Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS CERPEN “SADAM SI KURIR PAKET“

DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

Laporan ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
“Kajian Prosa Fiksi”

Dosen Pengampu:
Rahmah Purwahida, M.Pd.

Disusun Oleh:
Annisa Widya Shafira
NIM 1201621026
Kelas 2 PB 2

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
A. Kutipam Cerpen

Sadam Si Kurir Paket

Karya Restu Dwijean Fadilah dan Rahmah Purwahida, S.Pd., M.Hum.

Pada siang hari di sebuah kafe yang sepi pelanggan, terlihat Sadam sedang duduk di salah
satu kursi kafe sambil bermain ponsel. Pada kafe tersebut terdapat televisi yang sedang
menyajikan berita tentang perketatan pembatasan sosial yang akan diperpanjang guna memutus
rantai penyebaran virus Covid-19 yang sedang melanda ini, Sadam pun mendengarkan berita
tersebut. “bukannya membaik, malah diperpanjang mulu.” Ucap Sadam kesal.

Pada sore harinya tampak bos kafe sedang berdiri di balik kasir dengan wajah yang
murung sambil melirik jam pukul 17.00. “udah rapi-rapi aja dam, udah jam segini.” “baik, pak.”
ucap Sadam lalu bergegas merapikan kafe, setelah itu pulang. Sesampainya di kosan, Sadam
melihat ada penghuni baru di kosannya sedang merapikan paket barang, laki-laki bernama Fadil.
"hai, gue Fadil, gue baru aja ngekos di kosan ini. Salam kenal ya." ucap Fadil sambil
mengulurkan tangannya. "maaf, social distancing, nama gue Sadam, salam kenal juga ya." ucap
Sadam dengan sopan..

Keesokan paginya, Sadam hendak berangkat kerja, kemudian ia melihat Fadil sedang
merapikan barang dagangannya yang akan diantar. Mereka saling bertegur sapa. Sesampainya di
kafe, Sadam membalik papan tulisan ‘OPEN’ di pintu kafe. Jam menunjukkan pukul 12 siang,
namun kafe masih saja sepi, hingga sore hari. Bos kafe pun datang dan memanggil Sadam, lalu
Sadam pun menghampiri bosnya.

“seperti yang kamu ketahui, dam. Kondisi sekarang sulit sekali untuk usaha kafe ini.
Sepertinya saya ingin tutup kafe saja, dikarenakan pandemi yang masih berlanjut, orang-orang
jarang untuk nongkrong di kafe.” ucap bos kafe sambil menghela napas. “sementara aja kan pak
tutup kafenya?” Tanya Sadam memastikan. “saya juga belum tahu dam, dua bulan terakhir kafe
sepi terus, simpanan kopi saya juga sudah lebih. Mungkin saya sudahi saja kafe ini.” Jawab bos
kafe yang sudah putus asa dengan keadaan. “ini gaji kamu sampai hari ini. Makasih ya dam,
semoga kamu bisa cepat dapat pekerjaan lain.” lanjut bos kafe sambil memberi Sadam amplop
berisi uang 350 ribu. “makasih banyak, pak.” ucap Sadam sambil menerima amplop tersebut.

Keesokan harinya terdengar ketukan dari pintu kos Sadam, ternyata ibu kos yang hendak
menagih uang kos. Ternyata Sadam sudah telat 1 bulan untuk membayar kosan. Siang harinya
Sadam mendapat telepon dari ibunya yang di kampung, Ibunya menagih uang pada Sadam untuk
keperluan membayar SPP adik Sadam, namun Sadam belum bisa memberi uang karena baru saja
ia kehilangan pekerjaannya. Saat malamnya Sadam mendapat telepon dari leasing, yang
menginfokan bahwa pembayaran motor yang sudah melebihi batas waktu. Sadam pusing dengan
keadaannya saat ini, banyak sekali yang menagihnya uang, tetapi baru saja ia kehilangan
pekerjaannya.

Keesokan paginya, Sadam berusaha untuk mencari pekerjaan, ia sedang merapikan


berkas-berkas lamaran kerjanya di tukang fotocopy. Saat sedang jalan, ia melihat sebuah ruko
bertuliskan lowongan kerja. Ia pun masuk ke ruko tersebut menanyakan apakah benar ada
lowongan pekerjaan. Ia bertanya pada ruko tersebut, ternyata lowongannya sudah terisi. Malam
pun tiba, Sadam pulang dengan badan yang lesu, tak dapat pekerjaan hari ini. Ia melempar
berkas lamaran pekerjaanya ke Kasur dengan kesal dan hampir putus asa. Keesokan harinya ia
mencari pekerjaan lagi, selama satu minggu Sadam mencari pekerjaan, namun tidak juga ia
dapatkan pekerjaan di masa-masa sulit seperti ini.

Suatu pagi, Sadam melihat Fadil sedang merapikan paket dagangannya yang hendak
dikirim. Mereka saling bertegur sapa dan mengobrol sebentar.

“wihh banyak nih orderan.” ucap Sadam memulai obrolan.

“iya nih dam, Alhamdulillah hari ini banyak yang order.” Jawab Fadil.

“kurirnya belom datang? Biasanya dateng awal dia.” Tanya Sadam.

"udah dua hari yang lalu kurir gue ngundurin diri dam, kayaknya gue harus cari kurir
baru deh buat anter paket, kalo ada temen lo yang minat jadi kurir anter paket, boleh
dam."

Mendengar hal tersebut, Sadam pun berniat untuk menjadi kurir paket Fadil.
"kalo gue aja gimana dil?, gue lagi butuh banget kerjaan ni. Seminggu yang lalu gue baru
aja kehilangan pekerjaan.” ucap Sadam.

"gue kira lo masih kerja di tempat lo, yaudah dam boleh ko lo aja yang jadi kurir paket
gue. hari ini juga lo udah bisa anter paket ini.” Jawab Fadil.

"oke dil, makasih banyak ya. sini barangnya gue anter sekarang dengan cepat dan
selamat!" Ucap Sadam dengan semangat.

Sadam pun memulai pekerjaannya sebagi kurir pengantar paket. Ia mengantar paket dari
rumah satu ke rumah yang lainnya. Ia bersyukur dan sangat berterima kasih pada Fadil yang
sudah memberinya pekerjaan walau hanya menjadi kurir. hari-hari pun ia lalui menjadi seorang
kurir pengantar paket, ia juga sudah bisa membayar tagihan-tagihan yang kemarin ditagih. Ia
mengingat kembali betapa susahnya mencari pekerjaan di masa pandemi ini, "alhamdulillah
akhirnya gue uda bisa kerja lagi, gue juga udah bisa bayar semua tagihan-tagihan gue yang
kemarin, jadi inget beberapa bulan yang lalu gue susah banget buat cari kerja, huft." ucap Sadam
dalam hati. Kita harus bersyukur apapun yang kita jalani saat ini dan jangan putus asa, tetaplah
berusaha hingga kamu mendapatkan apa yang kamu butuhkan dan inginkan.

Anda mungkin juga menyukai