Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH FISIKA DASAR I

FLUIDA STATIS






OLEH :
NI NYOMAN SRI AYU WIKANTARI 1313021001
PUTU SONIA VIRGAWATI PRATIWI 1313021040
NI PUTU PANCA DEWI SAVITRI 1313021043
NI KADEK ARYDANI BASUNARI 1313021052
I GEDE WIYUSA 1313021055
SEMESTER/KELAS I/A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013

ii

PRAKATA

Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat beliaulah makalah yang berjudul
Fluida Statis dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. A.A.
Istri Agung Rai Sudiatmika, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik, atas arahan yang diberikan kepada penulis. Tidak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang sedianya
ikut andil dalam penyusunan makalah ini dan berbagai sumber yang penulis
dapatkan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis senantiasa membuka diri terhadap kritik dan saran yang
membangun, untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Om Santih, Santih, Santih, Om.





Singaraja, 6 Desember 2013


Penulis




iii

DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pengertian Fluida Statis .................................................................... 4
2.2 Massa Jenis dan Tekanan ................................................................. 4
2.3 Hukum-Hukum Dasar Fluida Statis dan Penerapannya .................... 11
2.4 Tegangan Permukaan dan Kapilaritas serta Penerapannya ............... 23

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ......................................................................................... 31
3.2 Saran ............................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Benda dalam bejana........................................................ 7
Gambar 2. Tekanan pada berbagai bentuk bejana............................ 8
Gambar 3. Hukum pokok hidrostatis................................................ 9
Gambar 4. Dongkrak hidrolik............................................................ 12
Gambar 5. Mesin pengangkat mobil................................................. 12
Gambar 6. Tensimeter....................................................................... 13
Gambar 7. Rem hidrolik.................................................................... 14
Gambar 8. Pompa hidrolik ban sepeda............................................. 14
Gambar 9. Mesin pengepress kapas............................................... 15
Gambar 10. Berat benda dalam zat cair dan berat sesungguhnya..... 16
Gambar 11. Berat benda di air diukur menggunakan neraca pegas.. 17
Gambar 12. Benda tenggelam........................................................... 18
Gambar 13. Benda melayang............................................................. 18
Gambar 14. Benda terapung............................................................. 19
Gambar 15. Hidrometer..................................................................... 20
Gambar 16. Prinsip kerja hidrometer............................................... 20
Gambar 17. Kapal selam................................................................... 21
Gambar 18. Kapal laut...................................................................... 22
Gambar 19. Jembatan piston............................................................. 22
Gambar 20. Balon udara.................................................................... 23
Gambar 21. Resultan gaya benda A dan B......................................... 23
Gambar 22. Peralatan kawat berbentuk U......................................... 24
Gambar 23. Meniskus cekung pada bejana berisi air (kiri) dan
meniskus cembung pada bejana berisi raksa (kanan)... 27
Gambar 24. Keadaan pipa kapiler dengan tegangan kapilernya....... 28



1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari alam. Manusia lahir, hidup,
dan mati di alam. Alam menunjukkan fenomena-fenomena penting untuk
hidup manusia. Tidak sedikit dari peristiwa penting tersebut dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, peristiwa yang terjadi disekeliling kita
berhubungan dengan pengetahuan, baik yang bermanfaat maupun tidak
bermanfaat. Namun, kesadaran manusia akan pentingnya alam itu sendiri
masih terlalu kecil dibandingkan apa yang alam berikan pada manusia.
Keterbatasan kemampuan manusia menyebabkan tidak optimalnya
pengembangan fenomena alam bagi kehidupan kita.
Fisika merupakan salah satu dari sekian banyak ilmu pengetahuan di alam
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Penerapan ilmu-ilmu
Fisika bisa dirasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya,
penerapan ilmu Fisika dalam menganalisis gejala-gejala alam. Konsep Fisika
diperlukan sebagai dasar kajian untuk mendeteksi, memperkirakan, bahkan
menganalisis gejala-gejala apa saja yang akan terjadi. Selain itu, banyaknya
penemuan-penemuan Fisika yang bermunculan seiring perkembangan zaman
semakin mempermudah aktivitas manusia. Kajian ilmu Fisika juga
diaplikasikan pada kehidupan, misalnya saja penerapan hukum Fisika pada
dongkrak hidraolik, kapal selam, susunan batuan bumi, dan lainnya.
Bagian fisika yang mempelajari tekanan-tekanan dan gaya-gaya dalam zat
cair disebut Hidrolika atau Mekanika Fluida yang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu (1) Hidrostatika yang mempelajari tentang gaya maupun tekanan di
dalam zat cair yang diam dan (2) Hidrodinamika yang mempelajari gaya-gaya
maupun tekanan di dalam zat cair yang bergerak (mekanika fluida bergerak).
Ada tiga jenis wujud zat, yaitu: zat padat, zat cair dan gas. Fluida adalah zat
yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan
bentuk ketika ditekan. Fluida secara umum dibagi menjadi dua macam, yaitu
fluida tak bergerak (hidrostatis) dan fluida bergerak (hidrodinamis). Pada
2

makalah ini pembahasan fokus pada fluida statis, hidrostatis (Bueche dan
Hecht, 2006).
Untuk lebih menambah pemahaman kita tentang materi Fisika, maka
diperlukan suatu bahasan mengenai materi fisika, khususnya mengenai fluida
statis. Hal itulah yang melatarbelakangi penulisan makalah berjudul Fluida
Statis ini. dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang pengertian
fluida statis, konsep massa jenis dan tekanan, hukum-hukum dasar fluida statis
beserta penerapannya, serta konsep tegangan dan kapilaritas beserta
penerapannya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
hal sebagai berikut.
- Apa pengertian dari fluida statis?
- Bagaimana massa jenis dan tekanan?
- Bagaimana hukum-hukum dasar fluida statis serta penerapannya?
- Bagaimana tegangan permukaan dan kapilaritas serta penerapannya?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini, antara lain:
- Untuk mengetahui pengertian fluida statis.
- Untuk memahami massa jenis dan tekanan.
- Untuk memahami hukum-hukum dasar fluida statis serta penerapannya.
- Untuk memahami konsep tegangan permukaan dan kapilaritas serta
penerapannya.

1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :



3

- Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini, diharapkan mampu memberikan
pengalaman bagi penulis dalam penyusunan makalah, serta pemahaman
lebih kepada penulis tentang konsep fluida statis.
- Bagi Pembaca
Pembuatan makalah ini, diharapkan mampu memberikan informasi
serta menjadi referensi mengenai konsep fluida statis kepada pembaca.
Selain itu, pembaca juga diharapkan mengetahui aplikasi konsep dari
fluida statis ini.


4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fluida Statis
Secara umum, terdapat tiga fase dari materi, yaitu fase padat, cair dan gas.
Benda padat yang mampu mempertahankan bentuk dan volumenya, karena
jarak antar partikel benda tersebut sangat dekat (kerapatannya besar), karena
hal itulah benda padat disebut dengan benda tegar. Sedangkan benda cair dan
gas tidak mampu mempertahankan bentuk yang tetap, maka kedua jenis benda
tersebut memiliki kemampuan untuk mengalir. Sifat mengalir tersebut disebut
sebagai fluida. Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan
diri dengan bentuk wadah tempatnya (Soemitro, 1984).
Fluida adalah zat yang dapat mengalir atau sering disebut zat Alir. Fluida
dapat mencakup zat cair atau gas. Zat cair adalah fluida yang non kompresibel
(tidak dapat ditekan) artinya tidak berubah volumenya jika mendapat tekanan.
Sedangkan, zat gas adalah fluida yang kompresibel, artinya dapat ditekan.
Fluida statis yaitu fluida dalam keadaan diam atau setimbang mekanik.
Artinya, resultan gaya-gaya yang bekerja pada fluida dalam keadaan
setimbang mekanik haruslah sama dengan nol (Bueche dan Hecht, 2006).
. Dalam makalah ini, bahasan fluida dibatasi dengan membicarakan fluida
ideal saja. Beberapa sifat fluida ideal, antara lain (1) tidak kompresibel artinya
tidak mengalami perubahan volume akibat adanya tekanan, (2) ketika
bergerak tidak mengalami gesekan, dan (3) alirannya stasioner yaitu aliran
yang konstan.

2.2 Massa Jenis dan Tekanan
2.2.1 Massa Jenis
Menurut Bueche dan Hecht (2006), massa jenis sering disebut
dengan rapat jenis. Rapat sendiri merupakan ukuran jarak
antarpartikel penyusun suatu benda. Dengan demikian, massa jenis
adalah ukuran kerapatan atau jarak antarpartikel penyusun masing-
masing benda. Massa jenis yang dilambangkan dengan rho ( ),
5

didefinisikan sebagai massa per satuan volume. Secara matematis
dapat ditulis:
Keterangan: = massa jenis (kg/m
3
)
m = massa (kg)
V = volume (m
3
)
Secara fisis, massa jenis suatu benda akan berbanding lurus dengan
massa benda dan berbanding terbalik dengan volume benda tersebut.
Jadi, ketika sebuah benda yang memiliki massa sama, namun
volumenya berbeda maka benda yang memiliki volume lebih besar
kerapatannya/massa jenisnya akan lebih kecil (berbanding terbalik).
Dan ketika sebuah benda dengan volume yang sama, namun dengan
massa yang berbeda maka benda dengan massa yang lebih besar akan
memiliki kerapatan/massa jenis yang lebih besar (berbanding lurus).
Untuk benda dengan massa dan volume yang berbeda, maka massa
jenisnya tidak bisa dibandingkan secara langsung. Nilai dari massa
jenis tersebut bergantung pada nilai massa dan volumenya (Surya,
2010).
Contohnya, orang sering mempersepsikan bahwa besi lebih berat
daripada kayu. Hal ini belum tentu benar karena satu batang kayu
yang besar akan lebih berat dari sebuah paku besi. Dalam kondisi
tersebut, kayu lebih berat dibandingkan besi, namun besi lebih rapat
dari kayu atau massa jenis besi lebih besar dari kayu.
Aplikasi yang berkaitan dengan massa jenis, yaitu kapal selam dan
lapisan batuan penyusun bumi. Pertama, kapal selam adalah kapal
yang khusus didesain untuk menyelam ke dalam laut pada kedalaman
tertentu. Kapal selam dapat terapung, melayang, dan tenggelam
karena massa jenis kapal tersebut dapat diatur lebih kecil, lebih besar,
dan sama dengan massa jenis air laut. Pada saat berada di permukaan
air, massa jenis kapal selam lebih kecil dibandingkan dengan massa
jenis air laut. Kemudian ketika hendak menyelam, massa jenis kapal
diperbesar dengan cara memasukkan air laut kedalam tangki

6

pemberat. Lalu, pada saat kapal hendak muncul, air di dalam tangki
dikeluarkan.
Kedua adalah lapisan batuan penyusun bumi. Batuan yang
memiliki massa jenis paling kecil berada pada lapisan paling atas
sedangkan yang memiliki massa jenis lebih besar berada pada lapisan
dibawahnya. Lapisan batuan dari yang memiliki massa jenis besar ke
yang bermassa jenis kecil, yaitu batuan gamping, batuan serpih,
batuan pasir (lapisan batuan konglomerat).

2.2.2 Tekanan
Menurut Umar (2008), tekanan (P) adalah satuan fisika untuk
menyatakan gaya per satuan luas. Secara matematis ditulis:
Keterangan: P = tekanan (N/m
2
atau Pa)
F = gaya (N)
A = Luas bidang sentuh (m
2
)
Secara fisis, tekanan suatu benda akan berbanding lurus dengan
gaya tekannya dan berbanding terbalik dengan luas permukaan bidang
sentuhnya. Contohnya adalah tekanan sepatu pada tanah. Tekanan
pada sepatu biasa dengan sepatu highheels akan berbeda. Sepatu biasa
memiliki luas permukaan yang besar dibandingkan sepatu berhak
tinggi. Akibatnya, tekanan yang ditimbulkan pada tanah juga berbeda.
Tekanan sepatu biasa akan lebih kecil dibandingkan tekanan sepatu
highheels.
Dalam fluida statis, terdapat tiga macam tekanan yang akan
dibahas, yaitu:
A. Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis adalah tekanan zat cair yang hanya
disebabkan berat zat cair itu sendiri. Tekanan Hidrostatis adalah
tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan hidrostatis juga
bergantung pada massa benda dan kedalaman benda dalam suatu
cairan.

7

Tinjau sebuah tabung yang luas penampang alasnya A berisi zat
cair sedalam h, seperti pada gambar . Volume cairan itu :


V = Ah ...................................... (1)
Jika massa jenis cairan , maka massa jenis cairan yaitu:
=
V
m
m = V ...................................... (2)
Berat cairan didapatkan:
W = mg = Vg ...................................... (3)

Gaya yang bekerja di dasar tabung adalah gaya berat zat cair (W).
substitusikan sehingga diperoleh :
A
F
P =
A
w
P = (substitusikan persamaan 3)
A
Vg
P

= (substitusikan persamaan 1 dan 2)
hg
A
Ahg
P

= =


Keterangan:
P
h
= Tekanan hidrostatis (N/m
2
atau Pa)
= massa jenis zat cair (kg/m
3
)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s
2
)
h = kedalaman benda dari permukaan zat cair (m)

Gambar 1. Benda dalam bejana.
gh P
h
=
8

Dengan demikian, untuk satu jenis zat cair, besar tekanan di
dalamnya bergantung pada kedalamannya. Setiap benda yang
berada dalam kedalaman yang sama akan mengalami tekanan
hidrostatis yang sama pula.
Pada tekanan hidrostatis juga dikenal istilah paradoks hidrolik.
Perhatikan gambar 2! Sekilas tampaknya tekanan masing-masing
bejana akan terlihat berbeda. Tetapi jika diperhatikan kembali, hal
yang mempengaruhi tekanan adalah ketinggian atau kedalaman
bukan bentuk bejana. Keadaan yang tampaknya berlawan ini
disebut sebagai paradoks hidrostatik. Tekanan dititik A, B, C, D,
dan E adalah sama. Maka, karena volume tidak berpengaruh pada
besarnya tekanan hidrostatik, apapun bentuk wadahnya jika
kedalamannya sama akan menghasilkan tekanan hidrostatik yang
sama pula.

Gambar 2. Tekanan pada berbagai bentuk bejana

Hukum pokok hidrostatika
Untuk semua titik yang terletak pada kedalaman yang sama
maka tekanan hidrostatikanya sama. Oleh karena permukaan zat
cair terletak pada bidang datar, maka titik-titik yang memiliki
tekanan yang sama terletak pada suatu bidang datar. Jadi semua
titik yang terletak pada bidang datar didalam satu jenis zat cair
memiliki tekanan yang sama, ini dikenal dengan hukum pokok
hidrostatika (Bueche dan Hecht, 2006).


9



Gambar 3. Hukum pokok Hidrostatis
Berdasarkan gambar di atas, maka:
(kiri) (kanan)

2 2 1 1
h g h g
P P
B A
=
=


3 3 2 2 1 1
h g h g h g
P P
B A
= +
=



2 2 1 1
h h =
3 3 2 2 1 1
h h h = +

Aplikasi Tekanan Hidrostatis
Aplikasi dari tekanan hidrostatis adalah pembuatan dinding
bendungan. Semakin dalam, dinding bendungan dibuat semakin
tebal. Hal ini disebabkan karena tekanan hidrostatis akan semakin
besar. Sehingga untuk tetap mempertahankan fungsi bendungan,
semakin dalam suatu bendungan, dindingnya harus dibuat semakin
tebal untuk meminimalisir efek dari tekanan tersebut.
Selain dinding bendungan, kapal selam adalah contoh penerapan
tekanan hidrostatik. Kapal selam terbuat dari bahan yang sangat
kokoh dan kuat serta memiliki bentuk hampir bulat. Hal ini
dimaksudkan untuk mengatasi besarnya tekanan hidrostatik di
dalam kapal selam.
B. Tekanan Gauge
Tekanan gauge atau tekanan terukur adalah tekanan fluida yang
diukur relatif terhadap tekanan atmosfer. Penunjukan tekanan oleh
alat ukur tekanan pada tangki dan pada alat lain merupakan tekanan
terukur atau tekanan gauge. Alat ukur tekanan gas disebut
10

manometer tertutup. Perlu diperhatikan bahwa udara di bumi atau
yang disebut atmosfer ini memiliki tekanan ke segala arah.
Tekanan ini disebut tekanan luar atau tekanan atmosfer. Tekanan
terukur sesungguhnya merupakan tekanan relatif antara tekanan
mutlak (absolut) dan tekanan atmosfer. Tekanan gauge juga
menunjukkan perbedaan tekanan fluida yang dihubungkan dengan
udara lingkungan. Untuk mengukur tekanan atmosfer digunakan
barometer.
Menurut Giancoli (2001), tekanan gauge biasanya dirumuskan
sebagai berikut:
Pg = Pa - P
Dimana, P = tekanan mutlak (Pa)
Pa = tekanan atmosfer (Pa/bar)
Pg = tekanan terukur atau gauge (Pa)
Tekanan hidrostatis merupakan tekanan terukur. Sehingga di
dalam zat cair, tekanan gauge bisa dicari dengan rumus tekanan
hidrostatis, yaitu:


C. Tekanan Mutlak
Tekanan mutlak merupakan tekanan total hasil penjumlahan
tekanan hidrostatik dengan tekanan atmosfer (udara). Seperti
ditunjukkan rumus berikut:


Dimana, P = tekanan mutlak (Pa)
Pa = tekanan atmosfer (Pa/bar)
Pg = tekanan terukur atau gauge (Pa)
Sebagai contoh, sebuah ban yang mengandung udara dengan
tekanan gauge 2 bar memiliki tekanan mutlak kira-kira 3 bar, sebab
tekanan atmosfer pada permukaan laut kira-kira 1 bar.
Pg = gh P =

11

Tekanan udara luar umumnya disebut tekanan atmosfer. Pada
ketinggian nol terhadap permukaan laut tekanannya 1 atm = 76
cmHg. Menurut Soemitro (1984), semakin tinggi suatu tempat,
maka tekanan udaranya makin kecil. Setiap kenaikan 10 m, maka
tekanan turun 1 mmHg. Hubungan ketinggian tempat dengan
tekanan dinyatakan sebagai berikut:



Keterangan:
P = Tekanan suatu tempat di atas permukaan laut (cmHg)
h = ketinggian tempat dari permukaan laut (m)

2.3 Hukum-Hukum Dasar Fluida Statis serta Penerapannya
2.3.1 Hukum Pascal
Atmosfir bumi memberikan tekanan pada semua benda yang
bersentuhan dengannya, termasuk fluida lainnya. Tekanan luar yang
bekerja pada fluida disalurkan ke seluruh fluida. Ini merupakan
prinsip umum yang dicetuskan oleh filsuf dan ilmuwan Prancis Blaise
Pascal ( 1623-1662 ). Prinsip Pascal menyatakan bahwa tekanan yang
diberikan pada fluida dalam suatu tempat akan menambah tekanan
keseluruhan dengan besar yang sama (Giancoli, 2001). Berdasarkan
hal tersebut dapat dirumuskan :


Dengan, F = gaya yang bekerja (N)
A = luas penampang benda (m
2
)
P = 76 cmHg -
m
h
10
(1 mmHg)
12

Dalam satuan SI pascal disimbolkan dengan Pa. Satu pascal setara
dengan satu newton per meter persegi.

Penerapan Prinsip Pascal dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Dongkrak hidrolik

Gambar 4. Dongkrak hidrolik
Prinsip kerja dongkrak hidrolik adalah dengan memanfaatkan
hukum Pascal. Dongkrak hidrolik terdiri dari dua tabung
berhubungan yang memiliki diameter berbeda ukuran. Masing-
masing ditutup dan diisi air. Mobil diletakkan di atas tutup tabung
yang berdiameter besar. Jika kita memberikan gaya yang kecil pada
tabung yang berdiameter kecil, tekanan akan disebarkan secara
merata ke segala arah termasuk ke tabung besar tempat diletakkan
mobil. Dengan menaikturunkan piston, maka tekanan pada tabung
pertama akan dipindahkan ke tabung kedua sehingga dapat
mengangkat beban yang berat.
b. Mesin Pengangkat mobil

Gambar 5. Mesin Pengangkat mobil
13

Aplikasi hukum pascal berikutnya adalah mesin hidrolik
pengangkat mobil ini memiliki prinsip yang sama dengan dongkrak
hidrolik. Perbedaannya terletak pada perbandingan luas penampang
pengisap yang digunakan. Pada mesin pengangkat mobil,
perbandingan antara luas penampang kedua pengisap sangat besar
sehingga gaya angkat yang dihasilkan pada pipa berpenampang
besar dan dapat digunakan untuk mengangkat mobil.
c. Tensimeter atau sfigmomanometer

Gambar 6. Tensimeter
Prinsip kerjanya, cairan yang tekanannya akan diukur harus
memiliki berat jenis yang lebih rendah dibanding cairan manometrik,
oleh karena itu pada alat pengukur tekanan darah dipilih air raksa
sebagai cairan manometrik karena air raksa memiliki berat jenis
yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah. Berikut
skema pengukuran tekanan menggunakan manometer. Tekanan
dalam fluida statis adalah sama pada setiap tingkat horisontal
(ketinggian) yang sama, sehingga untuk lengan tangan kiri
manometer untuk lengan tangan kanan manometer. Disini kita
mengukur tekanan tolok (gauge pressure), kita dapat menghilangkan
P atmosfer. Dari persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa tekanan pada A sama dengan tekanan cairan manometrik
pada ketinggian h
2
dikurangi tekanan cairan yang diukur pada
ketinggian h
2
. Dalam kasus alat pengukur tekanan darah yang
menggunakan air raksa, berarti tekanan darah dapat diukur dengan
menghitung berat jenis air raksa dikali gravitasi dan ketinggian air
raksa kemudian dikurangi berat jenis darah dikalikan gravitasi dan
ketinggian darah.
14

d. Rem hidrolik

Gambar 7. Rem Hidrolik
Setiap rem mobil dihubungkan oleh pipa-pipa menuju ke silinder
master. Pipa-pipa penghubung dan master diisi penuh dengan
minyak. Ketika kaki menekan pedal rem, master silinder tertekan.
Tekanannya diteruskan oleh minyak rem ke setiap silinder rem (ada
4 buah). Gaya tekan pada silinder rem menekan sepasang sepatu rem
sehingga, menjepit piringan logam. Akibatnya, jepitan ini
menimbulkan gesekan pada piringan yang melawan arah gerak
piringan hingga akhirnya menghentikkan putaran roda.

e. Pompa hidrolik

Gambar 8. Pompa Hidrolik Ban Sepeda
15

Pompa hidrolik menggunakan energi kinetik dari cairan yang
dipompakan pada suatu kolom dan energi tersebut diberikan pukulan
yang tiba-tiba menjadi energi berbentuk lain (energi tekan). Pompa
ini berfungsi untuk mentransfer energi mekanik menjadi energi
hidrolik. Pompa hidrolik bekerja dengan cara menghisap oli dari
tangki hidrolik dan mendorongnya kedalam sistem hidrolik dalam
bentuk aliran (flow). Aliran ini yang dimanfaatkan dengan cara
merubahnya menjadi tekanan. Tekanan dihasilkan dengan cara
menghambat aliran oli dalam sistem hidrolik.
Hambatan ini dapat disebabkan oleh orifice, silinder, motor
hidrolik, dan aktuator. Pompa hidrolik yang biasa digunakan ada dua
macam yaitu positive dan nonpositive displacement pump. Ada dua
macam peralatan yang biasanya digunakan dalam merubah energi
hidrolik menjadi energi mekanik yaitu motor hidrolik dan aktuator.
Motor hidrolik mentransfer energi hidrolik menjadi energi mekanik
dengan cara memanfaatkan aliran oli dalam sistem merubahnya
menjadi energi putaran yang dimanfaatkan untuk menggerakan roda,
transmisi, pompa dan lain-lain.

f. Alat press hidrolik pada Pengepress Kapas

Gambar 9. Mesin Pengepress Kapas
16

Prinsip kerja alat press hidrolik, silinder kecil terdiri dari sebuah
pompa yang akan menekan cairan dibawah pengisap kecil. Tekanan
pada pengisap kecil akan diteruskan oleh cairan dengan besar sama
kuat menuju penghisap besar pada silinder yang besar. Akibatnya
akan ada dorongan ke atas pada pengisap besar. Dorongan ini akan
mengepress kapas yang diletakkan pada sebuah ruang diatas
pengisap besar.

2.3.2 Hukum Archimedes
Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip
pengapungan diatas benda cair yang ditemukan oleh Archimedes
(287-212 SM), seorang ilmuwan Yunani yang juga merupakan
penemu pompa spiral untuk menaikan air yang dikenal dengan istilah
Sekrup Archimedes. Hukum Archimedes berhubungan dengan gaya
berat dan gaya ke atas suatu benda jika dimasukan kedalam air. Bunyi
hukum Archimedes, "Bila sebuah benda diletakkan di dalam fluida,
maka fluida tersebut akan memberikan gaya ke atas (F
A
) pada benda
tersebut yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan
oleh benda tersebut".





Gambar 10. Berat benda dalam zat cair dan berat sesungguhnya

Dari gambar dapat kita lihat bahwa besarnya berat benda di udara
(W
U
) adalah:
Wudara = W
U
= m .g ..................................................(1)
Sedangkan berat benda di dalam air (Wair), yaitu :
Wair = W
U
Fa = m.g Fa ......................................(2)
17

dimana: m = massa benda (kg)
g = percepatan grafitasi bumi (m/det2)
W = berat benda (N)
Fa = gaya ke atas (N)
Dari persamaan (2) di atas tampak jelas bahwa Wair lebih kecil
dari Wudara. Hal ini terjadi karena ada gaya apung ke atas yang
dikerjakan oleh fluida. Gaya apung terjadi karena tekanan dalam
sebuah fluida naik sebanding dengan kedalaman. Dengan demikian,
tekanan ke atas pada permukaan bawah benda yang tenggelam lebih
besar daripada tekanan ke bawah pada permukaan atas benda. Gaya
apung didefinisikan sebagai selisih antara gaya ke atas yang dilakukan
oleh fluida di bagian bawah benda dengan gaya ke bawah yang
dilakukan oleh fluida di bagian atas benda (Satriawan, 2007).


Gambar 11. Berat benda di air diukur menggunakan neraca pegas
Secara matematis, hukum Archimedes dapat ditulis sebagai
berikut:
Gaya ke atas = Berat fluida yang dipindahkan.
Fa = Wf
Fa = mf .g ....................................(4)
Dari persamaan :
mf = f . v
Sehingga :
............................(5)

3 lb
Fa = f .g .vbf

18


Dimana : Fa = gaya ke atas (N)
f = massa jenis fluida (kg/m3)
g = Percepatan grafitasi bumi (m/det2)
vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
Jika benda diletakkan di dalam zat cair, maka akan memiliki 3 macam
keadaan:
1. Benda Tenggelam





Gambar 12. Benda Tenggelam
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam
jika berat benda (w) lebih besar dari gaya ke atas (Fa).
W > Fa
b . Vb . g > a .Va . g
b > a
Volume bagian benda yang tenggelam bergantung dari rapat massa
zat cair ().

2. Benda Melayang




Gambar 13. Benda Melayang
19

Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang
jika berat benda (w) sama dengan gaya ke atas (Fa) atu benda
tersebut tersebut dalam keadaan setimbang
w = Fa
b .Vb . g = a . Va . g
b = a

3. Benda Terapung




Gambar 14. Benda Terapung

Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung
jika berat benda (w) lebih kecil dari gaya ke atas (Fa).
w < Fa
b . Vb . g < a . Va . g
b < a
Selisih antara W dan FA disebut gaya naik (Fn).
Fn = FA - W
Benda terapung tentunya dalam keadaan setimbang, sehingga
berlaku :
FA = W . Vb
2
. g = rb . Vb
1
. g
Dengan:
FA = Gaya ke atas yang dialami oleh bagian benda yang
tercelup di dalam zat cair.
Vb
1
= Volume benda yang berada dipermukaan zat cair.
Vb
2
= Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb = Vb
1
+ Vb
2


20

FA = rc . Vb2 . g
Berat (massa) benda terapung = berat (massa) zat cair yang
dipindahkan

Penerapan Hukum Archimedes dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk mengukur berat jenis atau
massa jenis zat cair. Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Agar tabung
kaca tersebut terapung dan tegak dalam zat cair, maka bagian
bawahnya diberi butiran timbal yang berfungsi sebagai beban. Makin
besar massa jenis zat cair, makin sedikit bagian hidrometer yang
tenggelam. Hidrometer banyak digunakan untuk mengetahui besar
kandungan air pada bir atau susu.
Cara penggunaannya adalah
dengan mencelupkan hidrometer
ke dalam zat cair. Di dalam zat
cair, hidrometer akan mengapung
karena adanya gaya ke atas oleh
zat cair. Kedalaman hidrometer
berbeda-beda bergantung pada
jenis zat cair. Apabila massa jenis
zat cair semakin besar, tangkai
hidrometer yang terlihat muncul dari permukaan zat cair semakin
panjang. Sebaliknya, apabila massa jenis zat cair semakin kecil,
tangkai hidrometer yang terlihat pada permukaan zat cair semakin
pendek. Massa jenis yang diukur merupakan massa jenis
relatif. Massa jenis relatif adalah perbandingan antara massa jenis zat
cair yang diukur dan massa jenis air.
Dasar matematis prinsip kerja hidrometer adalah sebagai
berikut:
Gaya keatas = Berat Hidrometer

Gambar 15. Hidrometer
21








b. Kapal Selam
Kapal selam adalah salah satu jenis kapal laut yang dapat
mengapung, melayang, dan tenggelam. Kapal selam menggunakan
prinsip yang sama dengan kapal laut ketika mengapung di permukaan
laut. Pada kapal selam terdapat rongga yang terletak di antara
lambung dalam dan lambung luar. Rongga ini memiliki katup di
bagian atas dan bagian bawahnya. Rongga ini berfungsi sebagai jalan
keluar masuk udara dan air.
Pada saat mengapung di permukaan air, rongga ini hanya berisi
sedikit air laut sedemikian rupa hingga gaya ke atas oleh air laut lebih
besar dibandingkan gaya berat kapal. Apabila kapal selam akan
melayang di dalam air, katup yang ada di bagian bawah kapal akan
dibuka sehingga air laut masuk ke rongga. Demikian pula halnya
dengan katup di bagian atas. Katup tersebut akan terbuka untuk
mengeluarkan udara. Air yang diisikan ke dalam rongga tidaklah
penuh, namun diusahakan agar gaya berat kapal dan gaya ke atas air
Gambar 17. Kapal selam
Gambar 16. Prinsip
Kerja
22

Gambar 18. Kapal Laut
laut sama besar sehingga kapal dapat melayang. Supaya kapal dapat
tenggelam, rongga ini harus ditambahkan air (Nuhroman, 2009).
c. Kapal Laut
Kapal laut dapat mengapung di
permukaan air karena adanya rongga
di dalam tubuh kapal. Rongga ini
berisi udara sehingga mampu
memindahkan volume air yang
cukup besar, Oleh karena volume air
yang dipindahkan cukup besar, kapal
akan mendapat gaya tekan ke atas
yang menyamai berat kapal. Gaya ke atas ini mampu rnenahan kapal
laut tetap berada di permukaan air.
d. Jembatan Ponton
Jembatan ponton adalah kumpulan drum-drum kosong yang
berjajar sehingga menyerupai jembatan. Jembatan ponton merupakan
jembatan yang dibuat berdasarkan
prinsip benda terapung. Drum-drum
tersebut harus tertutup rapat
sehingga tidak ada air yang masuk
ke dalamnya.
Jembatan ponton digunakan
untuk keperluan darurat. Apabila air
pasang, jembatan naik. Jika air surut,
maka jembatan turun. Jadi, tinggi
rendahnya jembatan ponton mengikuti pasang surutnya air.
e. Balon Udara
Balon udara panas adalah teknologi penerbangan pertama oleh
manusia, ditemukan oleh Montgolfier bersaudara yang berasal
dari Annonay, Perancis pada 1783. Balon udara ini dapat melayang
Gambar 19. Jembatan Piston
23

Gambar 20. Balon Udara
karena di dalam balon tersebut berisi gas hydrogen atau helium.
Massa jenis gas tersebut lebih ringan dibandingkan dengan udara
(Nuhroman, 2009).
Gas dalam balon ini merupakan
udara panas. Jadi, ketika awak balon
udara hendak menerbangkan balonnya, ia
harus menambahkan udara panas ke
dalam balon. Jika balon udara sudah
mencapai ketinggian yang dikehendaki.
udara panas dikurangi sehingga gaya ke
atas sama dengan berat balon. Jika ingin
turun, gaya ke atas harus lebih kecil
daripada berat balon udara. yaitu dengan mengurangi udara panas.
Jadi, udara mmiliki sifat yang sama dengan zat cair. Semakin besar
volume udara yang dipindahkan balon udara, semakin besar pula gaya
ke atas udara terhadap balon.
2.4 Tegangan Permukaan dan Kapilaritas serta Penerapannya
2.4.1 Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan zat cair untuk
menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi suatu lapisan
elastis (Surya, 2010).
Molekul cairan biasanya saling tarik menarik.
Perhatikan gambar di samping, saat suatu partikel
berada didalam zat cair (A), maka resultan gaya
yang bekerja pada partikel tersebut sama dengan
nol, karena partikel ditarik oleh gaya yang sama
besar kesegala arah. Namun, partikel yang berada
tepat dibawah permukaan zat cair (B) memiliki
resultan gaya tidak sama dengan nol, karena ada
gaya resultan yang arahnya kebawah, sehingga lapisan atas seakan-
akan tertutup oleh lapisan selaput elastis yang ketat. Selaput ini
Gambar 21.
Resultan gaya
benda A dan B
24

cenderung menyempit sekuat mungkin. Oleh karenanya sejumlah
tertentu cairan cenderung mengambil bentuk dengan permukaan
sesempit mungkin. Inilah yang disebut tegangan permukaan.
Gambar 22. menunjukkan
sebuah kawat yang berbentuk U
untuk mengukur adanya tegangan
permukaan pada suatu benda.
Ketika perangkat tersebut
dimasukkan ke dalam larutan
sabun dan dikeluarkan, terbentuk
suatu cairan, lapisan memberikan
gaya tegangan permukaan yang
menarik kawat dengan cepat menuju bagian atas kawat pembentuk U.
Untuk mempertahankan peluncur berada pada kesetimbangan,
diperlukan gaya total ke bawah sebesar F = w + T. Dalam
kesetimbangan, F sama dengan gaya tegangan permukaan yang
diberikan lapisan sabun pada peluncur. Anggap l panjang dari
peluncur kawat. Lapisan cairan itu memiliki dua sisi permukaan,
sehingga gaya F bekerja pada panjang total 2l.
Menurut Giancoli (2001), tegangan permukaan merupakan
perbandingan antara gaya tegangan permukaan (F) dengan panjang
permukaan di mana gaya bekerja (d). Untuk kasus ini, panjang
permukaan adalah 2l. Secara matematis, ditulis :
d
F
=
l
F
2
=
Keterangan : = Tegangan permukaan
F = Gaya tegangan permukaan

Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang. Satuannya
dalam SI adalah newton per meter (N/m), tetapi satuan cgs, dyne per
centimeter (dyn/cm) lebih sering digunakan.
Gambar 22. Peralatan kawat
berbentuk U
25

1 dyn/cm = 10
-3
N/m = 1 mN/m
Apabila kawat digerakkan ke bawah melawan gaya tegangan
permukaan sejauh x, maka usaha yang dilakukan untuk
meregangkan selaput ini adalah:
W = gaya perpindahan
= (d) x
= (d x)
= A

A
W
A
=
Dimana : A = pertambahan luas total selaput.
Persamaan di atas mendefinisikan tegangan permukaan sebagai
usaha yang dilakukan untuk memperbesar permukaan cairan sebanyak
satu satuan luas.
Sebagai akibat dari adanya kohesi zat cair dan adhesi antara zat
cair dengan udara diluar permukaannya, maka pada permukaan zat
cair selalu terjadi tegangan yang disebut tegangan permukaan. Karena
adanya tegangan permukaan inilah nyamuk, jarum, pisau silet dapat
terapung di permukaan zat cair meskipun massa jenisnya lebih besar
dari zat cair.

2.4.2 Permukaan Batas
Apabila air dimasukkan ke dalam gelas yang kering, kemudian air
tersebut di tumpahkan kembali, gelas menjadi basah, sebagian air
menempel pada dinding gelas karena adanya gaya tarik-menarik antar
partikel. Gaya tarik menarik antar partikel yang tidak sejenis tersebut
dinamakan Adhesi. Gaya tarik adhesi menyebabkan partikel
cenderung meninggalkan zat sejenis, sebagai contoh adalah ketika
tinta dituliskan pada sebuah kertas. Partikel-partikel zat padat atau zat
cair bisa tetap menyatu membentuk suatu benda karena adanya gaya
tarik-menarik antar partikel (Bueche dan Hecht, 2006).
26

Kohesi adalah gaya tarik menarik antar partikel zat sejenis. Gaya
kohesi antar partikel zat padat memiliki kekuatan paling besar,
kemudian zat cair dan gas. Contoh kohesi adalah ikatan partikel-
partikel zat untuk tetap menyatu membentuk suatu benda. Gaya kohesi
yang besar menyebabkan zat padat sulit di potong atau dipatahkan.
Gaya tarik kohesi menyebabkan partikel cenderung berkumpul dengan
zat sejenis. Gaya tarik menarik antar molekul zat cair dapat
menyebabkan terjadinya tegangan permukaan pada zat cair. Tegangan
permukaan inilah yang menyebabkan nyamuk dan semut dapat dapat
berdiri di atas air.
Peristiwa permukaan zat cair yang melengkung disebut meniskus.
Meniskus cekung adalah permukaan zat cair yang berbentuk cekung,
contohnya air dalam bejana kaca. Gaya adhesi antar partikel air
dengan partikel tabung reaksi lebih besar daripada gaya kohesi antar
partikel air. Partikel air yang bersentuhan dengan dinding lebih
tertarik ke dinding. Oleh karena itu, posisi permukaan air di dinding
tabung lebih tinggi daripada posisi permukaan air di tengah tabung.
Sifat zat cair pada meniskus cekung adalah membasahi dinding kaca
dan naiknya permukaan zat cair pada pipa kapiler. Sudut yang
dibentuk oleh kelengkungan air terhadap garis vertikal dinamakan
sudut kontak u . Besarnya sudut kontak untuk meniskus cekung lebih
kecil dari 90.
Berdasarkan pendapat Surya (2010), meniskus cembung adalah
permukaan zat cair yang berbentuk cembung. Contohnya adalah
permukaan air didalam tabung reaksi yang telah diolesi minyak. Gaya
kohesi antar partikel air lebih besar dari pada gaya adhesi antara
partikel air dengan partikel minyak, akibatnya partikel air cenderung
menjauhi dinding tabung reaksi. Oleh karena itu, permukaan air di
dinding lebih rendah daripada permukaan air di tengah tabung reaksi.
Meniskus cembung juga dapat ditunjukkan dengan memasukkan raksa
kedalam tabung reaksi. Meniskus cembung mempunyai sifat tidak
membasahi dinding dan turunnya permukaan raksa pada pipa kapiler.
27


Gambar 23. Meniskus cekung pada bejana berisi air (kiri) dan
meniskus cembung pada bejana berisi raksa (kanan)
Contoh penerapan tegangan permukaan yaitu air yang menetes
sedikit demi sedikit dari keran cenderung akan berbentuk bola. Hal ini
menunjukkan adanya tegangan permukaan air (gaya kohesi molekul
air) yang berusaha membuat permukaan air sekecil mungkin (seperti
kita ketahui bola merupakan bangun yang luas permukaannya
terkecil). Tetesan air keran berbentuk bulat. Tetes air hanya memiliki
satu selaput tipis, yakni pada bagian luar tetes air. Bagian dalamnya
penuh dengan air. Akibat adanya gaya kohesi, maka timbul tegangan
permukaan. Bagian luar tetes air ditarik ke dalam. Akibatnya, air
berkontraksi dan cenderung memperkecil luas permukaannya.
Tekanan atmosfir yang berada di luar turut membantu menekan tetes
air. Kontraksi akan terhenti ketika tekanan pada bagian dalam air
sama dengan tekanan atmosfir + gaya tegangan permukaan yang
mengerutkan selaput air.
Selain itu, pada waktu sebatang kuas direndam di dalam air akan
terlihat bulu-bulunya terpisah. Namun, ketika kuas ini diangkat
terlihat bulu-bulunya melekat satu sama lain. Ini disebabkan karena
adanya gaya kohesi molekul air (tegangan permukaan) yang
cenderung menarik bulu-bulu itu menjadi satu.

2.4.3 Kapilaritas
Kapilaritas adalah meresapnya zat cair melalui celah-celah sempit
atau pipa rambut yang disering disebut sebagai pipa kapiler (Umar,
2008). Gejala ini disebabkan karena adanya gaya adhesi atau kohesi
antara zat cair dan dinding celah tersebut. Zat cair yang dapat
28

membasahi dinding kaca pipa kapiler memiliki gaya adhesi antara
pipa kapiler dengan dinding pipa kapiler lebih besar. Sedangkan zat
cair yang tidak membasahi dinding kaca pipa kapiler memilki gaya
kohesi yang lebih besar. Hal ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya
permukaan zat cair pada pipa kapiler.

Gambar 24. Keadaan pipa kapiler dengan tegangan kapilernya

Tampak bahwa cairan naik pada kolom pipa kapiler yang memiliki
jari-jari r hingga ketinggian h. Gaya yang berperan dalam menahan
cairan pada ketinggian h adalah komponen gaya tegangan permukaan
pada arah vertikal : F cos teta (Umar, 2008).
Bagian atas pipa kapiler terbuka sehingga terdapat tekanan
atmosfir pada permukaan cairan. Panjang permukaan sentuh antara
cairan dengan pipa adalah 2 phi r (keliling lingkaran). Dengan
demikian, besarnya gaya tegangan permukaan komponen vertikal
yang bekerja sepanjang permukaan kontak adalah :

Apabila permukaan cairan yang melengkung ke atas diabaikan,
maka volume cairan dalam pipa adalah :

29




Apabila komponen vertikal dari Gaya Tegangan Permukaan
seimbang dengan berat kolom cairan dalam pipa kapiler, maka cairan
tidak dapat naik lagi. Dengan kata lain, cairan akan mencapai
ketinggian maksimum, apabila komponen vertikal dari gaya tegangan
permukaan seimbang dengan berat cairan setinggi h. Komponen
vertikal dari Gaya tegangan permukaan adalah :

Tegangan permukaan bekerja sepanjang keliling tabung (2r)
menarik dinding ke bawah dengan gaya F = 2r. Dinding akan
mengadakan reaksi dan akan menarik air ke atas dengan gaya yang
sama. Ketika seimbang, komponen vertikal gaya tarik dinding sama
dengan berat air yang naik. Secara matematis, ditulis:
g r
h
g h r
mg
F W
y F

u t
u t t
u t
cos 2
cos r 2 ) (
cos r 2
0
2
=
=
=
=
=


Keterangan:
h = kenaikan zat cair pada pipa kapiler dalam (m)
= tegangan permukaan zat cair (N/m)
u = sudut kontak (derajat)
Volume cairan = luas permukaan pipa ketinggian cairan
V = A h
V = (r
2
) h
30

r = jari-jari tabung (m)
= massa jenis cairan (kg/m
3
)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s
2
)

Rumus di atas dapat digunakan untuk menghitung penurunan raksa
pada pipa kapiler. Untuk raksa cos u bernilai negatif (90 < u < 180).
Dengan demikian, h bernilai negatif (tanda negatif menunjukkan
penurunan).
Contoh efek kapilaritas adalah naiknya minyak pada sumbu
kompor, dinding rumah basah pada musim hujan, dan naiknya air dari
akar ke daun pada tumbuh-tumbuhan. Peredaran darah pada pembuluh
darah yang kecil terjadi akibat adanya efek kapilaritas. Kapiler
merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis,
yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari
jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Dari kapiler,
darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan
membawa darah kembali ke jantung.


31

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, hal-hal yang dapat disimpulkan,
antara lain:
- Fluida statis adalah fluida dalam keadaan diam atau setimbang
mekanik.
- Massa jenis merupakan ukuran kerapatan suatu benda. Massa jenis
biasanya ditulis: . Tekanan adalah gaya per satuan luas.
Umumnya ditulis : . Tekanan yang dibahas pada fluida statis
terdiri dari tekanan hidrostatis, tekanan gauge, dan tekanan absolut
(mutlak).
- Hukum-hukum dasar fluida statis meliputi hukum Pascal dan hukum
Archimedes. Contoh penerapan hukum Pascal adalah pompa hidrolik,
sedangkan penerapan hukum Archimedes adalah kapal selam.
- Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan zat cair untuk
menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi suatu lapisan
elastis. Sedangkan kapilaritas adalah meresapnya zat cair melalui
celah-celah sempit atau pipa rambut yang disering disebut sebagai pipa
kapiler.

3.2. Saran
Saran yang bisa disampaikan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Pembaca lebih memahami dan mengerti materi Fisika tentang fluida
statis beserta penerapannya.
2. Pembaca mampu menerapkan konsep-konsep mengenai fluida statis
beserta penerapannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bueche, F. J. & Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta:
Erlangga.
Giancoli, D.C. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Nurohman, Sabar. 2009. Fisika Dasar, Mekanika Fluida. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.

Satriawan, Mirza. 2007. Fisika Dasar 1. Yogyakarta: UGM.
Soemitro, H. W. 1984. Mekanika Fluida dan Hidraulika (Terjemahan). Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.
Surya, Y. 2010. Mekanika dan Fluida 2. Tanggerang: PT KANDEL.
Umar, E. 2008. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo.

Anda mungkin juga menyukai