Anda di halaman 1dari 23

MEKANIKA FLUIDA

PERTEMUAN KE - 2
“SIFAT – SIFAT FLUIDA”

Disusun Oleh :
Chicha Novitasari
2019312003

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Muhammad Bakrie, M.T.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas PGRI Palembang
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-citakan. Shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan dan guru besar bagi
seluruh umat manusia.
Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah Mekanika Fluida yang berjudul “Sifat
– Sifat Fluida”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Dr.
Ir. Muhammad Bakrie, M.T. serta teman-teman yang turut membantu selesainya makalah
ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Fluida serta sebagai
upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi mengenai Sifat – Sifat Fluida.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Palembang, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
2.1. Pengertian Fluida..........................................................................................................2
2.2. Pengertian Fluida Statis................................................................................................2
2.3. Sifat – Sifat Fluida........................................................................................................3
2.4. Tekanan Hidrostatis......................................................................................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan Fluida. Cairan adalah
salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak partikelnya
lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas juga merupakan
fluida yang interaksi antar partikelnya sangat lemah sehingga diabaikan.
Dengan demikian kerapatannya akan lebih kecil. Karena itu, fluida dapat ditinjau
sebagai sistem partikel dan kita dapat menelaah sifatnya dengan menggunakan konsep
mekanika partikel. Apabila fluida mengalami gaya geser maka akan siap untuk mengalir.
Jika kita mengamati fluida statis misalnya di air tempayan. Berdasarkan uraian diatas, maka
pada makalah ini akan dibahas mengenai fluida statis.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis mencoba mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang akan
dijadikan bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Diantaranya yaitu :
1. Apakah fluida itu?
2. Apakah pengertian dari fluida statis?
3. Apa sifat- sifat Fluida Statis?
4. Apa itu Tekanan Hidrostatis?
5. Bagaimana penerapan fluida dalam kehidupan sehari-hari?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain
sebagai berikut.
1. Mengetahui dan mempelajari lebih lanjut mengenai fluida termasuk fluida statis.
2. Mengetahui berbagai sifat – sifat fluida.
3. Mengetahui tekanan hidrostatis dan penerapan fluida dalam kehidupan sehari – hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fluida


Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas
karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau seluruh
zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir.

Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke
tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir
dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap
hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian
juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan
udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering
tidak disadari.

2.2. Pengertian Fluida Statis

Fluida ini dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni:


1. Fluida statis
2. Fluida Dinamis
Tapi yang kita bahas dalam makalah ini hanyalah membahas tentang fluida statis (fluida
diam). Adapun pengertian dari Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak
bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan
antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut
bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.

2
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis sederhana dan tidak
sederhana. Contoh fluida yang diam secara sederhana adalah air di bak yang tidak dikenai
gaya oleh gaya apapun, seperti gaya angin, panas, dan lain-lain yang mengakibatkan air
tersebut bergerak. Contoh fluida statis yang tidak sederhana adalah air sungai yang
memiliki kecepatan seragam pada tiap partikel di berbagai lapisan dari permukaan sampai
dasar sungai.
Contoh pada kehidupan sehari-hari, sering digunakan air sebagai contoh. Cairan yang
berada dalam bejana mengalami gaya-gaya yang seimbang sehingga cairan itu tidak
mengalir. Gaya dari sebelah kiri diimbangi dengan gaya dari sebelah kanan, gaya dari atas
ditahan dari bawah. Cairan yang massanya M menekan dasar bejana dengan gaya sebesar
Mg. Gaya ini tersebar merata pada seluruh permukaan dasar bejana. Selama cairan itu tidak
mengalir (dalam keadaan statis), pada cairan tidak ada gaya geseran sehingga hanya
melakukan gaya ke bawah oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut.

2.3. Sifat-sifat Fluida


Sifat fisis fluida dapat ditentukan dan dipahami lebih jelas saat fluida berada dalam
keadaan diam (statis). Sifat-sifat fisis fluida statis ini di antaranya, massa jenis, tekanan,
tegangan permukaan, kapilaritas, dan viskositas. Tapi yang kita bahas dalam makalah ini
hanyalah massa jenis dan tekanan.

2.3.1. Massa Jenis/Kerapatan


Pernahkah Anda membandingkan berat antara kayu dan besi? Benarkah pernyataan
bahwa besi lebih berat daripada kayu? Pernyataan tersebut tentunya kurang tepat, karena
segelondong kayu yang besar jauh lebih berat daripada sebuah bola besi. Pernyataan yang
tepat untuk perbandingan antara kayu dan besi tersebut, yaitu besi lebih padat daripada
kayu.

3
Anda tentu masih ingat, bahwa setiap benda memiliki kerapatan massa yang berbeda-
beda serta merupakan sifat alami dari benda tersebut. Dalam Fisika, ukuran kepadatan
(densitas) benda homogen disebut massa jenis, yaitu massa per satuan volume. Jadi massa
jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis
suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.

Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan
memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa
jenis lebih rendah (misalnya air).

Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3). Massa jenis
berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu
zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.

Secara matematis, massa jenis dituliskan sebagai berikut :

dengan: m = massa (kg atau g),

V = volume (m3 atau cm3),

ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3).

Jenis beberapa bahan dan massa jenisnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

4
Tabel Massa Jenis atau Kerapatan Massa (Density)

Bahan Massa Jenis (g/cm3) Nama Bahan Massa Jenis (g/cm3)


Air 1,00 Gliserin 1,26
Aluminium 2,7 Kuningan 8,6
Baja 7,8 Perak 10,5
Benzena 0,9 Platina 21,4
Besi 7,8 Raksa 13,6
Emas 19,3 Tembaga 8,9
Es 0,92 Timah Hitam 11,3
Etil 0,81 Udara 0,0012
Alkohol

Kerapatan berat didefinisikan sebagai Berat persatuan Volume, yang biasa


disimbolkan dengan “D”

D=W
V
atau

D=ρ.g

Dengan : D = Berat jenis (N/m3)

w = Berat benda (N)

V = Volume

ρ = Massa jenis (kg = Percepatan gravitasi (m/s2)

Rapat massa relatif didefinisikan sebagai perbandingan dari rapat massa zat tersebut
terhadap rapat massa dari zat tertentu sebagai zat pembanding.

5
Zat pembanding biasa diambil air, pada suhu 40 C. Rapat massa relatif biasa disimbolkan
dengan : rho r.

Juga berlaku :

ρr = ρ Zat

ρ Air

Atau

ρr = D Zat

D Air

Rapat massa relatif tidak mempunyai SATUAN.

Contoh soal :

1. 1000 liter alkohol massanya 789 kg. Massa jenis alkohol tersebut adalah ...

2. Sebuah cangkir (berbentuk tabung) dapat memuat air kopi sebanyak 314 gram jika diisi
sampai setinggi 10 cm. Jika massa jenis kopi dianggap 1 gram/cm3, maka radius dalam
cangkir tersebut adalah

Pembahasan :

1. diketahui :

V = 1000 l; m = 789 kg;

Jawab :

ρ = = = 0,789 kg/m3

Jadi massa jenis alkohol sebesar 0,789 kg/m3

6
2. diketahui :

m = 314 gram; ρ = 1 gram/cm3 2

h = 10 cm

Jawab :

ρ= =ρ=

1=

31,4 r2 = 314

r2 = 10

r = = 3,16 cm

Jadi radius dalam cangkir tersebut adalah 3,16 cm.

2.3.2. Tekanan

Pengertian tekanan akan mudah kita pahami setelah kita menjawab pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini. Mengapa pisau yang tajam lebih mudah memotong dari pada
pisau yang tumpul? Mengapa paku yang runcing lebih mudah menancap kedalam benda
dibandingkan paku yang kurang runcing? Pertanyaan diatas sangat berhubungan dengan
konsep tekanan. Konsep tekanan identik dengan gaya, gaya selalu menyertai pengertian
tekanan. Tekanan yang besar dihasilkan dari gaya yang besar pula, sebaliknya tekanan yang
kecil dihasilkan dari gaya yang kecil.

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tekanan sebanding dengan gaya. Mari
kita lihat orang memukul paku sebagai contoh. Orang menancapkan paku dengan gaya

7
yang besar menghasilkan paku yang menancap lebih dalam dibandingkan dengan gaya
yang kecil.

Pengertian tekanan tidak cukup sampai disini. Terdapat perbedaan hasil tancapan paku
bila paku runcing dan paku tumpul. Paku runcing menancap lebih dalam dari pada paku
yang tumpul walaupun dipukul dengan gaya yang sama besar. Dari sini terlihat bahwa luas
permukaan yang terkena gaya berpengaruh terhadap tekanan. Luas permukaan yang
sempit/kecil menghasilkan tekanan yang lebih besar daripada luas permukaan yang lebar.
Artinya tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan.

Penjelasan di atas memberikan bukti yang sangat nyata pada pengertian tekanan. Jadi,
tekanan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas. Pengertian tekanan ini digunakan secara
luas dan lebih khusus lagi untuk Fluida. Satuan untuk tekanan dapat diperoleh dari rumus di
atas yaitu 1 Newton/m2 atau disebut dengan pascal. Jadi 1 N/m2=1 Pa (pascal). Bila suatu
cairan diberi tekanan dari luar, tekanan ini akan menekan ke seluruh bagian cairan dengan
sama prinsip ini dikenal sebagai hukum Pascal.

Jika gaya F bekerja tegak lurus bekerja pada benda seluas A, besarnya tekanan
secara matematis dituliskan sebagai berikut :

P = F/A

Keterangan : P = Tekanan (N/m2 atau pascal)

F = Gaya (N)

A = Luas permukaan benda (m2)

Persamaan diatas menyatakan bahwa tekanan p berbanding terbalik dengan luas


permukaan bidang tempat gaya bekerja. Jadi, untuk besar gaya yang sama, luas bidang
yang kecil akan mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada luas bidang yang besar.

8
2.3.3. Kekentalan ( Viskositas )

Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser (τ) pada waktu
bergerak atau mengalir. Kekentalan disebabkan adanya kohesi antara partikel zat cair
sehingga menyebabkan adanya tegangan geser antara molekul- molekul yang bergerak. Zat
cair ideal tidak memiliki kekentalan. Kekentalan zat cair dapat dibedakan menjadi dua yaitu
kekentalan dinamik (µ) atau kekentalan absolute dan kekentalan kinematis (ν).
Dalam beberapa masalah mengenai gerak zat cair, kekentalan dinamik dihubungkan
dengan kekentalan kinematik sebagai berikut:
ν = η/ρ
dengan ρ adalah rapat massa zat cair (kg/m3).
Kekentalan kinematik besarnya dipengaruhi oleh temperatur (T), pada temperatur yang
tinggi kekentalan kenematik zat cair akan relatif kecil dan dapat diabaikan

2.3.4. Tegangan Permukaan


Pada lapisan antara-muka (interface) antara cairan dan gas atau antara dua cairan yang
tidak dapat bercampur, akan terbentuk suatu selaput atau lapisan tipis yang disebabkan oleh
tarikan molekul-molekul cairan di bawah permukaan tersebut. Molekul-molekul pada
permukaan zat cair lebih rendah kerapatannya dan tarik-menarik satu sama lain.
Sifat yang disebut tegangan permukaan ini sesungguhnya terjadi akibat perbedaan tarik
menarik timbal balik antar molekul-molekul zat cair dekat permukaan dan molekul-molekul
yang terletak agak lebih jauh dari permukaan dalam massa zat cair yang sama.
Terbentuknya selaput pada lapisan antar muka berdasarkan energi permukaan atau kerja per
satuan luas yang diperlukan untuk membawa molekul-molekul ke permukaan. Energi per
satuan luas permukaan ini disebut koefisien tegangan permukaan dan diberi notasi s.
Tegangan permukaan s ini mempunyai dimensi energi per satuan luas atau gaya per satuan
panjang. Harga-harga tegangan permukaan untuk beberapa cairan dapat dilihat pada
lampiran Tabel A3.

9
Dua antar muka yang lazim adalah air-udara dan air raksa-udara. Untuk permukaan
yang bersih pada temperatur 200 C, harga tegangan permukaannya masing-masing adalah :
s air = 0,073 N/m
s air raksa = 0,51 N/m
Pada umumnya s mengecil dengan menurunnya suhu dan nilainya 0 pada titik kritis.
Tegangan permukaan berperan menghalangi pertumbuhan gelembung-gelembung gas kecil
dalam zat cair ketika dilewatkan melalui daerah bertekanan rendah.
Contoh-contoh efek yang ditimbulkan oleh sifat tegangan permukaan pada zat cair,
misalnya air biasanya naik lebih tinggi dari pinggiran sendok sebelum airnya tumpah atau
air dapat dituangkan kedalam sebuah gelas yang bersih sampai permukaan lebih tinggi dari
pada bibir gelas.
Jika antar-muka itu melengkung, maka terjadi perbedaan tekanan pada permukaan itu.
Perbedaan tekanan Dp permukaan diimbangi oleh gaya tarik yang disebabkan oleh
tegangan permukaan. Dalam gambar 2.1 diperlihatkan antar-muka lengkung yang
mempunyai bentuk : silinder ( gbr. 2.1a. ), tetes bulat ( gbr. 2.1b ) dan lengkung yang
umum ( gbr. 2.1c )
Gambar r 2.1. Antar-muka lengkung : a. Silinder b. Tetes bulat c. Lengkung umum.-
Pada antar-muka lengkung silinder berlaku hubungan :
2 RLPDp = 2 s L Dp = s / R
 Untuk antar-muka tetes bulat berlaku :
pR2Dp = 2 pRs
Dp = 2s / R
 Untuk antar-muka lengkung umum :
Dp = s ( 1 / R1 + 1 / R2 )

Contoh soal :

Berapakah harga tekanan di dalam sebuah tetes air yang bergaris tengah 0,05 mm pada
temperatur 200 C, jika tekanan diluar tetes itu adalah tekanan atmosfir standar.

10
Penyelesaian :
Dari soal diketahui : R = 0,05 mm/2 = 0,025 mm.
s = 0,073 N / m ( lihat tabel )
p1 = 1,03 x 105 N /m2 ( atmosfer standar )
untuk tetes bulat berlaku :

Dp = 2 s / R
P2 – P1 = 2 s / R
Jadi tekanan di dalam tetesan air, P2 :
P2 = P1 + 2 s /R
= 1,03 x 105 N/m2 + 2 . 0,073 N/m / 0,025 x 10-3 m
= 1,03 x 105 + 0,5840 x 105
= 1,6140 x 105 N/m2
2.3.5. Kapilaritas.
Naik atau turunnya cairan dalam suatu tabung kapiler ( atau dalam suatu keadaan
serupa, seperti misalnya dalam zat yang berpori ) disebabkan oleh tegangan permukaan dan
tergantung pada besarnya kohesi relatif cairan dan adhesi cairan ke dinding wadah
tempatnya. Cairan naik dalam tabung yang dibasahinya, dalam hal ini gaya adhesi lebih
besar dari gaya kohesi dan turun dalam tabung yang tak dibasahinya ( gaya kohesi lebih
besar dari adhesi ). Kapilaritas menjadi berarti bila menggunakan tabung-tabung yang garis
tengahnya lebih kecil dari kira-kira 10 mm.
Air akan naik setinggi h dalam pipa kapiler dan membasahi dinding kaca/pipa kapiler
itu dan permukan bebasnya berbentuk cekung dengan sudut kontak q. Sedangkan air raksa
akan turun dalam pipa kapiler dan tidak membasahi dinding kaca serta permukaan
bebasnya berbentuk cembung.

11
Besarnya tinggi kenaikkan air atau penurunan air raksa dalam pipa kapiler dengan
menggunakan tabung kaca berdiameter 0,2 inchi diperlihatkan dalam gambar 2.2.

Kapilaritas dalam tabung kaca

Besarnya sudut kontak q yang terbentuk antara zat cair dengan dinding kaca atau pipa
kapiler menentukan tinggi kenaikkan atau penurunan ( depresi ) zat cair dalam pipa kapiler
Apabila q < p / 2 ( 900 ) akan terjadi kenaikkan zat cair dalam pipa kapiler.
q = p / 2 ( 900 ) tidak mengalami kenaikkan atau penurunan.
q > p / 2 ( 900 ) akan terjadi penurunan dalam pipa kapiler.
Tinggi kenaikkan/penurunan zat cair dalam pipa kapiler dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
h = 2 s Cos q / ρ gr
Efek kapiler ini harus diperhitungkan jika menggunakan tabung-tabung bergaris tengah
kecil untuk mengukur tekanan.

Contoh soal :

Sampai ketinggian h berapa air pada temperatur 20 0 C akan naik dalam sebuah pipa kaca
bersih berdiameter 2,5 mm.

Jawab :

12
Dari soal diberikan :
s = 0,073 N/m ( lihat tabel )
q = 00 ( kaca bersih )
r = 1,25 x 10-3 m
h = 2 s Cos q / ♪ gr.
= 2 . 0,073 . Cos 0 / 1000 . 9,81 . 1,25 x 10-3
= 0,012 m
= 12 mm.

2.4. Tekanan Hidrostatis

Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan hidrostatis
disebabkan oleh fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang dialami oleh suatu titik di
dalam fluida diakibatkan oleh gaya berat fluida yang berada di atas titik tersebut. Jika
besarnya tekanan hidrostatis pada dasar tabung adalah p, menurut konsep tekanan, besarnya
p dapat dihitung dari perbandingan antara gaya berat fluida (F) dan luas permukaan bejana
(A).

P = F = gaya berat fluida .


A luas permukaan bejana
Gaya berat fluida merupakan perkalian antara massa fluida dengan percepatan gravitasi
Bumi, ditulis :

ρ = m fluida A

Oleh karena m = ρ.V persamaan tekanan oleh fluida dituliskan sebagai p =

Volume fluida di dalam bejana merupakan hasil perkalian antara luas permukaan
bejana (A) dan tinggi fluida dalam bejana (h). Oleh karena itu, persamaan tekanan di dasar
bejana akibat fluida setinggi h dapat dituliskan menjadi : P = = ρ.g.h

13
Jika tekanan hidrostatis dilambangkan dengan ph, persamaannya dituliskan sebagai berikut :

Dengan : Ph = Tek anan hidrostatis (N/m2)

Ph = ρ.g.h ρ = Massa jenis (kg/m3)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

h = Ketinggian (m)

Semakin tinggi dari permukaan Bumi, tekanan udara akan semakin berkurang.
Sebaliknya, semakin dalam Anda menyelam dari permukaan laut atau danau, tekanan
hidrostatis akan semakin bertambah. Mengaa demikian? Hal tersebut disebabkan oleh gaya
berat yang dihasilkan oleh udara dan zat cair. Anda telah mengetahui bahwa lapisan udara
akan semakin tipis seiring bertambahnya ketinggian dari permukaan Bumi sehingga
tekanan udara akan berkurang jika ketinggian bertambah. Adapun untuk zat cair, massanya
akan semakin besar seiring dengan bertambahnya kedalaman. Oleh karena itu, tekanan
hidrostatis akan bertambah jika kedalaman bertambah.

2.4.1. Manometer Pipa Terbuka

Manometer pipa terbuka adalah alat pengukur tekanan gas yang paling sederhana. Alat
ini berupa pipa berbentuk U yang berisi zat cair. Ujung yang satu mendapat tekanan sebesar
p (dari gas yang hendak diukur tekanannya) dan ujung lainnya berhubungan dengan
tekanan atmosfir (p0).

2.4.2. Barometer

Barometer raksa ini ditemukan pada 1643 oleh Evangelista Torricelli, seorang ahli
Fisika dan Matematika dari Italia. Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara.
Barometer umum digunakan dalam peramalan cuaca, dimana tekanan udara yang tinggi
menandakan cuaca bersahabat, sedangkan tekanan udara rendah menandakan kemungkinan
badai. Ia mendefinisikan tekanan atmosfir dalam bukunya yang berjudul “A Unit of

14
Measurement, The Torr” Tekanan atmosfer (1 atm) sama dengan tekanan hidrostatis raksa
(mercury) yang tingginya 760 mm. Cara mengonversikan satuannya adalah sebagai berikut.

ρ raksa × percepatan gravitasi Bumi × panjang raksa dalam tabung atau

(13.600 kg/cm3 )(9,8 m/s2)(0,76 m) = 1,103 × 105 N/m2

Jadi, 1 atm = 76 cmHg = 1,013 × 105 N/m2

2.4.3. Pengukur Tekanan Ban

Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan udara di dalam ban. Bentuknya berupa
silinder panjang yang di dalamnya terdapat pegas. Saat ujungnya ditekankan pada pentil
ban, tekanan udara dari dalam ban akan masuk ke dalam silinder dan menekan pegas.
Besarnya tekanan yang diterima oleh pegas akan diteruskan ke ujung lain dari silinder yang
dihubungkan dengan skala. Skala ini telah dikalibrasi sehingga dapat menunjukkan nilai
selisih tekanan udara luar (atmosfer) dengan tekanan udara dalam ban.

Contoh soal :

1. Sebuah tempa air berbentuk kubus memiliki panjang rusuk 60 cm diisi 180 liter air
(massa jenis air = 103 kg/m3). Jika g = 10 m/s2, tentukan :

a. tekanan hidrostatik pada dasar kubus;

b. gaya hidrostatik pada dasar kubus;

c. gaya hidrostatik pada titik B yangberjarak 0,25 m dari permukaan air.

2. Sebuah pipa U berisi dua cairan dengan kerapatan berbeda pada keadaan setimbang. Di
pipa sebelah kiri berisi minyak yang tidak diketahui kerapatannya, di sebelah kanan berisi
air dengan kerapatan 1000 kg/m3. Bila selisih ketinggian di permukaan air adalah h=13 mm
dan selisih ketinggian antara minyak dan air adalah 15 mm. Berapakah kerapatan
minyak ?

15
3. Dalam sebuah bejana diisi air (ρ = 1000 kg/m3). Ketinggian airnya adalah 85cm. Jika g =
10 m/s2 dan tekanan udara 1 atm, maka tentukan :

a. tekanan hidrostatis di dasar bejana;

b. tekanan mutlak di dasar bejana.

Penyelesaian :

1. Diketahui:

V = 180 L = 0,18 m3; ρ = 103 kg/m3

g = 10 m/s2; A = 0.36 m2

s = 60 cm; hB = 0,25 m

hA = = = 0,5

jawab :

a. PA = ρ.g.h

= 1000.10.0,5 = 5000 Pa

b. FA = PA.A

= 5000.0,36 = 1800 N

16
c. PB = ρ.g

= 1000.10.0,25 = 2500 Pa

FB = PB.A

= 2500.0,25 = 900 N

Jadi besar tekanan hidrostatis pada dasar kubus adalah P A = 5000 Pa, gaya hidrostatis pada
dasar kubus adalah FA = 1800 N, dan gaya hidrostatis pada titik B adalah FB = 900 N.

2. Tekanan di sebelah kiri pipa disebabkan karena tekanan atmosfer dan berat minyak.
Tekanan di sebelah kanan pipa adalah karena berat air dan tekanan atmosfer. Tekanan pada
titik yang segaris adalah sama sehingga :

P1 = P2

ρ1.g1.h1 = ρ2.g2.h2

ρ1.h1 = ρ1.h2 => ρ1 = = = 866,7 kg/m3

Jadi kerapatan minyak adalah 866,7 kg/m3

3. Diketahui :

h = 85 cm = 0,85 m; ρ = 1000 kg/m3;

Pu = 1 atm; g = 10 m/s2.

17
Jawab :

a. Tekanan hidrostatis di dasar bejana.

Ph = ρ.g.h

= 1000.10.0.85

= 8,5.103 Pa.

b. Tekanan mutlak di dasar bejana.

PA = Pu + Ph

= 105 + 8,5.103

= 1,085.103 Pa.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Makalah ini dapat disimpulkan bahwa Pada Mekanika Fluida pada Ruang ingkupnya
sangat banyak dan sangat bedekatan pada kehidupan manusia. Mekanika Fludia juga
terdapat yang bergerak serta terdapat satuan-satuan sehingga Mekanika Fluida dapat di
hitung dari sifat – sifat fluidanya.
3.2. Saran
Dengan makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca, agar lebih memperhatikan
di sekitarnya untuk lebih memhami tentang Mekanika Fluida karena Mekanika Fluida
sangat berdekatan dengan kehidupan sehari-hari manusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

John A. Roberson, Clayton T.Crowe, 1997 “Engineering Fluid Mechanics” , Sixth Edition,
John Wiley & Sons, Inc.
Ranald. V. Giles, 1996, “Mekanika Fluida dan Hidraulika” , Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
Dugdale H.R, 1986, “Mekanika Fluida” , Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.
Frank. M. White, 1994, “Mekanika Fluida” , Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
Robert L. Daugherty, Joseph B. Franzini, 1989, “Fluid Mechanics With Engineering
Applications”, McGraw-Hill Book Company.

20

Anda mungkin juga menyukai