Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

“MANAGEMEN PERUBAHAN”

Dosen Pengampu:PROF.,Drs.,H M.MAS’UD SAID M.M., Ph.D

Disusun oleh: Firman Hagi Mulia (22001092134)

PRODI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa,karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita berupa pengetahuan dan kesempatan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang
telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua,yang merupakan sebuah petunjuk
yang paling benar yakni syariah agama islam yang sempurna,dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi alam semesta.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah MANAGEMEN PERUBAHAN.Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan keilmuan tentang “Sebuah komponen perubahan menurut para ahli”baik
bagi pembaca ataupun bagi penulis sendiri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mas’ud said selaku dosen mata kuliah
MANAGEMEN PERUBAHAN yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan saya.Dan saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
memperbaiki penyusunan makalah saya selanjutnya.Kemudian apabila terdapat kesalahan
dalam makalah baik dari segi penyusunan ataupun pembahasan,saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Malang, 2 April 2023

Penulis
1. Segala Sesuatu Terdiri dari Hal-Hal yang Berlawanan atau Saling Beroposisi.

Tesis dasar dari poin ini adalah: “yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah
satu.” Herakleitos berkeyakinan bahwa segala sesuatu terdiri dari hal-hal yang saling
berlawanan namun hal-hal yang berlawanan itu tetap mempunyai kesatuan (penegasan ini
berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Anaximandros yang walaupun mengakui adanya
oposisi namun menganggap pertentangan ini sebagai sebuah ketidakadilan). Herakleitos
pun mengambil contoh busur di mana hakekat busur terdiri atas tali yang direnggangkan
antara dua kutup yang saling bertentangan. Dan justru karena ketegangan atau
pertentangan itulah busur disebut busur. Dari contoh sederhana ini, ia bergerak pada
analogi yang lebih rumit. Ia mengatakan bahwa manusia terdiri dari hidup dan mati.
Kalau manusia hidup pasti manusia akan mati. Berarti manusia diciptakan untuk hidup
lalu mati. Dengan demikian dari penegasan ini Herakleitos mau menunjukkan bahwa di
balik hal-hal yang berlawanan ini ada satu prinsip yang utama yakni perubahan. Dari
sebab itu ia mengatakan bahwa segala sesuatu berada dalam arus perubahan yang terus
menerus. Tidak ada sesuatupun yang menetap.

2. Panta Rhei Kai Uden Menei: Seluruh Kenyataan Merupakan Arus Sungai Yang
Mengalir.

Istilah Panta Rhei Kai Uden Menei sebenarnya berasal dari Diogenes Laertions
yang mencoba meringkaskan ajran Herakleitos dengan mengatakan bahwa segalanya
mengalir bagaikan air sungai. Simbolisme air sungai ini sebenarnya hanya ingin
mempertegas pendirian Herakleitos tentang perubahan, di mana segala sesuatu berada
dalam arus perubahan yang terus menerus dan tidak ada yang tinggal tetap. Semuanya
ada dalam proses menjadi, seperti terdapat dalam salah satu fragmennya yang
mengatakan: “Engkau tidak bisa turun dua kali ke dalam sungai yang sama.” Maksudnya
ialah, sungai selalu mengalir (berada dalam perubahan yang terus-menerus), sehingga
orang yang turun ke dalam sungai yang sama akan dialiri oleh air yang berbeda pada
saat/waktu yang berbeda. Dengan demikian tidak ada sesuatu yang tinggal mantap untuk
membasahi kaki orang yang turun ke dalam sungai yang sama.
Dari sana, bisa juga dipetik penegasan lain tentang perubahan di mana sungai dan
manusia memperlihatkan fakta yang menakjubkan berhadapan dengan arus perubahan.
Seperti contoh sungai, yang meskipun ditimpa perubahan yang terus-menerus, namun
identitasnya tetap sama. Walaupun air sungai X terus-menerus berubah karena mengalir,
namun sungai X tidak berubah menjadi sungai Y. Begitu juga dengan manusia, misalnya
Mario yang walaupun mengalami pelbagai perubahan fisik dan mental, tetapi sejak
kanak-kanak sampai usia lanjut, tetap ia dikenal sebagai Mario. Hal ini mau
menunjukkan bahwa walaupun segala sesuatu berubah tetapi segala sesuatu itu tetap
mempertahankan identitasnya. Dengan demikian menurut Herakleitos di antara bentuk-
bentuk yang berubah dan unsure yang menetap, antara “yang banyak” dan “yang satu”,
harus terdapat kesatuan dasar tertentu. Dan hal ini ia lambangkan dengan “api.”

3. Seluruh Kenyataan adalah Api dan Api adalah Sumber Proses Perubahan

Perlu dicatat bahwa api menurut Herakleitos berbeda dengan salah satu anasir,
seperti air menurut Thales atau udara menurut Anaximenes, sebagai asas asali dan dasar
dari realitas. Menurut Herakleitos “api” merupakan prinsip dasar dari perubahan. Api
merupakan sumber proses perubahan yang dapat berubah-ubah dan juga mengubah segala
sesuatu tetapi api tetap menjadi api. Dikatakan bahwa api dapat mengubah kayu menjadi
arang dan api bisa berubah dari api yang kecil menjadi api yang besar, dari api merah
menjadi api biru, tetapi api yang berubah dan dapat mengubah sesuatu tetaplah api.
Dengan demikian menurut Herakleitos api sangat cocok untuk melambangkan kesatuan
dalam perubahan.

4. Ajaran Herakleitos tentang Logos

Bagi Herakleitos “Logos” atau “rasio” merupakan hukum yang menguasai


segala-galanya. Baginya pula arus perubahan yang terus-menerus itu bersumber pada
suatu Rasio atau Logos universal, karena bagi Herakleitos Manusia perorangan –
terutama jiwanya – mengambil bagian dalam logos tersebut. Logos tersebut pun bersifat
ilahi namun Herakleitos tidak membayangkan seorang person ilahi seperti Allah yang
berupa pribadi. dalam ajaran Herakleitos logos harus disamakan dengan api. Namun
walaupun logos dibayangkan sebagai sesuatu yang material seperti api namun ajarannya
tentang logos melebihi sesuatu yang sifatnya material belaka. Pada intinya lewat logos
ini, Herakleitos hendak mengatakan bahwa Logos atau rasio universal adalah hukum atau
sesuatu yang menguasai segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu yang berada dalam
arus perubahan. Pelbagai bentuk yang berubah-ubah dan saling bertentangan disatukan
secara harmonis dalam Yang Satu, yaitu Logos Universal.

Anda mungkin juga menyukai