Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FLUDIA

OLEH :

NAMA : MULIADI
NIM : 19.023.22.201.110
KELAS : SIPIL 3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA
PALOPO
2020/2021
Kata pengantar

Assalamu alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan taufq, hidayah dan
rahmat -Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Fluida ” ini

Sholawat serta salam selalu tercurahkan buat rasulullah SAW yang telah
mengubah zaman sehingga kita bisa menentukan yang haq dan yang bathil.

Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu


dalam pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang
khususnya dalam ruang lingkup fluida .

Disamping itu penulis menyadari bahwa munkin terdapat banyak


kesalahan baik dari penulisan ataupun dalam penyusunannya yang tidak
penulis ketahui.

02 januari 2021

MULIADI
Kata Pengantar…………………………………………………………….

Daftar isi…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
A. Latar belakang…………………………………………………
B. Maksud dan tujuan…………………………………………….

BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………….

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………

A.Pengertian fluida…………………………………………………

B.Isi…………………………………………………………………..

BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar belakang
Ilmu yang mempelajari gejala alam disebut sains. Sains berasal dari kata
Latin yang berarti mengetahui. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu,
diantaranya adalah fisika. Fisika mempelajari gejala-gejala alam seperti
gerak, kalor, cahaya, bunyi, listrik, dan magnet. Semua gejala ini berbentuk
energi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fisika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara materi dan energi.
Perubahan global berlangsung cukup cepat menempatkan fisika sebagai
salah satu ilmu pengetahuan yang merupakan tulang punggung teknologi
terutama teknologi manufaktur dan teknologi modern. Teknologi modern
seperti teknologi informasi, elektronika, komunikasi, dan teknologi
transportasi memerlukan penguasaan fisika yang cukup mendalam.
Salah satu visi pendidikan sains adalah mempersiapkan sumber daya
manusia yang handal dalam sains dan teknologi serta memahami lingkungan
sekitar melalui pengembangan keterampilan berpikir, penguasaan konsep
esensial, dan kegiatan teknologi. Kompetensi rumpun sains salah satunya
adalah mengarahkan sumber daya manusia untuk mampu menerjemahkan
perilaku alam.
Salah satu fenomena alam yang sering ditemukan adalah fenomena fluida.
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida
mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air dan zat gas seperti
udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu atau besi tidak dapat mengalir
sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air merupakan salah satu
contoh zat cair. Masih ada contoh zat cair lainnya seperti minyak pelumas,
susu, dan sebagainya. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam
fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang
lain.
Fenomena fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan
hidraustatis. Dalam fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang berkaitan
dengan konsep tekanan hidraustatis, salah satunya adalah hukum Pascal
dan hukum Archimedes. Hukum Pascal diambil dari nama penemunya yaitu
Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal dari Perancis. Sedangkan hukum
Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu Archimedes (287-212 SM)
yang berasal dari Italia.
Hukum-hukum fisika dalam fluida statis sering dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia dalam kehidupannya, salah satunya adalah prinsip
hukum Pascal dan prinsip hokum Archimedes. Namun, belum banyak
masyarakat yang mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan studi
yang lebih .

B. Maksud dan tujuan

1.maksud
a. pengertian fluida
b. isi fluida statika
c. rumus gaya geseran, luas.
d. cairan

2. tujuan
a. Mengetahui pengertian tentangan fluida
b. Mengetahui isi fluida statika
c. mengetahui rumus gaya geseran,luas
d. mengetahui zat cairan
BAB II
KAJIAN TEORI

Kita harus mempelajari tentang fluida, Fluida menurut Riswari (1986)


merupakan suatu zat/bahan dalam keadaan setimbang tidak
dapat menahan gaya atau tegangan geser (shear force). Dapat pula di
definisikan sebagai zat yang
dapat mengalir bila ada perbedaan tekanan dan atau tinggi. Suatu sifat dasar
fluida, yaitu tahan
terhadap aliran di yang ukur sebagai tegangan geser. Yang terjadi pada
bidang geser yang di kenai
tegangan tersebut adalah viskositas atau kekentalan/kerapatan fluida
tersebut. Berdasarka wujudnya
fluida dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya
tarik antar molekul
sejenisnya saangat kuat dan mempunyai pemukaan bebas serta cenderung
untuk
mempertahankan volumenya.
2. Fluida gas, merupakan fluida dengan pertikel yang renggang dimana
gaya tarik antar
molekul relative lemah dan sangat ringan sehingga dapat melayang serta
volumenya tidak
menentuh.
Pada zat cair dan gas tidak dapat mempertahankan bentuk yang tetap, zat
cair mengikuti bentuk
wadahnya dan volumenya dapat di ubah. Zat gas tidak mempunyai bentuk,
maupun volume yang
tetap, gas akan berkembang mengisi seluru wadah. Karena fase ceir dan
gas tidak dapat
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Oleh
karena itu zat cair dan gas sering secara kolektif disebut sebagai fluida .
(sularso, 1994).
BAB III
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN FLUIDA
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida
mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti
udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir
sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air, minyak pelumas, dan susu
merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam
fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang
lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir
dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh
udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-
hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau
tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan
kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang
dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering
tidak disadari.
Fluida dibagi menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida
dinamis (fluida bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang diam
atau berada dalam keadaan setimbang. Fluida dinamis ditinjau ketika fluida
ketika sedang dalam keadaan bergerak).
Fluida statis erat kaitannya dengan hidraustatika dan tekanan. Hidraustatika
merupakan ilmu yang mempelajari tentanggaya maupun tekanan di dalam
zat cair yang diam. Sedangkan tekanan didefinisikan sebagai gaya normal
per satuan luas permukaan.
ISI
FLUIDA STATIKA

Pada kegiatan pertama ini dibahas mengenai fluida statik. Pada kehidupan
sehari-hari, sering digunakan air sebagai contoh. Marilah kita perhatikan air
tenang yang berada di tempayan.

Gambar 1.

Gaya-gaya yang bekerja pada dinding tempayan


tempat fluida adalah gaya normal
Cairan yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya yang seimbang
sehingga cairan itu tidak mengalir.

Gaya dari sebelah kiri diimbangi dengan gaya dari sebelah


kanan, gaya dari atas ditahan dari bawah.

Cairan yang massanya M menekan dasar bejana dengan gaya sebesar Mg.
Gaya ini tersebar merata pada seluruh permukaan dasar bejana
sebagaimana diperhatikan oleh bagian cairan dalam kolom kecil pada
gambar 2. Selama cairan itu tidak mengalir (dalam keadaan statis), pada
cairan tidak ada gaya geseran sehingga hanya melakukangaya ke bawah
oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut:

W = m g = ρ V g (1)

di mana ρ adalah kerapatan zat cair dan V adalah volume kolom. Jika V = h
∆A, kita dapatkan:

W = ρ h ∆A g (2)
Jika berat itu ditopang oleh luasan ∆A, yang sebanding dengan luas ∆A,
akibatnya gayaini tersebar rata di permukaan dasar bejana.
Tekanan sebagai perbandingan gaya dengan luas, seperti diilustrasikan pada
gambar 2.
gaya ρ h ∆A g

p = = = ρ g h (3)

luas ∆A

Di mana p adalah tekanan yang dialami dasar bejana. Dalam satuan tekanan
diukur dalam N/m2, dan dinamai Pascal yang disingkat Pa.

Gambar 2.

Cairan setinggi h menekan dasar bejana A


Sebagai contoh, misalnya akan kita cari tekanan dalam Pa, yang dialami
dasar bejana cairan dengan ρ = 670 kg/m3 dan dalamnya 46 cm.

p = ρ g h = (670 kg/m3) (9,8 m/s2) (0,46 m)


= 3020 kg.m/s2 = 3020 n/m2 = 3020 pa

Tekanan adalah kuantitas skalar tanpa arah.

Gaya yang menghasilkan tekanan yang bekerja pada permukaan adalah


vektor yang arahnya selalu tegak lurus ke permukaan. Kita dapat
menggunakan keadaan setimbang gaya-gaya yang bekerja pada bagian kecil
cairan, seperti dilukiskan pada gambar 3.

Gambar 3.

Keseimbangan gaya pada bagian kecil cairan.


Bagian kecil cairan yang tebalnya ∆A dan luas permukaan bagian atas (ada
bagian bawah) A serta luas sisi lainnya A mengalami keseimbangan gaya.
Dalam hal ini cairan tidak mengalami pergolakan yang mengakibatkan cairan
mengalir.

Tiap bagian dari cairan mestilah diam. Tekanan yang dilakukan bagian
cairan lain pada bagian kecil cairan tersebut yang dilakukan oleh gaya-gaya
F3 dan F4 saling meniadakan, demikian pula oleh gaya-gaya F5 dan F6.
Gaya F2 mestilah cukup besar terhadap F1 agar dapat menopang bagian
cairan tersebut.

Karena F3 = F4 dan F5 = F6, maka p3 (=F3/A2) = p4 (=F4/A2) dan p5


(=F5/A2) = p6
(F6/A
p2 A1 . p1 A1 = ρ g A1 ∆h
p2 . p1 = ρ g ∆h

atau

∆p = ρ g ∆h (4)

Jadi, apabila kerapatannya konstan, perubahan tekanan di antara dua titik di


dalam cairan berbanding lurus dengan perbedaan kedalamannya. Pada
kedalaman yang sama mempunyai tekanan yang sama. Selama variasi
tekanan di dalam cairan statis hanya tergantung pada kedalamannya, maka
penambahan tekanan dari luar yang dilakukan pada permukaan cairan,
misalnya karena perubahan tekanan atmosfer atau tekanan piston, mestilah
merupakan penambahan tekanan pada semua titik dalam cairan, seperti
dikemukakan oleh Blaise Pascal (1623-1662), yang dikenal sebagai Hukum
Pascal.

Tekanan yang dilakukan pada cairan dalam ruang tertutup, akan diteruskan
kemana-mana sama besarnya termasuk dinding tempatnya.
Apabila kerapatan ρ (massa jenis) sangat kecil, misalnya fluida berbentuk
gas, maka perbedaan tekanan pada dua titik di dalam fluida dapat diabaikan.
Jadi di dalam suatu bejana yang berisi gas, tekanan gas di mana-mana
adalah sama. Hal ini tentu saja bukan untuk ∆h yang sangat besar. Tekanan
dari udara sangat bervariasi untuk ketinggian yang besar dalam atmosfer.

Dalam kenyataan, kerapatan ρ berbeda pada ketinggian yang tidak sama


dan ρ ini hendaklah kita ketahui sebagai fungsi dari h sebelum persamaan 3
di atas kita
pergunakan.
Marilah kita perhatikan hal berikut ini. Andaikan ke dalam pipa berbentuk U
dimasukkan dua jenis cairan yang tidak dapat bercampur secara sempurna,
misalnya air dengan minyak tanah.
Gambar 4.

Pipa berbentuk U berisi dua jenis cairan.


Setelah cairan yang kerapatannya ρ1 dimasukkan ke dalam pipa, cairan yang
kedua dengan kerapatan ρ2 (di mana ρ1 > ρ2) dimasukkan ke salah satu
pipa sehingga permukaan cairan yang pertama turun setinggi 1 di bawah
cairan yang kedua itu, sedangkan permukaan lainnya naik setinggi 1 seperti
dilukiskan pada gambar 4 di atas. Akan kita tentukan perbandingan
kerapatan kedua jenis cairan tersebut. Pada gambar 4 titik C menyatakan
keseimbangan tekanan.

Tekanan di C yang dilakukan cairan di atasnya adalah


Untuk cairan pertama : p1 g 2 1
Untuk cairan kedua : p1 g 2 1
Sehingga :

ρ1 g 2 1 = ρ2 g (d + 2 1)

atau

ρ2 2 1
=
ρ1 d + 2 1

Perbandingan kerapatan suatu bahan terhadap kerapatan air dinamakan


kerapatan relatif atau gravitas spesifik dari bahan tersebut.
Archimedes mendapatkan suatu prinsip sebagai berikut. Apabila suatu benda
dicelupkan ke dalam cairan (seluruhnya atau sebagian), benda itu
mengalami gaya ke atas sebesar berat cairan yang dipindahkannya.
Apabila sebuah benda dicelupkan ke dalam cairan, seperti ditunjukkan dalam
gambar 5, total gaya ke atas atau gaya angkat, dilakukan pada benda.
Akibat gaya ini terdapat perbedaan tekanan pada bagian bawah dan bagian
atas benda. Selama tekanan ini tergantung pada kedalaman cairan, dengan
mudah dapat kita hitung gaya ke atas untuk sederhana, antara lain untuk
balok tegar di mana salah satu permukaannya horizontal.

Gambar 5.

Gaya-gaya yang dialami benda di dalam cairan.


Benda yang bentuknya sembarang, agak sulit kita menentukan tekanan
karena bervariasinya titik-titik permukaan benda.

Untuk itu prinsip Archimedes sangat membantu. Andaikan benda


dikeluarkan dari dalam cairan akan menggantikan tempat benda sebanyak
tempat yang tadinya ditempati oleh benda. Jika volume tempat benda itu
telah diisi oleh cairan, ini menunjukkan bahwa adanya
keseimbangan gaya yang terjadi antar cairan penyelubung dengan bagian
cairan yang menggantikan tempat benda tersebut. Jadi gaya netto yang
arahnya ke atas adalah sama dengan m1 g, di mana m1
adalah massa cairan yang mengisi volume yang ditinggalkan oleh benda.

Sekarang kita tinggalkan pengandaian tadi dengan benda sesungguhnya


yang massanya mo. Cairan mestilah melakukan kontak dengan setiap titik
pada permukaan benda yang memberikan gaya-gaya sama di mana-
mana. Gaya ini mestilah sama dengan gaya penopang cairan yang
volumenya adalah sama. Gaya ini adalah gayaangkat (ke atas) yang besar.

Fb = mf g = ρ1 Vg (5)

Di mana m1 adalah massa cairan yang dipindahkan oleh benda yang


tercelup ke dalam cairan adalah kerapatan cairan. Gaya angkat ini arahnya
vertikal ke atas.
Persamaan 5 dinamakan Prinsip Archimedes yang dikemukakan oleh
Archimedes pada tahun 250 SM. Jika gaya ke atas lebih kecil daripada berat
benda yang dicelupkan, mala benda itu akan tenggelam. Jika berat benda
lebih kecil daripada gaya ke atas, benda itu akan terapung. Seandainya ρo
adalah kerapatan benda, dengan volume V, maka beratnya

W = mo g = ρo V g

Gaya ke atas dinyatakan oleh persamaan 5.

Fb = ρ1 V g (6)

Netto gaya ke atas ketika benda semuanya tercelup dalam cairan

Fnet = Fb . W =( ρf. ρo) V g (7)

Jadi benda dengan kerapatan lebih besar dari kerapatan cairan akan
tenggelam, dan yang lebih kecil akan terapung.
BAB IV
KESIMPULAN

Demikian makalah ini dibuat untuk memenuhi salasatu tugas fisika.


Mohon maaf bila ada kekurangan atau kesalahan yang tidak di sadari oleh
penulis, maka dari itu kami sangat membutuh kan kritikan dari pembaca.

Tetapi saya harap makalah ini dapat menambah wawasan anda dan dapat
berguna terutama di sekolah ini.

Anda mungkin juga menyukai