Laporan Kasus Keperawatan
Laporan Kasus Keperawatan
Disusun Oleh :
Sauli Monica Rahayu
D522055
A. Definisi
Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, gagal jantung kongestif adalah
kumpulan gejala klinis akibat kelainan struktural atau fungsional jantung
yang menyebabkan gangguan kemampuan pengisian ventrikel dan ejeksi
darah ke seluruh tubuh (Kasron, 2012).
Congestive Heart Failure/gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna
memenuhi kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen pada jaringan
meskipun aliran balik vena adekuat (AHA, 2014).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah sindrome klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), di tandai oleh sesak nafas dan fatik (saat
Aktivitas atau saat istirahat) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel dan /
kontraktilitas miokardial (NANDA, 2015).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketika jantung tidak lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kenutuhan sirkulasi
tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi
(Aspiani, 2014).
Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat di simpulkan
bahwa Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Atrium Dextra
Antrium Dextra berdinding tipis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah dan sebagai penyalur darah dari vena – vena
sirkulasi sistemik yang mengalir ke ventrikel dextra. Darah yang
beraal dari pembuluh vena ini masuk kedalam atrium dextra
melalui vena kava superior, vena kava inferior dan sinus
koronarius. Muara vena kava tidask dapat katup – katup sejati.
Vena kava dan atrium jantung dipisahkan oleh lipatan katup atau
pita otot yang rudimenter. Oleh karna itu, peningkatan tekanan
atrium dektra akibat bendungan darah di sisi kanan jantung akan
dibalikkan kembali kedalam vena sirkulasi sistemik. Sekitar 75%
aliran balik vena ke dalam atrium dextra akan menalir secara pasif
ke dalam ventrikel dextra melalui katup Trikusvidalis, 25% sisanya
akan mengisi ventrikel selama kontraksi atrium. Pengisian
ventrikel secara aktif ini disebut Atrialkick. Hilang nya
atrialkickpada disretmia jantung dapat menurunkan pengisian
ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel (Karson, 2016).
2. Ventrikel Dextra
Pada kontraksi ventrikel, setiap ventrikel harus
menghasilkan kekuatan yang cukup besar untuk memompa darah
yang diterimanya dari atrium ke sirkulasi pulmonar mau pun
sirkulasi sitemik. Ventrikel dextra berbentuk bulan sabit yang unik,
guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk
mengalirkan darah kedalam arteria pulmonalis. Sirkulasi paru
merupakan sistem aliran darah bertekanan rendah, dengan
resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah ventrikel
dextra, di bandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap
aliran darah dari ventrikel sinistra. Oleh karna itu, beban kerja
ventrikel dextra jauh lebih ringan dari pada ventrikel sinistra.
Akibatnya, tebal dinding ventrikel dextra hanya 1/3 dari dinding
ventikel sinistra. Untuk menghadapi tekanan paru yang meningkat
secara perlahan, seperti pada kasus hipertensi pulmonal progresif
maka sel otot ventrikel dextra mengalami hipertropi untuk
memperbesar daya pompa agar dapat mengatasi peningkatan
resistensi pulmonar, dan dapat mengosongkan ventrikel. Tetapi
pada kasus resistensi paru yang meningkat secara akut (seperti
pada emboli paru masif) maka kemampuan pemompaan ventrikel
dextra tidak cukup kuat sehingga dapat terjadi kematian (Karson,
2016).
3. Atrium Sinistra
Atrium sinistra menerima darah teroksigenasi dari paru –
paru melalui ke empat vena pulmonalis antara vena pulmonalis dan
atrium sinistra tidak terdapat katup sejati. Oleh karna itu perubahan
tekanan atrium sinista mudah membaik secara retrograt kedalam
pembuluh pari – paru. Peningkatan akut tekanan atrium sinistra
akan menyebabkan bendungan paru. Atrium sinistra memiliki
dinding yang tipis dan bertekanan rendah darah mengalir dari
atrium sinistra ke dalam ventrikel sinistra melalui katup mitralis
(Karson, 2016)
4. Ventrikel Sinistra
Ventrikel sinistra menghasilkan tekanan yang cukup
tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik, dapat
mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer, ventrikel sinistra
mempunyai otot – otot yang tebal dengan bentuk yang menyerupai
lingkaran sehingga mempermudah pembentukan tekanan tinggi
selama ventrikel berkontraksi. Bahkan sekat pembatas kedua
ventrikel (Septumintervertikularis) juga membantu memperkuat
tekanan yang ditimbulkan oleh seluruh ruang ventrikel selama
kontraksi. Pada saat kontraksi, tekanan ventikel sinistra meningkat
sekitar lima kali lebih tinggi dari pada ventrikel dextra; bila ada
hubungan abnormal antara kedua ventrikel (seperti pada kasus
robeknya septum interventrikularis pasca infrak miokardium),
maka darah akan mengalir dari kiri ke kanan melalui robekan
tersebut. Akibatnya terjadi penurunan jumlah aliran darah dari
ventrikel sinistra melalui katup aorta ke dalam aorta (Karson,
2016).
5. Miokardium
Miokardiom yaitu jaringan utama otot jantung yang
bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung titik
ketebalannya beragam paling tipis pada kedua atrium dan yang
paling tebal di ventrikel kiri. Lapisan otot jantung menerima darah
dari arteri koronaria, arteri koronaria kiri bercabang menjadi arteri
desenden anterior dan tiga arteri sikumpleks. Arteri koronaria
kanan memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikel kanan
dan permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria
mengembalikan darah kesinus kemudian bersikulasi langsung
kedalam paru – paru. Miokardium merupakan lapisan inti dari
jantung yang terdiri dari otot –otot jantung yang berkontraksi untuk
memompa darah, otot jantung ini membentuk bundalan – bundalan
otot yaitu (Karson, 2016) :
a) Bundalan otot atrial
Susunan otot artial sangat tipis kurang teratur
serabut – serabutnya, dan disusun oleh dua lapisan. Lapisan
luar mencakup kedua atria serabut luar dan paling nyata.
Dibagian depan atria, beberapa serabut masuk kedalam
septum atrium ventrikular. Lapisan dalam terdiri dari
serabut – serabut. Ini terdapat di bagian kiri atau kanan dan
basis cordis yang membentuk serambi atau aurikula cordis.
Miokardium atrium lebih tipis dari ventriculus. Bekas –
bekas serabut otot jantung yang merupakan sisa – sisa
semasa embrio diketemukan sebagai tojolan – tonjolan di
permukaan dalam sebagai trabeculae carneae. Serabut
elastis diantara serabut otot jantung terdapat di dinding
ventriculus, sedang di dinding atrium terdapat lebih banyak
serabut elastisnya. Jaringan pengikat diantara bekas – bekas
otot jantung banyak mengandung serabut retikuler.
b) Bundalan otot ventrikuler
Merupakan otot yang membentuk bilik jantung
yang dimulai dari cincin atrioventrikuler sampai di afek
jantung.
c) Bundalan otot atria ventrikuler
Merupakan otot yang menjadi dinding pemisah
antara serambi dan bilik jantung (atrium dan ventrikel).
6. Endokardium
Merupakan lapisan terakhir atau lapisan paling dalam
pada jantung. Endokardium terdiri dari jaringan endotel atau
selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung. Lapisan
edokardium atrium jantung lebih tebal dibanding ventrikel jantung.
Sebaliknya untuk lapisan miokardium, ventrikel jantung memiliki
lapisan miokardium lebih tebal dibanding atrium jantung dan
lapisan miokardium ventrikel kiri jantung lebih tebal dibandingkan
ventrikel kanan. Pada lapisan endokardium ventrikel terdapat
serabut Purkinje yang menjadi salah satu penggerak sistem implus
konduksi jantung, yang membuat jantung bisa berdetak. Dinding
pada atrium (endokardium) diliputi oleh membrane yang mengkilat
dan terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang licin
(endokardium) kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kafa
dibagian ini terdapat bundalan otot paralel yang berjalan kedepan
krtista. Kearah aurikula dari ujung bawah krista terminalis terdapat
sebuah lipatan endokardium yang menonjol dan dikenal sebagai
valfula vena kafa inverior yang berjalan ke depan muara vena
inverior menuju ke sebelah tepi dan di sebut vossa ovalis. Di antara
atrium kanan dan ventrikal kanan terdapat hubungan melalui
orifisium artikular (Karson, 2016).
7. Epikardium / Pericardium
Pericardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh
darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan
pleura yang membungkus paru – paru. Perikardium adalah kantong
duduk dipusat dada dan dikelilingi oleh kantong yang terdiri antara
lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardil berisi 50 cc
yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara
pericardium epicardium. Lapisan ini merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak dalam mediastinum minus,
terletak posterior terhadap korpus sterni dan kartilago costae ke-2
sampai ke-3. Perikardium terdiri dari dua lapisan yaitu :
pericardium parietalis lapisan luar melekat pada tulang sternum
dan paru, pericardium viselaris : lapisan permukaan jantung yang
bertemu dipangkal jantung membentuk jantung yang kemudian
disebut juga lapisan epicardium. Lapisan fibrosa tersusun dari serat
kolagen yang membentuk lapisan jaringan ikat rapat untuk
melindungi jantung. Lapisan serosa terdiri atas visceral
(epicardium) menutup permukaan jantung, dan parietal melapisi
bagian dalam fibrosa pericardium. Cavitar pericardium adalah
ruang potensial antara membrane fisceral dan parietal mengandung
cairan pericardial yang disekresi lapisan serosa untuk melunasi
membrane dan mengurangi friksi, untuk menjaga agar pergesekan
antar pericardium tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Epicardium melekat erat pada miokardium, membungkus
vasa, nervi dan corpus adiposum, jaringan lemak banyak di
temukan pada jantung. Kumpulan ganglion padat terdapat pada
subepikardium terutama pada tempat masuknya vena karva
kranialis. Laminaparietalis perikardium juga membran serosa yaitu
suaru membran yang terdiri dari jaringan ikat yang mengandung
jala serabut lastis, kolagen, fibroblast, makrofafiksans dan ditutup
oleh mesothelium. Epikardium tersusun atas lapisan sel – sel
mesotelial yang berada di atas jaringan ikat (Karson, 2016).
C. Etiologi
Penyebab gagal jantung mencangkup apapun yang menyebabkan
peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu sehingga volume
diastolic akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi panjang
optimumnya. Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri
yang memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi
jantung. Akibat buruk dari menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi
akumulasi volume darah di ventrikel. Menurut Nugroho dkk (2016),
penyebab gagal jantung yang terdapat di jantung antara lain :
1. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload).
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel
(systolic overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan
ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.
2. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
3. Peningkatan kebutuhan metabolic, peningkatan kebutuhan yang
berlebihan (demand overload). Beban kebutuhan metabolik
meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung dimana
jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal
jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
4. Gangguan pengisian (hambatan input) Hambatatan pada pengisian
ventrikel karena gangguan aliran masuk kedalam ventrikel atau
pada aliran balik vena/ venous return akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung
menurun.
5. Beban volume berlebihan diastolic (diastolic overload). Preload
yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir
diastolic dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling curah
jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya
regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai
melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan menurun
kembali.
6. Kelainan otot jantung Gagal jantung paling sering terjadi pada
penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencangkup hipertensi arterial, arteroskelosis koroner,
dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
7. Hipertensi sistemik/ Pulmonal Meningkatnya beban kerja jantung
yang pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung.
8. Peradangan dan penyakit miokardium Berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
9. Penyakit jantung Penyakit jantung lain seperti stenosis katup AV,
temponade perikardium, stenosis katup semilunar, perikarditis
konstruktif.
10. Aterosklerosis Koroner Adanya gangguan aliran darah ke otot
jantung yang menjadi akibat dari disfungsi miokardium. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung.
11. Faktor sistemik Faktor sistemik seperti anemia dan hipoksia yang
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Anemia dan hipoksia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Abnormalitas elektrolit dan
asidosis juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
D. Patofisiologi / Pathway
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokard yang khas pada
gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu
ventrikel. Sebagai responsterhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme
primer yang dapat dilihat (Aspiani, 2014):
a) Meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik
b) Meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin angiotensin
aldosterone
c) Hipertrofi ventrikel
E. Manifestasi Klinik
Menurut Muttaqin (2012), manifestasi klinis atau tanda dan gejala
pada Congestive Heart Failure (CHF), yaitu:
a) Ortopnea yaitu sesak saat berbaring.
b) Dyspnea On Effort (DOE) yaitu sesak bila melakukan aktifitas.
c) Dyspnea Nokturnal Paroximal (DNP) yaitu sesak nafas tiba-tiba
pada malam hari disertai batuk.
d) Edema sistemik
e) Batuk
f) Kelemahan fisik
1. Pengertian Demam
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atauparasit), penyakit
autoimun, keganasan, ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit - penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah,2016).
2. Anatomi Fisiologi
a. Hipotalamus
a) Sirkulasi Portal
b) Hormon Hipotalamus
c) Neuroendokrinologi reproduksi
b. Hipofisis anterior
Kelenjar Hipofisis Anterior terbagi menjadi 2 (dua) yaitu hormon
tropik dan hormon non tropik. Hormon tropik menghasilkan enam hormon
yang merangsang kelenjar hormon (endokrin) lainnya, yaitu :
3. Etiologi Demam
a. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam
berdarah) dan infeksi bakteri (demam dan pharingitis).
b. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya
penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu
sendiri).
4. Klasifikasi Demam
a. Demam Septik
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
d. Demam Continue
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
5. Patofisiologi Demam
Menurut Potter dan Perry, 2011 menjelaskan bahwa demam secara
patofisiologi adalah peningkatan thermoregulatory set poin dari pusat
hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin-1 (IL-1). Sedangkan secara
klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 10C atau lebih besar diatas nilai
rerata suhu normal. Suhu normal pada anak dimana jaringan dan sel tubuh
akan berfungsi secara optimal berkisar dari 35,5°C – 37,5°C. Ketika terjadi
perubahan suhu tubuh, seperti suhu tubuh menurun kurang dari 1°C dibawah
suhu normal disebut dengan hipotermia ataupun naik lebih dari 1°C dari suhu
normal disebut dengan hipertermi atau demam.
Demam terjadi karenan adanya suatu zat yang dikenal dengan nama
pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi
menjadi dua, yaitu Pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen
adalah produk mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik
adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri garam
negative. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan
pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Sumber dari pirogen endogen ini
pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga
dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi.
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas >
penyakit sebelumnya.
f. Genogram
pada anak.
h. Riwayat sosial
klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk
nutrisi.
2) Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien
3) Mandi
4) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
tinggi badan
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
3) Head to toe
bayi 3 – 5 x i.
f) Sistem respirasi
g) Sistem kardiovaskuler
h) Sistem muskuloskeletal
i) Sistem pernafasan
2) Motorik halus
3) Motorik kasar
l. Data penunjang
menurun.
m. Data pengobatan
anggota tubuh.
informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Hipertemia Termoregulasi: Manajemen Hipertermia
. Menggigil Observasi
menurun 1. Identifikasi penyebeb
. Pucat menurun hipertermia (mis,
. Suhu tubuh dehidrasi, terpapar
menurun lingkungan panas,
. Suhu kulit penggunaan inkubator)
menurun 2. Monitor suhu tubuh
. Tekanan darah 3. Monitor kadar
membaik elektrolit
6. Ventilasi 4. Monitor haluaran urine
membaik 5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. ganti linen setiap hari
atau lebih sering
jika
mengelami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
5. Lakukan pendinginan
eksternal (mis,
selimut hipotermia atau
kompres dingin di dahi,
leher dada, abdomen,
aksila)
6. Hindari pemeberian
antiperetik atau
aspirin
7. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektronik jika perlu
Bersihan jalan Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas
napas klien membaik (I.01011)
dengan kriteria Observasi
hasil: - Monitor pola napas
- Batuk efektif (frekuensi, kedalaman dan
meningkat usaha napas)
- Produksi sputum - Monitor bunyi
menurun napas tambahan
- Gelisah menurun - Monitor sputum
- Pola napas Terapeutik
membaik - Pertahankan kepatenan
- Frekuensi napas jalan napas dengan
membaik health-tilt dan chin-lift
(jaw trust jika curiga
trauma servikal)
- Posisikan semi atau
fowler
- Lakukan fisoterapi da jika
perlu
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
foserp McGill
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborator
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik jika perlu
Terapi oksigen
Observasi
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor aliran oksigen
secara periodic
- Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelectasis
- Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
- Monitor integritas mukosa
hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea
jika perlu
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen
tambahan
- Terap berikan oksigen
saat pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
- Ajarkan keluarga pasien
dan pasien cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam
penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunakaan
oksigen saat aktivitas dan atau
tidur
Resiko kekurangan Keseimbangan Manajemen cairan
volume cairan cairan meningkat Observasi
dengan kriteria - Monitor status dehidrasi
hasil: - Monitor berat badan
- Asupan cairan harian
meningkat - Monitor hasil
- Output urin pemeriksaan laboratorium
meningkat - Monitor status
- Membran hemodinamik
mukosa lembab Terapeutik
- Dehidrasi - Catat intake-output klien
menurun - Hitung balans cairan 24
jam
- Kolaborasi pemberian
cairan inta vena
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretic jika perlu
Defisit nutrisi Nutrisi klien Manajemen Nutrisi
terpenuhi dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makan - Identifikasi alergi dan
dihabiskan intoleransi makanan
(meningkat) - Identifikasi makanan yang
- IMT membaik disukai
- Frekuensi - Identifikasi kebutuhan
makan kalori
membaik - Monitor asupan makanan
- Nafsu makan - Monitor berat badan
membaik - Monitor hasil laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat dan kalori serta
protein
- Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk saat
makan
- Ajarkan diit yang
dianjurkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
Pereda nyeri, antiemetic
jika pelu
Kolaborasi dengan ahli gizi
Kurangnya Klien memahami Edukasi kesehatan
pengetahuan informasi yang telah Observasi
diberikan, dengan - Identifikasi kesiapan dan
kriteria hasil: kemampuan menerima
- Pertanyaan informasi
tentang masalah - Identifikasi faktor-faktor
yang dihadapi yang dapat meningkatkan
- Perilaku membaik dan menurunkan motivasi
perilaku hidup
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
RESUME KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROFESI
LOGBOOK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROFESI