Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknotan Vol. 12 No.

1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

PENGARUH HOT WATER TREATMENT (HWT) DAN PERLAKUAN PELILINAN DENGAN


EKSTRAK JAHE TERHADAP UMUR SIMPAN CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUUM L.)
The Influence of Hot Water Treatment (Hwt) and Treatment Wrapping With Ginger Extract
Against Age Save Chili Red (Capsicum Annuum L.)
Cicih Sugianti1), Dwi Dian Novita1), Diana Mustika1)
1)
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung, Lampung, Indonesia 35145.
Email: cicih.sugianti@fp.unila.ac.id

ABSTRAK

Penyakit antraknosa salah satu penyakit penting pada tanaman cabai yang disebabkan oleh jamur
Colletotrichum capsici. Hot water treatment (HWT) merupakan salah satu teknologi yang dapat diterapkan
dalam penanganan pascapanen untuk menekan perkembangan penyakit antraknosa pada cabai merah. Tujuan
penelitian ini adalah mempelajari perlakuan pelilinan dengan ekstrak jahe terhadap umur simpan cebe merah.
Faktor pertama adalah suhu HWT dengan 3 taraf (45°C, 50°C, dan 55°C) selama 15 menit, dan faktor yang
kedua adalah pelilinan menggunakan ekstrak jahe dengan 2 taraf (30% v/v dan 40%v/v). Hasil penelitian
menunjukkan analisis sidik ragam dengan taraf 5% perlakuan suhu pencelupan berpengaruh nyata terhadap
susut bobot, kekerasan, dan kadar air. Faktor konsentrasi ekstrak jahe berpengaruh nyata terhadap kekerasan
dan kadar air. Sedangkan interaksi faktor suhu pencelupan dan konsentrasi jahe berpengaruh nyata terhadap
kekerasan dan kadar air. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan interaksi terhadap parameter
kekerasan, kadar air, dan penampakan cabai merah pada hari ke-18 penyimpanan didapatkan perlakuan
terbaik yaitu perlakuan dengan temperatur 45°C dan konsentrasi ekstrak jahe 30% .
Kata kunci: cabai merah, antraknosa, hot water treatment, pelilinan antimikroba.

ABSTRACT

Anthracnose disease is one of the dangerous diseases in chili plants caused by Colletotrichum capsici
fungus. Hot water treatment (HWT) is one technology that can be applied in post-harvest handling to
suppress the spreading of anthracnose disease in red chili plants. The purpose of research was to investigate
the effect of temperature and immersion time on hot water treatment, to investigate the effect of anti
microbial coating on shelf life on the red chili plants, and to determine the best combination which can
maintain the quality of red chili pepper. The first factor was HWT temperature at 3 levels (45° C, 50° C, and
55° C) for 15 minutes, and the second factor was contentration of ginger extract treatment at 2 levels (30%
and 40% v/v). The results showed the analysis of variance at 5% of treatment, the immersion temperature
significantly affected the weight losses, firmness, and water content. The contentration of ginger extract had
a significant effect on the hardness and water content. While the interaction two factors had a significant
effect on the hardness and water content. The Duncan's further analysis showed that the best interaction
parameters of firmness, water content, and red chili appearance on the 18th day of storage was obtained at
45° C and 30% of gingger extractsconcentration.
Keywords: red chili, anthracnose, hot water treatment, antimicrobial waxing.

Diterima : 7 Maret 2018 ; Disetujui : 25 April 2018; Online Published : -


DOI : 10.24198/jt.vol12n1.5

Pengaruh Hot Water Treatment (Hwt) dan Perlakuan Pelilinan Dengan Ekstrak Jahe Terhadap Umur Simpan
50
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

PENDAHULUAN memperpanjang umur simpan, sehingga dapat


membantu persediaan cabai dan menekan
Cabai merah (Capsicum annuum L.) harga cabai yang terus meningkat. Hot water
merupakan salah satu produk hortikultura yang treatment (HWT) merupakan salah satu
selalu dibutuhkan oleh masyarakat di teknologi yang dapat diterapkan dalam
Indonesia. Penggunaan cabai merah biasanya penanganan pascapanen. Perlakuan ini
sebagai bumbu dapur dan penyedap makanan. menggunakan kombinasi suhu dan waktu
Kebutuhan akan cabe terus meningkat dengan perendaman pada suhu tertentu. Perlakuan
semakin meningkatnya jenis dan menu pelilinan menggunakan bahan alami anti
makanan. Menurut BPS Provinsi Lampung mikroba juga dipandang perlu untuk menekan
(2014), produksi cabai besar Provinsi sebaran penyakit yang kita anggap sudah
Lampung tahun 2013 sebesar 35,23 ribu ton, terinvestasi cendawan di lapang. Kusmiadi, R.,
mengalami penurunan Sebesar 7,21 ribu ton dkk, (2011) menyatakan bahwa pelapisan pada
(16,98 %) dibandingkan tahun 2012. buah salak menggunakan kombinasi pelilinan
Penurunan produksi cabai besar tahun 2013 antara lilin lebah dengan antimikroba berbahan
tersebut terjadi di kabupaten sentra cabai besar ekstrak jahe dapat menekan busuk pangkal
yaitu Kabupaten Pesawaran, Lampung Barat buah salak pada konsentrasi 30% atau lebih.
dan Tanggamus masing–masing sebesar 7,46
ribu ton, 1,07 ribu ton, dan 510,9 ton METODOLOGI
dibandingkan tahun 2012.
Menurunnya produksi cabai salah Bahan yang digunakan dalam
satunya dikarenakan cabai terkena serangan penelitian ini adalah tanaman cabe diperoleh
pathogen cendawan penyakit antraknosa. dari kebun petani di Kalianda, Lampung
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit Selatan (mutu I atau II menurut standar mutu
penting pada tanaman cabai, yang disebabkan SNI 01-4480-1998), gliserol, ekstrak jahe, dan
oleh jamur Colletotrichum capsici. Menurut pektin. Peralatan yang digunakan dalam
laporan Balai Penelitian Hortikultura Lembang penelitian adalah: water bath untuk perlakuan
(2002) dan Duriat dan Sudorwahadi (1995) HWT, rheometer (model CR-300) untuk
dalam Yani (2003), kehilangan hasil pada mengetahui tingkat kekerasan, timbangan
pertanaman cabai akibat penyakit antraknosa digital (Mettler PM-4800), kamera digital,
dapat mencapai 14-100% pada penanaman buret, tabung erlenmeyer dan pipet tetes.
musim hujan. Suhardi (1992) juga melaporkan Penelitian ini menggunakan rancangan
bahwa kehilangan hasil buah cabai karena acak lengkap faktorial. Faktor pertama adalah
penyakit antraknosa dapat mencapai 100% bila suhu Hot Water Treatment (HWT) yaitu 45oC,
pengendaliannya kurang tepat, khususnya pada 50 oC, dan 55 oC selama 15 menit dan faktor
musim hujan. Gejala serangan penyakit pada kedua adalah konsentrasi pelilinan dengan
buah muda dan buah siap panen dapat terus konsentrasi ektrak jahe 30% dan 40%.
berkembang selama pengangkutan dan Persiapan penelitian dilakukan dengan
penyimpanan (pascapanen) apabila kondisi pembersihan dan sortasi sampel cabai untuk
lingkungan mendukung sehingga diperlukan menjaga keseragaman sampelnya. Buah cabe
suatu tindakan pengendalian pasca panen yang tersebut kemudian dibagi dalam sampel untuk
efektif dan aman untuk menekan kerugian kontrol (tanpa perlakuan) dan sampel untuk
hasil pasca panen. penerapan Hot Water Treatment (HWT) dan
Penanganan pascapanen yang baik pelilinan anti mikroba dengan total jumlah
sangat diperlukan untuk mengendalikan sampel sesuai dengan kombinasi
penyakit pascapanen tersebut. Penerapan perlakuannya. Keseluruhan kombinasi
teknologi juga dipandang sangat penting perlakuan dalam penelitian ini disimpan pada
dalam penanganan pascapanen untuk menekan suhu ruang selama 28 hari. Pengujian
perkembangan serangan penyakit dan dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi
Pengaruh Hot Water Treatment (Hwt) dan Perlakuan Pelilinan Dengan Ekstrak Jahe Terhadap Umur Simpan 51
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

cendawan yang dapat menyebabkan penyakit Parameter Mutu buah cabai


pascapanen pada cabai merah. Pengamatan 1. Susut Bobot
mutu pada cabai dilakukan terhadap parameter Berat rata-rata pada awal penyimpanan
susut bobot, vitamin C, kekerasan, dan kadar cabai merah sebesar 42,543 g, pada akhir
air. penyimpanan yaitu pada hari ke-20 berat rata-
rata cabai merah menjadi 39,409 g. Ini
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan persentase susut bobot cabai
merah yang berkurang selama penyimpanan
Cendawan Penyebab Antraknosa 6,653%. Dari hasil analisis sidik ragam taraf
Antraknosa menjadi masalah utama 5%. Faktor suhu berpengaruh nyata terhadap
pada produksi buah tropis, khususnya buah penurunan susut bobot selama penyimpanan
cabai merah besar yang menyebabkan hari ke-10, 14, 16, 18, dan 20. Faktor
kehilangan nilai ekonomi cukup besar pada konsentrasi ektrak jahe pada pelilinan tidak
buah. Antraknosa disebabkan oleh berpengaruh pada susut bobot. Interaksi antara
Colletotrichum spp., yaitu C. capsici, C. suhu HWT dan konsentrasi ektrak jahe pada
gloeosporiodes dan C. acutatum (Than et al. pelilinan tidak berpengaruh pada susut bobot.
2008a). Namun pada hasil penelitian Fitriani, Uji lanjut Duncan pengaruh suhu selama hari
M (2014) menunjukkan persentase yang berpengaruh dapat dilihat pada Tabel 2.
keberadaan C. capsici pada buah cabai merah 8,00
besar lebih dominan (63.89%) (Tabel 1). T0
7,00
Susut Bobot (%)

T1
Tabel 1. Persentase keberadaan Colletotrichum 6,00
spp. pada buah cabai merah T2
5,00
Spesies Persentase keberadaan T3
Colletotrichum spp. (%) 4,00
Colletotrichum 63.89
3,00
capsici
C. gloeosporioides 35.56 2,00
C. acutatum 13.33 10 14 16 18 20
Hari penyimpanan
Persentase keberadaan Colletotrichum Gambar 1. Grafik peningkatan susut bobot
spp. berdasarkan jumlah koloni spesies cabai merah selama penyimpanan
Colletotrichum dari 9 potongan kulit dan
daging buah cabai merah besar pada media Dari Gambar 1 terlihat bahwa hot
PDA yang mengandung 100 mg/L water treatment pada suhu 50°C dapat
kloramfeniko menekan susut bobot pada cabai merah.
Buah cabai merah besar yang terserang Berdasarkan uji lanjut Duncan pengaruh
antraknosa menunjukkan gejala berupa penggunaan suhu 50°C dan 55°C memiliki
timbulnya cekungan yang membesar pada pengaruh yang sama selama penyimpanan.
permukaan buah. Pada bagian tengah Pada penelitian ini, perlakuan HWT dengan
cekungan terdapat kumpulan titik-titik hitam suhu pemanasan 55°C memang
yang merupakan kelompok aservulus. menghindarkan cabai dari penyakit
Serangan C. capsici pada buah tidak bersifat Antraknosa, namun cabai dengan perlakuan
toksik terhadap manusia dan hewan, tetapi tersebut mengalami heat injury, yaitu adanya
kerusakan pada buah menjadi pertimbangan pelunakan daging buah pada beberapa bagian
untuk kelayakan konsumsi manusia (Nayaka et tertentu dan mengandung banyak air. Kondisi
al. 2009). ini kemungkinan dikarenakan waktu
pemanasan yang terlalu lama. Menurut
Martoredjo (2009), suhu pemanasan yang
Pengaruh Hot Water Treatment (Hwt) dan Perlakuan Pelilinan Dengan Ekstrak Jahe Terhadap Umur Simpan
52
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

optimal pada produk hortikultura untuk 2. Kekerasan


pengendaliannya terhadap penyakit Nilai kekerasan cabai merah baik di
Antraknosa ini adalah dengan perlakuan air bagian ujung, tengah ataupun pangkal
panas pada suhu 55°C selama 5 menit atau menunjukkan data yang terus menurun
dikombinasikan dengan fungisida hingga suhu dikarenakan adanya kegiatan respirasi pada
dapat diturunkan menjadi 52-53°C. cabai merah yang dalam prosesnya mengalami
penguapan air yang terkandung di dalam buah
Tabel 2. Uji lanjut duncan pengaruh suhu pada ke lingkungan. Jadi, jika air di dalam buah
penyimpanan cabai merah berkurang maka cabai akan menjadi lunak.
Rata-rata susut bobot hari ke- Berkurangnya kandungan air dalam suatu
Perlakuan 10 14 16 18 20 produk pertanian akan mengurangi kerapatan
ab a a a jaringan pada kulit buah sehingga air mudah
T0 3,589 5,198 6,043 6,937 7,572a
menguap. Berdasarkan analisis sidik ragam
T1 2,873b 4,005ab 4,605b 5,321b 5,244b dengan taraf 5% menunjukkan bahwa faktor
T2 2,841b 3,799a 4,322b 4,960b 5,457b suhu HWT, faktor konsentrasi ekstrak jahe,
T3 4,156a 5,118b 5,843a 6,738a 7,339a dan interaksi kedua faktor tersebut
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berpengaruh nyata terhadap kekerasan selama
sama menunjukkan pengaruh tidak berbeda penyimpanan.
nyata

3,00

T0K0
2,50
T0K1
Kekereasan cabai merah (N)

T0K2
2,00 T1K0
T1K1
1,50 T1K2
T2K0
1,00 T2K1
T2K2
0,50 T3K0
T3K1
0,00 T3K2
2 6 8 12 14 16 18 20
Hari Penyimpanan
Gambar 2. Grafik kekerasan cabai merah selama penyimpanan

3. Kadar Air penyimpanan ke-8, dan interaksi kedua faktor


Kandungan air pada produk berpengaruh terhadap kadar air pada hari
hortikultura merupakan salah satu parameter penyimpanan ke-12 dan 18. Hasil uji lanjut
umur simpan. Hasil analisis sidik ragam taraf interaksi pada penyimpanan ke-12 dan 18
5% menunjukkan bahwa faktor suhu terdapat pada Tabel 3.
berpengaruh terhadap kadar air pada hari
penyimpanan ke-10, konsentrasi ektrak jahe
berpengaruh terhadap kadar air pada hari
Pengaruh Hot Water Treatment (Hwt) dan Perlakuan Pelilinan Dengan Ekstrak Jahe Terhadap Umur Simpan 53
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Tabel 3. Uji lanjut Duncan hasil interaksi uji lanjut Duncan interaksi pada pengamatan
perlakuan suhu dan konsentrasi ekstrak jahe kekerasan dan kadar air pada penyimpanan
pada pelilinan terhadap kadar air hari ke-18 dapat dilihat pada Tabel 4.
Hari Penyimpanan ke-
Perlakuan Tabel 4. Hasil uji lanjut interaksi parameter
12 18
T0K0 76,014 d
78,773b kekerasan dan kadar air pada hari
penyimpanan ke-18.
T0K1 78,936ab 80,018ab
Hari Penyimpanan ke-18
T0K2 79,163ab 79,093b Perlakuan
Kekerasan Kadar Air
T1K0 79,789a 80,756ab a
T0K0 1,357 78,773b
T1K1 77,060cd 78,452b
a T0K1 1,154b 80,018ab
T1K2 80,214 80,859ad
T0K2 0,313c 79,093b
T2K0 80,148a 80,703ab a
T1K0 1,373 80,756ab
T2K1 78,491abc 78,530b
T1K1 1,247a 78,452b
T2K2 79,850a 83,462a
T1K2 0,361c 80,859ad
T3K0 77,752bcd 79,680b
T2K0 0,141d 80,703ab
T3K1 78,986ab 81,827b
T2K1 0,101d 78,530b
T3K2 80,273a 78,876b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang T2K2 0,110d 83,462a
sama pada kolom yang sama menunjukkan T3K0 0,101d 79,680b
pengaruh tidak berbeda nyata T3K1 0,084d 81,827b
d
T3K2 0,087 78,876b
Pelapisan lilin menyebabkan transpirasi Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang
berjalan lambat, sehingga kadar air bebas yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
terdapat di dalam buah maupun hasil respirasi pengaruh tidak berbeda nyata
dapat dipertahankan. Transpirasi menyebabkan
buah kehilangan air sehingga berpengaruh Berdasarkan parameter kekerasan dan
terhadap kesegaran dan kerenyahan buah. kadar air perlakuan yang terbaik dipilih T0K0
Semakin kecil transpirasi maka buah akan dan T1K1. Perbandingan penampakan pada
terlihat semakin segar dan sebaliknya. Kadar hari ke 18 terlihat bahwa penampakan cabai
air merupakan faktor penting dalam merah yang diberi perlakuan T1K1 lebih baik
penyimpanan, terutama pada penyimpanan dibandingkan dengan perlakuan T0K0.
bahan-bahan segar, karena kadar air akan Sehingga dapat disimpulkan dalam penerapan
berpengaruh pada konsistensi bahan dan kombinasi perlakuan HWT dan pelilinan
berpengaruh terhadap keawetan bahan pangan menggunakan ektrak jahe di dapat pada
tersebut. (Winarno et al., 1997). Setelah perlakuan T1K1 berdasarkan parameter
pemetikan buah masih mempunyai kadar air kekerasan, kadar air, dan penampakan cabai
yang tinggi kemudian akan terus menurun merah tersebut.
sampai pemasakan (Pantastico, 1986).
Berdasarkan parameter mutu
pengamatan yang diamati meliputi susut
bobot, kekerasan, vitamin C, kadar air, dan
warna dapat dicari perlakuan terbaik untuk
pada penelitian ini. Perlakuan terbaik dilihat
dari parameter yang memiliki interaksi yang
berpengaruh terhadap parameter tersebut.
Interaksi yang berpengaruh pada penelitian ini
dilihat dari nilai-nilai interaksi. Hasil analisis
Pengaruh Hot Water Treatment (Hwt) dan Perlakuan Pelilinan Dengan Ekstrak Jahe Terhadap Umur Simpan
54
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

T0K0 TIKI
Gambar 3. Penampakan pada penyimpanan ke 18 cabai merah

KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMAKASIH

Kesimpulan Tim peneliti mengucapkan terimakasih


Hasil identifikasi cendawan yang kepada semua pihak jurusan Teknik Pertanian
menyebabkan penyakit antraknosa pada cabai dan LPPM Universitas lampung yang telah
merah adalah Colletotrichum capsici, C. mendukung pembiayaan melalui DIPA BLU
gloeosporioides, and C. Acutatum. JUNIOR Tahun Anggaran 2015 dengan
Berdasarkan analisis sidik ragam pada taraf Nomor Kontrak 550/UN26/8/LPPM/2015.
5% menunjukkan pengaruh suhu HWT
berpengaruh terhadap susut bobot, kekerasan, DAFTAR PUSTAKA
dan kadar air. Konsentrasi ekstrak jahe
berpengaruh terhadap kekerasan dan kadar air. BPS Provinsi Lampung . 2014. Berita Resmi
Sedangkan interaksi kedua factor berpengaruh Statistik BPS Provinsi Lampung No
terhadap kekerasan dan kadar air. Hasil uji 13/08/18/Th.II, 4 Agustus 2014.
lanjut Duncan menunjukkan bahwa interaksi Fitriani, M. 2014. Mikobiota pada buah cabai:
perlakuan HWT 45° C dan konsentrasi ekstrak pengaruhnya Terhadap Colletotrichum
jahe 30% berpengaruh sangat nyata terhadap capsici, cendawan penyebab antraknosa.
parameter kekerasan dan kadar air terlihat Skripsi. FMIPA IPB, Bogor.
pada hari ke-18 penyimpanan. Kader AA. 1992. Postharvest Biology and
Technology of Horticultural Crop.
Saran Publication 3311. Davis: University of
Saran dari penelitian ini adalah perlu California-USA.
dilakukan penelitian yang melibatkan Kusmiadi, R. 2011. Kajian Efikasi Ekstrak
perbedaan suhu penyimpanan terhadap Rimpang Jahe Dan Kunyit Sebagai
perkembangan cendawan Colletotrichum Upaya Untuk Memperpanjang Umur
capsici. Simpan Buah Salak Pondoh Akibat
Serangan Cendawan. Tesis. Pascasarjana
IPB. Bogor.
Susanto. 1994. Fisiologi dan Teknologi Pasca
Panen. Yogyakarta: Akademika.

Pengaruh Hot Water Treatment (Hwt) dan Perlakuan Pelilinan Dengan Ekstrak Jahe Terhadap Umur Simpan 55
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.)
Jurnal Teknotan Vol. 12 No. 1, April 2018
P - ISSN :1978-1067; E - ISSN : 2528-6285

Winarno FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Nasional Pengembangan Pertanian


Produk Hortikultura. Bogor (ID): MBrio Lahan Kering.
Pr. http//.litbang.deptan.go.id/pustaka/Alfi.p
Yani, A. 2003. Pengendalian Cendawan df.
Pascapanen Colletotrichum capsici Zong Y, Liu J, Li B, Qin G, Tian S. 2010.
Penyebab Penyakit Antraknosa Pada Effects of yeast antagonists in
Buah Cabai (Capsicum annum L). Balai combination with hot water treatment on
Pengkajian. Teknologi Pertanian postharvest diseases of tomato fruit.
Lampung. Prosiding Lokakarya Biological Control 54 (2010): 316-321.

Pengaruh Hot Water Treatment (Hwt) dan Perlakuan Pelilinan Dengan Ekstrak Jahe Terhadap Umur Simpan
56
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.)

Anda mungkin juga menyukai