Referensi ………………………………………………….. 39
ii
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
3
pengetahuan dan kemampuannya berdasarkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan ke dalam
standar kompetensi bidang keahlian yang merupakan refleksi atas
kompetensi yang diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang
yang akan bekerja di bidang tersebut. Disamping itu standar
tersebut harus memiliki ekivalen dan kesetaraan dengan standar-
standar relevan yang berlaku pada sektor industri di negara lain
bahkan berlaku secara internasional. Sanitasi Lingkungan
Indonesia mengikuti perkembangan secara global sehingga perlu
dirumuskan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang
Sanitasi Lingkungan yang dapat menjamin tenaga sanitasi
lingkungan (sanitarian) memiliki kualifikasi kompetensi kerja yang
dibutuhkan untuk melakukan asuhan sanitasi lingkungan yang
profesional.
4
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
5
MATERI POKOK
6
B Kegiatan Belajar
7
Materi Pokok 1 :
Peran, Fungsi, Kedudukan, Tanggung
jawab Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan
8
Pendahuluan
b. Kedudukan
c. Tanggung jawab
9
Uraian Materi Pokok 1
Nah.. jika Anda ingin lebih paham, kita pelajari bersama di materi
pokok 1 ini
B. Kedudukan
Tenaga Sanitasi Lingkungan ditetapkan dalam peta jabatan
berdasarkan analisis tugas dan fungsi unit kerja, analisis
jabatan, dan analisis beban kerja dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan merupakan
jabatan karier PNS dan termasuk dalam klasifikasi/ rumpun
kesehatan.
10
C. Tanggung jawab
11
SEKARANG SAYA TAHU
12
Materi Pokok 2 :
Kategori, Jenjang, dan Tunjangan
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan
13
Pendahuluan
14
Uraian Materi Pokok 2
15
Tugas dan fungsi dalam Jabatan Fungsional kategori
keahlian ditentukan sebagai berikut :
a. Jenjang Ahli Utama
Melaksanakan tugas dan fungsi utama yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat tertinggi.
17
Nah… Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar Materi Pokok 2.
Bagaimana dengan materinya? Menarik bukan? Seorang pejabat
Tenaga Sanitasi Lingkungan memiliki berbagai hasil kerja dan
kualitas hasil kerja yang telah terstandar. Anda hanya perlu
memahami dan menjalankan sesuati aturan.
18
SEKARANG SAYA TAHU
19
Materi Pokok 3 :
Mekanisme Pengangkatan dalam
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan
20
Pendahuluan
a. Pengangkatan pertama
b. Perpindahan dari jabatan lain
c. Promosi
21
Uraian Materi Pokok 3
A. Pengangkatan Pertama
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan melalui pengangkatan pertama harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) Berstatus PNS;
b) Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c) Sehat jasmani dan rohani;
d) Berijazah diploma tiga bidang Kesehatan Lingkungan atau
Sanitasi untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keterampilan;
e) Berijazah sarjana atau diploma empat bidang Kesehatan
Lingkungan, Sanitasi Lingkungan, Kesehatan Masyarakat
peminatan/jurusan Kesehatan Lingkungan atau Sanitasi
Lingkungan untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keahlian;
22
f) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi
Lingkungan;
g) Nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
Pengangkatan pertama merupakan pengangkatan untuk
mengisi lowongan kebutuhan Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan dari calon PNS. Calon PNS setelah
diangkat sebagai PNS, paling lama 1 (satu) tahun harus
diangkat dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan. PNS yang telah diangkat dalam Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan paling lama 3 (tiga)
tahun wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan. Tenaga Sanitasi
Lingkungan yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus
pendidikan dan pelatihan fungsional tidak diberikan kenaikan
jenjang satu tingkat di atas. Angka Kredit untuk pengangkatan
pertama dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan dinilai dan ditetapkan pada saat mulai
melaksanakan tugas Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.
24
3) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Utama bagi PNS yang telah menduduki jabatan pimpinan
tinggi
Pengangkatan Jabatan Fungsional harus mempertimbangkan
lowongan kebutuhan untuk jabatan fungsional yang akan
diduduki. Pangkat yang ditetapkan bagi PNS adalah sama
dengan pangkat yang dimilikinya, dan jenjang jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan ditetapkan sesuai
dengan jumlah Angka Kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang
memiliki kewenangan menetapkan Angka Kredit.
Angka Kredit dinilai dan ditetapkan dari tugas jabatan dengan
mempertimbangkan pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang kesehatan lingkungan.
26
f) Mengikuti dan lulus Uji Kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai dengan
Standar Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi
Pembina untuk Jabatan Fungsional yang akan diduduki;
g) Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
kesehatan lingkungan paling singkat 2 (dua) tahun;
h) Nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir; dan
i) Berusia paling tinggi 63 (enam puluh tiga) tahun
C. Promosi
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan melalui promosi ditetapkan berdasarkan kriteria:
a) Termasuk dalam kelompok rencana suksesi;
b) Menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi dan
kepentingan nasional, dan diakui oleh lembaga pemerintah
terkait bidang inovasinya; dan
c) Memenuhi Standar Kompetensi jenjang jabatan yang akan
diduduki.
27
a) PNS yang belum menduduki Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan; atau
b) Kenaikan jenjang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan satu tingkat lebih tinggi dalam satu kategori
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan melalui promosi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Berijazah sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan untuk Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan yang akan diduduki
b) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi
Lingkungan;
c) Mengikuti dan lulus Uji Kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai Standar
Kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina;
d) Nilai kinerja/prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir;
e) Memiliki rekam jejak yang baik;
f) Tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan profesi
PNS; dan
g) Tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.
29
SEKARANG SAYA TAHU
30
Materi Pokok 4 :
Penilaian Kinerja dalam Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
31
Pendahuluan
32
Materi Pokok 4 :
33
Target Angka Kredit diuraikan dalam bentuk butir kegiatan
yang tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II (Permenpan
No.71/2020).
Tugas tambahan ditetapkan oleh pimpinan unit kerja
berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
Target Angka Kredit dan tugas tambahan sebagai dasar untuk
penyusunan, penetapan, dan penilaian SKP.
SKP yang disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung. Penilaian SKP dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil penilaian SKP
Tenaga Sanitasi Lingkungan ditetapkan sebagai capaian SKP
B. Perilaku Kerja
Perilaku kerja ditetapkan berdasarkan standar perilaku kerja
dalam Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan dan
dinilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
34
Target Angka Kredit tidak berlaku bagi Tenaga Sanitasi
Lingkungan Penyelia yang memiliki pangkat tertinggi dalam
jenjang jabatan yang didudukinya.
35
Tenaga Sanitasi Lingkungan Penyelia yang menduduki
pangkat tertinggi dari jabatannya, setiap tahun sejak
menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling sedikit 10
(sepuluh) Angka Kredit.
Tenaga Sanitasi Lingkungan kategori keahlian yang telah
memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang jabatan setingkat
lebih tinggi tetapi belum tersedia lowongan pada jenjang
jabatan yang akan diduduki, setiap tahun wajib memenuhi
target Angka Kredit, paling sedikit :
a) 10 (sepuluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Pertama;
b) 20 (dua puluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Muda; dan
c) 30 (tiga puluh) untuk Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Madya.
Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Utama yang menduduki
pangkat tertinggi dari jabatannya, setiap tahun sejak
menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling sedikit 25
(dua puluh lima) Angka Kredit
Tenaga Sanitasi Lingkungan dapat ditugaskan sebagai
pimpinan Fasyankes/ Tim Kerja, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dimana harus memiliki surat
keputusan pengangkatan/ penetapan sebagai pimpinan
Fasyankes/ Tim Kerja dan diberikan tambahan Angka Kredit
25% (dua puluh lima persen) dari Angka Kredit Kumulatif untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dan diakui sebagai
tugas pokok dalam PAK dimana pemberian tambahan Angka
36
Kredit diberikan satu kali untuk kenaikan pangkat dalam satu
jenjang jabatan.
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang bertugas di daerah
terpencil/rawan/berbahaya, dapat diberikan tambahan Angka
Kredit paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari Angka
Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
dan diakui sebagai tugas pokok dalam PAK. Pemberian
tambahan Angka Kredit diberikan selama melaksanakan tugas
tersebut di daerah terpencil/rawan/berbahaya
37
SEKARANG SAYA TAHU
38
REFERENSI
39
DAFTAR ISI
Referensi ………………………………………………….. 44
ii
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini terdiri dari 2 materi pokok, dimana materi pokok
1 membahas tentang unsur dan sub unsur jabatan fungsional
tenaga sanitasi lingkungan yang meliputi unsur utama, unsur
penunjang, dan unsur pengembangan profesi. Dan pada materi
pokok 2 pembahasan dikaitkan dengan uraian kegiatan jabatan
fungsional tenaga sanitasi lingkungan yang meliputi definisi
operasional, hasil kerja, dan kualitas hasil kerja.
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
3
MATERI POKOK
4
B Kegiatan Belajar
5
Materi Pokok 1 :
Unsur dan Sub Unsur Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
berdasarkan kategorinya
6
Pendahuluan
Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan (TSL) adalah
PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak oleh
Pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan di
bidang kesehatan lingkungan pada instansi pemerintah. Pelayanan
kesehatan lingkungan tersebut berupa upaya penyehatan media
lingkungan; pengamanan limbah, sampah, zat kimia berbahaya,
pestisida, dan radiasi; pengendalian faktor risiko lingkungan vektor
dan binatang pembawa penyakit; penyelenggaraan kesehatan
lingkungan dalam keadaan tertentu; serta manajemen kesehatan
lingkungan.
7
Uraian Materi Pokok 1
Nah.. jika Anda ingin lebih paham, kita pelajari bersama di materi
pokok 1 ini.
8
Pengembangan Teknologi Tepat Guna, serta Rekayasa
Lingkungan. Hasil dari kegiatan penyehatan media
lingkungan ini dapat dipakai untuk perencanaan, intervensi
lanjutan, pemberdayaan masyarakat, ataupun untuk
rancangan kebijakan.
9
4) Sub unsur penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada
keadaan tertentu
Pada sub unsur ini JF TSL melakukan kegiatan upaya
Kesehatan Lingkungan kondisi matra dan ancaman global
perubahan iklim. Dalam kondisi matra upaya identifikasi dan
pengendalian faktor risiko lingkungan pada situasi;
• Bencana (alam, non alam, sosial)
• KLB dan Wabah
• Peristiwa yang bersifat massal (acara keagamaan,
olahraga, dsb)
10
Nah, sekarang Anda telah mengetahui unsur dan sub-unsur
tugas dari Tenaga Sanitasi Lingkungan. Lalu, apa yang
dimaksud dari masing-masing sub-unsur diatas?
11
SEKARANG SAYA TAHU
12
Materi Pokok 2 :
Uraian kegiatan Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan
berdasarkan kategorinya
13
Pendahuluan
Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 71 Tahun 2021 tentang
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
14
Sebelum Anda mempelajari lebih jauh tentang uraian kegiatan
jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, sebagai
pengampu jabatan tersebut, apa saja yang pernah Anda kerjakan
terkait pelayanan Kesehatan lingkungan?
Apakah kegiatan yang Anda kerjakan tersebut masuk dalam butir-
butir kegiatan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan?
Nah… mari kita pahami bersama dalam uraian berikut ini.
A. Butir-butir kegiatan
Butir kegiatan adalah gambaran uraian kegiatan tugas jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan yang wajib dijalankan
oleh pemegang jabatan fungsional tersebut sesuai dengan
kategorinya.
15
Sedangkan untuk jenjang pada Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan kategori keahlian dihitung dari jenjang
terendah sampai tertinggi, dijabarkan sbb:
a. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Pertama
b. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Muda
c. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Madya
d. Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Utama
17
B. Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir, meliputi :
1. Melakukan pengolahan data kualitas media lingkungan
2. Melakukan analisis data kualitas media lingkungan
3. Melakukan penyiapan alat, bahan, dan pengambilan
sampel spesimen/biomarker
4. Melakukan identifikasi parameter media lingkungan
dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan
5. Melakukan identifikasi faktor risiko media lingkungan
6. Menyusun instrumen untuk monitoring, evaluasi, dan
pembinaan teknis pelaksanaan penyehatan media
lingkungan
7. Melakukan pendampingan pemberdayaan masyarakat
dalam rangka penyehatan media lingkungan,
pengamanan limbah, sampah, zat kimia berbahaya,
pestisida, dan radiasi serta pengendalian faktor risiko
lingkungan vector dan binatang pembawa penyakit
8. Melakukan analisis data pengelolaan limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
9. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
10. Melakukan identifikasi kepadatan vektor dan binatang
pembawa penyakit
20
5. Melakukan analisis data dan hasil uji laboratorium
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi media
lingkungan.
6. Melakukan analisis distribusi frekuensi masyarakat
berisiko media lingkungan.
7. Menyiapkan materi media Komunikasi penyebaran
informasi dan edukasi (KIE) kualitas media lingkungan,
dalam rangka komunikasi risiko.
8. Menyusun materi media komunikasi, penyebaran
informasi dan edukasi jejaring kerja dan kemitraan
dalam rangka peningkatan kualitas media lingkungan.
9. Menyusun materi media komunikasi, penyebaran
informasi, edukasi pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan kualitas media lingkungan.
10. Melakukan identifikasi masalah KIE dan bimbingan
teknis kesehatan lingkungan dalam perlindungan
kesehatan masyarakat.
11. Menyusun perumusan masalah KIE sebagai bahan
penyusunan rekomendasi hasil pelaksanaan KIE.
12. Menyusun rancangan dokumen pemantauan dan
pengelolaan lingkungan dalam rangka kajian dampak
lingkungan.
13. Melakukan identifikasi bahaya parameter limbah dari
aspek fisik, kimia dan biologi.
14. Melakukan pemetaan hasil analisis data vector dan
binatang pembawa penyakit pada wilayah dan kawasan.
15. Menyiapkan bahan rekomendasi hasil pemetaan dan
pengamatan vektor dan binatang pembawa penyakit.
21
16. Melakukan penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada kondisi matra.
17. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra.
18. Melakukan penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada perubahan iklim dan ancaman global.
19. Melakukan penyelidikan/investigasi Kejadian Luar Biasa
(KLB) penyakit berbasis lingkungan.
20. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi dampak perubahan iklim dan ancaman global.
21. Melakukan studi pustaka sebagai bahan penyusunan
rancangan kebijakan teknis.
22. Menyiapkan bahan dan materi pokok-pokok kegiatan
dalam penyusunan kebijakan teknis.
24
C. Uraian Kegiatan Tugas Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli
Madya, meliputi:
1. Menyusun rekomendasi dan rencana tindak lanjut
dokumen analisis risiko dan/atau dampak kesehatan
lingkungan.
2. Melakukan review dokumen analisis risiko dan/atau
dampak kesehatan lingkungan.
3. Menyusun rancangan kebijakan teknis pelaksanaan
analisis risiko dan/atau dampak kesehatan lingkungan.
4. Menyiapkan bahan koordinasi, jejaring kerja dan
kemitraan kebijakan teknis analisis risiko dan/atau
dampak kesehatan lingkungan.
5. Melakukan diseminasi informasi hasil pengembangan
model dan solusi alternatif dalam rangka penyehatan,
pengamanan dan pengendalian pada program
peningkatan kesehatan lingkungan.
6. Menyusun rekomendasi tindak lanjut penerapan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan.
7. Menyusun rancangan umpan balik, review dan alternatif
solusi dalam rangka peningkatan program kesehatan
lingkungan.
8. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
teknologi tepat guna dan rekayasa lingkungan pada
media lingkungan.
9. Melaksanakan jejaring kerja dan kemitraan dalam
pemberdayaan masyarakat pada program peningkatan
kesehatan lingkungan.
25
10. Mengembangkan model dan solusi alternatif dalam
rangka penyehatan, pengamanan dan pengendalian
pada program peningkatan kesehatan lingkungan.
11. Mengembangkan model pendekatan dan solusi alternatif
serta kearifan lokal pemberdayaan masyarakat dalam
upaya perlindungan kesehatan masyarakat.
12. Melakukan kajian hasil pemantauan dan evaluasi
pengolahan limbah dan sampah.
13. Melakukan kajian aspek kesehatan lingkungan pada
rancangan dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan.
14. Melakukan bimbingan teknis dan supervisi dalam
penyusunan rekomendasi rencana tindak lanjut pada
rancangan dokumen pemantauan dan pengelolaan
lingkungan.
15. Menyusun rancangan kebijakan teknis pengendalian
faktor risiko lingkungan vector dan binatang pembawa
penyakit pada program peningkatan kesehatan
lingkunga.
16. Melakukan harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
17. Melakukan bimbingan teknis dan supervise pelaksanaan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra.
18. Melakukan bimbingan teknis dan supervise pelaksanaan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi dampak perubahan iklim dan ancaman global.
26
19. Menyusun rencana tahunan dan rencana strategis
program peningkatan kesehatan lingkungan.
20. Melakukan penyusunan program peningkatan
kesehatan lingkungan pada kondisi matra, dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
21. Menyusun draft lanjutan rancangan kebijakan teknis
program kesehatan lingkungan.
22. Melakukan harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra,
dampak perubahan iklim dan ancaman global.
23. Mengembangkan inovasi dan model peningkatan
program kesehatan lingkungan.
24. Melakukan bimbingan teknis penerapan kebijakan teknis
program kesehatan lingkungan.
27
lingkungan berdasarkan analisis lingkungan strategis
kesehatan lingkungan.
5. Mengembangkan rancang bangun model teknologi tepat
guna (TTG) dan rekayasa lingkungan dalam rangka
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian media
lingkungan.
6. Menyusun rencana strategis dan/atau rencana aksi
program peningkatan kesehatan lingkungan dalam
pembangunan Kesehatan.
7. Menyusun rekomendasi pembinaan teknis dan evaluasi
penyehatan media lingkungan.
8. Menyiapkan bahan harmonisasi dalam penetapan
pengaturan pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi.
9. Melakukan advokasi kondisi lingkungan strategis aspek
kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
10. Menyiapkan bahan koordinasi, jejaring kerja, dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra.
11. Menyiapkan bahan koordinasi, jejaring kerja dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
perubahan iklim dan ancaman global.
12. Menyusun rekomendasi hasil harmonisasi rancangan
final regulasi bidang kesehatan lingkungan.
13. Menyusun rekomendasi review dan penyusunan
kebijakan teknis dalam pengaturan kesehatan
lingkungan dalam pembangunan Kesehatan.
28
14. Melakukan advokasi kondisi lingkungan strategis aspek
kesehatan lingkungan pada kondisi dampak perubahan
iklim dan ancaman global.
15. Menyusun rekomendasi model pendekatan, inovasi, dan
alternatif solusi pengembangan kesehatan lingkungan
16. Melakukan kajian strategis pemetaan potensi risiko
kesehatan lingkungan pada skala nasional, regional,
dan global.
17. Menyusun rekomendasi rencana tindak lanjut kajian
strategis potensi risiko kesehatan lingkungan dalam
pembangunan Kesehatan.
18. Melakukan kajian manajemen kesehatan lingkungan
dalam organisasi dan tata kerja Instansi Pembina/
Instansi Pengguna.
B. Hasil kerja
Hasil Kerja tugas Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan kategori keterampilan sesuai jenjang jabatandapat
dijabarkan sebagai berikut.
29
3. Laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel
media lingkungan untuk rujukan uji laboratorium
4. Laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan di lapangan
dan tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan media
lingkungan
5. Laporan hasil penyiapan bahan materi komunikasi,
edukasi, dan penyampaian informasi kualitas media
lingkungan
6. Laporan hasil peningkatan kualitas media lingkungan
dengan berbagai metode atau teknologi
7. Laporan hasil identifikasi faktor risiko limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
8. Laporan hasil pengumpulan data pengelolaan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
9. Laporan hasil penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium pengelolaan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi
10. Laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel
limbah untuk rujukan uji laboratorium
11. Laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan laboratorium
lapangan dan tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan
limbah
12. Laporan hasil identifikasi faktor risiko lingkungan vektor
dan binatang pembawa penyakit;
30
1. Laporan hasil pengolahan data kualitas media
lingkungan
2. Laporan hasil analisis data kualitas media lingkungan
3. Laporan hasil penyiapan alat, bahan, dan pengambilan
sampel spesimen/biomarker
4. Laporan hasil identifikasi parameter media lingkungan
dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan
5. Laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
6. Dokumen hasil penyusunan instrument monitoring,
evaluasi, dan pembinaan teknis pelaksanaan
penyehatan media lingkungan
7. Laporan hasil pendampingan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka penyehatan media
lingkungan, pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi serta pengendalian
faktor risiko lingkungan vector dan binatang pembawa
penyakit
8. Laporan hasil analisis data pengelolaan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
9. Laporan hasil evaluasi pengelolaan limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi
10. Laporan hasil identifikasi kepadatan vektor dan binatang
pembawa penyakit
32
13. Dokumen hasil penyiapan bahan rekomendasi
pengambilan keputusan dan diseminasi hasil
pengamanan limbah.
14. Laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko dari limbah,
sampah, zat kimia yang berbahaya, pestisida dan
radiasi.
15. Laporan hasil surveilans dan uji laboratorium dalam
rangka pengawasan pengelolaan limbah.
16. Laporan hasil komunikasi, edukasi dan pemberian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
17. Laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan pengamanan limbah, sampah, zat
kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi.
18. Laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko lingkungan
dan kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit.
33
3. Laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
dari aspek fisik, kimia dan biologi.
4. Dokumen hasil rancangan rekomendasi dan rencana
tindak lanjut hasil analisis dan pemetaan kualitas media
lingkungan.
5. Laporan hasil analisis data dan hasil uji laboratorium
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi media
lingkungan.
6. Laporan hasil analisis distribusi frekuensi masyarakat
berisiko media lingkungan.
7. Dokumen hasil materi media komunikasi penyebaran
informasi dan edukasi (KIE) kualitas media lingkungan,
dalam rangka komunikasi risiko.
8. Dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi dan edukasi jejaring kerja dan kemitraan
dalam rangka peningkatan kualitas media lingkungan.
9. Dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi, edukasi pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan kualitas media lingkungan.
10. Laporan hasil identifikasi masalah KIE dan bimbingan
teknis kesehatan lingkungan dalam perlindungan
kesehatan masyarakat
11. Laporan hasil perumusan masalah KIE sebagai bahan
penyusunan rekomendasi hasil pelaksanaan KIE
12. Dokumen rancangan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan dalam rangka kajian dampak lingkungan
13. Laporan hasil identifikasi bahaya parameter limbah dari
aspek fisik, kimia dan biologi.
34
14. Peta tematik hasil analisis data vektor dan binatang
pembawa penyakit pada wilayah dan Kawasan.
15. Dokumen bahan rekomendasi hasil pemetaan dan
pengamatan faktor risiko lingkungan vector dan binatang
pembawa penyakit.
16. Dokumen hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada kondisi matra.
17. Dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
18. Laporan hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada perubahan iklim dan ancaman global.
19. Laporan hasil penyelidikan/investigasi Kejadian Luar
Biasa (KLB) penyakit berbasis lingkungan.
20. Dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi
dampak perubahan iklim dan ancaman global.
21. Dokumen hasil studi pustaka sebagai bahan
penyusunan rancangan kebijakan teknis.
22. Dokumen bahan dan materi pokok-pokok kegiatan
dalam penyusunan kebijakan teknis.
36
13. Dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut laporan
hasil pengawasan terhadap pengamanan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi.
14. Laporan hasil pengawasan terhadap pengamanan
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi.
15. Dokumen hasil penyiapan bahan dan/atau review
kebijakan teknis kesehatan lingkungan pemberdayaan
masyarakat dalam pengendalian faktor risiko lingkungan
vektor dan binatang pembawa penyakit.
16. Dokumen bahan materi mitigasi Kesehatan lingkungan
pada kondisi matra.
17. Laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan dan potensi risiko pada kondisi matra.
18. Dokumen bahan kebijakan teknis Kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi matra.
19. Laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan dan potensi risiko pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
20. Laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penyelidikan/investigasi KLB.
21. Dokumen bahan rekomendasi rencana tindak lanjut
hasil monitoring dan evaluasi penyelidikan/investigasi
KLB.
22. Dokumen bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada dampak perubahan iklim dan ancaman global.
37
23. Dokumen bahan kebijakan teknis Kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
24. Laporan hasil kajian dan analisis pendekatan kearifan
lokal dalam program Kesehatan lingkungan.
38
8. Laporan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan.
9. Laporan hasil jejaring kerja dan kemitraan dalam
pemberdayaan masyarakat pada program peningkatan
kesehatan lingkungan.
10. Laporan model dan solusi alternatif dalam rangka
penyehatan, pengamanan dan pengendalian pada
program peningkatan kesehatan lingkungan.
11. Dokumen model pendekatan dan solusi alternatif serta
kearifan lokal pemberdayaan masyarakat dalam
program peningkatan kesehatan lingkungan.
12. Laporan hasil kajian hasil pemantauan dan evaluasi
pengolahan limbah dan sampah.
13. Dokumen hasil kajian aspek Kesehatan lingkungan pada
rancangan dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan.
14. Laporan hasil bimbingan teknis dan supervise dalam
penyusunan rekomendasi rencana tindak lanjut pada
rancangan dokumen pemantauan dan pengelolaan
lingkungan.
15. Dokumen rancangan kebijakan teknis pengendalian
faktor risiko lingkungan vector dan binatang pembawa
penyakit pada program peningkatan kesehatan
lingkungan.
16. Laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra.
39
17. Laporan hasil bimbingan teknis dan supervise
pelaksanaan program peningkatan Kesehatan
lingkungan pada kondisi matra.
18. Laporan hasil bimbingan teknis dan supervise
pelaksanaan program peningkatan Kesehatan
lingkungan pada kondisi dampak perubahan iklim dan
ancaman global.
19. Dokumen rencana tahunan dan rencana strategis
program peningkatan Kesehatan lingkungan.
20. Laporan hasil penyusunan program peningkatan
kesehatan lingkungan pada kondisi matra, dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
21. Dokumen draft lanjutan rancangan kebijakan teknis.
22. Laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra,
dampak perubahan iklim dan ancaman global.
23. Dokumen hasil pengembangan inovasi dan model
peningkatan program Kesehatan lingkungan.
24. Laporan hasil bimbingan teknis penerapan kebijakan
eknis program kesehatan lingkungan.
41
13. Dokumen rekomendasi review dan penyusunan
kebijakan teknis dalam pengaturan kesehatan
lingkungan dalam pembangunan Kesehatan.
14. Laporan hasil advokasi kondisi lingkungan strategis
aspek kesehatan lingkungan pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global.
15. Dokumen rekomendasi model pendekatan, inovasi, dan
alternatif solusi pengembangan kesehatan lingkungan
16. Laporan hasil kajian strategis pemetaan potensi risiko
kesehatan lingkungan pada skala nasional, regional,
dan global.
17. Dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut kajian
strategis potensi risiko Kesehatan lingkungan dalam
pembangunan kesehatan.
18. Dokumen hasil kajian pengorganisasian kesehatan
lingkungan dalam organisasi dan tata kerja kementerian
kesehatan.
43
REFERENSI
44
DAFTAR ISI
Referensi ………………………………………………….. 27
ii
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
4
MATERI POKOK
5
B Kegiatan Belajar
6
MATERI POKOK 1
Pendahuluan
7
Sub Materi Pokok
8
Uraian Materi Pokok 1
9
perilaku manusia terkait apa yag harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua
istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan etika dan etiket, yaitu Etika tidak terbatas pada
cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika selalu
berlaku walaupun tidak ada orang lain. Etika jauh lebih absolut.
Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan
prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar. Etiket menyangkut
cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang
tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah
kalangan tertentu. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etiket
bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah
kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
10
B. Disiplin dan hukum
11
C. Pengertian Profesi dan Profesional Tenaga Sanitasi
Lingkungan
12
tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan “professional”
ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun
informal. Kata profesional berasal dari profesi yang artinya menurut
Syafruddin Nurdin diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
memerlukan pendidikan lanjut di dalam sains dan teknologi yang
digunakan sebagai prangkat dasar untuk diimplementasikan dalam
berbagai kegiatan yang bermanfaat.
13
MATERI POKOK 2
Pendahuluan
14
Uraian Materi Pokok 2
15
Indonesia Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas
Sosial Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia Bidang
Sanitasi Lingkungan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/4788/2021 tentang Standar Profesi Tenaga
Sanitasi Lingkungan; dan
10. AD ART Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
Tahun 2019
16
MATERI POKOK 3
Pendahuluan
B. Ketentuan Pelanggaran
17
Uraian Materi Pokok 3
18
2. Kewajiban Umum
Kode Etik yang merupakan kewajiban umum dari seorang
Tenaga sanitasi lingkungan, paling sedikit meliputi:
a. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus menjunjung
tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi
dengan sebaik-baiknya;
b. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi;
c. Dalam melakukan pekerjaan atau praktik profesi sanitasi,
seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan tidak boleh
dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi;
d. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus
menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri sendiri;
e. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan senantiasa berhati-
hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau
cara baru yang belum teruji efektivitasnya dan hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat;
f. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan hanya memberi
saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses
analisis secara komprehensif;
g. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam
menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi
kesehatan dan keselamatan manusia, serta kelestarian
lingkungan;
19
h. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus bersikap
jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat
dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk
mengingatkan teman seprofesinya yang memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau kebohongan dalam menangani
masalah klien atau masyarakat;
i. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus
menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak
teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat;
j. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang Tenaga
Sanitasi Lingkungan harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek
kesehatan lingkungan secara menyeluruh, baik fisik,
biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik
dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya; dan
k. Seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam bekerja
sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling
menghormati.
B. Ketentuan Pelanggaran
1. Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam menjalankan profesinya
berkewajiban untuk menunjukkan secara akurat kualifikasi
dan kepercayaan profesionalismenya yang dimilikinya dan
masih berlakunya sertifikat profesi.
2. Tenaga Sanitasi Lingkungan dalam melakukan praktik profesi
sanitasi akan mendapat sanksi disiplin apabila:
a. Terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak
pada kegiatan praktiknya.
b. Diputuskan oleh Komisi Etik Profesi dan pengadilan
apabila terlibat tindak pidana.
c. Mendapat gangguan emosi dan mental yang
mempengaruhi praktik pelayanannya yang dapat
membahayakan klien / masyarakat.
d. Pelanggaran disiplin dapat berupa disiplin ringan, sedang
dan berat.
3. Tenaga Sanitasi Lingkungan berkewajiban untuk mendukung
dan menunjukkan standar kualitas yang tinggi dalam
menjalankan praktik profesionalnya dan tidak perbolehkan
24
meninggalkan tanggung jawab dalam melindungi klien
masyarakat dan profesinya dalam menerapkan kode etik,
serta selalu melaporkan jika menemui hal-hal yang
bertentangan dengan kode etik melalui organisasi profesi.
27
i
DAFTAR ISI
Referensi ………………………………………………….. 52
i
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
3
MATERI POKOK
4
B Kegiatan Belajar
5
MATERI POKOK 1
Pendahuluan
6
Materi Pokok 1 :
Konsep DUPAK Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan
7
• Diterima sesuai jadwal yang ditetapkan, selambat-lambatnya
3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat. Kenaikan
pangkat periode April angka kredit ditetapkan selambat-
lambatnya pada bulan Januari tahun yang bersangkutan,
kenaikan pangkat periode Oktober angka kredit ditetapkan
selambat-lambatnya pada bulan Juli.
• Dilengkapi bukti fisik antara lain: Fotokopi Ijazah, STTPL,
Surat Pernyataan melakukan pelayanan, pengabdian
masyarakat/pengembangan penyuluhan kesehatan
masyarakat, pengembangan profesi, kegiatan penunjang
• DUPAK yang lengkap diserahkan kepada Ketua Tim Penilai
yang akan membagi tugas kepada anggota tim.
PROPINSI/KAB/KOTA
8
Langkah-langkah:
1) DUPAK diusulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat
Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan Februari/ Agustus.
2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/
Kota memverifikasi, mengecek kelengkapan dokumen dan
melakukan persiapan sidang Tim Penilai selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Februari/ Agustus.
3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota
menyelesaikan penilaian PAK selambat-lambatnya akhir
bulan Februari/ Agustus.
4) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/
Kota menyelesaikan SK PAK dan mengusulkan pembuatan
SK Jabatan Fungsional ke Biro. Kepegawaian/ Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) selambat-lambatnya tanggal
10 bulan Maret/ September
5) Biro. Kepegawaian/ Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
menyelesaikan SK Jabatan Fungsional dan telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Maret/ September.
6) Usul Kenaikan Pangkat ke Biro. Kepegawaian/ Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Selambat-lambatnya akhir
Maret/ September.
7) Apabila DUPAK masuk ke Sekretariat Tim Penilai Dinas
Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota telah melampaui tanggal 20
Pebruari/Agustus maka DUPAK akan diproses untuk
Periode berikutnya.
9
2. Pengusulan PAK dan SK Fungsional TSL yang PBAK-nya di
Kementerian Kesehatan sebagai Tim Pembina Fungsional
TSL Jenjang Madya keatas atau UPT di Daerah
Langkah-langkah:
1) DUPAK di usulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat
Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan Pebruari/ Agustus
2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/
Kota memverifikasi, mengecek kelengkapan dokumen
dan melakukan persiapan sidang Tim Penilai selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Pebruari/ Agustus.
3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Provinsi/ Kab/ Kota
Meneruskan DUPAK ke Sekretariat Tim Pusat selambat-
lambatnya akhir bulan Februari/ Agustus.
10
4) Sekretariat Tim Pusat memverifikasi, mengecek
kelengkapan dokumen DUPAK dan melakukan Persiapan
sidang Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
Maret/ September.
5) Tim Penilai Pusat melakukan Penilaian DUPAK dan telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Maret/ September.
6) Sekretariat Tim Pusat mengirim PAK yang telah selesai
ke Biro. Kepegawaian/ Badan Kepegawaian Daerah
(BKD) selambat-lambatnya akhir Maret/ September untuk
dibuatkan SK Fungsional TSL dan proses Kenaikan
Pangkat (KP).
7) Apabila DUPAK masuk ke Sekretariat Tim Pusat telah
melampaui bulan Pebruari/ Agustus maka DUPAK akan
diproses untuk Periode berikutnya.
11
4. Pengusulan PAK dan SK Fungsional TSL yang PBAK-nya di
Unit Utama
12
5. Pengusulan PAK dan SK Fungsional TSL yang PBAK-nya di
Unit Pembina Fungsional TSL
Langkah-langkah :
1) Dupak di usulkan oleh Pejabat Pengusul ke Tim. UPT
paling lambat tanggal 10 bulan Februari/ Agustus
2) STP UPT meneruskan DUPAK ke STP Unit Utama paling
lambat tanggal 20 bulan Februari/ Agustus.
3) STP Unit Utama meneruskan DUPAK ke STP Unit
Pembina Jabfung paling lambat tanggal akhir Februari/
Agustus.
4) STP Unit Pembina menyelesaikan SK PAK dan sudah di
tandatangani oleh PBAK selambat-lambatnya tanggal 10
Maret/ September, sekaligus mengusulkan pembuatan SK
Fungsional TSL ke Biro Kepegawaian.
13
5) Biro Kepegawaian menyelesaikan SK Jabatan Fungsional
paling lambat 20 bulan Maret/ September.
14
Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang ditunjuk pada Instansi
Pemerintahan.
15
6. Apabila dalam satu unit kerja tidak terdapat/belum memiliki
tim penilai Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan,
maka penilaian angka kredit dapat diajukan/dimintakan ke
tim penilai Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
unit kerja lain yang terdekat.
16
MATERI POKOK 2
Pendahuluan
17
Materi Pokok 2 :
Bukti Fisik Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
A. Hasil kerja
Hasil Kerja adalah unsur kegiatan utama yang harus dicapai
oleh Tenaga Sanitasi Lingkungan sebagai prasyarat menduduki
setiap jenjang Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
(JF TSL).
18
3) laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel
media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana
dan bangunan) untuk rujukan uji laboratorium;
4) laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan di lapangan
dan tabulasi hasil pengiriman sampel rujukan media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
5) laporan hasil penyiapan bahan materi komunikasi,
edukasi, dan penyampaian informasi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
6) laporan hasil peningkatan kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan)
dengan berbagai metode atau teknologi;
7) laporan hasil identifikasi faktor risiko, limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
8) laporan hasil pengumpulan data pengelolaan, limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
9) laporan hasil penyiapan bahan, peralatan, dan uji
laboratorium pengelolaan, limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi;
10) laporan hasil pengambilan dan pengiriman sampel,
limbah untuk rujukan uji laboratorium;
11) laporan hasil tabulasi hasil pemeriksaan laboratorium
lapangan dan tabulasi hasil pengiriman sampel
rujukan, limbah;
12) laporan hasil identifikasi faktor risiko lingkungan vektor
dan binatang pembawa penyakit;
19
b) Tenaga Sanitasi Lingkungan Mahir, meliputi:
1) laporan hasil pengolahan data kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
2) laporan hasil analisis data kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
3) laporan hasil penyiapan alat, bahan, dan pengambilan
sampel spesimen/biomarker;
4) laporan hasil identifikasi parameter media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan)
dalam rangka analisis risiko kesehatan lingkungan;
5) laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
6) dokumen hasil penyusunan instrumen monitoring,
evaluasi, dan pembinaan teknispelaksanaan
penyehatan media lingkungan (air/ udara/ tanah/
pangan/ sarana dan bangunan);
7) laporan hasil pendampingan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka penyehatan media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan), pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi serta pengendalian
faktor risiko lingkungan vektor dan binatang pembawa
penyakit;
8) laporan hasil analisis data pengelolaan, limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
9) laporan hasil evaluasi pengelolaan, limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
20
10) laporan hasil identifikasi kepadatan vektor dan
binatang pembawa penyakit
21
kualitas media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan bangunan);
9) laporan hasil komunikasi, edukasi dan penyampaian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
10) laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan penyehatan media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
11) laporan hasil bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan perlindungan kesehatan masyarakat;
12) laporan hasil pengawasan pengolahan limbah;
13) dokumen hasil penyiapan bahan rekomendasi
pengambilan keputusan dan diseminasi hasil
pengamanan limbah;
14) laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko dari,
limbah, sampah, zat kimia yang berbahaya, pestisida
dan radiasi;
15) laporan hasil surveilans dan uji laboratorium dalam
rangka pengawasan pengelolaan limbah;
16) laporan hasil komunikasi, edukasi dan pemberian
informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
17) laporan hasil bimbingan teknis dan/atau monitoring
evaluasi pelaksanaan, pengamanan limbah, sampah,
zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
18) laporan hasil analisis deskriptif faktor risiko lingkungan
dan kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit.
22
2. Hasil Kerja tugas JF TSL Kategori Keahlian
a) Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Pertama, meliputi:
1) laporan hasil identifikasi bahaya parameter media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) dari aspek fisik, kimia dan biologi;
2) peta tematik distribusi frekuensi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) berdasarkan parameter fisik, kimia dan
biologi pada skala wilayah dan/ atau kawasan;
3) laporan hasil identifikasi faktor risiko media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan) dari
aspek fisik, kimia dan biologi;
4) dokumen hasil rancangan rekomendasi dan rencana
tindak lanjut hasil analisis dan pemetaan kualitas
media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana
dan bangunan);
5) laporan hasil analisis data dan hasil uji laboratorium
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
6) laporan hasil analisis distribusi frekuensi masyarakat
berisiko media lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan bangunan);
7) dokumen hasil materi media komunikasi penyebaran
informasi dan edukasi (KIE) kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan),
dalam rangka komunikasi risiko;
23
8) dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi dan edukasi jejaring kerja dan kemitraan
dalam rangka peningkatan kualitas media lingkungan
(air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
9) dokumen hasil materi media komunikasi, penyebaran
informasi, edukasi pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan kualitas media lingkungan (air/ udara/
tanah/ pangan/ sarana dan bangunan);
10) laporan hasil identifikasi masalah KIE dan bimbingan
teknis kesehatan lingkungan dalam perlindungan
kesehatan masyarakat;
11) laporan hasil perumusan masalah KIE sebagai bahan
penyusunan rekomendasi hasil pelaksanaan KIE;
12) dokumen rancangan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan dalam rangka kajian dampak lingkungan;
13) laporan hasil identifikasi bahaya parameter limbah dari
aspek fisik, kimia dan biologi;
14) peta tematik hasil analisis data vektor dan binatang
pembawa penyakit pada wilayah dan kawasan;
15) dokumen bahan rekomendasi hasil pemetaan dan
pengamatan faktor risiko lingkungan vektor dan
binatang pembawa penyakit;
16) dokumen hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada kondisi matra;
17) dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra;
24
18) laporan hasil penilaian cepat kualitas kesehatan
lingkungan pada perubahan iklim dan ancaman global;
19) laporan hasil penyelidikan/investigasi Kejadian Luar
Biasa (KLB) penyakit berbasis lingkungan;
20) dokumen bahan penyusunan rencana kegiatan
program peningkatan kesehatan lingkungan pada
kondisi dampak perubahan iklim dan ancaman global;
21) dokumen hasil studi pustaka sebagai bahan
penyusunan rancangan kebijakan teknis;
22) dokumen bahan dan materi pokok-pokok kegiatan
dalam penyusunan kebijakan teknis;
25
5) dokumen hasil bahan dan materi rekomendasi tindak
lanjut hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis program kesehatan lingkungan;
6) laporan bahan dan materi rencana koordinasi dan
jejaring kerja dalam rangka peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan;
7) dokumen hasil kajian dan analisis bahan penyusunan
dan revisi kebijakan teknis penyehatan media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan);
8) dokumen bahan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan program peningkatan kesehatan
lingkungan;
9) laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan teknis kegiatan penyehatan, pengamanan
dan pengendalian program kesehatan lingkungan;
10) dokumen rancangan proses pengolahan limbah dan
sampah;
11) dokumen upaya monitoring dan pengelolaan
lingkungan ADKL/ARKL;
12) dokumen materi bahan kebijakan teknis, pengamanan
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi;
13) dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut laporan
hasil pengawasan terhadap, ppengamanan limbah,
sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan radiasi;
26
14) laporan hasil pengawasan terhadap pengamanan,
limbah, sampah, zat kimia berbahaya, pestisida, dan
radiasi;
15) dokumen hasil penyiapan bahan dan/atau review
kebijakan teknis kesehatan lingkungan pemberdayaan
masyarakat dalam pengendalian faktor risiko
lingkungan vektor dan binatang pembawa penyakit;
16) dokumen bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada kondisi matra;
17) laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) dan potensi risiko pada kondisi matra;
18) dokumen bahan kebijakan teknis kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi matra;
19) laporan hasil monitoring dan evaluasi kualitas media
lingkungan (air/ udara/ tanah/ pangan/ sarana dan
bangunan) dan potensi risiko pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global;
20) laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penyelidikan/investigasi KLB;
21) dokumen bahan rekomendasi rencana tindak lanjut
hasil monitoring dan evaluasi penyelidikan/investigasi
KLB;
22) dokumen bahan materi mitigasi kesehatan lingkungan
pada dampak perubahan iklim dan ancaman global;
23) dokumen bahan kebijakan teknis kesehatan lingkungan
pemberdayaan masyarakat pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global;
27
24) laporan hasil kajian dan analisis pendekatan kearifan
lokal dalam program kesehatan lingkungan;
28
10) laporan model dan solusi alternatif dalam rangka
penyehatan, pengamanan dan pengendalian pada
program peningkatan kesehatan lingkungan;
11) dokumen model pendekatan dan solusi alternatif serta
kearifan lokal pemberdayaan masyarakat dalam
program peningkatan kesehatan lingkungan;
12) laporan hasil kajian hasil pemantauan dan evaluasi
pengolahan limbah dan sampah;
13) dokumen hasil kajian aspek kesehatan lingkungan
pada rancangan dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan;
14) laporan hasil bimbingan teknis dan supervisi dalam
penyusunan rekomendasi rencana tindak lanjut pada
rancangan dokumen pemantauan dan pengelolaan
lingkungan;
15) dokumen rancangan kebijakan teknis pengendalian
faktor risiko lingkungan vektor dan binatang pembawa
penyakit pada program peningkatan kesehatan
lingkungan;
16) laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra;
17) laporan hasil bimbingan teknis dan supervisi
pelaksanaan program peningkatan kesehatan
lingkungan pada kondisi matra;
18) laporan hasil bimbingan teknis dan supervisi
pelaksanaan program peningkatan kesehatan
lingkungan pada kondisi dampak perubahan iklim dan
ancaman global;
29
19) dokumen rencana tahunan dan rencana strategis
program peningkatan kesehatan lingkungan;
20) laporan hasil penyusunan program peningkatan
kesehatan lingkungan pada kondisi matra, dampak
perubahan iklim dan ancaman global;
21) dokumen draft lanjutan rancangan kebijakan teknis;
22) laporan hasil harmonisasi penyusunan program
peningkatan kesehatan lingkungan pada kondisi matra,
dampak perubahan iklim dan ancaman global;
23) dokumen hasil pengembangan inovasi dan model
peningkatan program kesehatan lingkungan;
24) laporan hasil bimbingan teknis penerapan kebijakan
teknis program kesehatan lingkungan.
30
dan pengendalian media lingkungan (air/ udara/ tanah/
pangan/ sarana dan bangunan);
6) dokumen rencana strategis dan/atau rencana aksi
program peningkatan kesehatan lingkungan dalam
pembangunan kesehatan;
7) rekomendasi pembinaan teknis dan evaluasi;
8) dokumen bahan harmonisasi dalam penetapan
pengaturan, pengamanan limbah, sampah, zat kimia
berbahaya, pestisida, dan radiasi;
9) laporan hasil advokasi kondisi lingkungan strategis
aspek kesehatan lingkungan pada kondisi matra;
10) dokumen bahan koordinasi, jejaring kerja, dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
kondisi matra;
11) dokumen bahan koordinasi, jejaring kerja dan
kemitraan pengaturan kesehatan lingkungan pada
perubahan iklim dan ancaman global;
12) dokumen rekomendasi hasil harmonisasi rancangan
final regulasi bidang kesehatan lingkungan;
13) dokumen rekomendasi review dan penyusunan
kebijakan teknis dalam pengaturan kesehatan
lingkungan dalam pembangunan kesehatan;
14) laporan hasil advokasi kondisi lingkungan strategis
aspek kesehatan lingkungan pada kondisi dampak
perubahan iklim dan ancaman global;
15) dokumen rekomendasi model pendekatan, inovasi, dan
alternatif solusi pengembangan kesehatan lingkungan;
31
16) laporan hasil kajian strategis pemetaan potensi risiko
kesehatan lingkungan pada skala nasional, regional,
dan global;
17) dokumen rekomendasi rencana tindak lanjut kajian
strategis potensi risiko kesehatan lingkungan dalam
pembangunan kesehatan;
18) dokumen hasil kajian pengorganisasian kesehatan
lingkungan dalam organisasi dan tata kerja
kementerian kesehatan.
32
Nah… Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar Materi
Pokok 2. Bagaimana dengan materinya? Menarik bukan?
Seorang pejabat Tenaga Sanitasi Lingkungan memiliki
berbagai hasil kerja dan kualitas hasil kerja yang telah
terstandar. Anda hanya perlu memahami dan menjalankan
sesuati aturan.
33
SEKARANG SAYA TAHU
34
MATERI POKOK 3
Pendahuluan
Setelah memahami hasil dan kualitas hasil kegiatan yang
dilaksanakan sehari-hari, pemegang Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan kemudian menyusun Daftar Usulan
Penetapan Angka Kredit (DUPAK). DUPAK perlu dirancang
dengan baik sehingga tercipta perhitungan angka kredit yang tepat
dan sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Kedepannya, adanya unsur teknologi informasi akan menunjang
kemudahan pemegang Jabatan Fungsional dalam mengisi Angka
Kredit, misalnya melalui aplikasi.
35
Materi Pokok 3 :
Penyusunan DUPAK Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan
36
2) Pengisian Laporan Bulanan
Laporan harian yang sudah dijumlahkan dalam 1 (satu)
bulan, dipindahkan kedalam laporan bulanan.
37
3) Pengisian laporan 6 bulan (semester)
Laporan semesteran dilakukan setiap 6 (enam) bulan,
periode Januari – Juni dan Juli – Desember.
38
4) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan (SPMK)
a) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan Pelayanan
39
b) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan Profesi
40
c) Surat Pernyatan Melaksanakan Kegiatan Penunjang
41
5) Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK)
42
B. Penghitungan Angka Kredit
Perhitungan angka kredit adalah suatu menghitung angka
kredit suatu kegiatan yang telah dilakukan oleh Fungsional
TSL. Besaran nilai angka kredit dari setiap butir kegiatan
berbeda sesuai dengan bobot, resiko dan tanggung jawab dari
pelaksana Fungsional TSL tersebut.
43
yang dimaksud. Penetapan angka kredit digunakan sebagai
dasar pertimbangan kenaikan jabatan dan pangkat sesuai.
Contoh :
Unsur Pelayanan Kesling JF TSL Terampil
Uraian Kegiatan/ Hasil Kerja/ Angka Pelaksana
Tugas Output Kredit Kegiatan
Melakukan Laporan hasil 0,006 Terampil
pengumpulan data pengumpulan data
kualitas media kualitas media
lingkungan (air/udara/ lingkungan (air/
tanah/pangan/sarana udara/tanah/pangan/
dan bangunan) sarana dan
bangunan)
Melakukan pengolahan Laporan hasil 0,02 Mahir
data kualitas media pengolahan data
lingkungan (air/ udara/ kualitas media
tanah/ pangan/ sarana lingkungan (air/
dan bangunan) udara/ tanah/
pangan/sarana dan
bangunan)
Melakukan penyiapan Dokumen bahan 0,04 Penyelia
bahan diseminasi diseminasi informasi
informasi hasil hasil pelaksanaan
pelaksanaan surveilans surveilans kualitas
kualitas media media lingkungan
lingkungan (air/ udara/ (air/ udara/ tanah/
tanah/ pangan/ sarana pangan/ sarana dan
dan bangunan) bangunan)
44
Unsur Pelayanan Kesling JF TSL Ahli
Uraian Kegiatan/ Hasil Kerja/ Angka Pelaksana
Tugas Output Kredit Kegiatan
Melakukan identifikasi Laporan identifikasi 0,1 Pertama
bahaya parameter bahaya parameter
media lingkungan (air/ media lingkungan (air/
udara/ tanah/ pangan/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan sarana dan
bangunan) dari aspek bangunan) dalam
fisik, kimia dan biologi rangka Analisis Risiko
Kesehatan
Lingkungan (ARKL)
Melakukan analisis Laporan hasil analisis 0,060 Muda
pajanan kualitas pajanan kualitas
media lingkungan (air/ media lingkungan (air/
udara/ tanah/ pangan/ udara/ tanah/ pangan/
sarana dan sarana dan
bangunan) terhadap bangunan) terhadap
penduduk yang penduduk yang
berisiko pada wilayah berisiko pada wilayah
dan/atau Kawasan dan/atau kawasan
Menyusun Dokumen 0,45 Madya
rekomendasi dan rekomendasi dan
rencana tindak lanjut rencana tindak lanjut
dokumen analisis dokumen analisis
risiko dan/atau risiko dan/atau
dampak kesehatan dampak kesehatan
lingkungan lingkungan.
Rekomendasi dan
Rencana tindak lanjut
perbaikan
Melakukan diseminasi Laporan hasil 0,104 Utama
informasi hasil kajian diseminasi informasi
strategis program hasil kajian strategis
kesehatan lingkungan program kesehatan
lingkungan
45
mendapatkan nilai angka kredit yang sama untuk semua
jenjang jabatan fungsional dalam profesinya.
46
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang secara bersama-sama
membuat Karya Tulis/Karya Ilmiah di bidang kesehatan
lingkungan, diberikan Angka Kredit dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka pembagian
Angka Kredit yaitu 60% (enam puluh persen) bagi penulis
utama dan 40% (empat puluh persen) bagi penulis
pembantu;
b. Apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka pembagian
Angka Kredit yaitu 50% (lima puluh persen) bagi penulis
utama dan masing-masing 25% (dua puluh lima persen)
bagi penulis pembantu;
c. Apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka
pembagian Angka Kredit yaitu 40% (empat puluh persen)
bagi penulis utama dan masing-masing 20% (dua puluh
persen) bagi penulis pembantu;
d. Apabila tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan penulis
utama dan penulis pembantu maka pembagian Angka
Kredit dibagi sebesar proporsi yang sama untuk setiap
penulis.
3) Unsur Penunjang
Angka kredit untuk unsur penunjang dalam setiap JF TSL
nilainya sama.
47
Contoh Penunjang
Uraian Kegiatan/ Hasil Kerja/ Angka Pelaksana
Tugas Output Kredit Kegiatan
Mengajar/ melatih/ Sertifikat/ 0,4 Semua
membimbing yang Laporan Jenjang
berkaitan dengan
bidang kesehatan
lingkungan
Menjadi anggota Tim Laporan 0,04 Semua
Penilai/ Tim Uji Jenjang
Kompetensi
48
pernyataan mengikuti pelayanan kesehatan lingkungan,
melaksanakan pengembangan profesi, melaksanakan
kegiatan penunjang dan format perhitungan angka kredit
(harian, bulanan, semesteran dan DUPAK).
3) Untuk mempermudah dalam pengajuan pengangkatan
jabatan, semua berkas pernyataan, surat tugas dan format
angka kredit dimasukkan dalam file sesuai peruntukan.
49
sanitasi lingkungan dengan pendidikan sarjana atau diploma
empat adalah :
Jenjang Jabatan/Golongan Ruang & Angka
Kredit Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Tugas Jabatan Lingkungan Kategori Keahlian
Pertama Muda Madya Utama
IIIa IIIb IIIc IIId IVa IVb IVc IVd IVe
• Yankesling
• Pengembangan 50 50 100 100 150 150 150 200 200
Profesi
• Penunjang
50
SEKARANG SAYA TAHU
Hal yang perlu kita catat adalah setiap pekerjaan yang kita
lakukan perlu direkam dan didokumentasikan sehingga
memudahkan kita dalam menyusun DUPAK dan segera
mengusulkan Angka Kredit tersebut.
51
REFERENSI
52
DAFTAR ISI
Referensi ………………………………………………….. 34
i
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
MATERI POKOK
Materi Pokok
3
B Kegiatan Belajar
4
Materi Pokok 1
Prinsip-prinsip Perhitungan
Formasi Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan
5
Pendahuluan
Sebelum suatu instansi pemerintah menyelenggarakan proses kenaikan
jabatan pada Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, maka
perlu diketahui adanya formasi terlebih dahulu dengan memahami tata
cara dan prinsip-prinsip perhitungan formasi Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan.
6
Uraian Materi Pokok 1
7
Berdasarkan Permenkes 43 tahun 2017 tentang Penyusunan Formasi
Jabatan Fungsional Kesehatan. penyusunan formasi harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Formasi pada satuan organisasi disusun berdasarkan analisis
kebutuhan jabatan dengan menghitung rasio keseimbangan antara
beban kerja dengan jumlah jabatan fungsional kesehatan yang
dibutuhkan.
b. Formasi harus disusun berdasarkan peta jabatan di masing-masing
organisasi.
c. Komposisi jumlah pejabat fungsional tidak berubah selama beban
kerja organisasi tidak berubah.
d. Setiap perpindahan dalam posisi jabatan fungsional kesehatan, baik
karena adanya mutasi, promosi atau kenaikan jenjang jabatan sesuai
dengan formasi yang tersedia.
8
a. Melakukan pengamatan atau wawancara dengan beberapa
pegawai dari unit/satuan kerja yang berbeda namun mempunyai
tugas pokok dan fungsi serta produk yang homogen, sehingga hasil
analisisnya lebih memadai.
b. Menggunakan besaran angka kredit (Akb) untuk masing-masing
butir kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk
masing-masing jenis jabatan fungsional kesehatan dan angka
kreditnya. Besaran angka kredit mencerminkan standar efektif
waktu penyelesaian yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap
butir kegiatan.
3. Waktu kerja
Waktu kerja adalah waktu kerja efektif yang digunakan untuk
bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas:
a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari
minggu, hari libur nasional dan daerah serta cuti.
b. Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan
waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance).
Allowance diperkirakan rata-rata sekitar 30% dari jumlah jam
kerja formal. Jumlah jam kerja formal dalam 1 minggu dihitung
37,5 jam.
9
B. Tata Cara Penyusunan Formasi
10
Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi untuk masing-masing
jabatan fungsional kesehatan dan Angka Kreditnya.
Kt :Konstanta untuk masing-masing jenjang jabatan
berdasarkan standar jam
kerja efektif.
4. Menentukan volume/beban kerja pada tahun yang dihitung
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk
perhitungan kebutuhan Formasi. Besaran beban kerja diperoleh
berdasarkan jumlah target kerja dalam 1 (satu) tahun/dalam satu
satuan waktu tertentu yang ditetapkan oleh unit/satuan kerja untuk
masing-masing jabatan fungsional kesehatan. Adapun Jumlah beban
kerja/volume kerja dapat berbeda untuk setiap unit kerja.
Besaran volume/beban kerja ditentukan berdasarkan target yang
ditetapkan oleh unit/satuan kerja dalam 1 (satu) tahun yang harus
diselesaikan oleh masing-masing jabatan fungsional kesehatan sesuai
dengan jenis dan jenjang jabatannya.
5. Menghitung waktu penyelesaian volume (Wpv) masing-masing
kegiatan untuk setiap jenjang jabatan dengan cara mengalikan waktu
penyelesaian butir kegiatan (Wpk) dengan Volume (V) masing-masing
butir kegiatan untuk setiap jenjang jabatan fungsional Kesehatan, atau
dengan formula sebagai berikut:
Wpv = Wpk x V
Keterangan:
Wpv :Waktu penyelesaian volume masing-masing kegiatan
dalam 1 (satu) tahun
Wpk :Waktu penyelesaian butir kegiatan dalam 1 (satu) tahun
V :Volume masing-masing kegiatan dalam 1 (satu) tahun
6. Menjumlahkan seluruh waktu penyelesaian volume kegiatan dalam 1
(satu) tahun (ΣWpv)
11
7. Pembagian jumlah waktu penyelesaian volume kegiatan dalam 1 (satu)
tahun (ΣWpv) dibagi jumlah standar kerja efektif per tahun atau dengan
formula sebagai berikut:
Formasi JF = ΣWpv/1250
Keterangan:
Formasi JF :Jumlah jabatan fungsional kesehatan yang
diperlukan menurut jenis dan jenjang untuk
melaksanakan seluruh kegiatan pada instansi
ΣWpv :Jumlah waktu penyelesaian volume kegiatan dalam
1 (satu) tahun.
1250 :Standar jam kerja efektif dalam 1 (satu) tahun.
8. Penentuan jumlah formasi
a. Apabila berdasarkan penghitungan yang dilakukan terhadap
Jabatan Fungsional Kesehatan menurut jenis dan jenjang Jabatan
memperoleh nilai dibelakang koma 0,50 atau lebih, maka dapat
ditetapkan 1 (satu) formasi.
b. Apabila berdasarkan penghitungan yang dilakukan terhadap
jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang jabatan
memperoleh nilai kurang dari 0,50, maka tidak dapat ditetapkan
formasi untuk jenis dan jenjang jabatan fungsional Kesehatan
tersebut.
9. Menghitung Lowongan Formasi
Menghitung lowongan formasi dihitung untuk jangka waktu 5 tahun.
Penghitungan jumlah lowongan formasi untuk masing-masing jenis dan
jenjang jabatan fungsional kesehatan adalah sebagai berikut:
LFJFK = TFJFK – (JFK + JFKM – JFKN – JFKB)
Keterangan:
a. LFJFK adalah Lowongan Formasi yang dihitung dalam jenjang
jabatan tertentu yang dapat diisi dalam tahun yang dihitung;
b. TFJFK adalah Total formasi yang dihitung menurut jenis dan
jenjang jabatan tertentu yang diperlukan pada tahun yang dihitung;
12
c. JFK adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang ada pada saat tahun yang dihitung;
d. JFKM adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang akan masuk ke jenjang dan jenis jabatan
fungsional kesehatan pada saat tahun yang dihitung;
e. JFKN adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang akan naik ke jenjang jabatan berikutnya pada
saat tahun yang dihitung;
f. JFKB adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan yang akan berhenti (karena pindah, pensiun, dll)
pada saat tahun yang dihitung.
13
c. Setelah diidentifikasi dan diverifikasi, dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota mengirimkan usulan penetapan formasi
kepada unit pembina jabatan fungsional kesehatan untuk divalidasi.
d. Unit Pembina memvalidasi terhadap usulan penetapan formasi dari
Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.
e. Setelah divalidasi, unit Pembina jabatan fungsional kesehatan
memberikan rekomendasi penetapan formasi kepada instansi
pengusul (dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota) dan tembusan
hasil validasi dikirim ke Pusat Peningkatan Mutu SDMK.
f. Dalam hal usulan penetapan formasi tidak memenuhi persyaratan,
maka berkas usulan formasi dikembalikan ke instansi pengusul
untuk dilakukan perbaikan.
g. Berdasarkan hasil rekomendasi, dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota mengusulkan formasi ke Badan
Kepegawaian Daerah provinsi/kabupaten/kota.
h. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) melakukan validasi terhadap
usulan formasi Jabatan fungsional dari dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota.
i. BKD mengirimkan usulan penetapan formasi ke kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan
aparatur negara dengan tembusan disampaikan kepada Instansi
Pembina Jabatan Fungsional Kesehatan (Pusat Peningkatan Mutu
SDM Kesehatan) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
j. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara menetapkan usulan formasi
setelah mendapat pertimbangan dari BKN serta mengirimkan hasil
penetapan kepada BKD provinsi/kabupaten/kota dan lampirannya
kepada pihak terkait.
14
a. Seluruh satuan kerja dan unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan menyusun formasi dan mengusulkan
kepada sekretariat di masing-masing unit eselon I (bagian yang
menangani urusan kepegawaian).
b. Sekretariat di masing-masing unit eselon I (bagian yang menangani
urusan kepegawaian dan bagian yang menangani urusan
organisasi) melakukan verifikasi usulan penetapan formasi.
c. Setelah diverifikasi sekretariat di masing-masing unit eselon I
mengusulkan penetapan formasi kepada unit Pembina.
d. Unit Pembina memvalidasi terhadap usulan penetapan formasi dari
seluruh sekretariat unit eselon I yang ada di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
e. Setelah di validasi, unit Pembina jabatan fungsional kesehatan
memberikan rekomendasi penetapan formasi kepada bagian
Kepegawaian unit eselon I pengusul dengan tembusan kepada
Pusat Peningkatan Mutu SDMK.
f. Sekretariat Unit eselon I mengirimkan usulan penetapan formasi ke
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (biro yang menangani
urusan kepegawaian).
g. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (biro yang menangani
urusan kepegawaian dan biro yang menangani urusan organisasi)
melakukan validasi terhadap usulan penetapan formasi.
15
h. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (biro yang menangani
urusan kepegawaian) mengirimkan usulan penetapan formasi ke
kementerian yang membidangi pendayagunaan aparatur negara
dan tembusan unit pembina jabatan fungsional kesehatan dan
Badan Kepegawaian Negara (BKN).
i. Kementerian yang membidangi pendayagunaan aparatur negara
menetapkan usulan formasi dari Kementerian Kesehatan setelah
mendapat pertimbangan dari BKN dan Kementerian Keuangan
j. Kementerian yang membidangi pendayagunaan aparatur negara
mengirimkan hasil penetapan kepada biro yang menangani urusan
kepegawaian di Kementerian Kesehatan dengan tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN dan Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan.
16
c. Unit yang menangani urusan kepegawaian pada
Kementerian/Lembaga Kementerian/Lembaga mengirimkan
pengajuan usulan penetapan formasi ke Unit Pembina jabatan
fungsional kesehatan.
d. Unit Pembina jabatan fungsional kesehatan memvalidasi terhadap
usulan penetapan formasi Kementerian/Lembaga.
e. Setelah divalidasi, Unit Pembina jabatan fungsional kesehatan
memberikan rekomendasi penetapan formasi kepada
Kementerian/Lembaga pengusul dan mengirimkan tembusan ke
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
f. Unit yang menangani urusan kepegawaian Kementerian/Lembaga
mengiriman usulan penetapan formasi kepada Kementerian yang
menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
g. Kementerian yang membidangi Pendayagunaan Aparatur Negara
menetapkan usulan formasi dari Kementerian Kesehatan RI setelah
mendapat pertimbangan dari BKN dan Kementerian Keuangan
h. Kementerian yang membidangi Pendayagunaan Aparatur Negara
mengirimkan hasil penetapan kepada Unit Kepegwaian di
Kementerian/Lembaga dengan tembusan disampaikan kepada
Kepala BKN dan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
17
1. Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi anggota Tim
Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja adalah:
a. PNS dan/atau PPPK yang telah mengikuti pelatihan dan/atau
bimbingan teknis analisis jabatan serta analisis beban kerja
dan/atau;
b. syarat objektif lain yang ditentukan oleh pejabat yang
berwenang, termasuk pengalaman dan kemampuan lain yang
diperlukan dalam pelaksanan tugas tim.
2. Susunan keanggotaan Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan
Analisis Beban Kerja terdiri atas:
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
c. Paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota, termasuk ketua dan
sekretaris.
3. Untuk menjamin objektivitas dalam pelaksanaan analisis jabatan
dan analisis beban kerja, kriteria jumlah Tim Pelaksana Analisis
Jabatan dan Analisis Beban Kerja anggota Tim Pelaksana
Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja ditetapkan dalam
jumlah ganjil.
4. Ketua Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja
dapat ditunjuk dari seorang pejabat JPT Pratama atau
Administrator yang secara fungsional bertanggung jawab di
bidang organisasi dan/atau kepegawaian.
5. Sekretaris Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban
Kerja dapat ditunjuk paling rendah seorang pejabat Pengawas
yang memiliki kemampuan dan pengalaman teknis di bidang
analisis jabatan dan analisis beban kerja atau Pejabat Fungsional
yang membidangi analisis jabatan dan analisis beban kerja.
18
1. Tugas Ketua Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis
Beban Kerja adalah:
a. membuat rencana kerja pelaksanaan analisis jabatan dan
analisis beban kerja;
b. memberikan pengarahan dan bimbingan kepada anggota
Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja; dan
c. menyampaikan hasil pelaksanaan analisis jabatan dan
analisis beban kerja kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
instansi yang bersangkutan.
2. Tugas Sekretaris Tim adalah:
a. membantu Ketua Tim dalam melaksanakan tugasnya;
b. Menyiapkan bahan diskusi, seminar atau lokakarya;
c. Menyelenggarakan diskusi, seminar atau lokakarya; dan
d. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk
kelancaran pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban
kerja, dan
e. Melaporkan hasil penyusunan analisis jabatan dan analisis
beban kerja kepada Ketua Tim.
3. Tugas anggota Tim adalah:
a. menentukan metode pengumpulan data yang akan
digunakan;
b. mengumpulkan seluruh data dengan menggunakan metode
tertentu dan menyusunnya menjadi informasi jabatan;
c. melakukan diskusi, seminar, atau lokakarya dalam rangka
pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban kerja;
d. menyusun hasil akhir analisis jabatan dan analisis beban
kerja, dan;
e. melaporkan hasil penyusunan analisis jabatan dan analisis
beban kerja kepada Sekretaris Tim
19
Setelah Anda memahami prinsip-prinsip perhitungan formasi pada jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, maka Anda dapat mulai
mempelajari dan memahami mengenai aplikasi untuk perhitungan formasi
pada Jabatan Fungsional Kesehatan.
Ayooo tetep semangat ya, dari aplikasi ini justru memudahkan Anda untuk
perhitungan formasi ke depannya. Jangan kasih kendor!
E. E-Formasi
E-Formasi merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk keperluan
penyusunan formasi khusus jabatan fungsional kesehatan. Aplikasi ini
dapat digunakan untuk menghitung formasi jabatan fungsional kesehatan
serta digunakan untuk mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan
formasi dari Instansi Pembina, masing-masing instansi yang akan
melakukan perhitungan dan pengusulan formasi melalui aplikasi e-
Formasi dapat dimulai dengan login menggunakan nama pengguna dan
kata sandi yang sudah terdaftar sebelumnya.
Langkah-langkah penggunaan aplikasi e-Formasi:
1. Melakukan login menggunakan nama pengguna dan kata sandi
20
2. Halaman dashboard dari aplikasi e-Formasi
21
6. Menghitung kondisi saat ini terhadap pejabat fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan di masing-masing instansi kerja dan mengirimkan
usulan formasi
22
7. Melakukan upload peta jabatan
23
SEKARANG SAYA TAHU
• Aspek dalam perhitungan formasi adalah Beban kerja/Volume
kerja, andar Kemampuan Rata-rata/Standar Waktu penyelesaian
butir kegiatan., dan Waktu kerja
• Tata cara penyusunan formasi dilakukan melalui 9 langkah dari
Inventarisasi Tugas Pokok sampai dengan menghitung lowongan
formasi dihitung untuk jangka waktu 5 tahun
• Mekanisme/alur penetapan formasi dibedakan menjadi 3 (tiga)
mekanisme penetapan formasi pada instansi daerah (provinsi/
kabupaten/kota), mekanisme penetapan formasi pada
Kementerian Kesehatan dan mekanisme penetapan formasi pada
Kementerian/lembaga di luar Kementerian Kesehatan
• Pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban kerja pada
masing-masing Instansi Pemerintah, Pejabat Pembina
Kepegawaian membentuk Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan
Analisis Beban Kerja. Tugas Tim Pelaksana Analisis Jabatan dan
Analisis Beban Kerja adalah mengumpulkan data, menyusun
informasi jabatan, memverifikasi data, serta mengumpulkan beban
kerja dalam jangka waktu satu tahun.
• Aplikasi e-Formasi dapat digunakan untuk menghitung formasi
jabatan fungsional kesehatan serta digunakan untuk
mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan formasi
dari Instansi Pembina.
Apakah Anda lelah? Yuk istirahat dulu, gerak tipis-tipis sebentar 5 menit
yuk.
Nah, sekarang anda sudah segar kembali. Yuk kita lanjut mempelajari
materi pokok 2!
24
Materi Pokok 2
Rencana Pengembangan
Karier Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan
25
Pendahuluan
Setelah memahami tentang prinsip – prinsip perhitungan Formasi pada
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, sekarang Anda akan
mempelajari tentang materi rencana pengembangan karier jabatan
fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan.
26
Uraian Materi Pokok 2
27
keterampilan dan berijazah sarjana atau diploma empat bidang Kesehatan
Lingkungan, Sanitasi Lingkungan, Kesehatan Masyarakat
peminatan/jurusan Kesehatan Lingkungan atau Sanitasi Lingkungan untuk
Jabatan Fungsional Tenaga SanitasiLingkungan kategori keahlian.
B. Kompetensi
Pengembangan kompetensi mengacu pada standar kompetensi dan
jenjang karier dari pejabat fungsional. Pengembangan kompetensi
merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan
dalam bentuk pendidikan dan/atau pelatihan.
a. Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan formal dapat
dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas belajar. Tugas belajar
diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan standar kompetensi
Jabatan dan pengembangan karier.
b. Pelatihan Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan dapat
dilakukan melalui:
1) Jalur pelatihan klasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan klasikal
dilakukan melalui proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas,
paling sedikit melalui pelatihan, seminar, kursus dan penataran
2) Jalur pelatihan nonklasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan nonklasikal
dilakukan paling sedikit melalui e-learning, bimbingan di tempat
kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antar PNS
dengan pegawai swasta.
c. Uji Kompetensi
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain
dinyatakan bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil
28
dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja,
dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Kompetensi yang diharapkan
meliputi:
a. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman
bekerja secara teknis;
b. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan; dan
c. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan. Uji
Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan adalah suatu
proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh Tim
Penguji dalam rangka memenuhi syarat kenaikan jenjang
jabatan atau perpindahan jabatan dan atau promosi untuk
menjamin kualitas pejabat fungsional. Dikecualikan untuk
pengangkatan pertama, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil yang menyebutkan bahwa Uji Kompetensi untuk
pengangkatan pertama dihapuskan.
Nahh, setelah memahami tentang dua poin besar di atas yaitu kualifikasi
dan kompetensi, masih ada dua hal penting lainnya yaitu penilaian kinerja
dan kebutuhan dalam rencana pengembangan jabatan fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan, ternyata kalau tidak memenuhi salah satu di bawah
ini maka tidak akan bisa untuk mengembangkan karier Tenaga Sanitasi
Lingkungan. Yuk simak lagi materi di bawah ini.
29
C. Penilaian Kinerja
Selain dari kualifikasi dan kompetensi adapun yang tidak kalah penting loh
untuk perencanaan pengembangan karir seorang pejabat fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan yaitu mengenai penilaian kinerja, yuk simak
materi di bawah ini:
D. Kebutuhan
Nah, selain penilain kinerja seorang pejabat fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan juga perlu untuk mengembangkan karier, pengembangan
karier dapat berjalan apabila di suatu organisasi membutuhkan jenjang
Tenaga Sanitasi Lingkungan tersebut. Untuk mengetahui apakah
organisasi memerlukan Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
Anda perlu belajar tentang Kebutuhan, yuk kita belajar bersama tentang
Kebutuhan.
30
jenis Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai
berikut:
1) Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan
pejabat fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub unsur dan
butir kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan Fungsional
Kesehatan yang dapat dinilai dengan Angka Kredit yang
menggambarkan dan mendukung pencapaian tujuan instansi itu
sendiri.
2) Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi.
3) Pelaksanaan Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk
memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan
dan disajikan untuk kepentingan program kelembagaan,
ketatalaksanaan, kepegawaian dan pengawasan. Dengan
melaksanakan analisis jabatan akan dihasilkan informasi jabatan.
Informasi jabatan diperoleh dengan melakukan kegiatan
penyusunan;
a. Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama jabatan,
kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja,
perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang,
korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, dan resiko bahaya.
b. Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan ruang,
pendidikan, kursus atau diklat, pengalaman kerja, pengetahuan
kerja, keterampilan kerja, bakat kerja, temperamen kerja, minat
kerja, upaya fisik, kondisi fisik, dan fungsi pekerja.
4) Menetapkan Peta Jabatan (formasi)
31
Peta Jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan secara
vertikal maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas,
dan tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan. Peta
jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan
kedudukannya dalam unit kerja dalam menetapkan peta jabatan,
maka instansi melakukan:
a. Menyusun nama dan tingkat jabatan dari jenjang jabatan yang
paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
b. Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan
kedudukan dalam unit organisasi serta memuat jumlah
pegawai, pangkat/golongan ruang, kualifikasi pendidikan, dan
beban kerja unit organisasi.
5) Penetapan Regulasi
Peta Jabatan (formasi) yang telah disusun, ditetapkan melalui
regulasi oleh pimpinan instansi.
32
SEKARANG SAYA TAHU
• Kualifikasi pendidikan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Tenaga Sanitasi Lingkungan dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Tenaga Sanitasi Lingkungan
• Pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan
peningkatan kualifikasi pendidikan, mengikuti pelatihan dan
melakukan uji kompetensi
• Penilaian Kinerja dilakukan dengan menilai SKP dan perilaku
kerja
• Kebutuhan jabatan fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
dapat dihitung menggunakan analisis jabatan dan analisis
beban kerja. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat digunakan
untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperinci per 1 tahun
apabila terjadi perubahan pada organisasi.
33
REFERENSI
34
i
DAFTAR ISI
Referensi ………………………………………………….. 67
i
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
2
sanitasi lingkungan.
Nah, berikut ini adalah hasil belajar dan indikator hasil belajar yang
akan kita capai setelah kita mengikuti pembelajaran ini
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
4
MATERI POKOK
Demikian sekilas tentang modul ini, tak kenal maka tak sayang. Setelah
mengenal modul ini, Saudara akan lebih siap untuk mempelajari
keseluruhan isi modul.
5
B Kegiatan Belajar
6
MATERI POKOK 1
KONSEP KARYA TULIS/ KARYA ILMIAH
Pendahuluan
1. Pengertian
2. Tujuan Penulisan
3. Karakteristik
7
Sebelum memulai pembelajaran, coba diingat kembali tentang karya
tulis/karya ilmiah yang pernah Saudara pelajari. Kami berikan
kesempatan 5 menit untuk mengingat kembali. Baik, kita mulai
pembelajaran, dimulai dari pengertian.
A. Pengertian
8
Bagaimana, apakah Saudara sudah merasa cukup jelas mengenai pengertian
karya tulis/karya ilmiah diatas? Ataukah kurang jelas? Jika demikian, Saya
akan menjelaskan kembali pengertian karya tulis/karya ilmiah menurut
beberapa sumber yang lain.
Itu tadi beberapa pengertian dari karya tulis/karya ilmiah yang pastinya dapat
menambah dan melengkapi informasi tentang karya tulis/karya ilmiah yang
sudah Saudara ketahui sebelumnya. Berikut akan disampaikan tentang
tujuan, manfaat, fungsi dan karakateristik penulisan karya tulis/karya ilmiah.
9
B. Tujuan, Manfaat, Fungsi Penulisan
1. Tujuan Penulisan
10
Bagaimana perasaan Saudara setelah melakukan relaksasi?
11
Apakah materi tentang manfaat karya tulis/karya ilmiah di atas dapat
dipahami?
12
C. Karakteristik Penulisan
2. Data yang diberikan jelas dan sesuai dengan fakta yang ada;
9. Tidak ambigu.
Sebelumnya saya ingin tahu, apa yang Saudara ketahui tentang jenis-jenis
karya tulis/karya ilmiah? Tentunya, Saudara sudah tahu banyak
tentang hal ini bukan?
1. Netral
2. Objektif
3. Sistematis
4. Logis
5. Menyajikan sebuah fakta
6. Tidak berbelit-belit
7. Menggunakan bahasa formal.
Ada banyak sekali jenis karya tulis/karya ilmiah, diantaranya:
14
a. Makalah
b. Prosiding
c. Artikel
15
meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu
masalah atau menghibur.
d. Komentar
e. Resensi
f. Kritik
g. Studi Kepustakaan
16
h. Modul
i. Laporan Penelitian
j. Pedoman
k. Petunjuk Teknis
l. Petunjuk Pelaksanaan
m. Buku Standar
n. Laporan Ilmiah
17
selanjutnya. Laporan ada yang ditulis dalam jangka waktu
tertentu, disebut sebagai laporan periodik dan ada yang dibuat
berdasarkan kebutuhan dan permintaan.
o. Berita
Karya tulis non ilmiah adalah sebuah karya tulis yang menyajikan
fakta pribadi tentang ilmu pengetahuan, ditulis menggunakan
bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, dan tidak bergantung
pada fakta umum.
f. Bersifat imajinatif;
18
Terdapat jenis- jenis karangan non ilmiah, beberapa diantaranya
dijelaskan berikut ini:
1. Dongeng
2. Novel
19
3. Cerpen
4. Drama
5. Roman
Karya tulis populer adalah karya ilmiah yang bentuk, isi dan
bahasanya menggunakan metode yang telah ditentukan. Cara
penyampaiannya menggunakan bahasa yang santai tetapi mudah
dipahami oleh masyarakat pada umumnya.
20
Ciri-ciri karya tulis populer adalah sebagai berikut:
1. Artikel
2. Sinopsis
21
SEKARANG SAYA TAHU
22
MATERI POKOK 2
Prinsip-prinsip dan Teknik Penulisan
Karya Tulius/ Karya Ilmiah
Pendahuluan
Mari kita lihat bersama. Apa yang dapat kita simpulkan dari gambar di
atas? Ya, benar, untuk dapat berjalan beriiringan dan tidak saling
bertabrakan satu dengan yang lain, maka perlu dipelajari prinsip dan cara
berjalan yang baik. Demikian pula halnya dengan membuat karya
tulis/karya ilmiah. Untuk membuat karya tulis/karya ilmiah yang baik, perlu
kita pelajari prinsip dan teknik penulisan karya tulis/karya ilmiah.
Baik, mari kita mulai pembelajaran tentang prinsip dan teknik penulisan
karya tulis/karya ilmiah. Semoga materi ini dapat memandu Saudara saat
menulis karya tulis/karya ilmiah, sehingga dapat menyusunnya dengan baik
dan benar.
23
Indikator Hasil Belajar
Sub Materi Pokok 2 pada materi pokok ini adalah sebagai berikut:
24
Uraian Materi Pokok 2
25
g. Penulis ilmiah tidak boleh melanggar hak cipta.
a. Berpikir deduktif
26
b. Berpikir induktif
c. Berpikir ilmiah
27
hendaknya mengandung banyak kemungkinan
jawaban;
28
tetap tidak terbukti kebenarannya maka dapat
disimpulkan: tidak terdapat bukti yang kuat bahwa teori
yang mendukung hipotesis dapat diaplikasikan dalam
kondisi di tempat penelitian itu dilaksanakan.
C. Sikap Ilmiah
Ada tujuh sikap ilmiah yang perlu dimiliki seorang penulis ilmiah:
29
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran yang diwujudkan
dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.
Itulah tadi tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki penulis karya tulis/ karya
ilmiah, kira-kira ada berapa yang sudah Saudara miliki?
Selanjutnya kita akan mempelajari syarat karya ilmiah, menurut Saudara apa saja
syarat yang harus dipenuhi hingga tulisan yang dibuat termasuk dalam
penulisan karya tulis/ karya ilmiah?
30
digunakan metode tertentu. Bahasa yang digunakan
lengkap, terperinci, teratur dan cermat;
Apakah saudara masih semangat untuk belajar. Sekarang kita akan mulai
mencermati tentang Teknik Penulisan Karya Ilmiah, semangat ya.
Ibarat kata menulis tanpa menguasai teknik penulisan ibarat pohon tanpa
ranting. Baiklah kita mulai ya!
31
B. Teknik Penulisan Karya Ilmiah
a. Tahap persiapan
c. Tahapan pengorganisasian
32
dan dianalisis dengan teknik statistik.
d. Tahap penyuntingan
e. Tahap penyajian/pelaporan
33
SEKARANG SAYA TAHU
34
Dua materi pokok sudah selesai dipelajari, sebelum kita lanjutkan
silahkan peregangan dulu agar badan tidak pegal, ikuti gerakan
pada gambar di bawah ini, setiap gerakan dilakukan selama 10
detik
35
MATERI POKOK 3
Langkah-Langkah Penyusunan Karya
Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Sanitasi
Lingkungan
Pendahuluan
a. Pemilihan topik
36
Uraian Materi Pokok 3
A. Pemilihan Topik
Baik, sudah lima menit. Bagaimana, apakah Saudara sudah merasa lebih
segar? Sekarang kita mulai belajar materi lagi ya!
Pembahasan Topik
38
berbasis lingkungan. Topik penyakit berbasis lingkungan yang Saudara
pilih ditempatkan di tengah bagan, kemudian tariklah cabang-cabang
ke bawah untuk menempatkan pokok permasalahan yang akan
dibahas, ditetapkan ada 3 yaitu (1) Pengertian Penyakit Berbasis
Lingkungan, (2) Ruang lingkup dan (3) Upaya yang dilakukan untuk
meminimalisis penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.
Tariklah lagi garis anak-anak ranting untuk menempatkan hal-hal
yang berkaitan dengan masing masing pokok bahasan tersebut. Dari
ranting utama pengertian penyakit berbasis lingkungan, ditarik anak
ranting pendapat ahli lingkungan dan Konsep Teori Blum. Dari
ranting utama ruang lingkup, ditarik anak ranting berbagai jenis
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat, mulai
dari water borne diseases, air borne diseases, food borne diseases
serta penyakit akibat kontaminasi dan atau paparan pestisida dan
limbah radiasi. Dari ranting utama upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi masalah sanitasi lingkungan, ditarik anak ranting
berbagai upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan dengan
Penyehatan Udara, Penyehatan Air Bersih (PAB), Hygiene Sanitasi
Makanan (HSM), Pengelolaan Sampah Akhir (PSA), PTAL
(Pengelolaan Tinja dan Air Limbah, limbah pestisida dan radiasi),
Pengendalian Serangga dan Vektor/Binatang Pembawa penyakit
(PSVBP), Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) serta Sanitasi
Tempat-Tempat Umum (STTU). Anak anak ranting selanjutnya dapat
ditambah atau ditarik menjadi pecahan ranting yang lebih halus lagi
sesuai keinginan sehingga diperoleh batasan topik yang spesifik
terkait penyakit berbasis lingkungan. Berikut gambaran contoh
pembatasan topik sanitasi lingkungan menggunakan metode
peta konsep (mind map):
39
Gambar 1. Pembatasan topik sanitasi lingkungan
menggunakan metode mind map
b. Mencerminkan isi;
40
f. Berbentuk frase, bukan berbentuk kalimat;
41
tulis/karya ilmiah yang digunakan sebagai panduan untuk
memudahkan dalam penulisan karya tulis/ilmiah. Berikut
beberapa contoh sistematika karya tulis/karya ilmiah secara
umum:
A. Makalah
1. Halaman Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Kata pengantar
4. Daftar isi
7. Abstrr ak
8. Isi
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penulisan
d. Manfaat penulisan
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Saran
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
MANFAAT PENULISAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN SARAN
43
Jika akan didokumentasikan di perpustakaan instansi, makalah
dilengkapi dengan tanda tangan dan cap stempel seperti
contoh berikut:
Mengetahui,
Koordinator/PJ UKM,
(……………………………………….)
B. Artikel Jurnal
44
2. Judul
Diketik dengan huruf kapital dan bold, maksimal 20 kata, tidak menggunakan kata
studi, serta tahun. Jenis huruf Arial, ukuran huruf 10 point dan spasi 1.
Diketik dengan huruf kecil dan miring, maksimal 18 kata, pada setiap kata kecuali
pada huruf awal judul di kata pertama menggunakan huruf kapital. Jenis huruf Arial
ukuran huruf 10 point dan spasi 1.
(Nama lengkap penulis tanpa gelar, jika penulis berasal dari institusi yang sama
maka tidak perlu dicantumkan pengkodean)
45
3. Abstrak
ABSTRACT
ABSTRAK
Kata kunci :Terdiri atas 3-5 kata kunci diurutkan menurut abjad
dipisahkan dengan tanda koma dan tidak diakhiri tanda titik
46
4. Pendahuluan (huruf Arial, bold, spasi 1, dibuat format dua
kolom), seperti contoh berikut:
Penulisan sitasi dibedakan antara Desain, tempat dan waktu (Huruf Arial
penulisan di awal dan akhir kalimat. Jika 10 point, Bold, spasi 1 Dibuat format 2
penulis hanya satu orang maka kolom)
penulisan diakhir (Budirman, 2015). Jika
Bagian ini menjelaskan desain,
penulis terdiri atas dua orang maka
tempat dan waktu penelitian yang
penulisan di awal Budirman dan Erlani
diketik secara berurutan dalam bentuk
(2016) sedangkan penulisan di akhir
paragraf. Penulisan menggunakan Arial
(Budirman & Erlani, 2016). Jika penulis
10 point dengan spasi 1. Paragraf
lebih dari dua orang maka penulisan di
diawali dengan kata yang menjorok 6
awal Budirman et al. (2017) dan
digit ke dalam dan tidak boleh
47
menggunakan subjudul. Penelitian dalam bentuk paragraf, menggunakan
kualitatif seperti studi kasus, huruf Arial 10 point dengan spasi 1.
fenomenologi, etnografi, dan lain – lain, Paragraf diawali dengan kata yang
perlu menambahkan uraian mengenai menjorok 6 digit ke dalam dan boleh
pengecekan keabsahan hasil penelitian. menggunakan subjudul.
SARAN (Huruf Arial 10 point, Bold, Bongoura M.L., Atindana J.N., Ming
spasi 1) Z.H., Wei P, Mothibe K.J and Xue Z.K.
2012. Starch Functional Properties and
Saran ditulis berdasarkan
Resistant Starch from Foxtail Millet
temuan penelitian dan mengacu pada
[Setaria italica (L.) P. Beauv] Species.
aktifitas praktis, penelitian lebih lanjut
Pakistan Journal of Nutrition, 11: 919-
atau pengembangan teori baru. Saran
928.
diketik menggunakan huruf Arial 10
point dan spasi 1. Paragraf diawali Gibson RS. 2005. Principles of
dengan kata yang menjorok 6 digit ke Nutritional Assessment. Second Edition.
dalam New York: Oxford University Press.
49
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
50
5. Contoh Tabel
Tabel 1
Suhu Kekeruhan
No Pengulangan pH
(0C) (NTU)
6. Contoh Gambar
Gambar 1. Grafik Variasi Kadar TSS, BOD, dan DO Pagi Hari pada Lokasi
51
7. File disimpan dengan nama judul manuskrip
Nah, demikian format dari makalah dan artikel. Khusus untuk artikel,
contoh yang diberikan bersifat umum, selanjutnya silakan
disesuaikan kembali dengan gaya selingkung dari jurnal yang akan
dituju untuk publikasi.
Selamat menulis!
52
D. Tata Cara Publikasi Karya Tulis/Karya Ilmiah
1.Menyiapkan naskah
53
dapat dimuat dalam suatu jurnal adalah: original article (hasil
penelitian), riview article (makalah kajian pustaka), short
communication (uraian singkat tentang temuan yang dianggap
sangat penting dan oleh karenanya perlu segera dipublikasikan)
dan expert commentary (pendapat/kritik seseorang terhadap
topik ilmiah tertentu).
1. Introduction
54
2. Material and Methods
3. Theory/calculation
4. Results
5. Discussion
6. Conclusions
7. Appendices.
55
catatan kaki (foot notes); membuat tabel, grafik, dan artwork
lain, cara menulis sitasi dan menyusun referensi, cara
memasukkan data yang berupa video ke dalam naskah, dan
cara menambahkan data tambahan (supplementary data).
▪ Konflik kepentingan
56
sebutan sejenis lainnya. Isi pernyataan itu perlu dicermati
benar-benar karena menyangkut hak cipta. Misalnya,
setelah naskah diterbitkan, bolehkah si penulis
menggandakannya untuk diedarkan di institusinya.
Apakah gambar, foto, grafik, tabel boleh dikopi oleh
penulis untuk dimasukkan dalam buku ajar yang hendak
ditulisnya?
57
ini ada biaya (fee) yang harus dibayar oleh penulis.
2. Penelaahan Naskah
58
Naskah yang dikirim ke editor akan menjalani penelaahan
sebelum dinyatakan dapat diterbitkan. Ada 3 faktor yang saling
berkaitan dalam proses penelaahan pada jurnal ilmiah, yaitu:
a. Proses Penelaahan
59
naskah untuk dipublikasikan pada suatu jurnal. Pada
umumnya, mitra bestari hanya sebatas memberi
rekomendasi mengenai kelayakan naskah untuk
diterbitkan
60
Adapun pertanyaan dalam penapisan awal dalam
menyeleksi sebuah naskah oleh editor/dewan editor
adalah:
61
▪ Rekomendasi dari beberapa kelompok seminat/ahli
pakar. Setelah mitra bestari menerima naskah yang
akan ditelaah, pada umumnya editor akan
memberikan jangka waktu 3-4 pekan, kecuali pada
naskah-naskah tertentu yang memerlukan evaluasi
khusus.
62
▪ Revise and resubmit (conditional rejection): jurnal
masih berkeinginan untuk mempertimbangkan
kembali naskah setelah penulis melakukan revisi
besar (major).
63
mendapat rekomendasi dari mitra bestari atas penilaian
suatu naskah, editor/dewan editor berwenang untuk
menetapkan kondisi suatu naskah. Pada satu kondisi
apabila tidak ada kesepakatan antara editor/dewan editor
dan mitra bestari mengenai evaluasi suatu naskah, maka
editor/dewan editor akan meminta mitra bestari lainnya
untuk menilai naskah tersebut.
64
sampai terbit;
65
SEKARANG SAYA TAHU
66
REFERENSI
67
DAFTAR ISI
Referensi ………………………………………………….. 44
1
DESKRIPSI SINGKAT
Tujuan Belajar
Memahami proses penyiapan dan penyusunan kelengkapan
bahan uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan.
Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menyusun
kelengkapan bahan uji kompetensi jabatan fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan.
2
MATERI POKOK
3
B Kegiatan Belajar
4
MATERI POKOK 1
Pendahuluan
5
Uraian Materi Pokok 1 :
Penyelenggaraan Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
6
kompetensi jabatan fungsionalkesehatan;
h. memberikan sertifikat akreditasi;
i. memberikan nomor sertifikat kepada peserta yang telah
dinyatakan lulus;
j. membuat dan mengembangkan sistem informasi terkait
uji kompetensi; dan
k. melaksanakan pemantauan dan evaluasi
penyelenggaraan uji kompetensi.
2) Unit Pembina adalah unit kerja yang membina jabatan
fungsional, dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsinya
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pembinaan
Jabatan Fungsional di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Unit Pembina Jabatan Fungsional di Lingkungan
Kementerian Kesehatan, yang tugasnya meliputi :
a bertanggung jawab dalam penyelenggaraan uji
kompetensi secara nasional terhadap jabatan
fungsional yang menjadi binaannya;
b membentuk tim penguji dan tim pelaksana uji;
c memfasilitasi penyelenggaraan uji;
d menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang di uji di tingkat unit pembina;
e melaksanakan pemantauan dan evaluasi
penyelenggaraan uji kompetensi.
7
dan fasilitas pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh
sekurang – kurangnya pejabat pimpinan tinggi pratama
atau pejabat yang setara. Instansi pemerintah sebagai
instansi pengguna pejabat fungsional kesehatan memiliki
tugas :
a. identifikasi peserta uji kompetensi;
b. membentuk dan menetapkan tim penguji dan tim
pelaksana uji;
c. menunjuk dan menetapkan admin E-Ukom;
d. membuat rencana penyelenggaraan uji kompetensi;
e. membuat surat pengajuan akreditasi penyelenggaraan uji
kompetensi;
f. melakukan persiapan penyelenggaraan uji kompetensi;
g. memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi;
h. menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang diuji sesuai dengan nomor sertifikat
yang diberikan dari Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan,
i. melakukan pencatatan dan pelaporan;
j. membuat berita acara pelaksanaan (BAP) seperti
contoh sebagaimana tercantum dalam formulir
peraturan ini;
k. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan ujikompetensi.
2. Metode uji
Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji tulis, uji
lisan dan uji praktik. Uji portofolio merupakan metode wajib
dalam pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan. Metode uji tulis, uji lisan dan uji praktik merupakan
metode uji pilihan.
8
a. Portofolio
Portofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas
seseorang yang masing masing. Penilaian portofolio
merupakan suatu metode penilaian yang
berkesinambungan dengan mengumpulkan informasi atau
data secara sistematik atas dilakukannya yang menunjukan
kecakapan pejabat fungsional kesehatan dalam bidangnya
hasil pekerjaan seseorang. Portofolio digunakan sebagai
salah satu cara penilaian yang mampu mengungkap
pencapaian kompetensi dan standar kompetensi setiap
pejabat fungsional kesehatan. Pentingnya portofolio
memungkinkan pejabat fungsional untuk merefleksi
pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan kemampuan,
memberi gambaran atas apa yang dilakukan pejabat
fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.
b. Uji tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman pejabat fungsional untuk
dapat menganalisis dan memecahkan masalah terkait
kompetensi. Metode uji tulis dalam uji kompetensi yang
digunakan dapat dalam bentuk pertanyaan dengan pilihan
ganda.
Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk mengukur
kemampuan pengetahuan (cognitive) pejabat fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab
setiap pertanyaan atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk
tes objektif atau tes uraian. Bentuk tes objektif terdiri dari
bentuk soal benar- salah, menjodohkan, dan pilihan ganda.
9
Bentuk soal pilihan ganda dapat berupa pilihan ganda biasa,
pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda komplek, dan
pilihan ganda membaca diagram/ tabel.
c. Uji Lisan
Uji lisan merupakan metode uji yang dapat digunakan selain
metode uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara
terstruktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan uji
portofolio. Kompetensi yang diujikan dalam uji lisan
disesuaikan dengan standar kompetensi dan level
kompetensi sesuai denganjenjang yang akan diampunya.
Uji Lisan/ Interview merupakan kegiatan uji kompetensi yang
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan dari penguji
kepada peserta uji yang tujuannya untuk mengklarifikasi atau
mengali kompetensi peserta uji. Uji lisan ialah salah satu uji
kompetensi jabatan fungsional yang menggunakan teknik
wawancara dibuat secara sistematis untuk mengukur
kemampuan peserta terkait butir kegiatan sesuai jabatan
fungsional. Biasanya menggunakan wawancara terstruktur
disusun secara terperinci, menggunakan kuisioner standar
(atau jadwal wawancara) untuk menjamin semua responden
ditanyakan dengan satu perangkat pertanyaan yang sama
dalam urutan yang sama. Jawaban pertanyaan tidak
membuka kebebasan dan sudah terikat pada pertanyaan
yang telah disusun lebih dahulu
10
3. Mekanisme Uji Kompetensi
11
m. Mengeluarkan sertifikat kompetensi dan memberikan kepada
Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan yang lulus,
paling lambat satu bulan setelah dinyatakan lulus.
n. Memberikan peningkatan pengetahuan dan kemampuan bagi
peserta uji yang tiga kali tidak lulus uji kompetensi.
3. Sanksi
a. Peserta yang melanggar tata tertib diberi peringatan oleh tim
penguji, apabila peserta telah diberikan peringatan dan tidak
mengindahkan peringatan tersebut, maka tim penguji mencatat
dan mengusulkan peserta tersebut untuk dinyatakan gagal ujian
dan dibuatkan berita acara.
b. Penguji yang melanggar ketentuan sebagaimana dalam
pedoman ini maka akan diberikan sanksi. Proses pemberian
sanksi bagi penguji berdasarkan pada proses klarifikasi dan
koordinasi dengan pihak terkait termasuk penguji yang diduga
melanggar, sanksi tersebut diberikan oleh pejabat yang
12
menetapkan tim penguji tersebut sesuai tingkatannnya atas
rekomendasi tim pembinaan dan pengawasan. Pemberian
sanksi ini berdasarkan pada tingkat pelanggaran, dapat berupa
antara lain:
1) teguran lisan;
2) teguran tertulis;
3) pembebastugasan dari keanggotaan tim penguji untuk
periode waktu tertentu; atau
4) pembebastugasan dari keanggotaan tim penguji dan tidak
dapat menjadi tim penguji lagi.
c. Penyelenggara uji tidak boleh melaksankan uji kompetensi
tanpa adanya surat rekomendasi penyelenggaraan uji
kompetensi dari Unit yang membidangi pembinaan dan
pengawasan tenaga kesehatan di Kementerian Kesehatan dan
akan dilaksanakan akreditasi terkait penyelenggaraan uji
kompetensi secara berkala oleh Unit yang membidangi
pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan di Kementerian
Kesehatan.
d. Unit Teknis dan UPT Vertikal Kementerian Kesehatan,
Kementerian dan Lembaga lainnya/Dinas Kesehatan Provinsi/
Kab/Kota dan instansi pengguna Pejabat Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan yang telah memenuhi persyaratan dan
telah mendapatkan rekomendasi penyelenggaraan uji
kompetensi dari Unit yang membidangi pembinaan dan
pengawasan tenaga kesehatan di Kementerian Kesehatan
namun tidak bersedia menyelenggarakan uji tanpa alasan yang
kuat maka pejabat fungsional yang berasal dari instansinya tidak
dapat diuji di instansi lain.
13
SEKARANG SAYA TAHU
14
MATERI POKOK 2
Pendahuluan
15
Uraian Materi Pokok 2 :
Hak dan Kewajiban Peserta Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
16
c. Bila tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan oleh pelaksana.
d. Bila uji ulang pertama tidak lulus, boleh mengikuti uji
ulang yang kedua sesuai dengan jadwal yang tersedia
penyelenggara.
e. Bila uji ulang yang kedua tidak lulus maka pimpinan
instansi pengguna memberikan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kepada pejabat
fungsional tersebut.
17
SEKARANG SAYA TAHU
Kesimpulan dari Materi Pokok Bahasan 2
18
MATERI POKOK 3
Pendahuluan
19
2. Materi uji kompetensi portofolio
3. Penilaian uji kompetensi portofolio
20
Uraian Materi Pokok 3 :
Materi Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
1. Standar Kompetensi
21
Materi uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan mengacu pada Standar Kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan atau sesuai butir-butir
kegiatan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Level kompetensi dalam Standar
Kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan
menunjukkan tingkat penguasaan kompetensi, dimana
penguasan kompetensi tersebut digambarkan dalam suatu
indikator perilaku yang terdiri dari 5 (lima) tingkatan, yaitu dari
Level 1 sampai dengan Level 5, dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Level 1 Paham/dalam pengembangan (awareness/being
developed), dengan kriteria: 1) mengindikasikan kemampuan
melaksanakan tugas/ pekerjaan teknis sederhana dengan
proses dan aturan yang jelas, memerlukan pengawasan
langsung/bantuan dari orang lain; 2) mengindikasikan
penguasan pengetahuan dan keterampilan yang tidak
memerlukan pelatihan khusus; 3) mengindikasikan memiliki
pemahaman dasar tentang prinsip-prinsip teori dan praktek,
namun masih memerlukan pengawasan langsung dan/atau
bantuan pihak lain; dan 4) mengindikasikan kemampuan
bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri.
2. Level 2, Dasar (basic), dengan kriteria: 1) mengindikasikan
kemampuan melakukan kegiatan/ tugas teknis dengan alat,
prosedur dan metode kerja yang sudah baku; 2)
mengindikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip teori
dan praktek, dalam pelaksanaan tugas tanpa bantuan
dan/atau pengawasan langsung; 3) mengindikasikan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
memerlukan pelatihan tingkat dasar; dan 4) mengindikasikan
kemampuan untuk bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri
22
dan dapat diberi tangungjawab membantu pekerjaan orang
lain untuk tugas teknis yang sederhana.
3. Level 3 Menengah (intermediate), dengan kriteria: 1)
mengindikasikan kemampuan melakukan tugas teknis yang
lebih spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas
dan pilihan metode untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul dalam tugasnya; 2) mengindikasikan pemahaman
tentang prinsip-prinsip teori dan praktek tanpa bantuan
dan/atau pengawasan langsung, dengan kecepatan yang
tepat penyelesaian pekerjaan yang lebih cepat; 3)
mengindikasikan kepercayaan diri dan kemampuan dan
menunjukkan kelancaran dan ketangkasan dalam praktek
pelaksanaan pekerjaan teknis; 4) mengindikasikan
penguasan pengetahuan dan keterampilan yang
memerlukan pelatihan tingkat menengah; dan 5)
mengindikasikan kemampuan bertanggungjawab atas
pekerjaan sendiri dan dapat diberi tangungjawab atas
pekerjaan kelompok/tim.
4. Level 4 Mumpuni (advance), dengan kriteria: 1)
mengindikasikan kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan/ iptek, konsep/teori dan praktek mampu
mendapat pengakuan ditingkat instansi; 2) mengindikasikan
kemampuan menghasilkan perbaikan dan pembaharuan
teknis, metode kerja; 3) Mengindikasikan kemampuan
beradaptasi dengan berbagai situasi, peningkatan
kompleksitas dan resiko serta kemampuan memecahkan
permasalahan teknis yang timbul dalam pekerjaan; 4)
mengindikasikan kemampuan mengembangkan dan
menerapkan pendekatan mono disipliner/satu bidang
keilmuan dan kemampuan melakukan uji kompetensi serta
memiliki kemampuan pengajaran serta menjadi rujukan atau
23
mentor tingkat instansi; dan 5) mengindikasikan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan pelatihan
lanjutan.
5. Level 5 Ahli (expert), dengan kriteria: 1) mengindikasikan
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan/iptek,
konsep/teori mampu mendapat pengakuan nasional atau
internasional; 2) mengindikasikan kemampuan menghasilkan
karya kreatif, original dan teruji; 3) menunjukkan inisiatif dan
kemampuan beradaptasi dengan situasi masalah khusus,
dan dapat memimpin orang lain dalam melakukan kegiatan
teknis; 4) mengindikasikan kemampuan mampu
mengkoordinasikan, memimpin dan menilai orang lain,
kemampuan melakukan uji kompetensi, dan kemampuan
menjadi pembimbing/mentor; 5) mengindikasikan
kemampuan mengembangkan dan menerapkan pendekatan
inter, multi disipliner; dan 6) mengindikasikan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang menjadi rujukan atau
mentor tingkat nasional atau internasional
Tabel 1.
JF Utama 5- 4 Dominan 5
Jabatan
Mahir 4-3 Dominan 3
24
Fungsional Terampil 3,2,1 Dominan 2
Keterampilan
Pemula 2 -1 Dominan 1
25
26
Catatan:
Tulisan hitam adalah butir kegiatan jenjang terampil
Tulisan merah adalah butir kegiatan jenjang mahir
27
2. Komponen tambahan
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan
bukan menjadi persyaratan wajib bukti portofolio. Komponen
tambahan dapat berupa:
a. Sertifikat Pelatihan
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
pernah diikuti oleh Pejabat Fungsional Tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam rangka pengembangan dan/atau
peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas
pelayanan kesehatan di seluruh instansi atau fasilitas
pelayanan kesehatan. Bukti fisik komponen pedidikan
dan pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam asli yang
dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan harus dilengkapi dengan
laporan singkat hasil diklat yang meliputi tujuan diklat,
materi diklat dan manfaat diklat untuk perbaikan
pelayanan kesehatan. Sertifikat/piagam pendidikan dan
pelatihan dapat dinilai apabila:
1) Materi diklat memiliki relevansi dengan Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan, dan dapat
dikategorikan menjadi relevan (R) dan tidak relevan
(TR). Relevan (R) apabila materi diklat secara
langsung dapat menunjang peningkatan kompetensi
teknis di jenjang yang akan dipangkunya. Tidak
Relevan (TR) apabila materi diklat tidak menunjang
peningkatan kinerja/kompetensi Jabatan Fungsional
Tenaga Sanitasi Lingkungan dan diklat tidak relevan
tidak akan dinilai.
28
2) Durasi diklat sekurang kurangnya 20 JPL. Jumlah
sertifikat/piagam diklat yang dapat dinilai sebanyak 3
(tiga) sertifikat /piagam per tahun
b. Karya Pengembangan Profesi
c. Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan.
29
SEKARANG SAYA TAHU
30
MATERI POKOK 4
Pendahuluan
E-Ukom merupakan inovasi dalam uji kompetensi yang awalnya
bersifat manual menjadi elektronik. Aplikasi ini dibuat dengan tujuan
untuk mempercepat proses administrasi penyelenggaraan uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan berupa: Perencanaan
Jadwal Uji Kompetensi, Penyusunan Proposal, Penerbitan Kartu Ujian,
Pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Uji Kompetensi, Pembuatan
Nomor Sertifikat dan Pencetakan Sertifikat serta dapat menghasilkan
data dalam rangka monitoring dan evaluasi.
Anda sebagai seorang calon peserta uji kompetensi Jabatan
Fungsional Tenaga Sanitasi Lingkungan akan menggunakan aplikasi E-
Ukom untuk melakukan registasi online hingga mendapatkan kartu
ujian.
Materi pokok ini akan membahas langkah-langkah melakukan
registrasi online uji kompetensi Jabatan Fungsional Tenaga
Sanitasi Lingkungan melalui aplikasi E-Ukom
Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
mengenai langkah-langkah penggunaan aplikasi E-Ukom.
31
Uraian Materi Pokok 4 :
Aplikasi E-Ukom
32
Gambar 2. Login E-UKOM
Keterangan :
33
Gambar 3. Reset Password
Gambar 4.
Memasukkan e-mail untuk reset password
Gambar 5.
Notifikasi pengecekan e-mail pada reset password
Periksa email Pesan Masuk (INBOX) dan ikuti intruksi
selanjutnya.
34
Gambar 6.
35
Gambar 7.
Halaman Utama Akun Peserta
Gambar 8.
Sign up aplikasi E-UKOM
Keterangan :
1. Cara untuk mendaftar online, peserta dapat menekan Menu
Sign Up pada home peserta.
36
b. Instansi: Nama Instansi peserta uji kompetensi
c. Unit : Unit atau Fasilitas Kesehatan
d. Provinsi : Nama Provinsi
e. Kabupaten / Kota : Nama Kabupaten /Kota
f. Username : Nama Lengkap
g. Email : Alamat Email
h. Password : Password minimal 6 digit
i. Password Repeat : Ulangi Password yang dimasukkan
j. Captcha : masukkan Kode Keamanan (pada gambar
captcha)
Gambar 9.
Meng-entry Foto
Peserta dapat mengganti foto dengan cara menekan link (Ganti Foto)
dan memilih foto formal yang ingin di upload dengan format gambar
(.png, .jpg, .jpeg).
37
Gambar 10.
Registrasi Uji Kompetensi
Keterangan :
1. Cara untuk mendaftar uji kompetensi, peserta dapat menekan link
(Daftar Uji Kompetensi) pada homepeserta.
38
5. Cara Meng-entry Data Peserta
Gambar 11.
Meng-entry Data Peserta
Keterangan :
1. Cara untuk meng-input data peserta, peserta dapat menekan link
(Input Data Peserta) pada home peserta.
39
j. Jenis Jabatan Fungsional : Jenis Jabatan Fungsional Peserta
k. Jenjang Jabatan Fungsional : Jenjang Jabatan
FungsionalPeserta
l. Nomor Ijasah Terakhir : Nomor Ijasah Terakhir Peserta
m. Tahun Ijasah Terakhir : Tahun Ijasah Terakhir Peserta
n. No. Telp HP/Rumah/Fax: No. Telp HP/ Rumah/Fax Peserta
o. No SK Jabatan Fungsional: Nomor SK Jabatan Fungsional
Peserta
p. Tanggal SK Jabatan Fungsional : Tanggal SK Jabatan
Fungsional Peserta
Keterangan :
40
a. SKP 1 tahun terakhir
b. Surat rekomendasi dari atasan untuk mengikuti uji
c. SK jafung jenjang terakhir
Peserta dapat memilih jenis file yang sesuai dan pilih file
yang ingin di upload dengan format gambar (.png, .jpg, .jpeg).
4. File yang sudah terupload dapat dilihat di kolom Data File Upload,
peserta juga dapat menghapus data apabila terdapat kekeliruan
dalam menguplaod file.
Gambar 13.
Mencetak Kartu Registrasi Online
Keterangan :
1. Admin Wilayah sudah melakukan verifikasi kepada Peserta
tersebut
2. Cara untuk mencetak kartu registrasi online, peserta dapat
menekan Menu Data Registrasi pada home peserta.
41
3. Pilih kartu registrasi online yang akan dicetak berdasarkan periode
uji kompetensi. Kartu registrasi online harus dibawa oleh peserta
selama mengikuti uji kompetensi. Berikut ini tampilan dari kartu uji
registrasi online:
Gambar 14.
Bukti Pendaftaran Uji Kompetensi
42
SEKARANG SAYA TAHU
43
REFERENSI
44
TIM KONTRIBUTOR
1 Binwas
2. Miftahur Rohim – Bapelkes Cikarang
3 Trie Hernowo – BBPK Jakarta
4 Hasan – BBPK Makassar
45
TIM PENYUSUN MODUL PELATIHAN
JABATAN FUNGSIONAL
TENAGA SANITASI LINGKUNGAN