Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER TEORI MAKRO EKONOMI

“PENGOLAHAN DATA UNTUK PULAU SULAWESI”

DI SUSUN OLEH:

 SUNTRA YANTI (210302036)

 TARY ASMAWATI (210302042)

 AMELIA PUTRI (210302043)

 ZULPARDI (210302035)

 TONGONI WARUWU (210302038)

DOSEN PENGAMPU:

NENG MULRIATI, SE., M.Si


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGANGGURAN DI PULAU SULAWESI

Pengolahan data ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan


ekonomi dan inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka di pulau Sulawesi. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berupa
data time series dan data variabel yang digunakan merupakan data tahunan pada
rentang waktu tahun 2000-2021. Sumber data yang digunakan dalam pengolahan
data ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Bank Indonesia (BI). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Regresi Linear Berganda. Tabel dibawah ini merupakan hasil tabulasi data
untuk pulau sulawesi yang terdiri dari 6 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo).

TABULASI DATA PULAU SULAWESI


TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI TINGKAT INFLASI TINGKAT PENGANGGURAN
2000 2,79 1,83 3,88
2001 3,83 2,26 7,35
2002 4,36 1,25 8,86
2003 4,87 1,03 8,87
2004 5,18 2,29 9,05
2005 5,57 3,11 19,49
2006 7,02 3,63 19,69
2007 7,28 4,23 16,89
2008 8,92 7,37 14,99
2009 7,16 2,63 13,36
2010 8,63 5,16 12,13
2011 8,51 3,36 12,15
2012 8,77 5,35 9,63
2013 7,78 5,65 7,84
2014 6,88 7,14 8,19
2015 8,2 3,45 9,76
2016 7,09 1,89 8,3
2017 6,75 2,86 8,5
2018 8,8 4,29 7,88
2019 6,64 2,8 7,52
2020 0,015 1,23 8,73
2021 4,93 2,14 9,05
Y = Tingkat pengangguran
X1 = Pertumbuhan Ekonomi
X2 = Inflasi

Y= a + b1x1 +b2x2+ ∑

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2.215 .216 10.235 .000
Pertumbuhan_Ekonomi -.013 .035 -.093 -.362 .722 .773 1.294
Inflasi .418 .333 .322 1.254 .226 .773 1.294
a. Dependent Variable: Tingkat_Pengangguran

MODEL REGRESI: Y= 2,215 – 0,013 + 0,418 + ∑

Hasil estimasi data time series dengan analisis regresi linear berganda menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap tingkat pengangguran terbuka, artinya semakin laju pertumbuhan
ekonomi maka akan tingkat pengangguran akan semakin menurun begitupula
sebaliknya. Sedangkan variabel inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap tingkat pengangguran terbuka di dipulau Sulawesi, artinya Semakin
tinggi inflasi dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat, sehingga
akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran. Semua negara di dunia selalu
menghadapi permasalahan inflasi ini.

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .289 .084 -.018 .31440 .638
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Pertumbuhan_Ekonomi
b. Dependent Variable: Tingkat_Pengangguran

R Square = 0,289 = 28,9%


Artinya sebesar 28,9% variabel independent (inflasi, pertumbuhan ekonomi)
mempengaruhi variabel dependent (tingkat pengangguran). Sisanya 71,1% terdapat
faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengangguran diluar model regresi ini.

 PEMBUKTIAN KEABSAHAN TEORI-TEORI TENTANG PENGARUH


PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI TERHADAP TINGKAT
PENGANGGURAN.
a. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN
PENGANGGURAN

 Okun dalam Samuelson (2005) menyatakan bahwa untuk setiap 2 persen


kemerosotan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran melonjak 1
persen.

 Kemudian Mankiw (2007) menyatakan jika tingkat pengangguran tetap


sama, GDP riil tumbuh sampai kira-kira 3 persen. Selain itu, untuk setiap
persentase tingkat pengangguran meningkat, pertumbuhan GDP riil turun
sampai 2 persen. Jadi, jika tingkat pengangguran naik dari 6 persen menjadi
8 persen maka GDP riil turun sebesar 1 persen.

 Menurut Keynes, pengangguran dapat diatasi melalui peningkatan


permintaan agregat. Meningkatnya permintaan akan mendorong kinerja
sektor-sektor ekonomi untuk meningkatkan output. Hal ini akan menyerap
lebih banyak tenaga kerja, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi
jumlah pengangguran. Pemikiran Keynes tersebut menunjukkan adanya
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran.

b. HUBUNGAN ANTARA INFLASI DENGAN PENGANGGURAN


 Kurva Phillips merupakan kurva yang menunjukkan hubungan
berkebalikan (negatif) antara tingkat inflasi dan tingkat
pengangguran. Jika tingkat inflasi di suatu negara tinggi, maka
tingkat penganggurannya rendah. Begitu juga sebaliknya, jika
tingkat inflasi rendah, maka tingkat pengangguran tinggi. Kurva
Phillips yang menggambarkan tradeoff antara inflasi dan pengangguran
tidak berlaku di Indonesia. Kecenderungan yag sesuai dengan kurva Phillips
didapatkan dari hubungan antara pengangguran dengan pertumbuhan
ekonomi. Dalam teori kurva Phillips, pengangguran yang tinggi memang
akan cenderung mengurangi inflasi. Namun yang menarik di Indonesia
fenomena yang sering terjadi adalah ketika pengangguran tinggi tingkat
inflasi juga masih tetap tinggi. Padahal, tujuan yang selalu dikehendaki
untuk kedua masalah tersebut adalah rendah. Nah, hal ini terbukti dengan
data yang kita olah menyatakan bahwa hubungan inflasi dan tingkat
pengangguran adalah positif. Jika tingkat inflasi tinggi, maka tingkat
pengangguran ikut tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika tingkat
inflasi rendah, maka tingkat pengangguran rendah.

Anda mungkin juga menyukai