Anda di halaman 1dari 13

HUKUM AGRARIA DAN PERWAKAFAN

Dosen Pengampu : Hairillah, MH

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN

Oleh :
KELOMPOK 3
1. THASYA KHOIRO ARYADIWINANTA (2021508087)

2. ARIZ ANANDA FATHULLAH (2021508066)

3. RISKY SAPUTRA (2021508069)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
TAHUN 2021
RUANG LINGKUP PERWAKAFAN

A. PENDAHULUAN

Wakaf adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan sebagai salah
satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, khususnya bagi umat yang
beragama Islam, dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan materil menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.1 Kata wakaf sendiri berasal dari kata
kerja waqofa (fiil madi), yaqifu (fiil mudori’), waqfan (isim masdar) yang berarti berhenti
atau berdiri. Sedangkan wakaf manurut syara’ adalah menahan harta yang mungkin
diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusakkan bendanya (ainnya) dan
digunakan untuk kebaikan.2
Secara terminologis fiqih tampak diantara para ahli, baik Maliki, Hanafi, Syafi’i
maupun Hambali berbeda pendapat terhadap batasan pendefinisian wakaf. Realitas dan
kenyataan ini disebabkan karena adanya perbedaan landasan dan pemahaman serta
penginterpretasiannya terhadap ketentuan-ketentuan yang ada dalam berbagai hadits yang
menerangkan tentang wakaf.
Madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak berarti melepaskan harta
yang diwakafkan dari kepemilikan orang yang mewakafkan. Dengan demikian,
kepemilikan atas aset wakaf masih berada pada wakif, karena yang diwakafkan hanyalah
manfaatnya saja, bukan substansi materinya.
Menurut madzhab hanafi wakaf adalah menahan suatu komoditas (aset) dengan
tetap pada kepemilikan orang yang mewakafkan dan mendistribusikan manfaatnya untuk
kepentingan kebaikan.
Adapun definisi yang dikemukakan oleh Syafi’i dan Hambali adalah menahan
aset yang dapat dimanfaatkan dengan melanggengkan substansinya dengan memutus
kewenangan distributif dari pihak wakif atau yang lain untuk mendistribusikan yang

1
Abdul Halim, op. cit., hal. 3
2
Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hal. 25

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 1


diperkenankan atau mendistribusikan hasilnya untuk kepentingan kebaikan guna
mendekatkan diri kepada Allah.3
Sedangkan pengertian wakaf menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977.
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian
dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan kelembagaannya untuk
selamalamanya untuk kepentingan atau keperluan umat lainnya sesuai ajaran Islam.4
b. Wakaf dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari benda miliknya dan kelembagaannya untuk selama-lamanya
guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam.5
c. Undang-undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan
umum menurut syariah.6
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat dipahami hakikat dari sebuah
tindakan perwakafan adalah menyedekahkan harta yang dimiliki untuk digunakan
sebagai kemaslahatan untuk kepentingan bersama. Hal ini sebagaimana yang tercantum
juga dalam pasal 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang tujuan dan
fungsi wakaf yang menyatakan bahwa wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf
sesuai dengan fungsinya, yaitu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda
wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.7
Wakif harus pemilik sah dari harta yang diwakafkan, dengan bukti-bukti yang sah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Syarat wakif adalah dewasa, maksudnya Ia
menyadari dan mengetahui tujuan melepaskan hak miliknya kepada pihak lain.
3
Suhrawardi K. Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hal. 35
4
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Wakaf
5
Kompilasi Hukum Islam tentang Wakaf
6
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006
7
Pasal 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 2


Kemudian si Wakif tidak boleh orang yang punya hutang, jika dinilai seluruh hartanya
yang akan diwakafkan hanya cukup sebatas untuk membayar hutangnya. Karena
kewajiban yang terpenting adalah meyelesaikan hutangnya kepada pihak yang memberi
piutang.

B. Dasar Hukum Wakaf

Secara umum tidak terdapat ayat al-Qur’an yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Wakaf adalah infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para ulama
dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-Quran
yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah.
Para faqih berpendapat hukum wakaf adalah mandub (mustahab), yaitu suatu
perbuatan yang diberi pahala bagi pelakunya, tetapi tidak dijatuhi sanksi bagi yang
meninggalkannya. Sumber masyru’ (legitimasi) wakaf dan sejarahnya dalam Islam
adalah Al-Quran, Sunnah dan respons sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW.
Dalil-dalil yang dijadikan sandaran atau dasar hukum wakaf adalah:

Surat Ali-Imran ayat 92, yang berbunyi :


‫لع يْ ُعْعالقْا يال لّ نّ عحّلى ُ ق يْ لُِق يْا لِ نّا ُ ق لحّ يبّْع عَ عِا ُ ق يْ لُِق يْا لِ يْ ع‬
‫َ يٍْء فعا نلّ ل‬
ٌ‫لع لِ هٖ عَ لِ يْ م‬
artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apasaja yang
kamunafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Ali-Imran: 92)

Surat Al-Baqarah ayat 267, yang berbunyi :


ٖ‫يَ لِ يْٖق ُ ق يْ لُِق يّْع عَلع يّْ ق يٌ لِ اا لِ لِ يْ ل‬
‫ِ عَ عَ ُعْع نّ قّْا يال عَ لّْ ع‬
‫ْ يّّ ق يٌ عَ لِ نّا ا ا ع يِ عّْي ْعا لع قُ يٌ ل ِّْع ياَع يْ ل‬ ‫اْااعْب عَا الن لِْيْع اا عِْق ياْا ا ع يْ لُِق يْا لِ يْ ع‬
‫َ لّْ اّ ل‬
‫ِ عِا عَ ع‬
‫ْ عح لّ يٌْم‬
‫لع عغْل ي‬ ‫انا‬
‫لَ ا ع يّ ُ ق يْ لُّ يقْا فل يْ لٖ عَا يَِع قّ ياْا ا ع نّ ل‬
artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dariapa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu”. (QS. Al-Baqarah: 267).

Surat Al-Maidah ayat 2, yang berbunyi :

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 3


‫عا ا‬
ْ‫اَ ْع يّّعْق يّْع فعُ ليً ل ِّ ي‬ ‫َ اا ل ِّْيْع يالّعْيِع يال عح عّ ع‬ َ‫يَ عَ عَ يالُع ع اً ىٌٕع ع‬
‫اَ عَ عَ يال عٌَ ع‬ ‫ّ يَ عّ يال عح عّ ع‬‫لل عَ عَ ال ن‬ ‫َعع اا ىٕ عّ ل‬
‫اْااعْب عَا الن لِْيْع اا عِْق يْا عَ ُ ق لحِب يْا ع‬
‫َِعى‬ ‫صٌ يبَ قَ يٌ عَ لْ يال عّْ ليِ لٌ يال عح عّ لاَ ا ع يّ ُ ع يعّعٌ و يقَا عَُععع ع‬
‫اَْق يْا ع‬ ‫َْ اعاّق َع يْ ءَ ا ع يّ ع‬ ‫ص ع‬
‫َاُ يقَا عَ عَ ْعِي لّ عِْن قُ يٌ ع‬ ‫نْ لِّ لَ يٌ عَ لْْ عيْاْلا عَالَعا عحِع يِّ ق يٌ فعا ي‬
‫َ لٌ يٌْق يال لعُعا ل‬
ِ ‫لع ع‬ ‫اَْي لٌ عَ يالعقٌ عيَ ل‬
‫اّ عَاُنُقْا ل‬
‫لع ا نلّ ل‬ ‫يالّل ل ّّ عَالّ ن يُ اْ ىۖ عَ عَ ُععع ع‬
‫اَْق يْا عَِعى ي ل‬
artinya: “………Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-
Maidah: 2).

C. Unsur-Unsur Wakaf

Setelah menelaah tentang pengertian wakaf, berikutnya ini ulasan mengenai unsur
wakaf. Kembali menilik pada pengertian wakaf, wakaf adalah amalan yang sangat luar
biasa. Kata Wakaf berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Kata “Waqafa” berarti menahan
atau berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri”.
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, unsur wakaf ada
enam, antara lain wakif (pihak yang mewakafkan hartanya), nazhir (pengelola harta
wakaf), harta wakaf, peruntukan, akad wakaf dan jangka waktu wakaf.
Wakif atau pihak yang mewakafkan hartanya bisa perseorangan, badan hukum,
maupun organisasi. Jika perseorangan, ia boleh saja bukan muslim karena tujuan
disyariatkannya wakaf adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan orang
nonmuslim tidak dilarang berbuat kebajikan. Syarat bagi wakif adalah balig dan berakal.

Jenis Wakaf
Pengertian wakaf adalah amal jariah, yang dimana jenis wakaf menurut Ahmad
Azhar Basyir wakaf dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Wakaf Ahli (keluarga atau khusus)
Wakaf ahli ialah wakaf yang ditujukan kepada orang orang tertentu, seorang atau lebih.
Baik keluarga wakif atau bukan. Misal: “mewakafkan buku-buku untuk anak-anak yang
mampu mempergunakan, kemudian cucu-cucunya.”
Wakaf semacam ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta wakaf adalah
mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf.

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 4


2. Wakaf Khairi atau wakaf umum
Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum, tidak
dikhususkan untuk orang-orang tertentu. Wakaf khairi ini sejalan dengan jiwa amalan
wakaf yang amat digembirakan dalan ajaran Islam, yang dinyatakan bahwa pahalanya
akan terus mengalir, sampai bila waqif telah meninggal, selagi harta wakaf masih tetap
dapat diambil manfaatnya.
Wakaf ini dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas dan dapat merupakan salah satu
sarana untuk menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat, baik dalam bidang sosial
ekonomi, pendidikan, kebudayaan maupun keagamaan.

D. Syarat-Syarat Wakaf

Berikut ini adalah syarat-syarat wakaf :


1. Bagi Wakif :
a) Mampu secara hukum.
b) Waqif merupakan pemilik harta secara penuh.
c) Berakal.
d) Cukup umur.

2. Berkaitan dengan Harta Wakaf :


a) Barang berharga.
b) Diketahui kadar atau jumlahnya.
c) Sah kepemilikannya.
d) Harta tidak melekat dengan yang lain alias berdiri sendiri.

3. Berkaitan dengan Penerima Wakaf :


a) Jumlah tertentu, yaitu jelas jumlah penerimanya.
b) Jumlah tidak tertentu, yaitu untuk kepentingan banyak
orang.

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 5


4. Berkaitan dengan Ikrar Wakaf :
a) Ikrar diucapkan dengan menunjukkan kekekalan wakaf
yang dilakukan.
b) Ucapan direalisasikan segera.
c) Bersifat pasti.
d) Tidak diikuti dengan syarat yang membatalkan.
Syarat wakaf tersebut perlu dipenuhi oleh orang yang bermaksud mewakafkan
hartanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindari terjadinya perselisihan
yang mungkin saja terjadi di waktu mendatang.
Sebagai tambahan, BWI menyarankan orang yang bermaksud mewakafkan
hartanya sebaiknya mengurus sertifikat wakaf sebagaimana diatur dalam undang-undang
negara.

E. Tata Cara Pelaksanaan Wakaf

Berikut adalah tata cara pelaksanaan wakaf :


1) Pihak yang hendak mewakafkah dapat menyatakan ikrar wakaf di
hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan ikrar
wakaf.
2) Isi dan bentuk Ikrar Wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
3) Pelaksanaan Ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf,
dianggap sah jika dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.
4) Dalam melaksanakan Ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang
mewakafkan diharuskan menyerahkan kepada Pejabat yang tersebut
dalam Pasal 215 ayat (6), surat-surat sebagai berikut:
a. tanda bukti pemilikan harta benda;
b. jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka
harus disertai surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat
oleh Camat setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak
bergerak dimaksud;

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 6


c. surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari
benda tidak bergerak yang bersangkutan.

F. Sertifikasi Tanah Wakaf

Pertama, PPAIW atas nama Nazhir menyampaikan AIW atau APAIW dan
dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan untuk pendaftaran Tanah Wakaf atas nama
Nazhir kepada Kantor Pertanahan, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak penandatanganan AIW atau APAIW. (pasal 2 ayat 2)

Kedua, pemohon mengajukan permohonan kepada kantor BPN setempat dengan


melampirkan :
1. surat permohonan
2. surat ukur
3. sertifikat Hak Milik yang bersangkutan atau bukti kepemilikan yang sah AIW
atau APAIW
4. surat pengesahan Nazhir yang bersangkutan dari KUA; dan
5. surat pernyataan dari Nazhir bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, perkara, sita,
dan tidak dijaminkan.

Ketiga, Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan Sertifikat Tanah Wakaf atas nama
Nazhir, dan mencatat dalam Buku Tanah dan sertifikat Hak atas Tanah pada kolom yang
telah disediakan. Itulah tiga tahapan dalam proses sertifikasi tanah wakaf untuk
mendapatkan sertipikat tanah wakaf di kantor BPN. Informasi selengkapnya dan lebih
rinci bisa dilihat dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Pendaftaran Tanah Wakaf.

G. Tanah Wakaf dan Pajak


Dijawab oleh Penyuluh Hukum Ahli Madya HERU WAHYONO, S.H., M.H.
Wakaf (Arab: ‫ََف‬, [ˈwɑqf]; plural Arab: ‫أََاف‬, awqāf; bahasa Urdu: ‫ )ََف‬adalah

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 7


perbuatan hukum wakif (pihak yang melakukan wakaf) untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum sesuai syariah Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf, unsur wakaf ada enam, yaitu wakif (pihak yang mewakafkan hartanya),
nazhir (pengelola harta wakaf), harta wakaf, peruntukan, akad wakaf, dan jangka waktu
wakaf Wakaf merupakan salah satu sumber dana sosial potensial yang erat kaitannya
dengan kesejahteraan umat di samping zakat, infak dan sedekah. Terlebih karena ajaran
agama menjadi motivasi utama masyarakat untuk berwakaf. Di Indonesia, wakaf telah
dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia.
Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi,
wakaf telah banyak membantu pembangunan secara menyeluruh di Indonesia, baik dalam
pembangunan sumber daya manusia maupun dalam pembangunan sumber daya sosial.
Tak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar rumah ibadah, perguruan Islam dan
lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun diatas tanah wakaf. Namun amat
disayangkan bahwa persepsi sebagian besar masyarakat Muslim di Indonesia mengenai
obyek wakaf masih terbatas pada tanah dan bangunan dan meskipun saat ini sudah mulai
berkembang pada uang, saham dan benda bergerak lainnya. Demikian pula
berdasarkan data yang ada dalam masyarakat, umumnya wakaf di Indonesia sebagian
besar di gunakan untuk kuburan, masjid dan madrasah, dan sedikit sekali yang di
dayagunakan secara produktif. Hal itu tentunya tidak terlepas dari kenyataan bahwa
sebagian besar harta yang diwakafkan baru berkisar pada asset tetap (fixed asset), seperti
tanah dan bangunan. Wakaf memiliki potensi yang sangat bagus untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi umat, terutama dengan konsep wakaf Uang. Terlebih disaat
pemerintah tidak sanggup lagi menyejahterahkan rakyatnya. Sedangkan Waqaf harus
digunakan untuk barang-barang yang permanen seperti membeli semen, pasir, karpet,
tanah dan sejenisnya yang memiliki manfaat jangka panjang. Oleh sebab itu, si penerima
Waqaf harus hati-hati dan memastikan uang Waqaf dibelanjakan untuk barang yang
permanen, bukan untuk biaya rutin seperti gaji petugas masjid, biaya listrik, telepon,
kebersihan dan sejenisnya. Biaya-biaya yang terakhir ini justru harus dibiayai dari Infaq
yang artinya belanja. Pajak. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 8


telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
umum dan tata cara perpajakan, Pajak adalah "kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat'' unsur-unsur yang terdapat
pada pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-
undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan,
"pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam
undang-undang." 2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan)
yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak
kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak
membayar pajak kendaraan bermotor. 3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi
keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan. 4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.
Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan
dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan. 5. Selain fungsi budgeter
(anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk
menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial
(fungsi mengatur / regulatif). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wakaf dan
pajak itu dua hal yang berbeda baik pelaku, obyek maupun pengelolanya, sedangkan
wakaf terbatas peruntukannya, dibandingkan dengan Pajak.

H. Perubahan Status Penggunaan Tanah Wakaf

Ketentuan dalam Pasal 40 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf


dengan tegas disebutkan bahwa: “Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:
1. Dijadikan Jaminan;
2. Disita;
3. Dihibahkan;
4. Dijual;

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 9


5. Diwariskan;
6. Ditukar; atau
7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.”
Ketentuan diatas juga berlaku bagi tanah wakaf. Ketentuan tersebut bukan tanpa
kecuali, dalam kondisi tertentu dapat dikecualikan dengan ketentuan Pasal 40
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf harta benda wakaf apabila yang
telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum
Tata Ruang (RUTR) dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariat. Pelaksanakan ketentuan
pengecualian tersebut dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas
persetujuan Badan Wakaf Indonesia (BWI). Harta benda wakaf yang sudah diubah
statusnya karena ketentuan pengecualian tersebut wajib ditukar dengan harta benda
yang manfaat dan nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf
semula. Dengan demikian, perubahan benda wakaf pada prinsipnya bisa dilakukan
selama memenuhi syarat-syarat tertentu dan dengan mengajukan alasan-alasan
sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-undang yang berlaku.
Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Wakaf yakni:
Pasal 49:
1) Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang kecuali
dengan
izin tertulis dari Menteri berdasarkan pertim-bangan BWI;
2) Izin tertulis dari Menteri sebagaimana di-maksud pada ayat (1) hanya dapat
diberikan
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Perubahan harta benda wakaf tersebut digu-nakan untuk kepentingan umum sesuai
den-
gan rencana tata ruang (RUTR) berdasar-kan ketentuan peraturan perundangan dan
tidak bertentangan dengan prinsip Syariah;
b. Harta benda wakaf tidak dapat diperguna-kan sesuai dengan ikrar wakaf; atau

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 10


c. Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak.

I. KESIMPULAN

Wakaf adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan sebagai salah
satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, khususnya bagi umat yang
beragama Islam, dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual dan materil menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak berarti melepaskan harta
yang diwakafkan dari kepemilikan orang yang mewakafkan
madzhab hanafi wakaf adalah menahan suatu komoditas (aset) dengan tetap pada
kepemilikan orang yang mewakafkan dan mendistribusikan manfaatnya untuk
kepentingan kebaikan.
definisi yang dikemukakan oleh Syafi’i dan Hambali adalah menahan aset yang
dapat dimanfaatkan dengan melanggengkan substansinya dengan memutus kewenangan
distributif dari pihak wakif atau yang lain untuk mendistribusikan yang diperkenankan
atau mendistribusikan hasilnya untuk kepentingan kebaikan guna mendekatkan diri
kepada Allah.
Adapun tata cara Pelaksanaan wakaf sebagai berikut :
1) Pihak yang hendak mewakafkah dapat menyatakan ikrar wakaf di hadapan
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan ikrar wakaf.
2) Isi dan bentuk Ikrar Wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
3) Pelaksanaan Ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf, dianggap sah jika
dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.
4) Dalam melaksanakan Ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang mewakafkan
diharuskan menyerahkan kepada Pejabat yang tersebut dalam Pasal 215 ayat (6)

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 11


DAFTAR ISI

Al-Khatib, M. Al-Syarbini, al-Iqna fi al-Hall al-Alfadz Abi Syuza’, Indonesia: Dar al-
Ihya al-Kutub, tt.
Faisal Haq, dkk, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, PT Garuda Buana,
Pasuruan.
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayat al-Akhyar, ter. KH.
Anwar, Syarifuddin, Surabaya: Bijna Iman, 2007.
Kementerian Agama Republik Indonesia, AL-Qur’an dan Terjamahnya, (Jakarta: Pelita,
1979)
M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf , Jakarta, Rosdakarya (1988)

RUANG LINGKUP PERWAKAFAN │ 12

Anda mungkin juga menyukai