatan


judul ya!

B. Pemilhan Judul Karya Tulis/Karya Ilmiah

Judul karya ilmiah yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat langsung, cakupannya terbatas;

b. Mencerminkan isi;

c. Mencakup permasalahan atau variabel yang akan


diuraikan;

d. Dapat mempunyai sub judul (anak judul);

e. Singkat, menarik dan jelas;

40
f. Berbentuk frase, bukan berbentuk kalimat;

g. Terdiri dari maksimal 17-18 kata;

h. Ditulis dengan huruf kapital seluruhnya atau capital di


setiap awal kata, kecuali kata depan dan tanpa tanda titik.

Sebelum memperoleh judul yang tepat, kita dapat membuat


beberapa judul tentatif sampai kita menemukan judul yang
paling sesuai dengan topik yang kita bahas. Contoh:

Kesalahan Bahasa Penyiar di Stasiun RCTI

(judul) Bahasa Indonesia Penyiar di Stasiun RCTI: Perlukan


dibenahi? (sub judul) Penutup.

C. Penyusunan Karya Tulis/Karya Ilmiah

Seorang pemangku jabatan fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan (TSL) dituntut untuk mahir menulis karya ilmiah.
Tak dapat disangkal, kemahiran ini haruslah didasari oleh
pengetahuan tentang karya ilmiah itu sendiri dan kerajinannya
berlatih menulis. Dalam modul ini dijelaskan beberapa
pengertian tentang karya ilmiah, jenis karya ilmiah, prinsip
penulisan dan strategi pemilihan judul. Juga dijelaskan
bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
etika penulisan. Pemilihan judul menjadi penting, karena judul
yang kurang greget menyebabkan tak seorangpun berminat
untuk membacanya.

Sistematikan karya tulis/karya ilmiah

Sistematika merupakan urutan dalam pembuatan karya

41
tulis/karya ilmiah yang digunakan sebagai panduan untuk
memudahkan dalam penulisan karya tulis/ilmiah. Berikut
beberapa contoh sistematika karya tulis/karya ilmiah secara
umum:

A. Makalah

Sistematika penulisan karya tulis/karya ilmiah makalah jenis


penelitian/studi kasus adalah sebagai berikut:

1. Halaman Judul

2. Lembar Pengesahan

3. Kata pengantar

4. Daftar isi

5. Daftar tabel (bila ada)

6. Daftar lampiran (bila ada)

7. Abstrr ak

8. Isi

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Rumusan masalah

c. Tujuan penulisan

d. Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

a. Rancangan Penelitian studi kasus

b. Populasi dan Sampel


42
c. Teknik Pengumpulan Data

d. Prosedur Penelitian pelaksanaan studi


kasus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(Sub bab disesuaikan dengan butir-butir pertanyaan


dalam masalah)

BAB V PENUTUP

Kesimpulan Saran

Sistematika penulisan karya tulis/karya ilmiah makalah


jenis reviu atau kajian pustaka adalah sebagai berikut:

COVER (Judul, nama penulis, Instansi, Tahun)

LATAR BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENULISAN

MANFAAT PENULISAN

PEMBAHASAN

KESIMPULAN SARAN

43
Jika akan didokumentasikan di perpustakaan instansi, makalah
dilengkapi dengan tanda tangan dan cap stempel seperti
contoh berikut:

Lokasi, …………Bulan Tahun

Mengetahui,

Kepala Instansi Penulis


(stempel Instansi)

(nama lengkap, ttd)

Koordinator/PJ UKM,

(……………………………………….)

B. Artikel Jurnal

Sistematika penulisan artikel dalam suatu jurnal menyesuaikan


gaya selingkung dari jurnal yang bersangkutan. Berikut contoh
gaya selingkung penulisan artikel:

1. Manuskrip mengenai penelitian yang mengikutsertakan


manusia sebagai subyek dan memanfaatkan hewan coba harus
melampirkan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance)

44
2. Judul

JUDUL BAHASA INDONESIA

Diketik dengan huruf kapital dan bold, maksimal 20 kata, tidak menggunakan kata
studi, serta tahun. Jenis huruf Arial, ukuran huruf 10 point dan spasi 1.

JUDUL BAHASA INGGRIS

Diketik dengan huruf kecil dan miring, maksimal 18 kata, pada setiap kata kecuali
pada huruf awal judul di kata pertama menggunakan huruf kapital. Jenis huruf Arial
ukuran huruf 10 point dan spasi 1.

Penulis Pertama1, Penulis Kedua2, Penulis Ketiga3

(Nama lengkap penulis tanpa gelar, jika penulis berasal dari institusi yang sama
maka tidak perlu dicantumkan pengkodean)

1Institusi penulis pertama

2Institusi penulis kedua

3Institusi penulis ketiga

*) E-mail korespondensi salah satu penulis)

45
3. Abstrak

ABSTRACT

(Huruf Arial 8 point, Bold, spasi 1)

Abstract consist of the introduction (1-2 sentences) research objectives (1


sentence), methods (3-5 sentences), research results (3-5 sentences), and
conclusions (1 sentence) written in one paragraph, with Arial 10 point,
italics and single space. Abstract consists of English and Indonesian
language no more than 300 words.

Keywords : Consist of 3-5 keywords sorted alphabetically separated by a


comma

ABSTRAK

Abstrak berisi uraian singkat tentang pendahuluan (1-2 kalimat) tujuan


penelitian (1 kalimat), metode (3-5 kalimat), hasil penelitian (3-5 kalimat),
dan kesimpulan (1 kalimat) yang dibuat dalan satu paragraf. Abstrak
terdiri dari bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tidak lebih dari 300 kata
dengan menggunakan satu spasi. Abstrak bahasa Inggris menggunakan
huruf miring, desimal menggunakan titik. Abstrak bahasa Indonesia
menggunakan huruf tegak, desimal menggunakan koma. Artikel yang
dimuat harus menyesuaikan tata cara penulisan yang tetapkan oleh
SULOLIPU agar tulisan yang dimuat memiliki gaya yang sama, oleh
karena itu untuk memudahkan penulis, maka pastikan tidak mengubah
template ini, yang meliputi jenis dan ukuran huruf, spasi, jarak indent, dan
lain sebagainya. Jumlah halaman untuk jurnal maksimal 15 halaman

Kata kunci :Terdiri atas 3-5 kata kunci diurutkan menurut abjad
dipisahkan dengan tanda koma dan tidak diakhiri tanda titik

46
4. Pendahuluan (huruf Arial, bold, spasi 1, dibuat format dua
kolom), seperti contoh berikut:

PENDAHULUAN penulisan di akhir (Budirman et al.,


2017). Penulisan et al. Diketik miring
Pendahuluan berisi latar
dan titik setelah al. Jika nama penulis
belakang dan tujuan penelitian yang
terdiri atas dua suku kata seperti Andi
ditulis pada alinea berbeda. Latar
Ruhban maka penulisan di awal ialah
belakang menguraikan alasan mengapa
Ruhban (2017) dan penulisan di akhir
penelitian ini dilaksanakan dan
(Ruhban, 2017). Jika nama penulis
didukung dengan hasil penelitian terkini
terdiri atas tiga suku kata seperti Ahmad
dalam 10 tahun terakhir yang diperoleh
Yazid Ilmany maka penulisan di awal
dari jurnal dan buku dalam dan luar
ialah Ilmany (2017) dan penulisan di
negeri. Bagian ini juga mengemukakan
akhir ialah (Ilmany, 2017). Penulisan
masalah penelitian dengan metode
untuk artikel jurnal dari sumber
piramida terbalik yaitu mulai masalah
elektronik dari internet ialah Penulis,
ditingkat global, nasional dan lokal.
inisial.,tahun. Judul artikel. Judul jurnal,
Jumlah halaman pada bagian ini
[tipe media] Nomor volume (nomor
maksimal 1,5 halaman yang ditulis
issu/bagian), halaman jika ada. Alamat
menggunakan huruf Arial, spasi 1dan
website/URL secara detail dan
ukuran huruf 10 point, satu paragraf
digarisbawahi.
minimal terdiri atas dua kalimat serta
pada bagian akhir dicantumkan tujuan METODE (Huruf Arial 10 point, Bold,
penelitian. spasi 1 Dibuat format 2 kolom)

Penulisan sitasi dibedakan antara Desain, tempat dan waktu (Huruf Arial
penulisan di awal dan akhir kalimat. Jika 10 point, Bold, spasi 1 Dibuat format 2
penulis hanya satu orang maka kolom)
penulisan diakhir (Budirman, 2015). Jika
Bagian ini menjelaskan desain,
penulis terdiri atas dua orang maka
tempat dan waktu penelitian yang
penulisan di awal Budirman dan Erlani
diketik secara berurutan dalam bentuk
(2016) sedangkan penulisan di akhir
paragraf. Penulisan menggunakan Arial
(Budirman & Erlani, 2016). Jika penulis
10 point dengan spasi 1. Paragraf
lebih dari dua orang maka penulisan di
diawali dengan kata yang menjorok 6
awal Budirman et al. (2017) dan
digit ke dalam dan tidak boleh

47
menggunakan subjudul. Penelitian dalam bentuk paragraf, menggunakan
kualitatif seperti studi kasus, huruf Arial 10 point dengan spasi 1.
fenomenologi, etnografi, dan lain – lain, Paragraf diawali dengan kata yang
perlu menambahkan uraian mengenai menjorok 6 digit ke dalam dan boleh
pengecekan keabsahan hasil penelitian. menggunakan subjudul.

Jumlah dan cara pengambilan subjek Pengolahan dan analisis data


(untuk penelitian survei) atau bahan
Dijelaskan secara berurutan
dan alat (untuk penelitian
dalam bentuk paragraf, menggunakan
laboratorium) (Huruf Arial 10 point,
huruf Arial 10 point dengan spasi 1.
Bold, spasi 1 Dibuat format 2 kolom)
Paragraf diawali dengan kata yang
Bagian ini terdiri atas 1-2 menjorok 6 digit ke dalam.
paragraf yang menjelaskan populasi,
HASIL (Huruf Arial 10 point, Bold, spasi
subjek, jumlah dan cara pengambilan
1 Dibuat format 2 kolom)
subjek pada penelitian survei atau
Bagian hasil menguraikan
menguraikan bahan dan alat yang
tentang karakteristik subjek penelitian,
digunakan pada penelitian laboratorium.
analisis univariat, analisis bivariat (jika
Kata subjek digunakan untuk penelitian
ada) dan analisis multivariat (jika ada).
survei dan kata sampel untuk penelitian
Tidak diperkenankan memasukkan
laboratorium. Dijelaskan secara
tabel dan gambar pada bagian ini, tabel
berurutan dalam bentuk paragraf,
dan gambar dicantumkan di bagian ini.
menggunakan huruf Arial 10 point dan
Interpretasi hasil penelitian dibuat
spasi 1. Paragraf diawali dengan kata
dalam bentuk naratif, penulisan
yang menjorok 6 digit ke dalam dan
menggunakan Arial 10 point dengan
tidak boleh menggunakan subjudul.
spasi 1. Paragraf diawali dengan kata
Penelitian kualitatif seperti studi kasus,
yang menjorok 6 digit ke dalam dan
fenomenologi, etnografi, dan lain – lain,
tidak boleh menggunakan sub judul
perlu menambahkan uraian mengenai
untuk setiap variabel
pengecekan keabsahan hasil penelitian.
PEMBAHASAN (Judul Arial 10 point,
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Bold, spasi 1 Dibuat format 2 kolom)
(untuk penelitian survei)/Langkah-
Langkah Penelitian (untuk penelitian Pembahasan berisi diskusi
laboratorium) (Huruf Arial 10 point, yang menghubungkan dan
Bold, spasi 1 Dibuat format 2 kolom) membandingkan hasil penelitian
dengan teori/konsep/temuan dari hasil
Dijelaskan secara berurutan
48
penelitian lain baik yang sejalan 10 point, Bold, spasi 1)
maupun tidak sejalan dengan hasil
Bagian bersifat pilihan,
penelitian. Pembahasan tidak sekedar
berisikan ucapan terimah kasih kepada
menarasikan hasil (tabel dan gambar),
pihak-pihak yang berkontribusi pada
serta sebaiknya mengemukakan
penelitian ini seperti pemberi dana atau
dampak dari hasil penelitian.
sponsor, penyumbang bahan, alat dan
Bagian ini ditulis dengan sarana. Penulisan nama tidak
menggunakan huruf Arial 10 point dan menggunakan gelar.
spasi 1. Paragraf diawali dengan kata
DAFTAR PUSTAKA
yang menjorok 6 digit ke dalam dan dan
Daftar pustaka hanya memuat
tidak boleh menggunakan sub judul
pustaka yang dirujuk di dalam artikel ini,
untuk setiap variabel
penulis wajib menggunakan pustaka 10
KESIMPULAN (Huruf Arial 10 point,
tahun terakhir dan satu diantaranya
Bold, spasi 1 Dibuat format 2 kolom)
merujuk pada naskah yang telah
Kesimpulan berisi jawaban dari diterbitkan di Sulolipu. Rujukan ditulis
tujuan penelitian bukan merupakan dengan menggunakan sistem Harvard,
ringkasan hasil penelitian yang disarankan untuk menggunakan
ditampilkan dalam 1 paragraf dan diketik aplikasi referensi standar seperti
menggunakan huruf Arial 10 point Mendeley, EndNote, Zotero dan lain-
dengan spasi 1. Paragraf diawali lain, kemudian disusun menurut abjad
dengan kata yang menjorok 6 digit ke nama penulis. Contoh penulisan daftar
dalam pustaka sebagai berikut:

SARAN (Huruf Arial 10 point, Bold, Bongoura M.L., Atindana J.N., Ming
spasi 1) Z.H., Wei P, Mothibe K.J and Xue Z.K.
2012. Starch Functional Properties and
Saran ditulis berdasarkan
Resistant Starch from Foxtail Millet
temuan penelitian dan mengacu pada
[Setaria italica (L.) P. Beauv] Species.
aktifitas praktis, penelitian lebih lanjut
Pakistan Journal of Nutrition, 11: 919-
atau pengembangan teori baru. Saran
928.
diketik menggunakan huruf Arial 10
point dan spasi 1. Paragraf diawali Gibson RS. 2005. Principles of
dengan kata yang menjorok 6 digit ke Nutritional Assessment. Second Edition.
dalam New York: Oxford University Press.

UCAPAN TERIMA KASIH (Huruf Arial

49
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Ruhban, Andi, dkk. 2011. Efektifitas


Ekstrak Bandotan (Ageratum
Conizoides L) Dalam Mematikan Lalat
Rumah (Musca Domestica).Makassar:
Poltekkes Makassar Jurusan
Kesehatan Lingkungan.

Wagiyono. 2003. Menguji Kesukaan


Secara Organoleptik
http://psbtik.smkn1cms.net/pertanian/a
groindustri/agroindustri_non_pangan/m
engujikesukaan_secara_organoleptik.p
df (Diakses 9 November 2017)

50
5. Contoh Tabel

Tabel 1

Pemeriksaan kadar pH, Suhu dan Kekeruhan Setelah Perlakuan


Menggunakan Karbon Aktif Ampas Tebu Dengan Waktu Kontak 30 Menit
Tahun 2019

Suhu Kekeruhan
No Pengulangan pH
(0C) (NTU)

1 Replikasi I 6,85 30,4 11,21

2 Replikasi ll 6,72 30,3 6,61

3 Replikasi lll 6,87 30,4 6,62

Rata-Rata 6,81 33,36 8,14

Sumber : Data Primer

6. Contoh Gambar

Gambar 1. Grafik Variasi Kadar TSS, BOD, dan DO Pagi Hari pada Lokasi

51
7. File disimpan dengan nama judul manuskrip

Nah, demikian format dari makalah dan artikel. Khusus untuk artikel,
contoh yang diberikan bersifat umum, selanjutnya silakan
disesuaikan kembali dengan gaya selingkung dari jurnal yang akan
dituju untuk publikasi.

Selamat menulis!

Itulah tadi bagaimana menyusun karya tulis/karya ilmiah dengan beberaoa


contoh sistimatika penyusunannya. Nah, silahkan mulailah menulis sesuai
dengan jenis dan bentuk KTI yang diinginkan tentunya sistimatikannya juga
harus disesuaikan ya……. Selamat menulis…….dan semangat, ingatlah
pesan berikut ini.

52
D. Tata Cara Publikasi Karya Tulis/Karya Ilmiah

a. Proses Penerbitan di Jurnal

1.Menyiapkan naskah

Setelah memilih jurnal yang kita inginkan, penulis harus


membaca Aims and Scope (ruang lingkup) jurnal dimaksud
untuk mengetahui seberapa luas cakupannya, artinya seberapa
banyak topik yang dapat disajikan atau diterima oleh jurnal
tersebut.

Sebelum mulai menulis naskah, sebaiknya bacalah beberapa


artikel dari jurnal yang dituju dan bandingkan dengan naskah
Saudara. Dengan memahami isi naskah dalam suatu jurnal
tertentu, maka Saudara dapat memperkirakan layak/tidaknya
naskah Saudara dikirim ke jurnal tersebut. Naskah yang ditolak
oleh suatu jurnal belum tentu menggambarkan naskah itu tidak
bermutu. Mungkin saja, hal ini terjadi hanya karena tidak sesuai
dengan tujuan dan ruang lingkup jurnal yang bersangkutan.
Itulah sebabnya memahami ruang lingkup dan hal-hal lain yang
dipersyaratkan jurnal yang dituju harus benar-benar dipahami.
Topik atau permasalahan yang disajikan harus mengandung
hal-hal yang baru (novelty). Novelty yang dimaksud dapat
berupa teori baru, metode baru atau perkembangan baru
lainnya. Sebagian besar nsakah di jurnal internasional berasal
dari penelitian. Oleh sebab itu untuk mengetahui apakah
seseorang mempunyai materi yang tulisan yang cocok untuk
jurnal internasional adalah dengan menanyakan apakah dia
telah melakukan penelitian yang hasilnya sudah ditulis dan
didokumentasikan dengan baik. Adapun jenis tulisan yang

53
dapat dimuat dalam suatu jurnal adalah: original article (hasil
penelitian), riview article (makalah kajian pustaka), short
communication (uraian singkat tentang temuan yang dianggap
sangat penting dan oleh karenanya perlu segera dipublikasikan)
dan expert commentary (pendapat/kritik seseorang terhadap
topik ilmiah tertentu).

Gaya selingkung merupakan format penulisan dari naskah yang


akan diterbitkan. Setiap jurnal memilii gaya selingkung yang
berbeda-beda. Berdasarkan hal itu, jika Anda sudah
menentukan pilihan memasukkan naskah ke suatu jurnal,
langkah selanjutnya adalah mencari petunjuk penulisan (author
guideline, guide for author atau instruction for author di jurnal
pilihan Saudara. Sebelum menulis naskah, Saudara hendaknya
mempelajari format penulisan yang diminta oleh jurnal
bersangkutan. Saat ini, banyak jurnal sudah menyediakan
template penulisan yang memudahkan penulis sehingga tidak
direpotkan lagi oleh tata letak penulisan, penggunaan sitasi dan
referensi, sehingga penulis dapat lebih berkonsentrasi pada
substansi naskahnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menempatkan posisi pengetikan pada template yang tersedia.

Struktur naskah dalam suatu jurnal berbeda satu dengan yang


lain sehingga penulis harus mematuhi struktur naskah yang
diminta oleh editor. Berikut adalah contoh struktur umum suatu
naskah jurnal:

1. Introduction

54
2. Material and Methods

3. Theory/calculation

4. Results

5. Discussion

6. Conclusions

7. Appendices.

Judul naskah biasanya diikuti dengan nama-nama) penulis dan


afiliasinya, penulis korespondensi (corresponding author, hanya
jika penulis lebih dari seorang), dan alamat institusi. Hendaknya
semua informasi tersebut itu ditulis dengan jelas dan tanpa
salah ketik. Juga setiap ada perubahan, misalnya perubahan
institusi, perubahan susunan penulis dan sebagainya, maka
penulis korespondensi harus segera menyampaikannya kepada
editor. Selanjutnya perlu betul-betul dipahami apa yang
dikehendaki oleh editor jurnal berkaitan dengan Abstract,
Keywords, Abbreviations, Acknowledgments, dan sebagainya.
Misalnya, jumlah kata maksimum dalam abstract tidak lebih dari
sekian ratus kata, keywords sekian kata, abbreviation mengikuti
aturan tertentu, acknowledgment merupakan keharusan atau
tidak, dan seterusnya.

Penulis naskah sebaiknya mencermati langsung dari petunjuk


penulisan jurnal yang dituju karena sering bersifat khusus untuk
setiap jurnal, seperti cara menuliskan rumus matematika,

55
catatan kaki (foot notes); membuat tabel, grafik, dan artwork
lain, cara menulis sitasi dan menyusun referensi, cara
memasukkan data yang berupa video ke dalam naskah, dan
cara menambahkan data tambahan (supplementary data).

Secara umum suatu jurnal biasanya menganjurkan agar calon


penulis memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

▪ Etika dalam penerbitan

▪ Aturan-aturan etika dalam publikasi, terutama publikasi


dalam jurnal.

▪ Konflik kepentingan

▪ Apakah ada kemungkinan terjadi konflik kepentingan,


yang menyangkut finansial, personal atau hubungan lain,
apabila naskah dimuat ?

▪ Pernyataan pengiriman naskah. Pernyataan dari penulis


bahwa naskah belum pernah diterbitkan dalam jurnal
mana pun, dan nanti setelah terbit juga tidak akan
diterbitkan di jurnal lain. Pernyataan bahwa kehendak
untuk memasukkan/menerbitkan naskah sudah disetujui
oleh semua penulis, mulai dari penulis pertama, penulis
kedua, dan seterusnya.

▪ Perubahan kepengarangan. Perlu dipahami bagaimana


aturan atau mekanismenya apabila penulis akan
ditambah, diganti, diubah urutannya, dan sebagainya.

▪ Hak cipta. Setelah naskah disetujui oleh editor untuk


diterbitkan, penulis harus membuat pernyataan: Journal
Publishing Agreement, atau Copyright Transfer, atau

56
sebutan sejenis lainnya. Isi pernyataan itu perlu dicermati
benar-benar karena menyangkut hak cipta. Misalnya,
setelah naskah diterbitkan, bolehkah si penulis
menggandakannya untuk diedarkan di institusinya.
Apakah gambar, foto, grafik, tabel boleh dikopi oleh
penulis untuk dimasukkan dalam buku ajar yang hendak
ditulisnya?

▪ Hak kepengarangan penulis. Sejalan dengan hak cipta


yang diuraikan sebelumnya, hak kepengarangan penulis
mengatur apa saja yang menjadi hak si penulis atas
naskah yang sudah diterbitkan.

▪ Peranan penyandang dana. Adakah keterlibatan


penyandang dana untuk naskah yang akan diterbitkan?
Penyandang dana mungkin terlibat pada waktu penelitian,
penulisan laporan, penulisan naskah, keputusan untuk
mengirimkan naskah ke jurnal tertentu, dan sebagainya.
Jika ada, informasi tersebut perlu disampaikan, dalam hal
ini untuk mengantisipasi konflik kepentingan yang dapat
terjadi di masa yang akan datang.

▪ Kebijakan dan persetujuan penyandang dana. Kebijakan


dan persetujuan semacam ini terkait dengan kemungkinan
pengarsipan/penyimpanan naskah yang diterbitkan oleh
penerbit. Biasanya penerbit menganjurkan agar penulis
memahami kebijakan dari penerbit.

▪ Open Access Journal menanyakan apakah penulis


menghendaki naskahnya bersifat akses terbuka, yaitu
dapat dibaca dan diunduh dengan bebas. Untuk keperluan

57
ini ada biaya (fee) yang harus dibayar oleh penulis.

▪ Bahasa dan layanan bahasa jurnal menganjurkan agar


naskah ditulis dalam bahasa Inggris yang baik, boleh
British atau American style, asal tidak dicampuradukkan.
Penulis potensial yang terkendala bahasa dapat
memanfaatkan layanan bahasa. Dengan membayar
sejumlah biaya, naskah dalam bahasa Inggris yang masih
“acak-acakan” dapat diperbaiki hingga memenuhi standar.
Untuk beberapa bahasa tertentu bahkan layanan bahasa
dapat menerjemahkan seluruh naskah ke dalam bahasa
Inggris. Alternatif lain yang layak Saudara coba terkait
proses menerjemahkan naskah, adalah dengan
memanfaatkan aplikasi-aplikasi penerjemah gratis berikut
ini (gramarly.com, quilbot.com, dan google.docs). Aplikasi-
aplikasi tersebut cukup membantu penulis dalam
menerjemahkan, bahkan memparafrasekan kalimat-
kalimat yang diadaptasi dari naskah sumbernya. Namun
tentu saja, penggunaan aplikasi gratis tersebut tetap harus
diperiksa kembali untuk menghasilkan naskah yang betul-
betul halus dan tepat menggambarkan apa yang
diinginkan penulis dalam naskah yang disusunnya.

▪ Pengiriman. Pengiriman naskah dan semua komunikasi


dengan editor sebaiknya berlangsung lewat surel (email).
Untuk jurnal tertentu, penulis perlu mendaftar untuk
memperoleh username dan password.

2. Penelaahan Naskah

58
Naskah yang dikirim ke editor akan menjalani penelaahan
sebelum dinyatakan dapat diterbitkan. Ada 3 faktor yang saling
berkaitan dalam proses penelaahan pada jurnal ilmiah, yaitu:

a. Proses Penelaahan

Tahapan dalam penelaahan:

▪ Naskah yang lolos seleksi oleh editor, ditelaah oleh


mitra bestari (reviewer);

▪ Mitra bestari menganalisis naskah (mengkritik dan


memberi saran);

▪ Editor meminta penulis untuk melakukan revisi


sesuai dengan saran mitra bestari;

▪ Revisi naskah ditelaah ulang;

▪ Naskah dinyatakan diterima dan dikirim kepada


penerbit; dan

▪ Menunggu proses dari copy-editing dan tata bahasa.

b. Proses penelaahan oleh mitra bestari (peer-review)


Penelaahan oleh mitra bestari untuk publikasi jurnal pada
dasarnya merupakan suatu mekanisme kendali atas
mutu suatu naskah ilmiah. Naskah yang akan
dipublikasikan pada suatu jurnal diharapkan bermutu
tinggi. Mitra bestari adalah ahli/pakar pada bidang
tertentu yang mengevaluasi hasil kerja penulis sehingga
diharapkan dapat dipublikasikan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Akan tetapi, mitra
bestari tidak menentukan diterima atau tidaknya suatu

59
naskah untuk dipublikasikan pada suatu jurnal. Pada
umumnya, mitra bestari hanya sebatas memberi
rekomendasi mengenai kelayakan naskah untuk
diterbitkan

c. Proses penapisan oleh Editor

Pada umumnya, ketika sebuah naskah dikirimkan ke


suatu jurnal, editor akan melakukan penapisan naskah
secara singkat dan memutuskan apakah naskah tersebut
akan dikembalikan kepada penulis atau dikirimkan
kepada penelaah. Editor atau dewan editor akan
menentukan penolakan atau penerimaan suatu naskah
dengan mempertimbangkan salah satunya adalah
masukan dari mitra bestari.

Penapisan awal. Penapisan awal dilakukan oleh editor


dan akan menguntungkan penulis. Adapun keuntungan
dengan dilakukannya penapisan awal adalah:

▪ Rapid rejection, walaupun menyakitkan bagi penulis,


tetapi penolakan awal juga merupakan
menguntungkan penulis untuk segera memperbaiki
naskahnya atau juga untuk mengirimkannya ke jurnal
lain.

▪ Penapisan awal akan membantu mitra bestari dalam


bekerja karena tidak perlu menelaah naskah yang
tidak bermutu.

60
Adapun pertanyaan dalam penapisan awal dalam
menyeleksi sebuah naskah oleh editor/dewan editor
adalah:

▪ Does the manuscript fit the journal’s scope and aim


and will it be of interest to the readership?

▪ Is the manuscript of minimum acceptable quality?

▪ Is the content and writing good enough to make it


worth reviewing?

▪ Is the manuscript compliant with the journal’s


instructions for authors?

Penelaahan. Pada umumnya ada 3 model penelaahan:

▪ Single blind: penulis tidak mengetahui nama


penelaah;

▪ Double blind: baik penelaah maupun penulis tidak


saling mengetahui; dan

▪ Open peer-review: penelaah dan penulis saling


mengetahui.

Lazimnya, jurnal saat ini menerapkan sistem double blind


dalam penelaahan suatu naskah.

Editor/dewan editor menetapkan kriteria dalam memilih


penelaah:

▪ Seseorang yang ahli/pakar di bidangnya;

▪ Memiliki catatan yang baik (a good track record)


untuk menghasilkan publikasi ilmiah dan melakukan
penelaahan; dan

61
▪ Rekomendasi dari beberapa kelompok seminat/ahli
pakar. Setelah mitra bestari menerima naskah yang
akan ditelaah, pada umumnya editor akan
memberikan jangka waktu 3-4 pekan, kecuali pada
naskah-naskah tertentu yang memerlukan evaluasi
khusus.

Ketika penelaahan telah selesai, mitra bestari memiliki 2


kewajiban, yaitu

▪ Memberikan rekomendasi kepada editor tentang


naskah yang dikirimkan kepadanya; dan

▪ Memberikan masukan kepada penulis untuk


perbaikan naskahnya.

d. Keputusan akhir (final decision)

Bagaimana keputusan akhir dari perjalanan naskah yang


Anda kirimkan? Jenis keputusan akhir dari suatu naskah
adalah satu dari 5 butir berikut.

▪ Accept without any changes (acceptance): jurnal


akan memublikasikan naskah tanpa perubahan;

▪ Accept with minor revisions (acceptance): jurnal akan


memublikasikan naskah dan meminta penulis untuk
melakukan perbaikan kecil;

▪ Accept after major revisions (conditional


acceptance): jurnal akan memublikasikan naskah
apabila penulis memperbaiki naskah sesuai dengan
saran mitra bestari atau editor;

62
▪ Revise and resubmit (conditional rejection): jurnal
masih berkeinginan untuk mempertimbangkan
kembali naskah setelah penulis melakukan revisi
besar (major).

▪ Reject the paper (outright rejection): jurnal tidak akan


mempublikasikan naskah tersebut walaupun penulis
akan melakukan revisi total.

Umumnya, keputusan pertama (accept without any


changes) jarang terjadi. Penulis yang mendapat
keputusan accept with minor revisions adalah hasil yang
sudah terbaik bagi seorang penulis. Ada beberapa
ketentuan yang merupakan etika dalam melakukan
pengiriman naskah pada suatu jurnal:

▪ Penulis tidak patut apabila mengirim satu naskah ke


berbagai jurnal dalam satu waktu;

▪ Apabila akan mengirimkan naskah ke suatu jurnal


lain, penulis harus menunggu keputusan akhir dari
naskahnya. Pada kondisi ini, penulis dapat
menanyakan langsung kepada editor apabila
dianggap terlalu lama (biasanya 2-3 bulan); dan

▪ Apabila naskah yang dikirimkan telah ditolak, penulis


sebaiknya tidak mengirimkan kembali ke jurnal yang
sama.

Editor/dewan editor akan membuat keputusan dengan


mempertimbangkan berbagai faktor. Walaupun editor

63
mendapat rekomendasi dari mitra bestari atas penilaian
suatu naskah, editor/dewan editor berwenang untuk
menetapkan kondisi suatu naskah. Pada satu kondisi
apabila tidak ada kesepakatan antara editor/dewan editor
dan mitra bestari mengenai evaluasi suatu naskah, maka
editor/dewan editor akan meminta mitra bestari lainnya
untuk menilai naskah tersebut.

b. Proses Penerbitan Buku

Untuk menerbitkan buku, diperlukan surat usulan kepada


penerbit yang memuat judul dan subjudul; perkiraan jumlah
halaman (spasi-ganda), jumlah tabel dan gambar yang
diperkirakan, calon pembaca/pembeli, buku pesaing, dan apa
kelebihan buku dibandingkan yang sudah ada, mengapa Anda
menganggap berkualifikasi menulis buku itu, dan kapan naskah
diperkirakan selesai. Selain itu, juga ditambahkan deskripsi
buku, termasuk cakupan, daftar isi, contoh bab untuk
menunjukkan gaya (dengan maksud bahwa Anda memang
dapat menulis), biodata, serta expanded outline yang
menunjukkan tajuk dan subtajuk, daftar isi beranotasi yang
menjelaskan isi setiap bab.

Setiap penerbit buku memiliki mekanisme yang berbeda dalam


proses penerbitan, tetapi secara umum tahapannya adalah
sebagai berkut:

▪ Verifikasi: apakah seluruh naskah lengkap;

▪ Penugasan kepada editor produksi: mengurus naskah

64
sampai terbit;

▪ Copyediting: perbaikan kebahasaan tanpa mengubah


makna, penandaan dengan simbol-simbol yang hanya
editor profesional dan pencetak yang paham;

▪ Penulis menerima copyediting; pemeriksaan oleh penulis;

▪ Kuesioner pemasaran: mungkin penulis akan ditanya hal-


hal yang akan membantu pemasaran dan periklanan;

▪ Galley proof: periksa kembali (opsional) cetak coba dalam


lembaran-lembaran lebar;

▪ Page proof: periksa kembali dalam format sudah seperti


buku;

▪ Pencetakan dan penjilidan: bisa saja penulis diminta


mengomentari sampul sebelum pencetak menggandakan;

▪ Publikasi: buku dilepas, bisa melalui distributor; dan

▪ Buku bisa dikirim ke penelaah untuk ditanggapi. Setelah


buku siap untuk diterbitkan, biasanya penerbit
menyampaikan kontrak yang berisi: royalti (15% penjualan
net atau mungkin <10% dari penjualan kotor), uang muka
royalty, biaya penyiapan naskah, copy pengarang dan biaya
yang berkaitan dengan koreksi yang banyak.

65
SEKARANG SAYA TAHU

Dalam menyusun karya tulis/karya ilmiah sangat penting


memperhatikan hal-hal penting berikut ini: pemilihan topik,
pemilihan judul, bagaimana menyusunnya sesuai
kriteria/persyaratan media penerbit (jurnal atau buku) dan
memahami tata cara publikasinya agar karya tulis/karya ilmiah
dapat dipublikasikan dan memberikan kemanfaatan sesuai
harapan penulis,

66
REFERENSI

1. Djunaidi (2017). Sumber rujukan sebagai referensi yang


mendukung karya tulis ilmiah bagi pustakawan. Jurnal
kepustakawanan dan masyarakat membaca. Vol.33 (2), 001-
011.

2. Arifin, Z.E.(2006) Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. PT


Grasindo, Jakarta. 2.

3. Hariwijaya dan Triton P.B. (2007). Teknik Penulisan Skripsi


dan Tesis. Oryza, Yogyakarta. 3.

4. Hariwijaya, M. (2006). Pedoman Teknis Penulisan Karya


Ilmiah. Citra Pustaka, Yogyakarta.

5. Lukman, Suminar Setiadi Ahmadi, Wasmen Manalu, Deden


Sumirat Hidayat. 2019. Pedoman Publikasi Ilmiah.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
Jakarta.

67
DAFTAR ISI

Daftar isi ……………………………………...…………… i

A. Tentang Modul Ini ………………………..…………… 1

Deskripsi Singkat …………………..….………… 2

Tujuan Pembelajaran ……..…...…….…………. 2

Materi Pokok …………………....……….………. 3

B. Kegiatan Belajar ………………………………………. 4

Materi Pokok 1 …………………….…………….. 5

Materi Pokok 2 ……………………..……………. 15

Materi Pokok 3 ……………………..……………. 19

Materi Pokok 4 …………………………………… 31

Referensi ………………………………………………….. 44

MODUL PELATIHAN JABATAN


FUNGSIONAL TENAGA SANITASI i
LINGKUNGAN
A Tentang Modul Ini

1
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang penyelenggaraan uji


kompetensi, hak dan kewajibanpeserta uji kompetensi, persiapan
peserta uji kompetensi jabatan fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Tujuan Belajar
Memahami proses penyiapan dan penyusunan kelengkapan
bahan uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menyusun
kelengkapan bahan uji kompetensi jabatan fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan penyelenggaraan uji kompetensi
2. Menjelaskan hak dan kewajiban peserta uji kompetensi
3. Menjelaskan materi uji kompetensi portofolio
4. Menjelaskan langkah-langkah Penggunaan Aplikasi E-Ukom

2
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


1. Penyelenggaraan Uji Kompetensi
2. Hak dan Kewajiban Peserta Uji Kompetensi
3. Kelengkapan Uji Kompetensi
4. Aplikasi E-Ukom

3
B Kegiatan Belajar

4
MATERI POKOK 1

Pendahuluan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2017


tentang Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan,
maka bagi semua pemangku jabatan fungsional Kesehatan, khususnya
Tenaga Sanitasi Lingkungan harus memahami proses dan prosedur dalam
penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan ini.
Materi pokok ini akan membahas proses, metode dan mekanisme dari
penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu:
1. Menjelaskan Proses Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
2. Mengidentifikasi Metode dalam Penyelenggaraan Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
3. Memahami mekanisme Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok :
1. Penyelenggaraan
2. Metode
3. Mekanisme

5
Uraian Materi Pokok 1 :
Penyelenggaraan Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

1. Penyelenggaraan Uji kompetensi


Penyelenggara uji kompetensi adalah instansi pemerintah
pengguna Jabatan Fungsional Kesehatan di Pusat dan di
Daerah yang dipimpin oleh sekurang-kurangnya pejabat
pimpinan tinggi pratama atau pejabat yang setara dan
mempunyai tugas, fungsi dan/atau wewenang dalam
merencanakan dan menyelenggarakan uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan di instansi masing-masing
setelah mendapatkan akreditasi penyelenggaraan uji dari
Kementerian Kesehatan.
Tugas Organisasi penyelenggara uji kompetensi meliputi :
1) Unit kerja yang membidangi pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan di Kementerian Kesehatan, yang
tugasnya meliputi :
a. menyusun regulasi uji kompetensi;
b. menyusun perencanaan penyelenggaraan uji kompetensi
secara nasional;
c. mengarahkan instansi penyelenggara dalam
penyelenggaraan uji kompetensi;
d. menjadi koordinator penyelenggaraan uji kompetensi
secara nasional;
e. mensosialisasikan kebijakan uji kompetensi secara
berkesinambungan;
f. memberikan rekomendasi pelaksanaan uji kompetensi
kepada instansi pelaksana uji;
g. melakukan akreditasi penyelenggaraan uji

6
kompetensi jabatan fungsionalkesehatan;
h. memberikan sertifikat akreditasi;
i. memberikan nomor sertifikat kepada peserta yang telah
dinyatakan lulus;
j. membuat dan mengembangkan sistem informasi terkait
uji kompetensi; dan
k. melaksanakan pemantauan dan evaluasi
penyelenggaraan uji kompetensi.
2) Unit Pembina adalah unit kerja yang membina jabatan
fungsional, dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsinya
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pembinaan
Jabatan Fungsional di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Unit Pembina Jabatan Fungsional di Lingkungan
Kementerian Kesehatan, yang tugasnya meliputi :
a bertanggung jawab dalam penyelenggaraan uji
kompetensi secara nasional terhadap jabatan
fungsional yang menjadi binaannya;
b membentuk tim penguji dan tim pelaksana uji;
c memfasilitasi penyelenggaraan uji;
d menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang di uji di tingkat unit pembina;
e melaksanakan pemantauan dan evaluasi
penyelenggaraan uji kompetensi.

3) Instansi pemerintah sebagai instansi pengguna pejabat


fungsional kesehatan terdiri dari Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Kementerian Kesehatan, Unit yang
membidangi jabatan fungsional kesehatan,
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian selain
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Instansi pemerintah lainnya

7
dan fasilitas pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh
sekurang – kurangnya pejabat pimpinan tinggi pratama
atau pejabat yang setara. Instansi pemerintah sebagai
instansi pengguna pejabat fungsional kesehatan memiliki
tugas :
a. identifikasi peserta uji kompetensi;
b. membentuk dan menetapkan tim penguji dan tim
pelaksana uji;
c. menunjuk dan menetapkan admin E-Ukom;
d. membuat rencana penyelenggaraan uji kompetensi;
e. membuat surat pengajuan akreditasi penyelenggaraan uji
kompetensi;
f. melakukan persiapan penyelenggaraan uji kompetensi;
g. memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi;
h. menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang diuji sesuai dengan nomor sertifikat
yang diberikan dari Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan,
i. melakukan pencatatan dan pelaporan;
j. membuat berita acara pelaksanaan (BAP) seperti
contoh sebagaimana tercantum dalam formulir
peraturan ini;
k. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan ujikompetensi.

2. Metode uji
Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji tulis, uji
lisan dan uji praktik. Uji portofolio merupakan metode wajib
dalam pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan. Metode uji tulis, uji lisan dan uji praktik merupakan
metode uji pilihan.

8
a. Portofolio
Portofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas
seseorang yang masing masing. Penilaian portofolio
merupakan suatu metode penilaian yang
berkesinambungan dengan mengumpulkan informasi atau
data secara sistematik atas dilakukannya yang menunjukan
kecakapan pejabat fungsional kesehatan dalam bidangnya
hasil pekerjaan seseorang. Portofolio digunakan sebagai
salah satu cara penilaian yang mampu mengungkap
pencapaian kompetensi dan standar kompetensi setiap
pejabat fungsional kesehatan. Pentingnya portofolio
memungkinkan pejabat fungsional untuk merefleksi
pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan kemampuan,
memberi gambaran atas apa yang dilakukan pejabat
fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.

b. Uji tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman pejabat fungsional untuk
dapat menganalisis dan memecahkan masalah terkait
kompetensi. Metode uji tulis dalam uji kompetensi yang
digunakan dapat dalam bentuk pertanyaan dengan pilihan
ganda.
Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk mengukur
kemampuan pengetahuan (cognitive) pejabat fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab
setiap pertanyaan atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk
tes objektif atau tes uraian. Bentuk tes objektif terdiri dari
bentuk soal benar- salah, menjodohkan, dan pilihan ganda.

9
Bentuk soal pilihan ganda dapat berupa pilihan ganda biasa,
pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda komplek, dan
pilihan ganda membaca diagram/ tabel.

c. Uji Lisan
Uji lisan merupakan metode uji yang dapat digunakan selain
metode uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara
terstruktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan uji
portofolio. Kompetensi yang diujikan dalam uji lisan
disesuaikan dengan standar kompetensi dan level
kompetensi sesuai denganjenjang yang akan diampunya.
Uji Lisan/ Interview merupakan kegiatan uji kompetensi yang
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan dari penguji
kepada peserta uji yang tujuannya untuk mengklarifikasi atau
mengali kompetensi peserta uji. Uji lisan ialah salah satu uji
kompetensi jabatan fungsional yang menggunakan teknik
wawancara dibuat secara sistematis untuk mengukur
kemampuan peserta terkait butir kegiatan sesuai jabatan
fungsional. Biasanya menggunakan wawancara terstruktur
disusun secara terperinci, menggunakan kuisioner standar
(atau jadwal wawancara) untuk menjamin semua responden
ditanyakan dengan satu perangkat pertanyaan yang sama
dalam urutan yang sama. Jawaban pertanyaan tidak
membuka kebebasan dan sudah terikat pada pertanyaan
yang telah disusun lebih dahulu

d. Uji Kompetensi Praktik


Uji praktik merupakan ujian Pratik atas tindakan/prosedur dari
masing-masing jabatan fungsional kesehatn untuk melihat
kemampuan peserta uji dari aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap

10
3. Mekanisme Uji Kompetensi

Mekanisme bagi penyelenggara uji kompetensi Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan mapping terhadap Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan meliputi variabel nama pemangku, jenis
jabatan fungsional, kategori jabatan fungsional, jenjang jabatan
fungsional, riwayat pendidikan, riwayat pelatihan jabatan
fungsional terkait dan variabel lainnya yang diperlukan.
b. Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan uji kompetensi bagi
pejabat fungsional terutama yang akan naik jenjang.
c. Memeriksa kelengkapan dokumen administrasi calon peserta.
d. Menetapkan calon peserta uji yang telah memenuhi
persyaratan.
e. Menunjuk dan menetapkan tim penguji sesuai persyaratan.
f. Melakukan perencanaan dan mengalokasikan anggaran biaya
penyelenggaraan uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan.
g. Melakukan penyiapan tempat uji kompetensi.
h. Melakukan penyiapan peralatan, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk uji kompetensi.
i. Membuat dan menyampaikan proposal penyelenggaraan uji ke
Unit yang membidangi pembinaan dan pengawasan tenaga
kesehatan di Kementerian Kesehatan.
j. Melaksanakan konsultasi pra uji kompetensi
k. Melaksanakan uji kompetensi.
l. Membuat dan menyampaikan Berita Acara Pelaksanaan Uji dan
meminta nomor sertifikat ke Unit yang membidangi pembinaan
dan pengawasan tenaga kesehatan di Kementerian Kesehatan.

11
m. Mengeluarkan sertifikat kompetensi dan memberikan kepada
Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan yang lulus,
paling lambat satu bulan setelah dinyatakan lulus.
n. Memberikan peningkatan pengetahuan dan kemampuan bagi
peserta uji yang tiga kali tidak lulus uji kompetensi.

2. Sertifikat Uji kompetensi


Sertifikat uji kompetensi merupakan bukti pengakuan tertulis atas
penguasaan kompetensi kerja yang diberikan kepada Pejabat
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan yang telah lulus uji
kompetensi jabatan fungsional.
Sertifikat Uji Kompetensi jabatan fungsional sebagaimana
dimaksud dicetak di atas kertas ukuran A4 dengan berat 120 g dan
ditandatangani oleh pimpinan instansi penyelenggara uji
kompetensi dan ketua tim penguji sebagaimana tercantum dalam
Formulir 2.
Setiap sertifikat akan mendapatkan nomor peserta terdiri dari 16
digit yang masing-masing digit mempunyai arti dengan rumusan
kode digit.

3. Sanksi
a. Peserta yang melanggar tata tertib diberi peringatan oleh tim
penguji, apabila peserta telah diberikan peringatan dan tidak
mengindahkan peringatan tersebut, maka tim penguji mencatat
dan mengusulkan peserta tersebut untuk dinyatakan gagal ujian
dan dibuatkan berita acara.
b. Penguji yang melanggar ketentuan sebagaimana dalam
pedoman ini maka akan diberikan sanksi. Proses pemberian
sanksi bagi penguji berdasarkan pada proses klarifikasi dan
koordinasi dengan pihak terkait termasuk penguji yang diduga
melanggar, sanksi tersebut diberikan oleh pejabat yang

12
menetapkan tim penguji tersebut sesuai tingkatannnya atas
rekomendasi tim pembinaan dan pengawasan. Pemberian
sanksi ini berdasarkan pada tingkat pelanggaran, dapat berupa
antara lain:
1) teguran lisan;
2) teguran tertulis;
3) pembebastugasan dari keanggotaan tim penguji untuk
periode waktu tertentu; atau
4) pembebastugasan dari keanggotaan tim penguji dan tidak
dapat menjadi tim penguji lagi.
c. Penyelenggara uji tidak boleh melaksankan uji kompetensi
tanpa adanya surat rekomendasi penyelenggaraan uji
kompetensi dari Unit yang membidangi pembinaan dan
pengawasan tenaga kesehatan di Kementerian Kesehatan dan
akan dilaksanakan akreditasi terkait penyelenggaraan uji
kompetensi secara berkala oleh Unit yang membidangi
pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan di Kementerian
Kesehatan.
d. Unit Teknis dan UPT Vertikal Kementerian Kesehatan,
Kementerian dan Lembaga lainnya/Dinas Kesehatan Provinsi/
Kab/Kota dan instansi pengguna Pejabat Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan yang telah memenuhi persyaratan dan
telah mendapatkan rekomendasi penyelenggaraan uji
kompetensi dari Unit yang membidangi pembinaan dan
pengawasan tenaga kesehatan di Kementerian Kesehatan
namun tidak bersedia menyelenggarakan uji tanpa alasan yang
kuat maka pejabat fungsional yang berasal dari instansinya tidak
dapat diuji di instansi lain.

13
SEKARANG SAYA TAHU

Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 1, antara lain:

1 Penyelenggara uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga


Sanitasi Lingkungan adalah instansi pemerintah pengguna
Jabatan Fungsional Kesehatan di Pusat dan di Daerah yang
dipimpin oleh sekurang-kurangnya pejabat pimpinan tinggi
pratama atau pejabat yang setara
2 Metode uji kompetensi JFK dapat berupa metode portofolio, uji
tulis, uji lisan, dan uji praktik, dimana metode portofolio merupakan
metode uji yang wajib digunakan dalam uji kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
3 Untuk menyelenggarakan uji kompetensi Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan, maka perlu dilakukan tahapan-
tahapan seperti mapping peserta dan seleksi administrasi sebelum
pelaksanaan uji, penerbitan sertifikat uji kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan untuk peserta yang lulus
uji, serta pemberian sanksi untuk peserta dan penguji yang
melanggar aturan.

14
MATERI POKOK 2

Pendahuluan

Sebelum melaksanakan uji kompetensi Jabatan Fungsional


Tenaga Sanitasi Lingkungan, Anda sebagai calon peserta uji
perlu memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban sebelum,
saat dan sesudah pelaksanaan uji kompetensi.
Materi pokok ini akan membahas hak dan kewajiban
peserta Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu:


1. Menjelaskan mengenai hak peserta uji kompetensi jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
2. Menjelaskan mengenai kewajiban peserta uji kompetensi
jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok :
1. Hak
2. Kewajiban

15
Uraian Materi Pokok 2 :
Hak dan Kewajiban Peserta Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

Adapun kewajiban dan hak peserta uji adalah sebagai berikut:


1. Kewajiban Peserta Uji
a. Mempersiapkan berkas administrasi yang diperlukan
b. Mengajukan permohonan uji kompetensi ke pimpinan
instansi pengguna dengan diketahui atasan langsung.
c. Melakukan registrasi online uji kompetensi jabatan
fungsional. Seluruh pejabat fungsional yang akan
mengikuti uji kompetensi wajib melakukan
pemutakhiran data jabatan fungsional secara online
melalui laman resmi Direktorat Jenderal Tenaga
Kesehatan. Setelah melakukan pemutakhiran data
jabatan fungsional, semua calon peserta uji
kompetensi harus mendaftar uji kompetensi secara
online.
d. Mencetak buku registrasi online.
e. Mempersiapkan berkas portofolio dan data dukung yang
diperlukan.
f. Melakukan konsultasi dengan tim penguji sebelum
melakukan uji kompetensi (setelah ditetapkan
menjadi calon peserta uji).
g. Melaksanakan uji sesuai dengan tempat, waktu,
metode yang telah ditetapkan.

2. Hak Peserta Uji


a. Mendapatkan feedback dan hasil kelulusan uji
kompetensi.
b. Bila lulus, mendapat sertifikat uji kompetensi.

16
c. Bila tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan oleh pelaksana.
d. Bila uji ulang pertama tidak lulus, boleh mengikuti uji
ulang yang kedua sesuai dengan jadwal yang tersedia
penyelenggara.
e. Bila uji ulang yang kedua tidak lulus maka pimpinan
instansi pengguna memberikan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kepada pejabat
fungsional tersebut.

17
SEKARANG SAYA TAHU
Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 2

1 Selain wajib mempersiapkan semua dokumen


administrasi, portofolio, data dukung lainnya yang
digunakan untuk uji kompetensi, peserta juga
diwajibkan untuk melakukan registrasi, berkonsultasi
dengan tim penguji dan melaksanakan uji kompetensi
2 Peserta uji kompetensi berhak mendapatkan feedback
terhadap hasil uji kompetensi, mendapatkan sertifikat
apabila lulus uji dan mendapatkan kesempatan untuk
ikut uji kompetensi ulang maksimal 2 (dua) kali apabila
tidak lulus uji

18
MATERI POKOK 3

Pendahuluan

Setelah memahami tentang mekanisme uji kompetensi Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan serta hak dan kewajiban
peserta uji kompetensi, sekarang Anda akan mempelajari tentang
materi uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.
Anda sebagai Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
perlu untuk memahami standar yang dipakai dalam membuat
materi uji kompetensi, materi uji kompetensi portofolio dan
bagaimana cara penilaian uji kompetensi portofolio, untuk
mempersiapkan diri anda menghadapi uji kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
Materi pokok ini akan membahas materi Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu:


1. Menjelaskan mengenai standar kompetensi
2. Menjelaskan mengenai materi uji kompetensi portofolio
3. Menjelaskan mengenai penilaian uji kompetensi portofolio

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok :
1. Standar kompetensi

19
2. Materi uji kompetensi portofolio
3. Penilaian uji kompetensi portofolio

20
Uraian Materi Pokok 3 :
Materi Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan

1. Standar Kompetensi

Materi uji kompetensi jabatan fungsional Tenaga Sanitasi


Lingkungan mengacu pada kamus/standar kompetensi jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan yang disusun Instansi
pembina atau sesuai butir-butir kegiatan dalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 71 tahun 2021. Materi uji kompetensi dalam
rangka kenaikan jenjang jabatan setingkat lebih tinggi meliputi
:

a) materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan sosio


kultural;
b) materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
didudukidan kompetensi jenjang yang sedang diduduki,
meliputi 75 – 80% kompetensi jenjang yang saat ini
didudukidan 25-20% kompetensi jenjang yang akan
diduduki; dan
c) level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang jabatan
yang akan diduduki dan kompetensi jenjang yang sedang
diduduki.
Untuk kompetensi teknis mengacu pada kamus/standar
kompetensi teknis jabatan fungsional kesehatan yang
disusun Instansi pembina atau sesuai butir-butir kegiatan
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi.

21
Materi uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan mengacu pada Standar Kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan atau sesuai butir-butir
kegiatan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Level kompetensi dalam Standar
Kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
menunjukkan tingkat penguasaan kompetensi, dimana
penguasan kompetensi tersebut digambarkan dalam suatu
indikator perilaku yang terdiri dari 5 (lima) tingkatan, yaitu dari
Level 1 sampai dengan Level 5, dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Level 1 Paham/dalam pengembangan (awareness/being
developed), dengan kriteria: 1) mengindikasikan kemampuan
melaksanakan tugas/ pekerjaan teknis sederhana dengan
proses dan aturan yang jelas, memerlukan pengawasan
langsung/bantuan dari orang lain; 2) mengindikasikan
penguasan pengetahuan dan keterampilan yang tidak
memerlukan pelatihan khusus; 3) mengindikasikan memiliki
pemahaman dasar tentang prinsip-prinsip teori dan praktek,
namun masih memerlukan pengawasan langsung dan/atau
bantuan pihak lain; dan 4) mengindikasikan kemampuan
bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri.
2. Level 2, Dasar (basic), dengan kriteria: 1) mengindikasikan
kemampuan melakukan kegiatan/ tugas teknis dengan alat,
prosedur dan metode kerja yang sudah baku; 2)
mengindikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip teori
dan praktek, dalam pelaksanaan tugas tanpa bantuan
dan/atau pengawasan langsung; 3) mengindikasikan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
memerlukan pelatihan tingkat dasar; dan 4) mengindikasikan
kemampuan untuk bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri

22
dan dapat diberi tangungjawab membantu pekerjaan orang
lain untuk tugas teknis yang sederhana.
3. Level 3 Menengah (intermediate), dengan kriteria: 1)
mengindikasikan kemampuan melakukan tugas teknis yang
lebih spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas
dan pilihan metode untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul dalam tugasnya; 2) mengindikasikan pemahaman
tentang prinsip-prinsip teori dan praktek tanpa bantuan
dan/atau pengawasan langsung, dengan kecepatan yang
tepat penyelesaian pekerjaan yang lebih cepat; 3)
mengindikasikan kepercayaan diri dan kemampuan dan
menunjukkan kelancaran dan ketangkasan dalam praktek
pelaksanaan pekerjaan teknis; 4) mengindikasikan
penguasan pengetahuan dan keterampilan yang
memerlukan pelatihan tingkat menengah; dan 5)
mengindikasikan kemampuan bertanggungjawab atas
pekerjaan sendiri dan dapat diberi tangungjawab atas
pekerjaan kelompok/tim.
4. Level 4 Mumpuni (advance), dengan kriteria: 1)
mengindikasikan kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan/ iptek, konsep/teori dan praktek mampu
mendapat pengakuan ditingkat instansi; 2) mengindikasikan
kemampuan menghasilkan perbaikan dan pembaharuan
teknis, metode kerja; 3) Mengindikasikan kemampuan
beradaptasi dengan berbagai situasi, peningkatan
kompleksitas dan resiko serta kemampuan memecahkan
permasalahan teknis yang timbul dalam pekerjaan; 4)
mengindikasikan kemampuan mengembangkan dan
menerapkan pendekatan mono disipliner/satu bidang
keilmuan dan kemampuan melakukan uji kompetensi serta
memiliki kemampuan pengajaran serta menjadi rujukan atau

23
mentor tingkat instansi; dan 5) mengindikasikan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan pelatihan
lanjutan.
5. Level 5 Ahli (expert), dengan kriteria: 1) mengindikasikan
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan/iptek,
konsep/teori mampu mendapat pengakuan nasional atau
internasional; 2) mengindikasikan kemampuan menghasilkan
karya kreatif, original dan teruji; 3) menunjukkan inisiatif dan
kemampuan beradaptasi dengan situasi masalah khusus,
dan dapat memimpin orang lain dalam melakukan kegiatan
teknis; 4) mengindikasikan kemampuan mampu
mengkoordinasikan, memimpin dan menilai orang lain,
kemampuan melakukan uji kompetensi, dan kemampuan
menjadi pembimbing/mentor; 5) mengindikasikan
kemampuan mengembangkan dan menerapkan pendekatan
inter, multi disipliner; dan 6) mengindikasikan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang menjadi rujukan atau
mentor tingkat nasional atau internasional

Tabel 1.

Pola Distribusi Required Competency Level (RCL) Kompetensi

JF Utama 5- 4 Dominan 5

Jabatan Madya 5-4 Dominan 4


Fungsional
Muda 4 -3 fifty-fifty
Keahlian
Pertama 3-2 -1 Dominan 2

JF Penyelia 4-3 fifty-fifty

Jabatan
Mahir 4-3 Dominan 3

24
Fungsional Terampil 3,2,1 Dominan 2
Keterampilan
Pemula 2 -1 Dominan 1

2. Materi Uji Kompetensi Portofolio


Penilaian portofolio dalam konteks sebagai salah satu metode uji
kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
untuk memperoleh sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat
dalam kenaikan jenjang/level. Penilaian portofolio Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan dapat dilihat dari
beberapa komponen, yaitu:
1. Komponen Utama adalah Bukti Kegiatan
Penilaian komponen pelayanan/asuhan ini mengacu dari
butir kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan dengan kriteria:
a. 75% - 80% komponen pelayanan kesehatan lingkungan
berasal dari kompetensi pada jenjang yang sedang
dipangkunya; dan
b. 20% - 25% komponen pelayanan Kesehatan lingkungan
berasal dari kompetensi yang akan dipangkunya.

Berikut merupakan contoh materi uji kompetensi Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan di Puskesmas yang
akan naik jenjang dari Jenjang Terampil ke Jenjang Mahir:

25
26
Catatan:
Tulisan hitam adalah butir kegiatan jenjang terampil
Tulisan merah adalah butir kegiatan jenjang mahir

27
2. Komponen tambahan
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan
bukan menjadi persyaratan wajib bukti portofolio. Komponen
tambahan dapat berupa:
a. Sertifikat Pelatihan
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
pernah diikuti oleh Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam rangka pengembangan dan/atau
peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas
pelayanan kesehatan di seluruh instansi atau fasilitas
pelayanan kesehatan. Bukti fisik komponen pedidikan
dan pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam asli yang
dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan harus dilengkapi dengan
laporan singkat hasil diklat yang meliputi tujuan diklat,
materi diklat dan manfaat diklat untuk perbaikan
pelayanan kesehatan. Sertifikat/piagam pendidikan dan
pelatihan dapat dinilai apabila:
1) Materi diklat memiliki relevansi dengan Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, dan dapat
dikategorikan menjadi relevan (R) dan tidak relevan
(TR). Relevan (R) apabila materi diklat secara
langsung dapat menunjang peningkatan kompetensi
teknis di jenjang yang akan dipangkunya. Tidak
Relevan (TR) apabila materi diklat tidak menunjang
peningkatan kinerja/kompetensi Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan dan diklat tidak relevan
tidak akan dinilai.

28
2) Durasi diklat sekurang kurangnya 20 JPL. Jumlah
sertifikat/piagam diklat yang dapat dinilai sebanyak 3
(tiga) sertifikat /piagam per tahun
b. Karya Pengembangan Profesi
c. Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan.

3. Penilaian Uji Kompetensi

Dalam rangka menjamin kualitas dari bukti-bukti yang


dikumpulkan selama pelaksanaan uji kompetensi, penilaian
portofolio uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan harus memenuhi 4 prinsip aturan pengumpulan
bukti, yaitu:
a. Memadai
Memadai berkaitan dengan apakah bukti yang dikumpulkan
telah cukup untuk dengan yakin menentukan bahwa hasil yang
ditargetkan dalam standar kompetensi telah dicapai.
b. Valid
Valid pembuktian berhubungan dengan keterkaitan secara
langsung dan kesesuaian bukti dengan standar kompetensi
(outcome) yang ditargetkan, serta kriteria Kinerja yang spesifik.
c. Asli
Asli berkaitan dengan keyakinan bahwa bukti yang
dikumpulkan oleh peserta ujimerupakan hasil yang dilakukan
sendiri.
d. Terkini
Terkini menunjukkan kepada waktu terakhir
dibuatnya/disediakannya alat bukti tersebut.

29
SEKARANG SAYA TAHU

Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 3, antara lain:

1 Materi uji kompetensi disusun berdasarkan Standar Kompetensi yang


berisi pengetahuan, keterampilan dan perilaku seorang pejabat
fungsional yang mengindikasikan tingkat (level) penguasaan
kompetensi dari yang terendah, sampai yang tertinggi (level 1 sampai
level level 5).
2 Komponen utama yang dinilai dalam uji kompetensi portofolio adalah
bukti pelayanan Kesehatan lingkungan dengan kriteria: 75% - 80%
komponen pelayanan berasal dari kompetensi pada jenjang yang
sedang dipangkunya, dan 20% - 25% komponen pelayanan berasal
dari kompetensi yang akan dipangkunya.
3 Penilaian dalam uji kompetensi portofolio wajib memenuhi 4 prinsip,
antara lain: Memadai, Valid, Asli dan Terkini.

30
MATERI POKOK 4

Pendahuluan
E-Ukom merupakan inovasi dalam uji kompetensi yang awalnya
bersifat manual menjadi elektronik. Aplikasi ini dibuat dengan tujuan
untuk mempercepat proses administrasi penyelenggaraan uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan berupa: Perencanaan
Jadwal Uji Kompetensi, Penyusunan Proposal, Penerbitan Kartu Ujian,
Pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Uji Kompetensi, Pembuatan
Nomor Sertifikat dan Pencetakan Sertifikat serta dapat menghasilkan
data dalam rangka monitoring dan evaluasi.
Anda sebagai seorang calon peserta uji kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan akan menggunakan aplikasi E-
Ukom untuk melakukan registasi online hingga mendapatkan kartu
ujian.
Materi pokok ini akan membahas langkah-langkah melakukan
registrasi online uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan melalui aplikasi E-Ukom

Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
mengenai langkah-langkah penggunaan aplikasi E-Ukom.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
mengenai langkah-langkah penggunaan aplikasi E-Ukom

Sub Materi Pokok


Langkah-langkah penggunaan aplikasi E-Ukom

31
Uraian Materi Pokok 4 :
Aplikasi E-Ukom

Langkah-langkah penggunaan aplikasi Aplikasi E-Ukom

A. Cara Membuka Situs


Cara untuk memulai akses terhadap sistem informasi uji
kompetensi jabatan fungsional (E-UKOM) sebagai
berikut:
1. Buka web browser (Google Chrome atau Mozilla
Firefox atau lainnya)dengan alamat url:
http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eUkom bisa
melalui desktop atau mobile.
2. Kemudian tekan Enter pada tombol keyboard atau klik
tombol Go padabrowser.
3. Akan muncul tampilan halaman
utama sebagai berikut :
Keterangan :
a. Home : menu halaman depan
b. About : menu halaman tentang Informasi aplikasi
c. Login
1) Login Peserta : menu halaman masuk kedalam sistem
akun user peserta
2) Login Admin : menu halaman masuk kedalam sistem
akun user admin
d. Signup : menu halaman pendaftaran akun user peserta.

B. Cara Login Akun User Peserta

32
Gambar 2. Login E-UKOM

Keterangan :

1) Masukkan NIP dan password yang sudah terdaftar

2) Tekan tombol Login

C. Mengembalikan Akun User Peserta (lupa password untuk login)

Pada Halaman Login pilih (Reset Password)

33
Gambar 3. Reset Password

Langkah mengembalikan akun user:


Masukkan email pendaftaran akun

Gambar 4.
Memasukkan e-mail untuk reset password

Apabila email yang dimasukkan benar maka akan mengarah


kehalaman depan dan muncul notifikasi instruksi pengecekan
Email.

Gambar 5.
Notifikasi pengecekan e-mail pada reset password
Periksa email Pesan Masuk (INBOX) dan ikuti intruksi
selanjutnya.

34
Gambar 6.

Alur Tugas Akun Peserta

Gambar diatas menjelaskan alur tugas akun peserta diantaranya :


1. Melakukan registrasi untuk mendapatkan Akun
2. Meng-entry Foto
3. Mendaftar Uji Kompetensi
4. Meng-entry Data Peserta Uji
5. Mengupload file yang dibutuhkan
6. Mencetak Kartu Registrasi Online
7. Memantau proses verifikasi dan mengikuti ujian sampai ujian
dinyatakan selesai

D. Akun User Peserta


1. Halaman Utama Akun Peserta

35
Gambar 7.
Halaman Utama Akun Peserta

2. Cara mendaftar online.

Gambar 8.
Sign up aplikasi E-UKOM

Keterangan :
1. Cara untuk mendaftar online, peserta dapat menekan Menu
Sign Up pada home peserta.

2. Isi semua data dengan benar

a. Nip: NIP Pegawai Terdaftar (18 karakter dan tanpa spasi)

36
b. Instansi: Nama Instansi peserta uji kompetensi
c. Unit : Unit atau Fasilitas Kesehatan
d. Provinsi : Nama Provinsi
e. Kabupaten / Kota : Nama Kabupaten /Kota
f. Username : Nama Lengkap
g. Email : Alamat Email
h. Password : Password minimal 6 digit
i. Password Repeat : Ulangi Password yang dimasukkan
j. Captcha : masukkan Kode Keamanan (pada gambar
captcha)

3. Tekan tombol Signup untuk mendaftar

3. Cara Meng-entry Foto

Gambar 9.
Meng-entry Foto

Peserta dapat mengganti foto dengan cara menekan link (Ganti Foto)
dan memilih foto formal yang ingin di upload dengan format gambar
(.png, .jpg, .jpeg).

4. Cara Mendaftar Uji Kompetensi

37
Gambar 10.
Registrasi Uji Kompetensi

Keterangan :
1. Cara untuk mendaftar uji kompetensi, peserta dapat menekan link
(Daftar Uji Kompetensi) pada homepeserta.

2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman registrasi uji


kompetensi. Nip dan Pilih Periode Uji Kompetensi sudah muncul
otomatis sesuai dengan informasi peserta.

3. Tekan tombol (Ya Daftar) apabila yakin untuk melakukan


pendaftaran

38
5. Cara Meng-entry Data Peserta

Gambar 11.
Meng-entry Data Peserta

Keterangan :
1. Cara untuk meng-input data peserta, peserta dapat menekan link
(Input Data Peserta) pada home peserta.

2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Input Data


Peserta. Isikan data dengan benar.

a. Nip : NIP Peserta (18 karakter dan tanpaspasi)


b. Nama Lengkap : Nama Lengkap Peserta
c. Instansi Kerja : Instansi KerjaPeserta
d. Nama Provinsi : Nama ProvinsiPeserta
e. Nama Kabupaten/Kota : Nama Kabupaten/ Kota Peserta
f. Instansi Unit : Instansi Unit Peserta
g. Unit Fasilitas Layanan Kesehatan : Unit Fasilitas Kesehatan
Peserta
h. Unit Kerja : Unit Kerja Peserta
i. Kategori Uji Kompetensi : Kategori Uji Kompetensi Peserta

39
j. Jenis Jabatan Fungsional : Jenis Jabatan Fungsional Peserta
k. Jenjang Jabatan Fungsional : Jenjang Jabatan
FungsionalPeserta
l. Nomor Ijasah Terakhir : Nomor Ijasah Terakhir Peserta
m. Tahun Ijasah Terakhir : Tahun Ijasah Terakhir Peserta
n. No. Telp HP/Rumah/Fax: No. Telp HP/ Rumah/Fax Peserta
o. No SK Jabatan Fungsional: Nomor SK Jabatan Fungsional
Peserta
p. Tanggal SK Jabatan Fungsional : Tanggal SK Jabatan
Fungsional Peserta

3. Tekan tombol (Setuju) apabila yakin untuk menyimpan data


peserta atau tekan tombol (Tidak Setuju) apabila tidak yakin
untuk menyimpan datapeserta

6. Cara Meng-upload File

Gambar 12. Meng-upload File

Keterangan :

1. Cara untuk meng-upload file data, peserta dapat menekan link


(Upload File Data) pada home peserta.

2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Upload Files.


Beberapa jenis file yang harus di upload antara lain:

40
a. SKP 1 tahun terakhir
b. Surat rekomendasi dari atasan untuk mengikuti uji
c. SK jafung jenjang terakhir
Peserta dapat memilih jenis file yang sesuai dan pilih file
yang ingin di upload dengan format gambar (.png, .jpg, .jpeg).

3. Tekan tombol (Submit) apabila ingin menyimpan data.

4. File yang sudah terupload dapat dilihat di kolom Data File Upload,
peserta juga dapat menghapus data apabila terdapat kekeliruan
dalam menguplaod file.

7. Cara Mencetak Kartu Registrasi Online

Gambar 13.
Mencetak Kartu Registrasi Online
Keterangan :
1. Admin Wilayah sudah melakukan verifikasi kepada Peserta
tersebut
2. Cara untuk mencetak kartu registrasi online, peserta dapat
menekan Menu Data Registrasi pada home peserta.

41
3. Pilih kartu registrasi online yang akan dicetak berdasarkan periode
uji kompetensi. Kartu registrasi online harus dibawa oleh peserta
selama mengikuti uji kompetensi. Berikut ini tampilan dari kartu uji
registrasi online:

Gambar 14.
Bukti Pendaftaran Uji Kompetensi

8. Cara Keluar Dari Sistem


Pilih Menu (Logout) yang berada di pojok kanan atas

Gambar 13. Logout dari Sistem

42
SEKARANG SAYA TAHU

Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 4:

Peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan


dapat melakukan registrasi online melalui aplikasi E-Ukom dengan cara
membuat akun pada aplikasi E-Ukom, mengentry foto, mengupload file yang
dibutuhkan dan di tahap akhir peserta dapat mencetak kartu ujian

43
REFERENSI

1. Permenpan RB Nomor 71 Tahun 2021 tentang Jabatan


Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
2. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/1225/2022 tentang Unit Pembina Jabatan
Fungsional d Lingkungan Kementerian Kesehatan

44
TIM KONTRIBUTOR

1 Binwas
2. Miftahur Rohim – Bapelkes Cikarang
3 Trie Hernowo – BBPK Jakarta
4 Hasan – BBPK Makassar

45
TIM PENYUSUN MODUL PELATIHAN
JABATAN FUNGSIONAL
TENAGA SANITASI LINGKUNGAN

1. Roostiati Sutrisno Wanda, SKM, MKM


2. Ns. Dian Pancaningrum, S.Kep, M.Kes
3. Esti Rachmawati, SKM, MKM
4. R.R. Kuswardhani, SH, M.Ap
5. Dyan Nurika Prastiwi, S.Pd
6. Sofyan Alfianto, S.Hum
7. Farhan Yugarpaksi, S.Pd
8. Sofwan, ST, MM
9. Yody Mulyadi, SKM, M.Kes
10. Widya Utami, SKM, MKM
11. Sidin Heriyanto, SKM, M.Pd, Ph.D
12. Lentik Wienda Kartika, SKM, MPH
13. Mentari Evarani, S.Tr.Keb
14. Tri Hernowo, SKM, M.Kes
15. Yana Irawati, SE, SKM, MKM
16. Suryati Ria, SKM, MKM
17. dr. Yan Bani Luza, MKM
18. Muhammad Hasan, SKM, M.Kes
19. Aulia Fitriani, ST, MKM
20. Agus Dwinanto, SAP, MM
21. Ir. Miftahur Rohim, M.Kes
22. Rasa Harbakti, SKM, M.Kes
23. Murcita, S.Pd, M.Kes
24. Andre Rachman, SKM, MKM
25. Dewi Pangastuti, SKM
26. Agung Trisnawati, S.Si, M.Pd
27. Hery Pranoto, SKM
28. Sri Eko Ananingsih, SKM, MM
29. Drs. M. Socheh, MM
30. Siti Kusumawati, SKM, MIS

Anda mungkin juga menyukai