Anda di halaman 1dari 4

Aku Selalu Menunggumu Di Sini

Karya C.P. Areta Nareswari

Hari ini langit berwarna biru cerah, ditambah dengan udara


yang menyengat di siang hari. Tiba-tiba muncul bayangan
seseorang bapak-bapak di belakangku. “ Nanti jam 4, jangan
lupa bunganya disiram ya nduk? “ ucap Pak Dion, selaku
pemimpin ekstra berkebun di sekolahanku ini. “ Jam 2 siang
pak? “ ucapku untuk sekedar berbasa basi dengan Pak Bisma. “
Kalau mau malam juga tidak apa-apa kok,, “ ucap Pak Dion
sambil meninggalkanku dan pergi entah ke mana.

Tibalah di jam 4 sore dengan keadaan kelas yang sangat ramai


karena tidak ada guru yang mengajar. Aku mengajak salah
satu temanku “ Dos, ayo temani aku ke green house belakang
sana ” tanyaku pada temanku yang bernama Audy, tetapi aku
sering memanggilnya dengan nama Audidos. “ Engga engga
engga, kamu tahu? Aku malas banget buat ke mana-mana.
Apalagi hari ini bukan jadwalku untuk menyiram bunga. “ ucap
Audy. “ Kalo bisa nolak juga aku paling sudah tidur nyenyak di
kelas “ ucapku kesal sambil berjalan menuju green house.

Sesampainya disana, aku langsung mengisi gembor dengan


air. Lalu, datanglah seorang anak laki-laki. Bet dibajunya
menunjukkan kelas 10 yang berarti dia merupakan adik
kelasku. Aku terdiam sejenak, melihat tampangnya dari atas
kepalanya menuju bagian bawah sepatunya. Dia juga terdiam
dan menatapku dengan matanya yang sipit. “ Ih apaan sih? “
gumamku. “ Dikira aku ngga punya mata? “ dia berbicara kecil
dan merasa terintimidasi dengan perkataanku. Lalu, mataku
tertuju di bet namanya yang tertulis ‘ Yudhantara .A.B. ‘.
“ Mau kubantu? “ ucapnya dengan mengambil gembor yang
ada di tanganku. “ Ngomong-ngomong namamu siapa mba? “
tanyanya. “ Areta Eilaria, panggil saja Areta. Kalau kamu? “ aku
bertanya balik padanya. “ Aku Yudhantara Arsena Balaraditya
bisa dipanggil Yudha. “. Setelah selesai menyirami bunga, kita
memutuskan untuk ke kelas masing-masing.

Pada keesokan harinya, aku bertemu dengan Yudha dan


beberapa temannya. Sesekali mataku tertuju padanya. Dan
setiap kali aku menyadari bahwa matanya juga tertuju padaku,
aku langsung membuang mukaku. Aku merasa bahwa aku
mulai menyukai Yudha.

Suatu hari, aku diajak Yudha untuk pulang sekolah bersama.


Dan aku pun mengiyakannya. Yudha menungguku berkemas-
kemas sambil berbincang dengan salah satu temannya.
Setelah selesai berkemas, aku langsung datang menghampiri
Yudha dan kita pun pulang bersama naik motor.

Ditengah perjalanan, aku bertanya pada Yudha “ Yudha, ulang


tahunmu itu kapan? “. “ Dua puluh enam septem- “ sebelum
Yudha menyelesaikan perkataannya, kita berdua dikejutkan
oleh suara dari teman-teman Yudha. “ Pacaran ini ye,, Pacaran
ini yee,, “ ucap teman-teman Yudha yang membuatku malu
karena banyak orang tertuju pada kita.
“ Ih apaan sih lu? “ ucapku yang sok berani. “ Eh buset, santai
saja kali mba,, Gilak Yud bini lu galak bener dah hahaha,, “
ucap teman Yudha langsung menyalip motor yang kita
tumpangi dan disusul oleh beberapa temannya yang lain. “
Udahlah perkataan temanku tadi gausah dipikirin. Tapi
memang sih kamu galak “ ucap Yudha. “ Oh iya yang tadi, ulang
tahunku tanggal dua puluh enam September ya,, “ tambahnya.
Setelah sampai di depan rumahku, Yudha mengatakan bahwa
ia akan langsung pulang. “ Yudha engga ngopi dulu sebentar? “
tanyaku. “ Engga ini mau langsung pulang aja, nanti kalau
pulang agak telat takut dimarahi mamah “ balas Yudha. “ Oh
yaudah. Hati-hati ya Yudha “ ucapku. “ Iya cantiknya Yudha,, “
ucap Yudha dengan menampilkan senyumnya yang manis. “
Yaudah Yudha pulang dulu ya,, Dadah,, “ tambah Yudha dengan
melambaikan tangganya, dan aku pun membalas lambaiannya.

Beberapa hari pun berlalu. Kali ini, setelah pulang sekolah


Yudha mengajakku untuk membeli ikan cupang karena ikan
cupangnya yang dulu tidak sengaja ikut terkuras saat
menguras air bak. Kita pun berangkat, dan lagi-lagi di tengah
perjalanan muncullah beberapa teman Yudha. “ Ekhm ekhm,, “
teman Yudha yang lain pun menirukan anak yang satu ini.

Sesampainya di penjual ikan hias, Yudha langsung memilih


ikan cupang yang warnanya paling menarik. “ Ini warnanya
cakep banget “ ucapnya. Yudha pun membeli 2 ikan cupang
dengan dua warna yang sama persis. Setelah membeli ikan
cupang, Yudha mengantarkanku pulang. Sesampainya di depan
rumahku, Yudha berkata “ Ini ikannya yang satu buat kamu.
Makasih ya sudah mau nganterin Yudha ke mana-mana “. “
Yudha beneran ini? “ ucapku tak percaya. Yudha pun
mengangguk dan ia pun langsung pulang.

Tak terasa, bulan pun terus berganti dan tibalah di bulan


September. Aku berniat untuk memberi Yudha hadiah kecil di
hari ulang tahunnya. Aku membuat beberapa bunga dari
kertas origami dan membelikannya buku kecil untuk beberapa
pesan yang ingin aku sampaikan.
Seminggu sebelum hari ulang tahunnya, aku mendengar kabar
bahwa Yudha dan teman temannya yang lain hilang pada saat
mereka sedang bermain di arus sungai. Sepulang sekolah, aku
pun menelefon mamah Yudha dan bertanya apakah pencarian
Yudha dan teman temannya membuahkan hasil. Tapi ternyata
belum ada perubahan.

Sampai di hari ulang tahun Yudha, mereka semua belum sama


sekali ditemukan. Pada saat itu, aku pergi ke rumah Yudha
untuk menitipkan hadiah ulang tahun Yudha kepada mamah
dan ayah Yudha. “ Mamah dan Ayah, aku nitip ini untuk ulang
tahun Yudha. Nanti kalau Yudha sudah pulang ke rumah, minta
tolong disampaikan ya? “ ucapku dengan berharap agar Yudha
cepat pulang ke rumahnya. “ Iya nak yang cantik, nanti kalau
Yudha sudah pulang akan disampaikan. Sementara ini ditaruh
di kamarnya Yudha dulu. Pasti Yudha suka dengan hadiahnya “
ucap mereka dengan mata yang berkaca-kaca. Aku pun
mendekati mereka dan memeluknya.

Waktu pun terus berlalu, saat ini seharusnya Yudha sudah naik
kelas 11. Dan aku sekarang sudah naik ke kelas 12. Tetapi,
hingga hari ini, Yudha dan teman temannya masih belum
ditemukan.

“ Yudhantara Arsena Balaraditya, namamu selalu tersimpan


rapi dibenak pikiranku “ ucapku.

Anda mungkin juga menyukai