Anda di halaman 1dari 8

SURPLUS KONSUMEN, PRODUSEN DAN EFISIENSI PASAR

JOEL F. SOFYAN

Analisa grafik dari interaksi antara permintaan dan penawaran merupakan salah satu peralatan
yang sangat penting karena menjelaskan gagasan bagaimana sistem pasar (mekanisme harga)
bekerja dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Harga merupakan signal untuk
mengindikasikan seberapa penting sebuah produk atau jasa bagi konsumen—harga yang tinggi
mencerminkan bahwa konsumen memberikan nilai yang tinggi atau sangat menyukai suatu
barang atau jasa, dengan syarat bahwa pasar telah bekerja dengan baik tanpa adanya
kegagalan pasar. Lebih lanjut, barang yang memiliki permintaan tinggi akan menyebabkan
produsen memiliki insentif lebih besar untuk memproduksi barang tersebut sehingga akan
mempengaruhi alokasi sumberdaya.
Ketika kita mencoba memahami “bagaimana sebuah sistem bekerja”, maka permasalahan ini
masuk dalam bidang “ilmu ekonomi positif”. Akan tetapi, analisa penawaran dan permintaan
juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan gagasan ekonomi penting lainnya, yaitu efisiensi
pasar—sebuah aspek yang penting dalam bidang “ilmu ekonomi normatif". Untuk memahami
gagasan tentang efisiensi pasar, maka kita perlu memahami tiga konsep penting: surplus
konsumen (consumer surplus, CS), surplus produsen (producer surplus, PS) dan kerugian bobot
mati (deadweight loss) yang timbul ketika pasar tidak bekerja dengan baik.

A. Surplus konsumen (Consumer Surplus—CS)


Kekuatan pasar memaksa konsumen untuk mengungkap sejumlah besar preferensi pribadinya.
Ketika seorang konsumen bersedia untuk membayar Rp 50.000 untuk sebuah barang X, maka
konsumen tersebut telah mengungkapkan bahwa barang X bernilai setidaknya Rp 50.000 bagi
dirinya—konsumen ini akan membeli barang tersebut jika harga pasar untuk barang X adalah
lebih kecil atau sama dengan Rp 50.000. Jika harga pasar untuk barang X ternyata lebih rendah
dibandingkan harga maksimum yang bersedia dibayarkan konsumen, katakanlah Rp 35.000,
maka secara konseptual konsumen ini dikatakan menikmati surplus konsumen.
Surplus konsumen: selisih antara jumlah harga maksimum yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen untuk sebuah barang dibandingkan dengan harga pasar barang
tersebut

Kurva permintaan dapat digunakan untuk menunjukkan surplus konsumen dengan lebih jelas:

Peraga 1:
110000
100000
90000
Harga barang X (Rp)

80000
70000
A B C
60000
50000
40000 D
D
30000
Biaya riil
yang harus
20000
dikeluarkan
10000
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Kuantitas barang X
(dalam ribuan)

Pada peraga 1, pada saat harga pasar barang X adalah Rp 50.000, jumlah barang X yang diminta
adalah sebesar 6000 unit. Hanya ada satu harga yang berlaku di pasar, dan kurva permintaan
memberi tahu kita berapa banyak barang X yang akan dibeli oleh konsumen jika mereka bisa
membeli semua yang mereka inginkan pada tingkat harga yang berlaku, Rp 50.000. Setiap
orang yang menganggap bahwa barang X memiliki nilai sebesar Rp 50.000 atau lebih akan
membelinya sedangkan setiap orang yang menganggap bahwa nilai barang X lebih rendah dari
tingkat harga yang berlaku tidak akan membelinya.
Dalam peraga 1, konsumen A, B dan C dikatakan memperoleh surplus konsumen, karena ketiga
konsumen tersebut menilai barang X lebih tinggi dibandingkan tingkat harga yang berlaku.
Harga maksimum yang bersedia dibayarkan oleh konsumen A, B dan C—berturut-turut—
adalah Rp 100.000, Rp 90.000 dan Rp 80.000. Dengan demikian konsumen A, B dan C dikatakan
memiliki suplus konsumen sebesar Rp 50.000, Rp 40.000 dan Rp 30.000 (perhatikan area yang
diarsir dengan warna biru). Pada peraga 1, area dalam kurva yang diarsir warna orange
merupakan biaya riil yang harus dikeluarkan oleh setiap konsumen untuk memperoleh 1 unit
barang X yaitu tingkat harga yang berlaku dari barang X, Rp 50.000.
Dari pembahasan hukum permintaan, kurva permintaan pasar diperoleh dengan menelurusi
jumlah total kuantitas barang yang diminta dari seluruh konsumen pada setiap tingkat harga.
Kurva permintaan pasar merupakan penjumlahan secara horizontal dari setiap kurva-kurva
permintaan individual seluruh konsumen. Dengan analogi ini, jika jumlah konsumen dalam
suatu pasar sangat banyak, maka jumlah surplus konsumen keseluruhan adalah luas bidang
dibawah kurva permintaan dan diatas harga yang berlaku, luas bidang segitiga biru, seperti
yang ditunjukkan dalam peraga 2:

Peraga 2:
110000
100000
90000
Harga barang X (Rp)

80000
70000 CS
60000
50000
40000
30000 Biaya riil yang harus
20000 dibayarkan
10000
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Kuantitas barang X
(dalam ribuan)
B. Surplus Produsen (Producer Surplus—PS)
Dengan analogi yang sama, kurva penawaran suatu pasar barang tertentu memperlihatkan
sejumlah perusahaan yang bersedia memproduksi dan menawarkan suatu barang pada setiap
tingkat harga yang berlaku. Perhatikan peraga 3 berikut ini:

Peraga 3:

P S

50000
A B C

Biaya
17500 produksi

Q (dalam ribuan)
6

Pada harga pasar yang berlaku (Rp 50.000), jumlah barang yang bersedia ditawarkan adalah
sebesar 6000 unit. Pada peraga 3, perusahaan A merupakan perusahaan yang paling efisien (i.e
perusahaan ini memiliki biaya produksi paling kecil). Perusahaan A bersedia menawarkan
produk X pada tingkat harga yang paling rendah—Rp 17.500. Sehingga pada tingkat harga yang
berlaku, Rp. 50.000, perusahaan A dikatakan menikmati surplus produsen.

Surplus produsen selisih antara harga pasar yang berlaku dibandingkan dengan biaya
produksi perusahaan untuk menghasilkan barang tersebut
Jika jumlah produsen di pasar tersebut adalah sangat banyak, maka jumlah surplus produsen
keseluruhan adalah luas bidang diatas kurva penawaran dan dibawah harga yang berlaku, luas
segitiga yang diarsir hijau, seperti yang ditunjukkan dalam peraga 4 berikut:

Peraga 4:

P S

50000
PS

Biaya
17500 produksi

Q (dalam ribuan)
6

Luas bidang segitiga yang diarsir orange merupakan total biaya memproduksi barang tersebut
dari seluruh perusahaan yang menawarkan barang tersebut.

C. Pasar yang kompetitif akan menjamin efisiensi


Peraga 2 dan 4 mengilustrasikan total manfaat bersih bagi konsumen dan produsen dari
keseimbangan di pasar barang X, yaitu pada tingkat harga Rp 50.000 dan kuantitas 6000 unit.
Peraga 2 memperlihatkan bahwa konsumen memperoleh manfaat—secara total—yang lebih
besar dibandingkankan harga yang mereka bayarkan dan Peraga 4 memperlihatkan produsen
juga memperoleh kompensasi yang lebih besar dibandingkan biaya yang mereka keluarkan.
Dari analisa tersebut, terlihat bahwa hanya mekanisme pasar yang kompetitif yang menjamin
surplus konsumen dan surplus produsen yang dihasilkan akan maksimum. Pada kondisi inilah
pasar dikatakan efisien. Peraga 5 memperlihatkan secara visual kesimpulan ini:
Peraga 5:

P
100000

S
CS

50000

PS D

17500

Q (dalam ribuan)
6

Bahkan ketika kondisi permintaan atau penawaran di pasar berubah—yang menyebabkan kurva
permintaan atau kurva penawaran bergeser—ekuilibrium baru yang terjadi tetap dipandang
efisien. Pergeseran kurva permintaan atau kurva penawaran hanya akan mempengaruhi
besarnya surplus konsumen (CS) dan surplus produsen (PS) yang dinikmati oleh konsumen
dan produsen, tanpa menghasilkan kerugian bobot mati (deadweight loss).
Dalam peraga 5 diatas, pergeseran kurva permintaan atau kurva penawaran hanya akan
menyebabkan luas wilayah segitiga biru (CS) dan luas segitiga hijau (PS) berubah; mungkin saja
hanya salah satu pihak yang diuntungkan, konsumen atau produsen, yang ditunjukkan dengan
luas wilayah surplus-nya yang membesar, atau mungkin saja kedua belah pihak mengalami
penurunan surplus (luas wilayah surplus masing-masing secara proporsional turun). Bagaimana
pembagian dampak pergeseran kurva permintaan atau kurva penawaran terhadap surplus
konsumen dan surplus produsen akan dipengaruhi elastisitas (bentuk kurva) permintaan dan
penawaran.
D. Kerugian Bobot Mati (Dead-Weight Loss)
Untuk menjelaskan lebih jelas mengenai efisiensi pasar, perhatikan peraga 6 berikut ini yang
mengilustrasikan kasus dimana output barang X yang tersedia dibatasi pada jumlah tertentu:

Peraga 6:

P
100000

B S
75000
CS
1 C
50000
2
PS D
27500
A

17500
Underproduction
Q (dalam ribuan)
3 6

Apabila pasar dibiarkan bebas tanpa adanya intervensi maka keseimbangan pasar barang X
tercipta pada tingkat harga Rp 50.000 dan kuantitas 6000 unit. Pada kondisi keseimbangan ini,
total surplus konsumen adalah luas wilayah yang berada dibawah kurva permintaan dan diatas
tingkat harga berlaku (yaitu, luas segitiga 100.000-C-50.000 atau luas wilayah area yang diarsir
biru ditambah luas wilayah segitiga 1) sedangkan total surplus produsen adalah luas wilayah
yang berada diatas kurva penawaran dan dibawah tingkat harga berlaku (yaitu, luas segitiga
50.000-C-17.500 atau luas wilayah area yang diarsir hijau ditambah luas wilayah segitiga 2).
Ketika jumlah produk dibatasi pada tingkat 3000 unit, hal ini menyebabkan produksi barang X
turun dibawah standar (underproduction) sebesar 3000 unit. Pada tingkat produksi 3000 unit,
sebagai contoh, terdapat konsumen yang bersedia untuk membayar barang X pada harga Rp
75.000 dan ada produser yang bersedia menawarkan produk ini pada harga Rp 27.500.
Pembatasan produksi X sebesar 3000 menyebabkan penurunan surplus konsumen maupun
surplus produsen. Surplus konsumen setelah pembatasan sekarang hanyalah sebesar luas area
yang diarsir biru sedangkan surplus konsumen sekarang hanyalah sebesar luas area yang diarsir
hijau. Area segitiga 1 adalah wilayah total penurunan surplus konsumen sedangkan area
segitiga 2 adalah wilayah total penurunan. Total wilayah segitiga ABC adalah total penurunan
surplus konsumen dan surplus produsen. Perhatikan bahwa area segitiga ini “menguap” atau
“hilang” begitu saja tanpa satu pun pihak baik konsumen ataupun produsen yang
menikmatinya. Hilangnya segitiga ABC dari surplus konsumen ataupun surplus produser inilah
yang dinamakan kerugian bobot mati (dead-weight loss)

Kerugian bobot mati kerugian bersih pada surplus konsumen dan surplus produsen karena
produksi-kurang (underproduction) ataupun produksi-berlebih (over
production)

Anda mungkin juga menyukai