Anda di halaman 1dari 47

Lampiran

Surat Edaran Nomor 092/E/PP-HAKLI/VII/2016

PEDOMAN
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN TENAGA KESEHATAN
LINGKUNGAN
(P2KBTKL)

PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN
(HAKLI)

TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pekerjaan tenaga Kesehatan Lingkungan yang terdiri atas tenaga


Sanitasi Lingkungan, tenaga Entomolog Kesehatan, dan tenaga Mikrobiolog
Kesehatan secara profesional berbasis pada kompetensi yang meliputi kompetensi
Manajerial, Kompetensi Teknis, dan Kompetensi Sosiokultural.

Kompetensi Manajerial merupakan soft competency yang mencakup aspek


pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan.

Kompetensi Teknis merupakan kemampuan kerja yang mencakup aspek


pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang mutlak diperlukan dalam
melaksanakan tugas-tugas jabatannya.

Kompetensi Sosiokultural merupakan kemampuan yang diukur dari pengalaman kerja


berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya
sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

Berdasarkan ketiga kompetensi tersebut di atas tenaga Kesehatan Lingkungan


memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
serta peran pribadi maupun sosial yang diimplementasikan dalam pengabdiannya
baik sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun berkarya di lingkungan masyarakat
terasuk swasta dan praktek mandiri. Di dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan telah diatur jenjang karier baik sebagai pangkat dan jabatan dalam
pengabdiannya di ASN, militer, kepolisian, maupun mereka yang mengabdi di
lingkungan masyarakat.

Oleh karena itu, diperlukan pedoman bagi Tenaga Kesehatan Lingkungan untuk
dilakukan penilaian tingkat profesionalitasnya dalam bentuk Satuan Kredit Profesi
(SKP) berdasarkan kompetensi yang bersangkutan guna memperoleh gambaran
peningkatan dan/atau pengembangan potensi dan karier yang bersangkutan, pada
bidang-bidang tertentu dalam lingkup kesehatan lingkungan.

1
Selanjutnya akan duraikan bidang-bidang tertentu tersebut dalam pedoman bagi
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang selanjutnya disebut dengan Sanitarian guna
memperoleh gambaran penilaian jenjang karier yang bersangkutan. Pedoman untuk
melakukan penilaian profesionalitas Tenaga Kesehatan Lingkungan selanjutnya
disebut Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan
Lingkungan (P2KBTKL) yang merupakan salah satu fungsi Organisasi Profesi dalam
hal ini Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) untuk melakukan
pengaturan dalam setiap tingkatan kompetensi bagi Tenaga Kesehatan Lingkungan
dan para pihak yang berkepentingan untuk melakukan penilaian kinerja di semua
sektor yang memerlukan tenaga Sanitasi Lingkungan.

Dalam pedoman ini akan diatur secara khusus mengenai penilaian pengembangan
keprofesian bagi tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian), sedangkan jenis Tenaga
Kesehatan Lingkungan lainnya akan diatur dalam pedoman tersendiri yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengembangan keprofesian Tenaga
Kesehatan Lingkungan.

B. TUJUAN

Tujuan Umum :
Tersedianya panduan penilaian pengembangan profesionalitas tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam rangka registrasi, registrasi ulang, dan izin praktek/kerja.

Tujuan Khusus:
1. Tersedianya panduan perhitungan pengisian SKP bagi Tenaga Sanitasi
Lingkungan.
2. Tersedianya panduan bagi instansi pemerintah, pengelola kegiatan, praktek
mandiri di mana Tenaga Sanitasi Lingkungan berada.
3. Tersedianya panduan mekanisme dan tata cara perpanjangan Surat Tanda
Regisrasi (STR).

C. LANDASAN HUKUM

Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan


ini disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan di bawah ini sebagai
landasan hukum.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
4. Undang-Undang Nomor 36 tah Tahun un 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
6. Peraturan Presiden Nomor 08 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Pusat Kesehatan Masyarakat
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2015 tentang Standar
Kompetensi Manajerial Jabatan Fungsional Sanitarian
12. Keputusan Ketua Umum Pengurus Pusat HAKLI Nomor 67/SK /PP-HAKLI/II/2015
Tentang Susunan Pengurus Pusat Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia Periode Tahun 2015 – 2020

D. POLA PEMBERIAN STR

Secara umum proses yang dilalui dalam pencapaian Tenaga Sanitarian Profesional
teregistrasi (Registered) digambarkan dalam gambar 1 berikut.

Gambar 1. Pola Pemberian STR Tenaga Sanitasi Lingkungan

3
Untuk memperoleh STR, Sanitarian dapat menempuh prosedur pemberian STR
sebagai berikut.

Pertama, bagi Sanitarian yang baru lulus wajib mengikuti uji kompetensi (exit examn)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh
institusi pendidikan tempat Sanitarian belajar yang bekerja sama dengan MTKI. Bila
dinyatakan lulus, yang bersangkutan memperoleh Sertifikat Kompetensi sebagai salah
satu syarat dalam memperoleh STR.

Kedua, bagi Sanitarian yang telah bekerja di luar bidang kesehatan lingkungan
dan/atau di bidang kesehatan lingkungan, apabila yang bersangkutan akan
mengajukan permohonan STR mereka dapat memperoleh STR dengan mengajukan
surat permohonan STR (contoh terlampir) kepada pihak yang berwenang yaitu Ketua
Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan/atau Ketua Pengurus HAKLI Provinsi dalam hal
Pengurus Kabupaten/Kota terbentuk.

Ketiga, bagi Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR atau re-registrasi
mereka wajib menyerahkan dokumen hasil kegiatan dalam bidang pembelajaran,
profesionalitas, pengabdian masyarakat, karya ilmiah, dan pengembangan ilmu dan
teknologi (IPTEK). Setelah dokumen tersebut terkumpul, yang bersangkutan
menyampaikan surat permohonan perpanjangan STR kepada Ketua Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota. Dalam hal Pengurus Kabupaten/Kota belum terbentuk, surat
permohonan STR langsung ditujukan kepada Ketua Pengurus HAKLI Provinsi
setempat.

Dalam proses pemberian STR, Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi


membentuk Tim Verifikasi untuk melakukan verifikasi terhadap dokumen-dokumen
hasil kegiatan pemohon sekaligus memberikan nilai Satuan Kredit Profesi (SKP)
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Organisasi Profesi. Akumulatif nilai
SKP harus memenuhi sejumlah 50 SKP selama kurun waktu 5 tahun. Hasil verifikasi
nilai SKP tersebut dipergunakan untuk memberikan surat pengantar sebagai
rekomendasi dari Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi kepada Ketua
MTKP setempat untuk diteruskan kepada Ketua MTKI dengan tembusan PP HAKLI
guna menerbitkan STR yang bersangkutan.

Dalam hal akumulatif SKP pemohon perpanjangan STR belum memenuhi SKP yang
ditentukan, maka yang bersangkutan wajib mengikuti evaluasi kemampuan sesuai

4
ketentuan peraturan perundang-undangan.

5
Pembahasan lebih lanjut mengenai prosedur penerbitan STR baru maupun STR
perpanjangan, akan dijelaskan pada pembahasan BAB selanjutnya.

6
BAB II
POKOK-POKOK KEGIATAN

A. RUANG LINGKUP P2KBTKL


Peningkatan kompetensi tenaga Kesehatan Lingkungan dimaksudkan sebagai
perubahan tingkatan kompetensi tenaga Sanitarian, Entomolog Kesehatan, dan
Mikrobiolog Kesehatan yang bisa diukur dengan instrumen standar yang berlaku.
Instrumen standar tersebut disusun dalam Pedoman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan dan diukur dengan SKP yang
ditetapkan oleh Organisasi Profesi.

Pengembangan keprofesian dan peningkatan kompetensi tenaga Sanitarian disusun


ke dalam pokok-pokok kegiatan yang meliputi pembelajaran, keprofesian, pengabdian
masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK.

Secara proporsional, pembobotan pemberian SKP pada pokok-pokok kegiatan


selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 1.
Pembobotan SKP Tenaga Sanitarian Teknisi/Jabatan Fungsional Keterampilan

PROPORSI SKP KETENTUAN


NO BIDANG KETERANGAN
(%) KESLING PROFESI

1 PEMBELAJARAN 10 5 Toleransi
2 KEPROFESIAN 60 30 Wajib Dicapai
3 PENGABDIAN 20 10
Wajib Dicapai
MASYARAKAT
4 PUBLIKASI ILMIAH 5 2.5 Toleransi
5 PENGEMBANGAN 5 2.5
Toleransi
IPTEK
TOTAL 100% 50

7
Tabel 2.
Pembobotan SKP Tenaga Sanitarian Ahli/Jabatan Fungsional Keahlian

PROPORSI SKP KETENTUAN


NO BIDANG KETERANGAN
(%) KESLING PROFESI
1 PEMBELAJARAN 5 2.5 Toleransi
2 KEPROFESIAN 55 27.5 Wajib Dicapai
3 PENGABDIAN
20 10 Wajib Dicapai
MASYARAKAT
4 PUBLIKASI ILMIAH 10 5 Toleransi
5 PENGEMBANGAN
10 5 Wajib Dicapai
IPTEK
TOTAL 100% 50

Keterangan.
1. Kolom SKP Kesling merupakan nilai SKP baik yang wajib dicapai maupun
ditoleransi sesuai dengan ketentuan profesi.
2. Nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran, keprofesian,
pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK minimal
bernilai 50.
3. “Toleransi” dalam kolom KETENTUAN PROFESI diartikan bahwa nilai akumulasi
SKP pemohon selama 5 (lima) diperbolehkan tidak tercapai sesuai batas yang
ditentukan pada kolom SKP KESLING namun tidak boleh bernilai 0 (nol).
4. Dalam hal akumulasi nilai SKP pemohon terdapat nilai nol (0), maka akan
diberikan penugasan sesuai dengan bidang penilaian SKP.
5. Penugasan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dijelaskan dalam BAB IV
tentang Mekanisme STR Penerbitan P2KBTKL ini.

B. POKOK-POKOK KEGIATAN
Pengelompokan kegiatan ditujukan untuk memudahkan dalam penggunaan pedoman
ini. Pengelompokan kegiatan ini terdiri atas 5 pokok kegiatan sebagai berikut.

8
1. PEMBELAJARAN
Pembelajaran meliputi pendidikan formal dan pelatihan baik formal ataupun non
formal. Pendidikan formal adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
institusi/lembaga pendidikan formal dan memperoleh gelar yang telah memiliki
sekurang-kurangnya akreditasi B dari lembaga yang berwenang. Pelatihan formal
adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh institusi/lembaga
pendidikan tanpa memperoleh gelar namun tetap memperoleh sertifikat.

Pelatihan non formal adalah proses pembelajaran secara mandiri, berkelompok,


baik terorganisir ataupun tidak, langsung ataupun tidak langsung yang dibuktikan
dengan pembuatan abstrak/ringkasan/rangkuman serta menyebutkan referensinya.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebagaimana diuraikan di atas tetap
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. PROFESIONALITAS
Profesionalitas adalah uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan tugas
pokok dan fungsi serta peran tambahan yang bersangkutan dalam instansi/institusi
tempat kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas juga dapat
merupakan hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktek kerja, konsultasi, wirausaha,
advokator, fasilitator, motivator, dan promotor dalam lingkup kesehatan lingkungan.

3. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang mendapat pendampingan,
bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan
termasuk pengabdian dari tenaga Sanitarian baik secara individu maupun
kelompok.

4. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah
lain di bidang kesehatan lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk
yang dideseminasikan secara internal maupun eksternal.

9
5. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Pengembangan ilmu dan teknologi adalah serangkaian kegiatan pengembangan
yang dilakukan melalui penelitian, kajian, uji coba, pengembangan model/desain,
penapisan, pemanfaatan media lingkungan maupun hasil produksi baik secara
fisik, biologi, kimia, maupun sosial terkait dengan potensi risiko kesehatan yang
dapat berawal dari gagasan, konsep, dan praktek.

1
0
BAB III
URAIAN KEGIATAN DAN PENGHITUNGAN SKP

A. PEMBELAJARAN
a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan proses pembelajaran yang diselenggarakan


oleh institusi/lembaga pendidikan formal dan memperoleh gelar yang telah
memiliki sekurang-kurangnya akreditasi B dari lembaga yang berwenang
dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Perolehan ijazah dan sertifikat kompetensi pendidikan kesehatan
lingkungan setingkat lebih tinggi dari semula diajukan sebagai
penggantian sebutan profesional/ tingkatan kompetensi STR sesuai
Sertifikat Kompetensi yang baru.
2) Perolehan gelar Doktor atau Magister dikecualikan dari ketentuan di
atas mengingat program doktor atau magister diarahkan pada
pendalaman aspek ilmiah dan akademik.
3) Perolehan gelar jenjang lanjut pada bidang bukan Sanitasi Lingkungan,
tidak diberi nilai SKP

Jenjang pendidikan formal bidang Kesehatan Lingkungan sesuai dengan


perjenjangan leveling beserta sebutan bagi lulusannya meliputi:

a. Diploma III Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Teknisi Sanitarian


Madya (Medium Sanitarian Technisian) level 5;
b. Diploma IV Kesehatan Lingkungan dan/atau Sarjana Strata I (S-I)
Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Teknisi Sanitarian Utama (Major
Technisian Sanitarian) level 6;
c. Magister Terapan (S-II)/Spesialis 1 dan/atau Sarjana Strata II (S-II)
Profesi/Magister Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Sanitarian
level 8;
d. Doktoral (S-III) Kesehatan Lingkungan dan/atau Doktoral Terapan (S-
III)/Spesialis 2 Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Sanitarian Adviser
(Adviser Sanitarian) level 9.

10
Tabel 3.
Penilaian Pendidikan Formal

Nilai SKP
Ijazah Pendidikan
D3 D4/S1-KL Prof KL/MgT DrT/Sp2
D3 9.5
D4/S1-KL 12.5*
Prof. Kesehatan
22.5*
Lingkungan/ MgT/Sp1
DrT/Sp2 40

*Catatan.

Bagi lulusan D4/S1 Kesehatan Lingkungan dan/atau Profesi Kesehatan


Lingkungan disertai dengan penugasan tertentu yang relevan dengan bidang
kesehatan lingkungan.

Dalam rangka penilaian SKP bidang pendidikan formal, penugasan tertentu


dilengkapi kelengkapan sebagai berikut.

1. Bagi Sanitarian yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan
baru mengurus STR maka:
a. Untuk Jabatan Fungsional Keterampilan harus melampirkan hal-hal
berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi
b. Untuk Jabatan Fungsional Keahlian harus melampirkan hal-hal berikut
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi
3) Ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan

2. Bagi Sanitarian yang bekerja sebagai ASN dan akan memperpanjang


STR maka:
a. Untuk Jabatan Fungsional Keterampilan melampirkan hal-hal berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi

11
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup keprofesian kesehatan
lingkungan
b. Untuk Jabatan Fungsional Keahlian melampirkan hal-hal berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi/mandiri
3) Ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan

3. Bagi Sanitarian yang bekerja secara mandiri/swasta dan baru mengurus


STR maka:
a. Untuk Sanitarian Teknisi
Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah 5 (lima) tahun
terakhir
b. Untuk Sanitarian Ahli
1) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah 5 (lima) tahun
terakhir
2) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup
keprofesian kesehatan lingkungan

4. Bagi Sanitairan yang bekerja secara mandiri/swasta dan akan


memperpanjang STR maka:
a. Untuk Sanitarian Teknisi
1) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas
organisasi/praktek mandiri
2) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan
b. Untuk Sanitarian Ahli
1) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas
organisasi/praktek mandiri
2) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan

Dalam penilaian pendidikan formal, selain kelengkapan sebagaimana


dijelaskan di atas pemohon juga melampirkan kelengkapan administrasi
sebagai berikut.
a. Fotokopi Ijazah yang telah dilegalisir
b. Fotokopi transkrip akademik yang telah dilegalisir

12
b. Pelatihan Formal dan Non Formal
1. Pelatihan Formal
Pelatihan formal adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
institusi/lembaga pendidikan dan/atau lembaga yang memiliki tugas dan
fungsi sebagai institusi pelatihan teknis yang relevan. Dalam pelatihan formal
peserta tidak memperoleh gelar namun memperoleh sertifikat.

Pemberian SKP Pelatihan Formal dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.
Penilaian Pelatihan Formal

Lamanya
Nilai SKP Keterangan
pelatihan
setiap
paket Peserta Pelatih/NS Panitia Moderator
kompetensi
8 Jpl 1 1* 1 2*
16 Jpl 2 Dst 1
24 Jpl 3 Dst 2
32 Jpl 4 Dst 2
40 Jpl 5 Dst 3
48 Jpl 6 Dst 3
56 Jpl 7 Dst 4
64 Jpl 8 Dst 4
72 Jpl 9 Dst 5
80 Jpl 10 Dst 5
Dst Dst Dst Dst

Catatan*:
1. 1 hari sampai dengan 8 Jpl
2. Untuk peserta, setiap 8 Jpl (Jam Pelatihan) diberikan 1 SKP
3. Untuk Pelatih/NS, setiap aktivitas riil per 2 Jpl yang dilakukan
diberikan 1 SKP
4. Untuk Moderator, setiap tampil diberikan 2 SKP

13
5. Untuk Panitia, setiap 2 hari (16 Jpl dan kelipatannya) mendapat 1 SKP
dan kelipatannya

Dalam pemberian SKP pelatihan formal diperlukan kelengkapan


administrasi sebagai berikut.

1) Surat Keputusan penyelenggaraan pelatihan


2) Surat permohonan sebagai narasumber/fasilitator (bagi
narasumber/fasilitator)
3) Fotokopi sertifikat pelatihan

2. Pelatihan Non Formal


Pelatihan non formal ialah proses pembelajaran secara mandiri,
berkelompok, baik terorganisir ataupun tidak, langsung ataupun tidak
langsung yang dibuktikan dengan pembuatan abstrak/ringkasan/
rangkuman serta menyebutkan referensinya, yaitu:

a. Penyehatan
b. Pengamanan
c. Pengendalian

Bentuk kegiatan pelatihan non formal paling sedikit meliputi:


a) Membaca artikel untuk memperluas wawasan tentang perkembangan
ilmu dan teknologi.
b) Membaca artikel untuk memperdalam suatu ilmu pengetahuan
c) Mempelajari informasi dari media cetak, media elektronik, termasuk
internet
d) Memahami prosedur kerja (peralatan, standard and code,dll) serta
software
e) Kegiatan dalam penelitian untuk mencapai gelar Doktor atau Magister
(Terapan) yang relevan dengan bidang profesi

Topik berbagai kegiatan pembelajaran mandiri ini harus konsisten agar


mencapai tujuan pengembangan keprofesian Sanitasi Lingkungan dan
kemutakhiran ilmu dan teknologi kesehatan lingkungan.

Dalam penilaian pelatihan non formal untuk memperoleh SKP, perlu


diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

14
1) Nilai SKP disesuaikan dengan spesifikasi terkait dengan bidang
profesi yang spesifik atau non spesifik berkenaan dengan
pemanfaatan IPTEK.

Tabel 5.
Penilaian Pelatihan Non Formal

Spesifikasi artikel yang dibaca


Manfaat IPTEK dengan bidang profesi sanitarian.
Spesifik Non spesifik*
IPTEK Deteksi Dini 2 0
IPTEK Tepat Guna 3 1

Catatan*:
Non Spesifik merupakan artikel yang tidak secara langsung berkaitan
dengan pemanfaatan IPTEK kesehatan lingkungan namun masih
memiliki relevansi sebagai referensi bagi pengembangan IPTEK
kesehatan lingkungan.

2) Pemberian SKP dilakukan dengan melampirkan tulisan ringkas berupa


r angkum an atau summary, diketik dalam satu atau dua
halaman.

B. PROFESIONALITAS
1. Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja ASN
Profesionalitas merupakan uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan
tugas pokok dan fungsi serta peran tambahan yang bersangkutan dalam
instansi/institusi tempat kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas
juga dapat merupakan hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktek kerja,
konsultasi, wirausaha, advokator, fasilitator, motivator, dan promotor dalam
lingkup kesehatan lingkungan.

15
Tabel 6.
Penilaian Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja Pemerintahan

Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
1 Penyiapan Per-UU-an (NSPK) 3 2 1
2 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media
Lingkungan (Air, Pangan, Sarana
dan Bangunan)
1) Surveilans 2 1 1
2) Uji Laboratorium 2 1 1
3) Analisis Risiko 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3 2 1
b. Perlindungan Kualitas Media
Lingkungan (Air, Pangan, dan
Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan
3 2 1
Masyarakat);
2) Pengembangan TTG; 3 1 1
3) Rekayasa Lingkungan; 3 1 1
4) Pemeriksaan Kesehatan
Penjamah Pangan dan 3
Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media
Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi,
3 2 1
Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa
3 2 1
Teknologi Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan
3 2 1
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3 2 1

16
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
2) Uji Laboratorium; 3 2 1
3) Analisis Risiko; dan 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
e. Pencegahan Penurunan Kualitas
Media Lingkungan (Udara dan
Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3 2 1
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3 2 1
3) KIE. 3 2 1
3 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan
Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan
Sampah Sesuai Perundang- 3 2 1
Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan
Kontaminasi dari Penggunaan
Zat Kimia Berbahaya (Bahan
Pembasmi Hama, Bahan
3 2 1
Tambahan Pangan, Bahan
Antiseptik, Bahan Kosmetika,
Bahan Aromatika, Bahan Aditif,
dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari
Gangguan Fisik Udara (Suhu,
3 2 1
Getaran, Kelembaban,
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah
Terhadap Limbah Dari Pemukiman,
Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
Tempat dan Fasilitas Umum,
Sesuai Dengan Perundang-
Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1

17
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
c. Proses Pengolahan Limbah dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Memenuhi Perundang-
Undangan dan Persyaratan Teknis
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
d. Pengawasan Terhadap Limbah
Limbah Dari Pemukiman, Tempat
Kerja, Tempat Rekreasi, Tempat
dan Fasilitas Umum, Sesuai
Dengan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
e. Pengawasan Terhadap Limbah
(Cair, Padat, dan Gas) dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dilakukan:
1) Memenuhi Perundang-
3 2 1
Undangan;
2) Surveilans; 3 2 1
3) Uji Laboratorium; 3 2 1
4) Analisis Risiko; 3 2 1
5) KIE; dan 3 2 1
6) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
Pengendalian Dilakukan Terhadap
4 Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit, Meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan
Bioekologi, Status Kevektoran, 3 2 1
Status Resistensi, Efikasi, dan

18
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
Pemeriksaan Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit, Dengan
Metode Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3 2 1
2) Mengubah Derajat Keasaman
3 2 1
(pH) Air;
3) Memberikan Radiasi; dan 3 2 1
4) Pemasangan Perangkap. 3 2 1
c. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan Bahan 3 2 1
Kimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan
Menggunakan Metode Biologi:
1) Protozoa; 3 2 1
2) Ikan; 3 2 1
3) Bakteri; 3 2 1
e. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Melalui
Pengelolaan Lingkungan
1) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
3 2 1
Binatang Pembawa Penyakit
Secara Permanen; dan
2) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
3 2 1
Binatang Pembawa Penyakit
Secara Sementara.
5 Penyidikan 3 2 1
6 Penugasan Dinas
6.1. Berdasarkan Tugas dan Fungsi 1 1 1
6.2. Non Tugas dan Fungsi 0.5 0.5 0.5

19
Catatan:

Tugas Pokok dan Fungsi yang dilakukan secara mandiri (individual), nilai SKP
setara dengan Ketua Tim.

Dalam hal ini, pemberian SKP diperlukan kelengkapan administrasi sebagai


berikut.
1) Surat tugas yang ditandatangani pejabat yang berwenang
2) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja

2. Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja/Praktek Mandiri


Penilaian profesionalitas untuk lingkup kerja/praktek mandiri dalam rangka
pemberian SKP dilakukan sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel 7.
Penilaian Profesionalitas
Dalam Lingkup Kerja/Praktek Mandiri

No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

1 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media Lingkungan
(Air, Pangan, Sarana dan Bangunan)
1) Surveilans 3
2) Uji Laboratorium 3
3) Analisis Risiko 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3
b. Perlindungan Kualitas Media Lingkungan
(Air, Pangan, dan Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan Masyarakat); 3
2) Pengembangan TTG; 3
3) Rekayasa Lingkungan; 3
4) Pemeriksaan Kesehatan Penjamah
3
Pangan dan Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi, 3

20
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa Teknologi
3
Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan
3
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media Lingkungan
(Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3
2) Uji Laboratorium; 3
3) Analisis Risiko; dan 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
e. Pencegahan Penurunan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3
3) KIE. 3
2 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan Sampah
3
Sesuai Perundang-Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan Kontaminasi dari
Penggunaan Zat Kimia Berbahaya
(Bahan Pembasmi Hama, Bahan
3
Tambahan Pangan, Bahan Antiseptik,
Bahan Kosmetika, Bahan Aromatika,
Bahan Aditif, dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari Gangguan Fisik
Udara (Suhu, Getaran, Kelembaban, 3
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah Terhadap
Limbah Dari Pemukiman, Tempat Kerja,
Tempat Rekreasi, Tempat dan Fasilitas
Umum, Sesuai Dengan Perundang-
Undangan

21
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
c. Proses Pengolahan Limbah dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang Memenuhi
Perundang-Undangan dan Persyaratan
Teknis
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
d. Pengawasan Terhadap Limbah Limbah Dari
Pemukiman, Tempat Kerja, Tempat
Rekreasi, Tempat dan Fasilitas Umum,
Sesuai Dengan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
e. Pengawasan Terhadap Limbah (Cair, Padat,
dan Gas) dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dilakukan:
1) Memenuhi Perundang-Undangan; 3
2) Surveilans; 3
3) Uji Laboratorium; 3
4) Analisis Risiko; 3
5) KIE; dan 3
6) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
3 Pengendalian Dilakukan Terhadap Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit, Meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi,
Status Kevektoran, Status Resistensi, 3
Efikasi, dan Pemeriksaan Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit, Dengan Metode Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3

22
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

2) Mengubah Derajat Keasaman (pH) Air; 3


3) Memberikan Radiasi; dan 3
4) Pemasangan Perangkap. 3
c. Pengendalian Vektor dan Binatang
3
Pembawa Penyakit Dengan Bahan Kimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan Menggunakan
Metode Biologi:
1) Protozoa; 3
2) Ikan; 3
3) Bakteri; 3
e. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Melalui Pengelolaan
Lingkungan
1) Mengubah Habitat Perkembangbiakan
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Permanen; dan
2) Mengubah Habitat Perkembangbiakan
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Sementara.
4 Advokasi Kesehatan Lingkungan 3
5 Kewirausahaan Kesehatan Lingkungan 3

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup kerja/praktek mandiri diperlukan


kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang
berwenang (untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi)
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja

23
3. Profesionalitas Dalam Lingkup Pelaksanaan Tugas Organisasi Profesi
a. Sebagai Pengurus Organisasi
Penilaian profesionalitas dalam lingkup tugas kepengurusan organisasi ialah
sebagai berikut.

1. Tingkat Pusat : 3 SKP/Tahun

2. Tingkat Provinsi : 2 SKP/Tahun

3. Tingkat Kabupaten/Kota : 1 SKP/Tahun

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pelaksanaan tugas organisasi profesi
sebagai pengurus diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.

1) Surat Keputusan tentang penunjukan sebagai pengurus organisasi yang


ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang; dan
2) Executive Summary kegiatan kepengurusan organisasi.

b. Penugasan Khusus Tugas Organisasi


Penilaian profesionalitas dalam lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi
ialah sebagai berikut.

1. Penugasan di Lingkup Kesehatan : 2 SKP/Kegiatan

2. Penugasan di Lingkup Non Kesehatan : 2 SKP/Kegiatan

3. Penugasan Dalam Situasi Kejadian Luar Biasa (KLB) : 3 SKP/Kegiatan

Pemberian SKP lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi profesi


diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.

1) Surat Tugas tentang penugasan khusus organisasi yang ditandatangani


oleh atasan/atau pejabat yang berwenang; dan
2) Executive Summary laporan kegiatan penugasan khusus organisasi.

4. Profesionalitas Dalam Lingkup Kedudukan Sebagai Pejabat Manajerial


Penilaian profesionalitas dalam lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemberian SKP
sebagai pejabat administrasi dan pejabat tinggi adalah sebagai berikut.
1. Jabatan Pimpinan Tinggi

24
a. Pimpinan Tinggi Utama : 5 SKP/Tahun
b. Pimpinan Tinggi Madya : 4 SKP/Tahun
c. Pimpinan Tinggi Pratama : 2 SKP/Tahun

25
2. Jabatan Administrasi
a. Administrator : 1 SKP/Tahun
b. Pengawas : 1 SKP/Tahun

Pemberian SKP lingkup kedudukan sebagai pejabat manajerial diperlukan Surat


Keputusan tentang pengangkatan sebagai pejabat organisasi yang
ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang sebagai kelengkapan
administrasi.

C. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang mendapat pendampingan,
bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan
termasuk pengabdian dari tenaga Sanitarian baik secara individu maupun
kelompok. Penilaian selengkapnya tercantum sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 8.
Penilaian Pengabdian Masyarakat

Nilai SKP
No Peran
Ketua Anggota
1 Pendampingan 2 1
2 Pembimbingan 3 1
3 Pembinaan 3 1
4 Pemicuan 2 1
5 Inspirator 2 1
6 Percontohan 3 1
7 Tokoh Masyarakat 2 1
8 Pejabat Non Formal 2 1
9 Lembaga Swadaya Masyarakat 2 1
10 Advokator 3 1

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pengabdian masyarakat diperlukan


kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang
(untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi)

26
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Surat penunjukan sebagai pejabat non formal
4) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja

D. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah lain
di bidang kesehatan lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk yang
dideseminasikan secara internal maupun eksternal. Penilaian publikasi ilmiah
selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 9.
Penilaian Publikasi Ilmiah

Diseminasi
No Karya Ilmiah
Eksternal Internal
1 Tulisan 2 1
2 Model 3 1
3 Desain 3 1
4 Maket 2 1
5 Konsep 2 1
6 Produk 3 1

Guna melakukan penilaian dan pemberian SKP lingkup publikasi ilmiah, diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.

1) Melampirkan foto karya ilmiah (berbentuk desain, model, maket, dan produk
karya ilmiah)
2) Melampirkan fotokopi tulisan/konsep yang dihasilkan
3) Ringkasan/excutive summary/klipping hasil karya yang di publikasi

27
E. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI

Pengembangan ilmu dan teknologi adalah serangkaian kegiatan pengembangan


yang dilakukan melalui penelitian, kajian, uji coba, pengembangan model/desain,
penapisan, pemanfaatan media lingkungan maupun hasil produksi baik secara fisik,
biologi, kimia, maupun sosial terkait dengan potensi risiko kesehatan yang dapat
berawal dari gagasan, konsep, dan praktek. Penilaian hasil pengembangan ilmu dan
teknologi selengkapnya tercantum pada tabel berikut.

Tabel 10.
Penilaian Pengembangan Ilmu dan Teknologi

Nilai SKP
No Lingkup Pengembangan IPTEK
Gagasan Konsep Praktek
1 Penelitian 1 2 3
2 Kajian 1 2 3
3 Pengembangan Model/Desain 1 2 3
4 Penapisan 1 2 3
5 Pemanfaatan - - 3
6 Uji Coba - - 3

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pengembangan ilmu dan teknologi diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang
berwenang (untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi)
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Ringkasan/excutive summary laporan hasil pengembangan ilmu dan teknologi

28
BAB IV
MEKANISME PENERBITAN STR

A. PROSEDUR PENERBITAN STR


Prosedur penerbitan STR sesuai dengan ketentuan peraturan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan, maka uraian di bawah ini perlu menjadi perhatian sebagai mekanisme
permohonan penerbitan STR baru maupun perpanjangan STR. Dalam perpanjangan
STR, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku STR berakhir Tenaga
Sanitarian harus mengajukan permohonan perpanjangan STR kepada MTKI melalui
MTKP dan wajib memenuhi 50 SKP serta memperoleh rekomendasi dari Pengurus
HAKLI secara berjenjang yaitu Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan Pengurus HAKLI
Provinsi. Dalam hal akumulasi SKP Tenaga Sanitarian tidak memenuhi 50 SKP, maka
tenaga tersebut wajib mengikuti evaluasi kemampuan.

Dengan diterapkannya permohonan STR secara online (E-STR) maka perlu disusun
mekanisme alternatif terhadap proses permohonan perpanjangan STR bagi tenaga
Sanitarian yang mungkin di tempat asal Sanitarian yang bersangkutan belum terjangkau
sarana online sehingga proses permohonan tetap dilakukan secara manual.

1. STR Baru Secara Manual


Sanitarian yang akan melakukan registrasi baru secara manual dapat mengikuti alur
berikut.

Gambar 2. Prosedur Penerbitan STR Baru Secara Manual

29
Keterangan:
1. Sanitarian menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
2. Dokumen yang diserahkan, kemudian dikompilasi oleh tim verifikasi di tingkat
kabupaten/kota atau provinsi
3. Dokumen selanjutnya diserahkan kepada MTKP untuk memperoleh pengantar ke
MTKI dalam rangka proses penerbitan STR, namun harus memperoleh legalisasi
dari Pengurus HAKLI Provinsi dalam bentuk paraf pada surat pengantar dengan
tembusan PP HAKLI untuk pengecekan silang (Cross check)
4. Dalam waktu 18 hari kerja STR akan terbit
5. Selanjutnya dikirim kepada pemohon yang bersangkutan

2. STR Baru Secara Online


Untuk permohonan STR Baru secara online dapat mengikuti alur seperti gambar
berikut.

Gambar 3. Prosedur Penerbitan STR Baru Secara Online

30
Keterangan:
1. Pemohon (Sanitarian) dapat menggunakan perangkat pribadi maupun umum
yang disediakan di Kantor Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota ataupun Pengurus
HAKLI Provinsi, kemudian buka alamat web MTKI di www.mtki.go.id
2. Pilih jenis registrasi pada halaman utama, kemudian masukan data identitas
sesuai dengan yang tertera pada Ijazah Pendidikan (D3, S1, S2, dan S3)
3. Klik Save kemudian cetak
4. Beri tanda tangan pada hasil cetakan
Kirim hasil cetakan yang telah ditandatangani tersebut ke MTKP serta
menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI

Catatan:
MTKP akan koordinasi dengan Ketua Pengurus HAKLI Provinsi untuk
memperoleh verifikasi, demikian pula PP HAKLI perlu memperoleh data
pemohon STR untuk pengecekan ulang sebelum MTKI menerbitkan STR

5. Dalam kurun waktu 18 hari kerja STR akan terbit


6. STR telah terbit dan diterima oleh Sanitarian

3. Perpanjangan STR Secara Online


Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR dengan sistem online agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

30
Gambar 4. Prosedur Penerbitan STR Perpanjangan Secara Online
Keterangan:
1. Pemohon (Sanitarian) dapat menggunakan perangkat pribadi maupun umum
yang disediakan di Kantor Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota ataupun Pengurus
HAKLI Provinsi, kemudian buka alamat web MTKI di www.mtki.go.id;
2. Pilih jenis re-registrasi pada halaman utama, kemudian masukan data identitas
sesuai dengan yang tertera pada Ijazah Pendidikan (D3, S1, S2, dan S3);
3. Klik Save kemudian cetak;
4. Beri tanda tangan pada hasil cetakan;
5. Kirim hasil cetakan yang telah ditandatangani tersebut ke MTKP serta
menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
6. Dalam kurun waktu 18 hari kerja STR akan terbit;
7. STR telah terbit dan dapat diambil oleh Sanitarian.

4. Perpanjangan STR Secara Manual


Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR secara manual agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

31
Gambar 5. Prosedur Penerbitan STR Perpanjangan Secara Manual

Keterangan:
1. Sanitarian menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
2. Dokumen yang diserahkan, kemudian dikompilasi oleh tim verifikasi di tingkat
kabupaten/kota atau provinsi
3. Dokumen selanjutnya diserahkan kepada MTKP untuk memperoleh pengantar ke
MTKI dalam rangka proses penerbitan STR, namun harus memperoleh legalisasi
dari Pengurus HAKLI Provinsi dalam bentuk paraf pada surat pengantar dengan
tembusan PP HAKLI untuk pengecekan silang (Cross check)
4. Dalam waktu 18 hari kerja STR akan terbit
5. Selanjutnya dikirim kepada pemohon yang bersangkutan.

Dalam hal tenaga Sanitarian belum mampu memenuhi kecukupan angka kredit Satuan
Kredit Profesi (SKP) dalam kurun waktu yang ditentukan yaitu 5 (lima) Tahun, maka
yang bersangkutan harus mengikuti evaluasi kemampuan sebagai berikut.

32
1. Sanitarian Teknisi/Keterampilan
Sesuai dengan pembobotan kredit SKP, Sanitarian Teknisi/Keterampilan harus
mencapai proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kredit SKP
hanya mencapai:
a. 50% - 80% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan yang berupa penyusunan laporan penugasan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan penugasan khusus yaitu laporan hasil
investigasi, penanggulangan KLB/wabah, penanggulangan pencemaran
lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan kejadian matra yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan.

Penugasan dibuktikan dengan ringkasan eksekutif laporan hasil pelaksanaan


tugas dan fungsi pada satuan kerjanya selama 5 (lima) tahun terakhir dibuat per
tahun sesuai dengan lima bidang penilaian. Sedangkan penugasan khusus
dibuktikan dengan ringkasan laporan hasil pelaksanaan setiap penugasan
khusus selama 5 (lima) tahun terakhir.

Dalam hal pencapaian pemenuhan SKP antara 50% - 80% yang bersangkutan
memperoleh nilai nol (0), maka yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai
dengan bidang yang mendapat nilai nol (0).

b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di
atas.

c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan
IPTEK kurang dari 50 maka penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang
kurang dari nilai yang ditentukan pada Tabel 1.

d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal namun nilai
SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50.

33
e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi nilai SKP 50 yang bersangkutan tidak wajib mendapat
penugasan atau yang bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR.

2. Sanitarian Ahli/Keahlian
Sesuai dengan pembobotan kredit SKP, Sanitarian Ahli/Keahlian harus mencapai
proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kredit SKP hanya
mencapai:
a. 50% - 80% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan yang berupa penyusunan laporan penugasan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan penugasan khusus yaitu laporan hasil
investigasi, penanggulangan KLB/wabah, penanggulangan pencemaran
lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan kejadian matra yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan.

Penugasan dibuktikan dengan ringkasan eksekutif laporan hasil pelaksanaan


tugas dan fungsi pada satuan kerjanya selama 5 (lima) tahun terakhir dibuat per
tahun sesuai dengan lima bidang penilaian. Sedangkan penugasan khusus
dibuktikan dengan ringkasan laporan hasil pelaksanaan setiap penugasan
khusus selama 5 (lima) tahun terakhir.

Dalam hal pencapaian pemenuhan SKP antara 50% - 80% yang bersangkutan
memperoleh nilai nol (0), maka yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai
dengan bidang yang mendapat nilai nol (0).

b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di
atas.

c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan
IPTEK kurang dari 50 maka penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang
kurang dari nilai yang ditentukan pada Tabel 2.

34
d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal namun nilai
SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50.

e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi nilai SKP 50 yang bersangkutan tidak wajib mendapat
penugasan atau yang bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR.

Hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam rangka pemenuhan SKP bagi tenaga
Sanitarian dalam status Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan menduduki Jabatan
Pelaksana (Jablak) dan akan diangkat menjadi Pejabat Fungsional Sanitarian, baik
Pejabat Fungsional Keahlian maupun Pejabat Fungsional Keterampilan.

a. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan Magister Terapan (S-II)/Spesialis 1 dan/atau Sarjana Strata II
(S-II) Profesi/Magister Kesehatan Lingkungan Spesialis 1 S-II Kesehatan Lingkungan
dan Pendidikan Kesehatan Lingkungan memiliki SKP sebesar 22.5 yang dapat
diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari
akan memperoleh 3 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan
satuan kerja. Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu
karya tulis, jumlah perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya
tulis yang dihasilkan dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat
substansi/tema yang berbeda dan masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan
lingkungan. Bukti penugasan karya tulis berupa resume, abstrak, atau ringkasan
eksekutif.

2) Penugasan khusus oleh satuan kerja yang bersangkutan sebagai pelaksanaan


tugas lintas program dan/atau lintas sektor dalam rangka menjalankan misi
khusus satuan kerja seperti penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah,
kejadian bencana, pencemaran lingkungan, keracunan pangan, kejadian matra
dan perubahan iklim yang berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan
akan memperoleh 4 SKP.

35
Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan
khusus tersebut.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Muda)

b. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan D-IV/S-I Kesehatan Lingkungan dan Pendidikan Kesehatan
Lingkungan baik jalur terapan atau akademisi) wajib memiliki SKP sebesar 12.5 yang
dapat diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari
akan memperoleh 2 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan
satuan kerja. Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu
karya tulis, jumlah perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya
tulis yang dihasilkan dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat
substansi/tema yang berbeda dan masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan
lingkungan. Bukti penugasan karya tulis berupa resume, abstrak, atau ringkasan
eksekutif.

2) Penugasan khusus oleh satuan kerja yang bersangkutan sebagai pelaksanaan


tugas lintas program dan/atau lintas sektor dalam rangka menjalankan misi
khusus satuan kerja seperti penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah,
kejadian bencana, pencemaran lingkungan, keracunan pangan, dan kejadian
matra yang berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan akan
memperoleh 3 SKP.

Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan
khusus tersebut.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang

36
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Pertama).

37
c. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keterampilan dengan
latar belakang D-III Kesehatan Lingkungan tidak wajib memiliki SKP namun telah
memiliki sertifikat kompetensi (Serkom) yang diperoleh dari lembaga pendidikan
tempat yang bersangkutan menempuh pendidikan terutama bagi mereka yang lulus
setelah tahun 2016, di samping STR. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2016 dan
sebelumnya cukup dengan STR yang masih berlaku sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Tenaga Sanitarian yang berpraktek secara mandiri termasuk swasta (Non PNS), sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan wajib memiliki STR dengan ketentuan:

a. Bagi Sanitarian yang lulus setelah tahun 2016 telah memiliki Sertifikat Kompetensi
yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan tempat yang bersangkutan menempuh
pendidikan.
b. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2016 dan sebelumnya cukup memiliki STR yang
masih berlaku sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

38
BAB V
PENUTUP

Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan


merupakan instrumen organisasi profesi bagi Tenaga Sanitarian untuk meningkatkan
kapasitas dan kualitas berkenaan dengan kompetensi. Sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan organisasi profesi wajib memberikan rekomendasi dalam pengurusan
Surat Tanda Registrasi (STR) yang merupakan kewenangan pemerintah sebagai
pengakuan terhadap tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
dasar profesinya, yang dalam hal ini diwakili oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia.

Berdasarkan registrasi, maka Sanitarian telah memperoleh pengakuan untuk memulai


pengabdian sesuai dengan profesinya baik di lingkungan pemerintah maupun swasta
termasuk masyarakat dan praktek mandiri. Oleh karena itu, setiap Sanitarian wajib terdaftar
dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).

Tersusunnya pedoman ini diharapkan mampu memberikan perlindungan, pengayoman,


arah, sekaligus bentuk pembinaan, dan pengawasan serta pengendalian oleh organisasi
profesi yang dalam hal ini ialah HAKLI kepada seluruh anggotanya.

Di samping itu, disadari bahwa pedoman ini memerlukan masukan, saran, dan kritik untuk
dapat menyesuaikan terhadap dinamika tugas dan fungsi Sanitarian, perubahan lingkungan
strategis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sosial, ekonomi, dan
budaya yang berkembang di masyarakat.

Dengan ini, diharapkan pedoman ini mampu memberikan arahan kepada seluruh anggota
HAKLI dalam memenuhi hak dan kewajiban guna meningkatkan dan mengembangkan
profesinya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberi bimbingan dan hidayah-Nya. Amin.

Pengurus Pusat HAKLI

39
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA
(INDONESIAN ASSOCIATION OF ENVIRONMENTAL HEALTH)
Kantor : Bintaro Business Center, Jalan Veteran No 1-i Bintaro – Jakarta Selatan Telp. 021 7231826 Fax 021 7222387
Pengesahan – Kepmenkumham no : AHU – 0000264.AH.01.06.TAHUN 2016
Website : www.hakli.or.id E-mail : admin@hakli.or.id

KERANGKA ACUAN

LOKAKARYA EVALUASI KEMAMPUAN SANITARIAN


DALAM RANGKA PENERBITAN SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
TAHUN 2016

I. LATAR BELAKANG

a. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan;
6) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI);
7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Sanitarian; dan
8) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Surat Tanda
Registrasi (STR).

b. Gambaran Umum Singkat


Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Tenaga Kesehatan Lingkungan
terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, tenaga entomolog kesehatan, dan tenaga
mikrobiologi kesehatan. Tenaga sanitasi lingkungan yang selanjutnya disebut
Sanitarian memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan tugas
dan fungsi serta peran pribadi maupun sosial yang diimplementasikan dalam
pengabdiannya baik sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun berkarya di
lingkungan masyarakat termasuk swasta dan praktek mandiri. Di dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan telah diatur jenjang karier baik sebagai pangkat dan
jabatan dalam pengabdiannya di ASN, militer, kepolisian, maupun mereka yang
mengabdi di lingkungan masyarakat.

Himpunan Ahli Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan HAKLI


merupakan organisasi profesi yang menjadi wadah bagi Tenaga Kesehatan
Lingkungan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
menyusun Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan
Lingkungan (P2KBTKL). Pedoman ini menjadi acuan bagi Tenaga Kesehatan
Lingkungan yang dalam hal ini adalah Sanitarian dalam menjalankan tugas
keprofesiannya baik di lingkungan pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta
guna memperoleh penilaian tingkat profesionalitas dalam bentuk Satuan Kredit
Profesi (SKP). Berdasarkan perolehan nilai SKP, tenaga Sanitarian yang
bersangkutan dapat dilakukan penilaian tingkat profesionalitasnya, dalam
menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan kompetensi yang bersangkutan
sehingga diperoleh gambaran peningkatan dan/atau pengembangan potensi serta
karier yang bersangkutan pada bidang-bidang tertentu dalam lingkup kesehatan
lingkungan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
NPWP : 66.863.590.7 – 013.000, Bank Mandiri no Rek : 126-00-0656146-7
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Agar tenaga Sanitarian yang merupakan anggota dari HAKLI memperoleh gambaran
yang jelas tentang P2KBTL maka perlu dilakukan sosialisasi kepada anggota HAKLI
di seluruh provinsi dengan melakukan lokakarya dan pelatihan. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki jumlah anggota yang cukup
banyak dan sebagian besar anggota telah tiba waktunya untuk memperpanjang STR.
Melalui pelatihan ini diharapkan para anggota mampu memenuhi angka kredit yang
diperlukan sebagai prasyarat dalam perpanjangan STR.

II. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

a. Maksud Kegiatan
Diperolehnya kesamaan persepsi anggota HAKLI tentang pemahaman P2KBTKL
sebagai acuan pemenuhan angka kredit sekaligus prosedur penerbitan dan/atau
perpanjangan STR dalam menjalankan praktik keprofesian pada tugas dan fungsi
masing-masing.

b. Tujuan Umum
Adanya peningkatan kapasitas melalui pelatihan kepada anggota HAKLI tentang
prosedur pemenuhan angka kredit dalam penerbitan dan/atau perpanjangan STR.

c. Tujuan Khusus
Adanya peningkatan kemampuan anggota HAKLI tentang:
a. Pokok-pokok penilaian angka kredit;
b. Prosedur penerbitan dan/atau perpanjangan STR;
c. Prosedur penghitungan nilai SKP;
d. Proses dan pelaksanaan uji kompetensi; dan
e. Proses dan pelaksanaan evaluasi kemampuan.

III. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN

a. Indikator Keluaran
Terselenggaranya pelatihan evaluasi kemampuan dalam rangka penerbitan STR
kepada anggota HAKLI.

b. Keluaran
1) Anggota HAKLI memiliki pemahaman terkait perolehan angka kredit.
2) Anggota HAKLI memiliki pemahaman tentang prosedur penerbitan dan/atau
perpanjangan STR.
3) Anggota HAKLI memiliki pemahaman tentang pelaksanaan evaluasi kemampuan
dalam rangka penerbitan STR.
4) Anggota HAKLI mendapat jumlah SKP sebanyak 2 (dua) SKP.

IV. CARA PELAKSANAAN


a. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode penyampaian informasi, tanya jawab, dan
latihan evaluasi kemampuan.
b. Langkah – Langkah Kegiatan
Tahapan Pelaksanaan:
1. Penyiapan kerangka acuan;
2. Persiapan pelaksanaan kegiatan;
3. Penyelenggaraan kegiatan; dan
4. Penyusunan laporan hasil kegiatan.

Agenda tentatif kegiatan Pelatihan Evaluasi Kemampuan sebagai berikut.

PENJAB/
WAKTU KEGIATAN NARASUMBER
MODERATOR
07.00–08.30 Registrasi -
08.30–09.30 Pembukaan Panitia
a. Laporan Ketua Panitia
b. Sambutan Ketua PengProv HAKLI
dan Pembukaan Pelatihan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat.
c. Ramah Tamah.

09.30-12.30 1. P2KBTKL dan pemenuhan SKP PP HAKLI

2. Lingkup Pekerjaan Profesi …


PP HAKLI
Sanitarian
3. Pokok-pokok kegiatan yang meliputi
pembelajaran, keprofesian,
pengabdian masyarakat, publikasi PP HAKLI
ilmiah, dan pengembangan IPTEK
bagi tenaga Sanitarian
12.30-13.30 Ishoma
13.30-17.00 1. Penghitungan perolehan SKP
2. Praktek Penghitungan SKP
17.00-Selesai Penutupan

c. Penyelenggara
Pelatihan dilaksanakan oleh panitia dengan susunan sebagai berikut.

Penanggung Jawab : Ketua Umum PP HAKLI


Ketua Panitia : Ketua Departemen Diklat PP HAKLI
Sekretaris : Pengurus HAKLI Provinsi
Bendahara : Bendahara PP HAKLI
Anggota : 1. Pengurus Pusat HAKLI (1 Orang)
2. Pengurus HAKLI Provinsi (3 Orang)

Narasumber : Pengurus PP HAKLI


Moderator : Pengurus HAKLI Provinsi (1 Orang)
V. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN
a. Pelaksana
Pelaksana kegiatan ini adalah Pengurus Pusat HAKLI bekerja sama dengan
Pengurus HAKLI Provinsi.

b. Penanggung Jawab Kegiatan


Penanggung jawab kegiatan adalah Ketua Umum Pengurus Pusat HAKLI.

VI. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Kegiatan ini akan dilaksanakan mulai medio bulan Juli 2016 di masing-masing ibu kota
provinsi.

VII. PEMBIAYAAN
Biaya yang diperlukan bersumber dari peserta.

VIII. KETENTUAN LAIN


a. Kelengkapan peserta
Seluruh peserta membawa berkas administrasi yang diperlukan untuk pengurusan
STR baik untuk pengurusan STR baru atau STR Perpanjangan.

b. Tata Tertib
1. Peserta diharapkan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pada lokakarya dan
pelatihan ini agar dapat memahami pengisian angka kredit Satuan Kredit Profesi
(SKP) dan mampu memenuhinya.
2. Panitia daerah diharapkan secara penuh mampu melaksanakan seluruh
rangkaian kegiatan terutama dalam rangka penerbitan STR.

c. Pelaksanaan
2. Diharapkan pelaksanaan lokakarya ini bertempat di BAPELKES masing-masing
provinsi mengingat keterbatasan biaya penyelenggaraan lokakarya dan
pelatihan ini.
3. Jadwal Tentatif Penyelenggaraan Lokakarya P2KBTKL dan Pelatihan Evaluasi
Kemampuan tercantum dalam tabel berikut.

RINCIAN
WAKTU PENYELENGGARAAN
NO PROVINSI KETERANGAN
MINIMAL TENTATIF
BIAYA PESERTA
PESERTA
1 ACEH 400 Rp 300,000.00 MINGGU KELIMA JULI
2 BALI 400 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA SEPTEMBER
3 BANGKA BELITUNG 125 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
4 BANTEN 125 Rp 300,000.00 MINGGU KETIGA JULI
5 BENGKULU 150 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
6 D.I. YOGYAKARTA 400 Rp 300,000.00 MINGGU KETIGA JULI
7 DKI JAKARTA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
8 GORONTALO 200 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT JULI
RINCIAN
WAKTU PENYELENGGARAAN
NO PROVINSI KETERANGAN
MINIMAL TENTATIF
BIAYA PESERTA
PESERTA
9 JAMBI 300 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT JULI
10 JAWA BARAT 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
11 JAWA TENGAH 400 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA AGUSTUS
12 JAWA TIMUR 400 Rp 300,000.00 MINGGU KETIGA JULI
13 KALIMANTAN BARAT 200 Rp 300,000.00 MINGGU KELIMA JULI
14 KALIMANTAN SELATAN 350 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA AGUSTUS
15 KALIMANTAN TENGAH 100 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
16 KALIMANTAN TIMUR 250 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA AGUSTUS
17 KALIMANTAN UTARA 100 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
18 KEPULAUAN RIAU 100 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
19 LAMPUNG 300 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA AGUSTUS
20 MALUKU 300 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
21 MALUKU UTARA 50 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
22 NUSA TENGGARA BARAT 300 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
23 NUSA TENGGARA TIMUR 400 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA AGUSTUS
24 PAPUA 40 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
25 PAPUA BARAT 50 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
26 RIAU 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
27 SULAWESI BARAT 70 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
28 SULAWESI SELATAN 400 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT JULI
29 SULAWESI TENGAH 350 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA SEPTEMBER
30 SULAWESI TENGGARA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT SEPTEMBER
31 SULAWESI UTARA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
32 SUMATERA BARAT 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
33 SUMATERA SELATAN 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
34 SUMATERA UTARA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KELIMA JULI

Jakarta, 4 Mei 2016


Ketua Umum

Bambang Wahyudi, SKM, MM

Anda mungkin juga menyukai