PEDOMAN
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN TENAGA KESEHATAN
LINGKUNGAN
(P2KBTKL)
PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN
(HAKLI)
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, diperlukan pedoman bagi Tenaga Kesehatan Lingkungan untuk
dilakukan penilaian tingkat profesionalitasnya dalam bentuk Satuan Kredit Profesi
(SKP) berdasarkan kompetensi yang bersangkutan guna memperoleh gambaran
peningkatan dan/atau pengembangan potensi dan karier yang bersangkutan, pada
bidang-bidang tertentu dalam lingkup kesehatan lingkungan.
1
Selanjutnya akan duraikan bidang-bidang tertentu tersebut dalam pedoman bagi
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang selanjutnya disebut dengan Sanitarian guna
memperoleh gambaran penilaian jenjang karier yang bersangkutan. Pedoman untuk
melakukan penilaian profesionalitas Tenaga Kesehatan Lingkungan selanjutnya
disebut Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan
Lingkungan (P2KBTKL) yang merupakan salah satu fungsi Organisasi Profesi dalam
hal ini Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) untuk melakukan
pengaturan dalam setiap tingkatan kompetensi bagi Tenaga Kesehatan Lingkungan
dan para pihak yang berkepentingan untuk melakukan penilaian kinerja di semua
sektor yang memerlukan tenaga Sanitasi Lingkungan.
Dalam pedoman ini akan diatur secara khusus mengenai penilaian pengembangan
keprofesian bagi tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian), sedangkan jenis Tenaga
Kesehatan Lingkungan lainnya akan diatur dalam pedoman tersendiri yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengembangan keprofesian Tenaga
Kesehatan Lingkungan.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Tersedianya panduan penilaian pengembangan profesionalitas tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam rangka registrasi, registrasi ulang, dan izin praktek/kerja.
Tujuan Khusus:
1. Tersedianya panduan perhitungan pengisian SKP bagi Tenaga Sanitasi
Lingkungan.
2. Tersedianya panduan bagi instansi pemerintah, pengelola kegiatan, praktek
mandiri di mana Tenaga Sanitasi Lingkungan berada.
3. Tersedianya panduan mekanisme dan tata cara perpanjangan Surat Tanda
Regisrasi (STR).
C. LANDASAN HUKUM
2
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
4. Undang-Undang Nomor 36 tah Tahun un 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
6. Peraturan Presiden Nomor 08 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Pusat Kesehatan Masyarakat
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2015 tentang Standar
Kompetensi Manajerial Jabatan Fungsional Sanitarian
12. Keputusan Ketua Umum Pengurus Pusat HAKLI Nomor 67/SK /PP-HAKLI/II/2015
Tentang Susunan Pengurus Pusat Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia Periode Tahun 2015 – 2020
Secara umum proses yang dilalui dalam pencapaian Tenaga Sanitarian Profesional
teregistrasi (Registered) digambarkan dalam gambar 1 berikut.
3
Untuk memperoleh STR, Sanitarian dapat menempuh prosedur pemberian STR
sebagai berikut.
Pertama, bagi Sanitarian yang baru lulus wajib mengikuti uji kompetensi (exit examn)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh
institusi pendidikan tempat Sanitarian belajar yang bekerja sama dengan MTKI. Bila
dinyatakan lulus, yang bersangkutan memperoleh Sertifikat Kompetensi sebagai salah
satu syarat dalam memperoleh STR.
Kedua, bagi Sanitarian yang telah bekerja di luar bidang kesehatan lingkungan
dan/atau di bidang kesehatan lingkungan, apabila yang bersangkutan akan
mengajukan permohonan STR mereka dapat memperoleh STR dengan mengajukan
surat permohonan STR (contoh terlampir) kepada pihak yang berwenang yaitu Ketua
Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan/atau Ketua Pengurus HAKLI Provinsi dalam hal
Pengurus Kabupaten/Kota terbentuk.
Ketiga, bagi Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR atau re-registrasi
mereka wajib menyerahkan dokumen hasil kegiatan dalam bidang pembelajaran,
profesionalitas, pengabdian masyarakat, karya ilmiah, dan pengembangan ilmu dan
teknologi (IPTEK). Setelah dokumen tersebut terkumpul, yang bersangkutan
menyampaikan surat permohonan perpanjangan STR kepada Ketua Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota. Dalam hal Pengurus Kabupaten/Kota belum terbentuk, surat
permohonan STR langsung ditujukan kepada Ketua Pengurus HAKLI Provinsi
setempat.
Dalam hal akumulatif SKP pemohon perpanjangan STR belum memenuhi SKP yang
ditentukan, maka yang bersangkutan wajib mengikuti evaluasi kemampuan sesuai
4
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5
Pembahasan lebih lanjut mengenai prosedur penerbitan STR baru maupun STR
perpanjangan, akan dijelaskan pada pembahasan BAB selanjutnya.
6
BAB II
POKOK-POKOK KEGIATAN
Tabel 1.
Pembobotan SKP Tenaga Sanitarian Teknisi/Jabatan Fungsional Keterampilan
1 PEMBELAJARAN 10 5 Toleransi
2 KEPROFESIAN 60 30 Wajib Dicapai
3 PENGABDIAN 20 10
Wajib Dicapai
MASYARAKAT
4 PUBLIKASI ILMIAH 5 2.5 Toleransi
5 PENGEMBANGAN 5 2.5
Toleransi
IPTEK
TOTAL 100% 50
7
Tabel 2.
Pembobotan SKP Tenaga Sanitarian Ahli/Jabatan Fungsional Keahlian
Keterangan.
1. Kolom SKP Kesling merupakan nilai SKP baik yang wajib dicapai maupun
ditoleransi sesuai dengan ketentuan profesi.
2. Nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran, keprofesian,
pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK minimal
bernilai 50.
3. “Toleransi” dalam kolom KETENTUAN PROFESI diartikan bahwa nilai akumulasi
SKP pemohon selama 5 (lima) diperbolehkan tidak tercapai sesuai batas yang
ditentukan pada kolom SKP KESLING namun tidak boleh bernilai 0 (nol).
4. Dalam hal akumulasi nilai SKP pemohon terdapat nilai nol (0), maka akan
diberikan penugasan sesuai dengan bidang penilaian SKP.
5. Penugasan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dijelaskan dalam BAB IV
tentang Mekanisme STR Penerbitan P2KBTKL ini.
B. POKOK-POKOK KEGIATAN
Pengelompokan kegiatan ditujukan untuk memudahkan dalam penggunaan pedoman
ini. Pengelompokan kegiatan ini terdiri atas 5 pokok kegiatan sebagai berikut.
8
1. PEMBELAJARAN
Pembelajaran meliputi pendidikan formal dan pelatihan baik formal ataupun non
formal. Pendidikan formal adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
institusi/lembaga pendidikan formal dan memperoleh gelar yang telah memiliki
sekurang-kurangnya akreditasi B dari lembaga yang berwenang. Pelatihan formal
adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh institusi/lembaga
pendidikan tanpa memperoleh gelar namun tetap memperoleh sertifikat.
2. PROFESIONALITAS
Profesionalitas adalah uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan tugas
pokok dan fungsi serta peran tambahan yang bersangkutan dalam instansi/institusi
tempat kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas juga dapat
merupakan hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktek kerja, konsultasi, wirausaha,
advokator, fasilitator, motivator, dan promotor dalam lingkup kesehatan lingkungan.
3. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang mendapat pendampingan,
bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan
termasuk pengabdian dari tenaga Sanitarian baik secara individu maupun
kelompok.
4. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah
lain di bidang kesehatan lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk
yang dideseminasikan secara internal maupun eksternal.
9
5. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Pengembangan ilmu dan teknologi adalah serangkaian kegiatan pengembangan
yang dilakukan melalui penelitian, kajian, uji coba, pengembangan model/desain,
penapisan, pemanfaatan media lingkungan maupun hasil produksi baik secara
fisik, biologi, kimia, maupun sosial terkait dengan potensi risiko kesehatan yang
dapat berawal dari gagasan, konsep, dan praktek.
1
0
BAB III
URAIAN KEGIATAN DAN PENGHITUNGAN SKP
A. PEMBELAJARAN
a. Pendidikan Formal
10
Tabel 3.
Penilaian Pendidikan Formal
Nilai SKP
Ijazah Pendidikan
D3 D4/S1-KL Prof KL/MgT DrT/Sp2
D3 9.5
D4/S1-KL 12.5*
Prof. Kesehatan
22.5*
Lingkungan/ MgT/Sp1
DrT/Sp2 40
*Catatan.
1. Bagi Sanitarian yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan
baru mengurus STR maka:
a. Untuk Jabatan Fungsional Keterampilan harus melampirkan hal-hal
berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi
b. Untuk Jabatan Fungsional Keahlian harus melampirkan hal-hal berikut
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi
3) Ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan
11
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup keprofesian kesehatan
lingkungan
b. Untuk Jabatan Fungsional Keahlian melampirkan hal-hal berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi/mandiri
3) Ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan
12
b. Pelatihan Formal dan Non Formal
1. Pelatihan Formal
Pelatihan formal adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
institusi/lembaga pendidikan dan/atau lembaga yang memiliki tugas dan
fungsi sebagai institusi pelatihan teknis yang relevan. Dalam pelatihan formal
peserta tidak memperoleh gelar namun memperoleh sertifikat.
Tabel 4.
Penilaian Pelatihan Formal
Lamanya
Nilai SKP Keterangan
pelatihan
setiap
paket Peserta Pelatih/NS Panitia Moderator
kompetensi
8 Jpl 1 1* 1 2*
16 Jpl 2 Dst 1
24 Jpl 3 Dst 2
32 Jpl 4 Dst 2
40 Jpl 5 Dst 3
48 Jpl 6 Dst 3
56 Jpl 7 Dst 4
64 Jpl 8 Dst 4
72 Jpl 9 Dst 5
80 Jpl 10 Dst 5
Dst Dst Dst Dst
Catatan*:
1. 1 hari sampai dengan 8 Jpl
2. Untuk peserta, setiap 8 Jpl (Jam Pelatihan) diberikan 1 SKP
3. Untuk Pelatih/NS, setiap aktivitas riil per 2 Jpl yang dilakukan
diberikan 1 SKP
4. Untuk Moderator, setiap tampil diberikan 2 SKP
13
5. Untuk Panitia, setiap 2 hari (16 Jpl dan kelipatannya) mendapat 1 SKP
dan kelipatannya
a. Penyehatan
b. Pengamanan
c. Pengendalian
14
1) Nilai SKP disesuaikan dengan spesifikasi terkait dengan bidang
profesi yang spesifik atau non spesifik berkenaan dengan
pemanfaatan IPTEK.
Tabel 5.
Penilaian Pelatihan Non Formal
Catatan*:
Non Spesifik merupakan artikel yang tidak secara langsung berkaitan
dengan pemanfaatan IPTEK kesehatan lingkungan namun masih
memiliki relevansi sebagai referensi bagi pengembangan IPTEK
kesehatan lingkungan.
B. PROFESIONALITAS
1. Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja ASN
Profesionalitas merupakan uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan
tugas pokok dan fungsi serta peran tambahan yang bersangkutan dalam
instansi/institusi tempat kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas
juga dapat merupakan hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktek kerja,
konsultasi, wirausaha, advokator, fasilitator, motivator, dan promotor dalam
lingkup kesehatan lingkungan.
15
Tabel 6.
Penilaian Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja Pemerintahan
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
1 Penyiapan Per-UU-an (NSPK) 3 2 1
2 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media
Lingkungan (Air, Pangan, Sarana
dan Bangunan)
1) Surveilans 2 1 1
2) Uji Laboratorium 2 1 1
3) Analisis Risiko 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3 2 1
b. Perlindungan Kualitas Media
Lingkungan (Air, Pangan, dan
Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan
3 2 1
Masyarakat);
2) Pengembangan TTG; 3 1 1
3) Rekayasa Lingkungan; 3 1 1
4) Pemeriksaan Kesehatan
Penjamah Pangan dan 3
Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media
Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi,
3 2 1
Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa
3 2 1
Teknologi Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan
3 2 1
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3 2 1
16
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
2) Uji Laboratorium; 3 2 1
3) Analisis Risiko; dan 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
e. Pencegahan Penurunan Kualitas
Media Lingkungan (Udara dan
Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3 2 1
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3 2 1
3) KIE. 3 2 1
3 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan
Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan
Sampah Sesuai Perundang- 3 2 1
Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan
Kontaminasi dari Penggunaan
Zat Kimia Berbahaya (Bahan
Pembasmi Hama, Bahan
3 2 1
Tambahan Pangan, Bahan
Antiseptik, Bahan Kosmetika,
Bahan Aromatika, Bahan Aditif,
dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari
Gangguan Fisik Udara (Suhu,
3 2 1
Getaran, Kelembaban,
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah
Terhadap Limbah Dari Pemukiman,
Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
Tempat dan Fasilitas Umum,
Sesuai Dengan Perundang-
Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
17
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
c. Proses Pengolahan Limbah dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Memenuhi Perundang-
Undangan dan Persyaratan Teknis
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
d. Pengawasan Terhadap Limbah
Limbah Dari Pemukiman, Tempat
Kerja, Tempat Rekreasi, Tempat
dan Fasilitas Umum, Sesuai
Dengan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
e. Pengawasan Terhadap Limbah
(Cair, Padat, dan Gas) dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dilakukan:
1) Memenuhi Perundang-
3 2 1
Undangan;
2) Surveilans; 3 2 1
3) Uji Laboratorium; 3 2 1
4) Analisis Risiko; 3 2 1
5) KIE; dan 3 2 1
6) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
Pengendalian Dilakukan Terhadap
4 Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit, Meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan
Bioekologi, Status Kevektoran, 3 2 1
Status Resistensi, Efikasi, dan
18
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
Pemeriksaan Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit, Dengan
Metode Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3 2 1
2) Mengubah Derajat Keasaman
3 2 1
(pH) Air;
3) Memberikan Radiasi; dan 3 2 1
4) Pemasangan Perangkap. 3 2 1
c. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan Bahan 3 2 1
Kimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan
Menggunakan Metode Biologi:
1) Protozoa; 3 2 1
2) Ikan; 3 2 1
3) Bakteri; 3 2 1
e. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Melalui
Pengelolaan Lingkungan
1) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
3 2 1
Binatang Pembawa Penyakit
Secara Permanen; dan
2) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
3 2 1
Binatang Pembawa Penyakit
Secara Sementara.
5 Penyidikan 3 2 1
6 Penugasan Dinas
6.1. Berdasarkan Tugas dan Fungsi 1 1 1
6.2. Non Tugas dan Fungsi 0.5 0.5 0.5
19
Catatan:
Tugas Pokok dan Fungsi yang dilakukan secara mandiri (individual), nilai SKP
setara dengan Ketua Tim.
Tabel 7.
Penilaian Profesionalitas
Dalam Lingkup Kerja/Praktek Mandiri
1 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media Lingkungan
(Air, Pangan, Sarana dan Bangunan)
1) Surveilans 3
2) Uji Laboratorium 3
3) Analisis Risiko 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3
b. Perlindungan Kualitas Media Lingkungan
(Air, Pangan, dan Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan Masyarakat); 3
2) Pengembangan TTG; 3
3) Rekayasa Lingkungan; 3
4) Pemeriksaan Kesehatan Penjamah
3
Pangan dan Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi, 3
20
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP
Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa Teknologi
3
Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan
3
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media Lingkungan
(Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3
2) Uji Laboratorium; 3
3) Analisis Risiko; dan 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
e. Pencegahan Penurunan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3
3) KIE. 3
2 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan Sampah
3
Sesuai Perundang-Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan Kontaminasi dari
Penggunaan Zat Kimia Berbahaya
(Bahan Pembasmi Hama, Bahan
3
Tambahan Pangan, Bahan Antiseptik,
Bahan Kosmetika, Bahan Aromatika,
Bahan Aditif, dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari Gangguan Fisik
Udara (Suhu, Getaran, Kelembaban, 3
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah Terhadap
Limbah Dari Pemukiman, Tempat Kerja,
Tempat Rekreasi, Tempat dan Fasilitas
Umum, Sesuai Dengan Perundang-
Undangan
21
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
c. Proses Pengolahan Limbah dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang Memenuhi
Perundang-Undangan dan Persyaratan
Teknis
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
d. Pengawasan Terhadap Limbah Limbah Dari
Pemukiman, Tempat Kerja, Tempat
Rekreasi, Tempat dan Fasilitas Umum,
Sesuai Dengan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
e. Pengawasan Terhadap Limbah (Cair, Padat,
dan Gas) dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dilakukan:
1) Memenuhi Perundang-Undangan; 3
2) Surveilans; 3
3) Uji Laboratorium; 3
4) Analisis Risiko; 3
5) KIE; dan 3
6) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
3 Pengendalian Dilakukan Terhadap Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit, Meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi,
Status Kevektoran, Status Resistensi, 3
Efikasi, dan Pemeriksaan Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit, Dengan Metode Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3
22
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP
23
3. Profesionalitas Dalam Lingkup Pelaksanaan Tugas Organisasi Profesi
a. Sebagai Pengurus Organisasi
Penilaian profesionalitas dalam lingkup tugas kepengurusan organisasi ialah
sebagai berikut.
Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pelaksanaan tugas organisasi profesi
sebagai pengurus diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.
24
a. Pimpinan Tinggi Utama : 5 SKP/Tahun
b. Pimpinan Tinggi Madya : 4 SKP/Tahun
c. Pimpinan Tinggi Pratama : 2 SKP/Tahun
25
2. Jabatan Administrasi
a. Administrator : 1 SKP/Tahun
b. Pengawas : 1 SKP/Tahun
C. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang mendapat pendampingan,
bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan
termasuk pengabdian dari tenaga Sanitarian baik secara individu maupun
kelompok. Penilaian selengkapnya tercantum sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 8.
Penilaian Pengabdian Masyarakat
Nilai SKP
No Peran
Ketua Anggota
1 Pendampingan 2 1
2 Pembimbingan 3 1
3 Pembinaan 3 1
4 Pemicuan 2 1
5 Inspirator 2 1
6 Percontohan 3 1
7 Tokoh Masyarakat 2 1
8 Pejabat Non Formal 2 1
9 Lembaga Swadaya Masyarakat 2 1
10 Advokator 3 1
26
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Surat penunjukan sebagai pejabat non formal
4) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja
D. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah lain
di bidang kesehatan lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk yang
dideseminasikan secara internal maupun eksternal. Penilaian publikasi ilmiah
selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 9.
Penilaian Publikasi Ilmiah
Diseminasi
No Karya Ilmiah
Eksternal Internal
1 Tulisan 2 1
2 Model 3 1
3 Desain 3 1
4 Maket 2 1
5 Konsep 2 1
6 Produk 3 1
Guna melakukan penilaian dan pemberian SKP lingkup publikasi ilmiah, diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Melampirkan foto karya ilmiah (berbentuk desain, model, maket, dan produk
karya ilmiah)
2) Melampirkan fotokopi tulisan/konsep yang dihasilkan
3) Ringkasan/excutive summary/klipping hasil karya yang di publikasi
27
E. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Tabel 10.
Penilaian Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Nilai SKP
No Lingkup Pengembangan IPTEK
Gagasan Konsep Praktek
1 Penelitian 1 2 3
2 Kajian 1 2 3
3 Pengembangan Model/Desain 1 2 3
4 Penapisan 1 2 3
5 Pemanfaatan - - 3
6 Uji Coba - - 3
Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pengembangan ilmu dan teknologi diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang
berwenang (untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi)
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Ringkasan/excutive summary laporan hasil pengembangan ilmu dan teknologi
28
BAB IV
MEKANISME PENERBITAN STR
Dengan diterapkannya permohonan STR secara online (E-STR) maka perlu disusun
mekanisme alternatif terhadap proses permohonan perpanjangan STR bagi tenaga
Sanitarian yang mungkin di tempat asal Sanitarian yang bersangkutan belum terjangkau
sarana online sehingga proses permohonan tetap dilakukan secara manual.
29
Keterangan:
1. Sanitarian menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
2. Dokumen yang diserahkan, kemudian dikompilasi oleh tim verifikasi di tingkat
kabupaten/kota atau provinsi
3. Dokumen selanjutnya diserahkan kepada MTKP untuk memperoleh pengantar ke
MTKI dalam rangka proses penerbitan STR, namun harus memperoleh legalisasi
dari Pengurus HAKLI Provinsi dalam bentuk paraf pada surat pengantar dengan
tembusan PP HAKLI untuk pengecekan silang (Cross check)
4. Dalam waktu 18 hari kerja STR akan terbit
5. Selanjutnya dikirim kepada pemohon yang bersangkutan
30
Keterangan:
1. Pemohon (Sanitarian) dapat menggunakan perangkat pribadi maupun umum
yang disediakan di Kantor Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota ataupun Pengurus
HAKLI Provinsi, kemudian buka alamat web MTKI di www.mtki.go.id
2. Pilih jenis registrasi pada halaman utama, kemudian masukan data identitas
sesuai dengan yang tertera pada Ijazah Pendidikan (D3, S1, S2, dan S3)
3. Klik Save kemudian cetak
4. Beri tanda tangan pada hasil cetakan
Kirim hasil cetakan yang telah ditandatangani tersebut ke MTKP serta
menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
Catatan:
MTKP akan koordinasi dengan Ketua Pengurus HAKLI Provinsi untuk
memperoleh verifikasi, demikian pula PP HAKLI perlu memperoleh data
pemohon STR untuk pengecekan ulang sebelum MTKI menerbitkan STR
30
Gambar 4. Prosedur Penerbitan STR Perpanjangan Secara Online
Keterangan:
1. Pemohon (Sanitarian) dapat menggunakan perangkat pribadi maupun umum
yang disediakan di Kantor Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota ataupun Pengurus
HAKLI Provinsi, kemudian buka alamat web MTKI di www.mtki.go.id;
2. Pilih jenis re-registrasi pada halaman utama, kemudian masukan data identitas
sesuai dengan yang tertera pada Ijazah Pendidikan (D3, S1, S2, dan S3);
3. Klik Save kemudian cetak;
4. Beri tanda tangan pada hasil cetakan;
5. Kirim hasil cetakan yang telah ditandatangani tersebut ke MTKP serta
menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
6. Dalam kurun waktu 18 hari kerja STR akan terbit;
7. STR telah terbit dan dapat diambil oleh Sanitarian.
31
Gambar 5. Prosedur Penerbitan STR Perpanjangan Secara Manual
Keterangan:
1. Sanitarian menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
2. Dokumen yang diserahkan, kemudian dikompilasi oleh tim verifikasi di tingkat
kabupaten/kota atau provinsi
3. Dokumen selanjutnya diserahkan kepada MTKP untuk memperoleh pengantar ke
MTKI dalam rangka proses penerbitan STR, namun harus memperoleh legalisasi
dari Pengurus HAKLI Provinsi dalam bentuk paraf pada surat pengantar dengan
tembusan PP HAKLI untuk pengecekan silang (Cross check)
4. Dalam waktu 18 hari kerja STR akan terbit
5. Selanjutnya dikirim kepada pemohon yang bersangkutan.
Dalam hal tenaga Sanitarian belum mampu memenuhi kecukupan angka kredit Satuan
Kredit Profesi (SKP) dalam kurun waktu yang ditentukan yaitu 5 (lima) Tahun, maka
yang bersangkutan harus mengikuti evaluasi kemampuan sebagai berikut.
32
1. Sanitarian Teknisi/Keterampilan
Sesuai dengan pembobotan kredit SKP, Sanitarian Teknisi/Keterampilan harus
mencapai proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kredit SKP
hanya mencapai:
a. 50% - 80% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan yang berupa penyusunan laporan penugasan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan penugasan khusus yaitu laporan hasil
investigasi, penanggulangan KLB/wabah, penanggulangan pencemaran
lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan kejadian matra yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan.
Dalam hal pencapaian pemenuhan SKP antara 50% - 80% yang bersangkutan
memperoleh nilai nol (0), maka yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai
dengan bidang yang mendapat nilai nol (0).
b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di
atas.
c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan
IPTEK kurang dari 50 maka penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang
kurang dari nilai yang ditentukan pada Tabel 1.
d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal namun nilai
SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50.
33
e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi nilai SKP 50 yang bersangkutan tidak wajib mendapat
penugasan atau yang bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR.
2. Sanitarian Ahli/Keahlian
Sesuai dengan pembobotan kredit SKP, Sanitarian Ahli/Keahlian harus mencapai
proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kredit SKP hanya
mencapai:
a. 50% - 80% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan yang berupa penyusunan laporan penugasan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan penugasan khusus yaitu laporan hasil
investigasi, penanggulangan KLB/wabah, penanggulangan pencemaran
lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan kejadian matra yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan.
Dalam hal pencapaian pemenuhan SKP antara 50% - 80% yang bersangkutan
memperoleh nilai nol (0), maka yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai
dengan bidang yang mendapat nilai nol (0).
b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di
atas.
c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan
IPTEK kurang dari 50 maka penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang
kurang dari nilai yang ditentukan pada Tabel 2.
34
d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal namun nilai
SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50.
e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi nilai SKP 50 yang bersangkutan tidak wajib mendapat
penugasan atau yang bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR.
Hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam rangka pemenuhan SKP bagi tenaga
Sanitarian dalam status Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan menduduki Jabatan
Pelaksana (Jablak) dan akan diangkat menjadi Pejabat Fungsional Sanitarian, baik
Pejabat Fungsional Keahlian maupun Pejabat Fungsional Keterampilan.
a. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan Magister Terapan (S-II)/Spesialis 1 dan/atau Sarjana Strata II
(S-II) Profesi/Magister Kesehatan Lingkungan Spesialis 1 S-II Kesehatan Lingkungan
dan Pendidikan Kesehatan Lingkungan memiliki SKP sebesar 22.5 yang dapat
diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari
akan memperoleh 3 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan
satuan kerja. Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu
karya tulis, jumlah perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya
tulis yang dihasilkan dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat
substansi/tema yang berbeda dan masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan
lingkungan. Bukti penugasan karya tulis berupa resume, abstrak, atau ringkasan
eksekutif.
35
Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan
khusus tersebut.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Muda)
b. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan D-IV/S-I Kesehatan Lingkungan dan Pendidikan Kesehatan
Lingkungan baik jalur terapan atau akademisi) wajib memiliki SKP sebesar 12.5 yang
dapat diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari
akan memperoleh 2 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan
satuan kerja. Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu
karya tulis, jumlah perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya
tulis yang dihasilkan dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat
substansi/tema yang berbeda dan masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan
lingkungan. Bukti penugasan karya tulis berupa resume, abstrak, atau ringkasan
eksekutif.
Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan
khusus tersebut.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang
36
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Pertama).
37
c. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keterampilan dengan
latar belakang D-III Kesehatan Lingkungan tidak wajib memiliki SKP namun telah
memiliki sertifikat kompetensi (Serkom) yang diperoleh dari lembaga pendidikan
tempat yang bersangkutan menempuh pendidikan terutama bagi mereka yang lulus
setelah tahun 2016, di samping STR. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2016 dan
sebelumnya cukup dengan STR yang masih berlaku sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Tenaga Sanitarian yang berpraktek secara mandiri termasuk swasta (Non PNS), sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan wajib memiliki STR dengan ketentuan:
a. Bagi Sanitarian yang lulus setelah tahun 2016 telah memiliki Sertifikat Kompetensi
yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan tempat yang bersangkutan menempuh
pendidikan.
b. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2016 dan sebelumnya cukup memiliki STR yang
masih berlaku sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
38
BAB V
PENUTUP
Di samping itu, disadari bahwa pedoman ini memerlukan masukan, saran, dan kritik untuk
dapat menyesuaikan terhadap dinamika tugas dan fungsi Sanitarian, perubahan lingkungan
strategis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sosial, ekonomi, dan
budaya yang berkembang di masyarakat.
Dengan ini, diharapkan pedoman ini mampu memberikan arahan kepada seluruh anggota
HAKLI dalam memenuhi hak dan kewajiban guna meningkatkan dan mengembangkan
profesinya.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberi bimbingan dan hidayah-Nya. Amin.
39
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA
(INDONESIAN ASSOCIATION OF ENVIRONMENTAL HEALTH)
Kantor : Bintaro Business Center, Jalan Veteran No 1-i Bintaro – Jakarta Selatan Telp. 021 7231826 Fax 021 7222387
Pengesahan – Kepmenkumham no : AHU – 0000264.AH.01.06.TAHUN 2016
Website : www.hakli.or.id E-mail : admin@hakli.or.id
KERANGKA ACUAN
I. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan;
6) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI);
7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Sanitarian; dan
8) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Surat Tanda
Registrasi (STR).
a. Maksud Kegiatan
Diperolehnya kesamaan persepsi anggota HAKLI tentang pemahaman P2KBTKL
sebagai acuan pemenuhan angka kredit sekaligus prosedur penerbitan dan/atau
perpanjangan STR dalam menjalankan praktik keprofesian pada tugas dan fungsi
masing-masing.
b. Tujuan Umum
Adanya peningkatan kapasitas melalui pelatihan kepada anggota HAKLI tentang
prosedur pemenuhan angka kredit dalam penerbitan dan/atau perpanjangan STR.
c. Tujuan Khusus
Adanya peningkatan kemampuan anggota HAKLI tentang:
a. Pokok-pokok penilaian angka kredit;
b. Prosedur penerbitan dan/atau perpanjangan STR;
c. Prosedur penghitungan nilai SKP;
d. Proses dan pelaksanaan uji kompetensi; dan
e. Proses dan pelaksanaan evaluasi kemampuan.
a. Indikator Keluaran
Terselenggaranya pelatihan evaluasi kemampuan dalam rangka penerbitan STR
kepada anggota HAKLI.
b. Keluaran
1) Anggota HAKLI memiliki pemahaman terkait perolehan angka kredit.
2) Anggota HAKLI memiliki pemahaman tentang prosedur penerbitan dan/atau
perpanjangan STR.
3) Anggota HAKLI memiliki pemahaman tentang pelaksanaan evaluasi kemampuan
dalam rangka penerbitan STR.
4) Anggota HAKLI mendapat jumlah SKP sebanyak 2 (dua) SKP.
PENJAB/
WAKTU KEGIATAN NARASUMBER
MODERATOR
07.00–08.30 Registrasi -
08.30–09.30 Pembukaan Panitia
a. Laporan Ketua Panitia
b. Sambutan Ketua PengProv HAKLI
dan Pembukaan Pelatihan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat.
c. Ramah Tamah.
c. Penyelenggara
Pelatihan dilaksanakan oleh panitia dengan susunan sebagai berikut.
VII. PEMBIAYAAN
Biaya yang diperlukan bersumber dari peserta.
b. Tata Tertib
1. Peserta diharapkan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pada lokakarya dan
pelatihan ini agar dapat memahami pengisian angka kredit Satuan Kredit Profesi
(SKP) dan mampu memenuhinya.
2. Panitia daerah diharapkan secara penuh mampu melaksanakan seluruh
rangkaian kegiatan terutama dalam rangka penerbitan STR.
c. Pelaksanaan
2. Diharapkan pelaksanaan lokakarya ini bertempat di BAPELKES masing-masing
provinsi mengingat keterbatasan biaya penyelenggaraan lokakarya dan
pelatihan ini.
3. Jadwal Tentatif Penyelenggaraan Lokakarya P2KBTKL dan Pelatihan Evaluasi
Kemampuan tercantum dalam tabel berikut.
RINCIAN
WAKTU PENYELENGGARAAN
NO PROVINSI KETERANGAN
MINIMAL TENTATIF
BIAYA PESERTA
PESERTA
1 ACEH 400 Rp 300,000.00 MINGGU KELIMA JULI
2 BALI 400 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA SEPTEMBER
3 BANGKA BELITUNG 125 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
4 BANTEN 125 Rp 300,000.00 MINGGU KETIGA JULI
5 BENGKULU 150 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
6 D.I. YOGYAKARTA 400 Rp 300,000.00 MINGGU KETIGA JULI
7 DKI JAKARTA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
8 GORONTALO 200 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT JULI
RINCIAN
WAKTU PENYELENGGARAAN
NO PROVINSI KETERANGAN
MINIMAL TENTATIF
BIAYA PESERTA
PESERTA
9 JAMBI 300 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT JULI
10 JAWA BARAT 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
11 JAWA TENGAH 400 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA AGUSTUS
12 JAWA TIMUR 400 Rp 300,000.00 MINGGU KETIGA JULI
13 KALIMANTAN BARAT 200 Rp 300,000.00 MINGGU KELIMA JULI
14 KALIMANTAN SELATAN 350 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA AGUSTUS
15 KALIMANTAN TENGAH 100 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
16 KALIMANTAN TIMUR 250 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA AGUSTUS
17 KALIMANTAN UTARA 100 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
18 KEPULAUAN RIAU 100 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
19 LAMPUNG 300 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA AGUSTUS
20 MALUKU 300 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
21 MALUKU UTARA 50 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
22 NUSA TENGGARA BARAT 300 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
23 NUSA TENGGARA TIMUR 400 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA AGUSTUS
24 PAPUA 40 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
25 PAPUA BARAT 50 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
26 RIAU 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
27 SULAWESI BARAT 70 Rp 300,000.00 DIBAHAS KEMBALI DEFISIT
28 SULAWESI SELATAN 400 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT JULI
29 SULAWESI TENGAH 350 Rp 300,000.00 MINGGU PERTAMA SEPTEMBER
30 SULAWESI TENGGARA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT SEPTEMBER
31 SULAWESI UTARA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
32 SUMATERA BARAT 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEEMPAT AGUSTUS
33 SUMATERA SELATAN 350 Rp 300,000.00 MINGGU KEDUA SEPTEMBER
34 SUMATERA UTARA 350 Rp 300,000.00 MINGGU KELIMA JULI