Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Lokasi Penelitian

PT. BFI Finance Indonesia Tbk. Cabang Marisa merupakan salah satu
cabang perusahaan leasing PT. BFI Finance Indonesia. BFI Cabang Marisa di
dirikan pada tanggal 10 September 2009 yang berlokasi pada pusat Kota
Marisa yang memudahkan para nasabah dan calon nasabah untuk meng akses
lokasi tersebut.

Berdiri dengan usia yang menuju 13 tahun, tentunya bukan waktu yang
mudah untuk dapat berdiri dan bersaing dengan perusahan leasing lainnya.
Akan tetapi, BFI Finance Cabang Marisa ini bisa bersaing dengan perusahaan
leasing lainnya yang ada di Marisa. BFI Finance merupakan perusahaan
multifinance nasional yang menyediakan jasa keuangan untuk modal usaha,
Pendidikan, ataupun keperluan multiguna dengan jaminan BPKB kendaraan.

BFI Finance Cabang Marisa juga menawarkan keuntungan berupa suku


bunga yang digunakan lebih murah dibandingkan KTA atau pinjaman online,
sehingga menjadi salah satu nilai plus buat para nasabah baru maupun
nasabah lama yang telah menggunakan jasa perusahaan leasing ini.

4.2. Deskripsi Hasil

Penelitian ini mengenai hubungan stress kerja dengan burnout pada


karyawan PT. BFI Finance Tbk. Cabang Marisa diolah menggunakan program
computer SPSS (Stastistical Product and Servis Solution) versi 25 for Windows,
maka diperoleh gambaran sebagai berikut:
4.2.1. Deskriptif berdasarkan jenis kelamin

gambar 1. Diagram berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-


laki lebih banyak dibandingakan dengan jumlah responden perempuan. Jumlah
responden laki-laki sebanyak 24 orang dengan presentase 75.0% dan
responden perempuan berjumlah 8 orang dengan presentase 25.0%.

4.2.2. Deskriptif berdasarkan Usia

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat usia 20-25 sebanyak 7 orang


dengan presentase 21.9 %, dengan usia 26-30 sebanyak 13 orang
dengan presentase 40.6 %, dengan usia 31-35 sebanyak 11 orang
dengan presentase 34.4 %, dan yang berusia 26-40 sebanayk 1 orang
dengan presentase 3.1. %.
4.2.3. Deskriptif berdasarkan lama pekerjaan

Gambar 2. Lama pekerjaan


Dapat dilihat dari gambar diatas, yang lebih dominan dalam lama bekerja
dengan 1 tahun sebanyak (3,1%), dengan lama bekerja 2 tahun sebanyak 9
orang (28,1%), dengan lama 3 tahun sebanyak 7 orang (21,9%), 4 tahun
sebanyak 11 orang (34,4 %), dan lama bekerja dengan 5 tahun 4 orang
(12,5%).

4.2.4. Deskriptif Tingkat Stress Kerja

kategori stress kerja


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 4 12.5 12.5 12.5
sedang 21 65.6 65.6 78.1
tinggi 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program computer


SPSS (Stastistical Product and Servis Solution) versi 25 for Windows,
Dengan 32 data karyawan PT. BFI Finance Tbk. Cabang Marisa mengenai
gambaran umum dan kategorisasi pada variabel stress kerja, diperoleh hasil
bahwa sebanyak 7 orang dengan presentase 21,9 % memiliki tingkat stress
kerja yang tinggi, 21 orang dengan presentase 65,6 % memiliki tingkat stress
kerja yang sedang dan 4 orang dengan presentase 12,5 % memiliki tingkat
stress kerja yang rendah. Berikut bentuk grafik dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

4.2.5. Deskripsi Tingkat Burnout

kategori burnout

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 5 15.6 15.6 15.6

Sedang 23 71.9 71.9 87.5

Tinggi 4 12.5 12.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program computer


SPSS (Stastistical Product and Servis Solution) versi 25 for Windows, hasil
analisis 32 data karyawan PT. BFI Finance Tbk. Cabang Marisa mengenai
gambaran umum dan kategorisasi pada variabel burnout, menunjukkan bahwa
sebanyak 3 orang dengan presentase 9,4 % memiliki tingkat burnout tinggi, 26
orang dengan presentase 81,3 % memiliki tingkat burnout sedang, dan
sebanyak 3 orang dengan presentase 9,4 % memiliki tingkat burnout yang
rendah. Berikut
bentuk grafik dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah
sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
pada masing-masing variabel yaitu stress kerja dan burnout yang di analisis
dengan menggunakan SPSS version 25 for windows. Yang digunakan normal
atau tidak adalah jika p>0,05 maka data tersebut normal, jika sebaliknya jika
p<0,05 maka data tersebut dikatakan tidak normal (Azwar, 2010). Berdasarkan
perhitungan data yang dilakukan dengan One Sample Kolmogrov-Smirnov
Test, maka didapatkan hasil pada table berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 32
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 8.32474563
Most Extreme Differences Absolute .146
Positive .146
Negative -.083
Test Statistic .146
Asymp. Sig. (2-tailed) .080c
Tabel 1 uji normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi 0,080


lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai variabel
berdistribusi normal.
4.4. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian populasi
adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam
analisis independent sample t test dan anova. Asumsi yang mendasari
dalam analisis varian (Anova) adalah bahwa varian dari populasi adalah
sama. Berdasarkan hasil uji homogenitas maka diperoleh data sebagai
berikut:

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 6274.052 19 330.213 1.375 .290
Within Groups 2881.667 12 240.139
Total 9155.719 31

Tabel 2 uji homogenitas

Berdasarkan table di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel


stress kerja dan burnout lebih besar dari 0,05 yaitu 0.290 yang artinya
jumlah stress kerja dan burnout memiliki varian yang sama.
4.5. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel atau lebih
yang diuji mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.
Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau
regresi linear.
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Burnout * Between (Combined) 6274.052 19 330.213 1.375 .290
Stress kerja Groups Linearity 1152.984 1 1152.984 4.801 .049
Deviation 5121.068 18 284.504 1.185 .390
from
Linearity
Within Groups 2881.667 12 240.139
Total 9155.719 31

Tabel 2 uji linearity

Berdasarkan table di atas hasil uji linearitas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi pada baris deviation from linearity sebesar 0,390. Karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel
stress kerja dengan burnout terdapat hubungan yang linear.
4.6. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi
product moment pearson. Analisis korelasi product moment pearson bertujuan
untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara dua variabel dan jenis
hubungan antar variabel X dan Y dapat bersifat positif dan negatif. Untuk
pengujian hipotesis ini dilakukan menggunakan analisis korelasi product
moment pearson dengan menggunakan SPSS Version 25. Berikut tabel hasil uji
korelasi:

Correlations
Stress Kerja Burnout
Stress Kerja Pearson Correlation 1 .722**
Sig. (2-tailed) .000
N 32 32
Burnout Pearson Correlation .722** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 32 32
Berdasarkan hasil tabel di atas, sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka berkorelasi, dan jika sebaliknya
maka tidak berkorelasi. Dan hasil signifikansi 0,00 yang berart dibawah 0,05
yang menandakan bahwa variabel stress kerja terhadap burnout memiliki
korelasi dengan derajat hubungan berkorelasi kuat dan bentuk hubungan nya
positif.

4.7. Pembahasan
4.7.1. Gambaran tingkat stress kerja di karyawan PT. BFI Finance Tbk.
Cabang Marisa

Berdasarkan hasil analisis data pada 32 karyawan yang mendapatkan


hasil kategori rendahnya stress kerja sebanyak 12.5%, kategori sedang stress
kerja sebanyak 65.6%, dan tinggi stress kerja sebanyak 21.9%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum stress kerja pada karyawan
PT. BFI Finance Indonesia Tbk. Cabang Marisa berada pada tingkat sedang
yang berarti tingkat stress kerja karyawan tersebut tidak terlalu
membahayakan baik terhadap karyawan maupun instansi tempat bekerja.
Meskipun demikian, terdapat juga karyawan yang mengalami stress kerja
tinggi yang jumlahnya lumayan cukup banyak. Maka upaya penanggulangan
dan pencegahannya terjadinya stress kerja harus terus diperhatikan dengan
melihat faktor-faktor penyebab terjadinya stress kerja.

Pada penelitian sebelumnya, stress kerja yang di alami oleh pekerja


dapat dilihat dari lingkungan kerja pekerja, hubungan dengan individu lainnya,
beban kerja serta tuntutan kerja. Kemampuan serta keterampilan dalam
menyelesaikan masalah sangat membantu pekerja dalam mengatasi stress
kerja ketika berada dalam lingkup pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian
(Susasnti et al,. 2017) yang menjelaskan bahwa stress kerja merupakan
pemicu timbulnya burnout sehingga menurunkan produktivitas kerja.

Yang dapat mempengaruhi stress kerja pada individu yaitu konflik kerja
keluarga. Peneltian sebelumnya yang dilakukan oleh Muhammad Yalzamul
Insan (2019) yang berjudul pengaruh konflik kerja keluarga dan motivasi kerja
terhadap stress kerja menunjukkan hasil bahwa faktor penyebab pekerja
mengalami stress kerja karena perawat memiliki peran ganda sebagai ibu
rumah tangga sehingga memiliki waktu yang sedikit untuk berinteraksi dengan
keluarga, sehingga dapat menghambat pekerjaan dan hasil yang ditargetkan
tidak berjalan dengan maksimal atau tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4.7.2. Gambaran tingkat burnout pada karyawan PT. BFI Finance Tbk. Cabang
Marisa

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program


computer SPSS (Stastistical Product and Servis Solution) versi 25 for Windows,
hasil analisis 32 data karyawan PT. BFI Finance Tbk. Cabang Marisa mengenai
gambaran umum dan kategorisasi pada variabel burnout, menunjukkan bahwa
sebanyak 3 orang dengan presentase 9,4 % memiliki tingkat burnout tinggi, 26
orang dengan presentase 81,3 % memiliki tingkat burnout sedang, dan
sebanyak 3 orang dengan presentase 9,4 % memiliki tingkat burnout yang
rendah

Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum burnout pada karyawan


PT. BFI Finance Tbk. Cabang Marisa berada pada tingkat sedang yang tidak
terlalu membahayakan karyawan dan instansi, akan tetapi tetap membutuhkan
penanggulangan dan pencegahan.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan burnout pada pekerja yaitu


dukungan sosial. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arif Budi Utomo
(2017) yang berjudul pengaruh dukungan sosial terhadap burnout pada
karyawan, menunjukkan hasil bahwa dukungan sosial secara signifikan
mempengaruhi burnout, Ketika individu mendapatkan dukungan sosial yang
besar dari atasan, rekan kerja, dan keluarga maka individu dapat terhindar dari
stress yang menyebabkan burnout.

Faktor lainnya yang mempengaruhi burnout adalah kepribadian.


Kepribadian yang mempengaruhi burnout salah satunya yaitu openness
merupakan kecenderungan pada individu memiliki pemikiran imajinasi yang
aktif, memiliki perasaan yang sensitive, mempunyai rasa ingin tahu dan peka
terhadap rangsangan.

4.7.3. Hubungan Stress Kerja dengan Burnout pada karyawan PT. BFI
Finance Tbk. Cabang Marisa

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan melalui pengelolaan data


menunjukkan bahwa kedua variabel penelitian ini, yaitu stress kerja dengan
burnout saling berhubungan positif. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
hipotesis penelitian dari uji analisis korelasi product moment pearson dengan
nilai signifikansi sebesar o,ooo dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (sig <
0,05), Adapun nilai pearson correlation 0,722 yang bernilai positif sehingga
kedua variabel tersebut searah atau berbanding lurus. Nilai signifikansi dan
pearson correlation diatas menjadi dasar penarikan kesimpulan pada
penelitian ini Ha yang berate ada hubungan positif stress kerja dengan
burnout pada karyawan PT. BFI Finance Tbk. Cabang Marisa, dengan kata
lain semakin tinggi tingkat stress kerja maka individu tersebut akan cenderung
memiliki burnout yang tinggi dan begitu juga sebaliknya.

Pada penelitian sebelumnya oleh Goncalves et al. (2019) dan Saputrp et


al. (2020) yang menunjukkan bahwa stress kerja berpengaruh positif terhadap
burnout. Stress kerja dapat menyebabkan penurunan kinerja pegawai karena
mengalami tekanan yang berat dalam bekerja. Setiap individu memiliki
kemampuan masing-masing dalam bekerja, apabila individu bekerja diluar
kemampuan tentu perasaan tertekan akan muncul. Ketika seseorang mulai
merasa tertekan maka ia merasa gelisah, lelah dan lemah setelah bekerja
setiap hari. Kondisi ini perlahan-lahan akan membuat seseorang tidak bahagia
berada di tempat kerja dan memicu timbulnya burnout pada seseorang.

Adapun hal utama yang dapat menyebabkan timbulnya burnout


pada individu yaitu stress kerja. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2019) menunjukkan hasil bahwa stress kerja
memiliki pengaruh terhadap burnout pada perawat dikarenakan tingginya
stress kerja yang dialami sehingga mempengaruhi burnout pada
perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian yang


sebelumnya telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:

1. Tingkat stress kerja pada karyawan PT. BFI Finance berada pada
kategori yang bervariasi yaitu pada kategori tinggi memiliki nilai 21,9
%, pada kategori sedang memiliki nilai 65,6 %, hingga nilai 12,5 %
pada kategori rendah.
2. Tingkat burnout pada karyawan PT. BFI Finance berada pada
kategori yang bervariasi yaitu pada kategori tinggi memiliki nilai 81,3
%, pada kategori sedang memiliki nilai 9,4 % dan pada kategori
rendah memiliki nilia 9,4 %.
3. Ada hubungan yang searah antara stress kerja dengan burnout pada
karyawan PT. BFI Finance Tbk. Cabang Marisa, oleh karena itu
dapat dikatakan Ketika individu memiliki stress kerja yang tinggi maka
individu tersebut akan memiliki burnout yang tinggi pula begitu juga
sebaliknya.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian dalam hal
ini mengusulkan beberapa saran, sebagai berikut;
1. Instansi Tempat Penelitian
a. Dapat menjadi pertimbangan bagi rumah sakit untuk menyediakan
tenaga professional pada karyawan yang sedang mengalami stress
kerja, seperti memberikan sebuah edukasi mengenai cara dalam
menghadapi stress kerja dan burnout.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stress kerja memiliki hubungan
dengan tinggi rendahnya burnout, sehingga pihak instansi perlu
mempertimbangkan hal tersebut. Salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk meminimalisirnya adalah dengan meroling atau
bertukar ruang kerja dengan rekan kerja lainnya.
2. Peneliti selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya disarankan agar kiranya dapat menyeimbangkan
responden jenis kelamin perempuan maupun laki-laki.
b. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian pada
karyawan di suatu perusahaan atau di instansi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai