Hari ini langit berwarna biru cerah, ditambah dengan udara
yang menyengat di siang hari. Tiba-tiba muncul bayangan seseorang bapak-bapak di belakangku. “ Nanti jam 4, jangan lupa bunganya disiram ya nduk? “ ucap Pak Dion, selaku pemimpin ekstra berkebun di sekolahanku ini. “ Jam 2 siang pak? “ ucapku untuk sekedar berbasa basi dengan Pak Bisma. “ Kalau mau malam juga tidak apa-apa kok,, “ ucap Pak Dion sambil meninggalkanku dan pergi entah ke mana.
Tibalah di jam 4 sore dengan keadaan kelas yang sangat ramai
karena tidak ada guru yang mengajar. Aku mengajak salah satu temanku “ Dos, ayo temani aku ke green house belakang sana ” tanyaku pada temanku yang bernama Audy, tetapi aku sering memanggilnya dengan nama Audidos. “ Engga engga engga, kamu tahu? Aku malas banget buat ke mana-mana. Apalagi hari ini bukan jadwalku untuk menyiram bunga. “ ucap Audy. “ Kalo bisa nolak juga aku paling sudah tidur nyenyak di kelas “ ucapku kesal sambil berjalan menuju green house.
Sesampainya disana, aku langsung mengisi gembor dengan
air. Lalu, datanglah seorang anak laki-laki. Bet dibajunya menunjukkan kelas 10 yang berarti dia merupakan adik kelasku. Aku terdiam sejenak, melihat tampangnya dari atas kepalanya menuju bagian bawah sepatunya. Dia juga terdiam dan menatapku dengan matanya yang sipit. “ Ih apaan sih? “ gumamku. “ Dikira aku ngga punya mata? “ dia berbicara kecil dan merasa terintimidasi dengan perkataanku. Lalu, mataku tertuju di bet namanya yang tertulis ‘ Yudhantara .A.B. ‘. “ Mau kubantu? “ ucapnya dengan mengambil gembor yang ada di tanganku. “ Ngomong-ngomong namamu siapa mba? “ tanyanya. “ Areta Eilaria, panggil saja Areta. Kalau kamu? “ aku bertanya balik padanya. “ Aku Yudhantara Arsena Balaraditya bisa dipanggil Yudha. “. Setelah selesai menyirami bunga, kita memutuskan untuk ke kelas masing-masing.
Pada keesokan harinya, aku bertemu dengan Yudha dan
beberapa temannya. Sesekali mataku tertuju padanya. Dan setiap kali aku menyadari bahwa matanya juga tertuju padaku, aku langsung membuang mukaku. Aku merasa bahwa aku mulai menyukai Yudha.
Suatu hari, aku diajak Yudha untuk pulang sekolah bersama.
Dan aku pun mengiyakannya. Yudha menungguku berkemas- kemas sambil berbincang dengan salah satu temannya. Setelah selesai berkemas, aku langsung datang menghampiri Yudha dan kita pun pulang bersama naik motor.
Ditengah perjalanan, aku bertanya pada Yudha “ Yudha, ulang
tahunmu itu kapan? “. “ Dua puluh enam septem- “ sebelum Yudha menyelesaikan perkataannya, kita berdua dikejutkan oleh suara dari teman-teman Yudha. “ Pacaran ini ye,, Pacaran ini yee,, “ ucap teman-teman Yudha yang membuatku malu karena banyak orang tertuju pada kita. “ Ih apaan sih lu? “ ucapku yang sok berani. “ Eh buset, santai saja kali mba,, Gilak Yud bini lu galak bener dah hahaha,, “ ucap teman Yudha langsung menyalip motor yang kita tumpangi dan disusul oleh beberapa temannya yang lain. “ Udahlah perkataan temanku tadi gausah dipikirin. Tapi memang sih kamu galak “ ucap Yudha. “ Oh iya yang tadi, ulang tahunku tanggal dua puluh enam September ya,, “ tambahnya. Setelah sampai di depan rumahku, Yudha mengatakan bahwa ia akan langsung pulang. “ Yudha engga ngopi dulu sebentar? “ tanyaku. “ Engga ini mau langsung pulang aja, nanti kalau pulang agak telat takut dimarahi mamah “ balas Yudha. “ Oh yaudah. Hati-hati ya Yudha “ ucapku. “ Iya cantiknya Yudha,, “ ucap Yudha dengan menampilkan senyumnya yang manis. “ Yaudah Yudha pulang dulu ya,, Dadah,, “ tambah Yudha dengan melambaikan tangganya, dan aku pun membalas lambaiannya.
Beberapa hari pun berlalu. Kali ini, setelah pulang sekolah
Yudha mengajakku untuk membeli ikan cupang karena ikan cupangnya yang dulu tidak sengaja ikut terkuras saat menguras air bak. Kita pun berangkat, dan lagi-lagi di tengah perjalanan muncullah beberapa teman Yudha. “ Ekhm ekhm,, “ teman Yudha yang lain pun menirukan anak yang satu ini.
Sesampainya di penjual ikan hias, Yudha langsung memilih
ikan cupang yang warnanya paling menarik. “ Ini warnanya cakep banget “ ucapnya. Yudha pun membeli 2 ikan cupang dengan dua warna yang sama persis. Setelah membeli ikan cupang, Yudha mengantarkanku pulang. Sesampainya di depan rumahku, Yudha berkata “ Ini ikannya yang satu buat kamu. Makasih ya sudah mau nganterin Yudha ke mana-mana “. “ Yudha beneran ini? “ ucapku tak percaya. Yudha pun mengangguk dan ia pun langsung pulang.
Tak terasa, bulan pun terus berganti dan tibalah di bulan
September. Aku berniat untuk memberi Yudha hadiah kecil di hari ulang tahunnya. Aku membuat beberapa bunga dari kertas origami dan membelikannya buku kecil untuk beberapa pesan yang ingin aku sampaikan. Seminggu sebelum hari ulang tahunnya, aku mendengar kabar bahwa Yudha dan teman temannya yang lain hilang pada saat mereka sedang bermain di arus sungai. Sepulang sekolah, aku pun menelefon mamah Yudha dan bertanya apakah pencarian Yudha dan teman temannya membuahkan hasil. Tapi ternyata belum ada perubahan.
Sampai di hari ulang tahun Yudha, mereka semua belum sama
sekali ditemukan. Pada saat itu, aku pergi ke rumah Yudha untuk menitipkan hadiah ulang tahun Yudha kepada mamah dan ayah Yudha. “ Mamah dan Ayah, aku nitip ini untuk ulang tahun Yudha. Nanti kalau Yudha sudah pulang ke rumah, minta tolong disampaikan ya? “ ucapku dengan berharap agar Yudha cepat pulang ke rumahnya. “ Iya nak yang cantik, nanti kalau Yudha sudah pulang akan disampaikan. Sementara ini ditaruh di kamarnya Yudha dulu. Pasti Yudha suka dengan hadiahnya “ ucap mereka dengan mata yang berkaca-kaca. Aku pun mendekati mereka dan memeluknya.
Waktu pun terus berlalu, saat ini seharusnya Yudha sudah naik kelas 11. Dan aku sekarang sudah naik ke kelas 12. Tetapi, hingga hari ini, Yudha dan teman temannya masih belum ditemukan.
“ Yudhantara Arsena Balaraditya, namamu selalu tersimpan