Anda di halaman 1dari 19

7

c. Terciptanya price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa

aman/tentram dalam masyarakat. Harga yang tidak stabil membuat

masyarakat merasa was-was.

2.1.3. Manfaat ilmu ekonomi regional

Manfaat Ilmu Ekonomi Regional dapat dibagi menjadi 2,yaitu manfaat

makro dan manfaat mikro.manfaat makro bertalian dengan bagaimana pemerintah

wilayah. Manfaat mikro,yaitu bagaimana ilmu ekonomi regional dapat membantu

perencanaan wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses menentukan

lokasi suatu kegiatan atau proyek. Contoh manfaat makro dapat dikemukakan

sebagai berikut, ditinjau dari sudut pemerintah pusat masing-masing wilayah

memiliki potensi yang berbeda. Dari sudut potensi,masing-masing wilayah

memiliki keunggulan komparatif yang berbeda dan bisa dimanfaatkan untuk

menetapkan skala prioritas yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Dari

sudut tingkat pendapatan,masing-masing wilayah memiliki tingkat pendapatan

yang berbeda.Wilayah dengan tingkat pendapatan rendah memiliki MPC

(marginal propensity to consume) yang tinggi. Hal ini bisa digunakan untuk

meningkatkan efek pengganda (multiplier effect) dari pengeluaran pemerintah

pusat.

Manfaat mikro dapat dikemukakan sebagai berikut : Ilmu Ekonomi

Regional membantu perencana wilayah dalam menentukan di bagian wilayah

mana suatu kegiatan / proyek itu sebaiknya dibangun, tetapi tidak sampai

menujukkan lokasi konkrit dari proyek tersebut. Dengan demikian, mungkin ada

yang mempertanyakan apa manfaat/kegunaan Ilmu Ekonomi Regional, karena itu


8

mampu langsung menujukan lokasi. Seorang perencanaan wilayah berhadapan

dengan wilayah yang begitu luas. Apabila langsung ingin mendapatkan jawaban

dimana site-nya, ia harus melakukan survei terhadap keseluruhan wilayah. Hal ini

membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. IER (ilmu ekonomi regional)

memiliki alat analisis yang bisa menunjukkan pada bagian wilayah mana kegiatan

itu memiliki keunggulan komparatif. Dengan demikian, bagian wilayah yang

perlu disurvei secara rinci dipersempit untuk menghemat waktu dan biaya.

Analisis IER membutuhkan biaya yang relatif murah karena dalam banyak hal

cukup menggunakan data sekunder. Dengan demikian, IER dapat membantu

perencana wilayah untuk menghemat waktu dan biaya dalam proses memilih

lokasi. (Tarigan, 2005:6)

2.1.4. Pengertian Otonomi Daerah

Menurut Para Ahli diera reformasi ini sangat dibutuhkan sistem

pemerintahan yang memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyat, namun

tetap berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut sangat

diperlukan karena mulai munculnya ancaman- ancaman terhadap keutuhan NKRI,

hal tersebut ditandai dengan banyaknya daerah- daerah yang ingin memisahkan

diri dari Negara Kesatuan Republik Indornesia. 

Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) definisi otonomi daerah adalah sebagai

berikut:  “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.” UU Nomor


9

32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: “Daerah

otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pengertian Definisi Otonomi Daerah adalah wewenang untuk

mengatur dan mengurus rumah tangga daerah, yang melekat pada Negara

kesatuan maupun pada Negara federasi.

Di Negara kesatuan otonomi daerah lebih terbatas dari pada di Negara

yang berbentuk federasi. Kewenangan mengantar dan mengurus rumah tangga

daerah di Negara kesatuan meliputi segenap kewenangan pemerintahan kecuali

beberapa urusan yang dipegang oleh Pemerintah Pusat seperti: Hubungan luar

negeri, Pengadilan Moneter dan Keuangan, Pertahanan dan keamanan

Pengertian Otonomi Daerah – Dampak positif otonomi daerah adalah

bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah akan mendapatkan

kesempatan untuk menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat.

Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon

tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di

daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang

didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut

memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta

membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata. Dengan

melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat


10

sasaran, hal tersebut dikarenakan pemerintah daerah cenderung lebih mengerti

keadaan dan situasi daerahnya, serta potensi-potensi yang ada di daerahnya dari

pada pemerintah pusat.

Contoh di Maluku dan Papua program beras miskin yang dicanangkan

pemerintah pusat tidak begitu efektif, hal tersebut karena sebagian penduduk

disana tidak bisa menkonsumsi beras, mereka biasa mengkonsumsi sagu, maka

pemeritah disana hanya mempergunakan dana beras miskin tersebut untuk

membagikan sayur, umbi, dan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Selain itu, dengan sistem otonomi daerah pemerintah akan lebih cepat mengambil

kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu saat itu, mengapa harus melewati

prosedur di tingkat pusat.

2.1.5. Pengertian Sentralisasi dan Desentralisasi

A. Sentralisasi

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil

manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.

Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia

sebelum adanya otonomi daerah. Kelemahan dari sistem sentralisasi

adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh

orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang

diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini

adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada

permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan,


11

karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh

pemerintah pusat.

B. Desentralisasi

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan

dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level

bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak

perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem

desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas

dan produktifitas suatu organisasi.

Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan

sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan

sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini

dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini

adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat

diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat.

Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah

adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkan

kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan

pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh

pemerintah di tingkat pusat.

2.2. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.


12

Pertumbuhan/perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM)

mencerminkan pertumbuhan yang berkaitan dengan perekonomian. Sehingga

setiap ada tambahan UKM ada peningkatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah.

Pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznet adalah sebagai kenaikan

jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin

banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini

tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan

ideologis yang di perlukan.

Menurut Lincolin Arsyad Pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai kenaikan

Produk Domestik Bruto dan Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah

kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk

atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

Menurut Subandi Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi suatu masyarakat atau negara adalah akumulasi modal, termasuk semua

investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, sumber daya manusia

(human resources), di samping pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.

Definisi di atas memiliki tiga komponen pengertian: Pertama,

pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus

menerus persediaan barang. Kedua, teknologi maju merupakan faktor utama dalam

pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan dalam penyediaan

aneka macam barang kepada penduduk.Ketiga, penggunaan teknologi secara luas

dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembangaan dan ideologi


13

Sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia

dapat dimanfaatkan secara tepat. Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah

adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah.Pertumbuhan ekonomi

daerah diukur dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menurut harga konstan.Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka

panjang. Penekanan pada proses, karena mengandung unsur dinamis, perubahan

atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi

biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek

tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang

diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik

dapat dinilai efektifitasnya.

2.3. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.3.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia.

Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi

usaha kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil

adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal

Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta (Sudisman & Sari, 1996: 5). Kedua,

menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri

kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan

jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 14 orang; (2)

industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja
14

20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS,

1999:25).

Pengertian mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak selalu sama,

tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya

dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan

perusahaan, ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok

perusahaan tersebut. Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent,

tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif.

Tetapi usaha yang bersifat kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya

bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan

dengan praktek-praktek inovasi strategis.

Pengertian Usaha Kecil dan Menengah diIndonesia masih sangat

beragam. Sebelum dikeluarkannya UUNo.9/1995, setidaknya adalah yang

merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing. Kelima instansi itu

adalah Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia,

Departemen Perdagangan serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pada kelima

instansi itu, kecuali BPS, usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan

menggunakan pendekatan finansial. Berikut ini adalah definisi dan Karakteristik

UKM dari berbagai sumber.

Tabel 2.1.

Organisasi, Jenis Usaha dan Kriteria Usaha

Organisasi Jenis Usaha Kriteria


Badan Pusat Statistik Usaha Kecil Pekerja 5–19 orang
(BPS) Usaha Menengah Pekerja 20–99 orang
15

A Jumlahnya (tidak termasuk tanah


Departemen Perindustrian Usaha Kecil an bangunan yang bernilai kurang dari
i60 600 Juta Rupiah
Aset paling banyak 200 Juta
Rupiah (tidak termasuk tanah dan
Bank Indonesia bangunan tempat usaha. Hasil
penjualan paling
(UU No. 9 Tahun 1995) Usaha Kecil banyak1MilyarRupiahpertahun.
Sektor industri, memiliki total asset
paling banyak 5 Milyar Rupiah per
Usaha Menengah tahun Sektor non industri, memiliki
kekayaan bersih paling banyak 600
Juta Rupiah tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha Hasil
penjualan tahunan paling banyak 3
Milyar Rupiah pertahun.

Departemen Usaha Kecil Modal bernilai kurang dari 25 Juta


Perdagangan Rupiah

Organisasi Jenis Usaha Kriteria

Bidang perdagangan, pertanian dan


industry memiki modal kerja kurang
Kamar Dagang dan Usaha Kecil dari 600 Juta
Bidang konstruksi bermodal 250
Industri (Kadin)
Juta Rupiah dan memiliki nilai
usaha kurang dari 1 Milyar Rupiah
Kekayaan Bersih (tidak termasuk
Kementrian Koperasi tanah & bangunan) lebih dari Rp.50
dan UKM (UU RI juta sampai dengan paling banyak
No.20 tahun 2008) Rp.500 juta. Hasil Penjualan
Usaha Kecil Tahunan (Omset/tahun) lebih dari
Rp.300 juta sampai dengan paling
banyak Rp. 2,5 Milyar
16

Kekayaan Bersih tidak termasuk


Usaha Menengah tanah & bangunan) Lebih dari
Rp.500 juta sampai dengan paling
banyak Rp.10 Milyar Hasil
Penjualan tahunan Omset / tahun)
lebih dari Rp. 2,5 Milyar sampai
dengan paling banyak Rp. 50
Sumber : dikutip dari berbagai sumber
Miyar

2.3.2. Jenis-Jenis Usaha Kecil Menengah

Ada 3 jenis usaha yang bisa dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan

laba.

Ketiga jenis usaha tersebut adalah :

1. Usaha Manufakur (Manufacturing Business), yaitu usaha yang mengubah

input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada konsumen. Kalau anda

bingung, contohnya adalah konveksi yang menghasilkan pakaian jadi atau

pengrajin bambu yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan

sebagainya.

2. Usaha Dagang (Merchandising Business), adalah usaha yang menjual produk

kepada konsumen. Contohnya adalah pusat jajanan tradisional yang menjual

segala macam jajanan tradisional atau toko kelontong yang menjual semua

kebutuhan sehari-hari.

3. Usaha Jasa (Service Business), yakni usaha yang menghasilkan jasa, bukan

menghasilkan produk atau barang untuk konsumen. Sebagai contoh adalah

jasa pengiriman barang atau warung internet (warnet) yang menyediakan alat

dan layanan kepada konsumen agar mereka bisa browsing, searching,

blogging atau yang lainnya.

2.3.3. Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM)


17

a. Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus

Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-

(Satu Miliar Rupiah).

3) Milik Warga Negara Indonesia.

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung

maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

5). Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Sedangkan Glendoh (2001) menyebutkan usaha kecil dalam arti luas

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Industri kecil adalah industri berskala kecil, baik dalam ukuran modal, jumlah

produksi maupun tenaga kerjanya.

b. Perolehan modal umumnya berasal dari sumber tidak resmi seperti tabungan

keluarga, pinjaman dari kerabat dan mungkin dari “lintah darat”.

c. Karena skala kecil, maka sifat pengelolaannya terpusat, demikian pula

pengambilan, keputusan tanpa atau dengan sedikit pendelegasian fungsi dalam

bidang-bidang pemasaran, keuangan, produksi dan lain sebagainya.

d. Tenaga kerja yang ada umumnya terdiri dari anggota keluarga atau kerabat

dekat, dengan sifat hubungan kerja yang “informal” dengan kualifikasi teknis

yang apa adanya atau dikembangkan sambil bekerja.


18

e. Hubungan antara keterampilan teknis dan keahlian dalam pengelolaan usaha

industri kecil ini dengan pendidikan formal yang dimiliki para pekerjanya

umumnya lemah.

f. Peralatan yang digunakan adalah sederhana dengan kapasitas output yang

rendah pula.

Dengan ciri-ciri tersebut usaha kecil dapat terhambat perannya yang sangat

potensial dan secara nyata menunjang pembangunan di sektor ekonomi yaitu:

a. Usaha kecil merupakan penyerap tenaga kerja.

b. Usaha kecil merupakan penghasil barang dan jasa pada tingkat harga yang

terjangkau bagi kebutuhan rakyat banyak yang berpenghasilan rendah.

c. Usaha kecil merupakan penghasil devisa negara yang potensial, karena

keberhasilannya dalam memproduksi komoditi non migas.

2. Ciri-Ciri dan Contoh Usaha Kecil Menengah

a. Ciri-Ciri Usaha Kecil :

1) Jenis barang /komodi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak

gampang berubah.

2) tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau

masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan

dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.

4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.
19

5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam

berwira usaha.

6) Sebagian sudah akses ke Perbankan dalam hal keperluan modal.

7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik

seperti business planning.

2.2.4. Pengertian UKM Berdasarkan Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)

Terdapat dua aspek sumber daya manusia dalam UKM yaitu tenaga

kerja dan penduduk:

1. Tenaga Kerja.

Tenaga kerja menurut Badan Pusat Statistik adalah mereka yang berumur

sepuluh tahun keatas dan mempunyai pekerjaan,baik bekerja maupun

sementara tidak bekerja karena suatu sebab. Menurut Sudarsono dalam

Subekti (2008:11), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu lapangan usaha.Permintaan tenaga

kerja dipengaruhi perubahan tingkat upah dan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi permintaan hasil produksi,yaitu permintaan pasar akan

hasil produksi dari suatu unit usaha,yang tercermin dari besarnya volume

produksi dan harga barang-barang modal seperti mesin atau alat proses

produksi.

Penyerapan tenaga kerja pada sector UKM diturunkan dari fungsi produksi

suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau

masukan (factor produksi) kedalam output atau keluaran. Mankiew

(2010:8) mengasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya


20

menggunakan dua jenis factor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal

(K), maka fungsi produksinya adalah Qt = f (Lt,Kt).

2. Penduduk.

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik adalah semua orang yang

berdomisili diwilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih

dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan

menetap. Terdapat pengaruh positif pertumbuhan penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi dimana kondisi dan kemajuan penduduk sangat erat

terkait dengan tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi.Penduduk

disatu pihak dapat menjadi pelaku atau sumber daya bagi factor produksi,

pada sisi lain dapat menjadi sasaran atau konsumen bagi produk yang

dihasilkan.

Kondisi-kondisi kependudukan,data dan informasi kependudukan akan

sangat berguna dalam memperhitungkan berapa banyak tenaga kerja akan

terserap serta kualifikasi tertentu yang dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi

yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa.

Dipihak lain pengetahuan tentang struktur penduduk dan kondisi social

ekonomi pada wilayah tertentu,akan sangat bermanfaat dalam

memperhitungkan berapa banyak penduduk yang dapat memanfaatkan

peluang dan hasil pembangunan atau seberapa luas pangsa pasar bagi suatu

produk usaha tertentu (Todaro,2003:19).

2.4. Peran UKM Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional


21

Pengembangan lingkungan entrepreneurship sangat diperlukan dalam

pembangunan regional.Pengembangan lingkungan entrepreneurship mendorong

tumbuhnya kemandirian suatu wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan distribusi pendapatan. Dari berbagai studi empiris,UKM telah

terbukti banyak memberikan kontribusi dalam pembangunan regional termasuk

mendukung terciptanya lingkungan entrepreneurship.

Soeroto dalam Amstrong dan Taylor (2000:9) menyebutkan lima

argument yang relevan mengenai peran UKM dalam pembangunan ekonomi

regional.

1. UKM mampu menciptakan lapangan kerja.

2. UKM memiliki kemampuan yang bersifat fleksibel dan bervariasi serta

memunculkan industri-indusri kecil baru lainnya entrepreneur baru

yang berani menanggung risiko.

3. UKM memiliki kemampuan mendorong terjadinya persaingan secara

intensif antar UKM bahkan usaha besar serupa.Hal ini sangat penting

untuk mendorong lingkungan usaha yang kondusif dan berbudaya usaha

yang kuat.

4. UKM mendorong inovasi.

5. UKM mampu meningkatkan hubungan industrial (missal hubungan

industry dengan buruh) dan menyedikan lingkungan kerja yang baik

dengan para buruhnya.

Hayter dalam Glendo Prayogo (2000:12) menambahkan bahwa UKM

meningkatkan efek multiplier dan menciptakan keterkaitan.UKM yang membeli


22

bahan baku serta memanfaatkan jasa-jasa dari pasar lokal secara langsung

membutuhkan adanya supplier.Realita tersebut mendukung hipotesa seed-bed

yang mengatakan bahwa keberadaan UKM menimbulkan kemunculan usaha-

usaha terkait.Lebih lanjut, Hayter dalam Glendo Prayogo (2000:16) menjelaskan

adanya dampak positif yang berlanjut dari keberadaan UKM dalam

pembangunan daerah.Kontribusinya terhadap pembangunan lokal/daerah adalah

kemampuannya menggali potensi daerah sekaligus menentukan pola

pembangunan ekonominya.

2.5. Penelitian Terdahulu.

1. Lutviati Triamita Universitas Brawijaya, “Analisis Konsentrasi Regional

Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten Kota di Provinsi

Jawa Timur “,Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi tenaga

kerja UKM dan konsentrasinya di Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2004-

2010. Analisis dalam penelitian ini akan difokuskan untuk mengidentifikasi

pola pertumbuhan distribusi tenaga kerja UKM dan pola konsentrasi. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik. Instrumen analisis yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari Indeks Konsentrasi dan Klasifikasi Intensitas. Studi ini menemukan

bahwa konsentrasi yang tinggi terdapat di 20 kabupaten/kotadi JawaTimur

yang membuktikan bahwa UKM didaerah tersebut memiliki peran yang lebih

tinggi dari Jawa Timur dalam penyerapan tenaga kerja, juga berarti UKM

sebagai aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut. Namun,

pertumbuhan tenaga kerja UKM di JawaTimur belum merata diseluruh


23

wilayah, karena terdapat kesenjangan yaitu kabupaten/kota yang

konsentrasinya sangat tinggi berada di wilayah barat daya Jawa Timur.

Sedangkan kurang terkonsentrasi di sebagian besar di wilayah utara dan

tengah Jawa Timur. Metode Analisis yang di gunakan adalah Analisis indeks

Konsentrasi (CI).

2. Fanny Ariansi, Mahasiswi Universitas Andalas Padang, Fakultas Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan, dengan Judul “Analisis Konsentrasi

Regional Tenaga Kerja UKM di Indonesia, tahun 2011. Penelitian ini

menganalisis tingkat konsentrasi Tenaga Kerja UKM di propinsi-propinsi di

Indonesia. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Concentration Index(CI), Indeks Entropi Theil (I Theil) dan analisis

Identifikasi Daerah UKM. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan

periode analisisnya 2000-2009, dimana sumber data diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKM lebih

terkonsentrasi di propinsi-propinsi yang ada di Pulau Jawa.

Propinsi yang memiliki konsentrasi tertinggi bukan berarti memiliki

pertumbuhan yang tinggi, terbukti propinsi-propinsi yang memiliki

konsentrasi tertinggi ternyata tidak memiliki pertumbuhan yang tinggi.

Walaupun demikian pertumbuhan UKM yang tinggi masih berada di Pulau

Jawa. Sejalan dengan tingkat pertumbuhan, propinsi-propinsi di Pulau Jawa

menyera p lebih banyak tenaga kerja di sektor UKM.

3. Ryan Adhi Saputro, Mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Diponegoro, Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan


24

, tahun 2014 dengan Judul Penelitian “Analisis Sektor Usaha Kecil Menengah

(UKM) Terhadap Peyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Daerah Istimewah

Jogyakarta.

Usaha kecil dan menengah mempunyai peranan dalam menciptakan

lapangan kerja baru, serta dapat melengkapi kegiatan pariwisata yang berada

di provinsi D.I Yogyakarta. Didalam perkembangannya UKM berperan

untuk menyerap angkatan kerja yang belum terserap pada sektor formal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah unit usaha, nilai

produksi, serta tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor

UKM provinsi D.I. Yogyakarta.

Didalam penelitian ini menggunakan data sekunder (time series) tahun

1999-2011 dengan menggunakan metode analisisis OLS (Ordinary

Least Square) berganda. Penggunaan metode ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh antara jumlah unit usaha, nilai produksi, dan tingkat

upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor UKM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel, yaitu variabel

jumlah unit usaha, variabel nilai produksi dan variabel tingkat upah

mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di

provinsi D.I. Yogyakarta. Variabel yang paling dominan mempengaruhi

penyerapan tenaga kerja adalah variabel jumlah unit usaha.

2.6. Kerangka Konseptual.

Untuk mengarahkan konsep yang digunakan dalam penelitian ini maka

penulis mengutifkan konsep dasar, sebagai berikut :


25

Pembangunan ekonomi regional (daerah) adalah suatu proses dimana

pemerintah daerah Kabupaten/Kota dan masyarakatnya mengolah sumber daya

yang ada dan pembentukan suatu pola kemitraan antara pemerintah masing-

masing daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi

daerah yang baik, salah satu yang dapat menguntungkan pertumbuhan ekonomi

daerah adalah dengan mengembangkan sektor-sektor yang ada, tidak terkecuali

subsektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk menciptakan lapangan kerja,

guna pemerataan pendapatan di masyarakat khususnya masyarakat di Provinsi

Kalimantan Utara.

Untuk mengetahui perkembangan UKM di Provinsi Kalimantan Utara.

Agar pengembangan subsektor UKM, dan jumlah tenaga kerja yang diseraf maka

perlu di ketahui Lokasi atau di daerah mana yang menjadi basis/ Konsentrasi

regional tenaga kerja UKM. Secara konseptual dapat dilihat pada gamba 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Konsentrasi Regional Tenaga kerja UKM.

Pengembangan
Ekonomi Daerah

Daerah
Pertumbuhan Basis
CITenaga Konsentrasi
UKM Kerja UKM Tenaga Kerja
UKM

Anda mungkin juga menyukai