Anda di halaman 1dari 8

RESUME

ISLAMIC STUDIES DALAM PANDANGAN OUTSIDER DAN INSIDER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam


Dosen Pengampu: Solihin M. Ag

Disusun oleh kelompok 1:


Abdan Syakuro 1221030001
Ahmad Fauzan AlGipari 1221030011
Alfia Nurhayati 1221030021
Azzahra Tsabithania 1221030031

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
T.A 2022/2023
PENDAHULUAN

            Pengkajian Islam jika dilihat dari sisi para pengkajinya, dapat dikategorikan dalam
dua kelompok, yakni kelompok Outsider dan Insider . Dalam tradisi lama,kajian
keislaman dalam perspektif Insider  lebih bersifat transmisi karena mereka melakukan
kajian dan penelitian lebih banyak mengulang dari apa saja yang telah disampaikan oleh
gurunya. Islam saat ini tidak lagi dipandang sebagai agama eksklusif, namun sebaliknya,
sebagai agama yang insklusif. Hal ini tampaknya menunjukkan suatu fakta bahwa Islam
sebagai agama yang mengayomi seluruh umat manusia menjadi realitas yang terbuka
dalam pembuktiannya.
                                                        
PENGERTIAN ISLAMIC STUDIES

Apa Islamic Studies itu? Islamic Studies, yang di Indonesia sering disebut ”Studi atau
Kajian ke-Islaman”, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan kata lain, Islamic Studies
didefinisikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta
membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan
agama Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya maupun praktek-praktek pelaksanaannya
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya. Usaha mempelajari
agama Islam dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam
saja, melainkan dilaksanakan juga oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam.
Islamic Studies di kalangan umat Islam sendiri, tentunya mempunyai tujuan yang
berbeda dengan tujuan Islamic Studies yang dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan
umat Islam. Di kalangan umat Islam, Islamic Studies bertujuan untuk memahami dan
mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan
mengamalkan secara benar, serta menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup
(way of life). Sedangkan di luar kalangan umat Islam, seperti di Negara-negara Barat,
Islamic Studies bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama dan praktek-praktek
keagamaan yang berlaku di kalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu
pengetahuan. Namun, sebagaimana halnya dengan ilmu pengetahuan pada umumnya,
maka ilmu pengetahuan tentang seluk beluk agama dan praktek-praktek keagamaan Islam
tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat
positif maupun yang bersifat negatif.
Studi Islam yang dilakukan kebanyakan sarjana-sarjana Barat yang non-Muslim itu
kemudian disebut Islamic Studies dalam perspektif outsider. Sebagaimana telah dijelaskan
di atas, Islam bukan lagi sebagai otoritas mutlak bagi pemeluknya dalam pengkajiannya,
namun terbuka bagi kalangan mana saja untuk melakukan kajian Islam, baik secara
selintas maupun mendalam

KARAKTERISTIK ISLAMIC STUDIES

            Pengkajian Islam jika dilihat dari sisi para pengkajinya, dapat dikategorikan dalam
dua kelompok, yakni kelompok Outsider dan Insider . Islam saat ini tidak lagi dipandang
sebagai agama eksklusif, namun sebaliknya, sebagai agama yang insklusif. Hal ini tampaknya
menunjukkan suatu fakta bahwa Islam sebagai agama yang mengayomi seluruh umat
manusia menjadi realitas yang terbuka dalam pembuktiannya.
             Islam sebagai agama samawi, sepanjang sejarah, telah ditelaah oleh dua kalangan di
atas dengan berbagai perspektif maupun pendekatan yang mereka kuasai. Dalam
perkembangannya, dari kalangan Insider, para tokoh yang muncul adalah sarjana-sarjana dari
kalangan muslim yang memiliki pandangan kritis dalam mengkaji Islam. Mereka tidak
sampai pada peningkaran dogma-dogma agama secara absolut, namun mereka dalam
mengkaji Islam lebih kritis jika dibandingkan pandangan umum masyarakat Islam.1
            Untuk melihat lebih jauh dan mendudukkannya secara tepat dan porposional terhadap
dua kelompok pengkajikan Islam ( Outsider dan Insider ) tersebut di atas, kami akan
memaparkan deskripsi keduanya berdasarkan informasi pustaka dan kenyataan yang ada.

ISLAMIC STUDIES DALAM PERSPEKTIF OUTSIDER

            Pengkajian keislaman dapat pula dilakukan oleh para ilmuan dari luar kalangan Islam
sendiri. Sarjana-sarjana Barat tampaknya amat tertarik dengan dinamika umat Muslim di
dunia ini. Fenomena ini telah muncul sejak lama ketika sarjana Barat merasa perlu
melakukan sikap pertahanan diri atas keyakinan yang diyakininya hingga sekarang mereka
memandang perlu melakukan pengkajian Islam berdasarkan bagaimana Islam dipahami oleh
umatnya. Pemahaman dan langkah penelitian dengan dasar bagaimana Islam dipahami oleh
umatnya ini dikenal dengan pendekatan fenomenologi. Mereka sadar bahwa selama ini
1
Dr. Jamali Sahrodi, metodelogi studi islam, ( bandung : Pustaka setia, 2008 ) hlm,179
banyak sarjana Barat telah melakukan pendekatan yang salah karena mereka menggunakan
paradigma dan teori mereka sendiri dalam mengkaji Islam sehingga pembahasannya menjadi
bias, tidak lagi objektif  berdasarkan realitas Islam yang dipahami dan diamalkan oleh
umatnya.
            Kajian keislaman dalam perspektif outsider  sebenarnya pada mulanya berangkat dari
semangat pemahaman kajian orientalis. Di samping itu, terdapat fenomena yang menyeruak
di hadapan para sarjana Barat bahwa Islam merupakan sebuah agama yang sangat cepat
perkembangannya, bahkan secara kuantitas sudah mendekati jumlah komunitas Kristen di
dunia ini.
            Studi islam yang dilakukan oleh kebanyakan sarjana-sarjana Barat yang non- Muslim
itu kemudian disebut Islamic Studies dalam perspektif  Outsider. Sebagaimana telah
dijelaskan di atas, Islam bukan lagi sebagai otoritas mutlak bagi umat pemeluknya dalam
pengkajiannya, namun terbuka bagi kalangan mana saja untuk melakukan kajian Islam, akan
tetapi dalam kajian keislaman ini ada dua hal yang perlu diperhatikan.
            Beberapa dasawarsa terakhir ini, studi keislaman sudah diterima dengan mantap
dalam dunia keilmuan di Barat sebagai satu spesialisasi disiplin keilmuan yang di akui.  Pada
awalnya, kajian keislaman merupakan bagian terpenting bagi oriantelisme. Hal ini kemudian
mengakibatkan metodelogi yang berkembang dalam disiplin filologi dan sejarah terus
berperan dalam kajian keislaman hingga saat ini.2
            Kajian keislaman dalam perspektif outsider  ini telah melahirkan beberapa hasil
penelitian. Beberapa buku perkenalan umum tentang Islam sebagai agama dan peradaban
oleh penulis tunggal menunjukkan pentingnya pendekatan multi-disipliner, meskipun
pencarian suatu karya ideal dalam kapasitas ini masih terus berlangsung dan tujuannya
mungkin akan terus bergema. Di samping itu, karya klasik  Marshall GS.
Hodgson, The Venture of Islam ( 1961 ) merupakan tulisan yang mendobrak pendekatan lama
terhadap sejarah dan umat  Islam masih terus dipergunakan. Hasil penelitian ini terdiri dari
tiga jilid sesuai pembagian sejarah Islam. Disamping tebalnya buku ini, gaya bahasanya yang
khas dan berbelit-belit sering membuat banyak mahasiswa, termasuk orang Amerika sendiri,
mengalami kesulitan dalam memahaminya, hingga sering dianggap sebagai bacaan lanjutan
bagi yang ingin mendalami subjek keislaman3.

2
Nur A. Fadhil Lubis, beberapa trend baru dalam kajian keislaman di amerika serikat: sutu survey
kepustakaan, ( makalah: 1994 ),hlm,3
3
Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Kemenag, 2012)
ISLAMIC STUDIES DALAM PERSPEKTIF INSIDER

Pengkajian Islam dalam perspektif insider (pengkaji dari kalangan Muslim sendiri)
kini mulai menunjukkan kecenderungan yang cukup kritis. Dari segi ajaran, buku Fazlur
Rahman, Islam (edisi kedua 1979) yang sudah mengalami banyak cetak ulang, merupakan
buku pengantar wajib untuk mata kuliah Islamic Studies di universitas di Eropa dan Amerika.
Kajian kritis tentang Islam telah dilakukan oleh Nashr Hamid Abu Zayd dalam bukunya,
Naqd al-Khithab al-Din (1994) merupakan buku yang mengkaji tentang wacana agama
dengan perspektif wacana Islam kritis. Buku ini menjelaskan bahwa pertentangan dalam
wacana agama yang terjadi sekarang ini bukanlah sekedar pertentangan di seputar teks-teks
agama ataupun interpretasi terhadapnya, melainkan pertentangan menyeluruh yang meliputi
semua aspek kesejarahan, sosial, politik, dan ekonomi; pertentangan yang melibatkan
kekuatan-kekuatan takhayul dan mitos atas nama agama dan juga pemahaman secara
letterlijk terhadap teks-teks agama.
Muhammad Abed Al-Jabiri bukanlah nama yang asing lagi di kalangan intelektual
Islam. Ia sering disejajarkan dengan Hassan Hanafi, Nashr Hamid Abu Zayd, Abdullahi
Ahmed An-Na’im, Ali Harb, Fatima Mernissi ataupun Muhammad Arkoun. Al-Jabiri telah
mengkaji tentang teologi dalam Islam dalam bukunya, al-Kasyfu ‘an Manahij al-Adillat fi
Aqa’id al-Millah: Aw Naqd ‘Ilm al-Kalam Dhiddan al-Tarsim al-Ideologi Li al-Aqidah wa
Ddifa’an ‘an al-’Ilm wa Hurriyah al-Ikhtiyar fi al-Fikri al-Fi’li . Dalam buku ini, Al-Jabiri
ingin menyatakan bahwa tak ada yang absah mengklaim dirinya sebagai teologi Islam yang
final, karena segala yang telah lalu, tradisi ataupun dogma, harus dirasionalisasikan kembali
dalam konteks kekinian. Itulah satu-satunya jalan menuju kejayaan teologi Islam yang betul-
betul rahmatan lil’alamin.
            Buku Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat: Menepis Tudingan, Meluruskan
Kesalahpahaman  (2004) merupakan satu buku yang banyak mendapat pujian dari berbagai
kalangan. 4
           Tulisan Bassam Tibi (et.al.), Islamic Political Ethic: civil Society, Plurarism,
and Ethics, yang diterjemahkan oleh Syafiq Hasyim dkk. Menjadi Etika Politik Islam:
Civil Society, Pluralisme, dan Konflik (2005). Buku ini memang ditulis oleh sepuluh ilmuan.
Para pengarang mengkaji etika politik Islam tentang Civil Society, batas wilayah, pluralisme,
perang dan damai. Mereka membahas pertanyaan-pertanyaan tentang keragaman, yang

4
Alwi Shihab, membedah islam di barat : menepas tudingan, meluruskan kesalahpahaman,( Jakarta :
Gramedia Pustaka utama, 2004 ) t
mendiskusikan antara lain kebijakan rezim-rezim Islamis terhadap wanita dan minoritas
agama. Bab-bab tentang perang dan damai membahas isu-isu penting dan hangat seperti etika
islam tentang jihad, yang mengkaji baik kondisi-kondisi yang sah untuk mendeklarasikan
perang dan cara perang yang layak.
            Dalam pembahasan mereka, para penulis buku ini menganalisis karya-karya penulis
klasik dan sejumlah reinterpretasi modern. Akan tetapi, diluar analisis pemikir kontemporer
dan klasik ini, tulisan-tulisan dalam buku ini juga menggunakan dua sumber dasar etika
Islam-Alquran dan hadist untuk mendapatkan pencerahan segar tentang bagaimana Islam dan
orang-orang memberikan sumbangan pada masyarakat ia abad ke-21 ini.
            Para penulis buku ini, disamping Bassam Tibi adalah Dale F. Eickelman, Sohai
H.Hasyim, Farhad Kazemi, John Kelsey, Muhammad Khalid Masud, Sulayman Nyang, dan
M. Raquibuz Zaman. Para penulis ini tidak semuanya Muslim.

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN OUTSIDER-INSIDER DALAM STUDI ISLAM

a. Sama-sama mengkaji studi keislaman


b. Outsider mengkaji studi islam sebagai sikap pertahanan diri atas keyakinan yang
diyakininya hingga sekarang mereka memandang perlu melakukan pengkajian Islam
berdasarkan bagaimana Islam dipahami oleh umatnya. Sedangkan Insider, mencegah
pertentangan agama yang meliputi semua aspek kesejarahan, sosial, politik, ekonomi,
takhayul dan mitos atas nama agama dan juga pemahaman secara letterlijk terhadap teks-
teks agama.
c. Keduanya menghasilkan beberapa hasil penelitian.
d. Outsider menggunakan paradigma dan teori mereka sendiri dalam mengkaji Islam
sehingga pembahasannya menjadi bias, tidak lagi objektif  berdasarkan realitas Islam yang
dipahami dan diamalkan oleh umatnya. Insider mengkaji langsung dari sumber
pengetahuan agama islam sendiri yaitu Al-Quran dan Al-Hadits
PENUTUP

Islamic studies telah menarik para sarjana baik yang berasal dari luar Islam (outsider)
atau dari dalam Islam itu sendiri (insider). Penelitian dan kajian mereka telah berlangsung
lama. Kajian Islam oleh outsider ini memiliki hubungan dengan orientalisme. Para outsider
itu melakukan kajian terhadap Islam dari berbagai aspek, meliputi pengertian Islam,
pemikiran Islam, tasawuf dan sebagainya. Mereka melakukan kajian ini dalam rangka lebih
mengenal dan mengkaji Islam secara objektif dan ilmiah. Adapun tokoh-tokoh yang
merupakan outsider antara lain William C. Chittick, Sachiko Murata, Louis Massignon dan
lain-lain. Islamic studies juga dilakukan oleh sarjana Islam itu sendiri (insider). Kajian para
insider ini meliputi kajian tentang pemikiran Islam, tentang kajian filsafat, teologi dan
sebagainya. Adapun tokoh-tokoh insider ini antara lain Muhammad Abed al- Jabiri, Alwi
Shihab, Amin Abdullah dan lain-lain.
Pengkajian Islam jika dilihat dari sisi para pengkajinya, dapat dikategorikan dalam
dua kelompok, yakni kelompok Outsider dan Insider . Dalam tradisi lama,kajian keislaman
dalam perspektif Insider lebih bersifat transmisi karena mereka melakukan kajian dan
penelitian lebih banyak mengulang dari apa saja yang telah disampaikan oleh gurunya
Islam saat ini tidaK lagi dipandang sebagai agama eksklusif, namun sebaliknya, sebagai
agama yang insklusif. Hal ini tampaknya menunjukkan suatu fakta bahwa Islam sebagai
agama yang mengayomi seluruh umat manusia menjadi realitas yang terbuka dalam
pembuktiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sahrodi. Jamali. 2008. metodelogi studi islam. Bandung : Pustaka setia,

Lubis. Nur A. Fadhil, 1994 beberapa trend baru dalam kajian keislaman di amerika serikat:
sutu survey kepustakaan, makalah:
Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Kemenag,

Shihab. Alwi. 2004. membedah islam di barat : menepas tudingan, meluruskan


kesalahpahaman, Jakarta : Gramedia Pustaka utama,

Anda mungkin juga menyukai