Anda di halaman 1dari 80

HUBUNGAN DEMOGRAFI TENAGA KEFARMASIAN DENGAN

PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DI RSUD DR R. KOESMA

BERDASARKAN SNARS 2018 EDISI 1.1

Skripsi

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai gelar Sarjana Farmasi

Oleh :

Tsania Farhah

33101700065

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2022
2
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Tsania Farhah

NIM : 33101700065

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“HUBUNGAN DEMOGRAFI TENAGA KEFARMASIAN DENGAN

PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DI RSUD DR R. KOESMA TUBAN

BERDASARKAN SNARS 2018 EDISI 1.1”

Adalah benar hasil karya saya dan penuh kesadaran bahwa saya tidak melakukan

Tindakan plagiasi atau mengambil alih seluruh atau sebagian besar karya tulis orang

lain tanpa menyebutkan sumbernya. Jika saya terbukti melakukan Tindakan

plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Semarang, 31 Agustus 2022


Yang menyatakan,

Tsania Farhah

3
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Tsania Farhah
NIM : 33101700065
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran
Alamat Asal : Jl. Latsari II No.53A Kec. Tuban Kab. Tuban
No. Hp / Email : 082141069225 / tsaniafarkhah@gmail.com

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Skripsi dengan Judul:


“HUBUNGAN DEMOGRAFI TENAGA KEFARMASIAN DENGAN

PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DI RSUD DR R. KOESMA TUBAN

BERDASARKAN SNARS 2018 EDISI 1.1”

Dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta
memberikan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan, dialih mediakan,
dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasikan internet atau media lain untuk
kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai pemilik
Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari
terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka
segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung.

Semarang, 31 Agustus 2022


Yang menyatakan,

Tsania Farhah

4
PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabilalamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas anugerah dan

rahmat-Nya, Sholawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada baginda

Rasuluallah Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang kita

harapkan syafaatnya kelak hingga yaumul kiyamah. Penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “HUBUNGAN DEMOGRAFI TENAGA

KEFARMASIAN TERHADAP PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DI

RSUD DR R KOESMA TUBAN BERDASARKAN SNARS 2018 EDISI 1.1”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana

farmasi di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Penulis

menyadari bahwasanya banyak kesalahan serta keterbatasan dan tanpa dukungan

dari berbagai pihak proses menyelesaikan skripsi ini tidak dapat terselesaikan

dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Gunarto, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Islam

Sultan Agung Semarang.

2. Bapak Dr. dr. Setyo, S.H, Sp.KF., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

3. Ibu Apt. Rina Wijayanti M.Sc., selaku Kepala Prodi Farmasi Universitas

Islam Sultan Agung Semarang.

5
4. Ibu Apt. Chilmia Nurul Fatiha, M.Sc., selaku dosen pembimbing I dan

dosen wali yang telah meluangkan waktu membimbing, menyemangati

memotivasi serta memberikan saran penulis dengan kebaikan, ketulusan dan

kesabarannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Apt. Meki Pranata, M.Farm., selaku dosen proyek serta dosen

pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan serta memberikan

saran penulis dengan kebaikan dan kesabarannya sehingga penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Apt. Arifin Santoso, M.Sc., selaku dosen penguji I yang dengan sabar

dan ikhlas meluangkan waktu dalam memberikan ilmu, bimbingan dan

semangat kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Apt. Willi Wahyu Timur, M.Sc., selaku dosen penguji II yang telah

memberikan saran serta ilmu kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan.

8. Pihak tenaga kefarmasian di RSUD dr. R. Koesma Tuban yang telah

menjadi responden yang telah mengizinkan penulis guna mengambil data.

9. Pihak tenaga kefarmasian di RSNU Tuban yang telah menjadi responden

yang telah mengizinkan penulis guna mengambil data.

10. Kedua orang tua penulis Bapak dr. Zainur Rofiq dan Ibu dr. Alfita Innayati,

Sp.An.KMN, kakak penulis Asa Aulia Abdah M.Kes, dan kedua adik

penulis Vialy Abdallah Nata Negara dan Rajiv Abdallah Perwira Negara,

terima kasih telah senantiasa mendukung dan memberikan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6
11. Keluarga besar “Sedativa” farmasi Angkatan 2017 yang telah menjadi

teman dan keluarga yang baik memberikan banyak kenangan semasa

menuntut ilmu.

12. Sahabat penulis Shabrina Masyithoh, Richa Asyha Febriana, Tsaniyatul

Fadhilah, Melati Purnamasari, Rania Firya Rifdayanti, dan Serlin Aoralia

dengan tulus menjadi sahabat penulis selama menuntut ilmu dan

memberikan support dalam penulisan skripsi.

13. Sahabat kesayangan penulis Nur Jihan Farikha, Theo Fanny Syurya, Erika

Amanda Sakya yang dengan tulus memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis dalam penulisan skripsi.

14. Teman-teman Asisten Laboratorium Farmasi Klinis Angkatan 2017, Inneke

Candra Nila Dewi, Nurmalila Yuni Lestari, Faiz Zakiya Yahya, Putri

Karmita Dewi, Ahmad Yusuf, Rizqia Pramudita Nugraha, Fadya Rahma

Putri dan Sugiarti Wilujeng yang telah memberikan dukungan kepada

penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

15. Kakak tingkat penulis Maria Zulfa Qiptiyah yang satu perskripsian tentang

patient safet yang telah meluangkan waktu dan dengan tulus membimbing

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

16. Teman yang sungguh memotivasi untuk bangkit dan bergerak Nur Jihan

Farikha, Theo Fanny Syurya, Tsaniyatul Fadhilah, Inneke Candra Nila

Dewi, Melati Purnamasari, Rania Firya Rifdayanti, Nurmalila Yuni Lestari

dan Tri Untari Wulandari, Serlin Aoralia yang sangat membantu penulis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7
17. 방탄소년단 yang telah menjadi idola dan memberikan motivasi penulis

untuk terus bertahan dan berjuang dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian.

Jazzakumullah khairan Katsira,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 31 Agustus 2022

Penulis

Tsania Farhah

8
DAFTAR ISI

SKRIPSI ............................................................................................................................................ 1
LEMBAR PENGESAHAN ................... KESALAHAN! BOOKMARK TIDAK DITENTUKAN.
SURAT PERNYATAAN ................................................................................................................. 3
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................................... 4
PRAKATA ........................................................................................................................................ 5
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 9
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................................ 12
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 13
DAFTAR TABEL........................................................................................................................... 13
INTISARI........................................................................................................................................ 14
BAB I ............................................................................................................................................... 15
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 15
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 15
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 17
1.3. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................................... 18
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................................................... 18
1.3.2. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 18
1.4. MANFAAT PENELITIAN ..................................................................................................... 18
1.4.1. Manfaat Teoritis ....................................................................................................... 18
1.4.2. Manfaat Praktis ........................................................................................................ 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 19


2.1 DEMOGRAFI TENAGA KEFARMASIAN ............................................................................... 19
2.1.1 Pengertian Tenaga Kefarmasian ............................................................................. 19
2.1.2 Farmasi Rumah Sakit ............................................................................................... 19
2.1.3 Usia Tenaga Kefarmasian........................................................................................ 20
2.1.4 Jenis Kelamin Tenaga Kefarmasian ........................................................................ 21
2.1.5 Tempat Kerja Tenaga Kefarmasian ......................................................................... 21
2.1.6 Tingkat Pendidikan Tenaga Kefarmasian ................................................................ 22
2.1.7 Status Pernikahan Tenaga Kefarmasian .................................................................. 22
2.1.8 Lama Kerja............................................................................................................... 22
2.1.9 Profesi Tenaga Kefarmasian.................................................................................... 23
2.2 PATIENT SAFETY................................................................................................................. 24
2.2.1 Pengertian Patient Safety ......................................................................................... 24
2.2.2 Tujuan Patient Safety ............................................................................................... 25
2.2.3 Sasaran Patient Safety ............................................................................................. 25

9
2.2.4 Standar Patient Safety .............................................................................................. 30
2.2.5 Langkah - Langkah Pelaksanaan Patient Safety...................................................... 35
2.2.6 Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit ............................................................... 35
2.3 HUBUNGAN ANTARA DEMOGRAFI TENAGA KEFARMASIAN DENGAN PELAKSANAAN
PATIENT SAFETY............................................................................................................................. 37
2.4 KERANGKA TEORI............................................................................................................. 38
2.5 KERANGKA KONSEP ......................................................................................................... 38
2.6 HIPOTESIS ......................................................................................................................... 38
BAB III ............................................................................................................................................ 39
METODE PENELITIAN .............................................................................................................. 39
3.1 JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN ............................................................ 39
3.2 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL ........................................................................... 39
3.2.1 Variabel .................................................................................................................... 39
3.3 Definisi Operasional ................................................................................................ 39
3.3.1 Demografi Tenaga Kefarmasian .............................................................................. 39
3.3.2 Pelaksanaan Patient Safety ...................................................................................... 41
3.4 POPULASI DAN SAMPEL .................................................................................................... 42
3.4.1 Populasi.................................................................................................................... 43
3.4.2 Sampel ...................................................................................................................... 43
3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN BAHAN PENELITIAN ........................................................... 44
3.5.1 Instrumen Penelitian ................................................................................................ 44
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................................... 45
3.5.3 Bahan Penelitian ...................................................................................................... 46
3.6 INFORMED CONSENTS ........................................................................................................ 46
3.7 ETHICAL CLEARANCE ......................................................................................................... 46
3.8 CARA PENELITIAN............................................................................................................. 47
3.8.1 Tahap Orientasi........................................................................................................ 47
3.8.2 Tahap Pelaksanaan .................................................................................................. 47
3.8.3 Tahap Pengumpulan Data ....................................................................................... 48
3.9 ALUR PENELITIAN ............................................................................................................. 49
3.10 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ................................................................................... 50
3.11 ANALISIS HASIL ................................................................................................................ 50
BAB IV ............................................................................................................................................ 51
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 51
4.1. HASIL PENELITIAN ...................................................................................................... 51
4.1.1 Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas ............................................................................ 52
4.1.2 Karakteristik Demografi Responden ........................................................................ 54
4.1.3 Uji Normalitas .......................................................................................................... 55
4.1.4 Pelaksanaan sasaran patient safety ......................................................................... 58
4.1.5 Hubungan Demografi Tenaga Kefarmasian Dengan Pelaksanaan Patient Safety . 58
4.2 PEMBAHASAN .............................................................................................................. 61
4.2.1 Hubungan Demografi Individu dengan Penerapan Patient Safety ................................. 62

10
4.2.2 Penerapan Patient Safety oleh farmasis .................................................................. 68

BAB V .............................................................................................................................................. 74
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................................... 74
5.1. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 74
5.2. SARAN............................................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 75
(INFORMED CONSENT) .............................................................................................................. 81
LAMPIRAN 2. LEMBAR BIODATA RESPONDEN ................................................................ 82
KUESIONER PENELITIAN ........................................................................................................ 82
LAMPIRAN 4. ETHICAL CLEARANCE .................................................................................... 86

11
DAFTAR SINGKATAN

SOP : Standar Operasional Prosedur.

SNARS : Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.

KARS : Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah.

SDM : Sumber Daya Manusia.

ESO : Efek Samping Obat.

KTD : Kejadian Yang Tidak Diharapkan.

KNC : Kejadian Nyaris Cedera.

KTC : Kejadian Tidak Cedera.

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

CVC : Central Venous Catheters.

WSD : Water Sealed Drainage

SBAR : Situation, Background, Assessment, Recommendation.

KPRS : Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

SKP : Sasaran Kerja Pegawai.

TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian.

RSI : Rumah Sakit Islam.

12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori ..................................................................................38


Gambar 2. 2 Kerangka Konsep ..............................................................................38

Gambar 3. 1 Alur Penelitian...................................................................................49

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Uji Validitas ...........................................................................................52


Tabel 4.2 Distribusi Demografi Responden ...........................................................54
Tabel 4.3 Tabel Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ..........................................55
Tabel 4.4 Tabel Distribusi Kuesioner Penerapan SNARS Responden ..................56
Tabel 4.5 Distribusi Ketercapaian Pelaksanaan Sasaran Patient Safety ................58
Tabel 4.6 Hasil Analisis Korelasi Spearman’s-rho................................................58
Tabel 4.7 Analisa Hubungan Demografi dan Pelaksanaan Sasaran Patient Safety
................................................................................................................................59

13
INTISARI

Patient safety merupakan salah satu aspek yang dimonitoring pokok penting dalam
penilaian akreditasi rumah sakit dari segi pelayanan tenaga medis. Penerapan patient
safety di lingkungan rumah sakit diharapkan meminimalkan risiko membahayakan
keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis
kelamin, status pernikahan, profesi, tingkat pendidikan, lama kerja dan tempat kerja
dengan pelaksanaan patient safety di RSUD dr. R. Koesma Tuban.
Penelitian ini observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini
menggunakan seluruh tenaga kefarmasian yang bekerja di depo rawat inap, depo rawat
jalan, depo logistik di RSUD dr. R. Koesma Tuban dengan kriteria inkulsi maupun
kriteria eksklusi. Pengambilan data dimulai bulan November 2021. Pengambilan data
menggunakan kuesioner yang disadur dari 6 sasaran keselamatan pasien oleh Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) 2018 edisi 1.1. Analisis data
menggunakan Spearman’s-rho, uji korelasi Eta dan Uji Chi-Square.
Hasil dari penelitian ini adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pelaksanaan patient safety di RSUD dr. R. Koesma Tuban dengan nilai p value 0,00
dan lama kerja memiliki hubungan dengan pelaksanaan patient safety di RSUD dr R
Koesma Tuban dengan nilai p value 0,013. Sedangkan usia, jenis kelamin, profesi,
status pernikahan, tempat kerja tidak memiliki hubungan dengan pelaksanaan patient
safety di RSUD dr. R. Koesma Tuban.
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan lama kerja dengan
pelaksanaan patient safety di RSUD dr. R. Koesma Tuban. Sedangkan usia, jenis
kelamin, profesi, status pernikahan, tempat kerja tidak memiliki hubungan dengan
pelaksanaan patient safety di RSUD dr. R. Koesma Tuban.

Kata Kunci: Demografi, Keselamatan Pasien, Tenaga Kefarmasian,

14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Patient safety didefinisikan sebagai pencegahan, perbaikan serta

penghindaran dari luka maupun bad result dari proses perawatan kesehatan.

Inti dari patient safety yaitu suatu sistem yang dilakukan guna mencegah

dan memperbaiki medication error pada pasien (Tutiany et.al., 2017).

Patient safety adalah salah satu sasaran penting sebagai standar dan

dimonitoring oleh KARS seperti standar yang lain. Apabila ditemukan

adanya ketidakpatuhan yang serius dan kondisi yang membahayakan pasien

selama survei terfokusnya, KARS berhak untuk menolak akreditasi rumah

sakit (KARS, 2018).

Pada penerapan patient safety dilakukan dengan menetapkan standar,

sasaran dan memprioritaskan untuk memberikan perawatan pada pasien

yang lebih aman (KEMENKES RI, 2015). Sistem tersebut termasuk

penilaian risiko pasien, pengelolaan dan identifikasi risiko pasien, analisis,

pelaporan insiden serta penerapan solusi. Hal tersebut diharapkan dapat

meminimalkan risiko serta kemampuan belajar dari insiden dan tindakan

lanjutannya. Sistem tersebut bertujuan untuk mencegah serta terhindar dari

cedera akibat pelaksanaan suatu tindakan ataupun tidak seharusnya

dilakukan (Aprilia, 2011).

15
Berdasarkan KARS (2018) akibat dari medication error pada pasien,

antara lain dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan (KTD). KTD

seperti kematian maupun kecacatan pasien atau kejadian sentinel. Penelitian

oleh Hartati et al. (2014) di Indonesia 0,25% medication error berakhir

dengan fatal hingga kematian dan 6,7% mengalami efek samping. Menurut

Simamora et.al. (2015) contoh kasus medication error yaitu polifarmasi obat

gastritis antara antasida dengan lansoprazole yang menyebabkan penurunan

bioavailabilitas lansoprazole. Polifarmasi jika terjadi terus menerus akan

mengakibatkan gangguan serius pada pasien hingga menyebabkan

kematian.

Pada penelitian di RS ‘X’ Tuban medication error terjadi paling banyak

di instalasi farmasi. Kesalahan yang paling sering terjadi adalah saat proses

administrasi obat yaitu penyerahan obat ke pasien (Fazria, 2019). Terdapat

faktor yang menyebabkan medication error yaitu penyalinan resep,

penyiapan obat, penyerahan obat serta pemasangan label obat pada bagian

pendistribusian obat (Jamili et al., 2014). Hal yang serupa juga terjadi di RS

Charista Palembang. Terjadi kesalahan pada saat penyerahan obat kepada

obat, kesalahan peresepan serta waktu penerjemahan resep obat (Simamora

et al., 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bardan (2017) bahwa banyak

faktor-faktor yang terlibat dalam kejadian patient safety antara lain faktor

eksternal, faktor organisasi dan manajemen, faktor lingkungan kerja, faktor

kerja tim, faktor SDM, faktor manusia serta faktor komunikasi dapat

16
mempengaruhi patient safety. Patient safety juga dapat dipengaruhi oleh

faktor pendidikan (Satria et al., 2013; Setiyani et al., 2017) dan lama bekerja

(Satria et al., 2013). Sebaliknya, faktor jenis kelamin tidak berpengaruh

(Setiyani et al., 2017). Sedangkan menurut (Retnaningsih, 2016) jenis

kelamin, umur, status perkawinan dan lama kerja berpengaruh dalam

penerapan patient safety.

Sebanyak 99,9-100% medication error dapat dihindari di RSUD dr. R.

Koesma Tuban (RSUD dr. R.Koesma Tuban, 2021). Dengan presentase

yang baik ini belum diketahui sejauh mana peran tenaga kefarmasian dalam

pelaksanaan patient safety serta faktor demografi yang berpengaruh. Oleh

karena itu diperlukan penelitian mengenai bagaimana hubungan demografi

tenaga kefarmasian RSUD dr R. Koesma dengan pelaksanaan patient safety

berdasarkan SNARS 2018 1.1.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana hubungan demografi tenaga

kefarmasian dengan pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. R. Koesma Tuban selama periode 2020-2021?”.

17
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dari demografi tenaga kefarmasian

dengan pelaksanaan patient safety berdasarkan SNARS 2018 1.1

di Instalasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Koesma Tuban

selama periode 2020-2021.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui pelaksanaan patient safety yang dilakukan oleh

tenaga kefarmasian di Rumah Sakit Umum Daerah dr R. Koesma

Kota Tuban.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

rumah sakit khususnya bagian penjaminan mutu serta

keselamatan pasien.

1.4.2. Manfaat Praktis


Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi

serta rujukan bagi tenaga kefarmasian di Rumah Sakit Umum

Daerah dr R. Koesma Kota Tuban.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.

2.1 Demografi Tenaga Kefarmasian

2.1.1 Pengertian Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian dibagi menjadi dua kelompok. Pada kelompok

pertama yaitu apoteker yang merupakan sarjana farmasi yang telah lulus

sebagai apoteker dan telah melafalkan sumpah jabatan apoteker. Kelompok

dua yaitu tenaga teknis kefarmasian yang merupakan tenaga yang membantu

apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana

farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi

atau asisten apoteker (KEMENKES RI, 2014). Tugas dari tenaga

kefarmasian adalah bertanggung jawab terhadap komunikasi, informasi

serta edukasi kepada pasien (Herman et al., 2013).

2.1.2 Farmasi Rumah Sakit

Pelayanan kefarmasian di dalam rumah sakit merupakan hal yang tidak

dapat dipisahkan dari kegiatan dalam rumah sakit guna melakukan

pelayanan yang bermutu (Satibi, 2015). Inti dalam suatu pelayanan

kefarmasian adalah pelayanan obat yang berorientasi kepada pasien. Hal ini

mencakup pengkajian serta pelayanan resep, kegiatan perencanaan,

pemantauan ESO konseling, dan informasi obat, terkadang juga bimbingan

19
mahasiswa praktik. Instalansi farmasi pada rumah sakit memiliki SOP pada

tiap kegiatannya (Herman et al., 2013).

Beberapa tujuan pelayanan kefarmasian dalam perannya

berhubungan dengan obat antara lain:

a. Melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai

obat kepada pasien.

b. Melakukan penelitian di bidang farmasi serta meningkatkan

metodenya.

c. Menjalankan pelayanan kefarmasian dengan baik serta optimal dalam

berbagai keadaan baik biasa maupun darurat, sesuai dengan keadaan

pasien serta fasilitas yang tersedia.

d. Menjalankan segala kegiatan pelayanan kefarmasian profesional sesuai

dengan kode etik profesi serta prosedur kefarmasian.

e. Menjalankan pengawasan obat-obatan berdasarkan peraturan yang

berlaku.

f. Memberikan dan menjalankan pelayanan yang bermutu melalui telaah,

analisis, serta evaluasi pelayanan.

g. Memberikan dan mengawasi segala pelayanan yang bermutu melalui

telaah, analisis, serta evaluasi pelayanan (Satibi, 2015).

2.1.3 Usia Tenaga Kefarmasian

Usia merupakan hal yang berkaitan dengan terjadinya perubahan fisik

maupun psikologis (mental) seseorang. Semakin bertambahnya usia

seseorang maka tingkat kematangan serta kekuatan seseorang dalam

20
berpikir maupun bekerja akan lebih matang (Dharmawati et al.,2016).

Seseorang yang berusia yang tergolong produktif (20-40 tahun) memiliki

tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang

berusia tua (>40 tahun). Seseorang yang lebih tua memiliki kendala fisik

menjadi lemah dan pergerakannya terbatas (Aprilyanti, 2017).

2.1.4 Jenis Kelamin Tenaga Kefarmasian

Menurut Harahap (2019) jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang

dalam kemampuan untuk mempelajari maupun dalam bertindak. Baik

perawat wanita maupun perawat pria tidak berbeda dalam hal kemampuan

belajar bertindak, daya ingat, kecerdasan, kreativitas serta kemampuan

penalarannya. KEMENKES RI (2017) menyatakan bahwa dalam

mengimplementasikan patient safety tidak hanya dilakukan oleh perawat

wanita namun tanggung jawab setiap perawat maupun tenaga medis lainnya

di rumah sakit. Walaupun sebagian besar jenis kelamin perawat adalah

wanita.

2.1.5 Tempat Kerja Tenaga Kefarmasian

Yulia (2010) dalam penelitiannya menyatakan lingkungan kerja dapat

mempengaruhi tempat kerja sehingga berdampak terhadap proses keluar

masuknya wawasan di dalam tiap individu yang sedang berada di

lingkungan tersebut. Seseorang yang mempunyai lingkungan kerja yang

baik serta kondusif akan meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga

dapat mempermudah dalam menerapkan budaya patient safety.

21
2.1.6 Tingkat Pendidikan Tenaga Kefarmasian

Pendidikan merupakan suatu usaha guna menciptakan manusia yang

berbudi pekerti luhur, lahir batin cerdas. Melalui pendidikan seseorang dapat

dibentuk kepribadiannya. Dari pendidikan seseorang dapat dilatih untuk

disiplin, tidak sombong, dan pantang menyerah serta mandiri (Utarini,

2013). Manajemen rumah sakit dalam upaya peningkatan mutu

pelayanannya dan pengoptimalan dalam implementasi sasaran patient safety

diperlukan adanya jenis tenaga perawat yang berpendidikan lebih tinggi

(Harahap, 2019).

2.1.7 Status Pernikahan Tenaga Kefarmasian

Status pernikahan dapat mendorong serta memotivasi seseorang dalam

semangat kerja. Hal tersebut dikarenakan motivasi untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Seseorang yang sudah menikah biasanya lebih

produktif dibandingkan yang masih single (Purnama, 2010). Seseorang yang

sudah menikah biasanya memiliki rasa tanggung jawab terhadap

pekerjaannya dibandingkan yang masih single. Pekerjaan dinilai penting

bagi yang sudah menikah, karena hal tersebut penting bagi kehidupan

keluarganya (Utaminingsih, 2014). Seseorang yang sudah menikah

memiliki produktivitas dan tanggung jawab yang baik (Harjuna, 2017).

2.1.8 Lama Kerja

Penelitian Satria et. al. (2013) menyatakan semakin lama masa

kerja seseorang maka semakin baik implementasi standar patient safety

22
nya. Kustriyani et.al. (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

semakin lama masa kerja perawat maka semakin banyak pengalaman

dan semakin banyak kesempatan untuk dapat meningkatkan

produktivitasnya. Masa kerja yang lama (> 3 tahun) juga mendukung

perawat dalam mengimplementasikan sasaran patient safety karena

mereka sudah paham mengenai pola kerja SOP dalam lingkungan kerja

dengan baik.

2.1.9 Profesi Tenaga Kefarmasian

Dalam mencapai standar patient safety dibutuhkan kerja sama atau

kolaborasi antar tenaga kesehatan profesional (interprofessional

collaboration). Oleh sebab itu kerja sama antar tenaga kesehatan harus

saling mendukung dan melengkapi antar profesi. Semakin baiknya

interprofessional collaboration antar profesi kesehatan maka makin tinggi

tingkat patient safety nya (Damanik, 2019). Komunikasi antar profesi yang

efektif dapat menghindarkan medical error. Tugas dan tanggung jawab

antar profesi kesehatan lainnya di dasarkan oleh sikap maupun kesadaran

bahwa tiap profesi kesehatan dibutuhkan untuk saling bekerja sama demi

tercapainya patient safety (Triani, 2018).

23
2.2 Patient Safety

2.2.1 Pengertian Patient Safety

Patient safety merupakan salah satu pencegahan, penghindaran dan

perbaikan dari segala kerusakan serta dampak yang merugikan bagi pasien

akibat dari proses perawatan kesehatan. Patient safety juga salah satu

komponen yang penting dalam penilaian kualitas pelayanan kesehatan

rumah sakit (Jamili et. al., 2014)

Patient safety merupakan disiplin ilmu yang lengkap beserta

pengetahuan dan keahlian yang mempunyai kredibilitas serta mampu

merevolusi pengetahuan perawatan kesehatan dan meningkatkan keahlian

dalam terapeutik di bidang kedokteran (Emanuel et. al., 2014). Dalam

penerapan patient safety di rumah sakit sendiri pelayanan kefarmasian dan

penggunaan obat (PKPO) sangat berperan penting. Pelayanan kefarmasian

bertujuan untuk melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari penggunan

obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien. Dalam PKPO 7

efek obat dan efek samping obat terhadap pasien dipantau sehingga

keamanan pasien dapat terjamin (KARS, 2018).

KEMENKES RI (2017) menyatakan dari setiap kejadian yang tidak

disengaja serta keadaan yang menyebabkan cedera seharusnya bisa dicegah

pada pasien antara lain : Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yakni kejadian

yang dapat mengakibatkan cedera pada pasien; Kondisi Potensial Cedera

(KPC) yakni kondisi yang sangat berpotensi menimbulkan cedera akan

tetapi belum terjadi insidennya; Kejadian Tidak Cedera (KTC) yakni insiden

24
yang sudah timbul ke pasien akan tetapi tidak sampai mencederai pasien;

dan terakhir Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yakni insiden yang belum

sampai mencederai pasien.

2.2.2 Tujuan Patient Safety

Tujuan dari implementasi patient safety di rumah sakit adalah:

a. Terbentuknya budaya patient safety di lingkungan rumah sakit.

b. Dapat meningkatkan akuntabilitas dari rumah sakit kepada pasien

serta masyarakat.

c. Dapat menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan di rumah sakit.

d. Tercapainya kegiatan pencegahan sehingga mencegah Kejadian

Tidak Diharapkan terulang kembali (Hasibuan, 2019).

2.2.3 Sasaran Patient Safety

Terdapat enam sasaran patient safety yang menjadi sasaran utama

gerakan patient safety jika tercapainya hal-hal berikut ini:

a. Sasaran I : Identifikasi Pasien dengan Tepat

Tujuan dari sasaran ini adalah untuk melakukan double-checking

pada setiap kegiatan pelayanan kesehatan terhadap pasien.

Beberapa elemen penilaian untuk sasaran ini antara lain :

1. Pasien yang dirawat dapat di identifikasi menggunakan gelang

yang berisi kan identitas dari pasien tersebut meliputi nama,

tanggal lahir, maupun rekam medik.

25
2. Pasien yang sedang di rawat dapat di identifikasi

menggunakan warna dengan syarat warna biru untuk laki-laki

sedangkan merah muda untuk perempuan. Sedangkan merah

untuk pasien yang mempunyai alergi serta kuning untuk pasien

dengan risiko jatuh (risiko jatuh sudah melalui di skoring

menggunakan pro tap penilaian skor jatuh yang sudah

tersedia).

3. Pasien yang di rawat di identifikasi sebelum pemberian darah,

pemberian obat maupun produk darah.

4. Pasien yang sedang di rawat dapat di identifikasi sebelum

mengambil darah maupun spesimen lainya guna pemeriksaan

klinis.

5. Pasien yang sedang di rawat dapat di identifikasi sebelum

pemberian pengobatan maupun tindakan atau prosedur

perawatan kesehatan.

b. Sasaran II : Meningkatkan Komunikasi Efektif.

Tujuan dilakukannya komunikasi efektif adalah mengurangi

kesalahan serta dapat meningkat kan keselamatan pasien.

Beberapa elemen penilaian untuk sasaran ini antara lain :

1. Melaksanakan tindakan ‘Read-Back’ pada saat menerima

permintaan baik secara lisan maupun instruksi melalui telepon

serta memasang stiker ‘Sign-Here’ bertujuan sebagai

pengingat dokter harus tanda tangan.

26
2. Menggunakan metode komunikasi yang benar yakni SBAR

pada saat melaporkan keadaan pasien yang kritis, melakukan

serah terima pasien antara sif (hand off) serta melakukan serah

terima pasien antar ruangan menggunakan singkatan-

singkatan yang telah ditentukan oleh manajemen rumah sakit.

c. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan

Perhatian (High-Alert).

Obat-obatan yang perlu di waspadai (high-alert) merupakan obat

yang sering menimbulkan terjadinya kesalahan yang serius

(sentinel event), obat-obatan yang berisiko tinggi menimbulkan

efek yang tak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obatan

yang secara visual mirip dan kedengaran mirip.

Beberapa elemen penilaian untuk sasaran ini antara lain :

1. Melaksanakan sosialisasi dan mewaspadai obat (Look

Like) serta (Sound Alike) atau LASA atau Nama Obat Rupa

Mirip (NORUM).

2. Mengaplikasikan kegiatan double-check dan Counter-Sign

setiap pendistribusian obat dan pemberian obat pada tiap-

tiap instansi pelayanan kesehatan.

3. Mengaplikasikan supaya obat yang tergolong High Alert

berada di tempat yang aman serta diperlakukan secara

khusus.

27
4. Melaksanakan prinsip delapan benar dalam pelaksanaan

pendelegasian obat berupa benar instruksi medikasi,

pasien, obat, masa berlaku obat, dosis waktu, cara serta

dokumentasi.

d. Sasaran IV : Mengurangi Risiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan

Tindakan Operasi.

Kesalahan pada saat prosedur seperti salah lokasi, salah

pasien adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan sangat

mungkin terjadi di rumah sakit.

Beberapa elemen penilaian untuk sasaran ini antara lain :

1. Memberikan marker atau tanda spidol pada sisi operasi

(Surgical Site Marking) yang benar dengan jelas dan dapat

di mengerti, lalu melibatkan pasien dalam hal ini (Informed

Consent).

e. Sasaran V : Mengurangi Risiko Infeksi.

Inti dari penghilangan infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain

adalah kegiatan cuci tangan (hand hygiene) yang benar.

Beberapa elemen penilaian untuk sasaran ini antara lain :

1. Rumah Sakit mengambil maupun mengadaptasi

berpedoman Five Moment Hand Hygiene dan dapat

digunakan dalam sistem kesehatan untuk pelayanan

kesehatan ke pasien.

28
2. Menggunakan Hand rub di ruang perawatan serta

melaksanakan training untuk pencucian tangan yang

efektif.

3. Mencantumkan tanggal menggunakan spidol maupun

tinta secara jelas pada setiap melakukan prosedur invasif

(Infus, dower kateter, CVC, WSD, dan lain sebagainya).

f. Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh.

Evaluasi dapat meliputi riwayat jatuh, obat serta telaah

pasiennya yang kemungkinan mengonsumsi minuman

beralkohol, gaya jalan serta keseimbangan, serta alat bantu jalan

yang biasanya digunakan oleh pasien.

Beberapa elemen penilaian untuk sasaran antara lain :

1. Melaksanakan analisis risiko jatuh terhadap pasien yang

dirawat di rumah sakit.

2. Melaksanakan tindakan guna mengurangi atau

menghilangkan risiko jatuh.

3. Memberikan tanda apabila pasien berisiko jatuh

menggunakan gelang dengan warna kuning serta jatuh

yang telah ditetapkan oleh manajemen rumah sakit.

Dari enam sasaran di atas untuk tenaga kefarmasian hanya

menggunakan 4 SKP antara lainnya :

a. Sasaran I : Identifikasi Pasien dengan Tepat

b. Sasaran II : Meningkatkan Komunikasi Efektif.

29
c. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan

Perhatian (High Alert).

d. Sasaran V : Mengurangi Risiko Infeksi Terkait Pelayanan

Kesehatan (Tim KPPRS, 2011).

2.2.4 Standar Patient Safety

Menurut KEMENKES RI (2017) patient safety mempunyai tujuh

standar antara lain :

1. Hak Pasien

Pasien beserta keluarganya memiliki hak-hak untuk mendapatkan

informasi rencana-rencana serta outcome dari pelayanan kesehatan

mencakup terjadinya insiden. Hak-hak tersebut memiliki beberapa

kriteria antara lain :

a. Harus tersedia dokter penanggung jawab pelayanan

b. Dokter yang bertanggung jawab terhadap pelayanan wajib

membuat rencana pelayanan.

2. Mengedukasi Pasien serta Keluarga Pasien

Standar dalam mengedukasi pasien serta keluarga merupakan

fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus mendidik

pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab

pasien dalam asuhan pasien. Pemberian edukasi untuk pasien dan

keluarga bertujuan agar bisa :

a. Memberikan informasi yang jelas, benar, lengkap, dan jujur

30
b. Dapat mengetahui tentang tanggung jawab serta kewajiban pasien

dan keluarga

c. Dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang

sekiranya tidak dimengerti

d. Mengerti serta menerima konsekuensi dari pelayanan, mematuhi

instruksi yang tersedia dan dapat menghormati peraturan fasilitas

pelayanan kesehatan.

e. Dapat menunjukkan sikap menghormati serta tenggang rasa.

f. Dapat memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan Pasien dan Kelanjutan Pelayanan

Standar keselamatan pasien dan kelanjutan pelayanan merupakan

semua fasilitas dalam pelayanan kesehatan yang menjamin keselamatan

pasien dalam kelanjutan pelayanan dan dapat memastikan koordinasi antar

tenaga dan antar unit pelayanan kesehatan.

Dari standar keselamatan pasien dan kelanjutan pelayanan sendiri

memiliki kriteria adalah:

a. Terdapat koordinasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh

dimulai saat pasien memasuki rumah sakit, melakukan

pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan kesehatan,

tindakan pengobatan, rujukan serta saat pasien keluar dari

rumah sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan pasien dan sumber daya yang memadai secara

31
berkelanjutan sehingga dalam seluruh tahap pelayanan transisi

antar unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

c. Adanya koordinasi pelayanan yang meliputi peningkatan

komunikasi guna memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan

keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi serta rujukan,

pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut pengobatan

lainnya.

d. Adanya komunikasi serta pertukaran informasi antar profesi

kesehatan sehingga dapat terlaksananya proses koordinasi

tanpa hambatan, aman serta efektif

4. Penerapan Metode - Metode Peningkatan Kinerja Guna Melakukan

Penilaian serta Program Peningkatan Keselamatan Pasien.

Standar dalam penerapan metode-metode peningkatan kinerja

guna melakukan penilaian dan program peningkatan keselamatan

pasien adalah rumah sakit harus mendesain proses terbaru atau

memperbaiki proses yang telah ada, memonitor serta menilai kinerja

melalui pengumpulan data, dan melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Kriterianya antara

lain :

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang

terdesain dengan baik, yang mengacu pada visi, misi, dan tujuan

rumah sakit.

32
b. Setiap kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah

klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, serta faktor-faktor lain

yang berpotensi risiko membahayakan keselamatan bagi pasien

harus sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Rumah Sakit”.

c. Setiap rumah sakit harus melaksanakan pengumpulan data kinerja

yaitu terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen

risiko, utilitas, mutu pelayanan, keuangan.

d. Setiap rumah sakit harus melaksanakan penilaian intensif terkait

dengan semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi

satu proses.

e. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data serta

informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang

diperlukan, sehingga keselamatan pasien dapat terjamin

5. Peran Leadership Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien

Standar peran Leadership dalam meningkatkan keselamatan

pasien adalah pemimpin mendorong serta menjamin penerapan

program KP melalui implementasi “7 Langkah Menuju KPRS”

a. Menjamin keberlangsungan program proaktif identifikasi risiko

patient safety dan program yang dapat mengurangi KTD

b. mendorong dan menumbuhkan komunikasi serta koordinasi

antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan

keputusan tentang patient safety

33
c. Mendistribusikan sumber daya yang adekuat guna mengukur,

mengkaji, & meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan

patient safety.

d. Menimbang dan mengkaji keefektifan kontribusi dalam

meningkatkan kinerja Rumah Sakit dan patient safety.

6. Mengedukasi Staf Tentang Patient Safety.

Standar mengedukasi staf tentang patient safety adalah di

rumah sakit tenaga kesehatan harus memiliki pendidikan, pelatihan

dan orientasi untuk setiap jabatan. Selain itu rumah sakit juga harus

mengadakan program edukasi, pelatihan yang terus menerus guna

memelihara dan meningkatkan kompetensi dari tenaga kesehatan

maupun staf.

7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Tenaga Kesehatan Guna

Mencapai Patient Safety

Standar komunikasi adalah kunci bagi tenaga kesehatan guna

mencapai patient safety di rumah sakit yaitu dengan merancang serta

mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien guna

memenuhi kebutuhan informasi internal maupun eksternal.

34
2.2.5 Langkah - Langkah Pelaksanaan Patient Safety

langkah-langkah dalam pelaksanaan patient safety ada


sembilan solusi patient safety di rumah sakit antara lain:
a. Memperhatikan nama dari obat-obatan, bentuk serta pelafalan yang

mirip (Look-alike, Sound-alike medication names).

b. Memastikan identitas pasien.

c. Komunikasi efektif pada saat menyerahkan obat ke pasien.

d. Memastikan tindakan yang benar pada bagian tubuh yang benar.

e. Mengendalikan cairan elektrolit yang pekat.

f. Memastikan akurasi pemberian obat pada saat pengalihan

pelayanan.

g. Menghindari salah kateter dan salah komunikasi

h. Menggunakan alat injeksi sekali pakai

i. Tingkatkan kebersihan tangan sehingga dapat mencegah infeksi

nosokomial (Setyawan & Supriyanto, 2019).

2.2.6 Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit


Standar nasional akreditasi rumah sakit merupakan standar

akreditasi baru rumah sakit yang bersifat nasional dan standar ini

diberlakukan secara nasional. Standar dikelompokkan menurut fungsi

terkait dengan penyediaan pelayanan terhadap pasien. Terdapat lima

kelompok standar akreditasi rumah sakit edisi 1.1 antara lain :

1. Kelompok Keselamatan Pasien yang terdiri dari :

a. Sasaran I: Mengidentifikasi pasien dengan benar.

b. Sasaran II: Meningkatkan komunikasi efektif.

35
c. Sasaran III: Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harusi

diwaspadai.

d. Sasaran IV: Memastikan lokasi pembedahan yang benar,

prosedur yang benar, pembedahan pasien yang benar.

e. Sasaran V: Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan.

f. Sasaran VI: Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

2. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pasien yang terdiri dari :

a. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)

b. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

c. Asesmen Pasien (AP)

d. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)

e. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

f. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

g. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)

3. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit yang terdiri dari :

a. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP).

b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

c. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS).

d. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).

e. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS).

f. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM).

36
4. Kelompok program nasional yang terdiri dari :

a. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

b. Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.

c. Menurukan Angka Kesakitan TB.

d. Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA).

e. Pelayanan Geriatri.

5. Integrasi Pendidikan Kesahatan Dalam Pelayanan di Rumah

Sakit.

Pada setiap bab terdiri dari gambaran umum, standar dan

elemen penilaian. Setiapp elemen penilain dilengkapi dengan

(R) atau (D) atau, (O) atau, (W), atau (S) atau kombinasi dari

keempat elemen tersebut (KARS, 2018).

2.3 Hubungan Antara Demografi Tenaga Kefarmasian Dengan Pelaksanaan

Patient Safety

Menurut penelitian (Pranata et al., 2020) di RSI Sultan Agung Semarang

menyatakan bahwa adanya hubungan antara pendidikan terakhir dan lama kerja

dengan pelaksanaan patient safety. Di jelaskan juga tidak terdapat hubungan

antara usia jenis kelamin profesi, status pernikahan serta tempat bekerja dengan

pelaksanaan patient safety. Begitu juga dengan (Kusharwanti et al., 2014)

menyatakan bahwa apoteker memiliki peranan yang penting dalam patient

safety. Salah satunya melalui penerapan pelayanan kefarmasian yaitu

meminimalkan kejadian error, meminimalkan cedera, mengurangi bahaya

37
maupun dampak yang terjadi ketika terjadi error selain itu juga meningkatkan

manajemen penggunaan obat yang nantinya akan diberikan kepada pasien.

2.4 Kerangka Teori

Demografi : Sasaran Keselamatan Pasien:


Usia Identifikasi Pasien
Jenis kelamin
Pelaksanaan Peningkatan Komunikasi Efektif
Status patient safety
pernikahan Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu
Tingkat Diwaspadai (High-alert)
pendidikan
Dikuranginya Resiko Infeksi Terkait
Profesi
Pelayanan Kesehatan
Lama bekerja

Tempat kerja

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep

Demografi Tenaga
Pelaksanaan patient
Kefarmasian
Safety

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Terdapat hubungan antara demografi tenaga kefarmasian dengan

pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Daerah dr R. Koesma Tuban.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan

desain Cross Sectional.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel

3.2.1.1 Variabel Bebas


Demografi Tenaga Kefarmasian

3.2.1.2 Variabel Terikat


Pelaksanaan Patient Safety

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Demografi Tenaga Kefarmasian

3.3.1.1 Usia

Usia dari tenaga kefarmasian di hitung dari tanggal

kelahiran hingga ulang tahun terakhir pada saat mengisi

kuesioner, dalam bentuk tahun.

Skala Data : Ratio

39
3.3.1.2 Jenis Kelamin

Kondisi fisik seseorang berdasakan perbedaan anatomi dan

fisiologi yang dibagi menjadi perempuan dan laki-laki. Tenaga

kefarmasian akan diminta menuliskan jenis kelamin, apakah

laki-laki1 atau perempuan.

Skala Data: Nominal

3.3.1.3 Status Pernikahan

Status pernikahan bukan hanya bagi mereka yang secara

hukum (adat, agama, negara dsb.) namun juga mereka yang

hidup bersama dan dengan masyarakat sekelilingnya dianggap

sebagai suami istri.

Skala Data: Nominal

3.3.1.4 Tingkat Pendidikan

Perbedaan jenjang pendidikan. Tingkat pendidikan diisi

pilihan jawaban DIII Farmasi, S1 Farmasi atau Apoteker.

Skala Data: Ordinal

3.3.1.5 Lama Kerja

Lamanya tenaga kefarmasian bekerja di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. R. Koesma Tuban dalam rentang bulan-

tahun.

Skala Data: Interval

40
3.3.1.6 Profesi

Profesi yaitu jenis pekerjaan yang dilakukan di rumah

sakit. Profesi diisi dengan pilihan jawaban apoteker dan TTK.

Skala Data: Nominal

3.3.1.7 Tempat Kerja

Tempat kerja adalah tempat dimana orang melakukan

seluruh pekerjaannya baik secara perseorangan maupun sebagai

kelompok demi mencapai target rumah sakit. Tempat bekerja

diisi dengan pilihan jawaban depo farmasi rawat inap, depo

farmasi rawat jalan dan depo logistik farmasi.

Skala Data: Nominal

3.3.2 Pelaksanaan Patient Safety

Patient safety dinilai menggunakan kuesioner yang di sadur

dari 6 sasaran patient safety oleh Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit (SNARS) 2018 edisi 1.1:

1. Identifikasi Pasien

2. Peningkatan Komunikasi Efektif

3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

(High-alert)

4. Dikuranginya Risiko Infeksi Terkait Pelayanan

Kesehatan. Kuesioner terdiri dari 23 pertanyaan.

41
Setiap pertanyaan terdiri dari 2 pilihan jawaban yaitu

1 “Tidak” dan 2 “Ya”.


!"#$%& ()*+ ,-%. /%0%1%2
Rumus : 3*,%$ ()*+
𝑥100%

Kategori penilaian:

a. Skor 10 (Terpenuhi Semua) à apabila RS dapat memenuhi

elemen penilaian minimal 80%

b. Skor 5 (Terpenuhi Separuh)à apabila RS memenuhi

elemen penilaian antara 20%-79%

c. Skor 0 (Tidak Terpenuhi)à apabila RS memenuhi elemen

penilaian tersebut <20%

(KARS, 2018)

Skala Data: Interval

3.4 Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total

sampling. (Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa total sampling merupakan

teknik pengambilan sampel yang jumlah sampelnya sama dengan jumlah

populasinya. Dari penelitian ini alasan menggunakan teknik tersebut adalah

karena total keseluruhan sampel kurang dari 100 sampel sehingga seluruh

populasinya digunakan sebagai sampel.

42
3.4.1 Populasi

Seluruh tenaga kefarmasian di depo farmasi rawat inap, depo

farmasi rawat jalan maupun depo logistik farmasi RSUD dr. R.

Koesma Tuban.

3.4.2 Sampel
Seluruh tenaga kefarmasian di RSUD dr. R. Koesma Tuban yang

memenuhi kriteria inklusi, meliputi:

a. Seluruh tenaga kefarmasian di depo farmasi rawat inap, depo

farmasi rawat jalan dan depo logistik farmasi RSUD dr. R.

Koesma Tuban.

b. Tenaga kefarmasian yang telah memiliki izin praktik.

c. Tidak sedang cuti.

Sedangkan untuk kriteria subyek yang masuk kriteria ekslusi,

antara lain :

a. Kuesioner dengan jawaban tidak lengkap

b. Tenaga kefarmasian yang mengundurkan diri menjadi responden

Untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dari populasi

peneliti menggunakan rumus Lemeshow :


𝑞
𝑁. 𝑍 ! 1 − . 𝑝. 𝑞
𝑛= 2
𝑎
𝑑 (𝑁 − 1) + 𝑍 ! 1 − 2 . 𝑝. 𝑞
!

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Besar populasi

43
P = Perkiraan proporsi (0,5)

q = 1-p

d = Presisi absolut (10%)


%
𝑍41 − 4 = Derajat kemaknaan 95% (𝑎 = 0,05) sehingga

diperoleh nilai Z = 1,96

Berdasarkan menggunakan rumus di atas, kemudian hitung

jumlah sampel yang digunakan menggunakan jumlah populasi 52

orang, yaitu :
𝑞
𝑁. 𝑍 ! 1 − 2 . 𝑝. 𝑞
𝑛= 𝑎
𝑑! (𝑁 − 1) + 𝑍 ! 1 − 2 . 𝑝. 𝑞

52. 1,964 . 0,5.0,5


𝑛=
0,14 (52 − 1) + 1,964 . 0,5.0,5

49,9408
𝑛=
1,4704

𝑛 = 33,9640à 34 + 10% = 37

Berdasarkan hasil perhitungan sampel melalui rumus di atas,

besar sampel yang digunakan sebanyak 37 responden.

3.5 Instrumen Penelitian dan Bahan Penelitian

3.5.1 Instrumen Penelitian

Kuesioner yang diadaptasi dari Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit (SNARS) 2018 edisi 1.1. yaitu 6 sasaran keselamatan

pasien.

44
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu parameter untuk

membuktikkan alat tersebut telah mengukur apa yang akan diukur.

Guna mendapati apakah kuesioner yang disusun mampu mengukur

apa yang hendak diukur, maka perlu dilakukan uji korelasi antara

skors (nilai) setiap item (pertanyaan) bersama skors total kuesioner.

Teknik yang digunakan adalah korelasi “Pearson Product

Moment” yaitu apabila r hitung>r tabel maka pertanyaan tersebut

diartikan valid. Pengujian validitas dilakukan kepada 30 responden

(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian (Pranata et. aI., 2020) sudah

pernah dilakukan uji validitas terhadap kuesioner dengan hasil

valid dengan koefisien r > r tabel dan sig. <0,01.

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas ialah salah satu jenis uji yang memberikan

hasil yang tepat dan dapat dipercaya, alat ukur dari instrumen ini

dikategorikan reliabel apabila menyajikan konstanta hasil dari

pengukuran serta memiliki ketetapan hasil dari pengukuran

sehingga dapat terbukti jika alat tersebut benar-benar dapat

dipertanggung jawab kan kebenarannya (Dewi, 2018). Sudah

pernah dilakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian ini

dengan nilai Croncbach’s alpha 0,883 (Pranata et. al., 2020). Yang

45
berarti kuesioner tersebut reliabel dengan nilai parameter

Croncbach’s alpha >0,70 (Yusup, 2018).

3.5.3 Bahan Penelitian

Kuesioner yang berisikan data demografi serta respon dari

tenaga kefarmasian RSUD dr. R. Koesma Tuban.

3.6 Informed Consents

Informed consent guna meIaksanakan peneIitian ini, diperoIeh dari

komite etik Universitas Sultan Agung Fakultas Kedokteran. SeteIah

memberikan penjeIasan tentang tujuan, metode pengumpuIan data, dan

kerahasiaan responden, persetujuan tertuIis diperoIeh dari responden yang

bersedia untuk mengikutii daIam peneIitian ini.

3.7 Ethical Clearance

Penelitian akan dilalksanakan sesudaj mendapatkan persetujuan dari

komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Ethical clearance akan direview oleh komite etik Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Nomor ethical clearance pada

penelitian ini No.403/XII/2021/Komisi Bioetik

46
3.8 Cara Penelitian

3.8.1 Tahap Orientasi

Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner yang di sadur

dari 6 sasaran keselamatan pasien oleh Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit (SNARS) 2018 edisi 1.1. Kuesioner dibagikan kepada

kurang lebih 30 responden. Pengambilan data hanya dilakukan satu

kali. Pada tahap ini dilakukan uji validitas serta uji reliabilitas.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

Langkah pertama yang dilakukan peneliti mengajukan

permohon ke komisi bioetik universitas islam sultan agung semarang

menyerahkan Informed consent penelitian dari Universitas Islam

Sultan Agung Prodi Farmasi untuk ditujukan PTSP (Pelayanan

Terpadu Satu Pintu) Tuban yang selanjutnya diserahkan ke RSUD

dr. R. Koesma Tuban dan RSNU Tuban. Selanjutnya peneliti akan

menjelaskan tujuan serta maksud dari penelitian yang akan

dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dari tenaga kefarmasian.

Langkah kedua setelah mendapatkan persetujuan dari tenaga

kesehatan, kemudian peneliti memberikan kuesioner yang berisi

demografi tenaga kesehatan dan pertanyaan yang disadur dari 6

sasaran keselamatan pasien oleh Standar Nasional Akreditasi Rumah

Sakit (SNARS) 2018 edisi 1.1 kepada tenaga kefarmasian serta

dilakukan wawancara.

47
3.8.3 Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan hanya satu kali pada saat

penyerahan kuesioner kepada tenaga kefarmasian. Yang selanjutnya

dilakukan penilaian data yang telah didapatkan yang selanjutnya

dilakukan analisis dari data.

48
3.9 Alur Penelitian
Persiapan
Februari

Studi Pustaka
Maret

Penentuan Jumlah Sampel


April

Penyiapan kuesioner
Juli
Ethical Clearance
No.403/XII/2021/Ko
Penyebaran misi bioetik
kuesioner di RSUD Permohonan ijin : PTSP Tuban Agustus
dr. R Koesma Tuban Oktober
Oktober

Responden dengan Kriteria


Informed Consent
Inklusi
Oktober

Pengumpulan Data
November

Analisis hasil & Interpretasi


data
Desember

Gambar 3. 1 Alur Penelitian

49
3.10 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr R. Koesma

Kota Tuban pada bulan November 2021.

3.11 Analisis Hasil


Analisis statistik menggunakan Statistical Product and Service

Solutions (SPSS) versi 23. Pertama-tama dilakukan uji normalitas dengan

nilai α: 0,05 untuk mengetahui normalitas persebaran data. Uji normalitas

pada penelitian ini yang digunakan adalah Kolmogorof Smirnov dikarenakan

jumlah sampel yang digunakan di penelitian ini >50. Kemudian di uji

homogenitasnya dengan menggunakan uji statistik Spearman’s rho untuk

mengetahui hubungan antara demografi tenaga kefarmasian dengan

pelaksanaan patient safety lalu uji chi-square untuk mengetahui hubungan

serta dilakukan uji koefisien korelasi eta dikarenakan penelitian ini memiliki

dua skala data variabel yang berbeda.

50
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan

menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data pada penelitian ini

dilakukan di bulan November tahun 2021 dengan menggunakan kuesioner yang

diperuntukan tenaga kefarmasian beserta wawancara kepada seluruh tenaga

kefarmasian di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Koesma Tuban. Pada penelitian

ini diikuti oleh 48 responden guna uji korelasi, guna melakukan penelitian

pertama-tama dilakukan perizininan melalui PTSP (Pelayanan Terpadu Satu

Pintu), setelah keluar surat izin dari PTSP dilanjutkan pengajuan izin ke RSUD

dr. R. Koesma Tuban, selanjutnya setelah izin dari bagian diklat RSUD dr. R.

Koesma Tuban keluar langkah terakhir dilakukan penyebaran kuesioner kepada

responden serta wawancara. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 52 sampel

namun hanya direspon oleh 48 responden, 4 sampel yang berhalangan

memberikan respon dikarenakan izin cuti melahirkan seorang dan 3 orang lagi

pensiun.

51
4.1.1 Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas

Tabel 4.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

No Pertanyaan rhitung rtabel Ket.


I. Identifikasi Pasien a= 0,937
1. Saya melihat identitas pasien pada label obat,
rekam medis, resep dengan menggunakan 0,599 VALID
nama pasien pada saat pendaftaran
2. Saya melihat identitas pasien pada label obat,
rekam medis, resep dengan menggunakan 0,635 VALID
tanggal lahir pasien
3. Sebelum pemberian obat ke pasien, saya 0,361
melakukan identifikasi pasien dengan 0,749
menggunakan nama pasien pada saat VALID
pendaftaran
4. Sebelum pemberian obat ke pasien, saya
melakukan identifikasi pasien dengan 0,646 VALID
menggunakan tanggal lahir pasien
II. Meningkatkan Komunikasi
Efektif a= 0,937
5. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit 0,737 VALID
tentang komunikasi efektif antar professional 0,361
6. Saya mendapatkan pelatihan tentang 0,764 VALID
komunikasi efektif
III. Meningkatkan Keamanan Obat
yang Perlu Diwaspadai (High Alert
Medication) a= 0,937
7. Saya mengetahui regulasi di rumah
sakit tentang penyediaan obat yang 0,658
perlu diwaspadai VALID
8. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit
tentang penyimpanan obat yang perlu 0,680 VALID
diwaspadai
9. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit 0,361
tentang dispensing obat yang perlu 0,623 VALID
diwaspadai
10. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit tentang
penggunaan (indikasi) obat yang perlu 0,595 VALID
diwaspadai
11. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
regulasi di rumah sakit tentang penyediaan 0,658 VALID
obat yang perlu diwaspadai

52
12. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
regulasi di rumah sakit tentang penyimpanan 0,676 VALID
obat yang perlu diwaspadai
13. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
regulasi di rumah sakit tentang dispensing obat 0,697 VALID
yang perlu diwaspadai
14. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan 0,361
regulasi di rumah sakit tentang penggunaan 0,676 VALID
(indikasi) obat yang perlu diwaspadai
15. Saya mengetahui daftar obat yang perlu 0,617 VALID
diwaspadai di rumah sakit
16. Saya telah menyimpan obat yang perlu
diwaspadai, termasuk obat 0,572 VALID
Look-alike/Sound-alike di tempat aman
17. Saya mengetahui regulasi rumah sakit untuk
melaksanakan proses mencegah kekurang 0,596 VALID
hati-hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat dan
elektrolit dengan konsentrasi tertentu
18. Saya menyimpan elektrolit konsetrat dan
elektrolit dengan konsentrasi tertentu di Instalasi 0,596 VALID
Farmasi Rumah Sakit
V. Dikuranginya Resiko Infeksi
Terkait Pelayanan Kesehatan a= 0,937
19. Saya mengetahui regulasi tentang pedoman
kebersihan tangan yang mengacu pada standar 0,680 VALID
WHO terkini
20. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
program kebersihan tangan diseluruh rumah 0,581 VALID
sakit sesuai dengan regulasi
21. Saya dapat melakukan cuci tangan 0,705 0,361 VALID
sesuai prosedur dirumah sakit
22. Saya melaksanakan five moment 0,606 VALID
cuci tangan di rumah sakit
23. Prosedur disinfeksi di rumah sakit
tempat saya bekerja sudah sesuai 0,587 VALID
dengan regulasi

Pada uji validitas dan uji reliabilitas digunakan sebanyak 30 sampel

dari Rumah Sakit Nahdatul Ulama Tuban, uji validitas bertujuan untuk

mengukur ketepatan suatu instrumen pada penelitian ini instrumen yaitu

kuesioner sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi

53
instrumen yang digunakan jika digunakan berulang kali. Berdasarkan tabel 4.1

metode yang digunakan pearson correlation. Hasilnya menunjukkan bahwa

semua item pertanyaan tersebut valid dan reliabel karena nilai Cronchbach’s

alpha >0,70 (Yusup, 2018).

4.1.2 Karakteristik Demografi Responden

Tabel 4.2 Distribusi Demografi Responden

Karakteristik Responden n %
Umur (rerata: 31)
20-30 25 52
31-40 17 35
41-50 4 9
>50 2 4
Jenis kelamin
Laki-laki 10 21
Perempuan 38 79
Status Pendidikan
D3 Farmasi 33 69
S1 Farmasi 2 4
Apoteker 13 27
Profesi
TTK 35 73
Apoteker 13 27
Status pernikahan
Sudah menikah 34 71
Belum menikah 14 29
Lama Kerja
<6 bulan 6 12
6-12 bulan 11 23
>2 tahun 31 65
Tempat Kerja
Rawat inap 28 59
Rawat jalan 16 33
Logistik 4 8
Total responden 48 100

Berdasarkan tabel 4.3 demografi tenaga kefarmasian responden RSUD dr.

R. Koesma Tuban terdiri 52% dengan usia 20-30 tahun dengan jenis kelamin

54
perempuan 79%, status Pendidikan D3 farmasi 69% dengan status menikah

sudah menikah 71%, tempat kerja rawat inap 59%.

4.1.3 Uji Normalitas

Tabel 4.3 Tabel Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Normalitas (Kolmogorov-Smirnov)
Sig. Keterangan
Sasaran Keselamatan .000 Tidak normal
Pasien

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov-

Smirnov nilai signifikasi p >0,05 maka dinyatakan terdistribusi normal

sedangkan hasil peneltian didapatkan signifikansi 0,00 maka dapat disimpulkan

bahwa data tidak terdistribusi normal. Maka dilanjutkan dengan uji Spearman

Correlation.

55
Tabel 4.4 Tabel Distribusi Kuesioner Penerapan SNARS Responden

No Pertanyaan Total %
Jawaban
Ya Tidak Ya Tidak
I. Identifikasi Pasien
1. Saya melihat identitas pasien pada label obat, rekam
medis, resep dengan menggunakan nama pasien pada 48 0 100 0
saat pendaftaran
2. Saya melihat identitas pasien pada label obat, rekam
medis, resep dengan menggunakan tanggal lahir 41 7 85 15
pasien
3. Sebelum pemberian obat ke pasien, saya melakukan
identifikasi pasien dengan menggunakan nama 48 0 100 0
pasien pada saat pendaftaran
4. Sebelum pemberian obat ke pasien, saya melakukan
identifikasi pasien dengan menggunakan tanggal 40 8 83 17
lahir pasien
II. Meningkatkan Komunikasi Efektif
5. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit tentang 48 0 100 0
komunikasi efektif antar professional
6. Saya mendapatkan pelatihan tentang komunikasi 46 2 96 4
efektif
III. Meningkatkan Keamanan Obat yang Perlu
Diwaspadai (High Alert Medication)
7. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit tentang 48 0
100 0
penyediaan obat yang perlu diwaspadai
8. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit tentang 48 0 100 0
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai
9. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit tentang 47 1 98 2
dispensing obat yang perlu diwaspadai
10. Saya mengetahui regulasi di rumah sakit tentang 48 0 100 0
penggunaan (indikasi) obat yang perlu diwaspadai
11. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
regulasi di rumah sakit tentang penyediaan obat yang 48 0 100 0
perlu diwaspadai
12. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
regulasi di rumah sakit tentang penyimpanan obat 48 0 100 0
yang perlu diwaspadai
13. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
regulasi di rumah sakit tentang dispensing obat yang 48 0 100 0
perlu diwaspadai

56
14. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
regulasi di rumah sakit tentang penggunaan (indikasi) 48 0 100 0
obat yang perlu diwaspadai
15. Saya mengetahui daftar obat yang perlu diwaspadai 48 0 100 0
di rumah sakit
16. Saya telah menyimpan obat yang perlu diwaspadai,
termasuk obat Look-alike/ Sound-alike ditempat 48 0 100 0
aman
17. Saya mengetahui regulasi rumah sakit untuk
melaksanakan proses mencegah kekurang hati-hatian 45 3 94 6
dalam mengelola elektrolit konsentrat dan elektrolit
dengan konsentrasi tertentu
18. Saya menyimpan elektrolit konsetrat dan elektrolit
dengan konsentrasi tertentu di Instalasi Farmasi 44 4 92 8
Rumah Sakit
V. Dikuranginya Resiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan
19. Saya mengetahui regulasi tentang pedoman
kebersihan tangan yang mengacu pada standar WHO 48 0 100 0
terkini
20. Saya mengimplementasikan atau melaksanakan
program kebersihan tangan diseluruh rumah sakit 48 0 100 0
sesuai dengan regulasi
21. Saya dapat melakukan cuci tangan sesuai prosedur 48 0 100 0
dirumah sakit
22. Saya melaksanakan five moment cuci tangan di 48 0 100 0
rumah sakit
23. Prosedur disinfeksi di rumah sakit tempat saya 48 0 100 0
bekerja sudah sesuai dengan regulasi

Berdasarkan tabel 4.5 banyaknya responden yang menjawab tidak

terdapat pada pertanyaan “Sebelum pemberian obat ke pasien, saya melakukan

identifikasi pasien dengan menggunakan tanggal lahir pasien” sebesar 17%,

“Saya melihat identitas pasien pada label obat, rekam medis, resep dengan

menggunakan tanggal lahir pasien” sebesar 15%, “Saya menyimpan elektrolit

konsetrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit” sebesar 8%, “Saya mengetahui regulasi rumah sakit untuk melaksanakan

proses mencegah kekurang hati-hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat

57
dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu” sebesar 6%, “Saya mendapatkan

pelatihan tentang komunikasi efektif” sebesar 4%, dan “Saya mengetahui

regulasi di rumah sakit tentang dispensing obat yang perlu diwaspadai” sebesar

2%.

4.1.4 Pelaksanaan sasaran patient safety

Tabel 4.5 Distribusi Ketercapaian Pelaksanaan Sasaran Patient Safety

Pelaksanaann Sasaran Rentang N %


Keselamatan Pasien
Rerata: 45,395
Tidak Terpenuhi 0-9 0 0
Terpenuhi Separuh 36-10 0 0
Tercapai Penuh 37-46 48 100

4.1.5 Hubungan Demografi Tenaga Kefarmasian Dengan Pelaksanaan


Patient Safety
1. Uji Spearman-rho

Tabel 4.6 Hasil Analisis Korelasi Spearman’s-rho

Usia
Koefisien Korelasi
Pelaksanaan Sasaran 0,201
Keselamatan Pasien Sig.(2-Tailed) 0,172
Jumlah 48

Berdasarkan tabel 4.7 dilakukan analisis non parametrik menggunakan

Correlation Spearman’s-rho. Hasilnya adalah usia tidak memiliki korelasi

dengan pelaksanaan patient safety.

58
2. Uji Chi-Square dan Uji Eta Koefisien Korelasi

Tabel 4.7 Analisa Hubungan Demografi dan Pelaksanaan Sasaran


Patient Safety

Penerapan
Demografi SNARS Sig. Eta
Tercapai Penuh Chi-
n % square
20-30 25 52
31-40 17 35
Usia 41-50 4 9 0,616 -
>50 2 4
Total 48 100
Jenis Laki-laki 10 21
Kelamin Perempuan 38 79 0,754 0,283
Total 48 100
D3 Farmasi 33 69
Status S1 Farmasi 2 4
Pendidikan Apoteker 13 27 0,00 0,382
Total 48 100
TTK 35 73
Profesi Apoteker 13 29 0,151 0,168
Total 48 100
<6 bulan 6 12
Lama 6-12 bulan 11 23 0,013 0,514
Kerja >2 tahun 31 65
Total 48 100
Status Sudah menikah 34 71
Pernikahan Lajang 14 29 0,147 0,170
Total 48 100
Rawat inap 28 59
Tempat Rawat Jalan 16 33 0,644 0,064
Kerja Logistik 4 8
Total 48 100

Berdasarkan tabel 4.8 dilakukan analisis chi-square dan koefisien eta

korelasi. Hasil uji chi-square status pendidikan, dan lama kerja memiliki

hubungan dengan pelaksanaan patient safety sedangkan usia, jenis kelamin,

profesi, status pernikahan serta tempat kerja tidak memiliki hubungan. Pada

59
uji koefisien korelasi eta jenis kelamin, profesi, status pernikahan, lama

kerja, status pendidikan serta tempat kerja tidak berasosiasi dengan

pelaksanaan patient safety.

60
4.2 PEMBAHASAN

Tenaga kefarmasian adalah salah satu orang yang memiliki peranan

penting dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Pelayanan

kefarmasian berkaitan erat dengan keselamatan pasien dalam penggunaan

obat yang rasional dan benar. Pelayanan kefarmasian dituntut untuk teliti

dalam menjelaskan, membaca resep, efek samping obat secara jelas dan

mudah dimengerti kepada dokter maupun pasien (Cahyati & Qomariyah,

2019). Kinerja dari tenaga kefarmasian dapat dipengaruhi oleh beberapa hal

yaitu usia, jenis kelamin, lama kerja, serta tingkat pendidikan dalam

melaksanakan sasaran keselamatan pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara demografi

tenaga kefarmasian yaitu usia, jenis kelamin, profesi, pendidikan, status

pernikahan serta lama kerja terhadap pelaksanaan patient safety di RSUD

dr. R. Koesma Tuban. Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner

yang berisikan 23 item pertanyaan yang telah disadur dari 6 sasaran

keselamatan pasien oleh SNARS 2019 edisi 1.1. Lalu dilakukan wawancara

keseluruh responden di RSUD dr. R. Koesma Tuban. Responden pada

penelitian ini adalah tenaga kefarmasian.

Pengambilan data dibulan November 2021. Total sampel pada

penelitian ini 52 responden. Namun 4 responden tidak memenuhi kriteria

inklusi maka dilakukan pada 48 responden lainnya, hal ini karena responden

cuti melahirkan dan pensiun. Hasil uji validitas kuesioner yang dilakukan di

30 responden yang terdiri dari 27 TTK dan 3 apoteker di RSNU Tuban, yang

61
kemudian dianalisis menggunakan pearson correlation guna melihat

korelasi dan didapatkan hasil bahwa kuesioner yang berisikan 23 item

pertanyaan tersebut “valid”. Kemudian dilakukan uji reliabilitas kuesioner

yang didapatkan hasil ChronhBach’s Alpha yaitu 0,937 maka kuesioner

tersebut dapat dikatakan “reliabel”.

Selajutnya dianalisi normalitasnya dengan Kolmogorov Smirnov

didapatkan hasil signifikansi 0,00 yang artinya data tidak terdistribusi

normal, sehingga dilakukan uji alternativ yaitu uji Spearman’s rho dan uji

koefisien korelasi eta sampai akhir.

4.2.1 Hubungan Demografi Individu dengan Penerapan Patient Safety

a. Usia

Hasil penelitian ini menggunakan tenaga kefarmasian sebanyak 48

orang yang terdiri dari usia 20-30 tahun sebanyak 52%, usia 31-40 tahun

35% dan yang berusia 41-50 tahun sebanyak 9% dan >50 tahun 4%. Pada

rentang usia 21-43 tahun merupakan usia yang produktif sehingga

kemampuan seseorang dalam bekerja masih optimum. Seiring

bertambahnya usia kemampuan motorik sesorang tumbuh dan berkembang,

identik dengan idealism yang tinggi, etos semangat kerja yang tinggi serta

tenaga yang prima. Semakin bertambahnya usia diharapkan juga memiliki

pengalaman kerja yang banyak, pengetahuan yang luas serta pemahaman

tentang menjaga mutu pelayanannya tinggi (Aprilia, 2011).

Hasil dari uji analisis hubungan antara usia dengan penerapan patient

safety mengggunakan metode Spearman’s rho diperoleh nilai p value 0,172

62
dengan signifikansi p > 0,05. Analisis uji chi square menunjukkan p value

sebesar 89,152 dengan signifikansi 0,616 yang artinya usia tidak memiliki

hubungan dengan penerapan patient safety. Hasil dari penelitian ini sejalan

dengan penelitian Chegini et al. (2020) disalah satu RS di Iran yang

menunjukkan bahwa usia tidak memiliki hubungan yang bermakna dalam

penerapan keselamatan pasien. Menurut Pambudi et al. (2018) juga

menyatakan bahwa usia tidak memiliki hubungan bermakna dengan

perilaku penerapan 6 SKP di ruang rawat inap di RS Panti Waluya Malang.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pegawai yang berusia tua memang

memilki kekurangan di fisik namun mereka bekerja dengan ulet dan

bertanggung jawab begitu pula dengan pegawai yang berusia muda

(Mulyana, 2013).

b. Jenis Kelamin

Responden pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki

sebanyak 21% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 79%. Hasil dari uji

koefisien korelasi eta 0,283 yang artinya tidak terdapat hubungan antara

jenis kelamin dengan pelaksanaan patient safety. Hasil uji chi-square p

value sebesar 2,648 dengan signifikansi 0,754 yang artinya tidak ada

hubungan antara jenis kelamin dengan pelaksanaan patient safety. Hasil dari

penelitian Putra (2013) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan penerapan sasaran keselamatan pasien. Sejalan dengan

penelitian Pambudi et al. (2018) bahwa tenaga keperawatan perempuan

maupun laki-laki menerapkan sasaran keselamatan pasien dengan baik.

63
Penelitian oleh Almeida & Bremser (2015) menyatakan bahwa

perempuan baik dalam mengambil keputusan karena perempuan

memikirkan hal-hal yang detail dan kompleks sedangkan laki-laki efisien

dalam pengambilan keputusan, baik laki-laki maupun perempuan sama-

sama memiliki peluang yang sama untuk menjadi pegawai yang

professional.

c. Status Pendidikan Terakhir

Perbandingan dari pendidikan terakhir pada penelitian ini status

pendidikan terakhir D3 Farmasi sebanyak 69%, pendidikan terakhir S1

Farmasi sebanyak 4% dan profesi apoteker sebanyak 27%. Hasil dari uji

chi-square p value sebesar 38,479 dengan nilai signifikansi 0,00 yang

artinya status pendidikan memiliki hubungan dengan pelaksanaan patient

safety. Sedangkan hasil dari uji eta koefisien korelasi menyatakan hal yang

berbeda dengan 0,382 artinya status pendidikan tidak memiliki asosiasi

dengan penerepan patient safety. Hal yang sama dengan penelitian

Wulandari et al. (2018) menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap mendukung program

keselamatan pasien, Menurut Ernawati (2020) tingkat pendidikan perawat

tidak mempengaruhi kinerja dalam memberikan asuhan keselamatan pasien

namun pengetahuanlah yang berpengaruh.

Namun, hasil penelitian Astriana (2014) adanya hubungan antara

tingkat pendidikan seseorang perawat dengan kinerja keselamatan pasien di

RSUD haji Makassar. Kemampuan kerja berhubungan erat dengan

64
pendidikan bagi seseorang sebagai tenaga keperawatan. Perawat yang

memiliki tingkat pendidikan yang baik seseuai dengan profesinya akan

mampu melaksanakan pelayanan medis maupun perawatan pada pasien

dengan baik. Sejalan dengan penelitian ini menggunakan chi-square

signifikansi 0,00 yang artinya memiliki hubungan antara tingkat pendidikan

terakhir dengan penerapan keselamatan pasien.

d. Profesi

Profesi responden penelitian ini TTK sebanyak 73% dan profesi

apoteker sebanyak 27%. Setelah dilakukan uji chi-square hasil p value

0,151 dan uji koefisien korelasi eta 0,411 yang artinya profesi tidak

berasosiasi dengan penerapan patient safety. Hal ini sejalan dengan

penelitian Pranata et al., (2020) yang menyatakan tidak ada hubungan antara

profesi dengan penerapan keselamatan pasien. Menurut Sampson dan

Akyeampong (2014) karyawan yang berhubungan langsung dengan

konsumen dituntut selalu bertanggung jawab terhadap konsumen dan

disiplin terhadap pekerjaanya.

e. Status Pernikahan

Status pernikahan responden pada penelitian ini dengan status sudah

menikah sebanyak 71% dan yang belum menikah sebanyak 29%. Hasil uji

chi-square p value 0,147 dan uji koefisien korelasi eta sebesar 0,413 yang

artinya tidak terdapat hubungan antara status pernikahan dengan penerapan

patient safety. Hal ini sejalan dengan penelitian Awliyawati (2015) dan

Handayani et. al., (2015) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

65
antara status penikahan dan kepatuhan perawat terhadap pedoman

keselamatan pasien. Status pernikahan seorang tergantung bagaimana orang

tersebut menyikapinya, jika seseorang yang sudah menikah mengolah status

pernikahanya sebagai motivasi dalam bekerja maka kinerja orang tersebut

akan meningkat begitupula sebaliknya jika seseorang mengganggap bahwa

menikah merupakan suatu beban maka akan terjadi penurunan dalam

pekerjaannya.

Hasil dari penelitian Pambudi et al., (2018) menjelaskan lebih lanjut

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan dan

penerapan 6 SKP di ruang rawat inap RS Panti Waluya Malang. Orang yang

sudah menikah memiliki perilaku yang relative lebih baik. Hal ini bisa saja

terjadi karena orang yang sudah menikah memiliki tanggung jawab yang

lebih besar sehingga perilakunya lebih baik.

f. Lama Kerja

Durasi lama kerja pada penelitian ini <6 bulan sebanyak 12%, lama

kerja 6-12 bulan sebanyak 23% dan >2 tahun lama kerjanya sebanyak 65%

responden. Hasil uji chi-square p value 0,013 yang artinya lama kerja

memiliki hubungan dengan penerapan patient safety. Sedangkan hasil yang

berbeda didapatkan dari uji koefisien korelasi eta 0,514 yang artinya lama

kerja tidak berasosisasi dengan penerrapan patient safety. Hasil yang sama

juga didapatkan di penelitian Sarasanti et al. (2018), lama kerja tidak

berpengaruh terhadap penerapan sasaran keselamatan pasien di Instalansi

Rawat Inap RS X. Sejalan dengan penelitian Mulyatiningsih (2013)

66
menyatakan lama kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

perilaku perawat dalam penerapan sasaran keselamatan pasien, orang yang

lama bekerja dan memiliki banyak pengalaman belum tentu lebih produktif

dibandingkan orang yang belum lama bekerja.

Namun hal yang berbeda didapatkan penelitian Pranata di tahun

2020, lama kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan penerapan

keselamatan kerja di RSI Sultan Agung Semarang. Sejalan dengan

penelitian Pranata (2020), penelitian Pambudi (2018) terdapat pengaruh

antara lama kerja dengan perilaku penerapan 6 SKP di ruang rawat inap RS

Waluya. Menurut Notoatmodjo dan Anderson (2012) orang yang

memahami tugasnya dengan cepat dan mudah biasanya adalah orang yang

memiliki pengalaman kerja yang lama, peluangnya dalam beradaptasi

dengan lingkungan serta prestasinya dapat meningkat. Perawat dengan lama

kerja ³5 tahun merupakan perawat senior. Masa kerja yang lama akan

memberikan dampak positif berupa pengalaman kerja yang baik, sehingga

baik dampaknya terhadap penerapan patient safety (Ariyati, 2016).

g. Tempat Bekerja

Tenaga kefarmasian berdasarkan di bangsal rawat inap sebanyak

59%, bangsal rawat jalan sebesar 33% dan logistic sebanyak 8% yang terdiri

dari apoteker dan tenaga kefarmasian. Hasil uji chi-square menunjukkan

bahwa nilai p value sebesar 7,849 dengan signifikansi 0,644 dan uji

koefsisien korelasi eta menunjukkan nilai p value sebesar 0,253 di mana

hasil ini memiliki korelasi sangat lemah dan menunjukkan bahwa tidak

67
terdapat hubungan tempat kerja dengan pelaksanaan patient safety. Hasil

tersebut sejalan dengan penelitian Pranata et al. (2020) menyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat kerja tenaga

kefarmasian dengan penerapan sasaran keselamatan pasien di RSISA

Semarang. Baik tenaga kefarmasian di rawat inap, rawat jalan maupun

logistic menerapkan sasaran keselamatan pasien dengan sangat baik dan

sesuai dengan prosedur.

4.2.2 Penerapan Patient Safety oleh farmasis

Hasil dari wawancara dengan seluruh responden dan penanggung

jawab PMKP di RSUD dr. R. Koesma Tuban bahwasanya seluruh

responden sudah menerapkan 100% dari sasaran patient safety di RS sesuai

dengan pedoman SNARS 2018 edisi 1.1. Menurut penanggung jawab

PMKP alur pelaporan insiden keselamatan pasien sebagai berikut:

68
Sentinel

KTD

KNC
Insiden
KTC

KPC Petugas lapor sesuai prosedur

Selambat-lambatnya 2x24 jam


Ekstrim

Grading Risiko Dampak Moderat

Minor
Verifikasi insiden TKPRS
Minimal

Investigasi dan wawancara dokumen


di unit yang terjadi insiden

Hasil Grading oleh


TKPRS

Lapor Direksi
Rekomendasi pengobatan

Lapor PERSI
Apoteker Unit

Pasien

Gambar 4.1 Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

di RSUD dr. R. Koesma Tuban

69
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Penanggung

jawab keselamatan pasien (PMKP) di RSUD dr. R. Koesma Tuban

terkait dengan pelaksanaan patient safety sudah sesuai dengan

buku pedoman SNARS 2018 edisi 1.1. Hal ini dapat dilihat dari

minimnya insiden di RSUD dr. R. Koesma. Pada tahun 2021

dilaporkan terjadi 1 insiden keselamatan pasien, yaitu KNC terkait

skrining resep meliputi kesalahan dalam pembacaan nama obat dan

perhitungan dosis.

Berdasarkan gambar 4.8 menjelaskan bahwa terdapat proses

pelaporan insiden, grading, evaluasi serta monitoring pelaksanaan

patient safety tanpa adanya hambatan. Penanggung jawab PMKP

menjelaskan kepada peneliti bahwa proses pelaporan insiden mulai

dari grading risiko kemudian pelaporan ke tim KPRS untuk

selanjutnya diinvestigasi langsung, baik secara dokumen dan

wawancara oleh tim KPRS ke unit yang terjadi insiden

keselamatan pasien. Selanjutnya tim KPRS merekomendasikan

pengobatan ke unit dan terakhir pelaporan kepada pihak direksi

maupun pihak PERSI.

Hasil dari wawancara dengan kepala Instalansi farmasi

berdasarkan kuesioner yang digunakan menunjukkan bahwa

identitas pasien menggunakan nama, nomor rekam medik, tanggal

lahir, alamat pasien dan label obat. Tenaga kefarmasian selalu

melakukan double check terhadap identitas pasien sebelum

70
menyerahkan obat ke pasien sehingga dapat meminimalkan

medication error. Hal ini sesuai dengan SNARS edisi 1.1. bahwa

identitas pasien minimal menggunakan dua identifikasi dari empat

bentuk identifikasi antara lain nama pasien, tanggal lahir pasien,

nomor rekam medik dan Nomor Induk Kependudukan (NIK)

pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Valentina (2017) di RS

Husni Medan menjelaskan bahwa ketepatan identifikasi pasien

mencapai 100%. Kejadian Tidak Diharapkan bisa terjadi jika

perawat tidak memperhatikan identitas pasien secara lengkap.

Hasil ini merupakan hasil evaluasi dari pelaksanaan patient safety

di mana pada kasus sebelumnya ditemukan sebanyak 86 Kejadian

Tidak Diharapkan pada RS tersebut.

Hasil wawancara mengenai komunikasi efektif sudah

dilakukan seseuai dengan prosedur di RS. Unit diklat memberikan

pelatihan komunikasi efektif kepada tenaga kefarmasian setiap

satu bulan sekali hal ini dilakukan agar komunikasi antar tenaga

kesehatan tetap terjaga dengan baik. Tenaga kefarmasian di RS

memiliki masa kerja <6 bulan namun tetap mendapatkan pelatihan

komunikasi efektif secara menyeluruh sehingga mampu

melaksanakan komunikasi efektif dengan baik.

Menurut KARS (2013) target dari komunikasi efektif

sebanyak 100%, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi

kesalahan dalam komunikasi efektif. Apabila komunikasi efektif

71
tidak dilakukan dengan baik maka menjadi ancaman bagi

keselamatan pasien dan dapat merugikan rumah sakit. Komunikasi

adalah salah satu yang faktor bertanggung jawab terhadap

keselamatan pasien dan kepuasan pelayanan (Tutiany, 2018).

Penyediaan, pembelian, penerimaan serta penyimpanan obat

yang perlu diwaspadai sesuai dengan ketentuan SNARS di mana

di simpan terpisah dan memiliki label merah, terkait tempat

dispensing obat yang perlu diwaspadai sudah sesuai, dari sebelum

masuk ke dalam unit masing-masing di bawah tanggung jawab

apoteker, dari gudang sudah diberikan label dan dipisahkan dari

obat yang lain, RSUD dr. R. Koesma sudah menerapkan sistem

NORUM mulai dari pemisahan obat dan pemberian label merah

sesuai dengan prosedur RS, pengecek . Setiap bulannya tim KPRS

melakukan pelatihan tentang obat-obat yang perlu diwaspadai, tim

meminta setiap petugas menuliskan daftar-daftar obat yang perlu

diwaspadai atau disebut dengan white book, lalu dilanjutkan

dengan edukasi identifikasi, penempatan, serta pelabelannya.

Berdasarkan KARS (2018), untuk meningkatkan keamanan obat

yang perlu diwaspadai, rumah sakit perlu menetapkan resiko

spesifik dari setiap obat tetap menggunakan serta memperhatikan

aspek peresepan, penyimpanan, menyiapkan, mencatat,

menggunakan dan memonitoringnya. Obat yang perlu diwaspadai

wajib disimpan di instalasi farmasi. Apabila rumah sakit ingin

72
menyimpan selain di instalansi farmasi, maka disarankan disimpan

di unit atau depo farmasi yang berada dibawah tanggung jawab

langsung apoteker.

Terakhir mengenai prosedur hand hygiene, tenaga

kefarmasian sudah melalui pelatihan lima langkah cuci tangan

dengan tim PPI sesuai dengan SPO RS, para tenaga kefarmasian

yang baru bekerja langsung di RS juga mendapatkan pelatihan

tersebut, hal ini dapat dilihat ketika farmasis mempraktekkan

prosedur cuci tangan dengan baik, lalu setiap wastafel di RS sudah

dilengkapi dengan prosedur mencuci tangan menggunakan hand

wash maupun hand rub. Tim PPI sesuai prosedur sudah melakukan

dan memonitoring setiap bulan ke unit untuk proses desinfeksi.

73
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1 Penerapan patient safety di RSUD dr. R. Koesma Tuban sudah

tercapai penuh dengan nilai 100% di mana seluruh tenaga

kefarmasian telah menerapkan sasaran patient safety dengan

baik.

5.1.2 Terdapat hubungan antara status pendidikan serta lama kerja

dengan penerapan patient safety di RSUD dr. R. Koesma

Tuban.

5.1.3 Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, profesi,

status pernikahan serta tempat kerja dengan penerapan patient

safety di RSUD dr. R. Koesma Tuban.

5.2. Saran

5.2.1. Saran bagi peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah

sampel guna cakupan yang lebih luas, sehingga dapat

menambah aspek lain dari penelitian ini yang belum

terbahas.

5.2.2. Saran bagi peneliti selanjutnya untuk mengganti opsi pada

kuesioner lama bekerja menjadi blank space.

74
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, A., Bremser, K. (2015). Does gender specific decision making exist?.
EuroMed Journal of Business, Vol. 10 Iss: 1, pp.47–65.
Aprilia, S. (2011). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Penerapan
IPSG (International Patient Safety Goal) pada Akreditasi JCI (Joint
Commission International) di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011.
Aprilyanti, S. (2017). Pengaruh Usia dan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
(Studi Kasus: PT. OASIS Water International Cabang Palembang). In Jurnal
Sistem dan Manajemen Industri (Vol. 1).
Ariyati, T. (2016). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan KepatuhanPenerapan
Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
Astriana, Bahry, N, Sidin, A. (2014). Hubungan pendidikan, masa kerja dan beban
kerja dengan keselamatan pasien RSUD Haji Makasar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNHAS. Makassar.
Awliyawati, F.D. (2015). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan
Dalam Menerapkan Pedoman Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Islam Faisal Makassar. UIN Alauddin Makassar.
Bardan, R. J. (2017). Analisis Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Tahun 2017. In PLoS Neglected Tropical
Diseases (Vol. 9, Issue 5).
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MmNl
NWVhYzMxYWNmYmIyNjZkOTE3YmE4MmYxNjJmMjU1YTU3ZmNj
ZA==.pdf
Cahyati, S., & Qomariyah, N. (2019). PERAN WORK ENGAGEMENT
TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT. Jurnal Psikologi, 12(1), 11–21.
https://doi.org/10.35760/psi.2019.v12i1.1912
Chegini, Z., Janati, A., Afkhami, M., Behjat, M., & Shariful Islam, S. M. (2020). A
comparative study on patient safety culture among emergency nurses in the

75
public and private hospitals of Tabriz, Iran. Nursing Open, 7(3), 768–775.
https://doi.org/10.1002/nop2.449
Damanik, E. T. M. (2019). Pengaruh Interprofessional Collaboration Terhadap
Keselamatan Pasien.
Dewi, D. A. N. N. (2018). Modul Uji Validitas dan Reliabilitas.
https://www.researchgate.net/publication/328600462
Dharmawati, I. G. A. A., & Wirata, I. N. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan,
Umur, Dan Masa Kerja Dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan
Mulut Pada Guru Penjaskes SD di Kecamatan Tampak Siring Gianyar. Jurnal
Kesehatan Gigi , 4(1).
Emanuel, L. L., Hatlie, M., & Vincent, C. (2014). What Exactly Is Patient Safety?
Health Care Ethics View project Communication and Resolution Programs
View project. https://www.researchgate.net/publication/49769559
Ernawati, S., & William, T. (2020). Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh
Perawat. Klabat Journal Of Nursing, 2, 44.
Fazria, N. F. (2019). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Implementasi
Medication Safety Pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit ‘X’ Tuban (Vol. 1,
Issue 1).
Handayani, M., Anggraeni, R., & Maidin, M.A. 2014. Determinan Kepatuhan
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Universitas
Hasanuddin.
Harahap, M. N. (2019). Hubungan Perawat Terhadap Pelaksanaan Sasaran
Keselamatan Pasien.
Harjuna, F. R. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA HOME INDUSTRI TEKSTIL
DAN PAKAIAN.
Hartati, Lolok, H. N., Fudholi, A., & Satibi. (2014). Analisis Kejadian Medication
Error Pada Pasien ICU. Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, Jurnal, 4(2).
Hasibuan, A. N. (2019). Manfaat Penerapan Keselamatan Pasien Dan
Keselamatan Kesehatan Pasien Dalam Keperawatan.

76
Herman, M. J., Handayani, R. S., & Siahaan, S. A. (2013). Kajian Praktik
Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 7(8).
Jamili, S., Ebrahimipour, H., Hooshmand, E., Ollah Esmaily, H., & Vafaei Najar,
A. (2014). Assessment of Patient Safety Culture in a Selected Number of
Pharmacies Affiliated to Mashhad University of Medical Sciences Using the
Pharmacy Survey on Patient Safety Culture (SOPS) A R T I C L E I N F O.
Patient Safety & Quality Improvement Journal.
KARS. (2018). Efektif 1 Januari 2018. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit,
1, 421.
KEMENKES RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (Patent
No. 30). https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/pmk302014.pdf
KEMENKES RI. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Ed.
III.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.11 Tentang Keselamatan Pasien (Patent No. 11).
Kusharwanti, W., Dewi, S. C., & Setiawati, M. K. (2014). Pengoptimalan Peran
Apoteker dalam Pemantauan dan Evaluasi Insiden Keselamatan Pasien.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 3(3), 67–76.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2014.3.3.67
Kustriyani, M., Rohana, N., Atika Maulidina, U., & Studi Ners STIKES Widya
Husada Semarang Jl Subali Raya, P. (2017). Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pencegahan Pasien
Resiko Jatuh Di Rawat Inap Rsud Dr. H. Soewondo Kendal.
http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php/jners/article/view/163/154
Mulyana, D. S. (2013). Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien Oleh
Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta.
Mulyatiningsih, S. (2013). Determinan Perilaku Perawat Dalam Melaksanakan
Keselamatan Pasien Di Rawat Inap Rsau Dr. Esnawan Antariksa Jakarta.
Jakarta :UI

77
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta
Pambudi. Yohanes David Wahyu, Sutriningsih, A., & Yasin, D. D. F. (2018).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM
PENERAPAN 6 SKP (SASARAN KESELAMATAN PASIEN) PADA
AKREDITASI JCI (JOINT COMMISSION INTERNATIONAL) DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG.
Nursing News, 3(1).
Pranata, M., Qiptiya, M. Z., & Fatiha, C. N. (2020). Hubungan Demografi Tenaga
Kefarmasian Dengan Pelaksanaan Patient Safety Berdasarkan Snars Edisi
1.1 Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Purnama, H. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penempatan
Dan Hubungannya Dengan Kepuasan Kerja Karyawan.
Putra, A. J. Z. (2013). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI
RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2012.
Retnaningsih, D. (2016). Beban Kerja Perawat Terhadap Implementasi Patient
Safety di Ruang Rawat Inap. In The Soedirman Journal of Nursing) (Vol. 11,
Issue 1).
RSUD dr. R.Koesma Tuban. (2016). Perubahan Rencana Strategi Tahun 2016-
2021 (1st ed.). RSUD dr. R. Koesma Tuban.
Sampson, W. G., Akyeampong, O. 2014. Work-related Stress in Hotels: An
Analysis of the Causes and Effects among Frontline Hotel Employees in the
Kumasi Metropolis, Ghana. J Tourism Hospit. (Vol. 3 Issue 2).
Sarasanti, J., Soepangat, S., Hutapea, F., (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien Oleh Paramedis Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. Jakarta
Satibi. (2015). Manajemen Obat di Rumah Sakit. UGM Press.

78
Satria, W., Sidin, A. I., & Noor, N. B. (2013). Mengimplementasikan Patient Safety
di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Makasar, Universitas
Hasanudin., 1–11. repository.unhas.ac.id
Setiyani, M. D., Zuhrotunida, Z., & Syahridal. (2017). Implementasi Sasaran
Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rsu Kabupaten Tangerang. Jurnal
JKFT, 2(2), 59. https://doi.org/10.31000/jkft.v2i2.63
Setyawan, F. E. B., & Supriyanto, S. (2019). Manajemen Rumah Sakit. Zifatma
Jawara.
Simamora, R. H., Nurmaini, & Siregar, C. T. (2019). Knowledge of nurses about
prevention of patient fall risk in inpatient room of private hospital in Medan.
Indian Journal of Public Health Research and Development, 10(10), 759–763.
https://doi.org/10.5958/0976-5506.2019.02907.3
Simamora, S., & Wibisana, A. (2015). Potensi Medication Error Akibat Ketidak-
Lengkapan Administratif dan Polifarmasi Resep pada Pengobatan Gastritis
Peserta Mandiri In Health di Apotek Sehat Bersama. Jurnal Kesehatan, X(5).
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan RnD. Alfabeta.
Tarigan, T. V. B. (2019). Faktor faktor yang Mempengaruhi Penerapan
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
Tim KPPRS. (2011). Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).
RSUP Sanglah.
Triani, N. S. N. (2018). Interprofsional Education (IPE). CV budi Utama.
Tutiany, & Lindawati, P. K. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Manajemen
Keselamatan Pasien. KEMENKES RI PPSDM.
Utaminingsih, A. (2014). Perilaku Organisasi. UB Press.
Utarini, A. (2013). Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 15(4), 3–7.
Wulandari, N., Setyaningrum, R., & Musafah. (2018). HUBUNGAN
KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN SIKAP
MENDUKUNG PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI
RSUD BANJARBARU.

79
Yulia, S. (2010). Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien Terhadap Pemahaman
Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien di RS Tugu Ibu
Depok.
Yusup, A. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1).

80

Anda mungkin juga menyukai