Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGEMBANGAN DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


“ETIKA PROFESI”

Disusun Oleh :
1. Aditya Gumolung
2. Miguel Ngantung
3. Javier Pandelaki

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI MANADO
2023

 
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
   Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
 
Nglawak, 16 Juni 2017
 
                                                                                              Penyusun

ii
DAFTAR ISI
 

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengembangan Diri.................................................................................................2
B. Pengertian Pengembangan diri................................................................................2
C. Tujuan Pengembangan Diri.....................................................................................2
D. Aspek dalam mengembangkan diri yaitu:...............................................................2
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi........................................................................3
F. Upaya-upaya Sekolah Dalam Rangka Mengembangkannya..................................6
G. Kemampuan Diri.....................................................................................................7
H. Hambatan dalam pengembangan potensi diri.........................................................9
I. Fungsi Keluarga Dalam Pengembangan Diri........................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman berubah dengan cepat. Bidang kerja yang di masa lampau
dianggap penting, sekarang kehilangan makna. Pekerjaan yang di masa
lampau dikeramatkan, sekarang diganti dengan pekerjaan yang sama sekali baru.
Kecakapan yang dahulu dianggap mutlak untuk dikuasai, kini diganti dengan alat
sederhana. Sikap-sikap kerja yang dahulu menjadi criteria penilaian, kini malah harus
ditinggalkan karena tidak sesuai dengan sistem dan irama kerja. Manajement yang
dahulu dianggap paling cangih, kini dianggap usang dan tidak dapat digunakan lagi.
Cara-cara kepemimpinan yang dahulu dianggap sukses,kinidipertanyakan
keampuhannya. Oleh karena itu, dalam dunia yang cepat berubah, yang terus-menerus
diperlukan adalah pengembangan diri. Jika kita tidak mengembangkan diri, kita akan
ketinggalan zaman, terpinggirkan, dan tidak mendapat tempat di dunia kerja.
B. Tujuan
1. Apakah Pengertian pengembangan diri?
2. Apakah Tujuan pengembangan diri?
3. Apakah Aspek dalam pengembangan diri?
4. Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengembangan Diri?
5. Hambatan dalam pengembangan potensi diri?

1
BAB II
PEMBAHASAN
C. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah proses pembentukan dan perwujudan dari yang
kebiasannya jelek menjadi kebiasaan yang lebih baik lebih lengkapnya mungkin bisa
seperti ini yaitu proses yang dilakukan mewujudkan dirinya menjadi yang terbaik
berdasarkan potensi (kemampuan) di semua bidang sehingga berdampak manfaat buat
banyak orang.
D. Pengertian Pengembangan diri
Pengembangan diri adalah Individu-individu yang mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan
olehdiri mereka sendiri.
E. Tujuan Pengembangan Diri
1. Tujuan Umum Pengembangan Diri
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
kondisi sekolah/madrasah.
2. Tujuan Khusus Pengembangan Diri
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan :
1. Bakat
2. Minat
3. Kreativitas
4. Kompetensi dan kebiasan dalam kehidupan
5. Kemampuan kehidupan keagamaan
6. Kemampuan sosial
7. Kemampuan  belajar
8. Wawasan dan perencanaan karir
9. Kemampuan pemecahan masalah
10. Kemandirian
F. Aspek dalam mengembangkan diri yaitu:
 Kesadaran Diri

2
Di mana semua manusia harus mengenal dirinyadan benar-benar sadar akan
kemampuan dirinya, kekurangan maupun kelebihan dirinya. Semua orang harus
mengintrospeksi diriagar mengetahui secara pasti akan kemampuan dan
ketidakmampuan diri.
 Pengaturan Diri
Di mana semua orang harus mampu mengatur dirinya dalam belajar, bekerja, dan
juga mengembangkan kemampuan dirinya. Harus ada manajemen diri, agar
semuanyabisa diatur, dikelola, diarahkan dengan baik, guna mencapai tujuan yang
direncanakan. 
 Pembiasaan Diri
Semua rencana, niat, yang mau dijalankan harus dilakukan dengan pembiasaan
diri untuk melakukan sesuatu yang direncanakan tsb. Apabila suatu rencana setelah
ditetapkan selanjutnya diterapkan secara menerus yang akhirnya akan menjadisuatu
kebiasaan, dan kebiasaan ini akan menjadi budaya. Apabila sudah menjadi budaya
tentu semua yang baik akan berbuah sukses. good habit create success.
 Evaluasi Diri
Semua aktivitas dan tindakan harus selalu dievaluasi untuk mengetahui sejauh
mana tindakan itu benar atau salah,sesuai atau tidak sesuai. Dari umpan balik yang
diperoleh dari evaluasi tentu bisa memperbaiki situasi atau tindakan yangmungkin
sudah berubah arah dan tujuannya.
G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Nilai adalah suatu ukuran atau parameter terhadap suatu obyek tertentu. Nilai dapat
diartikan sebagai ukuran baik atau buruknya sesuatu. Bisa juga diartikan sebagai harga
(value) dari sesuatu. Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, misalnya, adat kebiasaan dan sopan santun (sutikna, 1988:5).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai ada masa remaja adalah
sebagai berikut :
1. Diri Sendiri
Setiap orang memiliki ukuran baik atau buruk sesuatu dengan sudut pandang
orang tersebut terhadap sesuatu, sehingga jika si A menganggap bersendawa setelah
makan itu adalah baik, belum tentu si B menganggap hal tersebut juga prilaku yang
baik. Jadi, setiap orang memiliki penilaian tersendiri terhadap sesuatu yang akan
diwujudkan dalam tingkah lakunya. Hal ini termasuk dalam sikap normative, yaitu
nilai merupakan suatu keharusan yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku.

3
Misalnya: nilai kesopanan dan kesedrhanaan, orang yang selalu bersikap sopan akan
selalu berusaha menjaga tutur kata dan sikapnya sehingga dapat membedakan
tindakan yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu dikenal
terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru kemudian akan
terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut. Dalam masa remaja, mereka
menganggap diri mereka adalah benar dan apa yang mereka yakini pun adalah benar.
2. Teman/Orang Terdekat
Pengaruh dari orang lain juga berperan dalam terwujudnya suatu nilai. Teman
atau orang terdekat biasanya memiliki suatu paham dan sifat yang hampir sama satu
sama lainnya. Dalam pertemanan biasanya mudah untuk saling memahami dan
memberikan penanaman suatu paham ke teman lainnya dan orang tersebut akan
menganggap suatu paham yang ditanam padanya adalah benar. Ini dikarenakan
dalam pertemanan mereka akan saling mempercayai satu sama lainnya. Misalnya: si
A berjalan didepan orang yang lebih tua yang sedang duduk tanpa member hormat
(membungkuk sedikit), lalu teman terdekatnya yang melihat itu mengatakan bahwa
hal tersebut tidak baik untuk dilakukan dan merupakan hal yang tidak sopan.
Seharusnya kita melewati orang yang lebih tua, sebaiknya membungkuk sedikit
(memberi hormat kepada yang lebih tua). Sehingga setelah diberikan pemahaman, si
A mengerti dam melakukan apa yang dikatakan temannya tersebut. Pada masa
remaja, seseorang akan lebih percaya atau memiliki hubungan yang lebih dekat
dengan temannya dibandingkan hubungan dengan keluarganya. Mereka lebih sering
bersosialisai dengan temannya sehingga penanaman nilai akan mudah terserap dan
ditanam pada diri remaja tersebut.
3. Pergaulan
Pergaulan yang memberikan pengaruh yang baik akan mewujudkan suatu nilai
yang baik pula dan sebaliknya. Didalam pergaulan terdapat interaksi nilai yang
dianut seseorang. Bisa saja nilai yang dulu dianggap baik dapat berubah menjadi
nilai yang buruk setelah interaksi atau penglihatan yang dialaminya dalam
pergaulan. Tetapi itu tergantung dari remaja tersebut, apakah ia bertahan terhadap
nilai yang telah dianutnya atau akan merubahnya. Didalam perkembangan, hal ini
mungkin saja terjadi. Misalnya menceritakan hal-hal yang buruk/kejelekan orang
lain. Yang dulunya dianggap biasa saja, setelah pergaulan yang membawa nilai
positif melalui pembelajaran nilai tersebut berubah menjadi buruk. Pergaulan pada
masa remaja turut menentukan nilai yang dianutnya. Pergaulan menjadi hal yang

4
penting pada masa remaja. Pada saat itu pergaulan menentukan sikap/tingkah laku
dari nilai yang dan seseorang. Pergaulan yang baik akan menciptakan nilai yang baik
dan sebaliknya. Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak yang
sangat rawan dalam penentuan nilai. Ditekankan sekali lagi bahwa pada masa
remaja, seseorang lebih sering berinteraksi dengan temannya dalam bentuk
pergaulan disbanding dengan keluarganya.
4. Teknologi
Pengaruh dari kecanggihan teknologi juga memiliki pengaruh kuat terhadap
terwujudnya suatu nilai. Di era sekarang, remaja banyak menggunakan teknologi
untuk belajar maupun hiburan. Contoh : internet memiliki fasilitas yang menwarkan
berbagai informasi yang dapat diakses secara langsung. Remaja dan internet. Nilai
positifnya, ketika remaja atau siswa mencari bahan pelajaran yang mereka butuhkan
mereka dapat mengaksesnya dari internet. Namun internet juga memiliki nilai
negative seperti tersedianya situs porno yang dapat merusak moral remaja. Apalagi
pada masa remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan sangat rentan
terhadap informs sperti itu. Mereka belum bisa mengolah pikiran secara matang
yang akhirnya akan menimbulkan berbagai tindak kejahatan seperti pemerkosaan
dan hamil di luar nikah/hamil usia dini.
5. Lingkungan / Masyarakat
Kenyamanan dalam bertempat tinggal memiliki peran yang besar dalam
pembentukan nilai individu. Remaja yang memiliki potensi tersosialisasi baik akan
pandai berteman dan memiliki tenggang rasa yang kuat. Hal ini didukung oleh
lingkungan yang mendukung pula. Maka akan terwujud nilai kesejaheraan yang
baik. Bagi remaja hal ini akan berguna untuk mewujudkan rasa percaya diri dan
bersosialisasi yang baik kepada masyarakat.
1.  Identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model.
Maksudnya     mengikuti sikap dan prilaku yang dianggapnya sebagai idola.
2. Hubungan anak dengan orangtuanya.
3. Adanya kontrol dari masyarakat yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri
buat pelanggar-pelanggarnya.
4. Unsur Lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi
oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
5. Aktivitas-aktivitas anak remaja yang diperankannya.

5
H. Upaya-upaya Sekolah Dalam Rangka Mengembangkannya
Di lingkungan sekolah, seseorang mempelajari hal-hal baru yang belum pernah
mereka temukan, baik di lingkungan keluarga maupun kelompok bermain. Pendidikan
formal mempersiapkan seorang anak menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari,
manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya. Apabila seorang anak memasuki
lingkungan sekolah, maka secara resmi ia menjadi anggota kelompok formal yang terikat
aturan-aturan resmi dan dihadapkan pada norma-norma yang diikuti secara teratur
dengan sanksi tertentu. Norma-norma sekolah harus dijalankan penuh disiplin, misalkan
ketepatan waktu masuk sekolah, waktu belajar, waktu pulang, dan ketertiban berpakaian.
Selain mengenal peraturan sekolah, anak juga dibimbing untuk mengenal aturan-aturan
dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan yaitu:
1. Sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian.
2. Dapat menunjang peseta didik untuk mengembangkan minat, bakat, kompetensi,
kebiasaan, kemampuan, kreativitas, kemandirian, dan problem solving atau
pemecahan masalah demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan
masyarakat.
3. Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
4. Membentuk karakterdan  kepribadian siswa.
Bentuk-bentuk pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di sekolah, antara lain:
1. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan
khusus dalam  kurun waktu tertentu  untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara
individual,  kelompok melalui penyelenggaraan:

6
A 䢈 좖6 ÿ 頀￈
頀￈ý
頀哈Ǻ .栐‫ "ڻ‬鈂 Ũ ည 萏ࡰ萑l葞
ࡰ葠l梇 䢈 .桰‫ڻ‬# 退 Ũ ည 萏ୀ萑‫ﺘ‬葞ୀ葠‫ﺘ‬梇 䢈 .楠‫ڻ‬$ 逄 Ũ
ည 萏ฐ萑‫ﺘ‬葞ฐ葠‫ﺘ‬梇 䢈 .榐‫ڻ‬% 鈂 Ũ ည 萏რ萑l葞რ葠l梇 䢈 .槀‫&ڻ‬
退 Ũ ည 萏Ꮀ萑‫ﺘ‬葞Ꮀ葠‫ﺘ‬梇 䢈 .樠‫ 'ڻ‬逄 Ũ ည 萏 萑‫ﺘ‬葞 葠‫ﺘ‬梇 䢈 .
檀‫ (ڻ‬鈂 Ũ ည 萏ᥐ萑l葞ᥐ葠l梇 䢈 .檰‫ڻ‬ ᠏ 萏 ֠萑‫ﺘ‬옕ꀁ؅葞
֠葠‫ﺘ‬䩃䩏䩑⡯Ā뜀뭪℆ Ā Ā ఀༀꂄᄅ预廾ꂄ怅预䋾Ī⡯瀀h ȀĀ⸀က뭫∆ Ā
ᜀ€ ༀༀ炄ᄈ预ᗾ‫׆‬Āࡰ帆炄怈预䏾ᑊ伀‫ي‬儀‫ي‬漀(歀‫ڻ‬# 耗 ᠏ 萏ୀ萑
‫ﺘ‬옕䀁؋葞ୀ葠‫ﺘ‬䩃䩏䩑⡯Ā꜀烰뭫␆ Ā ᜀ€ ༀༀႄ ᄎ预ᗾ‫׆‬Āฐ帆ႄ怎预䏾ᑊ伀‫ي‬
儀‫ي‬漀(殠‫ڻ‬% 耗 ᠏ 萏რ萑‫ﺘ‬옕 ؐ葞რ葠‫ﺘ‬䩃䩏䩑⡯Ā꜀탰뭫☆ Ā ᜀ€
ༀༀ낄ᄓ预ᗾ‫׆‬ĀᎰ帆낄怓预䏾ᑊ伀‫ي‬儀‫ي‬漀(氀‫ 'ڻ‬耗 ᠏ 萏 萑‫ﺘ‬옕老‫ؖ‬葞 葠
‫ﺘ‬䩃䩏䩑⡯Ā꜀ヰ뭬⠆ Ā ᜀ€ ༀༀ傄ᄙ预ᗾ‫׆‬Āᥐ帆傄怙预䏾ᑊ伀‫ي‬儀‫ي‬漀(沐‫ڻ‬
᠏ 萏̌萑‫ﺘ‬옕ఁ‫؃‬葞̌葠‫ﺘ‬䩃䩏䩑⡯Ā뜀烿
￰ 뭮  ᜀ ༀༀ킄ᄂ预ᗾ‫׆‬Āː帆킄怂预䏾ᑊ伀
Ŋ儀Ŋ漀(滐‫ڻ‬ ᠏ 萏ː萑‫ﺘ‬옕퀁‫؂‬葞ː葠‫ﺘ‬䩃䩏䩑⡯Ā뜀ヿ
￰ 뭣  ᜀ
ༀༀ킄ᄂ预ᗾ‫׆‬Āː帆킄怂预䏾ᑊ伀Ŋ儀Ŋ漀(挀‫ڻ‬ ᠏ 萏ː萑‫ﺘ‬옕퀁‫؂‬葞ː葠‫ﺘ‬䩃
䩏䩑⡯Ā뜀탿뭢
￰   ᜀ ༀༀ킄ᄂ预ᗾ‫׆‬Āː帆킄怂预䏾ᑊ伀Ŋ儀Ŋ漀(抠‫ڻ‬
᠏ 萏ː萑‫ﺘ‬옕퀁‫؂‬葞ː葠‫ﺘ‬䩃䩏䩑⡯Ā뜀烿
￰ 뭢  ᜀ ༀༀ킄ᄂ预ᗾ‫׆‬Āː帆킄怂预䏾ᑊ伀
Ŋ儀Ŋ漀(ჩ
ჩ 摬 ᾐම 볐薦蔶ᖐЉЉЉЉЉЉЉ 
類ЉЉЉЉЉЉЉЉ Kegiatan layanan bimbingan dan konseling
Tujuan layanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu agar
siswa:
 Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupan-nya di masa yang akan datang;
 Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
 Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung
jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri
dengan lingkungannnya;
 Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan.
Kegiatan ekstrakurikuler  antara lain kegiatan:

7
 Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang
Merah Remaja (PMR), Pasukan  Pengibar Bendera  (PASKIBRA)
 Seni  dan budaya, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan
 Seminar, lokakarya, pameran/bazar
2. Kegiatan  pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Rutin, adalah kegiatan yang dilakukan secara terjadwal dan terus menerus,
seperti: upacara bendera, senam, berdoa bersama, pemeliharaan kebersihan
dan kesehatan diri.
b. Spontan, adalah kegiatan  tidak terjadwal dalam  kejadian khusus seperti:
pembentukan perilaku memberi salam, membuang  sampah pada tempatnya,
antri, mengatasi  silangpendapat (pertengkaran). 
c. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk  perilaku sehari-hari yang dapat
dijadikan teladan,  seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin
membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.
I. Kemampuan Diri
Kemampuan diri adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk
menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor (Robbin,2007:57)
yaitu:
1. Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan
memecahkan masalah.
2. Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas
yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.
Salah satu aspek yang mempengaruhi pengembangan diri adalah salah satunya
yaitu kemampuan diri yang terdiri dari:
1.Physical Quotient (PQ)
Physical Quotient yaitu kecerdasan yang terkandung dan dimiliki tubuh yang
tidak diatur manusia.  Segala hal yang dilakukan tubuh tanpa upaya sadar dari pihak
manusia. Semua bentuk kontrol tubuh tanpa perintah sadar manusia adalah
kecerdasan tubuh. Beberapa bentuk kecerdasan tubuh, antara lain:
 Menjalankan sistem pernapasan tanpa kita perintah.

8
 Sistem peredaran darah.
 Sistem syaraf, dan lain-lainnya.
Cara mengembangkan atau menjaga kecerdasan tubuh antara lain: nutrisi yang
cukup, olahraga, istirahat, kemampuan manajemen stress, dan pola pikir
2.Intelligence Quotient (IQ)
Intelligence Quotient yaitu kemampuan manusia melakukan analisis, berpikir,
menentukan hubungan sebab akibat, berpikir abstrak, kemampuan menggunakan
bahasa, memvisualisasi sesuatu, dan memahami sesuatu. Cara mengembangkannya:
disiplin, pendidikan (lanjut), pembelajaran terus menerus, memelihara kesadaran diri,
belajar dengan mengajar dan melakukan apa yang diajarkan.
3.Emotional Quotient (EQ)
Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan manusia untuk mengenal diri,
kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain. Kecerdasan emosional adalah kepekaan tentang waktu yang tepat, kepatutan
secara sosial, menyatakan dan menghormati perbedaan. Kecerdasan emosional sangat
menentukan akurasi keberhasilan dalam komunikasi dan dalam kepemimpinan
seseorang, melampaui IQ.
Cara mengembangkannya adalah: kesadaran diri, motivasi pribadi, pengendalian
diri, empati, dan keahlian/komunikasi sosial.
4. Spiritual Quotient (SQ)
Spiritual Quotient kemampuan manusia akan makna, visi, dan nilai hidup dalam
hubungan dengan yang tak terbatas. Spiritual Quotient  membimbing tiga kecerdasan
sebelumnya.
Spiritual Quotient  membuat manusia benar-benar manusiawi.
Cara mengembangkannya: Membuat dan memenuhi janji, mendidik dan
mematuhi hati nurani, menemukan suara anda, mengilami orang lain menemukan
suaranya.
Suara adalah potensi tertinggi, panggilan, panggilan hidup, arah hidup dan
panggilan jiwa.
J. Hambatan dalam pengembangan potensi diri
Untuk mencapai suatu prestasi tidak semudah apa yang kita bayangkan. Setiap
usaha yang kita lakukan selalu ada hambatan.Kita harus bisa meminimalkan hambatan
yang sering menjadikan kegagalan agar potensi diri dapat berkembang sesuai yang

9
diharapkan. Hambatan-hambatan yang sering muncul dalam pengembangan potensi diri
adalah sebagai berikut:
1. Hambatan yang berasal dari diri sendiri.
Hambatan yang lahir dari diri sendiri seseorang meliputi tidak ada tujuan jelas,
adanya prasangka buruk, khawatir terhadap atau mendengarkan perkataan orang lain,
tidak mau mengenal diri sendiri, tidak memiliki sikap sabar, ada perasaan takut
gagal, kurang motivasi diri, bersikap tertutup dan sebagainya.
2. Hambatan dari luar diri sendiri
Hambatan yang datangnya dari luar diri sendiri meliputi lingkugan keluarga,
lingkungan kerja, lingkungan bermain, budaya masyarakat, sistem pendidikan, dan
sebagainya.
Dalam upaya mengembangkan potensi diri untuk meraih prestasi, kita harus selalu
mengembangkan sikap sebagai berikut:
1. Berdoa kepada Tuhan
Sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan sebelum melakukan
suatu aktifitas terlebih dahlu harus berdoa kepada Tuhan. Dengan berdoa diharapkan
apa yang kita lakukan akan berhasil dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang
lain.
2. Mengenal potensi diri
Sebagai makhluk individu dalam pengembangan potensi diri perlu mengetahui akan
kekurangan dan kelebihan pada diri kita. Dengan mengetahui akan diri kita sendiri
apa yang akan kita lakukan dapat bermanfaat dalam hidup.
3. Belajar secara teratur
Dengan belajar secara teratur dapat memberikan dorongan untuk meraih cita-cita
hidup. Sebagai seorang pelajar untuk mendapat prestasi yang tinggi harus belajar
secara teratur. Kebiasaan gemar membaca akan menambah wawasan yang luas.
Selain itu, kita akan memperoleh berbagai pengetahuan yang bermanfaat dalam
kehidupannya.
4. Tidak putus asa
Dalam mengembangkan potensi diri, kita harus menyadari bahwa di sekeliling kita
banyak hambatannya. Supaya cita-cita kita berhasil harus menyadari akan kelebihan
ataupun kekurangan yang berada pada diri kita masing-masing.
5. Menetapkan cita-cita

10
Seorang pelajar akan berhasil dalam belajarnya jika telah menetapkan cita-citanya.
Cita-cita yang ditetapkan harus diusahakan dapat terwujud dengan baik
K. Fungsi Keluarga Dalam Pengembangan Diri
Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yang sulit diubah dan
digantikan oleh orang atau lembaga lain tetapi karena masyarakat sekarang ini telah
mengalami perubahan, tidak menutup kemungkinan sebagian dari fungsi sosial keluarga
tersebut mengalami perubahan. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga tersebut akan
banyak dipengaruhi oleh ikatan-ikatan dalam keluarga, hal ini sesuai dengan yang
dikatakan MI Solaeman (1978:18) bahwa : “Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-
fungsi yang pokok, yaitu fungsi-fungsi yang tidak bisa dirubah dan digantikan oleh orang
lain, sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial relatif lebih mudah berubah
atau mengalami perubahan”.
Mengenal fungsi keluarga Abu Ahmadi (1991:247) mengemukakan bahwa tugas
atau fungsi keluarga bukan merupakan fungsi yang tunggal tetapi jamak. Secara
sederhana dapat dikemukakan bahwa fungsi kelurga adalah : Menstabilkan situasi
keluarga dalam arti stabilisasi situasi ekonomi keluarga; Mendidik; Pemelihara fisik dan
psikis keluarga, termasuk disini kehidupan religius.
Mengenai fungsi keluarga, khususnya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
Singgih P Gunarsa (1991:54) mengemukakan sebagai berikut : “Tanggung jawab orang
tua ialah memenuhi kebutuhan-kebutuhan si anak baik dari sudut organis-Psikologis,
antara lain makanan, maupun kebutuhan-kebutuhan psikis seperti kebutuhan-kebutuhan
akan perkembangan, kebutuhan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan rasa dikasihi,
dimengerti dan rasa aman melalui perawatan asuhan ucapan-ucapan dan perlakuan”.
Dari konsep tersebut diterangkan bahwa diantaranya peran orang tua ini sangat
penting sekali terhadap pemenuhan kebutuhan intelektual bagi anak melalui
pendidikan.Hal ini merupakan tanggung jawab orang tua harus diberikan kepada
anaknya sehingga orang tua ditekankan harus mengerti akan fungsi keluarga dan
tentunya pemahaman tentang pendidikan. Ini harus benar-benar dirasakan oleh orang tua
sampai mampu berkeinginan untuk melanjutkan sekolah anaknya ke yang lebih tinggi
sehingga wawasan dan pemahaman anak bisa lebih luas.
Selain dari pendapat diatas mengenai fungsi keluarga ini menurut MI Soelaeman
mengatakan sebagai berikut :
 Fungsi Edukatif – Sebagai suatu unsur dari tingkat pusat pendidikan, merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Dalam kedudukan ini, adalah suatu

11
kewajaran apabila kehidupan keluarga sehari-hari, pada saar-saat tertentu terjadi
situasi pendidikan yang dihayati oleh anak dan diarahkan pada perbuatan-perbuatan
yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
 Fungsi Sosialisasi – Melalui interaksi dalam keluarga anak mempelajari pola-pola
tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai dalam masyarakat dalam
rangka pengembangan kepribadiannya. Dalam rangka melaksanakan fungsi sosialisasi
ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung antara anak dengan
kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang meliputi penerangan, penyaringan dan
penafsiran ke dalam bahasa yang dimengerti oleh anak
 Fungsi protektif – Fungsi ini lebih menitik beratkan dan menekankan kepada rasa
aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi barulah anak dapat
bebas melakukan penjajagan terhadap lingkungan.
 Fungsi Afeksional – Yang dimaksud dengan fungsi afeksi adalah adanya hubungan
sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Anak biasanya mempunyai kepekaan
tersendiri akan iklim-iklim emosional yang terdapat dalam keluarga kehangatan yang
terpenting bagi perkembangan keperibadian anak
 Fungsi Religius – Keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan mengajak anak serta
keluarga pada kehidupan beragama. Sehingga melalui pengenalan ini diharapkan
keluarga dapat mendidik anak serta anggotanya menjadi manusia yang beragama
sesuai dengan keyakinan keluarga tersebut.
 Fungsi Ekonomis – Fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah, perencanaan dan
pembelanjaannya. Pelaksanaanya dilakukan oleh dan untuk semua anggota keluarga,
sehingga akan menambah saling mengerti, solidaritas dan tanggung jawab bersama.
 Fungsi Rekreatif – Suasana keluarga yang tentram dan damai diperlukan guna
mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam kehidupan sehari-hari
 Fungsi Biologis – Fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksual. Kebutuhan ini berhubungan dengan
pengembangan keturunan atau keinginan untuk mendapatkan keturunan. Selain itu
juga yang termasuk dalam fungsi biologis ini yaitu perlindungan fisik seperti
kesehatan jasmani dan kebutuhan jasmani yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan
sandang, pangan dan papan akan mempengaruhi kepada jasmani setiap anggota
keluarga.
Dari uraian mengenai fungsi-fungsi keluaga diatas, maka jelaslah bahwa fungsi-
fungsi ini semuanya memegang peranan penting dalam keluarga, terutama dalam

12
meningkatkan kesejahteraan individu yang menjadi anggota keluarganya. Untuk itu
dalam penerapannya hendaknya fungsi-fungsi tersebut berjalan secara seimbang, karena
akan membantu keharmonisan serta kehidupan keluarga. Pelaksanaan fungsi-fungsi
keluarga ini disertai dengan suasana yang baik serta fasilitas yang memadai.

13
BAB III
PENUTUP
L. Kesimpulan
Pengembangan diri adalah Individu-individu yang mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan
oleh diri mereka sendiri.
Aspek dalam mengembangkan diri yaitu:
 Kesadaran Diri
 Pengaturan Diri
 Pembiasaan Diri
 Evaluasi Diri
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Nilai adalah suatu ukuran atau parameter terhadap suatu obyek tertentu. Nilai dapat
diartikan sebagai ukuran baik atau buruknya sesuatu. Bisa juga diartikan sebagai harga
(value) dari sesuatu. Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, misalnya, adat kebiasaan dan sopan santun (sutikna, 1988:5).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai ada masa remaja adalah
sebagai berikut :
1. Diri Sendiri
2. Teman/Orang Terdekat
3. Pergaulan
4. Teknologi
5. Lingkungan / Masyarakat

14
DAFTAR PUSTAKA
 
Dr. Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Penerbit Gunung Agung,
Jakarta, Cet. VII, 1983.
Drs. H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, Penerbit Sinar
Baru, Bandung, Cet. II, 1991.
Makalah-makalah Ibu Dra. Susilaningsih MA (dosen Mata Kuliah Psikologi Agama di
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Syamsu Yusuf. (2002). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Maestro.
Singgih Gunarsa. (2004). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung
Mulia
Singgih Gunarsa. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta: Gunung Mulia.

15

Anda mungkin juga menyukai