Anda di halaman 1dari 13

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Husada Mandiri Kupang

(STIKES CHMK)

Program Studi S1 - Ilmu Keperawatan

Mata Kuliah

ANATOMI DAN FISIOLOGI KARDIOVASKULAR

Oleh :

Octavio A.J.O. Soares, dr., M.Kes.


ANATOMI DAN FISIOLOGI KARDIOVASKULAR
Oleh : Octavio A.J.O. Soares, dr., M.Kes.

Anatomi Jantung

Jantung terletak dalam mediastinum di dalam rongga dada, yaitu antara kedua Paru-
paru. Pericardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan, lapisan dalam disebut
Pericardium Visceralis dan lapisan luar disebut Pericardium Parietalis. Kedua lapisan
pericardium ini dilapisi oleh cairan pelumas yang berfungsi untuk mengurangi gesekan
pada saat jantung melakukan gerakan memompa. Pericardium Parietalis sebelah
depan melekat pada otot dada, sebelah belakang melekat pada Columna Vertebralis
(tulang belakang) dan sebelah bawah melekat pada diafragma.

Organ Jantung terdiri dari tiga lapisan, yakni lapisan terluar yang disebut Epicardium,
lapisan tengah merupakan lapisan otot jantung, yang disebut Miocardium dan lapisan
terdalam, berupa lapisan endotel, yang disebut Endocardium.

Secara Anatomis Jantungn terbagi menjadi 2 ruangan atrium yang terletak di bagian
atas, yakni Atrium Kanan dan Atrium kiri, serta 2 Ventrikel yang terletak di sebelah
bawah, yang terbagi menjadi Ventrikel Kanan dan ventrikel Kiri. Atrium dan Ventrikel
Jantung dipisahkan oleh sebuah Anulus Fibrosus.

Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan, yang memompa darah
yang berasal dari sirkulasi sistemik ke Paru-paru, dan alat pompa kiri, yang memompa
darah yang kaya oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh.

Atrium Kanan yang tipis dindingnya ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah
dari sirkulasi dan penyalur darah ke Ventrikel Kanan. Sekitar 80% darah balik dari Vena
ke dalam Atrium Kanan akan mengalir secara pasif ke Ventrikel Kanan melalui Katup
Trikuspidal, sedangkan 20% sisanya akan mengisi ventrikel dengan kontraksi atrium.
Pengisian ventrikel dengan cara aktif ini dinamakan Atrial Kick. Hilangnya atrial kick
pada disritmia jantung dapat mengurangi pengisian ventrikel sehingga curah ventrikel
juga akan berkurang.
Ventrikel Kanan berbentuk bulan sabit yang unik dengan dinding yang lebih tipis
dibanding dinding ventrikel kiri , guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang
cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis. Sirkulasi pulmonar
merupakan sistem aliran darah bertekanan rendah, sehingga beban kerja ventrikel
kanan jauh lebih ringan daripada ventrikel kiri.

Untuk menghadapi tekanan pulmonar yang dapat meningkat secara perlahan-lahan,


seperti pada kasus Hipertensi Pulmonar Progresif, maka sel otot ventrikel kanan
mengalami hipertrofi untuk memperbesar daya pompa guna dapat mengatasi
peningkatan resistensi pulmonar dan mengosongkan ventrikel. Sedangkan pada kasus
resistensi pulmonar yang meningkat secara akut, seperti pada emboli pulmonar pasif,
kemampuan Ventrikel kanan seringkali tidak cukup kuat sehingga diakhiri dengan
kematian.

Atrium Kiri menerima darah yang kaya oksigen dari Paru-paru melalui Vena
Pulmonalis. Antara v. Pulmonalis dengan Atrium kiri tidak ada katup sejati, sehingga
perubahan tekanan dalam atrium kiri mudah sekali membalik retrograg ke dalam
pembuluh Paru-paru. Peningkatan tekanan atrium kiri yang akut akan dapat
menyebabkanb bendungan Paru-paru. Atrium Kiri yang berdinding tipis dan bertekanan
rendah mengalirkan darah ke Ventrikel kiri melalui Katup Mitral (Bicuspidal).

Ventrikel Kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk dapat mengatasi
tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan
perifer. Ventrikel kiri memiliki otot-otot yang tebal dan bentuknya menyerupai lingkaran
sehingga mempermudah pembentukan tekanan yang tinggi selama ventrikel
berkontraksi. Septum interventrikularis (sekat pembatas antara ventrikel kiri dan
ventrikel kanan) juga membantu memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh seluruh
ventrikel pada saat kontraksi.

Pada kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat sekitar lima kali lebih tinggi daripada
tekanan ventrikel kanan. Bila ada hubungan abnormal (kelainan) antara ventrikel kiri
dan kanan akibat robeknya septum interventrikularis, misalnya pada keadaan pasca
Infark Miokard, maka darah akan dapat mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
melalui robekan tersebut. Keadaan ini menyebabkan jumlah aliran darah yang mengalir
ke dalam Aorta melalui ventrikel kiri, akan berkurang.

Katup Jantung ada empat buah, yang berfungsi untuk mempertahankan aliran darah
searah melalui bilik-bilik jantung. Keempat katup ini memiliki 2 jenis, yakni Katup
Atrioventrikularis (katup AV) yang memisahkan atrium dengan ventrikel dan Katup
Semilunaris, yang memisahkan arteria pulmonalis dari ventrikel kanan dan aorta dari
ventrikel kiri. Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif, sebagai tanggapan
terhadap perubahan tekanan dan volume dalam bilik-bilik jantung dan pembuluh darah.

Sistem Konduksi

Anulus Fibrosus yang terletak diantara atrium dan ventrikel memisahkan ruangan-
ruangan ini baik secara anatomis maupun elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan
sinkron serta kontraksi otot jantung, terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium.
Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat :

1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan;

2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur;


3. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls;

4. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi;

Impuls jantung biasanya dimulai dan berasal dari Nodus Sinoatrial (SA Node).
Nodus SA yang disebut sebagai pemacu alamiah dari jantung, terletak di dinding
posterior atrium kanan dekat dengan Vena Cava Superior. Impuls dari jantung
kemudian menyebar dari Nodus SA menuju sistem penghantar khusus atrium dan
ke otot atrium. Suatu jalur antar atrium, yakni berkas Bachmann, mempermudah
penyebaran impuls dari atrium kanan ke atrium kiri. Jalur intermodal, jalur anterior,
tengah dan posterior, menghubungkan nodus SA dengan nodus atrioventrikularis.

Impuls listrik kemudian mencapai nodus atrioventrikularis (AV node), yang terletak
diatas Septum Interventrikularis dalam atrium kanan dekat muara sinus koronaria.
Nodus AV merupakan jalur normal transmisi impuls antara atrium dan ventrikel, yang
memiliki dua fungsi yang penting. Pertama, impuls jantung ditahan di nodus AV
(selama 0,08 – 0,12 detik) untuk memungkinkan pengisian ventrikel selama
kontraksi atrium. Kedua, nodus AV mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai
ventrikel (biasanya tidak lebih dari 180 impuls/ menit). Perlindungan ini memberikan
efek positif kelainan irama jantung, sebab bila tidak, maka impuls yang dapat
mencapai lebih dari 400/ menit, menyebabkan ventrikel tidak cukup mengisi
sehingga curah jantung bias menurun drastis. Penahanan Impuls yang terlalu lama
dan gagalnya transmisi ipuls pada nodus AV dikenal sebagai Blok Jantung.
Gelombang rangsang listrik kemudian menyebar dari Nodus AV menuju Berkas His,
suatu berkas serabut tebal yang menjulur ke bawah, di sebelah kanan Septum
Interventrikularis. Berkas ini membelah menjadi cabang kiri dan cabang kanan,
selanjutnya cabang kiri bercabang lagi menjadi dua, satu cabang anterior yang tipis
dan satu cabang posterior yang tebal. Cabang-cabang ini berakhir sebagai jalinan
serabut yang kompleks, yang dikenal dengan sebutan sistem Purkinje, yang
menyebar ke seluruh permukaan dalam kedua ventrikel jantung. Penyebaran
gelombang rangsang melalui serabut Purkinje ini berjalan dengan cepat sekali.

Dengan demikian, urutan normal rangsangan melalui sistem konduksi adalah Nodus
SA, jalur-jalur atrium, nodus AV, berkas His, cabang-cabang berkas dan serabut
Purkinje. Wolff-Parkinson-White (WPW) adalah anomali hubungan anatomi yang
memintas sistem konduksi, yakni sindrom pra-eksitasi yang dihasilkan oleh hantaran
impuls lewat “jalur pintas” yang langsung menghubungkan atria-ventrikular tanpa
melewati nodus AV.

Sirkulasi Sistemik

Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi 5, yakni : arteria, arteriola, kapiler, venula
dan vena. Sifat-sifat struktural setiap bagian sistem sirkulasi darah sistemik
menentukan peran fisiologisnya dalam integrasi fungsi kardiovaskular.
Dinding aorta dan arteria besar mengandung banyak jaringan elastis dan sebagian
otot polos. Ventrikel kiri memompa darah masuk ke dalam aorta dengan tekanan
tinggi. Di daerah perifer, cabang-cabang sistem arteria membagi-bagi darah ke
dalam pembuluh yang lebih kecil. Jaringan arteria ini terisi sekitar 15% dari volume
total darah. Karena itu sistem arteria dianggap sebagai sirkuit yang rendah volume
tetapi tinggi tekanan, karena sifat isi dan tekanan ini maka cabang-cabang arterial
disebut sirkuit resistensi.

Dinding arteriola terutama terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastis.
Dinding berotot ini sangat peka dan dapat berdilatasi atau berkontraksi untuk
mengatur aliran darah ke jaringan kapiler, karena kepekaan ini maka arteriola
menjadi tempat resistensi utama aliran darah dari seluruh percabangan arteria dan
sekaligus memudahkan pertukaran nutrien pada tingkat kapiler. Pada
persambungan antara arteriola dan kapiler terdapat sfingter prekapiler yang berada
di bawah pengaturan fisiologis yang rumit.
Dinding pembuluh kapiler sangat tipis dan hanya terdiri dari satu lapis sel endotel.
Melalui membrane yang tipis dan semipermeabel inilah nutrisi dan metabolit
berdifusi dari daerah yang tinggi konsentrasinya menuju daerah yang lebih rendah
konsentrasinya. Oksigen dan nutrisi akan meninggalkan pembuluh darah dan masuk
ke dalam ruang intersisial dan sel. CO 2 dan metabolit berdifusi ke arah yang
berlawanan. Keseimbangan relatif antara tekanan hidrostatik dan osmotik jaringan
kapiler menentukan jumlah total pergerakan cairan antara pembuluh darah dan
ruang intersisial.

Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding otot yang relative
lemah namun peka. Pada pertemuan antara kapiler dan venula terdapat sfingter
postkapiler.

Vena adalah pembuluh yang relatif berdinding tipis dan berfungsi untuk
menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium
kanan. Aliran vena ke jantung hanya searah karena adanya katup-katup yang
letaknya strategis di dalam vena. Pembuluh vena dapat menampung darah dalam
jumlah yang banyak dengan tekanan yang rendah, maka sistem vena disebut
Sistem Kapasitas. Sekitar 65% dari volume darah terdapat dalam sistem vena,
namun kapasitas ini dapat diubah, dimana Venokonstriksi dapat menurunkan
kapasitas jaringan vena sehingga volume darah balik ke jantung akan meningkat.
Sistem vena berakhir pada Vena Cava Inferior dan Superior.

Aliran darah dari kapiler ke jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1. Tekanan vena oleh otot rangka;

2. Perubahan tekanan rongga dada dan perut selama pernapasan;


Sirkulasi Koroner

Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung.
Sirkulasi Koroner meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan
nutrisi ke miokardium melalui cabang – cabang intramiokardial yang kecil.
Arteria Koronaria adalah cabang pertama dari Sirkulasi Sistemik yang bermuara di
dalam Sinus Valsava dalam Aorta, tepat diatas katup aorta. Arteria Koronaria kemudian
bercabang menjadi arteria koronaria kanan dan kiri. Arteria koronaria kiri kemudian
bercabang lagi menjadi Arteria Descendens Anterior Kiri dan Arteria Sirkumfleksa kiri.
Arteria-arteria ini berjalan melingkari jantung dalam dua celah anatomi eksterna : sulcus
atrioventrikularis, yang melingkari atrium dan ventrikel, dan sulcus interventrikularis,
yang memisahkan kedua ventrikel.

Pada Sembilan puluh persen jantung, arteria koronaria kanan pada waktu mencapai
permukaan posterior jantung akan menuju kruks jantung, lalu turun menuju apeks
jantung dalam sulcus interventrikularis. Kruks jantung, adalah tempat pertemuan
antara sulcus atrioventrikularis dengan sulcus interventrikularis sehingga merupakan
bagian yang terpenting dari jantung sekaligus sebagai bagian jantung yang kritis.

Arteria koronaria kiri bercabang tidak lama sesudah meninggalkan pangkalnya di


aorta. Arteria sirkumfleksa kiri berjalan ke lateral di bagian kiri jantung di dalam sulcus
atrioventrikularis kiri. Arteria Descendens anterior kiri berjalan ke bawah pada
permukaan jantung dalam sulcus interventrikularis anterior, melintasi apeks jantung,
berbalik arah dan berjalan ke atas sepanjang permukaan posterior sulcus
interventrikularis untuk bersatu dengan cabang distal arteria koronaria kanan.

Pada dasarnya arteria koronaria kanan memberikan darah ke atrium kanan, ventrikel
kanan dan dinding inferior ventrikel kiri. Arterioa sirkumfleksa sinistra memberikan darah
pada atrium kiri dan dinding postero-lateral ventrikel kiri. Arteria descendens anterior kiri
memberikan darah ke dinding depan ventrikel kiri yang masif.
Penyediaan nutrisi pada sistem penghantar merupakan suatu korelasi kritis yang
ditentukan oleh jalur-jalur anatomis pembuluh darah jantung. Nodus SA mendapatkan
darah 55% dari arteria koronaria kanan dan 45% dari arteria sirkumfleksa kiri. Nodus AV
mendapat pasokan darah 90% dari arteria koronaria kanan dan 10% dari arteria
sirkumfleksa kiri. Korelasi demikian mempunyai pengaruh klinis yang sangat berarti,
misalnya: lesi arteria koronaria kanan dapat diduga akan memberikan gangguan pada
penghantaran nodus AV, sedangkan lesi pada arteria descendens anterior akan
mengganggu fungsi pompa ventrikel.

Distribusi vena koronaria paralel dengan distribusi arteria. Sistem vena jantung
mempunyai tiga bagian :

1. Vena Thebesia, yang merupakan sistem yang terkecil, menyalurkan sebagian


darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel kanan;

2. Vena Kardiaka Anterior yang mempunyai fungsi yang cukup berarti,


mengosongkan sebagian besar isi jaringan vena ventrikel kanan, langsung ke
atrium kanan;

3. Sinus Koronarius dan cabang – cabangnya merupakan sistem vena yang paling
besar dan paling penting karena berfungsi menyalurkan pengembalian darah
jaringan vena miokardia ke dalam atrium kanan melalui ostium sinus koronarius
di samping muara Vena Kava Inferior.

Sirkulasi Limfatik
Jaringan kapiler getah bening dalam ruang interstisial untuk mengumulkan cairan yang
berlebihan dan protein yang disaring (filtrasi) melalui kapiler sistemik. Filtrate kapiler ini
kemudian dikembalikan ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh-pembuluh pengumpul
yang letaknya dekat dengan vena yang bersangkutan. Getah bening dialirkan ke atas
melalui katup satu arah dari gabungan dua pengaruh dinamis:

1). Daya tekan eksternal oleh otot-otot denyut arteri;

2). Peristaltik intrinsik;

Duktus Torasikus dan dusktus limfatikus kanan bermuara ke dalam vena subclavia.

Sirkulasi Pulmonar
Pembuluh Sirkulasi Pulmonar mempunyai dinding-dinding yang lebih tipis dan sedikit
otot polos. Karena itu Sirkulasi Pulmonar lebih mudah terengang dan resistensinya
terhadap aliran darah lebih kecil. Besarnya tekanan dalam sirkulasi Pulmonar kira-kira
seperlima tekanan dalam sirkulasi sistemik. Dinding-dinding pembuluh darah pulmonar
jauh lebih kecil reaksinya terhadap pengaruh otonom atau humoral, namun perubahan
kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah dan alveolus, mampu mengubah aliran
darah yang melalui pembuluh pulmonar. Pembuluh Pulmonar pada dasarnya memeiliki
karakteristik yang sesuai dengan fungsi fisiologisnya untuk mengambil oksigen dan
melepaskan karbondioksida.

Persarafan Sistem Kardiovaskular


Sistem Kardiovaskular banyak dipersarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom dibagi menjadi : sistem simpatis dan sistem parasimpatis, dimana
keduanya memberikan efek berlawanan saat terstimulasi. Stimulasi sistem simpatis
akan dibarengi dengan hambatan pada sistem parasimpatis dan kejadian ini terjadi
serentak.

Pengaturan sistem saraf otonom terhadap sistem kardiovaskular membutuhkan


komponen-komonen :

1. Sensor;

2. Lintasan Aferen;

3. Pusat Integrasi;

4. Lintasan Eferen;

5. Reseptor;

Ada 2 buah reseptor utama yaitu Baroreseptor dan kemoreseptor. Baroreseptor


terletak di lengkung aorta dan sinus karotikus. Reseptor ini peka terhadap peregangan
atau perubahan bentuk dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh perubahan
tekanan arteria. Stimulasi Broreseptor pada saat meningkatnya tekanan arteria akan
mengirimkan sinyal ke pusat pengaturan jantung untuk menghambat kegiatan jantung.
Sebaliknya bila terjadi pengurangan tekanan arteria reseptor ini akan mengirimkan
sinyal untuk memulai refleks kegiatan jantung.

Kemoreseptor terletak di dalam badan karotis dan lengkung aorta. Reseptor ini
terangsang oleh penurunan kadar oksigen dalam arteria, peningkatan tekanan
karbondioksida dan peningkatan kadar ion hydrogen (pH darah menurun). Pengaktifan
Kemoreseptor akan merangsang pusat pengaturan jantung untuk meningkatkan
kegiatan jantung.

Selain Kemoreseptor dan Baroreseptor, terdapat reseptor lain terletak di tempat


pertemuan vena-vena yang besar dan arteria, yang bila terangsang akan menimbulkan
dua respon refleks, yaitu : peningkatan kecepatan denyut jantung (refleks Bainbridge)
dan dieresis.

Lintasan Aferen lewat saraf Vagus dan Glossofaringeus menyalurkan impuls saraf dari
reseptor ke Otak. Pusat Integrasi di Otak (kardioregulator) terletak pada bagian atas
Medulla Oblongata dan Pons bawah. Pusat kardioregulator ini menerima impuls dari
Baroreseptor dan Kemoreseptor da meneruskan ke jantung dan pembuluh darah
melalui serabut saraf simpatis dan parasimpatis.

Pusat-pusat otak yang lebih tinggi seperti Korteks Serebri dan Hipotalamus juga dapat
mempengaruhi aktivitassaraf otonom melalui Medulla Oblongata. Lintasan Eferen
serabut-serabut parasimpatis dari pusat kardioregulator menuju ke jantung terutama
melalui saraf Vagus, sedangkan serabut-serabut saraf simpatis melalui saraf Kardiakus.
Reseptornya terletak pada system penghantar jantung, miokardium dan otot polos
pembuluh darah. Stimulasi reseptor akan mengubah kecepatan denyut jantung,
kekuatan kontraksi miokardium dan diameter pembuluh darah.

Serabut-serabut parasimpatis mempersarafi nodus SA, otot-otot Atrium dan nodus AV


melalui saraf Vagus. Stimulasi parasimpatis akan menyebabkan pelepasan Asetilkolin,
yakni perantara untuk transmisi impuls saraf pada reseptor jantung. Stimulasi saraf
parasimpatis akan menimbulkan Respon Kolinergik atau respon Vagal yang
menghambat aktivitas jantung melalui mekanisme pengurangan kecepatan denyut
jantung, kecepatan konduksi impuls melalui nodus AV dan mengurangi kekuatan
kontraksi atrium (mungkin juga ventrikel).

Neurotransmiter atau perantara transmisi impuls saraf Simpatis adalah Norepinefrin,


maka stimulasi saraf simpatis akan menghasilkan Respon Adrenergik, yang akan
memacu jantung dengan meningkatkan kecepatan denyut jantung, konduksi impuls
melalui nodus AV dan meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium.

Pembuluh darah memiliki dua reseptor, yakni reseptor Alfa dan reseptor Beta.
Rangsangan simpatis pada reseptor alfa akan menghasilkan Vasokontriksi, sebaliknya
rangsangan pada reseptor Beta akan menimbulkan Vasodilatasi. Stimulasi selektif pada
reseptor-reseptor ini dapat mengatur derajat vasokontriksi, kapasitas jaringan pembuluh
darah seryta resistensi pembuluh darah terhadap aliran darah, akhirnya akan
mempengaruhi tekanan arteria.

Curah jantung dapat ditingkatkan melalui perangsangan simpatis dan hambatan


parasimpatis, sehingga kecepatan denyut jantung meningkat, kekuatan kontraksi
ditingkatkan dan menimbulkan vasokontriksi. Sebaliknya peningkatan tekanan darah
yang tidak normal akan menimbulkan refleks pengurangan kecepatan denyut jantung,
kontraktilitas dan menimbulkan vasodilatasi.

Anda mungkin juga menyukai